Anda di halaman 1dari 11

yLatar belakang

Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan baik di negara-negara


maju ataupun negara berkembang memacu perubahan pola makan. Perhatian terhadap
makanan yang menyehatkan semakin meningkat, terutama sumber makanan dengan
kadar lemak rendah dan makanan yang mengandung probiotik, prebiotik dan sinbiotik.
Di Indonesia, produk makanan kesehatan sudah mulai dikenal sejak tahun 90-an dan
produksinya setiap tahun semakin meningkat.
Berkembangnya makanan kesehatan ini sebenarnya berawal dari semakin
banyaknya masyarakat yang menderita penyakit-penyakit degeneratif seperti
atherosclerosis, kardiovaskuler, stroke, diabetes, darah tinggi dan kanker. Selain itu
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya diet dan nutrisi terhadap
kesehatan semakin memperbesar peluang makanan kesehatan untuk diterima konsumen.
Berbagai jenis makanan kesehatan telah beredar di pasaran, diantaranya yogurt, yakult,
biskuit, es krim, susu bubuk yang difortifikasi dengan fruktooligosakarida (FOS) dan
inulin sebagai prebiotik atau difortifikasi dengan kombinasi prebiotik dan probiotik
(sinbiotik).
Menurut Davis dan Milner (2009), prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak
dapat dicerna dalam saluran pencernaan sehingga akan memacu pertumbuhan mikroflora
(Bifidobacteria dan Lactobacillus) pada usus besar. Jenis prebiotik yang umum terdapat
terdapat pada makanan adalah inulin, oligosakarida, fruktooligosakarida,
galaktooligosakarida, laktulose dan pati resisten. Inulin secara alami terdapat pada leek,
asparagus, chicory, jerusalem artichoke, bawang putih, bawang bombay, gandum, pisang,
oat, kacang kedelai dan madu.
Pengaruh pemberian fruktooligosakarida (FOS) dan produk prebiotik terhadap
kesehatan telah dilakukan oleh Hsio-ling et al.,(2000) dan Mateuzzi et al.,(2003). Hsio-
ling et al.,(2000) melaporkan bahwa pemberian 10 gram FOS pada orang usia lanjut
dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna, khususnya fungsi usus besar dan
meningkatkan absorpsi mineral, sedangkan Mateuzzi et al (2003) memberikan produk
prebiotik (Viogerm PB1) dari gandum sebanyak 10 gram dapat menekan pertumbuhan

1
bakteri coliform, clostridia dan bacteroides dan memacu pertumbuhan lactobacilli dan
bifidobacteria.
Sinbiotik merupakan kombinasi dari probiotik dan prebiotik yang dapat
mempengaruhi mikroflora dalam saluran cerna dengan meningkatkan jumlah substrat
sehingga memacu pertumbuhan bakteri probiotik terutama bifidobacteri dan lactobacilli.
Penggunaan sinbiotik memiliki efek yang lebih baik dibandingkan dengan
mengkonsumsi probiotik dan prebiotik secara terpisah. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian tentang manfaat mengkonsumsi prebiotik dan sinbiotik terhadap
kesehatan (Roller et al., (2003); Bruggencate et al., (2006); Gallaher dan Khil (1999);
Olesen dan Hoyer, (2006); Chouraqui et al., 2008). Konsumsi sinbiotik dapat
meningkatkan sistem imun, mencegah kanker kolon dan gangguan saluran pencernaan
lainnya.
Adapun tujuan paper dalam bentuk review dari berbagai jurnal internasional
adalah untuk memberikan informasi tentang manfaat positif dari prebiotik dan sinbiotik
terhadap fungsi fisiologis dan manfaatnya terhadap kesehatan.

