Anda di halaman 1dari 11

JURNAL Kefarmasian Indonesia

p-ISSN: 2085-675X e-ISSN: 2354-8770


JKI
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
di Beberapa Puskesmas Kabupaten Banyumas
Medication Adherence in Patients with Type 2 Diabetes
in Several Health Centers of Banyumas District
Much Ilham Novalisa Aji Wibowo1,2, Febiana Melisa Fitri1, Nanang Munif Yasin3*,
Susi Ari Kristina4, Yayi Suryo Prabandari5
1
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Indonesia
2
Program Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
3
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
4
Departemen Farmasetik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
5
Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*E-mail: nanangy@yahoo.com
Abstrak
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi
Kata kunci: yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan
Diabetes tipe 2; berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala
Kepatuhan;
Puskesmas; MARS- kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi
10; Prolanis. penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data
kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat
kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab.
Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis,
Keywords: periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10,
Type 2 diabetes; metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome
Adherence;
Health center; klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-
MARS-10; 10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan
Prolanis hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361). Analisis reliabilitas
menunjukkan Cronbach’s Alpha 0,747 > 0,6. Hasil pengukuran menunjukkan 80,3% pasien
patuh dan 19,3% pasien tidak patuh. Analisis korelasi menunjukan tidak terdapat hubungan
yang bermakna (p>0,05) antara kepatuhan pasien dengan outcome klinik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 di 4 Puskesmas Kab. Banyumas berkategori patuh
Received: minum obat tetapi tidak berkorelasi dengan outcome kliniknya. Hal ini dimungkinkan karena
11-08-2020
Revised: outcome klinik secara bersama-sama dipengaruhi beberapa faktor seperti: faktor umum, faktor
11-02-2021 individu, dan faktor lainnya yang tidak dapat diprediksi.
Accepted:
10-03-2021
Abstract
Diabetes mellitus (DM) is considered as ”the mother of all diseases" because it causes many
complications. Knowing and measuring medication adherence may have a greater effect on
DM patients. Several studies in Indonesia used a questionnaire scale to measure adherence,
Jurnal however they do not validate the study population, so it could still be found anomalous
Kefarmasian correlation analysis between adherence and clinical data even though it measured in the same
Indonesia, country and scale. This study measure the adherence level of type 2 diabetes patients, evaluates
2021:11(2):98-108
the validity of the medication adherence scale, and analyze the correlation with the clinical
outcome of type 2 diabetes patients in four health centers in Banyumas district. The study uses
a cross-sectional design in Prolanis type 2 DM patients of January -April 2020. The adherence
is measured by MARS-10, backward-forward translation method followed by content and
DOI:
https://doi.org./10.22 internal validation. Clinical outcome is evaluated based on fasting blood glucose measurement.
435/jki.v11i2.3635 The results of the MARS-10 Gregory index analysis showed content validity in the high
category (IG ≥ 0.8). The content validity showed the results of 9 questions with the value of r
count> r table (n = 30, r table = 0.361). Reliability analysis showed Cronbach's Alpha 0.747>
0.6. The measurement showed 80.3% was adherent patients and 19.3% was non-adherent
patients. Correlation analysis showed that there was no significant relationship (p> 0.05)
between patient adherence and clinical outcome. Those results showed that type 2 diabetes
mellitus patients in 4 health centers were categorized as adherent but not correlated with the
clinical outcome. This was enable due to the clinical outcome was simultaneously influenced by
several factors: general factors, individual factors, and unpredictable factors.
98
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(2):98-108

