Anda di halaman 1dari 124

MATERI KRIDA SATUAN KARYA

BHAYANGKARA

GERAKAN PRAMUKA SATUAN KARYA


BHAYANGKARA KWARTIR CABANG JAKARTA
BARAT
KWARTIR RANTING PALMERAH
Sekertariat: Jl.Palmerah Barat III Jakarta Barat Telp (021)5483667 - 5482150

-SAKA BHAYANGKARA POLSEK PALMERAH-

“ Dan jadikanlah diri ini seorang pandu sebaik-baiknya


seorang pandu yang bertakwa kepada agama berbakti kepada
negara, serta senantiasa menurut pancasila dan dasa darma “

-DEWAN SAKA BHAYANGKARA 2015-2017


KRIDA LANTAS

RAMBU LALU LINTAS

Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan yang berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan,
larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.

JENIS DAN FUNGSI RAMBU :

1. RAMBU PERINGATAN : digunakan untuk peringatan kemungkinan ada


bahaya atau tempat berbahaya dibagian jalan didepannya.

2. RAMBU LARANGAN : Digunakan untuk menyatakan perbuatan yang


dilarang dilakukan oleh pemakai jalan.

3. RAMBU PERINTAH : Digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib


dilakukan oleh pemakai jalan.

4. RAMBU PETUNJUK : Digunakan untuk menyatakan petunjuk jurusan,


jalan, situasi, kota, tempat pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.

5. RAMBU TAMBAHAN : Digunakan untuk memuat keterangan yang


diperlukan untuk menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu jarak &
jenis kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya.

6. RAMBU SEMENTARA : tidak dipasang secara tetap dan digunakan dalam


keadaan dan kegiatan tertentu.
A. Gerakan memberikan isyarat pengatur lalu lintas bertujuan :
1. Mengarahkan agar lalu lintas berjalan dengan aman, tertib, lancar
dan selamat.

2. Mengatasi kepadatan arus lalu lintas

3. Mengurangi terjadinya kecelakan lalu lintas

4. Mencegah kerusakan - keerusakan jalan / infrastruktur

5. Melindungi harta benda / jiwa orang lain di jalan

6. Mengurangi pelanggaran di jalan

B. Pengetahuan rambu - rambu / marka jalan.

1. Rambu - rambu yang menunjukan peringatan suatu bahaya ( dasar


kuning petunjuk hitam )

2. Rambu - rambu yang menunjukan larangan dan awas perintah ( dasar


putih petunjuk merah )

3. Rambu - rambu yang memberikan petunjuk ( dasar biru petunjuk


putih )

4. Rambu petunjuk arah / awas ( rambu tambahan )

C. Pengetahuan dasar pengaturan lalu lintas

1. Berhenti untuk semua jurusan

2. Berhenti untuk satu arah tertentu ( satu jurusan tertentu )

3. Berhenti dari arah depan Petugas

4. Berhenti dari arah belakang Petugas

5. Berhenti dari arah depan dan belakang Petugas

6. Jalan dari arah kanan Petugas


7. Jalan dari arah kiri Petugas

8. Jalan dari arah kanan dan kiri Petugas

9. Percepat dari arah kanan Petugas

10. Percepat dari arah kiri Petugas

11. Perlambat dari arah depan Petugas

12. Perlambat dari arah belakang Petugas

D. Pengetahuan penggunaan tanda bunyi pluit

1. Tanda peringatan berhenti / perhatian

2. Tanda berkumpul

3. Tanda bahaya

4. Tanda berhenti

5. Tanda maju

6. Tanda menunggu

Lantas telah ada semenjak adanya manusia. Permasalahan lantas terus


berkembang dengan perkembangan majunya peradaban manusia.

Perkembangan Lalu Lintas dipengaruhi oleh :

1. Perkembangan jumlah penduduk


2. Kenaikan taraf hidup

3. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor

4. Keterbatasan prasarana jalan dan polisi lalu lintas


5. Kedisiplinan para pemakai jalan

Selintas Sejarah Lalu Lintas

Dengan ditemukannya tenaga uap pada tahun 1770 dan kemudian


dipergunakannya bahan bakar oleh BENA (Pemilik perusahaan pembuat kendaraan
bermobil/sekitar tahun 1886). Maka mulailah lalu lintas modern.

Pada jaman-jaman dahulupun sudah ada yang namanya jala. Hanya saja
masih tradisional dan kasar (cukup untuk berjalan dan dipergunakan untuk pedati)
bahkan lalu lintas sungai pernah maju pesat sebagai salah satu sarana transportasi.

Gubernur jendral Hindia Belanda pada waktu itu Daondies, bahkan untuk
keperluan perekonomian dan pertahanan pemerintah colonial telah membangun
jalan dari anyer sampai panarukan ()dari ujung pulau jawa sebelah barat ke ujung
pulau jawa sebelah timur). Walaupun dengan perngorbanan rakyat Indonesia yang
sangat besar. Di Indonesia sendiri susunan kepolisian baru terbentuk (prnah
terbentuk) pada masa Sir Thomas Stand Ford Raffles.

MACAM-MACAM LALU LINTAS

1. Lalu Lintas Darat

Dibagi menjadi :

a. Lalu Lintas diatas jalan dan angkutan jalan raya


b. Lalu Lintas Rel (kereta api)

c. Lalu Lintas sungai dan danau

2. Lalu Lintas Laut

3. Lalu Lintas Udara

SERBA SERBI LALU LINTAS


1. TILANG

Tilang Buku pelanggaran lalu lintas (TILANG). Tilang lahir berkat kerjasama (SK)
bersama dari ketua MA, Jakas Agung, Kapolri dan menteri kehakiman.

Tujuan Tilang : membendung meningkatnya jumnlah kecelakaan.

2. WARNA PLAT NO.KENDARAAN

Menunjukan pemilknya atau pemillik kendaraan.

Plat merah = kendaraan pemerintah

Plat kuning = kendaraan disewakan pada umum atau masyarakat

Plat hitam = kendaraan milik pribadi

Plat putih = kendaraan yang masih baru

3. PARKIR

Kendaraan berhenti selain untuk menurunkan atau menaikan barang atau orang
dengan segera.

4. WARNA LAPU LALU LINTAS

Merah = berhenti

Kuning = berhati-hati dan mempersiapkan diri untuk berhenti

Hijau = jalan

Lampu berwarna kedip-kedip = kendaraan harus berhati-hati dan mengurangi


kecepatan
5. JALAN

Setiap jalan dibagi menjadi beberapa kelas jalan.(berdasarkan kekuatannya


beban/bobot kendaraan). Yaitu:

Kelas I = muatan sumbu paling berat 7 ton

Kelas II = muatan sumbu paling berat 5 ton

Kelas III = muatan sumbu paling berat 3,5 ton

Kelas IIIA = muatan sumbu paling berat 2-3,15 ton

Kelas IV = muatan sumbu paling berat 2 ton

Kelas V = muatan sumbu paling berat 0,5 ton

Catatan : untuk kelas I-IV adalah bagian kendaraan yang menggunakan ban hidup
(berisi udara/ angin) sedangkan jenis-jenis jalan berdasarkan pada siapa/lembaga
yang memelihara/mengawasi dibagi kedalam.

a. Jalan Negara
b. Jalan Provinsi

c. Jalan kabupaten/kota madya

d. Jalan desa

6. PEMAKAI JALAN

Setiap orang yang mempergunakan jalan bak berkendaraan maupun tidak (berjalan
kaki)

7. MARKA
Rambu-rambu lalu lintas yang dibuat diatas permukaan jalan.

Contoh :

a) Garis pembatas jalan (yang dibuat ditengah badan jalan yang membagi badan
jalan menjadi 2, baik berupa garis lurus maupun terputus-putus)
b) Zebra kros tempat untuk menyeberangi jalan

Dikelompokan menjadi 5 jenis :

1. Marka membujur

Berupa garis utuh yang berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan yang melintasi
garis tersebut, yang dapat berupa garis ganda yang terdiri dari garis putus-putus

2. Marka melintang

Berupa garis utuh menyatakan garis berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh alat
pemberi isyarat lantas atau rambu-rambu larangan

3. Marka serong

Berupa garis utuh yang menandakan dilarang dilintasi kendaraan kecuali


kendaraan petugas yang sedang mengatur lantas, seperti polisi lantas atau isntansi
sesuai wewenang yang dimilki dengan kewajiban isyarat menyalakan lampu kuning.

Fungsi :

a. Untuk menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisahan jalan


penglantas dan pulau lantas
b. Marka serong dibatasi

Garis utuh digunakan untuk menyatakan

a) Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan


b) Pemberitahuan awal sudah mendekat pulau lantas

4. Marka lambang

Panah, segitiga atau tulis dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu lalu
lintas

5. Marka lainnya

Garis maupun baik bentuk dan warnanya serta fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Marka untuk penyeberangan jalan kaki dinyatakan dengan zebrakros


b. Marka berupa 2 garis untuk melintang jalur lalu lintas

Pulau lantas = garis-garis putus yang digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak
boleh memasuki daerah tersebut

8. SEGITIGA PENGAMAN

Digunakan apabila kendaraan berhenti dijalan dalam keadaan rusak (sedang


diperbaiki) atau dalam keadaan beristirahat, kita disarankan atau diharuskan
memasang tanda ini baik didepan maupun dibelakang kendaraan. Tanda ini sebagai
isyarat bagi kendaraan lain untuk berhati-hati atau membantu pengaman biasanya
dibuat dari bahan yang dapat memantulkan cahaya/sinar, pemasangan jarak yang
ideal antara 4-8 meter.

9. JALAN TOL

Jalan umum yang kepada pemakainya digunakan tariff atau biaya (untuk mema\
bayar tol).
10. BATAS KECEPATAN

Batas kecepatan maksimal yang diperbolehkan untuk dicapai kendaraan

11. DAERAH BEBAS BECAK

Jalan atau daerah yang melarang beroperasinya becak-becak (becak dilarang masuk)

12. URUTAN PEMAKAI JALAN

Yang diutamakan atau diperbolehkan untuk kelancaran berlalu lintas adalah

a. Kendaraan diatas rel / kereta api


b. Kendaraan DAMKAR

c. Kendaraan untuk orang sakit atau ambulan

d. Kendaraan pengantar jenazah atau pawai kekuburan

e. Barisan ABRI

f. Pawai

g. Barisan anak-anak

13. ASURANSI

Masalah ini dipercayakan kepada PT.ASURANSI kerugian Jasa Raharja, untuk


memberikan dana beruupa satunan asuransi kepada masyarakat yang menjadi
korban kecelakaan lali linas.

Dana asuransi itu didapatkan dari pemakai jasa transportasi dan sumbangan
wajib sewaktu membuat atau memperpanjang STNK.
14. STNK

Surat Tanda Nomer Kendaraan, surat yang resmi atau sah mengenai surat
kendaraan yang berlaku dari kepolisian dan berlakunya hanya 1 tahun sekali.

Tikungan ke kanan Tikungan Tikungan


Tikungan ke kiri
tajam tajam
ke kiri ke kanan

Tikungan ganda Tikungan ganda Banyak tikungan Turunan landai

RAMBU PERINGATAN
Turunan curam Tanjakan landai curam Tanjakan curam Penyempitan kanan

Penyempitan kiri Jembatan Penyempitan Jembatan angkat


sempit Kiri kanan
Penyeberangan orang Jalan licin Kerikil lepas Jatuhan batu

Jalan tidak rata Jalan cembung Jalan cekung Penyeberangan sepeda

Lampu lalu lintas Perbaikan jalan Awas anak-anak Awas ternak

Awas hewan liar Lapangan terbang Lalu lintas dua arah


Angin dari samping
Hati-hati Persimpangan Bundaran Persimpangan

Persimpangan dengan Rintangan Persimpanga Persimpangan


prioritas n

Persimpangan Persimpangan Persimpangan dengan Persimpangan dengan


prioritas prioritas

Persimpangan dengan Persimpangan dengan


Silang datar berpintu Silang datar
prioritas prioritas
tanpa pintu

Rambu tambahan
Menyatakan jarak
Ditutup untuk
Beri semua
Berhenti Dilarang masuk
kesempatan kendaraan
dari kedua
arah

Prioritas bagi Prioritas bagi lalu lintas Silang datar dengan Silang datar dengan
lalu lintas dari muka dari muka satu jalur rel. dua atau lebih jalur rel.

Kendaraan bermotor Kendaraan bermotor Kendaraan bermotor Semua kendaraan


roda empat atau lebih roda tiga
dilarang masuk RAMBUdilarang
LARANGAN
masuk DAN PERINTAH
roda dua
dilarang masukl
bermotor
dilarang masukl

Bus dilarang masukl Mobil barang Kendaraan bermotor Kendaraan bermotor


dilarang masuk dgn kereta gandengan dengan kereta tempel
dilarang masuk dilarang masuk
Mesin kerja Dokar Gerobak dan pedati Gerobak dorong
dilarang masuk dilarang masuk dilarang masuk dilarang masuk

Gerobak dan dokar Semua kendaraan tidak Sepeda Becak dan kereta
dilarang masuk bermotor dilarang masuk dilarang masuk roda tiga
dilarang masuk

Sepeda atau becak dan Dilarang berhenti Dilarang parkir


kereta roda tiga
dilarang masuk

Dilarang membelok Dilarang membelok Dilarang membelok Dilarang mendahului


ke kiri ke kanan kendaraan lain
Dilarang menggunakan Kendaraan bermotor yg Kendaraan bermotor Kendaraan bermotor
isyarat suara Seluruh panjangnya dilarang beriringan yg seluruh lebarnya
termasuk Muatannya kurang dari jarak 15 m termasuk muatannya
melebihi yg ditentukan melebihi 2,5 m
dilarang masuk dilarang masuk

Kendaraan bermotor yg Kendaraan yg seluruh Kendaraan yg bobotnya Kendaraan tdk bermotor


Seluruh tingginya bobotnya, termasuk pada satu sumbu yg seluruh panjangnya,
termasuk muatan muatan melebihi melebihi tenaga yg termasuk muatannya
melebihi 3,5 m tonage yg ditentukan ditentukan dilarang Melebihi …. M
dilarang masuk dilarang masuk masuk yg ditentukan
dilarang masuk

Batas kecepatan Perintah berhenti Akhir batas kecepatan Akhir larangan


maximum yg mendahului
ditentukan
Akhir dari semua Arah yang diwajibkan Arah yang diwajibkan Lewat disini
Larangan setempat thd
kendaraan bergerak

Arah yang diwajibkan Arah yang diwajibkan Arah yang diwajibkan Wajib dan khusus
Untuk pejalan kaki

Wajib untuk sepeda


RAMBU PETUNJUK
Wajib untuk becak
Wajib untuk Wajib untuk dokar
dan kereta roda tiga
menunggang kuda

