Anda di halaman 1dari 120

UJI KEBENARAN VARIETAS DAN SIMULASI UJI BUSS CABAI

RAWIT VARIETAS UNPAD CR8

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi


di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh:
EVA OKTAVIANI
150510140105

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Uji Kebenaran Varietas dan Simulasi Uji BUSS Cabai


Rawit Varietas Unpad CR8
Nama : Eva Oktaviani
NPM : 150510140105
Program Studi : Agroteknologi/Pemuliaan Tanaman

Jatinangor, 2018
Mengetahui dan Mengesahkan,

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Neni Rostini, MS Dr. sc. agr. Ir. Agung Karuniawan, M.Sc., Agr.
NIP. 19640216 198902 2 001. NIP. 19661101 199103 1 001.

Mengetahui
Ketua Program Studi Agroteknologi

Nono Carsono, S.P., M.Sc., Ph.D.


NIP. 19721010 199703 1 006

ii
iii
ABSTRAK

Eva Oktaviani. 2018. Uji Kebenaran Varietas dan Simulasi Uji BUSS Cabai
Rawit Varietas Unpad CR8. Dibimbing Oleh: Neni Rostini dan Agung
Karuniawan

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kebenaran dan untuk mengidentifikasi


kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan (uji BUSS) pada calon varietas
baru Unpad CR8. Simulasi uji BUSS dapat diajukan untuk permohonan hak
Perlindungan Varietas Tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
Sukamantri, Kabupaten Ciamis dengan ketinggian 983 m di atas permukaan laut
(dpl) pada Agustus 2017sampai Februari 2018. Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok terdiri atas lima varietas cabai rawit (Unpad
CR8, CR8873, Dewata, Taruna, dan Rabani) sebagai perlakuan dan diulang lima
kali. Hasil uji kebenaran varietas cabai Unpad CR8 sesuai dengan deskripsi hasil
uji keunggulan. Varietas Unpad CR8 belum pernah diperjualbelikan dan
memenuhi unsur kebaruan. Terdapat dua varietas yaitu CR8873 dan Taruna yang
paling mirip dengan varietas Unpad CR8 yang didapat diajukan sebagai varietas
pembanding Uji BUSS. Hasil uji keunikan dengan varietas pembanding CR8873
terdapat 5 karakter unik dan dengan varietas pembanding Taruna terdapat 8
karakter unik. Varietas Unpad CR8 memenuhi unsur keseragaman dan kestabilan.
Hasil simulasi uji BUSS menunjukkan bahwa varietas cabai Unpad CR8
memenuhi unsur BUSS.

Kata Kunci : cabai rawit, kebenaran, unik, seragam, stabil

i
ABSTRACT

Eva Oktaviani. 2018. True-to-Description Test and Simulation of Novelty,


Distinctness, Uniformity, and Stability (nDUS) Test for Cayenne Pepper
Unpad CR8. Supervised by Neni Rostini and Agung Karuniawan

The experiment was conducted to evaluated true-to-description and to identified


the characters of novelty, distinctness, uniformity and stability (DUS test) for
varieties of cayenne pepper. Simulations of DUS test can be submitted for rights
application of Plant Variety Protection. The experiment held at Sukamantri,
Ciamis region with altitude of 983 m above sea level (asl) from August 2017 until
February 2018. The experiment method used is Randomized Block Design
consisting of five varieties of cayenne pepper (Unpad CR8, CR8873, Dewata,
Taruna, and Rabani) as treatment and repeated five times. The results of true-to-
description test of Cayenne pepper Unpad CR8 in accordance with the description
of test the superiority of varieties. Unpad CR8 varieties have never been traded
and meet the element of novelty. There are two varieties namely CR8873 and
Taruna most similar varieties obtained CR8 Unpad proposed as varieties of
comparison for DUS Test. Distinctness test results with varieties of CR8873 have
5 unique characters and with varieties of Taruna have 8 unique characters.
Unpad CR8 varieties meet elements of uniformity and stability. The result of DUS
test simulation shows that the varieties of Unpad CR8 meet DUS element.

Key words: cayenne pepper, true, unique, uniform, stable

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Uji
Kebenaran Varietas dan Simulasi Uji BUSS Cabai Rawit Varietas Unpad
CR8”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk melaksanakan salah satu syarat
dalam mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran.
Berkat dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Neni Rostini, MS selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing

pertama atas bimbingan, saran serta motivasi yang telah diberikan dalam

penulisan skripsi ini;

2. Dr. sc. agr. Ir. Agung Karuniawan, M.Sc., Agr. selaku dosen pembimbing

kedua atas bimbingan, saran serta motivasi yang telah diberikan dalam

penulisan skripsi ini;

3. Noladhi Wicaksana SP.,MP.,Ph.D. sebagai penelaah I atas motivasi yang

telah diberikan kepada penulis dan telah meluangkan waktu serta memberi

masukan dalam penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini;

4. Dr.Ir. Anne Nuraini, MP. sebagai penelaah II yang telah memberikan

saran dan bantuan yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi dan

bimbingan dalam penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini;

iii
5. Dr. H. Sudarjat, Ir., M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Padjadjaran atas bantuannya;

6. Nono Carsono, SP., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Progran Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajdjaran atas bantuan

kepada penulis untuk tetap melaksanakan studi hingga tahapan penelitian

sampai saat ini;

7. Pak Asep Halim, Pak Nono, Bu Nono, Imelia, dan semua petani di tempat

percobaan yang sudah banyak membantu teknis di lapangan, semoga

kalian senantiasa mendapatkan berkah selalu;

8. Finandita Septiani Putri, Siti Nurohmah, Ilma Soliha, Rosi Rosidah, Ai

Ening Rostini, Ega Apriliana, Fhera Hardiani, Kang Haikal, Ceu Trixie,

Andri Siswanto serta teman-teman lainnya yang telah memberikan doa,

motivasi serta bantuannya terhadap penulisan skripsi ini;

9. Tim bimbingan mbak Triasfitria Valentira Yudhia, Aulia Fauziah SE, ceu

Ranthi, kang Khais, bu Fitri yang selalu membantu penulis dalam berbagai

hal untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini;

10. Dewan Pertimbangan Organisasi dan Pengurus Himpunan Mahasiswa

Agroteknologi (HIGROLOGI) atas motivasi, dukungan serta bantuannya

selama proses penulisan skripsi;

11. Teman-teman minat Pemuliaan 2014 yang telah memotivasi serta banyak

membantu dalam belajar di kelas sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan;

iv
12. Teman-teman alumni Program Studi Agroteknologi yang sudah

memberikan ilmu dan motivasinya yang menguatkan penulis untuk tetap

semangat kuliah;

13. Teman-teman Agroteknologi 2014, khususnya Agroteknologi kelas E yang

selama proses perkuliahan berlangsung telah memberikan banyak bantuan

atas motivasi, bantuan dalam belajar, persahabatan dan kebersamaannya.

Terkhusus penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya

kepada Ibunda tercinta Enih Nurani dan Ayahanda tercinta (Alm) E. Narlim

Wahid Hidayah atas cinta yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas, dan

kepada kakak-kakak tercinta Endang Sopian, Tik-tik Martikawati, Andi Mardiana,

Ina Rosalina serta adik tercinta Yunia Wahid Hidayah atas segala motivasi,

dukungan baik moral dan material serta kasih sayang yang begitu tulus dari awal

hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi.

Akhir kata, Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian khususnya

pemuliaan tanaman dan bagi yang memerlukan.

Wassalaamualaikum. Wr. Wb

Jatinangor, April 2018

Penulis

Eva Oktaviani

150510140105

v
vi

DAFTAR ISI

BAB Halaman

ABSTRAK ………………………………………………………………………..i
ABSTRACT ……………………………………………………………………....ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………......viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian....................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 6
1.5 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 6
1.6 Hipotesis ....................................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Taksonomi Tanaman Cabai Rawit ................................................................ 12
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit ......................................................... 13
2.3 Morfologi Tanaman Cabai Rawit .................................................................. 13
2.4 Organisme Pengganggu Pada Tanaman Cabai Rawit ................................... 16
2.4.1 Hama .................................................................................................... 16
2.4.2 Penyakit ................................................................................................ 18
2.5 Perlindungan Varietas Tanaman ................................................................... 18

BAB III BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ...................................................................... 22
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ............................................................................ 22
3.3 Metode Penelitian .......................................................................................... 23
3.3.1 Uji Kebenaran ...................................................................................... 23
3.3.2 Simulasi Uji BUSS .............................................................................. 23
3.4 Metode Analisis ............................................................................................ 24
3.4.1 Uji Kebenaran ...................................................................................... 24
3.4.2 Simulasi Uji BUSS .............................................................................. 25
3.5 Pelaksanaan Percobaan ................................................................................. 25
3.5.1 Persiapan Percobaan ............................................................................ 25
3.5.2 Pengolahan Lahan ................................................................................ 26
3.5.3 Penyemaian benih dan pembibitan ....................................................... 26
3.5.4 Penanaman ........................................................................................... 27
3.5.5 Pemupukan ........................................................................................... 27
3.5.6 Penyulaman ........................................................................................... 28

vi
vii

3.5.7 Pemeliharaan ........................................................................................ 28


3.5.8 Panen .................................................................................................... 28
3.6 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................. 29
3.6.1 Pengamatan Penunjang ........................................................................ 29
3.6.2 Pengamatan Utama .............................................................................. 29
3.6.2.1 Pengamatan Kebenaran ............................................................ 29
3.6.2.2 Pengamatan Kebaruan .............................................................. 30
3.6.2.3 Pengamatan Keunikan .............................................................. 30
3.6.2.4 Pengamatan Keseragaman ....................................................... 31
3.6.2.5 Pengamatan Kestabilan ............................................................ 31
3.7 Analisis Data Simulasi Uji BUSS .................................................................. 32
3.7.1 Analisis Varians Fenotipe ..................................................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengamatan Penunjang ................................................................................. 33
4.1.1 Curah Hujan ......................................................................................... 33
4.1.2 Persentase Daya Berkecambah Benih ................................................... 34
4.1.3 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ............................................ 36
4.2 Pengamatan Utama ........................................................................................ 43
4.2.1 Uji Kebenaran ...................................................................................... 43
4.2.2 Simulasi Uji BUSS .............................................................................. 47
4.2.2.1 Pengamatan Kebaruan karakter................................................. 47
4.2.2.2 Pengamatan Keunikan karakter................................................. 48
4.2.2.3 Pengamatan Keseragaman karakter .......................................... 68
4.2.2.4 Pengamatan Kestabilan karakter ............................................... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ........................................................................................................ 77
5.2 Saran ............................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78


LAMPIRAN ........................................................................................................ 83
RIWAYAT HIDUP.…………………………………………………………...107
viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1. Produksi, Produktivitas, dan Luas Panen Cabai Rawit Tahun 2011-
2016……………………………………………………………………... 1
2. Daftar Varietas Cabai Rawit yang Digunakan dalam
Percobaan……………………………………………………………….. 23
3. Daya Berkecambah Varietas Cabai Rawit pada Percobaan …………… 35
4. Resistensi Lima Varietas Cabai Rawit Pada Percobaan Terhadap
Penyakit Antraknosa Pada Setiap
Ulangan.................................................................................................... 40
5. Kesesuaian Karakter Antara Uji Kebenaran dengan Uji
Keunggulan.............................................................................................. 43
6. Grouping Characteristics Antara Variets Kandidat dengan Varietas
Pembanding.............................................................................................. 49
7. Perbedaan karakter Varietas Unpad CR8 dengan Pembanding 1
CR8873 dan Pembanding 3
Taruna....................................................................................................... 53
8. Analisis Statistik Keseragaman Karakter Kuantitatif Varietas Unpad
CR8.......................................................................................................... 69
9. Analisis Statistik Kestabilan Karakter Kuantitatif Varietas Unpad
CR8…………………………………………………………………….... 71
10. Kestabilan karakter kualitatif Unpad CR8…………………………….... 73
ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1. Tanaman Cabai Rawit …………………………………………………. 12
2. Daun cabai rawit………………………………………………………... 14
3. Bunga cabai rawit……………………………………………………..... 15
4. Buah Cabai Rawit……………………………………………………..... 16
5. Biji Cabai Rawit……………………………………………………....... 16
6. Gejala Serangan Thrips………………………………………………… 17
7. Grafik Curah Hujan Selama Percobaan………………………………... 34
8. Penampilan cabai rawit Unpad CR8…………………………………… 35
9. Serangan ulat grayak pada cabai rawit…………………………………. 36
10. Serangan Aphids gossypii pada cabai rawit…………………………….. 38
11. Serangan lalat buah pada cabai rawit…………………………………... 38
12. Serangan antraknosa pada cabai rawit…………………………………. 39
13. Serangan layu fusarium pada cabai rawit………………………………. 41
14. Gulma (a) Drymaria villosa (b) Ageratum conyzoides L., (c) Ichaemum
timorense yang terdapat pada pertanaman cabai rawit…………………. 43
x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Deskripsi Cabai Rawit Varietas
Rabani…………………………………………………………………..... 83
2. Deskripsi Cabai Rawit Varietas
Dewata…………….…………………………………………………..… 85
3. Deskripsi Cabai Rawit Varietas
CR8873………………………………………………………………….. 86
4. Deskripsi cabai rawit varietas Taruna…………………………………... 88
5. Ukuran plot percobaan Percobaan …….………………………………... 89
6. Tata Letak
Percobaan………………………………………………………………... 90
7. Timeline Penelitian………………………………................................... 91
8. Data Curah Hujan di Tempat Percobaan.................................................. 92
9. Perbedaan Karakter paada Unpad CR8 dengan CR8873, Dewata,
Taruna, dan Rabani............................................................................... 93
10. Data Sekunder Pengamatan Kebenaran Karakter di Tiga Lokasi
Pengujian………………………………………………………………... 105
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebaran tanaman cabai diketahui dari data sejarah, berawal dari

manusia primitif di Amerika. Tanaman cabai merupakan salah satu jenis tanaman

yang dianggap penting urutan kedua setelah jagung dan ubi kayu bagi penduduk

Indian. Secara ekonomi, spesies ini sangat berpotensi untuk dikembangkan karena

paling luas dibudidayakan dibandingkan sayuran lain dan banyak kultivar-kultivar

baru yang mempunyai keunggulan tertentu (Djarwaningsih, 2005).

Cabai rawit merupakan salah satu komoditas yang dianggap penting

sebagai bahan industri makanan, minuman maupun farmasi karena cabai rawit

memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Setiadi, 2006). Selain memiliki

kandungan gizi yang cukup tinggi, cabai rawit juga sangat potensial secara

ekonomis. Tingkat konsumsi cabai di Indonesia cukup tinggi dan cenderung

meningkat setiap tahun (Rostini, 2011).

Tabel 1. Produksi Produktivitas dan Luas Panen Cabai Rawit Tahun 2012-2016

Tahun Produksi Produktivitas Luas panen (Ha)

2012 90.522 13.15 6884


2013 123.756 14.82 8353
2014 115.831 12.58 9210
2015 112.634 13.46 8371
2016 101.542 12.00 8464

Sumber : Kementrian Pertanian ( 2016)

1
2

Kebutuhan cabai yang semakin meningkat menyebabkan harus dilakukan

peningkatan produksi dan produktivitas cabai di Indonesia. Produksi cabai rawit

di Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami

peningkatan yang didukung dengan peningkatan luas panen (Tabel 1). Oleh

karena itu diperlukan adanya perbanyakan benih cabai rawit varietas baru yang

dapat meningkatkan produktivitas cabai di Indonesia. Cabi rawit merupakan salah

satu komoditas hortikultura yang paling banyak diperdagangkan di dunia.

Tanaman hortikultura adalah tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, bahan

obat nabati, florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air

yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau estetika (Permetan

Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 1).

Sebelum suatu kultivar dilepas, harus dilakukan serangkaian pengujian

terhadapnya. Uji kebenaran diperlukan untuk menjamin bahwa benih suatu

varietas tanaman yang dilindungi adalah true-to-type dan ciri-ciri yang dimiliki

tidak menyimpang dari yang telah ditentukan dalam pendaftarannya. Batas “tidak

menyimpang” ini ditentukan pada suatu nilai baku (standar) tertentu. Permentan

Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 11 Ayat 1 menyatakan bahwa pengujian kebenaran

varietas dilakukan oleh Lembaga Penguji yang telah diakreditasi atau yang

ditunjuk oleh Menteri.

Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas sangat dipengaruhi oleh

keberhasilan dalam memperbaiki potensi genetik tanaman cabai rawit. Oleh

karena itu, individu atau badan usaha yang bergerak di bidang pemuliaan tanaman

harus diberi penghargaan bagi mereka yang telah menghasilkan varietas tanaman
3

yang baru, unik, seragam dan stabil. Salah satu penghargaannya adalah dengan

memberikan hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) sebagai perlindungan

untuk pemulia (Sobir, 2014).

Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah

perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh

Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas

Tanaman terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia melalui

kegiatan pemuliaan tanaman (UU Nomor 29 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1).

Perlindungan varietas ini dapat dilaksanakan dengan melakukan pengujian Baru,

Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS) (Herwitarahman, 2014).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 memberikan

penjelasan mengenai varietas tanaman yang dapat diberikan perlindungan

tanaman sesuai dengan karakter pada pengujian uji Baru Unik Seragam Stabil (uji

BUSS). Uji kebaruan dilakukan secara administratif untuk menilai legalitas

tanaman yang akan diedarkan di masyarakat termasuk varietas baru. Suatu

varietas dapat dikatakan sebagai varietas baru apabila bahan perbanyakan atau

hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau

sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di

luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun

untuk tanaman tahunan (Pasal 2 Ayat 2).

Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan

secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara

umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT (Pasal 2 Ayat 3). Suatu
4

varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas

tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan

lingkungan yang berbeda-beda (Pasal 2 Ayat 4). Suatu varietas dianggap stabil

apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang,

atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami

perubahan pada setiap akhir siklus tersebut (Pasal 2 Ayat 5).

Pelaksanaan uji BUSS untuk cabai rawit diatur dalam dokumen resmi PPU

BUSS cabai nomor PVT/ PPU/14/3 yang diterbitkan oleh Pusat PVT tahun 2014.

Pada dokumen tersebut, keseragaman dinilai berdasarkan jumlah tanaman tipe

simpang dan kestabilan dinilai berdasarkan kestabilan ragam tampilan karakter

penting di awal dan akhir siklus pertumbuhan dari populasi varietas uji. Menurut

(Khadijah, 2012) pada pengujian keseragaman, penilaian kedua aspek tersebut

akan dievaluasi dengan analisis statistik yang sesuai. Hasil analisis diharapkan

memberikan keputusan akhir yang sama untuk penilaian aspek keseragaman dan

kestabilan.

Cabai rawit dipilih sebagai model untuk simulasi pengujian BUSS karena

tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang banyak dilakukan pemuliaan.

Dr. Ir Neni Rostini, MS dari Universitas Padjadjaran telah menghasilkan varietas

baru cabai rawit, yaitu varietas Unpad CR8. Potensi hasil, kualitas cabai yang

baik, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit merupakan beberapa

karakteristik unggul yang dimiliki oleh varietas Unpad CR8 tersebut.

Oleh karena itu akan dilakukan Uji Kebenaran dan Simulasi Uji Baru,

Unik, Seragam dan Stabil berdaasarkan PPU cabai dimana varietas kandidat
5

(varietas CR8) dibandingkan dengan varietas pembanding yaitu varietas Rabani,

Dewata , Taruna, dan CR 8873. Diharapkan dalam simulasi uji BUSS ini

didapatkan satu atau lebih rekomendasi varietas pembanding yang paling sesuai

bagi varietas CR8 untuk uji BUSS.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang harus dikaji dalam

penelitian ini yaitu;

1. Apakah hasil uji kebenaran varietas cabai rawit Unpad CR8 sesuai dengan

hasil uji keunggulan ?