2
Prebiotik dan Sinbiotik

Prebiotik didefinisikan sebagai bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh
saluran cerna dan memberikan efek yang positif terhadap mikroflora dengan secara
selektif menstimulasi pertumbuhan bakteri pada kolon terutama lactobacilli dan
bifidobacteria (Roberfroid, 2000). Beberapa prebiotik yang sering ditambahkan pada
bahan pangan adalah inulin, fruktooligosakarida (FOS) dan galaktooligosakarida (GOS).
FOS merupakan karbohidrat yang tidak dicerna dalam saluran pencernaan dan terdapat
pada konsentrasi yang berbeda pada makanan seperti pada gandum, pisang, asparagus
dan bawang putih. FOS sering difortifikasi pada produk-produk susu dan susu bayi. FOS
mengandung unit fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan β (2-1). FOS tidak dapat
dihidrolisa oleh enzim glycosidase pada usus halus dan dapat mencapai usus besar. Di
usus besar FOS dapat menstimulasi pertumbuhan bifidobacteria dan lactobacilli
(Bruggencate et al., 2005)
Bruggencate et al (2005) menyatakan bahwa FOS yang difermentasi pada usus
besar meningkatkan fecal laktat. Laktat merupakan produk fermentasi intermediate yang
secara normal dapat dimetabolisme menjadi asam lemak rantai pendek (SCFA). Laktat
dapat terakumulasi selama perombakan karbohidrat, akan tetapi laktat sangat sedikit
diabsorpsi oleh sel epitel pada usus besar. Konsumsi FOS sebanyak 20 gram dapat
meningkatkan sekresi mucin yang memiliki peranan penting terhadap respon pertahanan
dari sel inang. Sekresi mucin oleh membran mukosa dapat melindungi lapisan epitel dari
substansi yang berbahaya seperti bakteri pathogen, endotoksin, asam empedu dan asam-
asam organik.
Inulin didefinisikan sebagai materi karbohidrat polidispersi yang terdiri dari
ikatan β (2-1) fruktosil-fruktosa. Jumlah unit fruktosa pada inulin mencapai 2-60 bahkan
ada yang mencapai 150 unit dengan rerata derajat polimerisasi (DP) sama dengan 10.
Inulin dengan ujung glukosa secara kimia disebut ά-D-glukopyranosyl-(β-D-
fruktofuranosyl) (n-1)-D-fruktofuranosida. Sedangkan inulin tanpa gugus glukosa disebut
β-fruktopyranosyl-(D-fruktofuranosyl) (n-1)-D-fruktofuranosida. Inulin diproses oleh
industri pangan untuk menghasilkan fruktan rantai pendek, terutama oligofruktosa yang

3
merupakan hasil hidrolisis parsial enzimatis dari inulinase atau rantai panjang fruktan
dengan teknik pemisahan secara fisika (Roberfroid, 2000).
Prebiotik inulin yang dikombinasikan dengan oligofruktosa dapat menstimulasi
produksi interleukin 10 (IL-10) dari sel Peyer’s patch (PP) dan juga produksi sIgA pada
cecum dibandingkan dengan kontrol. Pada cecum terdapat bakteri endogenous dalam
jumlah besar sehingga dengan adanya prebiotik inulin akan menstimulasi pertumbuhan
bakteri tersebut (Roller et al., 2003). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Roller
et al.,(2003) tersebut tidak dapat menjelaskan bagaimana mekanisme pengaruh prebiotik
terhadap peningkatan sIgA.
Sinbiotik didefinisikan sebagai kombinasi dari probiotik dan prebiotik yang dapat
mempengaruhi jumlah mikroflora dalam saluran cerna dengan meningkatkan jumlah
substrat sehingga dapat memacu pertumbuhan bakteri probiotik terutama bifidobacteria
dan lactobacilli. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sinbiotik
memberikan efek yang lebih baik terhadap kesehatan. Prebiotik seperti oligosakarida
akan difermentasi oleh bakteri probiotik di usus besar menghasilkan asam lemak rantai
pendek (SCFA). Hasil dari fermentasi ini akan menghasilkan suasana asam sehingga
dapat menekan pertumbuhan bakteri pathogen dan memberikan sumber energi pada
jaringan epithelium.
Keamanan mengkonsumsi susu formula yang mengandung sinbiotik telah
dilakukan oleh Chouraqui et al., (2008). Chouraqui et al., (2008) menambahkan
campuran probiotik (Bifidobacterium longum BL999 dan Lactobacillus rhamnosus LPR)
dan prebiotik (Galaktooligosakarida dan short chain fruktooligosakarida) pada susu
formula bayi. Hasil dari penelitian tersebut adalah campuran prebiotik dan probiotik
dapat ditoleransi oleh bayi dan tidak memberikan pengaruh yang buruk seperti osmotik
diare. Pengaruh lainnya adalah selama mengkonsumsi susu formula yang mengandung
sinbiotik, bayi mengalami kenaikan berat badan, perubahan ukuran kepala (head
circumference), kenaikan BMI (Body Mass Index) dan penurunan resiko terkena diare.
Chouraqui et al., (2008) menyatakan bahwa, bayi yang tidak lagi mengkonsumsi susu
formula mengandung sinbiotik mengalami penurunan resiko terkena diare selama
beberapa bulan, sedangkan bayi yang masih mengkonsumsi susu formula sinbiotik