Wajib untuk gerobak Wajib untuk dokar, pedati Kecepatan minimum Akhir kecepatan mini-
dan pedati dan gerobak dorong yg diwajibkan mum yg diwajibkan
Wajib memakai rantai ban Akhir berlakunya jalan Pemberhentian Bus Pemberhentian Trem
khusus kendaraan bermotor

Rambu “jalan Tempat parkir Balai pertolongan Reperasi


terbuka atau tertutup pertama

Telepon Rumah makan


Pom bahan bakar Hotel dan motel

Kedai kopi Tempat wisata Tempat berkemah Tempat karavan


Tempat berkemah dan karavan Pesanggrahan Pemuda Tempat berjalan-jalan Tempat penyeberangan orang

Rumah sakit Jalan satu arah Jalan Buntu Jalan buntu

Khusus kendaraan bermotor Jalan raya lintas cepat Akhir jalan raya lintas cepat Pendahulu pra seleksi
Pada persimpangan

Penunjuk jurusan Penunjuk jurusan Penunjuk jurusan


dalam kota
Jalan satu arah Awal daerah kota Akhir daerah kota

Penunjuk tempat lewat Penunjuk jurusan


Jalan lintas utama ke Pelabuhan udara

Contoh papan tambahan :


Rambu penegasan
Penunjuk tempat lewat Jalan Penunjuk tempat lewat
baikuntuk kendaraan bermotor Keadaan jalan kurang baik
untuk kendaraan bermotor

Penunjuk jurusan
ke tempat perkemahan

Penunjuk jurusan ke tempat


Pesanggrahan pemuda
Lampu 3 Lampu 2 Lampu 2
Warna
ALAT PEMBERI ISYARAT Warna Warna
- Merah - Merah - Merah
BERFUNGSI UNTUK MENGATUR KENDARAAN
- Kuning / PEJALAN-KAKI
Kuning atau
- Hijau - Kuning

MARKA JALAN

MARKA JALAN ADALAH SUATU TANDA YANG BERADA DI PERMUKAAN JALAN ATAU
DIATAS JALAN YANG MELIPUTI PERALATAN ATAU TANDA GARIS MEMBUJUR,
MELINTANG, SERONG SERTA LAMBANG LAINNYA YANG BERFUNGSI MENGARAHKAN
ARUS LALU LINTAS YANG MEMBATASI DAERAH KEPENTINGAN LALU LINTAS

Mengatur Mengatur
Berkedip memberi
kendaraa PejalanPeringatan
kaki bahaya
JENIS MARKA JALAN :

1. Marka Membujur

a. Membujur tidak terputus : Larangan lewat dan tanda tepi jalur / jalan.

b. Membujur terputus-putus : Arahkan lalu lintas, peringatan ada Marka di depan


dan pembatas lakur / jalur jalan.

c. Kombinasi membujur terputus-putus dan tidak terputus.

d. Kombinasi Marka membujur tidak terputus.

2. Marka Melintang

a. Garis utuh tanda batas berhenti kendaraan terhadap Alat pemberi isyarat /
rambu larangan.
b. Garis ganda putus-putus berarti batas berhenti sewaktu mendahulukan
kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan.

c. Garis ganda putus-putus berarti batas berhenti sewaktu mendahulukan


kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan.

GARIS PAKU JALAN


Contohnya Cebra Cross Sebagai pemisah
jalan

3. Marka Lainnya.
Berhenti semua Berhenti Berhenti
arah depan belakang arah tertentu

12 GERAKAN ABA-ABA LALU


LINTAS

Berhenti Berhenti Jalan dari


arah depan arah belakang arah kanan
Jalan dari arah Jalan dari
kanan kiri arah kiri

Perlambat Perlambat
arah depan arah belakang

Percepat Percepat
arah kanan arah kiri
BUNYI PELUIT

1. Tanda peringatan/perhatian Tiga kali tiupan pendek

2. Tanda berhenti
Satu kali tiupan panjang

3. Tanda maju

Dua kali tiupan pendek

4. Tanda minggir

Tiga kali tiupan sedang

KRIDA PPB
BENCANA ALAM DAN PENANGANANNYA

LATAR BELAKANG

a. Letak geografis dan kondisi geologis Indonesia menyebabkan rawan bencana


alam.

b. Akibat bencana alam menimbulkan Sikon sgt merugikan bangsa Indonesia spt
kerugian materil jatuhnya korban manusia.kerusakan infrastruktur maupun
kond kam dan ketertiban masy yg tdk kondusif.

c. Berdasarkan pengalaman penanganan bencana alam selama ini terkesan


bahwa masyarakat kurang paham dan pemda kurang siap baik fasilitas
maupun personelnya.

PENGERTIAN-PENGERTIAN

 Informasi awal adalah bahan keterangan tingkat awal tentang suatu keadaan
peristiwa alam yang akan terjadi; yang didapatkan dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) yang berwenang untuk diteruskan kepada masyarakat.

 Bantuan pertolongan adalah suatu kegiatan Polri dalam rangka memberikan


pertolongan terhadap korban bencana alam atau korban massal akibat
kecelakaan.
 SAR Terbatas adalah suatu kegiatan bantuan dan penyelamatan yang
dilakukan oleh petugas Samapta Polri yang bekerjasama dengan unsur
bantuan pertolongan dari unsur bantuan lainnya dalam tugas pertolongan
dan penyelamatan korban akibat bencana alam atau kecelakaan.

 Penyelamatan (Rescue) adalah suatu kegiatan pertolongan terhadap korban


dengan tujuan meringankan beban korban untuk mendapatkan pertolongan
yang memadai dalam waktu singkat.

 Evakuasi adalah suatu kegiatan dukungan untuk mengirim penderita / korban


dari daerah bencana ke daerah yang aman.

 Korban adalah orang yang menderita akibat terjadinya suatu peristiwa


bencana alam atau kecelakaan.

 Korban massal adalah beberapa orang yang menderita akibat terjadinya


suatu peristiwa bencana alam ataukecelakaan

 Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi baik disengaja atau tidak yang
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa atau harta benda.

 Peristiwa alam adalah kejadian alam yang bukan merupakan kejahatan atau
pelanggaran pidana, dapat berupa: banjir, tanah longsor, gunung meletus,
gelombang pasang/tsunami, angin topan / angin ribut, wabah penyakit /
epidemi.

 Bencana alam adalah akibat yang ditimbulkan atas terjadinya suatu peristiwa
alam.

 Harta benda adalah barang milik dari korban akibat bencana alam atau
kecelakaan.

LANGKAH DAN TINDAKAN

1. SEBELUM TERJADINYA BENCANA


a. Membantu Polri menyampaikan informasi yg di ketahui dari pihak BMG
melalui berbagai media -massa tentang suatu keadaan peristiwa alam yang
akan terjadi kepada masyarakat.

b. Membantu Poiri dalam mensosialisasikan pemaham an bencana alam,cara


penyelamatan kepada masya rakat terutama di wilayah rawan bencana alam.

c. berperan aktif bersama Poiri dalam hal pelatihan prosedur penanganan


bencana khususnya tahap evakuasi

2. SETELAH TERJADINYA BENCANA

a. Unit perbantuan pengamanan lokasi

1) Siapkan anggota yg dinilai cakap u/ tugas ga-pam lokasi bencana alam.

2) Siapkan peralatan yg dimiliki dan diperlukan saka bhayangkara dalam


tugas ga-pam disesuaikan jenis bencana.

3) Membantu pengaturan lalu lintas di lokasi.

4) Mengawasi orang-orang yang enggunakan kesempatan berbuat jahat di


lokasi bencana.

b. Unit perbantuan pencarian dan pertolongan

1) Membantu mencari korban yang masih hidup dan di khawatirkan masih


berada dilokasi bencana.

2) Apabila menemukannya yang masih hidup segera mengevakusinya dan


menyerahkan pada tim evakusi/instansi terkait.

3) Membantu pendataan untuk jumlah korban baik yang masih hidup


maupun yang telah meninggal dunia dan meyerahkannya pada instansi yg
berwenang.
4) Utamakan keselamatan jiwa apabila terpaksa harus merusak
barang/benda lain yang menghaiangi pelaks tugas.

5) Melaporkan setiap perkembangan pada Polri

c. Unit perbantuan evakuasi

1) Membantu pendirian penampungan / tenda sementara yg aman &


terbuka utk penampungan korban di lokasi yg tlh ditentukan.

2) Membantu memberikan pertolongan pertama kpd korban terutama pd


korban yg msh hidup sesuai dg juk tim keslap.

3) Serahkan korban pd ptgs keslap utk mendapatkan pertolongan pertama.

4) Bantu evakuasi korban yg kritis dan perlu mendapatkan pertolongan


lanjutan.

5) Dlm laksgas tetap mengikuti juk dari Polri dan instansi yg berwenang.

MATERI TENTANG KEBAKARAN

LATAR BELAKANG
1. Polri sebagai Pelindung, Pelayan dan Pengayom Masyarakat, serta Aparat
Penegak Hukum dituntut untuk dapat menanggulangi setiap bentuk GKTM
yang terjadi di masyarakat termasuk kebakaran.

2 Saka Bhayangkara adalah merupakan bagian organisasi kepemudaan yang


tidak dapat dipisahkan dengan Polri dituntut untuk dapat berperan aktif
melakukan tindakan awal apabila terjadi kebakaran sebelum Tim pemadam
kebakaran dan Polri ke TKP.

DASAR HUKUM

A. UU. NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

B. KUHP.

C. SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL: Skep/250/IV/2004 tanggal 21 April 2004


TENTANG Buku Petunjuk Kegiatan SAR Terbatas

MATERI KEBAKARAN

1. Pengertian

a. Kebakaran (fire) adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh api tak terkendali,
dapat menimbulkan kerugian materi atau korban manusia.

b. Pembakaran (Arson) adalah kebakaran yang disengaja.

c. Penyalaan

1) Api terjadi bila bahan mudah terbakar ditambah dengan adanya oksigen/udara
mendapat panas sehingga mencapai suhu tertentu (ignition temperature)

2) Timbulnya yang saling berhubungan yaitu : adanya material yang mudah


terbakar seperti kayu, plastik, spon dan lain-lain, adanya udara/oksigen
secara konstan, adanya sumber penyalaan dan reaksi berantai
A. istrik/Hubungan Arus Pendek

B. Kelalaian Manusia

C. Bio Kimia

D. Bahan Kimia

3. PENAGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

A. Menghubungi petugas pemadam kebakaran

B. Bersama masyarakat dan petugas pemadam kebakaran memadamkan dan


lokalisir kebakaran.

C. Bantu cari dan tolong korban yang ada dalam area kebakaran

D. Bantu pembuatan dapur umum

E. Bantu amankan harta/barang milik korban

4.PEMADAM KEBAKARAN

A. Dengan cara konvensional (siram dengan air), gunakan karung goni basah.

B. Gunakan tabung pemadam kebakaran

C. Gunakan bom air dengan Helikopter untuk kebakaran hutan.


D. Gunakan mobil pemadam kebakaran.

5. REHABILITASI KORBAN KEBAKARAN

A. Bantu dirikan tenda-tenda darurat


B. Bantu perbaiki rumah korban kebakaran yang rusak tidak terlalu parah.
C. Bantu tenaga medis pada saat pengobatan massal.
D. Menghubungi Psycolog untuk mencegah trauma pada korban

ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN

ADALAH TINDAKAN – TINDAKAN YANG DILAKUKAN SEBELUM TERJADI KEBAKARAN


(PREVENTIVE) SEWAKTU TERJADI KEBAKARAN (REPRESIVE)

PREVENTIVE (PENCEGAHAN)

TINDAKAN YANG DILAKUKAN SEBELUM TERJADINYA KEBAKARAN DENGAN


MAKSUD DAPAT MENGURANGI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN, ANTARA
LAIN :

1. MENGADAKAN PENYULUHAN
2. WASPADA TERHADAP PENYIMPANAN BARANG DAN PENGGUNAAN
BARANG

3. PERALATAN YANG DAPAT MENIMBULKAN API

4. WASPADA PERALATAN PEMADAM

5. PENGADAAN SARANA PENYELAMATAN DAN EVAKUASI

6. MEMPERSIAPKAN JUKLAK

7. MENGADAKAN LATIHAN SECARA BERKALA

REPRESIF (PEMADAMAN)

TINDAKAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT TERJADINYA KEBAKARAN DENGAN


MAKSUD MENJAGA MELUASNYA AREAL KEBAKARAN DAN
MENGURANGI/MEMPERKECIL KERUGIAN HARTA BENDA, ANTARA LAIN:

1. MELAKSANAKAN PEMADAM DENGAN PERALATAN YANG TERSEDIA


DITEMPAT TERSEBUT.

2. MEMBERITAHUKAN KEPADA PARA PENGHUNI

3. MENGHUBUNGI YANG BERWAJIB.

4. MELOKALISIR DAERAH KEBAKARAN . (PENGAMANAN).

5. PELAKSANAAN PREVENTIVE

6. MEMPERSIAPKAN TEMPAT BERHIMPUN DI AERAH AMAN.

PENYEBAB KEBAKARAN

BERDASARKAN PENGAMATAN, PENGALAMAN, LIDIK DAN ANALISA PADA SETIAP


PERISTIWA KEBAKARAN DAPAT DISIMPULKAN BAHWA PENYEBAB TERJADINYA
KEBAKARAN ADALAH KARENA UNSUR.
1.MANUSIA

2.PENYALAAN SENDIRI

3.GERAKAN ALAM

1.MANUSIA

-KURANG PENGERTIAN/PENGETAHUAN TERHADAP PENANGULANGAN BAHAYA


KEBAKARAN

-KELALAIAN / MALAS

-DISENGAJA

2. PENYALAAN SENDIRI

SUATU KEBAKARAN YANGTERJADI DENGAN SENDIRINYA BAIK KARENA REAKSI KIMIA,


TEKANAN DAN LAIN-LAIN.

-PADA PENYIMPANAN TEMBAKAU,GAPLEK

-TIMBUNAN SAMPAH

-REAKSI KIMIA

3. GERAKAN ALAM

YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR-FAKTOR ALAM SEPERTI :

-GUNUNG MELETUS YANG MENYEBABKAN BATU-BATUAN PIJA, LAHAR PANAS DLL.


-KILATAN PETIR YANG MERUPAKAN LOMPATAN LISTRIK

-SINAR MATAHARI

-DLL

API

• API ADALAH SUATU REAKSI KIMIA YANG DIKENAL SEBAGAI PEMBAKARAN.

• DEFINISI API ADALAH SUATU OKSIDASI DARI BENDA-BENDA YANG MUDAH


TERBAKAR DAN DIIKUTI OLEH SUATU PELEPASAN ENERGI DALAM BENTUK
PANAS DAN CAHAYA.