2. Apakah varietas cabai rawit Unpad CR8 memenuhi syarat untuk pengujian

Baru, Unik, Seragam, Stabil (BUSS)?

3. Apakah terdapat varietas pembanding yang paling mirip dengan varietas

cabai rawit Unpad CR8 ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kebenaran calon varietas

baru Unpad CR8 dan untuk mengetahui karakter-karakter dari varietas cabai rawit

Unpad CR8 dengan genotipe pembanding Rabani, Dewata, Taruna, dan CR8873

baik karakter kualitatif maupun kuantitatif sehingga data yang dihasilkan dapat

digunakan untuk pemeriksaan kebenaran varietas dan pemeriksaan substantif (Uji

BUSS) terhadap varietas yang dimohonkan hak PVT (Perlindungan Varietas

Tanaman).
6

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Memberikan informasi tentang kebenaran varietas cabai Unpad CR8.

2. Penelitian ini berguna untuk rekomendasi varietas pembanding yang

paling mirip sesuai untuk uji BUSS cabai rawit varietas Unpad CR8

sehingga berguna untuk rekomendasi pelepasan varietas cabai unggul

dan ketersediaan benih cabai rawit Unpad genotipe CR8 yang

beradaptasi di Indonesia dengan hasil tinggi dan tahan terhadap

penyakit yang mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual Perlindungan

Varietas Tanaman (HKI PVT).

1.5 Kerangka Pemikiran

Peningkatan produksi cabai rawit dapat dilakukan melalui perakitan

varietas yang tersusun dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Kegiatan pemuliaan

tanaman merupakan kegiatan yang harus melewati beberapa tahapan yang tidak

instan. Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang saling

berkaitan, diawali dengan koleksi plasma nutfah, evaluasi plasma nutfah,

penerapan metode pemuliaan dan seleksi terhadap populasi yang terbentuk diikuti

evaluasi terhadap hasil pemuliaan (Ekowahyuni, 2015). Semua tahapan tersebut

memerlukan waktu lama (10-15 tahun), investasi yang tidak sedikit, dan

pengetahuan serta teknologi spesifik (Baihaki, 2006). Maka dari itu, perlu

diberikan penghargaan dan perlindungan atas keberhasilan pemulia dalam

perakitan atau pengembangan varietas tanaman.


7

Perlindungan Varietas Tanaman diberikan kepada pemulia tanaman atau

pihak yang telah melakukan pemuliaan tanaman. Perlindungan HKI varietas

tanaman banyak bermanfaat, seperti meningkatkan jumlah dan kecepatan varietas

unggul baru yang kompetitif, meningkatkan kempetensi industri perbenihan

(Purwandoko, 2012). Perlindungan tersebut juga diharapkan dapat mendorong

kreativitas pemuliaan tanaman, sehingga dapat menghasilkan penemuan berbagai

varietas unggul yang sangat diperlukan masyarakat.

Uji kebenaran varietas Unpad CR8 diperlukan untuk membuktikan bahwa

varietas Unpad CR8 yang akan dilepas sesuai dengan deskripsi yang didapat dari

pengujian keunggulan. Seperti yang digambarkan dalam Permentan No. 38

tentang Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura pasal 1 ayat 2 bahwa

pengujian Kebenaran Varietas adalah cara untuk membuktikan kesesuaian

performa/keragaan varietas tanaman hortikultura dengan deskripsinya. Lembaga

penguji merupakan Lembaga Penguji yang telah diakreditasi atau yang ditunjuk

oleh Menteri (Pasal 11 Ayat 1). Universitas Padjadjaran adalah salah satu lembaga

yang dapat melakukan pengujian kebenaran varietas dan uji BUSS untuk varietas

hortikultura.

Pengujian kebenaran varietas Unpad CR8 dilakukan pada satu lokasi

pengujian yaitu di Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis dengan kategori

lahan termasuk dataran tinggi. Lokasi tersebut digunakan berdasarkan hasil uji

multilokasi sebelumnya yang menunjukan hasil terbaik dari pengujian. Menurut

PPU Cabai, pengujiaan dapat dilaksanakan pada satu tempat yang ditentukan oleh

Pusat PPVTPP (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian).


8

Jika karakteristik penting tidak dapat terlihat pada tempat itu, maka pelaksanaan

pengujian dapat dilakukan pada lokasi yang lain.

Pengujian keunggulan dilakukan pada tiga lokasi pengujian berbeda untuk

mendapatkan deskripsi sementara hasil uji keunggulan. Seperti yang dijelaskan

dalam Permentan No. 37 Tahun 2006 bahwa uji lapang terhadap tanaman di

beberapa agroekologi bagi tanaman semusim, dilakukan untuk mengetahui

keunggulan dan interaksi varietas terhadap lingkungan. Sedangkan untuk

pengujian kebenaran dilakukan untuk membuktikan deskripsi uji keunggulan,

sehingga dapat dilakukan pada satu lokasi pengujian.

Uji Baru, Unik, Seragam dan Stabil juga merupakan salah satu cara

pengujian sebagai syarat untuk pendaftaran varietas hortikultura dan perlindungan

tanaman. Pengujian ini didasarkan pada Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Nomor 29

Tahun 2000 tentang PVT yang menjelaskan bahwa varietas tanaman yang

selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau

spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga,

buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat

membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat

yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan (Deptan

2006).

Pada penelitian ini cabai rawit yang digunakan sebagai varietas uji adalah

cabai rawit varietas Unpad CR8 yang merupakan koleksi Laboratorium Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Unpad. Varietas pembanding yang digunakan adalah

varietas cabai rawit yang memiliki kemiripan dengan varietas uji. Varietas
9

pembanding tersebut adalah cabai rawit varietas Rabani, Dewata , CR 8873, dan

Taruna.

Cabai rawit varietas Unpad CR8 dapat dikatakan sebagai varietas baru.

Kriteria kebaruan sebagai dijelaskan dalam UU No. 29 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 2

yaitu apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan

atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia

atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah

diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun.

Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan

secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara

umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT (UU No. 29 Tahun 2000 Pasal

2 Ayat 3). Pengujian karakter unik dilakukan dengan membandingkan varietas uji

dengan varietas pembanding, misalnya dengan menggunakan deskripsi varietas

yang sudah diterbitkan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Mulyati, 2008), buah nenas varietas

Palembang dan Mahkota Bogor yang merupakan varietas dari jenis yang sama

ternyata memiliki perbedaan pada beberapa karakter baik karakter kuantitatif

maupun kualitatif. Namun karakter yang paling terlihat berbeda antar kedua

varietas ini adalah karakter pola putaran mata buah pada putaran terpanjang,

dimana untuk varietas Palembang memiliki pola putaran ke kiri dan untuk

Mahkota Bogor memiliki putaran ke kanan. Berdasarkan deskripsi sementara

varietas, diketahui bahwa cabai rawit varietas Unpad CR8 tersebut adalah unik.

Keunikan yang dimiliki varietas Unpad CR8 adalah bentuk buah dengan sinuasi
10

pada pericarp bagian basal yang kuat, ukuran lebih besar dari varietas pembanding

serta rasa pedas yang pekat.

Penilaian keseragaman ditetapkan dengan standar 0.5% dengan peluang

diterima paling sedikit 95%. Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat

utama atau penting pada varietas tersebut terbukti memiliki karakter yang sama

meskipun ditanam pada lingkungan yang berbeda-beda (UU No. 29 Tahun 2000

Pasal 2 Ayat 4). Hasil penelitian uji keunggulan menunjukkan bahwa varietas

CR8 telah menampilkan keseragaman tumbuh. Hal ini dapat menjadi landasan

bahwa varietas Unpad CR8 adalah seragam.

Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami

perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui

siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus

tersebut (UU No. 29 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 5). Cabai rawit varietas Unpad

CR8 merupakan varietas yang sudah berada pada generasi lanjut. Artinya varietas

Unpad CR8 merupakan hasil generasi F8 yang sudah memiliki karakter stabil.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa varietas Unpad CR8 sebagai

varietas kandidat adalah stabil.

Pengujian kestabilan pada tanaman cabai rawit varietas Unpad CR8 yang

dilakukan pada uji BUSS dapat dilakukan dalam satu musim tanam, namun jika

masih diragukan maka dapat dilakukan penanaman lebih dari satu musim tanam.

Tanaman yang sudah memenuhi kriteria keseragaman biasanya akan terbukti

stabil karena tidak mengalami perubahan sifat berdasarkan pengalaman yang

sering dilakukan oleh pemeriksa uji BUSS.


11

Identifikasi varietas dan penilaian kemurnian varietas merupakan

parameter penting dalam pelepasan varietas. Karakter morfologi kualitatif dan

kuantitatif telah lama digunakan untuk mengidentifikasi spesies dan membedakan

varietas (Padma et al., 2017). Evaluasi morfologi tersebut contoh pada tanaman

padi diantaranya variasi warna kotiledon, jumlah batang, warna batang, batang

tumbuh, sifat daun, jumlah bunga, warna bunga, antosianin dalam buah, warna

anter, posisi stigma, warna buah yang belum matang dan jumlah buah per

tanaman (Wang, 2006). Selain berguna untuk membedakan varietas, karakter

morfologi dapat digunakan untuk menentukan genotipe yang lebih unggul.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan beberapa penelitian mengenai Uji kebenaran dan Simulasi Uji

BUSS varietas Unpad CR8 yang disebutkan dalam kerangka pemikiran, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Uji kebenaran menyimpulkan bahwa semua karakter cabai rawit

Genotipe CR8 sesuai dengan deskripsi kultivar cabai rawit hasil uji

keunggulan.

2. Cabai rawit Unpad genotipe CR8 memiliki karakter yang memenuhi

kriteria simulasi uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, Stabil).

3. Terdapat satu atau lebih varietas pembanding yang paling mirip dengan

varietas Unpad CR8.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai (Capsicum frustescens L.) merupakan tanaman

hortikultura penting di Indonesia. Menurut Simpson (2010) klasifikasi tanaman

cabai rawit adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frustescens L.

Gambar 1. Tanaman Cabai Rawit


Sumber : Dok. pribadi

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas

sayuran yang keberadaannya tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia

dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan orang-orang Eropa, Amerika, dan

beberapa negara Asia yang lebih menyukai pedasnya lada, masyarakat Indonesia

12
13

lebih menyukai pedasnya cabai (Saraswati, 2012). Cabai rawit termasuk ke dalam

suku terong-terongan (Solanaceae) dan termasuk tanaman yang tumbuh di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Tanaman cabai rawit merupakan jenis tanaman

menyerbuk sendiri. Meskipun begitu, persilangan antar varietas dapat terjadi

secara alami di lapangan sehingga memungkinkan munculnya varietas-varietas

baru dengan sendirinya (Cahyono, 2003).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Kondisi lingkungan sebagai tempat tumbuh harus memiliki kualitas

yang baik. Menurut Poulus (1994) dalam Desita (2014), tanaman cabai tumbuh

baik pada pH tanah 5,5-6,8. Cabai tumbuh baik pada curah hujan 600-1250

mm. Suhu yang optimal untuk perkecambahan benih cabai yaitu antara 18 oC-

30oC. Pada suhu di bawah 15oC dan di atas 30oC akan menyebabkan viabilitas

serbuk sari menurun. Menurut Rubatzky (1999), cabai ditanam pada ketinggian

600-1300 mdpl. Tanaman cabai peka terhadap suhu dingin dan memerlukan

cuaca panas. Suhu siang rata-rata 20oC-2 oC adalah suhu ideal.

2.3 Morfologi Tanaman Cabai Rawit

C. frutescens L. adalah tumbuhan berupa terna, hidup mencapai 2 atau 3

tahun. Bunga muncul berpasangan di bagian ujung ranting dalam posisi tegak.

Secara morofologi, bagian-bagian atau organ-organ penting dari tanaman cabai

rawit dapat dideskripsikan sebagai berikut (Cahyono, 2003) :


14

1. Akar

Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh

lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping

(horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat

tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang gembur, porous (mudah menyerap

air), dan subur.

2. Batang

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,

berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang

utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman

mencapai ketinggian antara 30 cm – 45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas, pada

setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).

3. Daun

Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi

daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Ukuran daun lebih kecil dibandingkan

dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan

kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal

yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga

tanaman tampak rimbun.

Gambar 2. Daun cabai rawit


Sumber : Dok. Pribadi
15

4. Bunga

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk

bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga

berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk pada penyerbukan sendiri (Self

pollinated crop), namun dapat juga terjadipenyerbukan silang, dengan tingkap

keberhasilan sekitar 56%.

Gambar 3. Bunga cabai rawit


Sumber : Dok. Pribadi

5. Buah

Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah

memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa buah.

Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau

berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut varietasnya. Cabai rawit

yang kecil memiliki ukuran panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm.

Sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5

cm dan lebar mencapai 12 mm. Warna buah cabai rawit bervariasi, buah muda

berwarna hijau atau berwarna putih, sedangkan buah yang telah masak

berwarna merah menyala atau merah jingga (merah agak kuning). Ada waktu

masih muda, rasa buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi

pedas.
16

Gambar 4. Buah Cabai Rawit


Sumber: Dok. pribadi

6. Biji

Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih,

tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada empulur.

Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-

biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Surahmat, 2011).

Gambar 5. Biji Cabai Rawit


Sumber: Dok. pribadi

2.4 Organisme Pengganggu Pada Tanaman Cabai Rawit

2.4.1 Hama

1. Thrips ( Thrips parvispinus Karny) (Thripidae:Thysanoptera)

Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah

daun (terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak

keperak - perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga,

mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan
17

daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor,

pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati.

Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim

kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi

sedangkan pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak

thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan (Meilin, 2014).

Gambar 6. Gejala Serangan Thrips


(Dokumentasi : Surahmat, 2011)

2. Kutu Daun (Aphididae)

Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk

tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut, mengeriting dan

melingkar, menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi

kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang biasanya

disebut dengan embun madu. Embun madu menarik datangnya semut dan

cendawan jelaga. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah

(Meilin, 2014).
18

2.4.2 Penyakit

1. Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)

Penyakit yang sering terdapat pada pertanaman cabai adalah penyakit

antraknosa (patek) yang disebabkan oleh pathogen Colletotrichum spp. Penyakit

ini bergejala mati pucuk yang berlanjut ke bagian tanaman sebelah bawah. Daun,

ranting dan cabang menjadi kering berwarna coklat kehitam-hitaman. Pada batang

cabai aservulus cendawan terlihat seperti tonjolan (Duriat et al., 2007).

Patogenitas Colletotrichum gloeospoiroides sangat kuat sehingga dapat

menurunkan produksi cabai. Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit

penting pada tanaman cabai karena dapat dapat menurunkan produksi dan kualitas

cabai merah sebesar 45 – 60 % (Herwidyarti et al., 2013).

2.5 Perlindungan Varietas Tanaman

Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) merupakan jenis perlindungan

yang diberikan oleh negara sebagai perlindungan terhadap varietas tanaman yang

dirakit oleh pemulia tanaman yang mengandung unsur baru, unik, seragam, dan

stabil. Hak PVT ini merupakan hak khusus yang diberikan kepada pemulia untuk

menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan

kepada pihak lain untuk menggunakannya (UU No. 29 Tahun 2000 Pasal 1). Hak

PVT diperoleh oleh pemulia atau pihak yang dikuasakan dengan cara mengajukan

permohonan hak PVT kepada kantor PVT. Hak PVT diberikan kepada pemohon

dalam 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk tanaman tahunan

setelah diberikan hak PVT.


19

Varietas yang akan dimohonkan hak PVT harus memenuhi kriteria yang

ada pada pengujian kebenaran varietas. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2011.

Pengujian Kebenaran Varietas adalah cara untuk membuktikan kesesuaian

performa/ keragaan varietas tanaman hortikultura dengan deskripsinya. Kebenaran

varietas dilihat baik melalui pembuktian secara visual maupun pengujian

laboratorium (Pasal 1 Ayat 9). Pengujian kebenaran varietas dilakukan oleh

Lembaga Penguji yang telah diakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal

11 Ayat 1).

Pengujian kebenaran kultivar dilakukan melalui pengamatan pada karakter

yang dapat membedakan satu kultivar dengan kultivar yang lain. Untuk

membedakan satu kultivar cabai dengan kultivar lainnya, dapat dilakukan melalui

karakterisasi morfologi, biokimia, dan molekuler (Labib et al., 2012). Menurut

Cooke et al., (2003), karakterisasi morfologi banyak digunakan dan salah satu

lembaga yang menggunakan metode karakterisasi morfologi adalah UPOV.

Sebagaimana yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa varietas yang

akan dimohonkan hak PVT juga harus dilakukan pemeriksaan Uji BUSS. Uji

BUSS dilaksanakan dengan sistem penilaian standar yang telah ditentukan oleh

Pusat PVT. Pada pelaksanaan pengujian, karakter-karakter yang diamati terbagi

atas pengamatan dengan karakter kuantitatif, pseudokualitatif dan kualitatif. Uji

BUSS dilaksanakan dengan tujuan untuk membandingkan varietas dan

mengidentifikasi karakter varietas kandidat. Pengujian BUSS memerlukan

sejumlah varietas contoh calon standar baku bagi karakter-karakter terdaftar. Oleh
20

karena itu, proses identifikasi kestabilan pemunculan karakter spesifik pada

sejumlah varietas perlu dilakukan (Sitaresmi, 2013).

Penetapan Uji BUSS sebagai pengujian yang harus dilaksanakan guna

untuk pengujian perlindungan varieas tanaman di Indonesia mengacu pada

organisasi internasional tentang perlindungan varietas tanaman, yaitu UPOV (The

International Union of Protection of New Varieties of Plant). UPOV menyediakan

dan menyelenggarakan sistem perlindungan varietas tanaman hasil pemulia yang

efektif, dengan tujuan agar varietas baru tanaman dapat terus berkembang untuk

kepentingan masyarakat. UPOV didirikan di Paris pada tahun 1961 melalui suatu

pertemuan Internasional (UPOV Convention) (Mulyati, 2008).

Pengujian BUSS ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebaruan, keunikan,

keseragaman, dan kestabilan suatu varietas yang diuji dibandingkan dengan

varietas referensi. Pengujian ini membutuhkan sebuah deskriptor sebagai

pedoman pelaksanaan uji. Pedoman pelaksanaan uji (PPU). Pada pelaksanaan Uji

BUSS salah satu hal yang penting adalah penentuan karakter keunikan. Perbedaan

diantara varietas dapat sangat jelas sehingga pengujian lebih dari satu siklus

pertumbuhan tidak diperlukan. Sebagai tambahan pada beberapa kasus, pengaruh

lingkungan menyebabkan diperlukannya lebih dari satu siklus pertumbuhan untuk

memberikan kepastian bahwa perbedaan tersebut cukup konsisten. Hal tersebut

untuk memastikan bahwa perbedaan suatu karakter, yang diamati pada lokasi

tanam, cukup konsisten paling tidak dalam satu siklus pertumbuhan yang

independen.
21

Ketiga aspek penilaian lainnya, yaitu keunikan,keseragaman, dan

kestabilan akan diperiksa dari materi tanaman dalam pengujian di lapang.

keseragaman dan kestabilan merupakan dua aspek sangat penting yang juga

mempengaruhi keputusan akhir pemberian hak PVT. Undang-undang Nomor 29

Tahun 2000 memberikan penjelasan tentang batasan keseragaman dan kestabilan.

Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada

varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi akibat cara tanam dan

lingkungan yang berbeda-beda (Pasal 2 Ayat 4). Suatu varietas dianggap stabil

apabila karakter-karakternya tidak mengalami perubahan setelah ditanam

berulang-ulang, atau diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak

mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut (Pasal 2 Ayat 5).

Perbedaan yang jelas antara dua varietas tergantung dari banyak faktor,

yang harus dipertimbangkan adalah tipe ekspresi dari karakter yang diuji yaitu

karakter kualitatif, dan karakter kuantitatif, atau karakter pseudokuantitatif.

Karakter kuantitatif merupakan karakter yang memiliki arah yang jelas atau dapat

terukur. Karakter pseudokualitatif merupakan karakter yang dapat terukur tetapi

terdapat dua arah dalam pengukurannya, karakter ini umumnya adalah karakter

warna. Karakter kualitatif merupakan karakter yang tampak pada bahan yang

diamati, dinyatakan dengan ada atau tidaknya karakter tersebut pada bahan yang

diamati. Total karakter yang diamati adalah sebanyak 53 karakter yang terbagi

dalam bagian vegetatif dan generatif (Sobir, 2014).


22

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi percobaan Desa Sukamantri, Ciamis

dengan ketinggian ± 968 meter di atas permukaan laut. Percobaan dilakukan pada

bulan Agustus 2017 sampai Januari 2018.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

Penellitian ini menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kokeran plastik penyemaian, kored, emrat,

cangkul, knapsack sprayer, tugal, timbangan digital, mistar geser, mulsa plastik

hitam perak, ajir, patok, label, tali raffia, selang, gunting, alat tulis percobaan,

RHS Color Chart dan kamera.

Bahan varietas yang akan digunakan untuk uji kebenaran dalam penelitian

ini adalah genotipe cabai rawit kandidat yaitu CR8 tanpa varietas pembanding.

Jumlah populasi varietas kandidat yang digunakan dalam percobaan ini sebanyak

50 tanaman. Bahan varietas untuk uji BUSS terdiri dari varietas uji CR8 dan

varietas pembanding yaitu CR8873, Dewata, Taruna dan Rabani yang berasal dari

East West Seed serta Balitsa. Jumlah populasi varietas kandidat uji BUSS yang

digunakan dalam percobaan ini sebanyak 10 tanaman untuk setiap ulangan. Bahan

lain yang digunakan antara lain pupuk kandang, urine ternak, urea, SP-36, NPK

mutiara, insektisida dan pestisida.

22
23

Tabel 2. Daftar Varietas Cabai Rawit yang Digunakan dalam Percobaan

No Varietas Asal
1 CR8 Unpad yang diperoleh dari seleksi persilangan
CRG1 x CRL1
2 Rabani Balai Penelitian Tanaman Sayuran yang
diperoleh
dari seleksi populasi R01
3 Dewata PT. East West Seed Indonesia yang berasal dari
hasil
seleksi persilangan 3045 (F) x 3045 (M)
4 CR 8873 PT. East West Seed Indonesia yang berasal dari
hasil
seleksi persilangan buatan antara tetua betina
21813
x tetua jantan 21812
5 Taruna PT. East West Seed Indonesia yang berasal dari
hasil
seleksi galur CR 542
Sumber: Deptan, 2016

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Uji Kebenaran

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dekskriptif.

Varietas kandidat yaitu cabai rawit Unpad CR8 tanpa varietas pembanding. Pada

lokasi percobaan varietas kandidat ditanam dengan jarak tanam antar baris 60 cm.

Sejumlah 50 tanaman dengan sampel tanaman yang digunakan untuk pengamatan

adalah 10 % + 1 yaitu 6 tanaman.

3.3.2 Simulasi Uji BUSS

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimen dengan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima varietas diulang lima kali.

Varietas-varietas tersebut terdiri atas satu varietas kandidat yaitu CR8 dan empat
24

varietas pembanding yang memiliki tingkat kemiripan tinggi dengan varietas

kandidat yaitu CR 8873, Dewata, Rabani, dan Taruna. Varietas kandidat dan

varietas pembanding ditanam secara acak. Pada lokasi percobaan setiap varietas

ditanam dengan jarak tanam dalam baris 50 cm. Jumlah populasi yang digunakan

dalam percobaan ini sebanyak 50 tanaman untuk masing-masing varietas kandidat

dan varietas pembanding yang dibagi ke dalam lima ulangan, sehingga total

populasi yang ditanam dalam percobaan adalah 250 populasi tanaman. Jumlah

sampel yang digunakan pada pengamatan adalah 20 tanaman untuk setiap

genotipe. Sehingga jumlah sampel untuk setiap ulangan adalah 4 tanaman. Set

percobaan terdapat pada Lampiran 6.

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Uji Kebenaran

Metode analisis yang digunakan dalam pengujian kebenaran ini adalah

dengan menilai kesesuaian karakter varietas uji dengan deskripsi hasil uji

keunggulan. Uji keunggulan dilakukan menggunakan metode observasi di tiga

lokasi yang sudah dilakukan oleh (Yudhia, 2017) dan (Alsakinah, 2017). Data

sekunder hasil uji keunggulan terdapat pada (Lampiran 10). Karakter yang diamati

disesuaikan dalam kisaran deskripsi hasil uji keunggulan. Uji kebenaran varietas

dilakukan melalui pengamatan karakter morfologi. Karakterisasi morfologi

dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran karakter. Pengamatan pada

karakter kualitatif dan pengukuran pada karakter kuantitatif.


25

3.4.2 Simulasi Uji BUSS

Metode analisis yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode

penilaian keseuaian karakter varietas kandidat dan varietas pembanding

berdasarkan Panduan Pelaksanaan Uji (PPU) Cabai untuk uji keunikan. Pada uji

keseragaman dan kestabilan analisis dilakukan menggunakan metode

perbandingan nilai varians fenotip dengan dua kali standar deviasi nya.

3.5 Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan percobaan melalui berbagai tahap pengerjaan, terdiri dari

persiapan, pengolahan lahan, penyemaian benih dan pembibitan, penanaman,

penyulaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen.

3.5.1 Persiapan Percobaan

Pada kegiatan persiapan percobaan meliputi penetapan varietas cabai

rawiit yang akan diuji kebenaran (varietas uji), penetapan varietas uji dan varietas

pembanding untuk simulasi uji BUSS, pembuatan rencana penanaman,

perhitungan kebutuhan lahan untuk penanaman, persiapan dan pemisahan benih

untuk jumlah serta kualitas benih setiap genotipe yang akan ditanam, pembuatan

ajir, hingga pembuatan label.

3.5.2 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk memberikan kondisi yang optimum

pada tanah untuk pertumbuhan tanaman terutama untuk pertumbuhan akar, agar
26

tanah memiliki drainase dan aerasi yang baik sehingga akar akan mudah untuk

menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pengolahan lahan dilakukan dengan

menggunakan cangkul, membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman, kemudian

dibuat bedengan. Setelah itu, dibuat blok-blok percobaan dengan banyak plot

sesuai dengan kebutuhan perlakukan penelitian.

Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang satu

minggu sebelum tanam. Penggunaan dan pemasangan mulsa menggunakan mulsa

MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) sesuai dengan kebutuhan penelitian. Setelah

mulsa terpasang dilakukan pembuatan lubang tanam pada mulsa menggunakan

alat pemotong seperti pisau atau cutter kaleng dan alat pemanas yang berbentuk

tabung sesuai ukuran lubang tanam yang dibutuhkan.

3.5.3 Penyemaian benih dan pembibitan

Penyemaian benih dilakukan pada media semai yang dibuat dari campuran

tanah dan pupuk kandang yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1:1 pada

baki semai. Sebelum disemai, benih diberikan perlakuan terlebih dahulu.

Perlakuan benih yang diberikan yaitu direndam dalam air selama 2 jam dengan

tujuan untuk memecah dormansi benih, setelah itu benih diletakkan pada kain

basah selama satu malam. Kebutuhan benih untuk penyemaian yaitu 70 benih

untuk satu genotipe.

Penyemaian dilakukan dengan cara menyemaikan 70 benih pada kokeran

plastik semai dengan satu kokeran plastik semai diisi satu benih untuk satu

genotipe cabai rawit. Setelah benih disemai, benih kemudian ditutup dengan
27

karung plastik untuk mempercepat proses perkecambahan dan disiram air

menggunakan embrat untuk menjaga kelembabannya. Jumlah benih yang disemai

adalah 400 benih, sisa benih yang berkecambah akan digunakan untuk kebutuhan

penyulaman.

3.5.4 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit pada lahan yang telah

berisi media tanam yang sudah disiapkan pada saat pengolahan lahan yaitu media

campuran tanah dan pupuk kandang. Selama di lapangan bibit yang sudah

dipindah tanam dijaga kelembabannya dengan cara disemprot air menggunakan

selang atau embrat.

3.5.5 Pemupukan

Pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan seminggu sebelum tanam. Jenis

pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ayam dan kotoran kambing

dengan dosis 20 ton/ha. Disusul dengan pemberian pupuk dasar berupa pupuk

NPK mutiara sebanyak 200 kg/ha, Ponskha 100 kg/ha dan pengapuran dengan

dosis 4,6 ton untuk 1,5 ha. sehingga pH awal 5,2 pH akhir menjadi 6,4 sebelum

ditutup mulsa. Pemupukan susulan dilakukan dengan menggunakan 3 kilogram

pupuk NPK mutiara, 2 kilogram ponskha, urin kambing 2 sampai 3 liter yang

dicampur dengan air 200 liter dalam drum. Setiap tanaman diberikan 0,8 liter atau

satu gelas aqua. Pupuk diaplikasikan setiap satu minggu sekali dengan cara

pengecoran.
28

3.5.6 Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST apabila

terdapat tanaman yang tidak tumbuh, tumbuh tidak baik atau lupa belum tertanam.

3.5.7 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman, penyemprotan,

pemasangan ajir. Penyiangan dilakukan apabila ditemukan gulma pada sekitar

tanaman. Penyemprotan insektisida dilakukan apabila ditemukan gejala tanaman

yang terserang hama dan penyakit, seperti rusaknya daun yang disebabkan oleh

serangga atau busuknya buah yang disebabkan oleh jamur Colletotricum sp.

Pemasangan ajir dimaksudkan untuk memperkuat tanaman agar tidak mudah

rebah dan roboh. Penyiraman merupakan hal yang paling penting dengan tujuan

agar tanaman mendapatkan asupan air yang cukup.

3.5.8 Panen

Panen dilakukan 3-4 hari sekali atau paling lambat satu minggu sekali.

Normalnya, panen dilakukan sebanyak 12 kali selama penanaman berlangsung,

dilakukan pada buah cabai yang telah berwarna merah. Pada percobaan panen

dilakukan sebanyak 5 kali. Hal ini karena semua data sudah teramati.
29

3.6 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan utama.

Pengamatan utama dilakukan berdasarkan Panduan Pelaksanaan Uji (PPU)

varietas cabai yang dideskripsikan oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.

3.6.1 Pengamatan Penunjang

Data pengamatan penunjang merupakan data pengamatan yang tidak

dilakukan analisis data secara statistik. Pengamatan penunjang terdiri dari:

1. Persentase daya berkecambah benih.

2. Data curah hujan selama percobaan.

3. Tanaman pengganggu atau gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman.

4. Hama dan penyakit yang menyerang.

3.6.2 Pengamatan Utama

3.6.2.1 Pengamatan Kebenaran

Pengamatan Kebenaran Karakter Kultivar Uji dengan Deskripsi Uji

kebenaran kultivar dilakukan melalui pengamatan karakter morfologi.

Karakterisasi morfologi dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran karakter.

Pengamatan pada karakter kualitatif dan pengukuran pada karakter kuantitatif.

Komponen pengamatan sesuai pada karakter deskripsi tanaman yang dilakukan

terhadap uji keunggulan dalam PPU cabai (Lampiran 9).


30

3.6.2.2 Pengamatan Kebaruan

Pengamatan kebaruan dilakukan secara administratif. Data kebaruan

didapatkan dari hasil pemeriksaan edaran varietas kandidat di pasaran. Kebenaran

data pendaftaran varietas di kementrian pertanian.

3.6.2.3 Pengamatan Keunikan

Keunikan pada karakter kualitatif maupun karakter kuantitatif ditentukan

menggunakan notasi yang tercantum dalam PPU cabai rawit. Pengamatan karakter

kualitatif (Lampiran 9) dilakukan dengan membedakan antara varietas uji dengan

varietas pembanding. Perbedaan antara dua varietas dapat dibedakan secara jelas

apabila satu atau lebih karakter yang muncul pada dua macam sifat yang berbeda

yang tercantum di dalam PPU. Karakter berbeda satu notasi untuk karakter

kualitatif yang sama dianggap sebagai varietas unik.

Pengamatan karakter kuantitatif (Lampiran 9) merupakan pengamatan

pada karakter dengan variasi sifat yang terekspresi secara kontinu dari satu nilai

ekstrim ke nilai ekstrim yang lainnya. Pada karakter kuantitatif adanya perbedaan

dua notasi sering menjadi perbedaan yang sangat jelas, sementara apabila

perbedaannya hanya satu notasi, kemungkinan perbedaannya tidak jelas. Sehingga

karakter beda dua notasi pada pengamatan karakter kuantitatif disebut unik.
31

3.6.2.4 Pengamatan Keseragaman

Pada pengamatan keseragaman terhadap karakter kualitatif dilakukan

dengan melihat jumlah tipe simpang yang diperbolehkan dengan standar 0.5%.

Percobaan ini menggunakan 50 tanaman untuk setiap genotipe, sehingga jumlah

tipe simpang yang diperbolehkan adalah 2 tanaman. Sementara untuk karakter

kuantitatif dianalisis menggunakan metode perhitungan statistika.

3.6.2.5 Pengamatan Kestabilan

Karakter kestabilan varietas diamati dari karakter-karakter yang muncul di

setiap ulangan. Jika karakter-karakter yang diamati muncul ada setiap ulangan,

maka karakter tersebut dinyatakan stabil. Data kestabilan untuk karakter kualitatif

dilihat secara visual pada setiap ulangan. Sementara untuk karakter kuantitatif,

data kestabilan dapat dilihat dari rata-rata yang sama pada setiap ulangan.

Pengamatan kestabilan tidak perlu dilakukan seperti pengujian keunikan

dan keseragaman. Pengalaman menunjukkan bahwa pada banyak tipe varietas,

jika suatu varietas telah seragam, maka varietas tersebut juga dapat dianggap

stabil. Sebagai perbandingan, kestabilan karakter dianalisis menggunakan metode

perhitungan statistika.

Secara lengkap pengamatan utama yang dilakukan terkait uji kebenaran dan uji

BUSS pada cabai rawit terlampir pada Lampiran 9.


32

3.7 Analisis Data Simulasi Uji BUSS

3.7.1 Uji Varians Fenotipe

Analisis data keseragaman dan kestabilan dilakukan melalui perbandingan

varian fenotip dengan standard deviasi varians fenotip. Nilai varians fenotipik

ditentukan dengan rumus :

Keterangan :
= varians fenotipe
= nilai rata-rata genotipe ke-i
= jumlah genotipe uji
Standar deviasi dihitung menggunakan rumus Anderson dan Bancroft (1952) :

=√

Keterangan :

Sd = standard deviasi
= varians fenotipe
Apabila ≥ 2 x Sd , artinya tidak seragam
Apabila ≤ 2 x Sd , artinya seragam
Berdasarkan rumus tersebut, nilai yang diharapkan pada percobaan ini adalah

≤ 2 x Sd sehingga jika varietas yang diuji memenuhi aturan tersebut maka

dapat dikatakan sebagai varietas yang seragam pada keseluruhan tampilan di

lapangan dan dapat dianggap stabil pada setiap ulangan percobaan.


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Penunjang

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi percobaan desa Sukamantri, Ciamis

dengan ketinggian ± 968 meter di atas prmukaan laut. Percobaan dilakukan pada

bulan Agustus 2017 sampai Januari 2018.

4.1.1 Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan optimal cabai rawit. Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun

Klimatologi Ciamis, jumlah curah hujan selama percobaan berkisar 235 mm/bulan

sampai 524 mm/bulan (Gambar 7), curah hujan terendah terjadi pada bulan

Agustus , yaitu 235 mm/bulan, sementara curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Desember yaitu 524 mm/bulan. Secara lebih lengkap curah hujan selama satu

tahun di Sukamantri dapat dilihat pada Lampiran 8. Rata-rata curah hujan yang

terjadi selama percobaan adalah 366,8 mm/bulan. Curah hujan bulanan yang

cocok untuk tanaman cabai adalah 100-200 mm (Suwandi, 2009).

Pada proses percobaan, curah hujan tinggi tidak dapat dihindari. Kondisi

curah hujan yang tinggi pada saat cabai memasuki fase generatif menyebabkan

panen cabai menjadi lebih lambat dan serangan penyakit menjadi kendala serius

yang sulit ditangani. Tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan, terutama pada

waktu berbunga, karena akan menyebabkan bunga mudah gugur (Maulidah,

33
34

2012). Data curah hujan tersedia hanya sampai bulan Desember 2017 karena dari

BPP Sukamantri data curah hujan Januari 2018 belum tersedia.

Curah Hujan Selama Percobaan (mm/bulan)


600 524
500 430
400 329
316
300 235

200

100

0
Agustus September Oktober November Desember

Curah hujan

Gambar 7. Grafik Curah Hujan Selama Percobaan

4.1.2 Persentase Daya Berkecambah Benih

Perhitungan daya kecambah saat percobaan dilakukan untuk mengetahui

daya tumbuh cabai rawit di lapangan. Jumlah tanaman minimal yang dibutuhkan

dalam simulasi Uji BUSS cabai rawit adalah 20 tanaman. Jumlah tanaman

minimal yang dibutuhkan untuk Uji Kebenaran cabai rawit varietas Unpad CR8

adalah 50 tanaman. Daya kecambah tanaman dihitung pada umur tanaman 14

HST. Tabel 4. menunjukkan bahwa daya kecambah tertinggi yaitu pada varietas

Dewata dan Taruna, sementara varietas dengan daya tumbuh terendah adalah

Rabani.
35

Tabel 3. Daya Berkecambah Varietas Cabai Rawit pada Percobaan

No Varietas Jumlah Benih Jumlah Kecambah Daya Berkecambah (%)


Tumbuh
1 CR8 150 130 87
2 CR8873 150 131 87
3 DEWATA 150 140 93
4 TARUNA 150 140 93
5 RABANI 130 80 62

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa jumlah tanaman pada semua varietas

>20 tanaman sehingga memenuhi untuk simulasi uji BUSS. Pada percobaan Uji

Kebenaran jumlah tanaman varietas Unpad CR8 dibutuhkan adalah 50 tanaman.

Berdasarkan percobaan menunjukkan bahwa jumlah tanaman yang tersedia telah

memenuhi untuk dilakukannya Simulasi Uji BUSS dan Uji Kebenaran. Gambar 8

adalah penampilan dari tanaman cabai rawit Unpad CR8.

Gambar 8. Penampilan cabai rawit Unpad CR8

Setelah tumbuh dan berkembang penampilan cabai rawit Unpad CR8

memiliki penampilan fenotipik yang baik, tumbuh tinggi dan menghasilkan

produksi yang tinggi. Selain itu juga cabai rawit calon varietas baru ini memiliki
36

beberapa kekhasan pada beberapa karakter yang menandakan bahwa varietas

Unpad CR8 dapat dibedakan dengan varietas pembanding.

