Anda di halaman 1dari 6

Novel

“Masalah Hidup Nara Yang Menyedihkan”

Kelompok 2
XI MP 3
Anggota:
1. Putri Desnia
2. Widya Dwi Putri
3. Lisnawati
4. Farhan G. W
5. M. Yusuf

Yayasan Bani Abdilah


SMK AL BANA
Jl. Raya Bojonggede - Cilebut, Cilebut Timur, Kec. Sukaraja, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat 16710
2023
"DILEMA NARA"
Nara terbangun karena sinar matahari menembus jendela kamarnya yang entah sejak
kapan terbuka. Sejenak, ia hanya menatap langit-langit kamar. Matanya masih terasa sembab,
sisa tangisan tadi malam.
Kemudian, Nara bangun dan duduk di sisi ranjang kecilnya. Gadis itu memandang
sekeliling kamar, dan tiba-tiba, suara pecahan kaca terdengar dari luar.
Nara menutup kedua telinganya kuat-kuat, enggan mendengar apa pun. Setetes bening air
matanya bergulir di pipi. Wajahnya dibenamkan dalam kedua telapak tangan yang lemah.
Rasanya ia sudah tak sanggup lagi hidup dalam situasi seperti ini. Ia tak kuat hidup dalam
lingkaran kesedihan yang menggiringnya menuju kegilaan.
Nara berjalan perlahan ke luar rumah, di antara jalanan sepi sambil menundukkan kepala
seolah malu dunia melihatnya. Ia menatap siluet hitamnya di antara bayang-bayang pepohonan
dan rumah. Nara berhenti melangkah saat seseorang menghalangi bayangannya.
“Ada yang ingin kukatakan padamu.” Orang itu mulai berbicara kepadanya.
Nara mendongak. Wajahnya terasa familiar.
“Kenapa?” Gadis itu bertanya dengan wajah datar, tapi Nara hanya diam. “KENAPA
KAMU HARUS LAHIR DI DUNIA INI?!” Ia mulai membentak.
Gadis itu melayangkan telapak tangannya ke pipi Nara. “PERGI!”
Nara tak sanggup menatap lawan bicaranya. Ia hanya memegang pipinya yang terasa
nyeri karena tamparan barusan. Hilanglah dari dunia ini, dasar penghancur keluarga orang!
hardik gadis itu. Nara terisak diiringi suara teriakan gadis itu di telinganya. Tetesan bening
meleleh, merayapi sudut wajahnya.
Nara adalah anak perempuan biasa yang hidup dengan kasih sayang utuh dari orang tua.
Ia hidup berkecukupan, bahkan lebih. Semula, ia mengira hidup dalam zona kesempurnaan.
Tetapi ternyata, semua itu hanya bualan. Ayahnya, ternyata, seorang pria yang telah berkeluarga.
Saat itulah ia menyadari, ibunya adalah istri kedua ayahnya.
Keluarganya tidak diinginkan oleh semua orang. Ibunya dianggap wanita yang tak punya
harga diri. Tidak ada yang sudi berbagi nafas dan tempat dengan keluarga Nara. Mereka tidak
pernah mau tahu separah apakah kerusakan jiwa yang mendera orang yang mereka cemooh.
Istri pertama ayah Nara adalah sahabat dekat ibu Nara. Sahabat dekat yang saling
mengaitkan janji satu sama lain sejak duduk di bangku sekolah untuk tidak mengkhianati. Begitu
istri pertama ayahnya mengetahui apa yang telah terjadi, ia tentu syok berat. Suami yang ia