• TERJADINYA API MENURUT PENGAMATANNYA TERDIRI DARI 3 UNSUR YAITU :

1. BAHAN DAPAT TERBAKAR

2. PANAS YANG CUKUP

3. OKSIGEN YANG CUKUP

UNTUK TERJADINYA API (TERUTAMA YANG MENYALA) PERLU ADANYA


KESEIMBANGAN DARI KETIGA UNSUR DIATAS, HAL TERSEBUT DIGAMBARKAN DALAM
SUATU SKEMA YANG DISEBUT DENGAN SEGITIGA API

SEGITIGA API
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

• ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) ADALAH ALAT PEMADAM YANG DAPAT
DIBAWA DAN DIGUNAKAN OLEH SATU ORANG DAN BERDIRI.

• JENIS :AIR, FOAM, TEPUNG KIMIA KERING (DRY CHEMICAL


POWDER) CO2, HALLON, DLL

• UKURAN :1/2 KG S/D 36 KG

• KEKUATAN :5 TH SETELAH PENGISIAN KECUALI UNTUK JENIS FOAM 1 TH

• PENEMPATAN :*DIPASANG PADA DINDING DENGAN PENGUAT SENGKENG/


DALAM BOX KACA

*TERLIHAT DENGAN JELAS (TIDAK TERHALANG BENDA)

*DIATAS LANTAI PALING TINGGI 1,2 M

*ADA TANDA PETUNJUK ALAT PEMADAM API.

• CARA MENGGUNAKAN :

*AMBIL APAR YANGTERDEKAT DENGAN TEMPAT KEJADIAN

*LEPASKAN PEN KUNCI PENGAMAN


*CORONG ARAHKAN KETEMPAT PANGKAL API YANG TIPIS (MENJALAR)
DENGAN GERAKAN MENYAPU

*BERDIRI DIBELAKANG ARAH ANGIN / SAMPING KIRI KANAN

SPRINKLER

A.BERDASARKAN KEPEKAAN

B. BERDASARKAN ARAH PANCARAN

1. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi

2. Aktivitas sesar di permukaan bumi

3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah

4. Aktivitas gunung api

5. Ledakan nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan


keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor,runtuhan batuan, dan
kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran,kecelakaan industri dantransportasi
serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

Gejala dan Peringatan Dini


1. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba
2. Belum ada metode pendugaan secara akurat

Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang
dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada.

a. Di dalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda
harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah
kebawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika
anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah
terjadinya kebakaran.

b. Di sekolah

Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau


buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak
yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiridekat gedung,
tiang dan pohon.

c. Di luar rumah

Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di


daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya
kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan
menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

d. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall


Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti
semua petunjuk dari petugas atau satpam.

e. Di dalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.


Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka
tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya
dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung
dengan menggunakan interphone jika tersedia.

f. Di kereta api

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan


terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah
mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi
petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

g. Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda
mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan
dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

h. Di gunung/pantai

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah


langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami.
Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah
mengungsi ke dataran yang tinggi.

i. Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat
terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit
akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah
memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada disekitar
anda.

j. Dengarkan informasi

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya.


Untukmencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan
bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh
informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak
karena informasi orang yang tidak jelas.

2. Sejarah Pemadam Kebakaran

Pemadam Kebakaran Dibentuk Pada Zaman


Romawi . Pada hakekatnya manusia sangat membutuhkan
api dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan terhadap api
itu tak bisa dihindari, karena manusia memerlukan
penerangan ketika datang kegelapan malam. Begitu juga
api diperlukan manusia sebagai alat untuk menghangatkan
badan dari cuaca dingin, dan alat perlindungan dari
binatang buas. Dan tentunya manusia menghadapi
masalah sebelum mampu menciptakan api. Seolah-olah
unsur panas yang dilihat dan dirasakan manusia pada
waktu itu sebagai akibat letusan gunung berapi atau
sambaran petir. Keadaan ini mendorong manusia untuk berpikir agar dapat
mengontrol api, sehingga api dapat bermanfaat bagi kehidupannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu memberi


pengaruh dalam mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak terhadap
perkembangan sosial dan politik seiring dengan perkembangnya pemukiman
penduduk yang menetap. Akan tetapi, api yang sudah diketahui dapat bermanfaat
bagi kehidupan manusia, tetap dipandang sebagai elemen suci dan hebat. Banyak
mitologi yang menganalogikan api menjadi sifat atau karakter manusia.

Ketika manusia merasakan pengalaman bahwa api juga bersifat sangat


merusak, sejak itu manusia terdorong untuk mengetahui cara mengontrol keganasan
api. Ini terjadi kira-kira 300 tahun sebelum masehi (SM) di Roma. Ketika itu petugas
pemadam kebakaran dan penjaga malam dibentuk dan ditugaskan kepada
sekelompok orang yang diberi nama Familia Publica dan operasional dari kelompok
ini diawasi oleh komite negara.

Dalam buku yang berjudul Principles of Protection karya Arthur Cote, P.E dan
Percy Bugbee dijelaskan, di zaman pemerintahan kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar
Octavianus) pada 27 SM sampai 12 Masehi, Roma mengembangkan Departemen
Kebakaran untuk tipe penghunian. Dan departemen ini mengorganisir para budak
dan warga negara dalam wadah yang bernama Satuan Jaga (pelayanan penjagaan).
Selanjutnya, dikeluarkan dekrit yang menyatakan seluruh rakyat wajib menjaga dan
mengontrol api.

Adapun satuan jaga tersebut merupakan organisasi (pemadam kebakaran)


yang pertama. Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk melindungi manusia terhadap
bahaya kebakaran. Tugas utama mereka adalah melakukan patroli dan pengawasan
pada malam hari (dilakukan oleh Nocturnes). Dalam perkembangan selanjutnya,
setiap anggota pasukan mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Contohnya,
beberapa anggota (aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi kebakaran.
Kemudian, dibangun pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan
pompa tangan dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii
adalah sebutan bagi pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran
dinamakan Praefectus Vigilum yang memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.

Sedangkan hukum Romawi mengutus Quarstionarius (sekarang sama dengan


Polisi Kebakaran), yang bertugas mengklarifikasi sebab-sebab terjadinya kebakaran.
Pemerintah Kerajaan Romawi pada masa itu mulai menentukan kebijakan me-ngenai
penggunaan selang kulit bagi kepentingan pemadaman kebakaran. Petugasnya juga
membawa bantal besar ke lokasi kebakaran, sehingga orang yang terjebak di gedung
tinggi dapat meloncat dan mendarat di atas bantal tersebut. Marco Polo mencatat
tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni pasukan rakyat dari pasukan
pengawas dan pasukan kebakaran yang mempunyai tugas pencegahan kebakaran
telah terbentuk di Hangchow. Mereka dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengerahkan satu sampai dua ribu orang untuk memadamkan api. Ribuan pasukan
itu dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 orang, 5 orang berjaga pada siang,
dan selebihnya berjaga pada malam hari.

Peraturan Tentang Proteksi Kebakaran Ketika kerjaan Romawi jatuh, sangat


sedikit dan hampir tidak ada usaha untuk membentuk organisasi yang melindungi
dan mengontrol kebakaran. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ketika
itu hanya ada peraturan tentang proteksi kebakaran yang bernama Curfew (bahasa
Perancis: mengatasi kebakaran) yang mengharuskan rakyat memadamkan api pada
jam tertentu di malam hari. Selain Curfew, peraturan hampir serupa dibuat di Oxford
Inggris pada tahun 872.

Pada tahun 1189, Wali Kota pertama Inggris membuat peraturan yang
mengharuskan bangunan baru berdinding dan atap batu atau ubin. Sedangkan
penggunaan atap rumah dari ilalang yang sudah cukup tua usianya dilarang.
Kemudian, pada tahun 1566, di Manchester dibuat peraturan tentang penyimpanan
tentang penyimpanan bahan bakar yang aman untuk oven roti. Dan peraturan ini
merupakan Undang-undang per-tama yang dibuat dalam rangka pencegahan
kebakaran, yang tidak berhubungan langsung dengan struktur bangunan. Adapun
Undang-undang negara yang pertama kali dibuat adalah Undang-undang Parlemen
Inggris (1583), yang menyangkut ketentuan larangan pembuatan lilin dengan cara
mencairkan lemak di dalam bangunan perumahan. Pada tahun 1647, pembuatan
cerobong asap yang terbuat dari kayu dilarang.

Pada tahun 1666 di London ter-jadi kebakaran. Atas peristiwa ini dibentuk
peraturan tentang bangunan yang komplit. Namun sampai tahun 1774 belum juga
terbentuk komisi yang bertugas menegakkan peratu-ran. Bisa dibayangkan, betapa
mandul nya peraturan maupun Undang-undang tentang pencegahan kebakaran yang
telah dibuat selama kurun waktu lebih satu abad ketika itu. Sampai tahun 1824
komisi yang dimaksud di atas belum juga terbentuk. Pada tahun itu di Edinburgh,
Skotlandia, dibentuk pasukan keba-karan. Tugas pasukan ini mengembangkan
peraturan mengenai proteksi kebakaran, dan standar operasi yang lebih maju. Yang
ditunjuk sebagai komandan pasukan kebakaran di Edinburgh adalah peneliti yang
bernama James Braidwood. Ia penulis buku pegangan (handbook) ten-tang operasi
Departemen Kebakaran. Buku pegangan karyanya itu lebih maju dibanding teori
sebelumnya yang dibuat oleh James pada 1830. Buku ini berisikan 396 standar dan
gambaran tentang pelayanan terbaik yang harus dilakukan Departemen Kebakaran.
Pengawas kebakaran malam hari dibentuk di kota besar Amerika pada zaman
kolonial. Pada tahun 1654 di Boston, seorang bellman ditugaskan bekerja dari pukul
10 malam hing-ga pukul 5 pagi. Tiga tahun kemudian, terjadi pembaharuan di New
York. Sipir kebakaran dibantu delapan orang sukarelawan, pengawas kebakaran
bertugas malam hari. Sukarelawan ini disebut sebagai pengawas berderak karena
setiap jaga mereka selalu membunyikan alarm yang bunyinya berderak-derak.
Pengawas kebakaran malam, merupakan lembaga masyarakat sebelum terbentuknya
kesatuan polisi warga yang dibentuk di New York pada tahun 1687. Lembaga ini
pertama kali dibentuk mengingat besarnya kerugian harta benda yang diasuransikan,
dan dipandang sangat penting. Lembaga masyarakat ini mempunyai tugas penting,
yaitu melakukan patroli guna membantu lembaga asuransi yang baru terbentuk agar
dapat diterima masyarakat.

Pada tahun 1631, di Boston terjadi bencana kebakaran. Setelah peristiwa itu,
untuk pertama kalinya di Amerika dibentuk Undang-undang Kebakaran. Isinya
mencakup larangan penggunaan ilalang untuk atap rumah, penggunaan cerobong
asap dari kayu. Dan ketentuan tersebut dijalankan oleh pemerintahan Boston yang
terpilih. Padan tahun 1647 Amsterdam Baru (sekarang kota New York) menunjuk
para tenaga survei bangunan untuk mengontrol bahaya kebakaran yang melanda
bangunan. Beberapa tahun kemudian, tenaga survei itu dinamakan pengawas
kebakaran hunian lima, yang mempunyai tanggung jawab pencegahan kebakaran
umum. Kronologis tersebut dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Departemen
Kebakaran di Amerika Utara.

Pada tanggal 14 Januari 1653, pemerintah Boston memberikan perintah


untuk membeli mobil pompa. Dalam hal ini, tidak ada catatan dari mana asal mobil
pompa dan kapan diadakan perawatan. Pada saat itu, Undang-undang tambahan
tentang proteksi kebakaran juga dibentuk. Undang-undang pada tahun 1653 ini
mengharuskan seluruh rumah menyimpan kain pel sepanjang 12 kaki. Ini digunakan
bagi keperluan memadamkan kebakaran atap, dan setiap bangunan rumah harus
memiliki tangga yang mampu menjangkau tepi atap. Pada saat yang sama, kota juga
menyediakan tangga, kaitan, dan rantai guna merobohkan rumah di luar jalur
penyebaran api. Senapan serbuk kadang dipakai dalam operasi ini. Dan rumah yang
dirobohkan demi kepentingan mencegah kebakaran tidak menjalar, pemiliknya tidak
menerima ganti rugi. Ketentuan ini memang sudah didekritkan.

3. Pengetahuan Dasar DAMKAR


Sebelum kita dapat melakukan usaha
penanggulangan kebakaran, adalah wajar apabila kita
perlu untuk mengetahui dan mengenal terlebih dahulu
apa dan bagaimanakah kebakaran itu. Setelah itu maka
kita akan menyadari bahwa peristiwa/masalah kebakaran
sesungguhnya merupakan masalah yang menjadi ancaman
bagi semua orang, baik disadari ataupun tidak.

Untuk itu tulisan ini dibuat tanpa maksud menggurui mengajak semua pihak untuk
lebih mengenal tentang Kebakaran khususnya api dengan lebih baik.

KIMIA API

Kita semua tahu bahwa untuk dapat menghadapi dan mengalahkan musuh,
kita harus tahu segala hal tentang musuh kita kekuatan, kelemahan, strategi perang,
dan lainnya. Memiliki gambaran tentang kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh
musuh, membuat kita dapat membuat rencana untuk menga-tasi aksi tersebut, dan
lebih baik lagi melakukan pencegahan agar aksi tersebut tidak dapat berjalan.
Demikian juga apabila kita mengahadapi masalah kebakaran, kita harus tahu tentang
bagaimanakah api dapat terjadi, bagaimana api dapat menyebar, apa yang dapat
menimbulkan api, bagaimana mencegah api timbul, dan banyak lagi, sehingga kita
siap menghadapi musuh kita semua, yaitu kebakaran.

PEMBAKARAN

Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan
dalam ilmu kebakaran dua kata tersebut sudah menjadi tak
terpisahkan.Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang
biasanya menghasilkan panas dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).

Selanjutnya apakah reaksi oksidasi itu?; Dalam konteks masalah kebakaran


dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh
reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu
kimia, reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh oksidator/
pengoksidasi kepada reduktor/pereduksi.
Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi
cepat, berarti ada reaksi oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai
contohnya adalah peristiwa perkaratan besi.

Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar.
Jadi bahan bakar dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar
ia harus dirubah dahulu ke bentuk fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus
mengalami pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang lebih seder-hana yang akan
terbakar. Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan diuapkan, lalu
uap bahan bakar tadi yang akan terbakar.

Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring


dengan kebakaran, yaitu ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa
oksidasi yang sangat cepat.

NYALA API

Selama ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini
adalah salah satu dari bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi
dengan panas dan cahaya yang ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh
bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon,
yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang. Nyala api akan
lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk antara
dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur
dengan warna merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.