4.1.3 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

1. Hama

Hama yang menyerang pada tanaman cabai rawit saat percobaan antara

lain belalang (Valanga nigricornis), trips (Thrips sp.), Aphids gossypii, lalat buah

(Dacus dorsalis), siput (Achatina fulica), dan ulat grayak (Spodoptera litura L.).

Ulat grayak banyak menyerang tembakau dan juga tanaman lainnya, seperti

kedelai, kacang tanah, kentang, cabai,bawang merah, dan kubis. Pada Gambar 9

dapat dilihat ulat grayak menyerang bagian buah cabai rawit dan bagian buah

yang rusak karena dimakan ulat grayak.

Gambar 9. Serangan ulat grayak pada cabai rawit

Larva akan merusak daun ataupun buah secara bergerombol dan setelah

daun habis pada rumpun tersebut, larva akan menyebar ke rumpun lainnya. Larva

akan menyebabkan hanya tulang daun dan epidermis daun bagian atas saja yang

tersisa, sementara tulang duan muda dimakan oleh larva dewasa. Serangan hama
37

ini pada varietas rentan menyebabkan kerugian yang sangat signifikan (Marwoto

dan Suharsono, 2008).

Pada percobaan di lapangan sedang musim penghujan sehingga serangan

ulat grayak tidak terlalu tinggi. Jumlah tanaman yang terserang mencapai 49

tanaman dari 250 tanaman atau sekitar 19,6 %. Ulat grayak yang ditemukan dalam

satu tanaman tidak melebihi tiga ulat sehingga pengendalian hanya dilakukan

secara mekanis. Perlakuan ini dapat menekan serangan sehingga serangan tidak

meluas. Pengendalian hama dilakukan pada fase vegetatif sampai dengan fase

generatif akhir dengan menggunakan insektisida berbahan aktif imidakloprid 5%

(Compidor 5 WP) yang diaplikasikan dengan cara disemprot satu minggu sekali.

Hama selanjutnya yang sering ditemukan di lahan percobaan adalah

Aphids dengan jumlah tanaman yang terserang 30 dari 250 tanaman atau sekitar

12 % yang ditanam di lahan percobaan. Hama ini menyerang dengan cara

menghisap cairan daun dan pucuk daun, daun yang berkembang menjadi keriting,

dan pembentukan bunga terhambat. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan

pemetikan daun terserang kemudian mengubur daun terserang atau membakarnya.

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif

Abamextin dan insektisida Demolish 18 EC yang diaplikasikan dengan cara

disemprot satu minggu sekali. Gambar 10 merupakan daun yang terdapat

gerombolan Aphid yang menyerang. Serangan hama ini tidak menurunkan hasil

dan kualitas secara signifikan karena pengendalian dilakukan cepat saat terjadi

serangan, dan pada percobaan di lapangan banyak terjadi hujan sehingga serangan

tidak meningkat.
38

Gambar 10. Serangan Aphids gossypii pada cabai rawit

Rendahnya serangan Aphid yang terjadi juga karena penggunaan mulsa

plastik hitam perak. Hampir semua spesies kutu daun menghindari pantulan

cahaya perak (Blackman dan Eastop, 2000). Sifat repellent dari cahaya perak ini

memberi peluang untuk menggunakan mulsa plastik hitam perak sebagai

pemantul cahaya yang bersifat repellent terhadap Kutu daun (Fahrurrozi et al.,

2001).

Hama selanjutnya adalah lalat buah dengan jumlah tanaman terserang

adalah 60 tanaman dari 230 tanaman atau sekitar 24 %. Lalat buah menyerang

baik buah muda maupun buah yang sudah masak dengan pertanda adanya lubang

pada buah. Buah cabai yang terserang akan gugur sebelum waktunya. Pada

Gambar 11 terlihat gejala serangan yang diakibatkan oleh allat buah pada cabai

rawit varietas Dewata.

Gambar 11. Serangan lalat buah pada cabai rawit


39

Varietas yang banyak terkena serangan lalat buah adalah varietas Dewata.

Varietas Dewata memiliki umur matang yang lebih genjah dibandingkan dengan

varietas uji Unpad CR8, CR8873, Taruna maupun Rabani sehingga pada saat

buah matang, serangan lalat buah paling banyak terjadi. Pengendalian dilakukan

dengan membakar buah cabai yang telag terserang, agar larva tidak berkembang

menjadi imago yang akan memperluas serangannya.

2. Penyakit

Penyakit yang sering terdapat pada percobaan pertanaman cabai di

Sukamantri adalah penyakit antraknosa (patek) yang disebabkan oleh patogen

Colletotrichum spp. Penyakit ini bergejala mati pucuk yang berlanjut ke bagian

tanaman sebelah bawah seperti yang terlihat pada Gambar 12. Daun, ranting dan

cabang menjadi kering berwarna coklat kehitam-hitaman (Herwidyarti, 2013).

Gambar 12. Serangan antraknosa pada cabai rawit

Jamur Colletotrichum sp ini dapat menginfeksi organ tanaman cabai merah

terutama buahnya. Infeksi jamur ini pada buah cabai merah ditandai dengan gejala
40

awal berupa bintik bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit

melekuk. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang

terdiri atas kelompok serta dan konidium jamur. Serangan lebih lanjut

mengakibatkan buah mengkerut, kering dan membusuk (Syamsudin, 2007) dalam

(Salim, 2012).

Hal ini juga dinyatakan oleh Martoredjo (2010), bahwa gejala antraknosa

mula-mula berupa bercak kecil yang selanjutnya dapat berkembang menjadi lebih

besar. Gejala tunggal cenderung berbentuk bulat, tetapi karena banyaknya titik

awal gejala maka gejala yang satu dengan yang lain sering bersatu hingga

membentuk bercak yang besar dengan bentuk tidak bulat. Pada Tabel 4

ditampilkan hasil skoring resistensi lima varietas cabai rawit terhadap penyakit

antraknosa.

Tabel 4. Resistensi Lima Varietas Cabai Rawit Pada Percobaan Terhadap


Penyakit Antraknosa Pada Setiap Ulangan

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5


Genotipe
Skoring Resistensi Skoring Resistensi Skoring Resistensi Skoring Resistensi Skoring Resistensi
CR8 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang
CR8873 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang
Sangat Sangat
DEWATA 3 Peka 4 4 3 Peka 3 Peka
peka peka
TARUNA 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang
RABANI 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang

Intensitas serangan antraknosa yang terjadi pada percobaan paling tinggi

pada varietas Dewata dengan skoring 3-4 yaitu peka-sangat peka. Adanya

serangan penyakit antraknosa pada lahan percobaan karena pada saat memasuki
41

fase berbuah hingga pematangan buah curah hujan terlalu tinggi. Sehingga hal

tersebut menyebabkan kondisi lembab yang disukai patogen. Akibat dari serangan

penyakit antraknosa pada cabai baik pada buah muda maupun buah matang adalah

terjadinya penurunan hasil. Umumnya serangan antraknosa pada tanaman cabai di

Indonesia mengakibatkan kehilangan hasil panen sebesar 14-30% (Marlina,

2010). Gambar 10 adalah penampilan cabai rawit varietas Rabani yang terserang

layu fusarium.

Gambar 13. Serangan layu fusarium pada cabai rawit

Pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi serangan antraknosa

adalah memotong tanaman cabai yang terserang dan membuangnya dari lahan

penanaman agar tidak menyebar ke tanaman cabai yang masih sehat. Percobaan

ini dilakukan pada hamparan lahan yang dominan ditanami cabai, sehingga

serangan antraknosa secara cepat menyebar. Oleh karena itu, pengendalian juga

dilakukan dengan aplikasi fungisida Sulltricob 93 WP. Pengaplikasian dilakukan

dengan cara disemprot setiap satu minggu sekali.


42

Penyakit lain yang menyerang pada cabai rawit yang diuji yaitu penyakit

layu fusarium. Varietas yang banyak terserang adalah Rabani dengan intensitas

serangan 50% (25 tanaman terserang dari 50 tanaman di lapangan). Varietas CR8

dan CR8873 tidak terdapat serangan layu fusarium.. pada varietas Taruna

intensitas serangan yang terjadi adalah 6% (3 tanaman dari 50 tanaman di

lapangan). Pada varietas Dewata intensitas serangan yang terjadi adalah 4% (2

tanaman dari 50 tanaman di lapangan).

Serangan layu fusarium menyebabkan berkurangnya produksi karena

tanaman tidak dapat bertahan hingga panen, terutama pada varietas Rabani.

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan mencabut tanaman terserang agar

tidak menyebar pada tanaman sehat. Serangan layu fusarium paling banyak pada

varietas Rabani terjadi ketika sudah mulai masuk masa panen sehingga data

pengamatan karakter sudah teramati sebelumnya

3. Gulma

Aktivitas gulma antara lain berkompetisi dalam memperoleh unsur hara

dengan tanaman utama, menjadi inang bagi serangga vector dan menjadi inang

pathogen penyakit tanaman (Ripangi, 2012). Selama percobaan pada musim hujan

di lokasi Sukamantri populasi gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman cabai

rawit masih dapat dikendalikan. Hal tersebut dikarenakan cabai rawit ditanam

menggunakan Mulsa Plastik Hitam Perak yang dapat menekan pertumbuhan

gulma di sekitar pertanaman. Pada lahan percobaan gulma yang menyerang dapat
43

dilihat pada Gambar 14 diantaranya Drymaria villosa, Ageratum conyzoides L.,

Ichaemum timorense, dan Phyllanthus debilis Klein ex Willd.

Adanya serangan gulma tidak menunjukkan akibat yang serius karena

kondisi tanaman cabai rawit yang lebih tinggi. Sedangkan gulma yang menyerang

pada umumnya adalah jenis-jenis gulma pendek. Pengendalian yang dilakukan

yaitu dengan cara mekanis menggunakan kored dan secara kimiawi menggunakan

herbisida.

(a) (b) (c)

Gambar 14. Gulma (a) Drymaria villosa (b) Ageratum conyzoides L., (c)
Ichaemum timorense yang terdapat pada pertanaman cabai rawit

4.2 Pengamatan Utama

4.2.1 Uji Kebenaran

Analisis dilakukan dengan perbandingan visual. Berdasarkan hasil analisis

perbandingan visual berbagai karakter kualitatif dan pembahasan ketidaksesuaian

yang teramati, dapat disimpulkan bahwa kultivar uji Unpad CR8 benar sesuai

dengan deskripsi sementara hasil uji keunggulan. Pada Tabel 5 diterangkan

mengenai hasil pengamatan keseuaian uji kebeneran dan uji keunggulan. Uji

keunggulan dilakukan pada tiga lokasi, yakni Taraju (Tasikmalaya), Cikajang


44

(Garut) dan Sukamantri (Ciamis) dengan ketinggian tempat masing-masing 800 m

dpl., 1200 m dpl., dan 821 m dpl.. Percobaan dilakukan dari bulan Agustus 2016

sampai Mei 2017. Hasil uji keunggulan yang dilakukan oleh (Yudhia, 2017) dan

(Alsakinah, 2017) dapat dilihat pada tabel 5. Uji keunggulan digunakan sebagai

perbandingan untuk kesesuaian karakter dengan uji kebenaran. Data sekunder

hasil pengamatan uji keunggulan secara lengkap terdapat pada Lampiran 10.

Tabel 5. Kesesuaian Karakter Antara Uji Kebenaran dengan Uji Keunggulan

Karakter Pengamatan Uji Keunggulan Uji Kebenaran Keterangan


Tinggi tanaman 84,67 - 151,57 cm 103,34 cm Sesuai
Bentuk penampang
Bulat Bulat Sesuai
batang
Diameter batang 16,03 – 30,62 mm 20,68 mm Sesuai
Warna batang Hijau (RHS 138 A) Hijau (RHS 138 B) Sesuai
Bentuk daun Ovate Ovate Sesuai
Undulasi pada tepi Undulasi pada tepi
Sesuai
daun: lemah daun: lemah
Ukuran daun p : 9,6 – 15,8 cm 15,23 cm Sesuai
l : 4,3 – 8,9 cm 8,31 cm Sesuai
Hijau (RHS N 137 Hijau (RHS N 137
Warna daun Sesuai
A) A)
Bentuk bunga Seperti bintang Seperti bintang Sesuai
Warna bunga
kelopak Hijau (RHS 137 C) Hijau (RHS 137 C) Sesuai
Kuning Kehijauan Kuning Kehijauan
mahkota Sesuai
(RHS 145 C) (RHS 145 C)
Kuning (RHS 154 Kuning (RHS 154
kepala putik Sesuai
B) B)
benangsari Biru (RHS 194 B) Biru (RHS 194 B) Sesuai
Umur mulai berbunga 52 - 98 HST 75 Sesuai
Umur mulai panen 135 - 188 HST 136 Sesuai
Bentuk buah Elongate Elongate Sesuai
Bentuk ujung buah: Bentuk ujung buah:
Sesuai
moderately acute moderately acute
45

Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak Sesuai


Ukuran buah p : 3,05 – 4,79 cm 4,5 cm Sesuai
Ø : 0,72 - 1,01 cm 0,99 cm Sesuai
Kuning kehijauan Kuning kehijauan
Warna buah muda Sesuai
(RHS 154 C) (RHS 154 C)
Warna buah tua Merah (RHS 45 B) Merah (RHS 45 B) Sesuai
Tebal kulit buah 0,58 – 1,00 mm 0,91 cm Sesuai
Rasa buah Pedas Pedas Sesuai
Bentuk biji Pipih Pipih Sesuai
Kuning Jerami Kuning Jerami
Warna biji Sesuai
(RHS 164 C) (RHS 164 C)
Berat 1000 biji 3,50 – 4,30 g 4,20 g Sesuai
Berat per buah 1,11 – 1,53 g 1,38 g Sesuai
Jumlah buah per
307 – 593 buah 497 buah Sesuai
tanaman
Berat buah per tanaman 0,57 – 0,79 kg 0,69 kg Sesuai
Daya simpan buah pada
11 – 12 HSP 11 HSP Sesuai
suhu 24 - 27 °C
Hasil buah per hektar 7,81 – 10,96 ton/ha 7,71ton/ha Sesuai
Populasi per hektar 14.286 tanaman 14.286 tanaman Sesuai
Kebutuhan benih per
46,67 – 57,33 gram 50,364 gram Sesuai
hektar
Undulasi pada tepi Undulasi pada tepi
Sesuai
Penciri utama daun: lemah daun: lemah
Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak Sesuai

Uji kebenaran varietas merupakan kegiatan pengujian terhadap suatu

varietas yang akan diperjualbelikan. Pengujian kebenaran varietas adalah cara

untuk membuktikan kesesuaian performa/ keragaan varietas tanaman hortikultura

dengan deskripsinya (Permetan Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 5). Hal

tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah varietas tersebut benar-benar

sesuai dengan deskripsi yang dikeluarkan oleh pemulia. Uji ini dilakukan dalam

rangka menjamin kebenaran suatu varietas agar konsumen benih mendapatkan

haknya membeli benih bermutu. Selain itu juga untuk menjamin bahwa varietas

tersebut masih murni dan layak diperjualbelikan.


46

Analisis dilakukan dengan cara membandingkan performa tanaman

dengan deskripsi varietas hasil uji keunggulan baik pada karakter kualitatif

maupun karakter kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, terlihat semua karakter

pada uji kebenaran dari varietas Unpad CR8 berada dalam kisaran yang sesuai

dengan hasil uji keunggulan. Uji kebenaran dilakukan pada satu lokasi pengujian,

sedangkan uji keunggulan dilakukan pada tiga lokasi pengujian. Pemilihan lokasi

pengujian didasarkan dari performa terbaik pada saat dilakukan uji keunggulan.

Pada uji kebenaran ini penting untuk mengetahui kebenaran dari karakter-

katakter yang ada pada deskripsi tanaman cabai rawit untuk kepentingan

komersial. Analisis komponen utama varietas uji pada delapan karakter

kuantitatif, yaitu tinggi tanaman, tinggi dan diameter batang, panjang dan lebar

daun, diameter bunga, panjang dan diameter buah. Rasa pedas dan warna buah

cabai merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan nilai

komersialnya. Karakteristik tersebut bergantung pada genotipe dan waktu tanam

dan panen (Gaytan et al., 2017).

Menurut Mangoendidjojo (2003) dalam Marmadion (2014, dkk.) karakter

kualitatif sedikit dipengaruhi lingkungan, sedangkan karakter kuantitatif mudah

dipengaruhi lingkungan. Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis berada pada

ketinggian 980 m dpl, berdasarkan ciri fisik tanah dan peta tanah tinjau, wilayah

kecamatan secara umum memiliki jenis tanah yaitu tanah latosol yang cocok

untuk tanaman cabai. Antara varietas uji dengan deskrisi hasil uji keunggulan

terdapat ketidaksamaan angka pada karakter kuantitatif. Akan tetapi hal tersebut
47

tetap dapat digolongkan sesuai karena hasil pengamatan masih berada dalam

kisaran .

4.2.2 Simulasi Uji BUSS

Uji BUSS dilaksanakan guna melindungi pemulia tanaman yang ingin

melepaskan varietas dan menjadikan sebuah insentif bagi mereka,semakin banyak

orang yang berkecimpung dibidang penelitian ini dan kemudian banyak dihasilkan

varietas baru. Varietas baru yang akan dilindungi harus memilki persyaratan

kebaruan, unik, seragam dan stabil untik varietas yang diuji (Santos et al., 2012).

4.2.2.1 Pengamatan Kebaruan Karakter

Berdasarkan hasil kegiatan pengujian simulasi BUSS cabai rawit di

lapangan, varietas yang diuji dapat dikategorikan baru apabila bahan perbanyakan

(benih) atau hasil produksi dari cabai rawit ini belum pernah diperdagangkan tidak

lebih dari setahun, atau diluar negeri lebih dari empat tahun untuk tanaman

semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan (Syukur et al. 2012).

Karakter baru tidak diuji melalui pengamatan visual maupun pengukuran

tetapi hal ini dapat terlihat dari jenis-jenis cabai rawit yang diamati belum umum

dipasaran. Karakter cabai rawit calon varietas baru yang diuji memiliki perbedaan

karakter morfologi dengan varietas yang menjadi pembanding. Karakterisasi

berdasarkan penanda morfologi kualitatif merupakan pendekatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah duplikasi plasma nutfah (Simmonds dan

Shepherd 1955).
48

Calon varietas cabai rawit Unpad yang telah dirakit oleh sejak tahun 2008

diberi nama Ratuni Unpad telah diuji adaptasi oleh UNPAD bekerjasama dengan

BPTP Jawa Barat. Calon varietas baru ini didaftarkan sesuai dengan Undang-

Undang Hortikultura nomor 13 tahun 2010 pasal 58 ayat 3, pasal 59 ayat 3 dan

pasal 60 ayat 3 dan Peraturan Menteri Nomor 38/Permentan/OT.140/7/2011 yang

mengatur tentang pendaftaran varietas. Pendaftaran ini merupakan persyaratan

yang wajib dilaksanakan oleh pemilik varietas/kuasanya apabila benih dari

varietas tersebut akan diedarkan.

