Anda di halaman 1dari 10

a. Perhitungan kecepatan penetrasi berdasarkan kuat tekan batuan.

b. Estimasi berdasarkan siklus pemboran.


Adapun persiapan yang dilakukan untuk pengamatan siklus pemboran adalah
sebagai berikut:
1. Buatlah kesepakatan dengan Supervisor, juru ledak, dan juru bor bahwa
saudara akan mengamati siklus pemboran untuk estimasi produktifitas
mesin bor.
2. Tentukan lokasi front penambangan dan skedul kerja pengamatannya.
3. Catat spesifikasi dan kondisi mesin bor, jenis dan diameter mata bor, dan
pajang batang bor.
4. Catalah geometri, jumlah dan pola pengeboran yang akan dilakasanakan
pada hari itu.
5. Siapkan boring pengamatan.
6. Siapkan meteran dan stopwatch, serta pensil.
Dengan anggapan bahwa mesin bor sudah siap di lapangan, maka prosedur
pengamatan komponen waktu dan kegiatanya adalah sebagai berikut :
1. Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboran
(positioning time, Pt).
2. Waktu untuk member dengan batang bor ( boring time, Bt ).
3. Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung
batang bor ( stopping time, St).
4. Waktu untuk mengatasi hambatan (pindah track dan menegakan jack/kaki
hidraulik ) ( delay time, Dt).
5. Cycle time
6. Ukur dan catat kedalaman lobang bor yang dicapai.
7. Buatlah sketsa pola pengeboran yang dihasilkan ( kemudian bandingkan
dengan rencana pola pemboran) kompenen waktu dinyatakan dalam detik.

III-1
III-2

III.2 Arah pemboran


Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu dengan lubang miring atau
dengan lubang tegak (vertikal).
A. Lubang bor miring
Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi problem break.
Dengan pemboran miring gelombang ledak (shock wave) yang dipantulkan
dari lantai dasar jenjang akan lebih besar. 
Lebih dari itu lubang bor miring mempunyai lebih banyak keuntungan
dari pada yang tegak, yaitu :
1. Memperkecil bahaya longsor pada jenjang.
2. Memperbaiki fragmentasi batuan.
3. Hasil peledakan mempunyai permukaan yang lebih rata.
4. Bisa mengurangi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledak, karena
dengan burden yang lebih besar.
5. Akan diperoleh jenjang (bench) yang stabil
6. Mengurangi resiko timbulnya tonjolan dan back break,
7. Hasil tumpukan (much pile shape) yang lebih bagus.
Sebaliknya, terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dam membuat
bor miring, antara lain :
1. Sulit melakukan pemboran secara akurat (human error), khususnya bila
membor yang lebih dalam.
2. Diperlukan supervision yang ketat.
3. Kemungkinan terjadinya pelemparan batuan yang lebih jauh.
III-2

4. Pada ketinggian jenjang yang sama maka kedalaman lubang bor yang
dibuat.
5. Lebih panjang dari pada lubang bor vertikal, sehingga membutuhkan waktu
pemboran yang lebih lama.
6. Membutuhkan ketelitian yang cermat untuk menempatkan alat bor pada
titik atau posisi dengan kemiringan tertentu, sehingga membutuhkan waktu
manuver yang agak lama.

B. Lubang bor tegak (vertikal)


Dengan pemboran tegak pada bagian atas jenjang kurang bagus karena
ada back break, fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak
tidak bisa sepenuhnya tersalurkan. Lebih dari itu lubang bor tegak (vertikal)
juga mempunyai keuntungan, yaitu :
1. Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman lubang bor vertikal
lebih pendek dari pada lubang bor miring, sehingga waktu pemboran yang
diperoleh lebih cepat.
2. Untuk menempatkan alat pada titik atau posisi batuan yang akan dibor tidak
memerlukan ketelitian yang cermat sehingga waktu untuk melakukan
manuver lebih cepat.
3. Kecepatan penetrasi alat bor akan lebih cepat karena kurangnya gesekan
yang timbul dari dinding lubang bor terhadap batang bor.
4. Pelemparan batuan hasil peledakan lebih dekat.
Sebaliknya, terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat
bor tegak antara lain :
1. Mudah terjadi kelongsoran pada jenjang.
2. Kemungkinan adanya bongkahan yang besar.
3. Kemungkinan terjadi tonjolan pada lantai jenjang.
III-3

Disamping itu drillhole straightnees adalah merupakan factor yang


penting. Jika arah pemboran tidak lurus (aligment errors) akan memberikan
pengaruh terhadap biaya pemboran dan peledakan yang condong lebih besar.
Disamping itu berakibat jarak spacing (burden) akan berubah dari desain yang
telah ditetapkan,karena saling berhimpit atau mengecil atau membesar.
Faktor yang dapat menyebabkan arah pemboran tidak lurus tersebut
antara lain struktur geologi (struktur batuan) dan kedalaman lunang ledak
yang tidak sesuai dengan ukuran diameter bit yang digunakan.