BARA API

Bara api memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi
adanya bahan-bahan yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran
terjadi. Contoh yang baik untuk bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada
permukaan benda berhubungan dengan temperaturnya. Beberapa warna yang
terlihat dan tempe-raturnya ditampilkan seperti di tabel 1.

SEGITIGA API
Dari bahasan sebelumnya kita telah tahu bahwa pembakaran/api adalah
suatu reaksi oksidasi, jadi harus ada oksidator/pengoksidasi dan reduktor/ pereduksi/
bahan yang dioksidasi. Dari sini kita telah men-dapatkan dua komponen
peristiwa/reaksi pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan reduktor di sini
adalah bahan bakar. Lalu selain itu apa lagi? Dalam kehidupan sehari-hari kita
mengetahui bahwa suatu benda yang dapat terbakar (bahan bakar) dalam kondisi
normal tidaklah terbakar, baru apabila kita panaskan untuk beerapa lama dia akan
dapat terbakar. Ini juga berarti kita telah mendapatkan satu lagi komponen
pembakaran/api, dari apa yang sudah umum kita ketahui.

Dalam ilmu kebakaran ketiga komponen tersebut dikenal dengan segitiga api,
yaitu sebuah bangun dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Dimana masing-
masing sisi mewakili satu komponen kebakaran/api, yaitu: Oksigen, Panas dan Bahan
bakar.

Lalu mengapa segitiga sama sisi? Jawabannya adalah bahwa suatu peristiwa/
reaksi pembakaran akan dapat terjadi apabila ketiga komponen tersebut berada
dalam keadaan keseimbangannya. Kese-imbangan dimaksud di sini bukanlah sama
dalam jumlah atau banyaknya, akan tetapi suatu bahan akan dapat terbakar apabila
kondisi di mana terjadi/akan terjadi pembakaran/api memiliki perbandingan tertentu
antara bahan dimaksud dengan oksigen yang harus tersedia. Selain itu kondisi
temperatur bahan dan atau lingkungan reaksi memiliki tem-peratur (yang
menggambarkan tingkat kepanasan suatu benda) tertentu juga.

OKSIGEN

Pada sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak
dapat terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk
kehidupan yang sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki
oksigen dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api
oksigen dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia
hanya mendukung proses pembakaran.

PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan
untuk meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana
jumlah uap bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi
penyalaan.

1. Sumber-sumber Panas

Sumber-sumber panas/energi panas sangatlah beragam, dapat


disebutkan disini adalah:

Arus listrik

Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya hambatan


terhadap aliran arus, kelebihan beban muatan, hubungan pendek, dan
lain-lain;

Kerja mekanik

Panas yang dihasilkan oleh kerja mekanik biasanya dari gesekan dua
benda atau gas yang diberi tekanan tinggi;

Reaksi kimia

Pada reaksi kimia, hubungan dengan panas, terdapat dua macam


reaksi yaitu reaksi endotermis dan eksotermis. Reaksi endotermis adalah
reaksi yang mem-butuhkan panas untuk dapat berjalan, sedang rekasi
eksotermis adalah kebalikannya yaitu menghasilkan panas dan reaksi
inilah yang merupakan sumber panas. Reaksi kimia disini tidak hanya
terbatas pada reaksi perubahan atau pembentukan senyawa baru, akan
tetapi dapat juga dalam bentuk proses pencampuran dan atau pelarutan;

Reaksi nuklir

Reaksi nuklir yang menghasilkan panas dapat berupa fusi atau fisi.

Radiasi matahari
Sinar matahari dapat menjadi sumber panas yang dapat menye-babkan kebakaran
apabila intensitasnya cukup besar, atau di ter/difokuskan oleh suatu alat optik.

2. Cara-cara Perpindahan Panas

Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran


perpindahan panas ini harus mendapat perhatian yang besar, karena
apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan
kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain.

Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu:


konduksi, konveksi dan radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada
juga yang disnyulutan langsung.

Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas
berpindah di dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain
yang memiliki temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita
memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan
berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.

Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida


atau bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas
berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan
pembawa panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di
lantai bawah sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau
gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.

Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan
penghantar seperti pada dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas
berpindah secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber
panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa
dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari
dapat sampai ke bumi.

BAHAN BAKAR

Sisi yang lain (ke-tiga) adalah bahan bakar. Berbeda dengan apa yang umum
disebut sebagai bahan bakar oleh setiap orang, bahan bakar dalam hubungannya
dengan ilmu kebakaran adalah setiap benda, bahan atau material yang dapat
terbakar dianggap sebagai bahan bakar. Apabila kita perhatikan, maka akan kita
dapati bahwa hidup kita selalu dikelilingi oleh bahan bakar. Oleh karena itu adalah
sesuatu yang wajib bagi kita untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bahaya
kebakaran.

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar,
yaitu:

Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair
menghasilkan uap dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat dari
campuran bahan bakar dan udara (oksigen).

Fire point : temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair
dapat memproduksi uap dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya
pembakaran yang kontinyu/terus menerus.

TETRAHEDRON API
Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen
seperti yang dimaksud dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses
pembakaran yang dibutuhkan oleh proses pembakaran untuk mendukung
kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu rantai reaksi kimia antara
bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan menyalanya api,
molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih sederhana.
Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen
tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan
terpecah, bergabung ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala,
menyebabkan naiknya temperatur, menyeap oksigen tambahan, dan melanjutkan
rantai reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh substansi/bahan
yang terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama tersedia bahan
bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur
mendukung,reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan
demikian segitiga api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga
termasuk komponen pembakaran, berubah menjadi satu bangun tiga dimensi
segitiga piramida (tetrahedron).

GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN

Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab
utama kematian dalam peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi
penyebab utama? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas
beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.

Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran
dapat dilihat dibawah ini.

Karbon monoksida (Carbon monoxide)

Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa


kebakaran karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia
mencapai konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida
adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari
pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga
kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin
mobil.
Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume
dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15
menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen
mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap
menyimpan bahaya.

Karbon dioksida (Carbon dioxide)

Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna


senyawa organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida
akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh
tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida
dalam jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas karena
kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan
pemadam api. Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda
bahaya,bukan karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah
kondisi yang jauh dari kondisi normal.

Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)

Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida
tetapi dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm
dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida
dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit
karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen sianida
lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada kebakaran
dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.

Phosgene (COCl2)
Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa
hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida.
Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun.
Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit.

Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride)

Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang


mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun
phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di
lingkungan yang terdapat gas ini.

TAHAPAN KEBAKARAN DALAM RUANGAN

Pada umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga


tahapan. Masing-masing tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya
berhubungan dengan bahan yang terbakar yang berbeda-beda. Lama dari masing-
masing tahapan bervariasi tergantung keadaan dari penyulutan, bahan bakar, dan
ventilasi, akan tetapi secara keseluruhan tahapannya adalah kebakaran awal
kebakaran bebas kebakaran menyurut.

Kebakaran Tahap Awal Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran
setelah terjadi penyulutan.

Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat.
Konsntrasi Oksigen dalam ruangan masih dalam kondisi normal (21%) dan
temperatur dalam ruangan secara keseluruhan belum meningkat. Gas panas hasil
pembakaran dalam betuk kepulan bergerak naik dari titik nyala. Dalam kepulan gas
panas terkandung bermacam-macam material seperti deposit karbon (jelaga)
ataupun padatan lain, uap air, H2S, CO2, CO, dan gas beracun lainnya,semuanya
tergantung dari jenis bahan bakar atau bahan yang terbakar. Panas akan dihantar
secara konveksi oleh material-material tadi ke atas ruangan dan mendorong oksigen
kebawah yang berarti ke titik nyala untuk mendukung pembakaran selanjutnya.

Tahap Penyalaan-bebas
Kebakaran akan menghebat sejalan dengan bertambahnya bahan yang
terbakar. Konveksi, konduksi, dan kontak langsung memperluas perambatan api dan
keluar dari bahan bahakar awal sampai bahan didekatnya mencapai temperatur
penyalaannya dan mulai terbakar. Radiasi panas dari nyala api mulai menyebabkan
bahan bahan lain mencapai titik nyalanya, memperluas kebakaran kesamping.
Kecepatan perluasan kebakaran kesamping tergantung dari berapa dekat bahan di
dekatnya dan juga susunan bahannya. Gas panas yang dihasilkan pembakaran
berkumpul di langit-langit ruangan membentuklapisan asap. Temperatur dari lapisan
asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di ruangan tersebut memiliki konsentrasi
oksigen paling rendah; temperatur tinggi; dan jelaga, asap, dan produk pirolisis yang
belum terbakar sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi di dekat
lantai ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin dan
mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal) yang bercampur
dengan hasil pembakaran. Kemungkinan untuk hidup masih cukup di dalam ruangan
apabila seseorang bertahan pada posisi merendah pada lapisan dingin dan tidak
menghirup gas di bagian atas. Ketika lapisan panas mencapai titik kritisnya pada +
600oC (1100oF), ini sudah cukup untuk menghasilkan radiasi panas yang
menyebabkan bahan bakar lainnya (seperti karpet dan furnitur) di dalam ruang
mencapai titik nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan menyala secara serentak,
dan ruangan dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi, temperatur seluruh
ruangan mencapai titik maksimalnya dan kemungkinan hidup dalam berada di dalam
ruangan ini untuk lebih dari beberapa detik sangat tidak mungkin. Flashover oleh ahli
ilmu kebakaran didefinisikan sebagai proses pengembangan, radiasi, dan
pembakaran lengkap dari semua bahan bakar dalam suatu ruangan.

Api/kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar,


udara, dan temperatur (bahan bakar oksigen - panas). Apabila ventilasi terbatas,
pertumbuhan api akan lambat, peningkatan temperatur akan lebih bertahap, asap
akan dihasilkan lebih banyak, dan penyalaan gas panas akan tertunda sampai didapat
tambahan udara (oksigen) yang cukup.

Tahap Api Mengecil

Akhirnya, bahan bakar habis dan nyala api secara bertahap akan berkurang
dan berkurang. Apabila konsentrasi oksigen dibawah 16%, nyala api dari pembakaran
akan berhenti meskipun masih terdapat bahan bakar yang belum terbakar.
Pembakaran yang terjadi adalah pembakaran tanpa nyala api. Temperatur masih
tinggi di dalam ruangan, tergantung dari bahan penyekat dan ventilasi dari ruangan
tersebut. Beberapa bahan masih mengalami pirolisis atau terbakar tidak sempurna
menghasilkan gas karbon monoksida dan gas bahan bakar lain, jelaga, dan bahan
bakar lain yang terkandung dalam asap. Apabila ruangan tidak memiliki ventilasi yang
cukup, maka akan terbentuk campuran gas yang dapat terbakar. Maka apabila ada
sumber penyalaan yang baru, akan dapat terjadi kebakaran kedua diruangan
tersebut, sering disebut backdraft atau ledakan asap.

4. Klasifikasi Jenis Kebakaran

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:


1. Kelas 1

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya


kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman
kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.

2. Kelas 2

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar


berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-
lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat
jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan
melebar kemana-mana

3. Kelas 3
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman
kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau
racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar kita aman
dalam memadamkan kebakaran

Prinsip Pemadaman Kebakaran

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi
karena persenyawaan dari:

1. Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar
matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu,
plastik dan sebagainya.

3. Oksigen (tersedia di udara)

Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan


terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah
terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan
Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya.

Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan


adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita
menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut
akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen
yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan
api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni
yang basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api
tersebut asal semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman
tersebut dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita
menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas
dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.
Peralatan Pencegahan Kebakaran

1. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna


karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini
mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai
dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah
tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila
di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu
tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari
bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan
dipakai di Indonesia.

2. Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran
kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk
hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya
ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.

3. Detektor Asap / Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan


memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah
maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.

4. Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap


orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat
5. Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan


memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu
suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut

Pencegahan Kebakaran

Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan


perlengkapan pemadaman suatu kebakaran maka kita harus bisa mengelola
kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen /pengelolaan pencegahan bahaya
kebakaran.

Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan kebakaran pada bangunan


tinggi.

1. Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu.


o Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain

o Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok dan lain-
lain

2. Penilaian Resiko

Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang

3. Monitoring

Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam


Kebakaran, Training, Fire Drill / Latihan Kebakaran dan lain-lain

4. Recovery / Pemulihan

Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K,


Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.
KRIDA TPTKP

Krida Tindakan Pertama Di Tempat Kejadian Perkara (TP TKP)

TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP)

PENDAHULUAN

1. Tindakan Pertama di TKP baik perorangan / kesatuan merupakan kegiatan


yang tidak terpisahkan dalam proses penyidikan dan merupakan langkah
awal untuk dapat mengungkap tindak pidana yang terjadi.

2. TKP merupakan salah satu sumber keterangan yang penting dan bukti-bukti
yang harus diolah dalam usaha untuk mengungkap kasus tindak pidana.

3. Kemampuan petugas dalam melakukan Tindakan Pertama di TKP (bertindak


tertib, cermat, mampu menahan diri, kontrol diri, tidak terburu-buru, tidak
terpengaruh oleh siapapun), berpeluang besar untuk mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan dalam pengungkapan kasus tindak
pidana yang terjadi
PENGERTIAN

1. Tempat Kejadian Perkara adalah :

a. Tempat dimana suatu tindak pidana dilaksanakan / terjadi atau akibat yang

ditimbulkan.

b. Tempat-tempat lain dimana barang bukti atau korban yang berhubungan

dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan.

2. Penanganan TKP

Adalah tidakan yang dilaksanakan di TKP dalam bentuk kegiatan dan Tindakan
Kepolisian yang terdiri :

a. Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TP TKP)

b. Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (Olah TKP)

3. Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara

Adalah tindakan Kepolisian yang harus dilaksanakan segera setelah


terjadinya tindak pidana untuk memberi pertolongan / perlindungan kepada korban /
anggota masyarakat, serta penutupan dan pengamanan TKP guna persiapan
penyidikan selanjutnya.

4. Pengolahan Tempat Kejadian Perkara

Adalah tindakan / kegiatan setela TP TKP dilaksanakan dengan maksud untuk


mencari, mengumpulkan, mengenal, mengevaluasi petunjuk, keterangan dan bukti
serta identitas tersangka menurut teori “Bukti Segitiga” guna memberi arah
penyidikan selanjutnya.
5. Tindak pidana

Adalah setiap perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau


pelanggaran baik yang tersebut dalam KUHP maupun dalam peraturan Per Undang-
Undangan lainnya.

6. Laporan

Adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak /


kewajibannya berdasarkan UU kepada pejabat yang berwenang tentang telah /
sedang atau diduga akan terjadinya tindak pidana.