4
memberikan ketahanan yang lebih baik dan lebih lama terhadap diare dibandingkan
dengan kontrol.

Peningkatan Sistem Imun


Beberapa usaha telah dilakukan untuk meningkatkan sistem imun pada manusia
yaitu dengan pemberian suplemen prebiotik inulin dan oligofruktosa yang
dikombinasikan dengan probiotik Lactobacillus rhamnosus dan Bifidobacterium lactis.
Roller et al., (2003) melakukan penelitian dengan memberikan pakan prebiotik (inulin +
oligofruktosa), probiotik (L. rhamnosus dan B. lactis), sinbiotik (kombinasi probiotik dan
prebiotik), dan sebagai kontrol diberikan pakan tinggi lemak. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dan peyer’s patch (PP)
merupakan jaringan utama yang dipengaruhi oleh prebiotik inulin dan oligofruktosa.
Pengaruh prebiotik inulin dan oligofruktosa secara signifikan menstimulasi produksi
interleukin 10 (IL-10) oleh sel PP. Hasil lainnya menunjukkan bahwa pemberian pakan
prebiotik saja dapat meningkatkan immunodulasi pada saluran pencernaan secara
signifikan. Konsumsi prebiotik dan sinbiotik tidak mempengaruhi subpopulasi dari
limfosit darah, spleen dan MNC (mesenteric lymph nodes), akan tetapi pemberian
probiotik dan sinbiotik cenderung meningkatkan rasio CD4 : CD8 pada darah. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa B. lactis dan L. rhamnosus dapat memodulasi komposisi
sirkulasi limfosit pada periphery. Pemberian sinbiotik dan prebiotik meningkatkan total
sekresi IgA (sIgA) pada tikus, dimana pemberian probiotik tidak mempengaruhi jumlah
sIgA. Kombinasi prebiotik dan probiotik (sinbiotik) dapat menstimulasi sintesis sIgA
yang merupakan sistem pertahanan utama pada tubuh.
Pencegahan penyakit yang disebabkan oleh alergi dengan pemberian campuran
probiotik dan prebiotik telah dilakukan oleh Kukkonen et al., (2007). Kukkonen et al.,
(2007) memberikan suplemen sinbiotik yang mengandung 4 strain bakteri probiotik dan
galaktooligosakarida (GOS) ke 1223 ibu hamil yang memiliki resiko tinggi terhadap
penyakit yang disebabkan oleh alergi. Pemberian suplemen sinbiotik diberikan selama 2
sampai 4 minggu sebelum melahirkan. Bayi yang dilahirkan diberikan suplemen sinbiotik
(n = 461) atau placebo (n = 464) selama 6 bulan. Kumulatif insiden dari penyakit yang
disebabkan oleh alergi dan sensitifitas IgE dianalisa pada saat balita berusia 2 tahun.

