Kelas : 1EA26
NPM : 11221075
JUDUL
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang telah diuji, Kemiskinan
tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, karena tingkat
kemiskinan di Kabupaten/Kota di provinsi Banten tinggi sehingga angka IPM di
provinsi tersebut rendah. Pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks
pembangunan manusia, karena pengangguran berkaitan dengan pendapatan penduduk
sehingga ketika penduduk tersebut menganggur berarti tidak memperoleh pendapatan
maka penduduk tidak bisa mencapai kualitas hidupnya. Pertumbuhan Ekonomi tidak
berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia dikarenakan apabila
pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikaan, maka ipmjuga akan meningkat, dengan
melihat kualitas kesehatan, pendidikan dan ekonomi (daya beli) yang semakin
membaik.
Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah indeks pembangunan manusia,
kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 6 (enam)
tahun 2010-2015. berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa: Kemiskinan, berpengaruh tidak signifikan terhadap IPM. artinya
Kabupaten/Kota di provinsi Banten kemiskinannya tinggi sehingga mencapai IPM
yang rendah. Pengangguran, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM.
jumlah pengangguran yang tinggi akan mengakibatkan kemakmuran kehidupan
masyarakat berkurang dan pengangguran juga mengakibatkan pendapatan mereka
berkurang, pendapatan dalam hal ini merupakan faktor yang dominan dalam
peningkatan IPM. Pertumbuhan Ekonomi, tidak signifikan terhadap IPM. artinya
Kabupaten/Kota di provinsi Banten pertumbuhan ekonominya mengalami fluktuatif
sehingga laju pertumbuhan ekonominya kurang memberi perningkatan terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
JUDUL
“Analisis pengaruh ekspor neto terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
ABSTRAK
selama periode tahun 1993 sampai 2014 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah 4,71% dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1995 yakni
sebesar 8,2% dan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 yakni -
13,1%, terlihat selama periode tahun 1993 sampai tahun 2014 rata-rata nilai tukar
rupiah terhadap dollar amerika serikat adalah 7.854,27 dan rata-rata
perkembangannya adalah 14,60% dengan penguatan rupiah tertinggi atau penurunan
dollar terendah terjadi pada tahun 1999 yakni -21,55% dan penurunan rupiah tertinggi
atau penguatan dollar tertinggi terjadi pada tahun 1998 yakni sebesar 244,24%. Hasil
regresi menunjukkan bahwa selama periode penelitian yakni tahun 1993 sampai tahun
2014 ekspor neto tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar
rupiah per US dolar.
STUDY PENELITIAN ARUM DEWI “ 2018 ”
Penelitian mengenai pengaruh ekspor neto terhadap nilai tukar idr pernah dilakukan
oleh arum dewi ( dewi,2018) Studinya atas pengaruh ekspor neto terhadap nilai tukar
idr, Masalah yang diteliti oleh dewi adalah menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga,
dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah di Indonesia,
sedangkan ekspor neto tidak berpengaruh signifikan. Dari hasil regresi didapatkan
nilai R-Square sebesar 0.945689 hal ini mengambarkan bahwa variabel-variabel
independen dalam penelitian ini mampu memberikan penjelasan mengenai variabel
dependen sebesar 94.56% adapun 5.44% lagi dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Dari hasil analisis regresi diatas terlihat bahwa nilai ekspor neto tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, secara teoritis salah
satu komponen pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sisi pengeluaran
adalah sektor perdagangan internasional yakni ekspor dan impor jika ekspor
lebih tinggi nilainya dari impor atauekspor neto selalu positif otomatis akan
memberikan kontribusi Terhadap pendapatan nasional dan pada akhirnya akan
berdampak Pada pertumbuhan,namun hasil penelitian Menunjukkan bahwa ternyata
ekspor
JUDUL
ABSTRAK
Pasca transisi politik 1998 Indonesia hingga tahun 2020 memiliki 8 provinsi baru.
Provinsi tersebut adalah pemekaran dari sejumlah provinsi yang sudah ada. Studi
pemekaran daerah ada dalam arus besar wacana desentralisasi pemerintahan
Indonesia. Perumusan masalah artikel ini adalah terdapat sejumlah argumentasi yang
berbeda mengenai 8 provinsi baru yang terbentuk yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka-Belitung, Banten, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Gorontalo,
dan Maluku Utara. Landasan teori menggunakan pendapat Jean-Paul Faguet, et.al.
mengenai desentralisasi dan Gabriel Ferrazzi mengenai territorial reform.
Metode penelitian menggunakan analisa data sekunder yang diperoleh dari sumber-
sumber jurnal, website resmi pemerintahan, dan artikel online yang dapat ditelusuri
validitasnya. Data-data tersebut difokuskan pada argumentasi unik dari pemekaran
provinsi. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat argumentasi pemekaran
provinsi yaitu dimensi etnisitas, kondisi geografis, masalah agama, historisitas, dan
upaya pemekaran yang bervariasi dari yang top to bottom hingga bottom to up.