7. Pengaduan

Adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepantingan


kepada pejabat yang berwenang guna menindak menurut hukum, seseorang yang
telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.

8. Tersangka

Adalah seseorang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti


permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

9. Saksi

Adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan penyidikan,


penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar, lihat dan
alami sendiri.
KETENTUAN PENANGANAN TKP :

1. KETENTUAN TENTANG TEMPAT KEJADIAN PERKARA

2. TUJUAN TINDAKAN PERTAMA TEMPAT KEJADIAN PERKARA

3. DASAR TINDAKAN PERTAMA TEMPAT KEJADIAN PERKARA

4. KEWAJIBAN MENDATANGI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

5. PRINSIP PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA


KETENTUAN PENANGANAN TKP :

KETENTUAN TENTANG TEMPAT KEJADIAN PERKARA

1. Secara umum setiap tempat dimana diduga telah terjadi tindak pidana harus
dianggap TKP

2. TKP merupakan salah satu sumber keterangan yang penting dan bukti-bukti
yang dapat menunjukkan / membuktikan adanya hubungan antara koban,
pelaku, BB dan TKP itu sendiri, dari hubungan tersebut diusahakan untuk
dapat diungkapkan pokok-pokok masalah sebagai berikut :

a. Benarkah tindak pidana itu terjadi ?

b. Bagaimana tindak pidana itu terjadi ?

c. Siapa yang melakukan tindak pidana itu ?

d. Dengan apa tindak pidana dilakukan ?

e. Mengapa tindak pidana dilakukan ?

f. Dimana tindak pidana dilakukan ?

f. Bilamana tindak pidana dilakukan ?

TUJUAN TINDAKAN PERTAMA TEMPAT KEJADIAN PERKARA

1. Menjaga agar TKP berada dalam keadaan sebagaimana saat dilihat /


ditemukan petugas yang melakukan TP TKP, serta memberi pertolongan /
perlindungan kepada korban / anggota masyarakat bilamana diperlukan
sambil menunggu Olah TKP. “MENJAGA STATUS QUO / KEASLIAN TKP”

2. Melindungi agar barang bukti yang diperlukan tidak hilang, rusak, tidak ada
penambahan / pengurangan dan tidak berubah letaknya yang berakibat
menyulitkan / mengkaburkan pengolahan TKP dan pemeriksaannya secara
tekhnis ilmiah. “ MENGAMANKAN TKP”

3. Untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan penyelidikan lebih


lanjut dalam menjajagi / menentukan pelaku, korban, saksi, BB, Modus
Operandi dan alat yang dipergunakan, dalam rangka mengungkapkan tindak
pidana. “MEMPERLANCAR PENGOLAHAN TKP”

KETENTUAN PENANGANAN TKP :

DASAR TINDAKAN PERTAMA TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Diketahuinya suatu tindak pidana melalui :

• Laporan / Pemberitahuan (dari masyarakat)

• Pengaduan --- Ada permintaan untuk menindak

• Diketahui langsung --- Tertangkap tangan

.) Bentuk Laporan / Pengaduan - Lisan / Tertulis

.) Sifat Laporan / Pengaduan :

Sifat Laporan Biasa : Laporan terhadap peristiwa yang dilihat,


Diketahui

Sifat LaporanBerita Informasi : Identitas pelapor dirahasiakan

Sifat Laporan Anonim : Laporan tanpa nama & alamat pelapor

Sifat Laporan Penyerahan Diri : Laporan oleh tersangka langsung --- karena
tekanan jiwa -- takut --

Sifat Laporan Palsu : Laporan dengan identitas jelas tetapi tindak


pidana menyesatkan
Sifat Laporan Dibumbui : Laporan sengaja ditambah-tambahi

KEWAJIBAN MENDATANGI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Setiap orang apabila melihat, mendengar atau mendapat pemberitahuan


(dilaporkan kepadanya) bahwa

suatu peristiwa telah terjadi, maka wajib :

1. Mendatangi TKP dan melakukan TP TKP (belum ada orang / petugas yang
melakukan TP TKP)

2. Memberitahukan adanya tindak pidana kepada : Ketua lingkungan RT / RW,


pimpinan instansi atau kepada kesatuan Polri terdekat.

KETENTUAN PENANGANAN TKP :

PRINSIP PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

1. Bersikap tenang, dapat menguasai keadaan, tidak terpengaruh oleh situasi


apapun.

2. Pakailah sarung tangan.

3. Jangan membuat perubahan.

4. Jangan memegang alat yang dipakai kejahatan (masukkan tangan dalam


saku).

5. Adakan pembagian tugas.

6. Jangan menaruh pakaian / barang milik pribadi di TKP.

7. Dilarang merokok – makan – minum. (karena dapat menambah bukti baru)


TINDAKAN PERTAMA DI TKP :

A. MEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA & PERLINDUNGAN

1. Dalam hal TKP masih membahayakan keamanan baik terhadap korban /


masyarakat, maka wajib untuk memberi pertolongan dan perlindungan.

2. Dalam hal korban luka berat / ringan / pingsan, diberikan pertolongan sesuai
petunjuk PPPK / dokter / paramedis, dengan terlebih dahulu mencatat identitas
korban dan letak korban.

3. Dalam hal korban luka kritis, selain cacat identitasnya, usahakan untuk dapat
keterangan / petunjuk serta identitas pelaku, dll.

4. Dalam hal korban mati, dijaga agar tetap posisinya, jangan sekali-kali menyentuh
korban kecuali untuk mengetahui apakah korban sudah mati & menunggu sampai
datangnya petugas Polri terdekat
5. Dalam hal korban mati & mengganggu lalin umum, korban dapat dipindahkan
dengan memberi tanda letak mayat terlebih dahulu.

B. MENUTUP DAN MENGAMANKAN TKP

1. Membuat batas TKP (dengan tali / alat lain) dimulai dari lajur yang diperkirakan
merupakan arah masuk- nya pelaku, melingkar sekitar letak korban, barang bukti &
jalur yang diperkirakan arah keluarnya pelaku meninggalkan TKP serta beri tanda
masuk & keluarnya pelaku.

2. Buat jalan setapak, lintasan tersingkat dari tepian TKP ke pusat TKP yang tidak
merusak / paling sedikit merusak situasi TKP.

3. Bekas / jejak yang ditimbulkan sendiri waktu menolong korban agar ditandai
supaya tidak dianggap jejak pelaku.

4. Bila ada korban yang dipindahkan (upaya pertolongan) agar diberi tanda letaknya
dengan kapur / bahan lain.

5. Jika korban sudah meninggal jangan lakukan perubahan apapun di TKP.

6. Jangan menambah / mengurangi BB yang ada di TKP.

TINDAKAN PERTAMA DI TKP :

7. Memerintahkan orang yang berada di TKP untuk tidak meninggalkan TKP &
mengumpulkannya di luar batas yang telah dibuat.

8. Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk di TKP yang telah diberi
batas.

9. Minta bantuan / partisipasi masyarakat setempat (RT, RW, Pamong desa &
masyarakat umum lainnya) dalam melaksanakan pengamanan TKP & membubarkan
massa yang berkerumun.
10. Berusaha menangkap pelaku yang diperkirakan masih di TKP, bila ditemukan
tangkap, geledah, catat identitas mengumpulkan bahan keterangan, tahan, serta
amankan dari amukan massa sambil menunggu petugas Polri. 11. Berusaha mencari
saksi, catat identitas, mintai keterangan dengan sopan & bijaksana.

12. Segera hubungi kesatuan Polri terdekat (HT, HP, Kurir).

13. Laporkan secara setail tentang peristiwa yang terjadi & segala sesuatu yang sudah
dikerjakan kepada petugas Polri.

TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN PADA TINDAKAN PERTAMA DI TKP

A. Tertangkap tangan

. Menangkap & introgasi pelaku

. Menyita & amankan BB

. Menolong korban (bila luka)

. Menyuruh saksi untuk tidak meninggalkan TKP

. Hubungi Petugas Polri

. Menyerahkan Tersangka, BB dan info saksi

. Beri keterangan kepada Polri tentang tindak pidana yang terjadi

. Siap menjadi saksi dalam perkara tersebut

B. Tidak Tertangkap tangan

. Beri pertolongan kepada korban (bila perlu)

. Jaga keutuhan TKP

. Catat saksi-saksi yang mengetahui kejadian

. Hubungi Petugas Polri


. Beri keterangan kepada Polri tentang tindak pidana yang terjadi

TINDAK PIDANA KASUS TERTENTU :

TP TKP GANTUNG DIRI

1. Bunuh diri dengan gantung diri

2. Dibunuh dengan cara digantung

3. Dibunuh lalu digantung

TP TKP GANTUNG DIRI

Tanda-tanda bunuh diri :

• Lidah biasanya menjulur keluar

• Mata biasanya menonjol keluar / melotot

• Dari kelamin biasanya keluar cairan / mani

• Dari anus keluar tinja

• Alat penjerat yang terdapat pada leher, berjalan pada letak simpul sebelah
atas

• Simpul hidup

• Jejak jerat pada leher biasanya luka lecet tekan

• Semakin dekat tubuh / kaki dengan tumpukan semakin besar dugaan bunuh
diri
• Lingkaran tali penjerat leher dapat dilepas dengan cara melebarkan penjerat
tali

TP TKP GANTUNG DIRI

Bila korban gantung diri akan diturunkan :

1. Ukur jarak antara :

• Jeratan / simpul di leher dengan tempat tali ikatan

• Jarak ujung kaki dengan tanah

• Jarak antara lantai dengan ikatan atas

2. Adakan pemotretan sebelum diturunkan dari segala sudut (bila mungkin) atau
digambar terlebih dahulu

3. Turunkan korban :

• Korban dipapah

• Potong tali pada ikatan atas

• Ujung tali yang dipotong diikat supaya jangan sampai lepas

• Catat identitas / ciri-ciri korban

• Kirim ke RSU & serahkan tali gantungannya

4. Mintalah Visum Et Repertum ( jenasah)

5. Jangan lupa setelah tali disertakan ke RSU diminta kembali untuk bukti
TP TKP PENCURIAN

1. Catat waktu dan cuaca

2. Lakukan pengamatan umum

3. Bila ada korban manusia lakukan pertolongan pertama / perlindungan

4. Membuat jalan setapak menuju korban

5. Bila ada korban mati agar dibiarkan saja, jangan mengadakan perubahan,
segera lapor ke Kepolisian terdekat

6. Tutup TKP dengan tali & patok serta pancangkan tulisan awas TKP

7. Amankan BB yang ditinggalkan tersangka di TKP

8. Sambil menunggu petugas datang, cari info dari orang yang hadir di TKP catat
identitas

9. Para saksi dikumpulkan untuk diwawancarai & orang yang dicurigai segera
digeledah

10. Buat catatan atas tindakan yang sudah dilakukan di TKP dan laporkan
tindakan yang diambil secara urut & jelas

11. Membantu pengamanan TKP sampai Olah TKP selesai


TP-TKP PENGERTIAN NARKOTIKA

PENGERTIAN NARKOTIKA

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi
penggunanyaPengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya.

Macam-macam Narkotika

1. Opioid.

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari


bunga opium.Opium disaripatikan dari opium poppy
(papaver somniferum) & disuling untuk membuat
morfin, kodein & heroin (1847).Opium digunakan
selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan
untuk kenikmatan (mencegah batuk,diare, dsb.)

Termasuk dalam golongan Opioid adalah :

 Heroin.

Heroin adalah obat bius yang sangat mudah


membuat seseorang kecanduan karna efeknya sangat
kuat. Obat ini bisa di temukan dalam bentuk pil, bubuk,
dan juga dalam cairan. Heroin memberikan efek yang
sangat cepat terhadap si pengguna, dan itu bisa secara fisik maupun mental.
Dan jika orang itu berhenti mengkonsumsi heroin, dia akan mengalami rasa
sakit yang berkesinambungan/sakaw/ gejala putus obat.Heroin mempunyai
kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin(sering digunakan untuk
medikasi) dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan
orang di Indonesia pada akhir - akhir ini.Cara penggunaan heroin yang
disuntikkan dapat memicu terjadinya penularan HIV/AIDS dan hepatitis C.
Biasanya disebabkan oleh penggunaan jarum suntik dan peralatan lainnya
secara bersamaan.

 Codein.

Codein termasuk garam / turunan dari opium


/ candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin,
dan potensinya untuk menimbulkan
ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam
bentuk pil atau cairan jernih.Codein sering juga
digunakan sebagai obat batuk untuk batuk yang kronis. Pembeliannya pun
harus dengan resep dokter.

 Domerol

Nama lainnya adro Domerol adalah


pethidina. Demerol dijual dalam bentuk pil dan
cairan tidak berwarna. Demerol sering juga
digunakan untuk pengobatan.

2. Kokain.

Kokain adalah salah satu zat adiktif yang sering


disalahgunakan. Kokain merupakan alkaloid yang
didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang
berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman
belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan, stamina,
mengurangi kelelahan, rasa lapar dan untuk memberikan efek eforia.

Dampak jangka pendek lain penggunaan kokain


adalah depresi, paranoid, serangan jantung, kejang, stroke
dan psikosis

3. Cannabis/ganja/cimenk.

Semua bagian dari tanaman ini mengandung


kanabinoid psikoaktif. Tanaman ganja biasanya dipotong,
dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung menjadi
rokok disebut joints (di Indonesia disebut pocong). Akan
mengikat pikiran dan dapat membuatmu menjadi
ketagihan.Bentuk yang paling poten berasal dari sari
tanaman ganja yang dikeringkan dan berwarna coklat-hitam yang disebut hashish
atau hash.

Ganja dikenal dapat memicu psikosis, terutama bagi mereka yang memiliki
latar belakang (gen) schizophrenia. Ganja juga bisa
memicu dan mencampuradukkan antara kecemasan dan
depresi.Asap ganja mengandung tar 3 kali lebih banyak
dan karbonmonoksida 5 kali lebih banyak daripada rokok
biasa.THC(delta-9-tetrahydrocannabinol) disimpan di dalam lemak pada tubuh
dan dapat dideteksi sampai enam minggu setelah memakai.

PENGERTIAN PSIKOTROPIKA

Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan


syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, kadang-kadang disertai dengan
timbulnya halusinasi (gangguan persepsi visual dan pendengaran), ilusi, gangguan
cara berpikir, perubahan alam perasaan.
Jenis-jenis yang termasuk psikotropika

1. Ecstasy/Ineks

Ecstasy (methylen dioxy methamphetamine)/MDMA


adalah salah satu jenis narkoba yang di buat secara ilegal
di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet.Ekstasi akan
mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang
melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh itu
sendiri. Kekurangan cairan tubuh dapat terjadi sebagai akibat dari pengerahan
tenaga yang tinggi dan lama, yang sering menyebabkan kematian. Zat-zat kimia
yang berbahaya sering dicampur dalam tablet atau kapsul ecstasy. Zat-zat ini
justru seringkali lebih berbahaya dibandingkan kandungan ecstasy yang ada.
Ecstasy ini mempengaruhi reseptor dopamin di otak sehingga bila efek zat ini
habis dapat menimbulkan depresi dan paranoid.

