Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELOMPOK : 3

1. FADILAH AUFA 212102031


2. FANNIE FAHIRA 212102032
3. DEA AGRIPINA D. SIMANJUNTAK 212102036
4. JENNY HASIBUAN 212102042
5. JILAN ASSYIFA ZAHRA 212102044

~Jurnal Nasional~

KETIMPANGAN PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN SERTA PENGARUHNYA


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN
DAN TERLUAR (3T)

ABSTRAK
Salah satu permasalahan utama yang masih terjadi di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
(3T) di Indonesia adalah ketimpangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan
pendidikan dan pendapatan serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah 3T di
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Susenas Kor dan publikasi BPS
lainnya pada tahun 2015-2017. Unit analisis sebanyak 142 kabupaten/kota yang termasuk ke
dalam daerah 3T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan di daerah 3T
termasuk ke dalam kategori rendah. Sementara itu, ketimpangan pendapatan termasuk ke dalam
kategori sedang dengan kecenderungan penurunan selama periode pengamatan. Ketimpangan
pendidikan umumnya lebih tinggi terjadi di daerah perdesaan dan pada penduduk perempuan,
sementara ketimpangan pendapatan lebih tinggi terjadi di daerah perkotaan dan pada penduduk
laki-laki. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara ketimpangan pendapatan mempunyai
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah 3T. Alternatif rekomendasi kebijakan
yang dapat diberikan yaitu pemerintah menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal maupun
nonformal secara gratis, dan pendidikan layanan khusus di daerah terpencil. Di bidang ekonomi,
pemerintah perlu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan keterampilan, dan mendorong
pengembangan UMKM melalui pelatihan, bantuan modal usaha, dan bantuan pemasaran.

Kata kunci: ketimpangan pendidikan; ketimpangan pendapatan; pertumbuhan ekonomi;


daerah 3T

Nama penulis : Riyadi1,*, Dinny Ghuzini2


Sumber : https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/
Kelebihan :

 Dari jurnal ini kami dapat mengetahui bahwa untuk mengukur ketimpangan pendapatan
ada beberapa pengukuran. Distribusi pendapatan merupakan ukuran kemiskinan relatif
sehingga perlu dilihat dan dihitung nilainya melalui empat ukuran yaitu koefisien gini
pendapatan, ukuran bank dunia, indeks Theil, dan indeks-L (BPS, 2018). Distribusi
pendapatan dapat diukur menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang
datanya berasal dari Susenas. Penelitian ini menggunakan koefisien gini untuk
menghitung ketimpangan pendapatan.
 Kami juga dapat mengetahui bahwa ketimpangan pendapatan mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Distribusi pendapatan penduduk
yang semakin tidak merata ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. ini juga
sesuai dengan hipotesis Kuznet pada tahun 1955 yang menyatakan bahwa ketimpangan
yang tinggi dalam distribusi sumber daya memang diperlukan pada tahap awal
pembangunan. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan investasi yang besar demi
peningkatan produktivitas faktor produksi. Ketimpangan dalam hal upah/gaji yang
diterima pekerja dapat lebih mendorong seorang pekerja untuk terus menggali dan
mencari jenis pekerjaan yang lebih inovatif, yaitu jenis pekerjaan yang memiliki
produktivitas tenaga kerja yang tinggi dan dapat memberikan upah/gaji yang lebih besar.
Faktor-faktor inilah yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Kekurangan :
Jurnal ini mempunyai kekurangan dalam menjelaskan definisi beberapa kalimat yang tidak
sering dijumpai oleh masyarakat seperti “Tipologi Klassen” dan kalimat typo.

~Jurnal Internasional~

PENGARUH FINANSIALISASI TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI


ASEAN: ANALISIS DATA PANEL

ABSTRACT

This paper examines the impact of financialization on income inequality in ASEAN-5 countries
for the period of 1990-2013 by employing panel data analysis. The data was collected from
various secondary sources by undertaking fixed effect model and generalized method moment.
The result shows that there is a significant relationship between all financialization indicators
and income distribution. Generalized method moment analysis using Arellano-Bond estimator
also shows that all financialization indicators have a significant relationship with income
distribution. There is no different sign estimator both in fixed model effect and generalized
method moment analysis. This paper revealed that financialization indicators such as stock
market capitalization and return on assets contribute positively to worsen income inequlality. In
contrast, domestic private debt securities have a negative effect on gini coefficient in ASEAN-5
countries indicating that increasing domestic private debt securities will improve income
distribution in the region.

