Toaz - Info Sop Hiv Aids PR
Toaz - Info Sop Hiv Aids PR
Pasien datang dapat dengan keluhan yang berbeda-beda antara lain demam
atau diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan.
b. Infeksi:
kondiloma.
kognitif.
Faktor Risiko
c. Transfusi
d. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV
a. Transmisi seksual
b. Produk Darah
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil
tes HIV.
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke Pelayanan
Dukungan Pengobatan untuk menjalankan serangkaian layanan yang
meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan penilaian
virologi.
Penatalaksanaan
Layanan terkait HIV meliputi:
a. Upaya dalam menemukan pasien HIV secara dini dengan
melakukan tes dan konseling HIV pada pasien yang datang ke
layanan primer.
b. Perawatan kronis bagi ODHA dan dukungan lain dengan sistem
rujukan ke berbagai fasilitas layanan lain yang dibutuhkan ODHA.
Layanan perlu dilakukan secara terintegrasi, paripurna, dan
berkesinambungan. Infeksi HIV merupakan infeksi kronis dengan
berbagai macam infeksi
oportunistik yang memiliki dampak sosial terkait stigma dan
diskriminasi serta melibatkan berbagai unsur dengan pendekatan tim.
Perlu dilakukan upaya pencegahan. Strategi pencegahan HIV menurut
rute penularan, yaitu:
a. Untuk transmisi seksual:
1. Program perubahan perilaku berisiko, termasuk promosi
kondom.
2. Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
3. Konseling dan tes HIV.
4. Skrening IMS dan penanganannya.
5. Terapi antiretrovirus pada pasien HIV.
b. Untuk transmisi darah:
1. Pengurangan dampak buruk penggunaan napza suntik.
2. Keamanan penanganan darah.
3. Kontrol infeksi di RS.
4. Post exposure profilaksis.
c. Untuk transmisi ibu ke anak:
1. Menganjurkan tes HIV dan IMS pada setiap ibu hamil.
2. Terapi ARV pada semua ibu hamil yang terinfeksi HIV.
3. Persalinan seksiosesaria dianjurkan.
4. Dianjurkan tidak memberikan ASI ke bayi, namun diganti
dengan susu formula.
5. Layanan kesehatan reproduksi.
Setiap daerah diharapkan menyediakan semua komponen layanan HIV
yang terdiri dari:
a. Informed consent untuk tes HIV seperti tindakan medis lainnya.
b. Mencatat semua kegiatan layanan dalam formulir yang sudah
ditentukan.
c. Anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap oleh dokter.
d. Skrining TB dan infeksi oportunistik.
e. Konseling bagi ODHA perempuan usia subur tentang KB dan
kesehatan reproduksi termasuk rencana untuk mempunyai anak.
f. Pemberian obat kotrimoksasol sebagai pengobatan pencegahan
infeksi oportunistik.
g. Pemberian ARV untuk ODHA yang telah memenuhi syarat.
h. Pemberian ARV profilaksis pada bayi segera setelah dilahirkan
oleh ibu hamil dengan HIV.
i. Pemberian imunisasi dan pengobatan pencegahan kotrimoksasol
pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif.
j. Anjuran rutin tes HIV, malaria, sifilis dan IMS lainnya pada
perawatan antenatal (ANC).
k. Konseling untuk memulai terapi.
l. Konseling tentang gizi, pencegahan penularan, narkotika dan
konseling lainnya sesuai keperluan.
m. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual
(IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
n. Pendampingan oleh lembaga non kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Kriteria Rujukan
a. Rujukan horizontal bila fasilitas untuk pemeriksaan HIV tidak
dapat dilakukan di layanan primer.
b. Rujukan vertikal bila terdapat pasien HIV/AIDS dengan
komplikasi.
anamnesis pemeriksaan
pemeriksaan fisik
penunjang
7. Diagram Alur
penegakan
penatalaksanaan
diagnosis
1. Poli Umum
2. Poli Gigi
8. Unit terkait
3. UGD
4. Pustu/Poskesdes.