1. Shabu-shabu

Nama kimianya adalah methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula


atau bumbu penyedap masakan. Obat ini berbentuk kristal
maupun tablet, tidak mempunyai warna maupun bau

1. Obat ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf


diantaranya :
2. Merasa nikmat, eforia, waspada, enerjik, sosial & percaya diri (bila
digunakan lebih dari biasanya).

3. Agitasi(mengamuk), agresi(menyerang), cemas, panik.

4. Mual, berkeringat, geraham lengket, gigi terus mengunyah.

5. Meningkatkan perilaku berisiko.

6. Kehilangan nafsu makan.


7. Susah tidur.

8. Gangguan jiwa berat.

9. Paranoid dan depresi.

FAKTOR PENDORONG PENGGUNAAN NARKOBA

Beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk mencoba menggunakan narkoba


yang pada akhirnya menyebabkan ketergantungan.

1 Faktor Kepribadian.

 Kurangnya pengendalian diri.

Orang yang mencoba-coba menggunakan narkoba biasanya memiliki


sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan serta aturan
hukum yang melarang penggunaan Narkoba.

 Konflik Individu.

Orang yang kerap mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi


individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah
cenderung untuk menggunakan narkoba, Kecemasan yang ditimbulkan oleh
konflik individu tersebut dapat menguranginya dengan mengkonsumsi
narkoba.

 Terbiasa hidup senang/mewah.


Orang yang terbiasa hidup dalam kesenangan kerap berupaya
menghindari permasalahan yang lebih rumit, biasanya mereka lebih
menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis atau membutuhkan
waktu yang singkat. Mereka tidak terbiasa bersikap sabar, telaten, ulet atau
berpikir konstruktif akan memilih cara-cara yang simple yang dapat
memberikan kesenangan, narkoba memberikan rasa euphoria secara
berlebihan.

2. Faktor Lingkungan

 Masyarakat yang indvidualis.

Lingkungan yang individualistik seperti yang terdapat dalam


kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga
setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan
orang sekitarnya, biasanya orang-orang seperti ini selalu beranggapan bahwa
yang penting bukan dirinya, saudara atau familinya tidak terlibat narkoba
maka ia tidak mau ambil pusing karenanya. Akibatnya banyak individu dalam
masyarakat kurang peduli dengan penyalahangunaan narkoba ini yang
semakin meluas pada remaja dan pada anak-anak.

 Pengaruh teman sebaya.

Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap


penggunaan narkoba, hal ini disebabkan sebagai syarat kemudahan untuk
dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau genk mempunyai
kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila
kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk
mengkonsumsi narkoba bersama pula.

 Hukuman yang terlalu ringan


Hukuman sanksi yang diberikan kepada pengguna dan pengedar
narkoba yang terlalu ringan juga mempengaruhi penggunaan narkoba secara
meluas. Hukuman yang berat akan memberi efek jera pada pemakai atau
pengedar dan juga mempengaruhi secara psikologis bagi masyarakat untuk
menggunakan narkoba.

3. Faktor Keluarga

 Kurangnya kontrol keluarga.

Orang tua yang terlalu sibuk jarang mempunyai waktu mengontrol


anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung
mencari perhatian dari luar, biasanya mereka juga mencari "kesibukan"
bersama teman-temannya

 Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab

Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja


dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi
yang sama untuk terlibat dalam penyalahangunaan narkoba. Pengenalan
anak terhadap disiplin dan tanggung jawab akan mengurang resiko anak
terjebak didalamnya. Anak mempunyai tanggungjawab terhadap dirinya dan
orangtua dan juga masyarakat akan mempertimbangkan beberapa hal untuk
mencoba-coba menggunakan narkoba.

4. Faktor Pendidikan

 Kampanye kurang.

Kampanye sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi akan


bahayanya menggunakan narkoba. Pemerintah dan instansi terkait
seharusnya berperan proaktif terhadap pencegahan penggunaan narkoba
dikalangan generasi muda sebagai penerus bangsa karena dampaknya
kesehatan akan mempengaruhi generasi muda di masa mendatang. Poster-
poster anti narkoba seharusnya juga tidak menggambarkan dampak
kematian, melainkan juga harus bersifat informatif yang berkenaan dampak
dalam waktu singkat terhadap penggunaan narkoba.
 Pendidikan di sekolah

Pendidkan akan bahayanya narkoba di sekolah-sekolah juga


merupakan salah satu bentuk kampanye, kurangnyaa pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa akan bahayanya narkoba juga dapat memberikan andil
terhadap meluasnya pengguna narkoba dikalangan pelajar.

SIDIK JARI

1. Umum

Pada umumnya masyarakat kita hingga sat ini belum banyak mengenal apa
itu Identifikasi Polri, kalau toh ada yang sudah mengenal /mendengar Istilah
Identifikasi , paling-paling hanya sebatas ambil sidik jari,bahkan dikalangan Polri
sendiri masih banyak yang awam dalam arti baru mengenal istilahnya ,belum
memahami secara mendalam apa dan bagaimana Identifikasi Polri secara utuh.

Kedalam kehidupan sehari-hari masyarakat sendiri sebenarnya sudah


melaksanakan kegiatan Identifikasi untuk kepentingan masing-masing.namun mereka
tidak menyadari ,bahwa apa yang mereka lakukan ini sudah terkandung adanya
penerapan Fungsi Identifikasi dalam arti luas seperti :

a. memberi tanda hewan peliharaannya dengan memasang kalung agar tidak


tertukar dengan milik orang lain.

b. Pihak rumah sakit /RS yang melayani proses persalinan memberikan tanda
khusus bayi yang baru dilahirkan agar tidak tertukar atau sengaja ditukar dengan
bayi lain.

c. Dalam kehidupan di asrama para siswa biasanya memberi tanda dengan


tulisan terhadap pakaiannya agar tidak tertukar dengan pakaian rekannya.
d. Melaksanakan pemotretan untuk mengabadikan semua kegiatan dengan
maksud agar bisa mengingat kembali momentum yang sudah lalu.

e. Pemberian tanda cap jempol pada Akte Jual Beli,pemasangan pas photo pada
KTP dll

f. Serta berbagai kegiatan lainnya yang mereka lakukan sebenarnya merupakan


penerapan Fungsi Identifikasi untuk kepentingan masing-masing.

Latar belakang diberikan pelajaran Dakstiloskopi (Sidik Jari ) ialah :

Agar Masyarakat nantinya memiliki kepedulian dalam membantu tugas-tugas


Polri dan mampu berperan/berpatisipasi aktif khususnya dalam upaya
pengungkapan perkara melalui jalur / mekanisme Identifikasi seperti :

1. Mengamankan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sebelum datangnya petugas


Polri yang akan menangani TKP agar TKP tidak rusak ( Status Quo ).

2. Bahkan bila perlu mampu melakukan tindakan pertama di TKP ( TPTKP ) secara
tepat dan benar khususnyamenolong korban yang masih hidup tanpa merusak
TKP.

3. Memberikan kesaksian atas apa yang mereka lihat,secara cermat berdasarkan


ciri-ciri yang mereka ketahui.

4. Dan lain-lain peran aktif yang bisa mereka berikan kepada Polri

Pengertian-pengertian dari beberapa peristilahan yang sering digunakan :

1. Identifikasi
a. Secara Harafiah Identifikasi berasal dari bahasa asing /Inggris Identification
yang berarti pengenalan Identification berasal dari kata : To Identify (Verb) yang
artinya mengenal Identity ( Noun ) artinya ciri-ciri.

b. Secara Umum ,Identifikasi diartikan sebagai pengenalan terhadap orang ,


hewan atau benda dengan maksud untuk membuat terang segala aspeknya.

c. Secara khusus selanjutnya dalam lingkup Kepolisian : Identifikasi diartikan


sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Fungsi Kepolisian untuk mengenal
kembali terhadap seseorang melalui beberapa cara pengenalan kembali
( Methoda Identifikasi ).

2. Methoda Identifikasi

Methoda Identifikasi adalah cara atau tekhnik yang dilakukan untuk pengenalan
kembali terhadap objek ( orang, binatang ataupun benda ) dengan cara
membandingkan adanya beberapa kesamaan ( keidentikan ) antara ciri-ciri dari
obyek yang sudah direkam / dicatat sebelumnya dengan ciri-ciri obyek yang kita
temukan dari hasil pencarian.

3. Daktiloskopi ( Dactyloscopy = Dactylography ) :

a. Secara Harafiah, Daktiloskpi= dactilos = garis-garis

Scopien = melihat / meneliti

Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan meneliti,mengamati dan


mempelajari Sidik Jari untuk kepentingan pengenalan kembali seseorang .

b.Daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari manusia untuk kepentingan
pengenalan kembali terhadap seseorang.

4. Sidik Jari
Sidik Jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari tangan atau kaki Seseorang
yang diperoleh dari :

a. Sengaja diambil dengan tinta ( dalam kartu AK-23 di kantor Polisi ,cap jempol
pada pembuatan Akta, Ijasah dll.

b. Tertinggal pada benda,karena benda tersebut pernah terpegang /tersentuh oleh


kulit telapak tangan / kaki seseorang ( disebut sidik jari latent ).

5. Sinyalement

Sinyalement adalah menggambarkan seseorang melalui pencatatan identitas


dari ciri-ciri dari seseorang secara teratur untuk kepentingan pengenalan kembali.

a. Identifikasi seseorang : Nama, Nama kecil,Tempat /tanggal lahir, Jenis kelamin,


Agama, Pekerjaan, Alamat,nama keluarga dan lain-lain ( AK- 23 Ident ).

b.Ciri / tanda-tanda dari seseorang secara umum : yakni ciri-ciri dari seseorang
yang normal antara lain : tinggi badan,berat badan , bentuk tubuh , bentuk kepala,
bentuk hidung ,warnah kulit dan lain-lain ( seperti tertuang dalam kartu AK-23
Identifikasi ).

c. Ciri-ciri /tanda-tanda khusus : yakni ciri-ciri yang spesifik dari seseorang bila
dibandingkan dengan orang lain yang normal,terdiri dari :

1) Primer : mata juling, buta, hidung pesek,bibir sumbing salah satu jarinya
buntung,telinga lebar sebelah dan lain lain ( cacat bawaan sejak lahir )

2) Sekunder : tato,bekas luka atau cacat lain yang terdapat pada tubuh ( bukan
bawaan sejak lahir ).

6. Tempat kejadian perkara ( TKP )


Adalah tempat dimana tindak pidana itu direncanakan,dilaksanakan serta
tempat dimana korban, barang bukti maupun pelaku ditemukan.

Methode Daktiloskopi

Sejak 2 abad yang yang l;alu methoda Daktiloskopi ( methoda perbandingan sidik
jari ) telah mendesak methoda Identifikasi lainnya karena penerapan methoda ini
sangat praktis ,cepat , akurat dan murah. Penerapan methoda Daktiloskopi dilandasi
oleh tiga Dalil / Aksioma yang sudah di uji kebenarannya secara Ilmiah, berabad-abad
tahun yang lalu terbukti bahwa :

a. Setiap orang mempunyai ciri-ciri garis tersendiri di tinjau dari segidetailnya dan
tidak sama dengan orang lain.

b. Ciri-ciri garis itu sudah membentuk sejak janin berumur kira-kira 120 hari ( 4
bulan ) didalam kandungan ibu dan tidak berobah selama hidup ,hancur setelah
meninggal dunia.

c. Sidik jari manusia dapat dirumus, di administrasikan ,dan di klasifikasi secara


sistematis ,disimpan dan dicari kembali.

Methoda ini merupakan methoda yang paling akurat dibandingkan dengan


methoda yang lain dan dikembangkan terus sesuai perkembangan teknologi.

Penemuan methoda baru di bidang Identifikasi

a. Identifikasi telinga

b. Identifikasi melalui suara

c. Identifikasi raut muka ( Facial Identification )

d. Identifikasi melalui gigi ( Odontologi Forensik )


Metthoda Identifikasi lainnya

Methoda Identifikasi melalui rambut, darah, sperma, sidik bibir, DNA


(DEOXYRIBONUCLEIC ACID ) . Dan sejak beberapa tahun terakhir ini telah
dilaksanakan penelitian untuk menemukan methoda Identifikasi melalui bau badan /
penelitian untuk menemukan methoda Identifikasi melalui bau badan / keringat
seseorang.

Manfaat /kepentingan dari penggelaran Daktiloskopi dalam tugas Kepolisian di


antaranya :

1. Bagi Polri

a. Membantu proses penyelidikan / penyidikan Tindak Pidana dengan


memberikan alat bukti berupa ke identikan antara sidik jari latent yang di
temukan di TKP dengan sidik jari pada file sidik jari yang ada maupun dari orang
yang dicurigai ( sidik jari pembanding ).

b. Membantu Fungsi-fungsi Kepolisian yang lain yang memerlukan dalam


rangka dukungan operasionalnya masing- masing baik fungsi di bidang
pembinaan maupun fungsi di bidang operasional.

2. Bagi kepentingan masyarakat pada umumnya

Kepentingan orang / Individu untuk di ambil sidik jarinya terbagi atas


kepentingan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bermanfaat dalam rangka
sosialisasi Individu dilingkungan masyarakat.

a. Manfaat bagi Individu secara pribadi


1) Untuk menentukan kepastian Identitas seseorang manakala terjadi peristiwa
yang memerlukan pengidentifikasian seperti kecelakaan besar, korban bencana
alam .

2) Untuk mendeteksi Identitas manakala individu tersebut menjadi mayat /


korban kejahatan yang dicurigai kematiannya sebagai korban kejahatan atau
mayat tidak dikenal ( untuk proses pengungkapan kasusnya ).