5
Hasil yang diperoleh bahwa pemberian sinbiotik dan placebo tidak menunjukkan
pengaruh terhadap insiden akumulasi penyakit alergi (allergic disease) tapi cenderung
menurunkan IgE yang berasosiasi terhadap penyakit eczema. Pemberian suplemen
sinbiotik secara signifikan menurunkan eczema dari 32% menjadi 26% dan IgE asosiasi
dengan eczema turun dari 18% menjadi 12%. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara jumlah bakteri probiotik dengan
penurunan penyakit eczema.

Pencegahan kanker kolon


Penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik untuk mencegah kanker kolon telah
dilakukan pada tikus dan manusia oleh beberapa peneliti. Tikus yang diberi pakan bahan
karsinogenik 1, 2 –dimethylhydrazine (DMH) diberi pakan susu skim (kontrol),
bifidobacteria, oligosakarida dan campuran keduanya (sinbiotik). Aberrant crypt (sel
kanker) digunakan sebagai indeks terhadap kanker kolon. Pada tikus yang diberi pakan
campuran probiotik dan prebiotik menunjukkan penurunan aberrant crypt secara
signifikan dibanding pada tikus yang diberi pakan probiotik, prebiotik dan kontrol. Pada
percobaan yang terpisah, peneliti tersebut menganalisa pengaruh soybean
oligosaccharide (SBO) dan wheatbran oligosaccharide (WBO) bersama dengan
probiotik bifidobacteria untuk menurunkan jumlah aberrant crypt. Percobaan tersebut
menunjukkan bahwa kedua oligosakarida tersebut dapat menurunkan jumlah aberrant
crypt dibanding kontrol dan WBO menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan aberrant crypt. Pada percobaan kedua diperoleh perbedaan yang tidak nyata
diantara kontrol dengan grup yang diberi pakan SBO dan WBO terhadap jumlah
aberrant crypt. Hasil ini menunjukkan inkonsistensi dan kemampuan kedua oligosakarida
tersebut sebagai sinbiotik masih belum jelas. Peneliti tersebut belum dapat menjelaskan
secara detail mekanisme penurunan aberrant crypt oleh sinbiotik. Kemungkinan
mekanismenya adalah bakteri probiotik dapat memfermentasi oligosakarida sehingga
akan menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) dan energi yang dapat
menurunkan bakteri pathogen seperti coliform, clostridia dan bacteroides yang diduga
dapat menghasilkan senyawa karsinogenik. Asam lemak rantai pendek diduga dapat

6
mencegah pembelahan sel secara ganas dan melindungi sel dari bahan nongenotoksis
yang merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker.
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Rafter et al., (2007) pada subyek manusia
yang memiliki resiko terkena kanker kolon dan pasien yang mengalami polip. Pasien
diberikan suplemen sinbiotik yang berisi campuran prebiotik SYN 1 dan probiotik LGG
dan BB12. sample feses dan darah diambil sebelum, selama dan sesudah pemeriksaan
klinis. Konsumsi sinbiotik menunjukkan perubahan signifikan pada jumlah mikroflora
usus dengan meningkatnya jumlah Bifidobacterium dan Lactobacillus yang diikuti
dengan penurunan bakteri Clostridium pefringens. Pemberian sinbiotik secara signifikan
menurunkan proliferasi colorectal, kapasitas fecal water (dapat menginduksi nekrosis sel
kolon) dan meningkatkan fungsi lapisan epitel pada pasien penderita polip. Menurunnya
kapasitas fecal water diikuti dengan penurunan aktivitas proliferasi sel pada jaringan
epithelium. Rafter et al.,(2007) menyatakan bahwa, prebiotik dapat meningkatkan
produksi butirat yang menghambat sel kanker kolon dan dapat bertindak sebagai faktor
penahan (survival factor) pada sel kolon normal, meningkatkan enzim detoksifikasi fase
II, melindungi sel dari bahan genotoksik dan melindungi kerusakan DNA.