4.2.2.2 Pengamatan Keunikan Karakter

Genus Capsicum memiliki keragaman baik di dalam spesies maupun antar

spesies pada tipe buah, warna buah, rasa, dan kandungan biokimia (Sulassih,

2017). Pengamatan keunikan dilakukan terharap 53 karakter yang tercantum

dalam PPU cabai. Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat

dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui

secara umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT (UU No. 29 Tahun

2000 Pasal 2 Ayat 3).

Pada pelaksanaan uji BUSS, penentuan karakter unik/beda merupakan

salah satu langkah yang paling penting. Varietas kandidat harus menunjukkan

minimal satu perbedaan karakter unik dari varietas pembandingnya. Karakter

pembeda tersebut harus seragam dan stabil. Pengujian karakter unik dilakukan

dengan membandingkan varietas uji dengan varietas pembanding. Varietas


49

pembanding ditentukan berdasarkan tingkat kemiripan tinggi yaitu pada grouping

character yang tercantum dalam PPU Cabai.

Pengelompokkan karakteristik disesuaikan dengan ekspresi yang

terdokumentasi, sekalipun ditampilkan dari lokasi yang berbeda, hal ini dapat

digunakan, baik secara individu atau dalam kombinasi dengan karakteristik lain:

(a) untuk memilih varietas “dikenal umum” yang dapat dikecualikan dari lahan

pertanaman untuk pemeriksaan keunikan, dan (b) mengatur petak percobaan

sehingga varietas-varietas yang mirip dapat dimasukan dalam kelompok yang

sama (PPU Cabai, 2014).

Pada penelitian ini, pertimbangan penggunaan varietas pembanding

CR8873, Dewata, Taruna, dan Rabani adalah dengan melihat dari grouping

characteristics dengan tingkat kemiripan paling tinggi. Tabel 6 menampilkan

pengelompokkan karakteristik antara varietas kandidat Unpad CR8 dengan varieta

pembanding CR8873, Dewata, Taruna, dan Rabani

Tabel 6. Grouping characteristics antara variets kandidat dengan varietas


pembanding
Hasil Pemeriksaan
No Karakter CR8 CR8873 Dewata Taruna Rabani
Notasi Deskripsi Notasi Deskripsi Notasi Deskripsi Notasi Deskripsi Notasi Deskripsi
Pewarnaan anthocianin
1 1 Tidak ada 1 Tidak ada 9 Ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada
pada hipokotil
Tanaman : Pemendekan
2 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada
ruas(bagian atas)
3 Buah : warna buah muda 2 Kuning 2 Kuning 4 Kuning 2 Kuning 2 Kuning
Menggant
4 Buah : posisi 1 Tegak 1 Tegak 1 Tegak 1 Tegak 3
ung
Buah : bentuk potongan Narrowly Narrowly Narrowly Narrowly Narrowly
5 8 8 8 8 8
membujur triangular triangular triangular triangular triangular
6 Buah : warna buah matang 3 Merah 3 Merah 3 Merah 3 Merah 3 Merah
Buah : capsaisin dalam
7 9 Ada 9 Ada 9 Ada 9 Ada 9 Ada
plasenta
Keterangan: Perbedaan karakter pada setiap varietas dianggap tidak bisa
diajukkan sebagai varietas pembanding sesuai dengan PPU Cabai 2014
50

Pemilihan varietas pembanding ditentukan berdasarkan kesamaan pada

grouping characteristic yang diperiksa melalui data deskripsi varietas uji dan

varietas pembanding. Jika hasil simulasi uji BUSS antara varietas kandidat dan

varietas pembanding menunjukkan perbedaan pada karakter yang sudah

ditentukan sebagai grouping characteristics, maka varietas pembanding tersebut

tidak dapat diajukan sebagai varietas pembanding untuk uji BUSS.

Pada karakter pewarnaan antosianin hipokotil, hasil pengamatan

menunjukkan perbedaan antara varietas kandidat CR8 dan varietas pembanding 2

Dewata. Pada karakter posisi buah, pengamatan menunjukkan perbedaan antara

varietas kandidat CR8 dan pembanding 4 Rabani. Perbedaan warna antosianin

antara varietas uji dengan pembanding 2 disebabkan oleh tidak adanya informasi

mengenai pewarnaan antosianin hipokotil dalam deskripsi varietas. Posisi buah

varietas Rabani dari hasil pengamatan adalah menggantung. Jika dilihat dari hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yudhia, 2017) varietas Rabani

memiliki posisi buah tegak.

Mengacu pada tujuan penelitian simulasi Uji BUSS ini, untuk

mendapatkan satu atau lebih varietas pembanding yang dapat diajukan sebagai

pembanding Uji BUSS untuk syarat pengajuan HAK PVT. Perbedaan karakter

dalam grouping characteristic menyebabkan varietas Dewata dan varietas Rabani

tidak dapat diusulkan menjadi varietas pembanding untuk memeriksa keunikan

calon varietas baru Unpad CR8. Pada pembahasan ini tidak ditampilkan hasil

pemeriksaan varietas pembanding Dewata dan Rabani. Akan tetapi pengamatan

semua varietas uji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.


51

Pengamatan keunikan dilakukan terhadap 54 karakter yang tercantum pada

Panduan Pelaksanaan Uji (PPU) cabai tahun 2014. Perbedaan varietas uji Unpad

CR8 dengan pembanding 1 varietas CR8873 secara rinci disajikan dalam Tabel 7.

Terdapat 5 (lima) karakter berbeda yaitu pada karakter Intensitas warna hijau

pada daun, undulasi tepi pada daun, warna sekunder pada mahkota bunga,

intensitas warna buah muda, sinuasi pada perikap bagian basal buah, intensitas

warna buah matang, kilapan buah, bentuk ujung buah, jumlah lokul buah.

Terdapat 24 karakter berbeda yang dimiliki oleh varietas kandidat Unpad

CR8 dengan varietas Dewata (Lampiran 9) diantaranya: Tipe tumbuh tanaman,

panjang batang, panjang ruas, pewarnaan antosianin pada buku, intensitas

pewarnaan antosianin pada buku, bulu pada buku batang, tinggi tanaman, panjang

helai daun, lebar helai daun, intensitas warna hijau daun, pewarnaan antosianin

daun, bentuk daun, undulasi pada tepi daun, lepuhan daun, pewarnaan antosianin

pada filament, warna buah muda, pewarnaan antosianin buah, bentuk potongan

membujur buah, sinuasi pada perikap bagian basal buah, sinuasi pada perikap

selain bagian basal buah, bentuk ujung buah, jumlah lokul buah, waktu mulai

berbunga, umur matang. Varietas Dewata tidak dapat diajukan sebagai varietas

pembanding karena terdapat perbedaan pada grouping characteristic.

Perbedaan antara varietas kandidat Unpad CR8 dengan varietas

pembanding 3 Taruna terdapat 8 karakter berbeda (Tabel 7) yaitu Intensitas warna

hijau daun, undulasi pada tepi daun, intensitas warna buah muda, sinuasi pada

perikap bagian basal buah, intensitas warna buah matang, kilapan buah, bentuk

ujung buah, jumlah lokul buah.


52

Perbedaan karakter varietas kandidat Unpad CR8 dengan varietas

pembanding Rabani ada pada 14 karakter (Lampiran 9) yaitu : Tipe tumbuh

tanaman, panjang batang (dari kotiledon sampai bunga pertama), panjang ruas

(pada percabangan pertama batang utama), tinggi tanaman, undulasi pada tepi

daun, lepuhan daun, pewarnaan antosianin pada filament, intensitas warna buah

muda, posisi buah, sinuasi pada perikap bagian basal, bentuk ujung buah,

kedalaman alur dalam lokul buah, panjang tangkai buah. Varietas Rabani tidak

dapat diajukan sebagai varietas pembanding karena terdapat perbedaan pada

grouping characteristic.

Tipe pertumbuhan menjadi salah satu karakter yang jelas terlihat

perbedaannya di lapangan. Tipe pertumbuhan tegak ditandai dengan sudut antara

batang dan cabang amat kecil, sedangkan tipe pertumbuhan condong ke atas

apabila cabang dengan batang pokoknya membentuk sudut ± 45o (Tjitrosoepomo,

1994) dalam (Fitriani, 2013). Varietas cabai yang memiliki tipe pertumbuhan

tegak, maka terjadinya naungan antar daun dapat berkurang. Dengan demikian

varietas Unpad CR8 cocok untuk dikembangkan di tempat yang kelembaban

udaranya tinggi dan dapat menekan terjadinya pertumbuhan organisme

pengganggu tumbuhan. Hasil pengamatan terhadap perbedaan karakter atau

keunikan tanaman menunjukkan bahwa varietas kandidat Unpad CR8 memenuhi

unsur keunikan karena memiliki lebih dari satu karakter beda dengan varietas

pembanding.
53

Tabel 7. Perbedaan Karakter Varietas Unpad CR8 dengan Pembanding 1 CR8873 dan Pembanding 3 Taruna

Hasil Pemeriksaan
Notas Varietas pembanding Varietas pembanding
No Karakter Ekspresi Varietas kandidat CR8 Keterangan
i CR8873 Taruna
Notas Angk Notas Angk Notas
Deskripsi Deskripsi Deskripsi Angka
i a i a i
1 VG Pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(*) anthocianin pada
hipokotil
(+) ada 9
QL
2 VG Tanaman : Tipe tegak 1 2 Semi - 2 Semi - 2 Semi - Sama
(+) tumbuh agak tegak 2 tegak tegak tegak
Q menyebar 3
N

3 VG Tanaman : Panjang pendek 3 5 Sedang 40.3 5 Sedang 41.05 5 Sedang 40.64 Sama
(+) batang (dari sedang 5
kotiledon sampai
QN panjang 7
bunga pertama)
54

4 VG Tanaman : tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(*) Pemendekan
ruas(bagian atas)
(+) ada 9
QL
5 MS Hanya untuk tidak ada 1 - - - - - - - - - -
(+) varietas yang satu sampai 2
memilikipemendek tiga
QN
an ruas Tanaman :
lebih dari 3
jumlah ruas antara
tiga
bunga pertama dan
ruas yang
memendek
6 MS/V Varietas tanpa pendek 3 7 Panjang 8.98 7 Panjang 8.5 7 Panjang 9.3 Sama
G pemendekan ruas : sedang 5
Tanaman : Panjang
ruas (pada panjang 7
QN percabangan sangat 9
pertama batang panjang
utama)
7 VG Tanaman : tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(+) pewarnaan
QL antosianin pada ada 9
buku
55

8 VG Batang : Intensitas sangat 1 - - - - - - - - - -


pewarnaan lemah
(+) antosianin pada lemah 3
Q buku sedang 5
N
kuat 7
sangat kuat 9

9 VG Batang : bulu pada tidak 1 1 Tidak - 1 Tidak - 1 Tidak - Sama


buku ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat
lemah lemah lemah lemah
(+) lemah 3
Q sedang 5
N
kuat 7
sangat kuat 9
10 VG Tanaman : tinggi sangat 1 5 Sedang 111 5 Sedang 94 5 Sedang 106 Sama
pendek
(+) pendek 3

QN sedang 5

tinggi 7
sangat 9
tinggi
11 MS/V Daun : Panjang sangat 1 6 Sedang- 16 6 Sedang- 15 5 Sedang 13 Sama
G helai pendek panjang panjang
QN pendek 3
sedang 5
panjang 7
56

sangat 9
panjang
12 MS/V Daun : Lebar helai sangat 1 7 Lebar 8.7 6 Sedang- 6.9 6 Sedang- 5.9 Sama
G sempit lebar lebar
QN sempit 3
sedang 5
lebar 7
sangat lebar 9

13 VG Daun : intensitas sangat 1 5 Sedang - 7 Gelap - 7 Gelap - Beda dengan


warna hijau terang pembanding
QN terang 3 1, dan
sedang 5 pembanding
3
gelap 7
sangat gelap 9

14 VG Daun : pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(+) antosianin
QL ada 9
57

15 VG Daun : bentuk lanset 1 2 Bulat - 2 Bulat - 2 Bulat - Sama


(+) bulat telur 2 telur telur telur

PQ elip telur 3
16 VG Daun : undulasi sangat 1 3 Lemah - 3 Lemah - 5 Sedang - Beda dengan
pada tepi lemah pembanding
(+) lemah 3 3
Q sedang 5
N
kuat 7
sangat kuat 9

17 VG Daun : lepuhan tidak 1 3 Lemah - 3 Lemah - 3 Lemah - Sama


ada/sangat
lemah
QN lemah 3
sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
58

18 VG Daun : profil sangat 1 6 Rata- - 6 Rata- - 6 Rata- - Sama


potongan cekung cembung cembung cembung
(+) cekung 3
QN rata 5
cembung 7
sangat 9
cembung

19 VG Daun : kilapan tidak 1 1 Tidak - 1 Tidak - 1 Tidak - Sama


ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat
lemah lemah lemah lemah
QN lemah 3
sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
20 VG Bunga : orientasi tegak 1 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - Sama
(*) pedunkel semi- 2
menggantun
g
(+) menggantun 3
QN g
59

21 VG Bunga : di bawah 1 3 Di atas - 3 Di atas - 3 Di atas - Sama


(+) pemunculan stigma sama 2
PQ di atas 3
22 VG Bunga : pewarnaan tidak ada 1 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - Sama
(+) antosianin pada ada 9
antera
QL
23 VG Bunga : pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(+) antosianin pada ada 9
filament
QL
24 VG Bunga : warna tidak ada 1 1 Tidak ada - 3 Di dasar - 1 Tidak ada - Beda dengan
(+) sekunder pada di 2 pembanding
mahkota pinggiran 1
QL di dasar 3
di pinggiran 4
dan dasar

25 VG (a) Buah : warna buah putih 1 2 Kuning - 2 Kuning - 2 Kuning - Sama


muda kehijauan
(*) kuning 2
(+) hijau 3
60

PQ ungu 4

26 VG (a) Buah : intensitas sangat 1 5 Sedang - 3 Terang - 3 Terang - Beda dengan


warna buah muda terang pembanding
Q terang 3 1, dan
N pembanding
sedang 5 3
gelap 7
sangat gelap 9

27 VG (a) Buah : pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(+) antosianin ada 9
QL
28 VG (b) Buah : posisi tegak 1 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - Sama
(*) mendatar 2

(+) menggantun 3
Q g
N
61

29 VG/M Buah : panjang sangat 1 3 Pendek 4.46 3 Pendek 4.535 3 Pendek 4.05 Tidak beda
S (b) pendek cm cm cm
(+) pendek 3
QN sedang 5
panjang 7
sangat 9
panjang

30 VG/M Buah : diameter sangat kecil 1 3 Kecil 1.06 3 Kecil 1.080 3 Kecil 1.157 Sama
QN S (b) kecil 3 cm cm cm
sedang 5
lebar 7
62

sangat lebar 9
31 MS (b) Buah : rasio sangat kecil 1 3 Kecil 4.30 3 Kecil 4.26 3 Kecil 3.52c Sama
(*) panjang/diameter kecil 3 cm cm m
Q sedang 5
N
besar 7
sangat besar 9
32 VG (b) Buah : bentuk oblate 1 8 narrowly - 8 narrowly - 8 narrowly - Sama
(*) potongan membujur circular 2 triangular triangular triangular
(+) cordate 3
PQ square 4
rectangular 5
trapezoidal 6
moderately 7
triangular
narrowly 8
triangular
hornshaped 9
linear 10
33 VG Buah : puntiran tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama

QL ada 9

34 VG (b) Buah : bentuk elip 1 3 Bulat - 3 Bulat - 3 Bulat - Sama


potongan melintang
PQ persegi 2

bulat 3
63

35 VG (b) Buah : sinuasi pada tidak 1 5 Sedang - 3 Lemah - 3 Lemah - Beda dengan
perikap bagian ada/sangat pembanding
basal lemah 1, dan
pembanding
(+) lemah 3 3
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9

36 VG Buah : sinuasi pada tidak 1 5 Sedang - 5 Sedang - 5 Sedang - Sama


(b) perikap selain ada/sangat
bagian basal lemah
(+) lemah 3
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
37 VG Buah : tekstur halus atau 1 2 Sedikit - 3 Sangat - 2 Sedikit - Sama
(*) (b) permukaan sangat berkerut berkerut berkerut
sedikit
berkerut
QN sedikit 2
berkerut
sangat 3
berkerut
64

38 VG Buah : warna buah kuning 1 3 Merah - 3 Merah - 3 Merah - Sama


(*) (b) matang oranye 2
(+) merah 3
PQ cokelat 4
hijau 5
39 VG Buah : intensitas terang 3 5 Sedang - 3 Terang - 3 Terang - Beda dengan
QN (b) warna buah matang sedang 5 pembanding
1 dan
gelap 7 pembanding
3
40 VG Buah : kilapan lemah 3 3 Lemah - 5 Sedang - 5 Sedang - Beda dengan
(+) (b) sedang 5 pembanding
1 dan
QN kuat 7 pembanding
3
41 VG Buah : rongga tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(*) (b) tangkai buah ada 9
(+)
QL
42 VG Buah : kedalaman sangat 1 1 Sangat - 1 Sangat - 1 Sangat - Sama
(b) rongga tangkai dangkal dangkal dangkal dangkal
(+) buah dangkal 3
QN sedang 5
dalam 7
sangat 9
dalam
43 VG Buah : bentuk sangat 1 3 Membulat - 2 Runcing - 2 Runcing - Beda dengan
(b) ujung runcing pembanding
(+) runcing 2 1, dan
PQ membulat 3 pembanding
melekuk ke 4 3
dalam
65

sangat 5
melekuk ke
dalam

44 VG (b) Buah : kedalaman tidak 1 3 Dangkal - 3 Dangkal - 3 Dangkal - Sama


alur dalam lokul ada/sangat
dangkal
(+) dangkal 3
QN sedang 5
dalam 7
45 MG Buah : jumlah lokul dominan 1 3 Dominan - 1 Dominan - 3 Dominan - Beda dengan
(b) dua tiga dua tiga pembanding
(*) seimbang 2 1
dua dan tiga
(+) dominan 3
tiga
QN seimbang 4
tiga dan
empat
dominan 5
lebih dari
empat
66

46 VG (b) Buah : ketebalan sangat tipis 1 3 Tipis 0.92 3 Tipis 0.95 3 Tipis 0.89 Sama
(*) daging tipis 3 mm mm mm
QN sedang 5
tebal 7
sangat tebal 9
47 VG/M Tangkai buah : sangat 1 7 Panjang 4.6 7 Panjang 4.82 6 Sedang- 4 Sama
S (b) panjang pendek cm panjang
pendek 3
QN sedang 5
panjang 7
sangat 9
panjang
48 VG/M Tangkai buah : sangat tipis 1 5 Sedang 0.24 5 Sedang 0.27 5 Sedang 0.24 Sama
S (b) ketebalan tipis 3 cm cm cm
QN sedang 5
tebal 7

sangat tebal 9
67

49 VG (b) Kelopak buah : terbuka 1 2 Menutup - 2 Menutup - 2 Menutup - Sama


aspek
(+) menutup 2

QL
50 VG (b) Buah : capsaisin tidak ada 1 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - Sama
(*) dalam plasenta ada 9
(+)
QL
51 MG hanya untuk lemah 1 3 Kuat - 3 Kuat - 3 Kuat - Sama
Q (b) varietas dengan sedang 2
N capsaisin pada
plasenta Buah : kuat 3
intensitas capsaisin
52 MS Waktu mulai genjah 3 7 Dalam - 7 Dalam - 7 Dalam - Sama
(+) berbunga (bunga sedang 5
pertama pada buku
Q berbunga kedua) dalam 7
N
53 VG Umur matang sangat 1 7 Dalam - 7 Dalam - 7 Dalam - Sama
genjah
(+) genjah 3
Q sedang 5
N
dalam 7
sangat 9
dalam
68

4.2.2.3 Pengamatan Keseragaman Karakter

Aspek keseragaman dapat dihitung dari penampilan dalam populasi (intra)

varietas kandidat (Khadijah, 2012). Pengamatan yang dilakukan pada seluruh

karakter yang ada di Desa Sukamantri Ciamis menyatakan keseragaman pada

varietas kandidat maupun varietas pembanding dimana tidak ada varietas yang off

type, yang teramati. Keseragaman yang ada menandakan bahwa calon varietas

baru Unpad CR8 ini dapat dianggap stabil karena sumber cabai rawit ini berasal

dari benih yang sama. Analisis statistik pada karakter kualitatif tidak digunakan

karena karakter kualitatif dapat dengan jelas diamati.