cintai, berpaling darinya. Sahabat yang paling ia percaya, mengkhianatinya dalam waktu yang
sama.
Nina, anak istri pertama ayahnya, pun tak percaya. Ia nyaris pingsan saat ayahnya
mengungkapkan hal itu sendiri. Selanjutnya, teror mulai berdatangan sebagai tanda balas
dendam. Mulai dari pecahnya kaca jendela di rumah, hingga lemparan api untuk rumahnya.
“Na?” Lamunan Nara terhenti. Gadis itu tetap diam, memandang kosong.
“Nara? Sayang, kamu ada di dalam, kan?” Panggilan itu tak membuat Nara beranjak dari
posisi yang nyaman bagi dirinya. Kemudian ketukan demi ketukan tak bernada mulai terdengar
dari balik pintu.
“Nara, buka pintunya, Sayang. Ibu mau bicara mengenai kepindahan kita,”
Memang, keluarganya berencana untuk pindah. Pindah ke wilayah yang cukup jauh untuk
mengubur kelamnya masa lalu dan melanjutkan hidup. Tapi baginya, pindah rumah hanyalah
bentuk pelarian diri. Raganya takkan teraniaya lagi. Namun, jiwa dan pikirannya telah menyatu
dengan frustasi berkepanjangan yang diderita Nara selama ini. Ia tetap tidak akan hidup dalam
damai seperti sebelumnya.
Nara bergeming. Dalam pikirannya yang kalut, ia mengingat Nina. Gadis itu ingi ia
lenyap dari dunia ini. Ia ingin Nara musnah. Nara tahu apa artinya itu.
Nara memandangi tubuh kakunya yang ditumpahi tangisan dan penyesalan yang terlontar
dari ayah dan ibunya. Ia tertegun dan mengingat kejadian yang terasa begitu cepat.
Awalnya, ia berniat memutuskan urat nadi tangan kirinya dengan gunting hijau
kesukaannya. Awalnya, ia tidak mau melihat orangtuanya menangis hebat sambil memeluknya.
Awalnya, ia ingin merasakan rasa sakit yang mendera jiwanya lebih lama lagi. Namun, saat ia
menutup mata dan menguatkan diri atas segala risiko perbuatannya nanti, seberkas cahaya putih
menyinari dirinya. Sesaat, ia pikir cahaya itu hanya datang dari luapan fantasinya ketika ia sudah
berhasil mati. Kemudian Nara tahu, kematiannya akan membawa segala keadaan berubah
menjadi baik. Inilah yang diinginkan semua orang.
Nara tersenyum. Sedikit pun, ia tak merasakan kesedihan. Ia hanya merasakan gema
bebas dan damai berdengung dalam pikirannya. Sekarang, ia tak perlu lagi menerima berbagai
bentuk kekerasan mental dari orang-orang di sekitarnya. Ia sudah bebas dan hidup dalam
kedamaian yang dirindukan.
Nara menutup matanya, merasakan seluruh sensasi dan kenikmatan damai yang mengalir
di sekujur tubuhnya. Berkas-berkas cahaya itu kembali datang dan menyinari tubuhnya,
menuntun gadis kecil itu menuju dimensi lain. Dimensi yang akan membawanya menuju
keabadian.
RESENSI BUKU
Masalah hidup nara yang menyedihkan
Alya Khalisah
DATA BUKU
Judul : Masalah hidup nara yang menyedihkan
Penulis : Alya Khalisah
Penerbit : Brain Academy
Cetakan : Ke dua, 06 November 2023