GAMBAR 3.1
ARAH LUBANG BOR VERTIKAL DAN LUBANG BOR MIRING

III.3 Alat-alat Pemboran


Dalam sejarah pemboran telah banyak jenis-jenis alat bor yang dipakai,
berikut merupakan alat-alat yang digunakan dalam pemboran :
1. Bor Tangan  (hand drill)
III-4

Penggunaan alat ini biasanya pada kegiatan eksplorasi dangkal seperti


placer deposit, dan residual deposit. Ada dua jenis alat bor ini, yaitu bor
tangan spiral(auger drill) dan bor Bangka.
•    Bor Tangan Spiral(Auger Drill)

Bor ini seperti penutup tutup botol dan dapat di putar dengan tang yang
hanya dapat mencapai kedalaman beberapa meter saja.

•    Bor bangka <termasuk alat bor manual>

Alat bor ini di kembangakan di indonesia, dimana suatu alat selubung atau
casing, yang di beri platfrom dan di atasnya ada beberapa orang yang
bekerja tetapi pada prinsipnya sama dengan bor spiral atau tumbuk.

2. Bor Mesin Putar  (drill rig)


Alat bor ini dinilai dari kemampuan mencapai kedalaman, kemampuan
pengambilan contoh, kemampuan menentukan arah, dan kemampuan bergerak
III-5

di suatu medan. Oleh karna hal itu maka mesin bor ini dapat dibagi menjadi
sebagai berikut.
•    Bor Mesin Ringan (portable driling rig)

Yang khas pada mesin ini adalah bagian-bagian pada mesin ini dapat di
preteli dan di bawa secara manual, biasanya hanya biasa mencapai
kedalaman 50 meter saja.

•    Bor inti (core drill rig)

Alat ini adalah alat standar yang paling populer untuk kegiatan eksplorasi
yang dimana alat bor ini menggunakan matabor dari intan.

•    Bor Putar Biasa (rotary drill rig)


III-6

Mesin ini dinamakan demikian karena gerak putar dari sumber


penggerak/mesin di transmisikan pada batang  bor pada meja putar (rotary
table) sehingga hanya dapat membor vertikal ke bawah.

•    Bor-alir Balik (counterflush drill rig)

Air pembilas masuk dari casing , keluar melalui pipa bor, membawa
contoh yang tidak bercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor
namun untuk mendapatkan  ke dalam contoh  ini harus memperhitungkan
kecepatan tidak seteliti bor inti.

3. Bor Mesin Tumbuk(cable tool)


Jenis mesin ini sudah jarang dilakukan dalam eksplorasi batuan di
peceh dengan pahat yang ditumbuk dan contoh di ambil menggunakan bailer
atau drive sampler. Ada beberapa jenis mesin bor tipe perkusi ini yaitu:
•    Bor Tumbuk Tali Kawat(Cable tool rig)
III-7

Ini adalah alat bor tertua yang biasanya di pake untuk pengeboran minyak
berbentuk menara segitiga yang dilengkapi dengan sistem katrol.

•    Bor Tumbuk Biasa (wagon drill)

Bor tumbuk ini digunakan untuk batuan keras dalam oprasi


pertambangan. Biasanya dipasang di suatu truk atau traktor agar mudah di
oprasikan ke segala arah.

  •    Bor Palu (hammer drill)


III-8

Pada dasarnya bor palu dan bor tumbuk biasa adalah sama hanya saja
ukuranya yang kecil dan dapat digunakan menggunakan tangan langsung
dah hanya dapat mencapai kedalaman 30 m saja.

•    Bor Palu Dalam Lubang (down-hole hammer drill)

Pada alat bor ini palu dipadatkan langsung dipasang di atas drive sampler,
berbentuk suatu silinder yang bergerak turun-naik secara lancar dan
digerakan oleh udara tertekan dari kompresor melalui pipa bor. Dapat
mencapai kedalaman rata-rata 80-100 meter, tetapi dapat juga di rancang
menggunakan casing sehingga dapat mencapai kedalaman rata-rata300-
1000 metar.

•    Bor Tumbuk Dengan Drive Sampler (wagon drill with drive sampler)
III-9

Perkembangan dari bor tumbuk adalah pemasangan apa yang disebut


dengan drive sampler sebagai pengganti mata bor. Alat bor ini hanya
cocok digunakan untuk lapisan tanah sedimen lepas.

Anda mungkin juga menyukai