3) Untuk membebaskan yang bersangkutan dari kecurigaan sebagai pelaku


tindak pidana manakala hasil penelitian perbandingan sidik jari dinyatakan Non
Identik (tidak sama)

b. Manfaat bagi Individu dalam aspek pelayanan

Untuk kepentingan individu dalam menjamin hubungan sebagai klien asuransi


maupun nasabah Bank Salah satu syarat kemudahan bagi yang bersangkutan dalam
proses pengurusan SKCK, STLD, SISA ( surat izin senjata api ), pembuatan pasport
serta pembuatan Security clearence dan lain-lain.

c. Manfaat bagi Instansi Pemerintah / swasta (mengemban aspek pengawasan)

Sebagai sarana pencatatan administrasi kependudukan, pegawai, pelayan


kesehatan dan lain-lain.Untuk kepentigan tertib administrasi bagi tenaga kerja
indonesia ( TKI ) yang akan bekerja di luar negeri ataupun tenaga kerja asing yang
bekerja di Indonesia

Methoda Sinyalement

Kegiatan yang dilakukan :

a. Pengisian data/ ciri-ciri seseorang pada kartu AK-23 identifikasi


Penerapan metode ini pada dasarnya sebagai mana yang tertuang dalam kartu AK-23
dimana dalam kartu tersebut sudah tertera adanya data-data maupun ciri-ciri dari
seseorang yang akan diambil sidik jarinya/ baik yang bersifat kriminal maupun yang
bersifat umum.

b. Manfaat penerpan methoda signalement

Merupakan himpunan data mengenai ciri-ciri orang yang dicurigai sebagai pelaku
pindak pidana maupun data pencarian orang yang dicurigai maka data tersebut dapat
digunakan sebagai pembanding.

Sebagai sarana operasional dalam rangka mencari dan menemukan pelaku tindak
pidana maupun orang yang dicurigai sebagai pelaku tindak pidana

Mengenal:

1). KARTU AK-23

2). LUKISAN SIDIK JARI

Busur ( Plain Arch )

Tiang Busur ( Tented Arch)

Sangkutan ( Ulnair Loop)

Sangkutan ( Radial Loop)

Lingkaran ( Plain Whorl)

Sangkutan Kembar ( Twinted Loop/ Double Loop)


Saku Sisi ( Leteral Pocket Loop)

Saku Tengah ( Central Pocket Loop)

Lukisan Istimewa

CARA YANG BAIK DALAM PENGAMBILAN SIDIK JARI

1. Petugas/pengambil dan yang akan diambil sidik jarinya berdiri berdampingan.Yang


akan diambil menghadap penuh pada kartu AK-23 yang sudah disiapkan diatas meja.

2. Tinta Daktiloskopi harus diratakan terlebih dahulu,tidak terlalu tipis dan terlalu
tebal.

3. Setiap jari tangan harus dibersihkan terlebih dahulu,kemudian jari dipegang oleh
petugas/pengambil,lalu digulingkan secra berurutan.Mulai dari jari jempol kanan
sampai dengan kelingking tangan kanan dan dari jempol kiri sampai dengan
kelingking tangan kiri.

4. Gulingkan jari-jari tersebut pada tinta yang sudah disiapkan diatas meja,dari sisi
kuku kiri ke sisi kuku kanan atau sebaliknya.

5. Jari-jari tersebut cukup digulingkan satu kali saja pada kartu formulir sidik
jari,dengan 1/3 bagian ruas kedua masing- masing jari harus terekam.

6. Khusus sidik jari yang rata(plain imprestion),jari bersama,posisi jari harus


rapat/rata dan nampak jelas garis papilairnya serta 1/3 bagian ruas kedua jari
kelingking harus terekam.

7. Pada waktu pengambilan sidik jari Rolled Imprestion dan plain Imprestion,jangan
terlalu keras menekannya karena mengakibatkan adanya tanda-tanda lipatan kulit
pada gambar sidik jari.
MEMBANGUN KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP

TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)

Maraknya kasus-kasus kejadian yang terjadi belakangan ini sungguh sangat


memprihatinkan kita semua selaku waga masyarakat yang pada hakekatnya kita
semua menghendaki adanya situasi yang aman,tentram dan tertib.Telah banyak
kasus-kasus kejahatan yang terjadi selama ini dapat terungkap,namun tidak sedikit
juga yang belum terungkap.

Diantara sekian banyak kasus yang terungkap tersebut,pengungkapannya berawal


dari ditemukannya bukti-bukti ditempat kejadian perkara.Demikian sebaliknya
kegagalan atau belum terungkapnya kasus-kasus tersebut,sebagian juga disebabkan
karena rusaknya tempat kejadian perkara sehingga tidak dapat ditemukan bukti-bukti
diTKP.Rusaknya TKP tersebut pada umumnya disebabkan karena ketidaktahuan
masyarakat yang seharusnya ikut membantu mengamankan TKP.

Atas dasar itulah sengaja ditengakan topik tersebut diatas mengingat saat ini
nampaknya masyarakat belum banyak tahu tentang apa dan bagaimana Tkp dan
bahkan pihak Polri sendiri belum banyak melibatkan masyarakat dalam penanganan
TKP.Padahal kita menyadari sepenuhnya bahwa salah satu kunci keberhasilan
pengungkapan Tindak Pidana adalah dari hasil pengolahan TKP.Telah banyak peran
yang diberikan oleh masyarakat pada POLRI dalam setaip pengungkapan Tindak
Pidana yang terjadi selama ini antara lain:

1. Memberikan kesaksian / keterangan mengenai ciri pelaku kepada kepolisian


dilapangan .

2. Memberikan informasi kepada petugas Polri tentang adanya jaringan pelaku


tindak pidana yang belum diketahui oleh Polri.

3. Menangkap langsung pelaku tindak pidana,pada saat pelaku melaksanakan


tindak pidana(Tertangkap tangan).

4. Membantu dan mencari pelaku tindak pidana termasuk memberikan


beberapa fasilitas untuk membantu petugas Polri dalam melaksanakan tugasnya.
5. Dan lain-lain peran yang diberikan oleh masyarakat kepada Polri dalam
mengungkap suatu tindak pidana yang terjadi,namun peran terhadap
penanganan TKP masih belum nampak padahal sudah disadari salah satu kunci
keberhasilan Polri dalam mengungkapkan suatu tindak pidana adalah dari hasil
pengolahan TKP.

Untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap TKP perlu memberikan


gambaran singkat apa itu Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak pidana itu
direncanakan,dilaksanakan dan akibat yang ditimbulkan,serta tempat lain dimana
barang bukti,korban maupun pelaku ditemukan.

Dari pengertian tersebut,terlihat betapa luasnya apa yang dimaksud dengan


TKP,namun dibatasi pada sebagian saja dari apa yang dimaksud dalam pengertian
TKP tersebut yaitu

Tempat dimana Tindak Pidana itu dilakukan.Karena disinilah masyarakat bisa lebih
berperan dalam penanganan TKP dimaksud.

Kalau tadi dijelaskan salah satu kunci keberhasilan Polri dalam mengungkap
suatu tindak pidana adalah berawal dari TKP,hal tersebut dapat kita lihat dari
beberapa contoh konkrit seperti pengungkapan kasus Bom Bali,Kasus pembunuhan
keluarga Rohadi dan lain-lain.Demikian sebaliknya ketidakberhasilan pengungkapan
kasus tindak pidana juga merupakan akibat dari rusaknya TKP seperti kasus Marsinah.

Mengapa TKP bisa menentukan berhasil tidaknya pengungkapan kasus


Tindak pidana?.Dalam hal terjadinya tindak pidana dimana tidak ditemukan adanya
saksi yang melihat kejadian tersebut maka polisi akan mencari petunjuk dari bukti-
bukti yang ada di TKP:

1. Barang-barang yang tertinggal yang diperkirakan milik pelaku baik yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana tersebut atau tertinggal karena tergesa-gesa
misalnya golok,sendal,puntung rokok dsb.
2. Jejak yang ditinggalkan pelaku berupa jejak kaki,jejak sepatu,jejak ban mobil,sidik
jari laten dsb.

Dari barang-barang bukti tersebut nantinya Polri (dalam hal ini


Penyidik)dapat memilah-milah barang bukti mana yang dapat dijadikan sebagai alat
bukti yakni yang adanya kaitannya dengan tempat kejadian,korban maupun
pelaku:yang tentunya masih banyak diperlukan bukti-bukti lain,untuk mendukung
kekuatan alat bukti dari TKP tersebut.

Dari uraian tersebut tergambar betapa pentingnya peranan TKP bagai


pengungkapan suatu tindak pidana yang terjadi agar TKP dapat dimanfaatkan untuk
kepntingan penyidik/pengungkapan kasusnya diperlukan kondisi TKP yang masih
utuh dan asli dalam arti:

1.Tidak rusak oleh manusia,hewan ataupun alam.

2.Masih dalam posisi asli/tidak berubah posisi (status quo).

Dengan demikian TKP perlu diamankan sebelum diolah oleh petugas


pengolah TKP.Agar pelaksanaan olah TKP berjalan lancar dan dapat menemukan
barang bukti yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menemukan pelakunya.

Disinilah letak perlunya “Masyarakat diberi peran untuk peduli dalam


mengamankan TKP sebelum datangnya petugas Polri”mengingat keterbatasan Plri
yang tidak mungkin menjangkau seluruh wilayah pada setiap saat.

BAGAIMANA CARA MEMBANGUN KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP TKP

Pertama-tama harus disadari bahwa pada prinsipnya setiap anggota


masyarakat menginginkan adanya rasa aman dimasyarakat dan menghendaki agar
pelaku kejahatan dapat tertangkap.Ini adalah merupakan kebutuhan yang hakiki dari
masyarakat.Oleh karenanya masyarakat harus peduli terhadap upaya pengungkapan
tindak pidana oleh Polri dengan ikut mengamankan TKP.
Permasalahan yang kita hadapi menyangkut TKP saat ini :

1. Masyarakat masih awam terhadap TKP,belum mengerti apa manfaatnya bagi


upaya pengungkapan kasus.

2. Cenderung ingin tahu ada apa diTKP sehingga keluar masuk


TKP,menjamah/memegang barang-barang yang ada diTKP karena tidak mengetahui
makna TKP.

3. Bahkan para pejabat pun banyak yang tidak memahami dan dengan bangga hanya
karena ingin diekspos memasuki TKP tanpa mengindahkan masalah tehnis olah TKP.

4. Ada juga yang takut terbawa-bawa untuk menjadi saksi sehingga berperilaku
cenderung acuh.

Dengan kondisi sebagaiman tersebut maka perlu adanya upaya-upaya untuk


membangun kepedulian masyarakat terhadap TKP karena pada dasarnya TKP adalah
juga tanggung jawab masyarakat,karena masyarakat pasti menghendaki pelakunya
tertangkap.

Bentuk kepedulian masyarakat terhadap TKP yang hendak kita bangun


adalah:Dalam hal terjadinya suatu tindak pidana dilingkungan masyarakat,dimohon
partisipasi masyarakat terutama ketua RT,RW,Tokoh masyarakat dll untuk melakukan
tindakan pertama ditempat kejadian perkara sebagaimana diuraikan antara lain :

1. Amankan TKP dengan memasang alat pengaman dari tali rafia atau apa saja
yang dapat digunakan sebagai tanda pengaman.

2. Agar dicegah tidak ada orang yang tidak berkepentingan memasuki areal TKP.

3. Kalau ada korban yang masih hidup agar ditolong dan diberikan tanda dimana
korban tersebut berada sebelum diangkat (ambil/catat identitasnya serta minta
keterangan singkat).

4.Suruh salah seorang warga melakukan kepada kesatuan Polri terdekat (bisa via
telepon).
Setelah kita mengetahui sikap kondisi mental masyarakat terhadap TKP disatu
sisi dan harapan yang kita kehendaki/yang hendak kita bangun disisi lain,maka perlu
adanya keterpaduan langka antara Polri dan masyarakat dalam menyikapi TKP
anatara lain kedalam:

1. Polri tentunya senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilan


operasionalnya termasuk pemenuhan sarana/peralatan-peralatan agar kecepatan
dan keakuratan penanganan TKP dapat ditingkatkan kualitasnya.

2. Mengaktifkan peran Babinkantibmas untuk mensosialisasikan masalah


penanganan TKP kepada masyarakat dengan materi masalah tindakan pertama diTKP
(khususnya penanganan TKP dan pertolongan terhadap korban hidup.

3. Menggelar pelatihan penanganan TKP sampai tingkat polsek dengan melibatkan


masyarakat sebagai pemeran saksi,korban/pelaku dalam pelatihan penanganan TKP
(dilaksanakan dimedan yang sebenarnya)yang sekaligus sebagai sarana sosialisas
menyangkut penanganan TKP terhadap masyarakat.

4. Memberikan petunjuk dan himbauan bagi masyarakat menyangkut tindakan


pertama diTKP melalui selebaran/leaflet.

5. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berhasil/berperan dalam


melakukan TPTKP secara benar.

Dengan demikian diharapkan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas


pengungkapan perkara oleh Polri bersama masyarakat.
KRIDA TIBMAS

1.SISKAMPLING

Siskampling adalah suatu cara pengendalian keamanan yang berada di


lingkungan pedesaan atau perkotaan yang bertujuan untuk mengendalikan
gangguan-gangauan Kamtibmas yang berasal dari oknum manusia maupun dari alam.
Dasar-dasar :

1.UUD 1945 Pasal 30 ayat 1

2.UU no. 02 Th.2002 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepoliian RI.

3.TAP MPR no. TAP/MPR/II/1983 →GBHN

4. Instruksi Gubernur no. 300 Th. 1983

5.Instruksi Camat Batang no. 300 / 434

10 kemampuan yang diberikan POLRI untuk petugas siskampling :

1. Ke aktifan petugas ronda

2. Mampu melakukan petugas patrol

3. Mampu mengamankan TKP

4. Mampu menolong korban

5. Mampu memberikan tanda bahaya

6. Mampu mengisi buku tamu

7. Mampu menanggulangi kebakaran

8. Mampu memberikan tindakan pertama kasus tertangkap tangan

9. Mampu memberikan tugas

10. Mampu melaporkan tindak kejahatan


Manfaat siskampling :

1.Dapat memberikan rasa aman

2.Memberikan rasa perlindungan

3.Menjalin atau memupuk rasa ke gotong-royongan

4.Mencegah gangguan Kamtibmas

5.Wujud Manunggal ABRI dan rakyat

6.Memupuk rasa percaya diri

7.Memupuk rasa kekeluargaan

Alat-alat pengenal siskampling :

1. Kentongan

2. Senter / oncor / alat penerangan

3. Ember / karung goni / kadut / pasir (alat pemadam kebakaran)

4. Tambang

5. Ban lengan kampling

6. Borgol

7. Pentungan / tongkat dg ukuran 55 cm

8. Jas hujan / mantel / paying

9. Meja dan kursi

10. Peta Wilayah kampling Rt dan patrol, peta rawan bemcana alam, banjir dan
kebakaran.
11. Papan nama siskamling

12. Buku-buku admnistrasi, buku absensi dan kamling, buku mutasi, buku
control, buku hadir petugas ronda dan buku kas

Tanda pengenal kampling :

Rujukan II R Kapolda Jateng Nopol T/712/86 tertanggal 15 April 1986 tentang


pendisnamisiran kegiatan siskampling swakarsa bagi masyarakat yang sedang
melaksanakan tugas kampling agar menggunakan tanda pengenal Ban Kampling
lengan sebelah kiri.