Meningkatkan kesehatan saluran pencernaan


Pengaruh oligosakarida terhadap kesehatan saluran pencernaan telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Oligosakarida terbukti dapat mencegah diare, mencegah
konstipasi dan menurunkan resiko hyperlipidemia. Hsio-Ling et al., (2000) melakukan
penelitian pengaruh konsumsi FOS terhadap fungsi saluran pencernaan pada subyek usia
lanjut yang mengalami gangguan saluran pencernaan (konstipasi). Subyek usia lanjut
yang berusia ≤ 60 tahun diberikan suplemen FOS secara meningkat sebanyak 3 g/d
sampai 10 g/d. Konsumsi FOS selama 10 hari dapat meningkatkan frekuensi defekasi
dibanding kontrol dan meningkatnya berat feses basah/kering dari feses tanpa
mempengaruhi kelembapan feses. FOS dapat menurunkan pH feses sebanyak 5,5 % dan
meningkatkan senyawa asetat, n-butirat, propionate, i- butirat, i-valerat pada feses secara
signifikan. Hsio-Ling et al (2000) menyatakan bahwa FOS dapat meningkatkan
fermentasi pada saluran pencernaan terutama di kolon dengan meningkatkan aktifitas
proliferasi sel bakteri. Lebih lanjut dikatakan bahwa meningkatnya kandungan SCFA

7
pada feses dipengaruhi oleh konsumsi FOS seiring dengan meningkatnya massa sel
bakteri probiotik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi FOS dapat
meningkatkan pergerakan usus secara spontan dan simultan. Dari hasil penelitian tersebut
menyarankan konsumsi FOS pada usia lanjut dapat mempertahankan sel mukosa dan
fungsi usus besar.
Konsumsi FOS tidak selalu berdampak positif terhadap saluran pencernaan, hal
ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bruggencate et al., (2006).
Bruggencate et al., (2006) melaporkan bahwa pemberian FOS sebanyak 20 g ke 34 pria
meningkatkan frekuensi flatulensi, bloating dan iritasi pada mukosa yang disebabkan
oleh peningkatan ekskresi mucin. Meningkatnya ekskresi mucin pada kolon disebabkan
tingginya produksi asam organik, sehingga mengakibatkan iritasi pada mukosa dan
abnormalnya lapisan intestinal. Mucin diproduksi oleh mukosa untuk melindungi saluran
pencernaan dari bakteri pathogen, endotoksin, asam empedu dan asam organik. Hasil
serupa ditunjukkan oleh Olesen dan Hoyer (2000) yang melaporkan bahwa pemberian 20
g FOS kepada 96 pasien penderita IBS (irritable bowel syndrome) tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan selama 4-6 minggu. Gejala-gejala yang dialami adalah
abdominal distension, abdominal rumbling, abnormal flatulence dan abdominal pain.
Perawatan dilakukan terus dengan pemberian FOS sebanyak 20 g secara berkala selama
12 minggu menunjukkan proses penyembuhan secara perlahan, hal ini dikarenakan tubuh
pasien sudah dapat beradaptasi dengan baik terhadap pengaruh FOS.

Kesimpulan
Review jurnal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prebiotik merupakan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna pada saluran pencernaan sehingga digunakan oleh
mikroflora usus terutama bifidobacteria dan lactobacilli untuk menghasilkan senyawa-
senyawa yang bermanfaat bagi tubuh dan meningkatkan sistem imun. Pada beberapa
kasus konsumsi prebiotik kadang-kadang dapat bersifat negatif bagi tubuh dengan
meningkatnya frekuensi flatulensi, bloating dan iritasi pada membrane mukosa. Hal ini
dapat diatasi dengan pemberian prebiotik secara berkala sehingga tubuh akan secara
otomatis dapat beradaptasi terhadap konsumsi prebiotik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian suplemen prebiotik saja kurang efektif untuk