Apabila tipe simpang tidak ditemukan, atau terdapat variasi yang tinggi

dari populasi kandidat, maka akan lebih baik jika dilengkapi dengan analisis

varians untuk lebih memperjelas analisis keseragaman varietas kandidat tersebut,

walaupun hanya terbatas pada karakter kuantitatif. Analisis statistik digunakan

untuk menganalisis keseragaman per karakteristik kuantitatif dari varietas

kandidat (Abdullah, 2010). Pada pengukuran karakter kuantitatif, tingkat variasi

yang diterima tidak boleh secara signifikan melewati tingkat variasi dari varietas

comparable yang telah diketahui seragam (Joshi et al., 2011).

Penilaian keseragaman terhadap karakter kuantitatif dianalisis dengan cara

membandingkan varians fenotip dengan standar deviasi varians fenotip

berdasarkan rumus Steel and Torrie dan standard deviasi Anderson and Bancroft.

Penilaian keseragaman pada varietas menyerbuk silang, ditetapkan standar

populasi 2% dengan peluang diterima paling sedikit 95%. Berdasarkan hasil

perhitungan karakter kuantitatif yang meliputi panjang batang, panjang ruas,

68
69

tinggi tanaman, panjang helai daun, lebar helai daun, panjang buah, diameter

buah, rasio panjang/diameter buah, ketebalan daging buah, panjang tangkai buah,

ketebalan tangkai buah cabai varietas kandidat Unpad CR8 adalah seragam di

setiap ulangannya.

Tabel 8. Analisis Statistik Keseragaman Karakter Kuantitatif Cabai Rawit Unpad

CR8

Rata- Varians 2*Standard


Karakter Kisaran Interpretasi
rata Fenotip deviasi
Panjang Batang 39.53766 35 - 44 1.75 2.65 Seragam
Panjang ruas 8.98 8,7 – 9,2 0.02 0.28 Seragam
Tinggi tanaman 109.98 108 – 113,1 1.35 2.31 Seragam
Panjang helai daun 15.75 15 – 16,5 0.29 1.08 Seragam
Lebar helai daun 8.58 7,2 – 10,5 0.48 1.38 Seragam
Panjang buah 4.375 4 – 4,9 0.06 0.48 Seragam
Diameter buah 1.05225 0,72 – 1,42 0.02 0.30 Seragam
Rasio panjang/diameter 4.165155 3,32 – 6,50 0.56 1.50 Seragam
buah
Ketebalan daging buah 0.93675 0,88 – 0,99 0.01 0.05 Seragam
Panjang tangkai buah 4.5 3,9 – 5,6 0.21 0.92 Seragam
Ketebalan tangkai buah 2.5125 2,07 – 2,80 0.07 0.51 Seragam
Keterangan: Nilai varians fenotipe yang lebih kecil dari dua kali standar
deviasinya menunjukkan karakter seragam

Suatu varietas dapat dinyatakan seragam jika seluruh karakter pentingnya

terbukti seragam walau terdapat satu karakter yang memiliki tingkat keseragaman

yang rendah. Pada kajian ilmiah umumnya peluang yang diterima adalah 95%,

maka untuk kondisi varietas yang tidak seragam pada satu karakter dari total 50

karakter yang diamati (2,5%) masih dapat dinyatakan seragam (Khadijah, 2012).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai varians fenotip lebih rendah atau

kurang dari nilai dua kali standard deviasi varians fenotip. Oleh karena itu,
70

disimpulkan bahwa varietas Unpad CR8 memenuhi kriteria keseragaman dan

dapat dilanjutkan dengan pengamatan kestabilan.

4.2.2.4 Pengamatan Kestabilan Karakter

Uji kestabilan tidak selalu harus dilaksanakan karena biasanya varietas

yang sudah seragam maka telah dapat dianggap stabil. Dalam Panduan Umum Uji

BUSS cabai (2014) juga dinyatakan bahwa pada banyak varietas, jika suatu

varietas telah seragam, maka varietas tersebut juga dianggap stabil. Hal ini selaras

dengan penelitian pisang yang dilakukan oleh (Herwitarahman, 2014) bahwa

keseragaman yang ada menandakan bahwa pisang pada penelitian simulasi uji

BUSS dapat dianggap stabil karena sumber pisang ini berasal dari anakan atau

perbanyakan secara vegetatif dengan rata-rata indukan yang sama.

Pada penelitian ini, pengamatan kestabilan karakter dilakukan secara

visual pada karakter-karakter kualitatif dan pengukuran pada karakter kuantitatif.

Penanaman tidak dilakukan pada musim berbeda tetapi pada pengulangan plot.

Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk pengujian kestabilan.

Selaras dengan hal yang dikemukakan dalam UPOV (2000; 2011) jika meragukan

dan memang diperlukan, pengujian kestabilan dapat dilakukan dengan penanaman

ulang pada tahun atau musim berikutnya, atau menguji ulang dengan

menggunakan benih baru atau cadangan tanaman untuk memverifikasi bahwa

materi tersebut menampilkan karakter yang sama seperti materi tanaman

sebelumnya.
71

Tabel 9. Analisis Statistik Kestabilan Karakter Kuantitatif Varietas Unpad CR8

Tanaman : Panjang batang


Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 41.00 0.66667 1.63299 Stabil
II 36.18 0.78917 1.77670 Stabil
CR8 III 36.98 0.96250 1.96214 Stabil
IV 38.05 0.67000 1.63707 Stabil
V 45.53 0.62917 1.58640 Stabil
Tanaman : Panjang ruas
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 9.08 0.02250 0.30000 Stabil
II 8.98 0.00917 0.19149 Stabil
CR8 III 8.88 0.00917 0.19149 Stabil
IV 8.98 0.04917 0.44347 Stabil
V 8.98 0.00917 0.19149 Stabil
Tanaman : Tinggi
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 111.23 1.04250 2.04206 Stabil
II 111.65 1.48333 2.43584 Stabil
CR8 III 110.78 0.94917 1.94850 Stabil
IV 111.13 0.95583 1.95533 Stabil
V 109.98 1.97583 2.81129 Stabil
Daun: Panjang helai
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 15.13 0.06250 0.50000 Stabil
II 15.38 0.06250 0.50000 Stabil
CR8 III 15.63 0.56250 1.50000 Stabil
IV 15.88 0.22917 0.95743 Stabil
V 15.75 0.43667 1.32162 Stabil
Daun: Lebar helai
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 8.40 0.07333 0.54160 Stabil
II 8.45 0.11000 0.66332 Stabil
CR8 III 8.65 1.13667 2.13229 Stabil
IV 9.50 0.50667 1.42361 Stabil
V 8.58 0.12250 0.70000 Stabil
Buah: Panjang
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 4.63 0.06250 0.50000 Stabil
II 4.55 0.01667 0.25820 Stabil
CR8 III 4.33 0.07583 0.55076 Stabil
IV 4.43 0.06250 0.50000 Stabil
V 4.38 0.06250 0.50000 Stabil
72

Buah: Diameter
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 1.162 0.03057 0.34969 Stabil
II 1.03 0.01404 0.23700 Stabil
CR8 III 1.09 0.00612 0.15652 Stabil
IV 0.97 0.06298 0.50192 Stabil
V 1.05 0.00240 0.09792 Stabil
Buah: Rasio panjang/diameter
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 4.041553 0.35053 1.18410 Stabil
II 4.46 0.28347 1.06484 Stabil
CR8 III 3.99 0.05011 0.44772 Stabil
IV 4.82 2.14834 2.93144 Stabil
V 4.17 0.09575 0.61887 Stabil
Buah: Ketebalan daging
Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi
I 0.92375 0.00177 0.08421 Stabil
II 0.90 0.00022 0.02946 Stabil
CR8 III 0.90 0.00023 0.03004 Stabil
IV 0.92 0.00016 0.02537 Stabil
V 0.94 0.00093 0.06115 Stabil
Tangkai buah: Panjang

Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi

I 4.55 0.17667 0.84063 Stabil


II 4.43 0.09583 0.61914 Stabil
CR8 III 4.50 0.26000 1.01980 Stabil
IV 4.88 0.44917 1.34040 Stabil
V 4.50 0.20667 0.90921 Stabil
Tangkai buah: Ketebalan

Varietas Ulangan Rata-rata Varians Fenotip 2*Standard deviasi Interpretasi

I 2.4475 0.07109 0.53326 Stabil


II 2.50 0.09247 0.60817 Stabil
CR8 III 2.37 0.03809 0.39034 Stabil
IV 2.46 0.10209 0.63904 Stabil
V 2.51 0.08889 0.59629 Stabil
Keterangan: angka yang menunjukkan varians fenotip > dua kali standar
deviasinya dinyatakan sebagai karakter stabil

Dokumen Panduan Umum yang diterbitkan Pusat PVT mengemukakan

bahwa pengujian stabilitas tidak biasa dilakukan secara khusus seperti halnya
73

pengujian keunikan dan keseragaman. Hal ini didasarkan pada pengalaman bahwa

pada banyak tipe varietas, jika satu varietas telah menunjukan keseragaman, maka

dapat dianggap stabil (Pusat PVT, 2006). Selain itu, bagi varietas yang tidak stabil,

akan dihasilkan materi yang tidak sesuai dengan karakteristik varietas, dan jika

pemohon tidak dapat menyediakan materi yang keragamannya tidak sesuai dengan

karakteristik varietas, maka hak PVT atas varietas tersebut dapat dibatalkan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 29, Pasal 58 tentang Pembatalan Hak PVT.

Hasil analisis menunjukkan perbandingan varians fenotipe lebih kecil dari

dua kali standar deviasinya pada rata-rata setiap karakter di lima ulangan.

Penilaian keseragaman dan kestabilan untuk tanaman menyerbuk sendiri biasanya

dilakukan tanpa analisis statistik dan hanya berdasarkan pengamatan sederhana.

Analisis statistik dilakukan dengan harapan dapat memberikan keputusan akhir

yang sama untuk penilaian aspek keseragaman dan kestabilan. Karakter kuantitatif

dapat diuji menggunakan perhitungan statistika seperti yang dijelaskan di atas.

Pada karakter kualitatif pengamatan dilakukan dengan cara mengamati secara

visual dan perhitungan di lapangan. Karakter kualitatif pada umumnya tidak

dipengaruhi oleh lingkungan (Acquaah, 2008). Hasil pengamatan karakter

kualitatif pada varietas Unpad CR8 menunjukkan kestabilan di lima ulangan.

Tabel 10. Kestabilan karakter kualitatif Varietas Unpad CR8

Karakter U1 U2 U3 U4 U5
Pewarnaan
1 1 1 1 1
anthocianin
(Tidak ada) (Tidak ada) (Tidak ada) (Tidak ada) (Tidak ada)
pada hipokotil
74

3 3 3 3
Tanaman : Tipe 3
(Semi (Semi (Semi (Semi
tumbuh (Semi tegak)
tegak) tegak) tegak) tegak)
Tanaman :
Pemendekan 1 1 1 1 1
ruas(bagian (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
atas)
Varietas tanpa
pemendekan
ruas : Tanaman
: Panjang ruas 7 7 7 7 7
(pada (panjang) (panjang) (panjang) (panjang) (panjang)
percabangan
pertama batang
utama)
Tanaman :
pewarnaan 1 1 1 1 1
antosianin pada (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
buku
Batang :
1 1 1 1 1
Intensitas
(sangat (sangat (sangat (sangat (sangat
pewarnaan
lemah/tidak lemah/tidak lemah/tidak lemah/tidak lemah/tidak
antosianin pada
ada) ada) ada) ada) ada)
buku
Batang : bulu 1 1 1 1 1
pada buku (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
Daun :
5 5 5 5 5
intensitas warna
(sedang) (sedang) (sedang) (sedang) (sedang)
hijau
Daun :
1 1 1 1 1
pewarnaan
(tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
antosianin
2 2 2 2 2
Daun : bentuk
(bulat telur) (bulat telur) (bulat telur) (bulat telur) (bulat telur)
Daun : undulasi 3 3 3 3 3
pada tepi (lemah) (lemah) (lemah) (lemah) (lemah)
3 3 3 3 3
Daun : lepuhan
(lemah) (lemah) (lemah) (lemah) (lemah)
Daun : profil 6 6 6 6 6
potongan (rata- (rata- (rata- (rata- (rata-
melintang cembung) cembung) cembung) cembung) cembung)
1 1 1 1 1
(tidak (tidak (tidak (tidak (tidak
Daun : kilapan
ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat
lemah) lemah) lemah) lemah) lemah)
75

Bunga :
1 1 1 1 1
orientasi
(tegak) (tegak) (tegak) (tegak) (tegak)
pedunkel
Pemunculan 1 1 1 1 1
stigma (tegak) (tegak) (tegak) (tegak) (tegak)
Bunga :
pewarnaan 9 9 9 9
9 (ada)
antosianin pada (ada) (ada) (ada) (ada)
antera
Bunga :
pewarnaan 1 1 1 1 1
antosianin pada (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
filament
Bunga : warna
1 1 1 1 1
sekunder pada
(tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
mahkota
Buah : warna 1 1 1 1 1
buah muda (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
Buah :
3 3 3 3 3
intensitas warna
(terang) (terang) (terang) (terang) (terang)
buah muda
Buah :
1 1 1 1 1
pewarnaan
(tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
antosianin
1 1 1 1 1
Buah : posisi
(tegak) (tegak) (tegak) (tegak) (tegak)
Buah : bentuk 9 9 9 9 9
potongan (Narrowly (Narrowly (Narrowly (Narrowly (Narrowly
membujur triangular) triangular) triangular) triangular) triangular)
1 1 1 1 1
Buah : puntiran
(tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
Buah : bentuk
3 3 3 3 3
potongan
(bulat) (bulat) (bulat) (bulat) (bulat)
melintang
Buah : sinuasi
5 5 5 5 5
pada perikap
(sedang) (sedang) (sedang) (sedang) (sedang)
bagian basal
Buah : sinuasi
pada perikap 5 5 5 5 5
selain bagian (sedang) (sedang) (sedang) (sedang) (sedang)
basal
2 2 2 2 2
Buah : tekstur
(sedikit (sedikit (sedikit (sedikit (sedikit
permukaan
berkerut) berkerut) berkerut) berkerut) berkerut)
76

Buah : warna 3 3 3 3 3
buah matang (merah) (merah) (merah) (merah) (merah)
Buah :
5 5 5 5 5
intensitas warna
(sedang) (sedang) (sedang) (sedang) (sedang)
buah matang
3 3 3 3 3
Buah : kilapan
(lemah) (lemah) (lemah) (lemah) (lemah)
Buah : rongga 1 1 1 1 1
tangkai buah (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada)
Buah : 1 1 1 1 1
kedalaman (tidak (tidak (tidak (tidak (tidak
rongga tangkai ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat ada/sangat
buah dangkal) dangkal) dangkal) dangkal) dangkal)
Buah : bentuk 3 3 3 3 3
ujung (runcing) (runcing) (runcing) (runcing) (runcing)
Buah :
3 3 3 3 3
kedalaman alur
(dangkal) (dangkal) (dangkal) (dangkal) (dangkal)
dalam lokul
3 3 3 3 3
Buah : jumlah
(dominan (dominan (dominan (dominan (dominan
lokul
tiga) tiga) tiga) tiga) tiga)
Kelopak buah : 2 2 2 2 2
aspek (menutup) (menutup) (menutup) (menutup) (menutup)
Buah : capsaisin 9 9 9 9 9
dalam plasenta (ada) (ada) (ada) (ada) (ada)
hanya untuk
varietas dengan
capsaisin pada 3 3 3 3 3
plasenta Buah : (kuat) (kuat) (kuat) (kuat) (kuat)
intensitas
capsaisin
Waktu mulai
berbunga
(bunga pertama 7 7 7 7 7
pada buku (dalam) (dalam) (dalam) (dalam) (dalam)
berbunga
kedua)
7 7 7 7 7
Umur matang
(dalam) (dalam) (dalam) (dalam) (dalam)
77

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan uji kesesuaian karakter kualitatif dan kuantitatif antara


varietas uji dengan deskripsi sementara hasil uji keunggulan, dapat

disimpulkan bahwa varietas uji Unpad CR8 memenuhi unsur kebenaran.

2. Cabai rawit varietas kandidat Unpad CR8 memenuhi syarat untuk


diajukkan pengujian Baru, Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS)

3. Varietas pembanding 1 (CR8873) dan pembanding 3 (TARUNA)


merupakan varietas yang paling mirip dan dapat diajukan sebagai varietas

pembanding untuk kebutuhan Uji BUSS sebagai syarat mendapatkan Hak

PVT bagi varietas kandidat Unpad CR8.

5.2 Saran

1. Metode analisis statistik sebaiknya dimafaatkan dalam pengujian

keseragaman dan kestabilan pada pengujian BUSS. Hal ini diperlukan untuk

melengkapi penilaian yang biasa dilakukan pada setiap pelaksanaan uji BUSS

dalam rangka memberikan hasil penilaian keseragaman dan kestabilan yang

lebih terpercaya.

2. Varietas CR8 dapat direkomendasikan untuk pendaftaran varietas dan

memperoleh HKI PVT.

77
78

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2010. Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Karakter Kualitatif dan


Kuantitatif Pada Tiga Kelompok Cabai (Capsicum annuum L.). (Tesis).
Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 101 hal.

Acquaah, G. 2007. Principles of Genetics and Plant Breeding. Blackwell


Publishing : USA. 569 hlm.

Alsakinah, Masayu Nasiha. 2017. Interaksi Genotipe X Lingkungan Karakter


Hasil dan Komponen Hasil Tujuh Genotip Cabai (Capsicum Sp.) pada
Tiga Lokasi Sentra Produksi Cabai di Jawa Barat. Universitas
Padjadjaran. Skripsi.

Anderson., and Bancroft. 1952. Statistical Theory in Research. McGraw-Hill


Book Company: London.

Baihaki, A. 2006. Manfaat dan Implementasi UU No. 29 Tahun 2000 Tentang


PVT dalam Pembangunan Industri Perbenihan : 1-28.

Blackman R.L., V.F. Eastop. 2000. Aphids on the World’s Crop. An identification
and Information Guide 2nd eds. New York : John Wiley and Sons.

Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit, Teknik Budidaya dan Analisi Usaha


Tani.Yogyakarta: Kanisius. Hlm 11-13.

Cooke, R.J., G.M.M. Bredemeijer, M.W. Ganal, R. Peeters, P. Isaac, S. Rendell, J.


Jackson, M.S.Röder, V. Korzun, K. Wendehake, T. Areshchenkova, M.
Dijcks, D. Laborie, L. Bertrand, B.Vosman. 2003. Assessment of the
uniformity of wheat and tomatovarieties at DNAmicrosatelite loci.
Euphytica 132 : 331–341.

Departemen Pertanian. 2006. Panduan Umum Pengujian Kebaruan, Keunikan,


Keseragaman dan Kestabilan. Jakarta: Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman, Departemen Pertanian (ID).