Implikasi teori adalah bahwa territorial reform pada ke-8 provinsi berkategori
proliferation dan sebab itu dapat digunakan untuk menganalisis pemekaran provinsi di
Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Basri mirip dengan yang akan dilakukan, yaitu juga
mengenai pemekaran wilayah. Namun, kajian Basri terlampau luas karena meliputi 8
provinsi yang masing-masing berbeda karakteristiknya. Penelitian ini hanya akan
mengambil fokus pada Provinsi Banten saja. Basri menyatakan bahwa di Banten
terdapat masalah dimensi etnisitas yaitu rivalitas antara konsep "Sunda Periangan"
dan "Sunda Banten." Penelitian saya justru menolak kesimpulan Basri mengenai
Banten, bahwa ternyata tidak ada masalah dengan dimensi etnisitas dalam pemekaran
Banten dari Jawa Barat. Hal yang mengemuka dalam pemekaran Banten adalah
kepentingan elit Banten untuk lepas dari administrasi pemerintahan Jawa Barat
sehingga dapat memaksimalisasi kepentingan ekonomi spesifik mereka sendiri.
Penelitian lain mengenai pemekaran wilayah dilakukan oleh Larantiko Saroso (2016)
mengenai pemekaran di Maluku Utara dan Banten. Kajian Saroso lebih fokus
ketimbang oleh Basri karena ia hanya membahas dan meneliti provinsi bukan yang
banyak melakukan penelitian sampai 8 provinsinsi di indonesia.
JUDUL
“Evaluasi Dampak Sosial Pedagang Dari Proyek Pembangunan Pasar Ngarsopuro”.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yang menggunakan metode
evaluasi. Penelitian ini mengevaluasi dampak dari proyek pembangunan Pasar
Ngarsopuro secara sosial terhadap para pedagangnya. Peneliti mengartikan dampak
secara sosial berupa dampak interaksi sosial antar pedagang, sehingga dalam
penelitian ini peneliti mengevaluasi dampak interaksi sosial antar pedagang dari
pelaksanaan proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro. Tujuan penelitian ini adalah :
(1) untuk mengetahui keefektifan hasil proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro secara
sosial dalam mencapai tujuan awal, (2) untuk mengetahui ketercakupan hasil proyek
pembangunan Pasar Ngarsopuro dari segi sosial dalam tujuan awal, (3) untuk
mengetahui ada tidaknya akibat yang tidak dikehendaki dari proyek pembangunan
Pasar Ngarsopuro dari segi sosial, (4) untuk mengetahui ada atau tidak keuntungan
dari segi sosial yang diperoleh para pedagang dan Pemerintah Kota Surakarta dari
proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro, serta (5) untuk mengetahui efisiensi para
pedagang menggunakan sumber dana dan tenaga dari proyek pembangunan Pasar
Ngarsopuro. Sistematika penelitian ini dibagi dalam empat bab yaitu bab satu berisi
latar belakang, tujuan serta metode peneltian. Bab dua berisi diskripsi lokasi, bab tiga
berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, dan bab empat berisi kesimpulan,
implikasi, dan saran. Pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat purpossive
sampling dengan teknik snowball sampling. Informan yang diambil pada awalnya
merupakan seseorang yang paling berpengaruh dalam populasi yang selanjutnya
informan tersebut menunjukkan informan lain kepada peneliti. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi tak berperan, wawancara
mendalam dan pemanfaatan dokumen tertulis. Validasi data dalam penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi data atau trianggulasi sumber. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Interaksi Sosial Gillin dan Gillin, dimana Gillin dan
Gillin menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan bentuk umum proses sosial di
dalam masyarakat. Selain itu Gillin dan Gillin mengungkapkan bahwa proses
interaksi sosial tersebut terbagi menjadi dua yakni proses interaksi sosial asosiatif dan
proses interaksi sosial disasosiatif. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti,
interaksi sosial yang terjadi antar pedagang Pasar Ngarsopuro adalah interaksi sosial
yang bersifat asosiatif yaitu terdapat hubungan saling kenal antar pedagang, kegiatan
yang dilakukan para pedagang secara bersama-sama, asimilasi antar pedagang, serta
terjalin kerja sama antar pedagang. Setelah peneliti menganalisis data-data yang telah
diperoleh, maka hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : hasil proyek
pembangunan Pasar Ngarsopuro yang dilihat dari segi sosial efektif terhadap tujuan
awal yang telah ditentukan, hasil proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro yang dilihat
dari segi sosial tercakup dalam tujuan awal yang telah ditentukan, proyek
pembangunan Pasar Ngarsopuro tidak menimbulkan akibat yang tidak dikehendaki
dari segi sosial, terdapat keuntungan yang diperoleh para pedagang dan Pemerintah
Kota Surakarta dari proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro, proyek pembangunan
Pasar Ngarsopuro pada awalnya tidak efisien bagi para pedagang dalam menggunakan
sumber tenaga, sehingga para pedagang harus berupaya melakukan efisiensi sumber
tenaga.