8
memberikan pengaruh yang positif pada tubuh. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan kombinasi antara probiotik dengan prebiotik yang disebut sinbiotik. Sinbiotik
dapat mempengaruhi keseimbangan jumlah mikroflora usus dan meningkatkan aktifitas
mikroflora usus. Efek yang sinergis ini akan memberikan pengaruh positif terhadap tubuh
seperti meningkatkan sistem imun, mengurangi kolesterol, meningkatkan penyerapan
mineral, mencegah konstipasi, mencegah diare dan sebagai antikanker.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bruggencate Tan, S.J.M, Ingeborg M.J, Bovee-Oudenhoven, Lettink-Wissink, M.L.G,


Katan, M.B and Roelof van der Meer. Dietary Fructooligosaccaharide Affect
Intestinal Barrier Function in Healthy Men. J Nutr. 2006. 136 : 72-74

Chouraqui Jean Pierre, Grathwohl. D, Labraune Jean Marc, Hascoet. J.M, Montgolfier
Ines de, Leclaire. M, Giaree. M and Steenhout. P. Assessment of the Safety,
Tolerance, and Protective Effect Against Diarrhea of Infant Formulas Containing
Mixtures of Probiotic or Probiotic and Prebiotics in a Randomized Controlled
Trial. Am. J. Clin. Nutr 2008 ; 87: 1369-1372

Davis, C.D and Milner, John. A. Gastrointestinal micflora, food components and colon
cancer prevention. J.Nutr Biochem. 2009 : 1-2

Gallaher, D. Daniel and Khil, J. The effect of synbiotics on colon carcinogenesis in rats.
J. Nutr. 1999 ; 129 : 1484S-1486S

Hsio-Ling Chen, Yu-HoLu, Jiun-Jr Lin and Lie-Yon Ko. Effect of Fructooligosaccharide
on bowel function and indicators of nutritional status in constipated elderly men.
Nutrition Research. 2000 ; 20 : 1728-1731

Olesen, M and Hoyer-Gudmand, E. Efficacy, safety and tolerability of


fructooligosaccharide in the treatment of irritable bowel syndrome. Am. J. Clin.
Nutr. 2002; 172 : 1572-1574

Rafter, J, Bennet, M., Caderni. G, Clune. Y, Hughes. R, Karlsson. C.P, Klinder, A,


O’Riordan. M, O’Sullivan. G, Pool-Zobel. B, Rechkemmer, Roller. M, Rowland. I,
Salvadori. M, Thijs. H, Jan Van Loo, Watzl. B and Collins. John.K. Dietary
synbiotics reduce cancer risk factors in polypectomized and colon cancer patients.
Am.J.Clin.Nutr.2007; 85: 491-495

Roller. M, Rechkemmer, G and Watzl. B. Prebiotic inulin enriched with Oligofructose in


combination with the probiotics Lactobacillus rhamnosus and Bifidobacterium lactis
modulates intestinal immune function in rats. J.Nutr.2003 :154-156

Roberfroid. Marcel. B, Prebiotics and Probiotics : are they functional foods?.


Am.J.Clin.Nutr. 2000;71 : 1683S

Kakkunen. K, Savilahti. E, Haahtela. T, Juntunen-Backman.K, Korpela. R, Poussa. T,


Tuure. T and Kuitunen. M. Probiotic and prebiotic galactooligosaccharide in the
prevention of allergic disease : a randomized, double-blind, placebo-controlled trial.
J.Allergy.Clin. Immunol. 119 : 194-197

10
Mateuzzi. D, Swennen. E, Rossi. M, Hartman. T and Lebet. V. Prebiotic effect of wheat
germ preparation in human healthy subjects. Food Microbiol. 2004 ; 21 : 121-123

11

Anda mungkin juga menyukai