CUPLIKAN/PEMBUKA

Cerita yang ditulis oleh Alya Khalisah sangat menyentuh hati bagi yang membaca.
Karakter Nara sangat menyedihkan karena dia menanggung malu dan trauma dari keluarga nya
sendiri.
Ayah nya ternyata adalah seorang yang sudah mempunyai istri sebelumnya dan Ibunya menjadi
istri ke dua tanpa Nara ketahui sama sekali.
Saat semua itu terungkap mulai terjadi teror teror yang membuat Nara prustasi ingin mengakhiri
hidupnya.

"MASALAH HIDUP NARA YANG MENYEDIHKAN"


Pada suatu pagi Nara terbangun karena sinar matahari yang menembus jendela kamar nya
yang sejak kapan terbuka. Sejenak ia menatap langit langit kamar, matanya masih terasa sembab
sisa tangisan semalam.
Saat Nara sedang memandangi sekeliling kamar, tiba tiba suara pecahan kaca terdengar
dari luar. Nara menutup kedua telinganya kuat kuat, setetes air mata mengalir di pipi. Rasanya ia
sudah tak sanggup lagi hidup dalam situasi ini.
Nara berjalan perlahan keluar rumah, di antara jalanan sepi sambil menundukan kepala
seolah malu dunia melihatnya. Nara berhenti melangkah saat seorang menghalangi bayangannya.
"Ada yang ingin ku katakan padamu." Orang itu mulai berbicara.
Nara mendongak, wajahnya terasa familiar.
"Kenapa?" gadis itu bertanya dengan wajah datar.
"KENAPA KAMU HARUS LAHIR DI DUNIA INI?!" ia mulai membentak.
Gadis itu melayangkan telapak tangannya ke pipi Nara. "PERGI!"
Nara tak sanggup menatap lawan bicaranya ia hanya memegag pipinya yang terasa nyeri
karena tamparan tadi.
Nara adalah anak perempuan biasa yang hidup dengan kasih sayang yang utuh dari orang
tua. Semula, iya mengira hidup dalam zona kesempurnaan. Tetapi nyata nya tidak. Ayahnya
ternyata seorang pria yang telah berkeluarga. Saat itu ia menyadari ibunya adalah istri kedua dari
ayahnya.
Istri pertama ayah adalah sahabat dekat ibu Nara. Sahabat dekat yang saling mengaitkan
janji satu sama lain sejak duduk dibagku sekola untuk tidak mengkhianati. Begitu istri pertama
ayah mengetahui apa yang telah terjdi, ia tentu syok berat. Suami yang ia cintai, berpaling
darinya. Sahabat yang paling ia percaya mengkhianatinya dalam waktu sama.
Saat kejadian itu keluarga Nara berencana untuk pindah. Pindah ke wilayah yang cukup
jauh untuk mengubur kelamnya masa lalu dan melanjutkan hidup. Tapi baginya pindah rumah
hanyalah bentuk pelarian.
Nara bergeming dalam pikiran yang kalut ia mengingat perkataan gadis itu ingin ia
lenyap dari dunia ini.
Nara memandangi tubuh kakunya yag ditumpahi tangisan dan penyelesaian yang
terlontar dari ayah dan ibunya.
Awalnya ia berniat memutuskan urat nadi tangan kiri dengan gunting hijau kesukaannya.
Ia tidak mau melihat orangtua nya menangis hebat sambil memeluknya. Saat ia menutup
mata dan menguatkan diri atas segala risiko perbuatannya nanti. Nara tersenyum. Sedikit pun ia
tak merasakan kesedihan, ia hanya merasakan gema bebas dan damai berdengung dalam
pikirannya. Sekarang ia tak perlu lagi menerima berbagai bentuk kekerasan mental dari
orang-orang sekitar.
Nara menutup matanya, merasakan sensasi dan kenikmatan damai yang mengalir sekujur
tubuhnya. Berkas-berkas cahaya datang dan menyinari tubuhnya, menuntun gadis kecil itu
menuju dimensi lain. Dimensi yang akan membawanya menuju keabadian.
● Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari cerpen ini ialah bahasa yang digunakan sangat sederhana sehingga
membuat pembaca mudah memahami. Akan tapi kekurangnya hanya penempatan pada tokoh
dan penokohan yang membingungkan pembaca
UNSUR INTRINSIK
Tema : (Masalah hidup nara yang menyedihkan)
Tokoh penokohan:
1. Nara (sedih)
2.Ayah(pengkhianat)
3. Ibu (pengkhianat)
Alur : (campuran)
Latar:
Suasana (mencekam)
Tempat (Kamar, Jalanan, Sekolah, Rumah)
Waktu (Pagi hari)
Sudut pandang:
(sudut pandang orang pertama)
Gaya bahasa:
Hiperbola( Rasanya ia sudah tak sanggup lagi hidup dalam situasi ini)
Amanat:
(Jangan berfikir pendek dalam menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi dan jika kamu
pernah berpikir untuk menyerah, ingatlah mengapa kamu bertahan begitu lama.)

Anda mungkin juga menyukai