Ketentuan ban kampling :

1.Warna dasar hitam

2.Huruf berwarna kuning

3.Tulisan

PETUGAS KAMPLING

Ukuran : P = 10 cm ; L = 12 cm

Tinggi huruf 3 cm ; tebal 0,5 cm

Ban kampling ditempeli RT/RW, bila perlu ditempeli POLRI / POLSEK dengan
pertimbangan security atau keamanan.

Penunjuk / pedoman pelaksanaan siskampling


Persiapan

15 menit sebelum waktu jaga ronda semua petugas harus sudah berada di
pos kampling / RW atau sub POS kampling / RT.Personil pos atau sub pos sedikitnya 4
orang dengan pembagian tugas sebagai berikut :

1. Pwrsonil dibagi menjadi 2 kelompok

2. Sedikitnya 2 orang melaksanakan jaga di pos / sub pos

3. Salah seorang ditunjuk sebagai ketua ronda

Tujuan dibentuk siskampling :

1. Untuk mengamankan linmgkungan, meliputi pengamanan masyarakat dan


pengamanan Negara.

2. Untuk mencegah hal-hal atau tindakan yang menyangkut kriminal.

2.BIMASTRAL

Bimastral dalah suatu kemampuan untuk menguasai wilayah sekitar tempat


tinggal kita dengan cara mendatakan, mengidentifikasin memahami seluruh aspek
kehidupan yang ada.

Jarak Penguasaan Bimastral :

Wilayah perkotaan 50 m

Wilayah pedesaan 100 m


3.TIPIRING ( TINDAK PIDANA RINGAN )

Tipiring adalah suatu tindak pidana / pelanggaran hukum yang diancam


hukuman maximal :

1. Kurungan / penjara 3,5 bulan

2. Denda Rp. 7500 ( ukuran tahun 1948 ) sekitar Rp. 500.000

Macam-macam Triping :

1. Mabuk di tempat umum

2. Mengamen

3. Menggelandang

4. Membuat keributan di sidang pengadilan

5. Membuat keributan ditempat orang yang sedang melakukan peribadatan

6. Wanita tuna susila dan gigolo

7. Menaruh pasir di pinggir jalan umum

8. Penghinaan ringan

9. Pencirian ringan

10. Penganiayaan ringan

11.Penipuan ringan
12.Penggelapan ringan

BAB I PENGAMAN LINGKUNGAN SEKOLAH.

a. Keadaan keamanan dan ketertiban umum perlu tetap dipelihara dan di


tingkatkan utk menjamin terpeliharanya stabilitas nasional dan kelancaran
pembangunan nasional. utk itu kesiagaan, kewaspadaan, kesadaran dan
tanggung jawab masy thd keamanan dan ketertiban perlu terus dibina dan
ditumbuhkan.

b. Kerawanan – kerawanan yg dpt menghambat terbinanya kemantapan


keamanan dan ketertiban hrs dpt ditangani dgn memanfaatkan potensi
positif dinamin yg ada dlm masy scr terpadu dlm sistem keamanan dan
ketertiban masy swakarsa.

c. POLRI SBG INTI PEMBINA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASY DAN APARAT
PENEGAK HUKUM, BERTUGAS DAN BERTANGGUNG JAWAB UTK MELAKUKAN
PEMBINAAN TERHADAP UNSUR – UNSUR POTENSI KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASY YG HRS SEIRAMA DGN TUNTUTAN PEMBANGUNAN
DEWASA INI DAN MASA MENDATANG.
d. OLEH KARENA ITU PENGERAHAN UNSUR – UNSUR POTENSI MASY MUTLAK
DI KUTSERTAKAN SCR AKTIF DLM MENCIPTAKANKONDISI DAN SITUASI YG
MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL TERSEBUT.

e. SALAH SATU DARI SISTEM KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASY SWAKARSA


ADALAH MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM
KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASY SWAKARSA, DIMANA POLRI SBG
KEKUATAN INTI YG MEMPUNYAI KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
MEMBERIKAN BIMBINGAN TEHNIK, MEMBINA DAN MENGKOORDINASIKAN
PENYELENGGARAAN SISTEM KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASY SWAKARSA
YG DPT MENUNJANG KELANCARAN PEMBANGUNAN NASIONAL.

DASAR

UNDANG – UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA

(PASAL 14 huruf F…

(1).DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POKOK SEBAGAI MANA DIMAKSUD PASAL 13,


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERTUGAS:
f. MELAKUKAN KOORD, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN TEHNIS THD KEPOLISIAN
KHUSUS, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN BENTUK – BENTUK PENGAMANAN
SWAKARSA.

POLSUS PPNS PAM SWAKARSA

Polsus adalah : karyawan Ppns ( penyidik pegawai Pengamanan swakarsa adalah


instansi / pemerintah negeri sipil ) adalah suatu sistem keamanan dan
tertentu yang oleh seseorang yang karena ketertiban yang mengupayakan
undang – undang lingkup tugasnya hidupnya peranan dan tanggung
diberikan wewenang diberikan kewenangan dalam pembinaan dan
kepolisian terbatas untuk oleh undang – undang pengembangan keamanan,
menegakan hukum guna melaksanakan menyeimbangkan dan
dilingkungan bidang penyidikan, ( setelah menyerasikan hubungan satu
tugasnya, yang dalam melaksanan pendidikan sama lain yang tumbuh dan
pelaksaanaannya dan diberikan sertfikasi berkembang atas kehendak dan
mendapatkan bimbingan kompetensi penyidikan kemampuan masyarakat sendiri,
tehnis dari polri. Contoh : dan diberikan SKEP untuk mewujudkan daya
pol pp ( polisi pamong PENYIDIK DARI KAPOLRI. tangkal, daya cegah masyarakat
praja ), polsus pjka . Guna melaksanakan sendiri. Biaya sendiri.
penyidikan undang –
undang LEX SPECIALIS

PENGERTIAN - PENGERTIAN

 Pembinaan : adalah segala usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan


perencanaan, penyusuanan, pengarahan, dan pengendalian terhadap situasi
dan kondisi yang ada dalam masyarakat, diarahkan kepada terwujudnua
kondisi yang ada dalam masyarakat yang stabil dan dinamis.

 Sistem adalah segala keseluruhan yang terdiri dari bagian – bagian ( unsur –
unsur ) yang saling berhubungan serta saling mempengaruhi secara
fungsional dengan potensi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

 Sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa adalah : suatu sistem


keamanan dan ketertiban yang mengupayakan hidupnya peranan dan
tanggung jawab …..

 ….. Dalam pembinaan dan pengembangan keamanan, menyeimbangkan dan


menyerasikan hubungan satu sama lain yg tumbuh dan berkembang atas
kehendak dan kemampuan masyarakat sendiri, untuk mewujudkan daya
tangkal, daya cegah dan daya penanggulanan masyakat terhadap setiap
kemungkinan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat serta daya
tanggap dan penyesuaian masyarakat terhadap setiap perubahan dan
dinamika sosial yg membudaya dalam bentuk pola sikap kebiasaan dan
prilaku masyarakat, sehingga gangguan keamanan dan ketertiban masy dpt
dicegah sedini mungkin oleh masyrakat sendiri, sejak dari sumber dayanya

BAB II
KONSEPSI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM KEAMANAN DAN KETERTIBAN
MASYARAKAT SWAKARSA.

1. LATAR BELAKANG

PEMBINAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT SWAKARSA


BERTUJUAN UNTUK MEWUJUDKAN DAYA TANGKAL, DAYA CEGAH DAN DAYA
PENANGGULANGAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBER – SUMBER GANGGUAN
KAMTIBMAS DI LINGKUNGAN SOSIALNYA SECARA SWAKARSA BAIK DALAM BENTUK
ANCAMAN FAKTUALNYA, POLICE HAZARD, MAUPUN FAKTOR – FAKTOR KORELATIF
KRIMINOGEN.

Hakekat pembinaan dan pengembangan sistem keamanan dan ketertiban


masyarakat swakarsa adalah proses menumbuh kembangkan suatu tata keamanan
dan ketertiban berdasarkan kehendak dan kemampuan masyarakat sendiri dalam
rangka mewujudkan dinamika sosial yang stabil dalam rangka untuk membangun
daya tangka, daya cegah dan daya penanggulangan, agar masyarakat memiliki
ketangguhan yang tinggi, sehingga secara mandiri menjadi “ POLISI “ bagi dirinya
sendiri maupun bagi lingkungannya.

3. Hakekat Sistem . Untuk Mengetahui Peranan Sistem Keamanan Dan Ketertiban


Masyarakat Swakarsa Dalam Sistem Hankamnas Dan Sistem Nasional Perlu Ditelusuri
Dengan Mengenali Hakekat Dari Masing – Masing Sistem Tsb.

Hakekat sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa pada hakekatnya


adalah suatu tata keamanan dan ketertiban berdasarkan kehendak dan kemampuan
masyarakat sendiri dalam rangka mewujudkandinamika sosial yang stabil serta aman
dan tertib.

BAB III
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. UMUM : untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup masyarakat


tidak terlepas pengaruh lingkungannya, sehingga keadaan situasi dan kondisi
lingkunganb perlu dipelihara, dibina dan dikembangkan. Adapun faktor – faktor yg
mempengaruhi adalah sbb :

a). Faktor geografis

b). Faktor kependudukan

c). Faktor kekayaan alam

d). Faktor ideologi

e).Faktor politik

f). Faktor ekonomi

g). Faktor sosial budaya


2. KHUSUS. Faktor khusus yang dapat mempengaruhi terwujudnya yang aman dan
tertib antara lain :

a. BENCANA ALAM

1) Banjir

2) Gempa bumi

3) Gunung meletus

4) Tanah longsor

5) Kebakaran

6) Wabah penyakit

7) Wabah hama dsb

b. KRIMINALITAS

1). Fakto – faktor kriminogen ( faktor 2 tsb dpt beruba permasalahan


permasalahan yg dlm segenap aspek kehidupan masy dibidang : ideologi, politik,
ekonomi sosial .

2). Kemampuan penanggulanangan kriminalitas. Adalah aspek represif dilakukan


oleh aparat penegak hukum khususnya POLRI.

BAB IV
POLA BIN DAN PENGEMBANGAN SISIKAMTIBMAS SWAKARASA
Pembinaan sis kam swakarsa menyangkut kegiatan :

a). Perencanaan b). Pengorganisasian

c). Pengawasan d). Pengendalian.

a). Perencanaan -----perumusan sasaran : yang menjadi sasaran siskamtibmas


swakarsa adalah :

1). Lingkungan pemukiman :

a). Individu/perorangan

b). Keluarga

c). Warga rukun tetangga / rukun warga

d). Staf kelurahan / kades

e). Anggota siskamling

2). Lingkungan kerja :

a). Karyawan

b). Pimpinan lingkungan kerja

c). Anggota satpam

3). Lingkungan pendidikan :

a). Siswa

b). Guru/dosen

c). Karyawan sekaolah/ perguruan tinggi

d). anggota menwa


C. Perumusan cara bertindak

Untuk menetapkan cara bertindak dlm pembinaan kamtibmas swakarsa perlu


direncanakan langkah sbb :

1). Di lapangan pemukiman. Koordinasi dgn RT / RW /Lurah dan warga masy


serta unsur – unsur terkait pd lingkungan pemukiman dalam rangka penyuluhan
Siskamling.

2). Dilingkungan kerja. Koordinasi dgn pimpinan instansi pemerintah dan non
pemerintah dlm rangka pembinaan kamtibmas swakarsa dan pembinaan satpam.

3). Dilingkungan pendidikan. Koordinasi dgn Depdikbud, pimpinan


sekolah/perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya dlm rangkabinkamtib
masyarakat swakarsa.

D. Masyarakat .

Implementasi siskamtibmas swakarsa di masyarakat adalah berbentuk siskamtibmas


yang meliputi : lingkungan pemukiman, lingkungan kerja dan lingkungan dik

1. Pengorganisasian siskamling pemukiman

a. Masy merupakan kekuatan dasar, berarti bahwa masyarakat


merupakan kekuatan pengamanan yang menjadi basis
penyelenggara dari pelaksana pengaman lingkungan secara
swakarsa.

b. Disetiap RT dibentuk ada beberapa pengurus pos kamling yang


jumlahnya disesuaikan dengan jumlah pos kamling yang ada.

a). Polri merupakan pembina inti


b). Pimp / kary / pegawai merupakan kekuatan dasar

c). Kedudukan organisasi kamling pada lingkungan kerja berada


dibawah tanggung jawab pimpinan instansi yg bersangkutan.
Pengorganisasian Siskamling kerja.

d). Setiap organisasi kamling pada lingkungan kerja, harus ada


kapos kamling yang bertanggung jawab.

e). Lingkup tugas hanya terbatas pada lingkup tugasnya.

2. Pengorganisasian siskamling pendidikan.

a. Organisasi mahasiswa / menwa merupakan kekuatan penunjang.

b. Struktur organisasi pada masing – masing lingkungan dalam kaitan


dengan siskamtibmas swakarsa agar disesuaikan dengan situasi dan
kondisi dengan berpegang pada azas :

1). Kesatuan komando (unit of command)

2). Rentang kendali (span of control)

3). Pembagian kerja yg jelas

4). Pelimpahan wewenang yg diikuti oleh rasa tanggung jawab

5). Tepat guna dan berhasil guna.

4. PENGAWASAN

 Tujuan diadakan pengawasan dalam kaitan dengan siskamtibmas


swakarsa adalah untuk menjaga agar pelaksanaan siskamtibmas
swakarsa dilakukan oleh setiap unsur masyarakat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan atau di sepakati bersama.

5. PENGENDALIAN
YANG MELAKSANAKAN PENGENDALIAN DALAM PEMBINAAN SISKAMTIBMAS
SWAKARSA :

a. Petugas polri sesuai dengan kewenangannya.

b. Aparat keamanan lainnya sesuai kewenangannya.

c. Instansi pemerintah dan non pemerintah sesuai dengan tugas wewenang dan
tanggung jawabnya.

d. Pemuka pemuka masyarakat agar memahami ketentuan – ketentuan


siskamtibmas swakarsa.

BAB V
POLA PELAKSANAAN SISKAMTIBMAS SWAKARSA

 Pola pembinaan dan pengembangan siskamtibmas swakarsa hanya menjadi


operasional apabila terwujud upaya menumbuhkan, meningkatkan dan
mengembangkan kesadaran pengetahuan / kemampuan / keterampilan
masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban diri pribadi dan
lingkungannya dalam kehidupan sehari – hari berdasarkan pancasila dan uud
1945.
*sumber: saka bhayangkara polres banyumas

Anda mungkin juga menyukai