Desita, Alvianti Yaufa. 2014. Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias
IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian. 2012. Diakses dari


http://varitas.net/dbvarietas/. Diakses pada 1 April 2017 dan 14 April 2017

Djarwaningsih, Tutie. 2005. REVIEW : Capsicum Spp . ( Cabai ): Asal ,


Persebaran Dan Nilai Ekonomi. Jurnal Biodiversitas (6):292–96.

78
79

Duriat, Ati Srie., Neni Gunaeni dan Astri W. Wulandari. 2007. Penyakit Penting
Pada Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Monografi No 31. ISBN: 978-979-8304-55-2

Ekowahyuni, Luluk Prihastuti, dan Yenisbar. 2015. Pendugaan Parameter Genetik


Jumlah Bunga Dan Benih Hasil Buah Dan Benih Beberapa Genotipe
Cabai (Capsicum annuum L.) Tetua Dan Hasil Persilangan Dialel Di
Kebun Percobaan Cipanas Jawa Barat. E-Journal WIDYA Kesehatan
Dan Lingkungan. 1(2): 102-108.

Fahrurrozi, K.A. Stewart, S. Jenni. 2001. The early gowth of muskmelon in


mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube.I. The carbon
dioxide. Journal of the American Society for Horticultural Science.
American Society for Horticultural Science 126(6)

Fitriani, Latifah., Toekidjo., dan Setyastuti Purwanti. 2013. Keragaan Lima


Kultivar Cabai (Capsicum annuum L.) di Dataran Medium. Vegetalika
Vol.2 No.2, 2013 : 50-63

Gaytán, Víctor García., Fernando Carlos Gómez-Merino., Libia., Trejo Téllez.,


Gustavo Adolfo Baca-Castillo., and Soledad García-Morales. 2017. The
Chilhuacle Chili (Capsicum annuum L.) in Mexico: Description of the
Variety, Its Cultivation, and Uses. International Journal of Agronomy
Volume 2017, 13 pages https://doi.org/10.1155/2017/5641680. [Diakses
pada 3 Maret 2018]

Gaytán, Víctor García., Fernando Carlos Gómez-Merino., Libia., Trejo Téllez.,


Gustavo Adolfo Baca-Castillo., and Soledad García-Morales. 2017. The
Chilhuacle Chili (Capsicum annuum L.) in Mexico: Description of the
Variety, Its Cultivation, and Uses. International Journal of Agronomy
Volume 2017, 13 pages https://doi.org/10.1155/2017/5641680. [Diakses
pada 3 Maret 2018]

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 2007. Prosedure Statistik untuk Penelitian


Pertanian. UI-Press:Jakarta. Penerjemah: Endang Sjamsuddin, Justika S.
Baharsjah.

Herwidyarti, Hayu Kristina., Suskandini Ratih, and Dad Resiworo Jekti Sembodo.
2013. Keparahan Penyakit Antraknosa Pada Cabai (Capsicum Annuum
L) Dan Berbagai Jenis Gulma. Journal Agrotek Tropika 1(1):102–6.

Herwitarahman, Alifiya. 2014. Simulasi Uji Baru Unik Seragam Dan Stabil
(BUSS) Pisang (Musa Spp.) Di Kebun Percobaan Pasir Kuda, Bogor.
Bul. Agrohorti 2(1) : 66 – 74.

Joshi, A., R.C. Agrawal, and H.S. Chawla. 2011. Assessment of distinctiveness,
uniformity and stability of indigenous aromatic rice (Oryza Sativa)
80

varieties based on morphological descriptors. Indian J Agricultural


Sciences 81(7):595-601.

Kementrian Pertanian. 2016. Produksi, Produktivitas dan Luas panen Cabai rawit
2011-2015. http://www.pertanian.go.id. [4 Maret 2017].

Khadijah, Nurdini. 2012. Evaluasi Keseragaman Dan Kestabilan Lima Varietas


Kacang Panjang Dalam Uji BUSS. (3):18–25.

Labib, K., F.Bnejdi, M.E. Gazzah. 2012. Genetic Diversity Evaluation of Pepper (
Capsicum annuum L.) in Tunisia Based on Morphologic Characters.
African Journal of Agricultural Research, vol. 7(23) , pp. 3413-3417.

Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian


Ulat Grayak (Spodoptera litura) Pada Tanaman Kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Jurnal Litbang Pertanian
27(4) 2008. Diunduh dari http://www.Deptan.go.id/Publikasi/pdf.
[Diakses pada 5 Februari 2018]

Maulidah, Silvana., Heru Santoso., Hadi subagyo., dan Qiki Rifqiyyah,. 2012.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani
Cabai Rawit (Studi Kasus di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu,
Kabupaten Kediri). SEPA : Vol. 8 No. 2 : 51-182.ISSN : 1829-9946

Marlina., Susanna., Cut Meurah Fitria Kausa. 2010. Kemampuan Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) dalam Menekan Perkembangan Colletotrichum capsici
Penyebab Antraknosa Pada Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Volume 12(2), Hal. 37-42.

Marmadion, Tomy., Sri Lestari Purnamaningsih, dan Kuswanto. 2014.


Penampilan Delapan Galur Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L.
Fruwirth) Pada Dua Musim Tanam. Jurnal Produksi Tanaman, Volume
2(3), hlm. 230-238.

Martoredjo, T. 2010. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Bumi aksara. Jakarta.


Natawigena, H.H. 1993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda
Karya. Bandung

Meilin, Araz. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta
Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 1
dan 8.

Mulyati, Efi. 2008. Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, Stabil) Tiga
Varietas Nenas (Ananas Comosus L. Merr). Institut Pertanian Bogor.
Skripsi.
81

Padma, J., S. Anbu, and K. Sivasubramaniam. 2017. Efficacy of Morphological


Characters for Varietal Identification of Chilli. International Journal of
Current Microbiology and Applied Sciences 6(2):690–700.

Purwandoko, Prasetyo Hadi. 2012. Perlindungan Varietas Tanaman Sebagai Salah


Satu Bentuk Perlindungan Hak Ekonomi Para Pemulia Tanaman Menuju
Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Yustisia Vol.2 No.3.

Pusat PVT. 2014. Panduan Pelaksanaan Uji (PPU) Keunikan Keseragaman dan
Kestabilan (BUSS) Cabai. Nomor dokumen PVT/PPU/14/3. Pusat PVT.
Jakarta. 38 hlm. [26 April 2017].

Pusat PVT. Peraturan Menteri Pertanian No. 37 tahun 2006. Pengujian, Penilaian,
Pelepasan Dan Penarikan Varietas. http://www. http://indonesiabch.or.id
[27 Mei 2017].

Pusat PVT. Peraturan Menteri Pertanian No. 38 tahun 2011. Pendaftaran Varietas
Tanaman Hortikultura. http://pvtpp.setjen.pertanian.go.id [26 April
2017].

Pusat PVT. Undang Undang No. 29 tahun 2000. Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman. http://peraturan.go.id [26 April 2017].

Ripangi, A. 2012. Budidaya Cabai. PT. Buku Kita : Jakarta. 97 hlm

Rostini, Neni. 2011. Jurus Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit. AgroMedia
Pustaka, Jakarta. Cetakan pertama. hlm 2.

Rubatzky, V. E. and M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable: Principles,


Production, and Nutritive Values (Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan
Gizi, alih bahasa C. Herison). Institut Teknologi Bandung. Skripsi.

Salim, Mohamad Agus. 2012. Pengaruh Antraknosa (Colletotrichum capsici dan


Colletotrichum acutatum ) Terhadap Respons Ketahanan Delapan Belas
Genotipe Buah Cabai Merah (Capsicum annuum L). Jurnal UIN SGD
Volume VI No. 1-2.

Santos, F.S., Moraes Aviani D.D., Hidalgo J.A.F., Machado R.Z., Araújo S.P.
2012. Evolution, importance and evaluation of cultivar protection in
Brazil: the work of the SNPC. Crop Breeding and Applied Biotechnology
S2: 99-110.

Saraswati, I. A., Pharmawati, M., dan Junitha, I. 2014. Karakter Morfologi


Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.) yang Dipengaruhi
Sodium Azida Pada Fase Generatif M1. Scripta Biologica Vol:1(1), 117-
125.

Setiadi. 2006. Cabai Rawit, Jenis dan Budidaya. Jakarta : Penebar Swadaya.
82

Simmods NW., Shepherd K. 1955. The taxonomy and origins of the cultivated
bananas. J. Linn Soc Lond Bot. 55 :302-312.

Simpson, M. G., 2010, Plant Systematics, Elsevier, Burlington, USA.


Inc. Publishers, Sunderland, Massachusetts, U. S. A.

Sitaresmi, Trias, N. Yunani, and Sudibyo T. W. Utomo. 2013. Identifikasi


Varietas Contoh Untuk Karakter Penciri Spesifik Sebagai Penunjang
Harmonisasi Pengujian BUSS Padi. 32 (3):149.

Aryawati, Poetri Agustine., dan Sobir. 2014. Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik,
Seragam Stabil) Enam Varietas Nenas (Ananas Comosus L. Merr.).” Bul.
Agrohorti 1 (4) : 83 – 93.

Sulassih., Muhamad Syukur., Sobir., Awang Maharijaya., Abdul Hakim., dan


Ratih. 2017. Karakterisasi Lima Galur Cabai Hias dalam Rangka
Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan. Comm. Hort. J, 1(1):26-33.
Februari 2017.

Surahmat, F. 2011. Pengelolaan Tanaman Cabai Keriting Hibrida Tm 999


(Capsicum annuum) Secara Konvensional Dan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suwandi, N., Yektining Rahajeng., Reki Hendrata., Purwantiningsih. 2009.


Standar Operating Prosedure (SOP) Budidaya Cabai Merah Gunung
Kidul. Dinas Pertanian Yogyakarta. Tersedia di
<http://distan.jogjaprov.go.id/image/stories/teknologi/hortikultura/sopca
emerahgkpf> [Diakses pada 5 Februari 2018]

Syukur, M, Sujiprihati S., Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta


(ID): Penebar Swadaya.

UPOV. 2006. Use of Statistical Procedures in Distinctness, Uniformity and


Stability Testing/Trial Design and Techniques Used in The Examination
of Distinctness, Uniformity and Stability: Geneva.

UPOV. 2011. Document TGP/11/1: “Examining Stability”. International Union


for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV). 5 p.

Wang, D. and P.W. Bosland. 2006. The Gene of Capsicum. Hortsci, 41(5): 1169-
1187.

Yudhia, Triasfitria Valentira. 2017. Stabilitas dan Adaptabilitas Hasil dan


Komponen Hasil Tujuh Genotip Cabai (Capsicum sp.) pada Tiga Lokasi
Sentra Produksi di Jawa Barat. Universitas Padjadjaran. Skripsi.
83

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi cabai rawit varietas Rabani

DESKRIPSI CABAI RAWIT VARIETAS RABANI


Asal : Dalam negeri
Silsilah : Seleksi dari populasi R01
Golongan varietas : Bersari bebas
Tinggi tanaman : 75,84 – 111,5 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 0,92 – 2,10 cm
Warna batang : Hijau (Green Group RHS 137 A)
Bentuk daun : Ovate
Ukuran daun : Panjang 10,26 – 19,50 cm; Lebar 4,60 –
5,50 cm.
Warna daun : Hijau (Green Group RHS N 137 A)
Bentuk bunga : Bentuk Bintang Warna bunga
Warna kelopak bunga : Hijau (Green Group RHS 137 D)
Warna mahkota bunga : Hijau kekuningan (Yellow Green Group
RHS 145 C)
Warna kepala putik : Hijau (Yellow Green Group RHS 154 C)
Warana benang sari : Biru (Greyed Green Group RHS 194 A)
Umur mulai berbunga : 50 – 77 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 130 – 159 hari setelah tanam
Bentuk buah : Elongate
Ukuran buah : Panjang 4,26 – 4,95 cm; Diameter 0,83 –
1,28 cm.
Warna buah muda : Kuning kehijauan (Yellow Green Group
RHS 154 C)
Warna buah tua : Merah Oranye (Orange Red Group RHS N
30 B)
Tebal kulit buah : 0,70 – 0,80 mm
Rasa buah : Pedas (610 ppm / 0,061 %)
Bentuk biji : Gepeng / pipih
Warna biji : Kuning jerami (Grey Orange Group RHS
164 C)
Berat 1.000 biji : 3,1 – 4,3 gram
Berat per buah : 1,3 – 1,6 gram
Jumlah buah per tanaman : 260 – 1058 buah
Berat buah per tanaman : 367,3 – 1302,3 gram
Daya simpan buah pada : 9 – 10 hari
O
suhu 21 – 23 C
Hasil buah per hektar : 4,16 – 13,18 ton
Populasi per hektar : 13.300 tanaman

83
84

Kebutuhan benih per : 100 – 120 gram


hektar
Penciri utama : Tepi daun muda berombak, kelopak buah
terbuka dan pangkal buah berpundak.
Keunggulan varietas : Daya hasil tinggi
Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran tinggi
Pemohon : Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Pemulia : Yenni Kusandriani, Luthfy
Peneliti : Rinda Kirana, Liferdi, Iteu Hidayat,
Darkam Musaddad, Wiwin Setiawati,
Bagus Kukuh, Kusmana dan Dinny
Djuariah.

Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (2012).


85

Lampiran 2. Deskripsi Cabai Rawit Varietas Dewata

DESKRIPSI CABAI RAWIT VARIETAS DEWATA

Asal : PT. East West Seed Indonesia


Silsilah : 3045 (F) x 3045 (M)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Tinggi tanaman : ± 50 cm
Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 65 hari setelah tanam
Kerapatan kanopi : kompak
Warna batang : hijau
Bentuk daun : oval
Tepi daun : rata/tidak bergerigi
Ujung daun : lancip
Permukaan daun : rata/tidak bergelombang
Ukuran daun : panjang ± 4,5 cm; lebar ± 2,0 cm
Warna daun : hijau
Warna kelopak bunga : hijau
Warna tangkai bunga : hijau
Warna mahkota bunga : putih
Jumlah helai mahkota : 5 – 6 helai
Warna kotaksari : biru keunguan
Jumlah kotaksari : 5 – 6 buah
Warna kepala putik : kuning
Bentuk buah : bulat panjang
Ukuran buah : panjang ± 4,6 cm; diameter ± 0,8 cm
Permukaan kulit buah : halus mengkilap
Tebal kulit buah : ± 1 mm
Warna buah muda : putih
Warna buah tua : oranye-merah
Jumlah buah per pohon : ± 389 buah
Berat per buah : ± 1,8 g
Berat buah per tanaman : ± 700 g
Berat 1.000 biji : 4,8 – 5,2 g
Rasa buah : pedas
Hasil : ± 14,0 ton/ha
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran
rendah sampai tinggi dengan ketinggian
Pengusul / Peneliti : Asep Herpenas
10 – 1.300 m dpl(PT. East West Seed
Indonesia)

Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (2012).


86

Lampiran 3. Deskripsi Cabai Rawit Varietas CR8873

DESKRIPSI CABAI RAWIT VARIETAS CR 8873

Asal : Dalam negeri


Silsilah : ♀ 21813 x ♂ 21812
Golongan varietas : Hibrida
Tinggi tanaman : 112 – 126 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 1,3 – 1,7 cm
Warna batang : Hijau (RHS 137 C
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Panjang 4,6 – 6,5 cm;
Lebar 3,3 – 4,6 cm
Warna daun : Hijau tua (RHS 137 A)
Bentuk bunga : Seperti bintang
Warna bunga
Warna kelopak bunga : Hijau kekuningan (RHS 145 D)
Warna mahkota bunga : Hijau kekuningan (RHS 149 D)
Warna kepala putik : Hijau kuning muda (RHS 150 B)
Warna benang sari : Ungu (RHS 86 C)
Umur mulai berbunga : 44 – 50 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 109 – 113 hari setelah tanam
Bentuk buah : Mengerucut tumpul
Ukuran buah : Panjang 4,3 – 4,8 cm;
Diameter 0,61 – 0,69 cm
Warna buah muda Hijau kekuningan (RHS 2 C)
Warna buah tua : Merah (RHS 44 A)
Tebal kulit buah : 0,9 – 1,3 mm
Rasa buah : Pedas
Bentuk biji : Bulat pipih
Warna biji : Coklat kuning muda (RHS 15 D)
Berat 1.000 biji : 4,8 – 5,4 gram
Berat per buah : 3,30 – 3,88 gram
Jumlah buah per tanaman : 146 – 175 buah
Berat buah per tanaman 0,49 – 0,55 kg
Ketahanan terhadap penyakit : Sangat tahan terhadap serangan
layu bakteri
Daya simpan buah pada suhu : 6 – 7 hari setelah panen
25 - 31 oC
Hasil buah per hektar : 11,03 – 13,60 ton
Populasi per hektar : 25.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 141,17 – 158,82 gram
Penciri utama : Warna daun hijau tua (RHS 137 A), bentuk
buah mengerucut tumpul
Keunggulan varietas : Umur panen genjah, sangat tahan terhadap
serangan layu bakteri, produksi buah tinggi
87

Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran tinggi


Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulia Aji Supriyadi
Peneliti Tukiman Misidi, Abdul Kohar, Hari
Pangestuadi, Dirayati Nur Irsalina,
Gigin Fajaruddin

Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (2012).


88

Lampiran 4. Deskripsi Cabai Rawit Varietas Taruna

DESKRIPSI CABAI RAWIT VARIETAS TARUNA

Asal tanaman : PT. East West Seed


Silsilah : Seleksi galur CR 542
Golongan varietas : Bersari ebas
Tinggi tanaman : 80 150 cm
Umur tanaman : Mulai berbunga 60 hari, mulai panen 100 hari
Bentuk kanopi : Tegak
Warna batang : Hijau
Ukuran daun : Panjang 12 cm, lebar 1,5 cm
Warna daun : Hijau
Warna kelopak bunga : Hijau muda
Warna tangkai bunga : Hijau muda
Warna mahkota bunga : Putih kehijauan
Warna kotak sari : Biru keabuan
Jumlah kotak sari : 5–6
Warna kepala putik : Putih kehijauan
Jumlah helai mahkota : 5–6
Bentuk buah : Mengerucut
Kulit buah : Berlekuk agak kusam
Tebal kulit buah : 1,0 mm
Warna buah muda : Putih gading
Warna buah tua : Merah oranye
Ukuran buah : Panjang 3,5 cm, diameter 1,2 cm
Rasa buah : Pedas sekali
Berat buah per tanaman : 0,3 – 0,5 kg
Produksi : 6 – 10 ton buah segar/hektar
Keterangan : Daerah adaptasi dataran rendah sampai dataran
Pemohon : tinggi
PT. East West Seed Indonesia
ddataran tinggi

Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (2012).