Keywords: Financialization, inequality, fixed effect model, generalized method moment

Nama penulis : Pihri Buhaerah


Sumber : https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/download/669/595/
Kelebihan :
 Dari jurnal ini kami dapat mengetahui bahwa ada beberapa indikator yang lazim
digunakan untuk melihat seberapa dalam finansialisasi di negara ASEAN-5. Indikator-
indikator tersebut antara lain nilai kapitalisasi pasar (stock market capitalization), rasio
profitabilitas (Return on Asset/ROA), efek utang swasta domestik (domestic private debt
securities), dan pendapatan nonbunga sektor perbankan (bank non-interest income).
 Nilai koefisien variabel Lag GINI, ROA dan LSMC bertanda positif yang sementara
variabel LDPDS bertanda negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan nilai Lag
Gini, ROA dan LSMC akan memperburuk kesenjangan pendapatan. Sebaliknya,
kenaikan nilai LDPDS justru memperbaiki tingkat distribusi pendapatan di kawasan ini.

Kekurangan :
Jurnal ini mempunyai kekurangan yaitu tidak ada memberikan atau memaparkan solusi ataupun
saran terkait ketimpangan pendapatan di ASEAN.

~Jurnal Internasional~

FINANCIAL INCLUSION, POVERTY, AND INCOME INEQUALITY IN


DEVELOPING ASIA

ABSTRACT

Poverty and income inequality remain a stubborn challenge in Asia and the Pacific despite the
region’s rapid economic expansion in previous decades, which lifted millions out of poverty.
Financial inclusion is often considered as a critical element that makes growth inclusive as
access to finance can enable economic agents to make longer-term consumption and investment
decisions, participate in productive activities, and cope with unexpected short-term shocks.
Understanding the link between financial inclusion, poverty, and income inequality at the
country level will help policymakers design and implement programs that will broaden access to
financial services, leading to reduction of poverty incidence and income equality. This paper
extends the existing literature on financial inclusion by focusing on developing Asian economies.
We construct our own financial inclusion indicator to assess various macroeconomic and
country-specific factors affecting the degree of financial inclusion for 37 selected developing
Asian economies. We also test the impact of financial inclusion, along with other control
variables, on poverty and income inequality. Our results show that per capita income, rule of
law, and demographic characteristics significantly affect financial inclusion in developing Asia.
Furthermore, we find that financial inclusion significantly reduces poverty; and there is also
evidence that it lowers income inequality. Our findings suggest that the provisions for young and
old-age populations, e.g., retirement pensions; and stronger rule of law, including enforcement of
financial contracts and financial regulatory oversight, will broaden financial inclusion, thereby
contributing to poverty reduction and lower income inequality.

Keywords: financial inclusion, developing Asia, poverty, income inequality JEL Classification:
G18, O11, O16

Nama penulis : Cyn-Young Park (Asian Development Bank)


Rogelio Mercado (The SEACEN Centre)
Sumber : https://ssrn.com/abstract=2558936 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.2558936
Kelebihan :
 Dari jurnal ini kami dapat mengetahui bahwa pemerintahan yang baik dan kualitas
kelembagaan yang tinggi secara signifikan meningkatkan inklusi keuangan. Ini
menyiratkan bahwa untuk memperluasakses keuangan, perekonomian di Asia yang
sedang berkembang harus terus meningkatkan kualitas tata kelolanya dan kelembagaan,
khususnya melalui penguatan supremasi hukum, termasuk penegakan hukum keuangan
kontrak dan pengawasan peraturan keuangan. Mempertahankan supremasi hukum yang
berkualitas tinggi akan mengurangi ketidaksengajaan pengecualian finansial dari
sebagian besar populasi.
 Dari jurnal ini kami dapat mengetahui bahwa untuk mengurangi tingkat kemiskinan di
daerah, pembuat kebijakan harus menerapkan kebijakan yang akan mengatasi hambatan
inklusi keuangan. Dalam hal ini, mempromosikan pertumbuhan inklusif harus
melengkapi upaya peningkatan inklusi keuangan.

Kekurangan :
Jurnal ini kurang memberikan informasi yang lebih banyak lagi mengenai inti dari hasil
penelitiannya. Hasil dari penelitian ini konsisten dengan pandangan bahwa pendidikan itu dapat
mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Tetapi pada jurnal ini, informasi tentang hal itu
tidak dibahas secara lebih detail lagi.

Anda mungkin juga menyukai