89

Lampiran 5. Ukuran plot percobaan Percobaan

Jarak tanam : 1,4 m x 0,5 m


: 0,7 m2
Jumlah tanaman per ha :
10000
= 14.286 tanaman
0,7

Ukuran petak :5mx1m

Jarak tanam dalam baris : 50 cm ( 0,5 m)

Jumlah tanaman per petak : 10 tanaman

Jarak antar bedengan : 40 cm ( 0,4 m)

Luas lahan satu plot : 5 m x (1m+0,4m)

: 7 m2

Luas lahan percobaan : 5 var x 5 ulg x (5 m x (1m+0,4m)

: 175 m2

Jumlah tanaman per ha : (10000 m2/7 m2) x 10 tanaman

: 14.286 tanaman

Lampiran 6. Tata letak percobaan


90
91

Lampiran 7. Timeline Penelitian

Bulan
Pelaksanaan
2017 2018
Kegiatan
Juni Juli Agustus Sep Okt Nov Des Januari Feb Maret
Persiapan lahan
Penyemaian
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Panen
Input data
Analisis Data
92

Lampiran 8. Data Curah Hujan di Tempat Percobaan

No TAHUN 2017
Bulan mm hh
1 Januari 373 26
2 Februari 347 29
3 Maret 712 28
4 April 242 24
5 Mei 234 18
6 Juni 80 16
7 Juli 167 14
8 Agustus 235 17
9 September 430 22
10 Oktober 316 25
11 November 329 25
12 Desember 524 22
Jumlah 3989 266
Rata-rata 332.4167 22.16667
Jumlah BK -
Jumlah BL 1
Jumlah BB 11
Sumber : Stasiun Klimatologi, Sukamantri Ciamis (2017)
93

Lampiran 9. Perbedaan karakter pada Unpad CR8 dengan CR8873, Dewata, Taruna, dan Rabani
No Karakteristik Ekspresi Nota Hasil Pemeriksaan Keterangan
si
Varietas kandidat CR8 Varietas pembanding Varietas pembanding Varietas pembanding Varietas pembanding Rabani
CR8873 Dewata Taruna
Nota Deskripsi Angk Nota Deskripsi Angk Nota Deskripsi Angka Nota Deskripsi Angk Nota Deskripsi Angka
si a si a si si a si
1 VG Pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
anthocianin pada
(*) hipokotil
(+) ada 9
QL
2 VG Tanaman : Tipe tegak 3 5 Semi - 5 Semi - 7 Menyeba - 5 Semi - 5 Semi tegak - Beda dengan
tumbuh tegak tegak r tegak pembanding 2
(+) agak tegak 5

QN menyebar 7

3 VG Tanaman : pendek 3 5 Sedang 40.3 5 Sedang 36 3 Pendek 25.1 5 Sedang 49 3 Pendek 23 Beda dengan
Panjang batang pembanding 2
(+) (dari kotiledon sedang 5
dan
QN sampai bunga panjang 7 pembanding 4
pertama)

4 VG Tanaman : tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
Pemendekan
(*) ruas(bagian atas)
(+) ada 9
QL
5 MS Hanya untuk tidak ada 1 - - - - - - - - - - - - - - - -
94

(+) varietas yang satu sampai 2


memilikipemende tiga
kan ruas
Tanaman : jumlah
ruas antara bunga
pertama dan ruas
QN yang memendek lebih dari 3
tiga

6 MS/ Varietas tanpa pendek 3 7 Panjang 8.98 7 Panjang 8.5 5 Sedang 6.25 7 Panjang 9.3 5 Sedang 6.4 Beda dengan
VG pemendekan ruas : pembanding 2
Tanaman : sedang 5
dan
Panjang ruas panjang 7 pembanding 4
(pada percabangan
pertama batang
QN utama) sangat 9
panjang

7 VG Tanaman : tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada #### 9 Ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Beda dengan
pewarnaan pembanding 2
(+) antosianin pada
QL buku ada 9

8 VG Batang : Intensitas sangat 1 - - - - - - - - - - - - - - - -


pewarnaan lemah
(+) antosianin pada lemah 3
buku
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
95

9 VG Batang : bulu pada tidak 1 1 Tidak - 1 Tidak - 3 Lemah - 1 Tidak - 1 Tidak - Beda dengan
buku ada/sangat ada/sanga ada/sanga ada/sanga ada/sangat pembanding 2
lemah t lemah t lemah t lemah lemah

(+) lemah 3
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9

10 VG Tanaman : tinggi sangat 1 5 Tinggi 111 5 Tinggi 94 2 Sangat 87.6 5 Tinggi 106 2 Sangat 85 Beda dengan
pendek pendek- pendek- pembanding 2
(+) pendek 3 pendek pendek dan
pembanding 4
QN sedang 5
tinggi 7
sangat 9
tinggi
11 MS/ Daun : Panjang sangat 1 6 Sedang- 15.6 6 Sedang- 15 4 Pendek- 9.45 5 Sedang 13 5 Sedang 12 Beda dengan
VG helai pendek panjang panjang sedang pembanding 2
QN pendek 3
sedang 5
panjang 7

sangat 9
panjang

12 MS/ Daun : Lebar helai sangat 1 7 Lebar 8.72 6 Sedang- 6.9 4 Sempit- 3.88 6 Sedang- 5.9 6 Sedang- 6.8 Beda dengan
VG sempit lebar sedang lebar lebar pembanding 2
QN sempit 3
sedang 5
lebar 7
sangat 9
lebar
96

13 VG Daun : intensitas sangat 1 5 Sedang - 7 Gelap - 7 Gelap - 7 Gelap - 5 Sedang - Beda dengan
warna hijau terang pembanding
QN terang 3 1,
pembanding
sedang 5
2, dan
gelap 7 pembanding 3

sangat 9
gelap
14 VG Daun : pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 9 Ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Beda dengan
antosianin pembanding 2
(+)
QL ada 9
15 VG Daun : bentuk lanset 1 2 Bulat - 2 Bulat - 1 Lanset - 2 Bulat - 2 Bulat telur - Beda dengan
telur telur telur pembanding 2
(+) bulat telur 2

PQ elip telur 3

16 VG Daun : undulasi sangat 1 3 Lemah - 3 Lemah - 3 Lemah - 5 Sedang - 9 Sangat kuat - Beda dengan
pada tepi lemah pembanding 3
(+) lemah 3 dan
pembanding 4
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
97

17 VG Daun : lepuhan tidak 1 3 Lemah - 3 Lemah - 1 Tidak - 3 Lemah - 1 Tidak - Beda dengan
ada/sangat ada/sang ada/sangat pembanding 2
lemah at lemah lemah dan
QN lemah 3 pembanding 4

sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
18 VG Daun : profil sangat 1 6 Rata- - 6 Rata- - 5 Rata - 6 Rata- - 5 Rata - Tidak beda
potongan cekung cembung cembung cembung
(+) cekung 3
QN rata 5
cembung 7
sangat 9
cembung

19 VG Daun : kilapan tidak 1 1 Tidak - 1 Tidak - 1 Tidak - 1 Tidak - 1 Tidak - Sama


ada/sangat ada/sanga ada/sanga ada/sang ada/sanga ada/sangat
lemah t lemah t lemah at lemah t lemah lemah
QN lemah 3
sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
98

20 VG Bunga : orientasi tegak 1 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - Sama


pedunkel
(*) semi- 2
menggantu
ng
(+) menggantu 3
QN ng
21 VG Bunga : di bawah 1 3 Di atas - 3 Di atas - 3 Di atas - 3 Di atas - 3 Di atas - Sama
pemunculan
(+) stigma sama 2
PQ di atas 3
22 VG Bunga : tidak ada 1 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - Sama
pewarnaan
(+) antosianin pada ada 9
QL antera
23 VG Bunga : tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 9 Ada - 1 Tidak ada - 9 Ada - Beda dengan
pewarnaan pembanding 2
(+) ada 9
antosianin pada dan
QL
filament pembanding 4
24 VG Bunga : warna tidak ada 1 1 Tidak ada - 3 Di dasar - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Beda dengan
sekunder pada pembanding 1
(+) mahkota di 2
pinggiran
QL di dasar 3
di 4
pinggiran
dan dasar

25 VG Buah : warna buah putih 1 2 Kuning - 2 Kuning - 4 Ungu - 2 Kuning - 2 Kuning Yellow Beda dengan
(a) muda kehijauan Green pembanding 2
(*) kuning 2 Group
150 C
(+) hijau 3
PQ ungu 4
99

26 VG Buah : intensitas sangat 1 5 Sedang - 3 Terang - 5 Sedang - 3 Terang - 3 Terang - Beda dengan
(a) warna buah muda terang pembanding
QN terang 3 1,
pembanding
sedang 5
3, dan
gelap 7 pembanding 4

sangat 9
gelap
27 VG Buah : pewarnaan tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 9 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Beda dengan
(a) antosianin pembanding 2
(+) ada 9
QL
28 VG Buah : posisi tegak 1 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - 1 Tegak - 3 Menggantu - Beda dengan
(b) ng pembanding 4
(*) mendatar 2

(+) menggantu 3
ng
QN

29 VG/ Buah : panjang sangat 1 3 Pendek 4.46 3 Pendek 4.535 3 Pendek 5.105 3 Pendek 4.05 4 Pendek- 5.805 Tidak beda
MS pendek cm cm cm cm sedang cm
(+) (b) pendek 3
QN sedang 5
panjang 7
100

sangat 9
panjang

30 VG/ Buah : diameter sangat 1 3 Kecil 1.06 3 Kecil 1.080 2 Sangat 0.9108 3 Kecil 1.157 4 Kecil- 1.3091 Tidak beda
MS kecil cm cm kecil- 5 cm cm sedang 5 cm
QN (b) kecil 3 kecil
sedang 5
lebar 7
sangat 9
lebar
31 MS Buah : rasio sangat 1 3 Kecil 4.30 3 Kecil 4.26 4 Kecil- 5.63 3 Kecil 3.52c 3 Kecil 4.45 Tidak beda
(b) panjang/diameter kecil cm cm sedang cm m cm
(*) kecil 3
QN sedang 5
besar 7
sangat 9
besar
32 VG Buah : bentuk oblate 1 9 Homshap - 9 Homshap - 8 Narrowly - 9 Homshap - 9 Homshaped - Beda dengan
(b) potongan ed ed triangula ed pembanding 2
(*) membujur circular 2
r
(+) cordate 3
PQ square 4
rectangular 5
trapezoidal 6
moderately 7
triangular
narrowly 8
triangular
hornshaped 9
linear 10
33 VG Buah : puntiran tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
QL ada 9
34 VG Buah : bentuk elip 1 3 Bulat - 3 Bulat - 3 Bulat - 3 Bulat - 3 Bulat - Sama
PQ (b) potongan persegi 2
melintang bulat 3
35 VG Buah : sinuasi tidak 1 5 Sedang - 3 Lemah - 3 Lemah - 3 Lemah - 5 Sedang - Beda dengan
101

(b) pada perikap ada/sangat pembanding 2


bagian basal lemah dan
(+) lemah 3 pembanding 3
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9

36 VG Buah : sinuasi tidak 1 5 Sedang - 5 Sedang - 3 Lemah - 5 Sedang - 5 Sedang - Beda dengan
(b) pada perikap ada/sangat pembanding 2
selain bagian lemah
(+) basal lemah 3
QN sedang 5
kuat 7
sangat kuat 9
37 VG Buah : tekstur halus atau 1 2 Sedikit - 3 Sangat - 1 Halus - 2 Sedikit - 3 Sangat - Beda dengan
(b) permukaan sangat berkerut berkerut atau berkerut berkerut pembanding 2
(*) sedikit sangat
berkerut sedikit
QN sedikit 2 berkerut
berkerut
sangat 3
berkerut
38 VG Buah : warna buah kuning 1 3 Merah - 3 Merah - 3 Merah - 3 Merah - 3 Merah RG Sama
(*) (b) matang oranye 2 46B
(+) merah 3
PQ cokelat 4
hijau 5
39 VG Buah : intensitas terang 3 5 Sedang - 3 Terang - 5 Sedang - 3 Terang - 4 Terang- - Beda dengan
QN (b) warna buah sedang 5 sedang pembanding 1
matang gelap 7 dan
pembanding 3
40 VG Buah : kilapan lemah 3 3 Lemah - 5 Sedang - 3 Lemah - 5 Sedang - 4 Lemah- - Beda dengan
(+) (b) sedang 5 sedang pembanding 1
QN kuat 7 dan
pembanding 3
41 VG Buah : rongga tidak ada 1 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - 1 Tidak ada - Sama
(*) (b) tangkai buah ada 9
(+)
QL
102

42 VG Buah : kedalaman sangat 1 1 Sangat - 1 Sangat - 1 Sangat - 1 Sangat - 1 Sangat - Sama


(b) rongga tangkai dangkal dangkal dangkal dangkal dangkal dangkal
(+) buah dangkal 3
QN sedang 5
dalam 7
sangat 9
dalam
43 VG Buah : bentuk sangat 1 3 Membulat - 2 Runcing - 2 Runcing - 2 Runcing - 2 Runcing - Beda dengan
(b) ujung runcing semua
(+) runcing 2 pembanding
PQ membulat 3
melekuk ke 4
dalam

sangat 5
melekuk ke
dalam

44 VG Buah : kedalaman tidak 1 3 Dangkal - 3 Dangkal - 3 Dangkal - 3 Dangkal - 3 Dangkal - Sama


(b) alur dalam lokul ada/sangat
dangkal
(+) dangkal 3
QN sedang 5
dalam 7
45 MG Buah : jumlah dominan 1 3 Dominan - 1 Dominan - 1 Dominan - 3 Dominan - 1 Dominan - Beda dengan
(b) lokul dua tiga dua dua tiga dua pembanding
(*) seimbang 2 1,
dua dan pembanding
tiga 2, dan
(+) dominan 3 pembanding 4
tiga
QN seimbang 4
tiga dan
empat
dominan 5
lebih dari
empat
103

46 VG Buah : ketebalan sangat tipis 1 3 Tipis 0.92 3 Tipis 0.95 3 Tipis 0.92 3 Tipis 0.89 3 Tipis 0.83 Sama
(b) daging mm mm mm mm mm
(*) tipis 3
QN sedang 5
tebal 7
sangat 9
tebal
47 VG/ Tangkai buah : sangat 1 7 Panjang 4.6 7 Panjang 4.82 5 Sedang 3.44 6 Sedang- 4 5 Sedang 3.6 Beda dengan
MS panjang pendek cm panjang pembanding 2
(b) pendek 3 dan
QN sedang 5 pembanding 4
panjang 7
sangat 9
panjang
48 VG/ Tangkai buah : sangat tipis 1 5 Sedang 0.24 5 Sedang 0.27 5 Sedang 0.27 5 Sedang 0.24 5 Sedang 0.2 cm Sama
MS ketebalan cm cm cm cm
(b) tipis 3
QN sedang 5
tebal 7
sangat 9
tebal
49 VG Kelopak buah : terbuka 1 2 Menutup - 2 Menutup - 2 Menutup - 2 Menutup - 2 Menutup - Sama
(b) aspek
(+) menutup 2

QL
50 VG Buah : capsaisin tidak ada 1 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - 9 Ada - Sama
(b) dalam plasenta
(*) ada 9
(+)
QL
51 MG hanya untuk lemah 1 3 Kuat - 3 Kuat - 3 Kuat - 3 Kuat - 3 Kuat - Sama
104

QN (b) varietas dengan sedang 2


capsaisin pada
plasenta Buah : kuat 3
intensitas
capsaisin
52 MS Waktu mulai genjah 3 7 Dalam - 7 Dalam - 5 Sedang - 7 Dalam - 7 Dalam Beda dengan
berbunga (bunga pembanding 2
(+) pertama pada sedang 5
QN buku berbunga dalam 7
kedua)
53 VG Umur matang sangat 1 7 Dalam - 7 Dalam - 4 Genjah- - 7 Dalam - 7 Dalam 78 HST Beda dengan
genjah sedang pembanding 2
(+) genjah 3
QN sedang 5
dalam 7
sangat 9
dalam

Keterangan: Data didapatkan dari pengamatan visual dan pengukuran di lapangan. Perbedaan karakter pada varietas uji dengan pembandingnya menyatakan
keunikan.
105

Lampiran 10. Data Sekunder Pengamatan Kebenaran Karakter di Tiga

Lokasi Pengujian

Lokasi
Karakter Pengamatan
Tasikmalaya Garut Ciamis
Tinggi tanaman 143.91 151.57 84.67
Bentuk penampang
Bulat Bulat Bulat
batang
Diameter batang 2.94 3.06 1.6
Warna batang Hijau (RHS 138 A) Hijau (RHS 138 A) Hijau (RHS 138 A)
Bentuk daun Ovate Ovate Ovate
Undulasi pada tepi daun: Undulasi pada tepi daun: Undulasi pada tepi daun:
lemah lemah lemah
Ukuran daun :
15.8 14.5 9.6
Panjang
Lebar 8.9 7.7 4.3
Warna daun Hijau (RHS N 137 A) Hijau (RHS N 137 A) Hijau (RHS N 137 A)
Bentuk bunga Seperti bintang Seperti bintang Seperti bintang
Warna bunga
kelopak Hijau (RHS 137 C) Hijau (RHS 137 C) Hijau (RHS 137 C)
Kuning Kehijauan (RHS Kuning Kehijauan (RHS Kuning Kehijauan (RHS
mahkota
145 C) 145 C) 145 C)
kepala putik Kuning (RHS 154 B) Kuning (RHS 154 B) Kuning (RHS 154 B)
benangsari Biru (RHS 194 B) Biru (RHS 194 B) Biru (RHS 194 B)
Umur mulai berbunga 53.33 51.67 98
Umur mulai panen 135 137.33 188.33
Bentuk buah Elongate Elongate Elongate
Bentuk ujung buah: Bentuk ujung buah: Bentuk ujung buah:
moderately acute moderately acute moderately acute
Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak
Ukuran buah
4.79 4.64 3.05
p
0.93 1.01 0.72
Ø
Kuning kehijauan (RHS Kuning kehijauan (RHS Kuning kehijauan (RHS
Warna buah muda
154 C) 154 C) 154 C)
Warna buah tua Merah (RHS 45 B) Merah (RHS 45 B) Merah (RHS 45 B)
Tebal kulit buah 0.95 1 0.58
Rasa buah Pedas Pedas Pedas
106

Bentuk biji Pipih Pipih Pipih


Kuning Jerami (RHS 164 Kuning Jerami (RHS 164 Kuning Jerami (RHS 164
Warna biji
C) C) C)
Berat per buah 1.39 1.53 1.11
Jumlah buah per
366.33 306.67 592.67
tanaman
Berat buah per tanaman 0,57 0,79 0,15
Daya simpan buah pada
12 HSP 11 HSP 12 HSP
suhu 24 - 27 °C
Hasil buah per hektar 7.81 10.96 10.23
Populasi per hektar 14.286 tanaman 14.286 tanaman 14.286 tanaman
Kebutuhan benih per
46,67 – 57,33 g 46,67 – 57,33 g 46,67 – 57,33 g
hektar
Undulasi pada tepi daun: Undulasi pada tepi daun: Undulasi pada tepi daun:
Penciri utama
lemah lemah lemah
Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak Posisi buah: Tegak
Sumber: (Yudhia, 2017) dan (Alsakinah, 2017).
107

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 18 Oktober 1996 di Subang, Jawa

Barat sebagai anak ke lima dari enam bersaudara keluarga

bapak E. Narlim W.H (alm) dan ibu Enih Nurani. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri

Sukamanah Tanggulun pada tahun 2006, kemudian lulus dari

Sekolah Menengah Pertama di SMP YPKB Kalijati pada tahun 2011. Pada tahun

2014, penulis menyelesaikan studi Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Kalijati, Subang (Program Ilmu Pengetahuan Alam), selanjutnya pada tahun yang

sama penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Program Sarjana (S-1) Program

Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dengan minat

Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi pada tahun 2017.

Selama menempuh pendidikan S1, penulis merupakan mahasiswa

penerima beasiswa bidikmisi. Penulis menjadi staf bidang HRD DKM Al-

Amanah Fakultas Pertanian periode 2015-2016, serta berpartisipasi dalam

Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Higrologi) Fakultas Pertanian Unpad

selama 3 periode sejak tahun 2015-2018 sebagai Staff Bidang Pengembangan dan

Keilmuan periode 2015-2016, kepala Departemen Pengembangan Keilmuan

periode 2016-2017, S dan Dewan Pertimbangan Organisasi. Penulis juga aktif

dalam kegiatan kepanitiaan di fakultas maupun universitas.

Anda mungkin juga menyukai