PENDAHULUAN obat terhadap outcome klinik pasien


diabetes tipe 2 di empat Puskesmas
Diabetes Melitus (DM) dianggap
wilayah Kab. Banyumas.
sebagai “ibu segala penyakit” karena
banyaknya komplikasi yang ditimbulkan.1
METODE
Salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk mengurangi komplikasi tersebut Penelitian ini menggunakan pendekatan
adalah mengontrol glukosa pasien.2 observasional analitik dengan rancangan
Kontrol glukosa dapat dicapai melalui cross sectional.16 Penelitian dilakukan
pengobatan farmakologis yang teratur.3 pada bulan Januari–April 2020. Kriteria
Keteraturan tersebut dapat dicapai dengan inklusi yang ditetapkan adalah pasien DM
cara menjaga perilaku patuh terhadap tipe 2 yang tergabung dalam program
pengobatan farmakologis agar pengelolaan penyakit kronis (Prolanis),
mendapatkan manfaat klinik yang pasien berusia ≥18-50 tahun, menderita
optimal.4 Ketidakpatuhan terhadap DM tipe 2 ≥6 bulan, pasien menggunakan
pengobatan dikaitkan dengan menurunnya antidiabetik oral, dan bersedia menjadi
outcome klinik jangka panjang, responden.
meningkatnya mortalitas, dan peningkatan Teknik purposive sampling digunakan
biaya perawatan.5,6,7 untuk memilih Puskesmas berdasarkan
Terdapat metode langsung dan tidak kasus DM tertinggi di wilayah kerja Dinas
langsung untuk menilai kepatuhan Kesehatan Banyumas1. Puskesmas tersebut
pengobatan8. Metode tidak langsung lebih adalah Puskesmas Wangon I, Puskesmas
sering dilaporkan dalam penelitian Sumbang I, Puskesmas Gumelar, dan
pengukuran kepatuhan yaitu menggunakan Puskesmas Purwokerto Timur II.
skala kuesioner kepatuhan.8,9 Walaupun Responden penelitian berdasarkan teknik
sering digunakan akan tetapi terdapat total sampling pada semua Puskesmas
kelemahan pada metode ini yaitu validitas terpilih. Jumlah keseluruhan responden
dan reliabilitas yang bergantung pada yang mengikuti penelitian ini adalah 96
kelengkapan dan keakuratan data pada pasien yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu
populasi yang akan diukur, sehingga 66 pasien sebagai subjek uji kepatuhan dan
diperlukan pengukuran validitas pada 30 pasien sebagai subjek uji validasi
setiap populasi yang berbeda dengan instrumen di Puskesmas Gumelar.
populasi uji skala ukurnya.10 Mengetahui Uji validitas skala yang dilakukan
dan mengukur kepatuhan pengobatan adalah validitas konten dan validitas
dimungkinkan berpengaruh lebih besar internal. Validitas konten dianalisis
pada pasien DM daripada memberikan menggunakan indeks kesepakatan Gregory
pengobatan yang lebih kompleks.11 Index17 dan validitas internal menggunakan
Beberapa penelitian di Indonesia analisis uji statistik Pearson Product
menggunakan skala kuesioner dalam Moment.18 Uji reliabilitas instrumen
penelitian pengukuran kepatuhan tetapi menggunakan uji statistik Alpha
mayoritas tidak melakukan validasi Cronbach’s.18 Penilaian kesepakatan ahli
terhadap populasi penelitiannya.12,13 Selain menggunakan skala Likert (Skor1: Tidak
hal tersebut beberapa penelitian masih Valid, Skor 2= kurang valid, Skor 3=
menemukan anomali analisis korelasi cukup valid, skor 4= valid, skor 5 = sangat
antara tingkat kepatuhan dan hasil data valid). Klasifikasi indeks kesepakatan para
kliniknya walaupun diukur pada negara ahli yaitu ≤0,4 bermakna indeks
dan skala yang sama.14,15 kesepakatan rendah, 0,4-0,8 bermakna
Penelitian ini akan menguji validitas indeks kesepakatan sedang dan jika ≥0,8
skala kepatuhan minum obat pada pasien bermakna indeks kesepakatan tinggi.17
DM tipe 2 di Puskesmas, mengukur tingkat Hubungan antar variabel diuji secara
kepatuhan pasien DM tipe 2, dan statistik menggunakan uji Spearman rho
menganalisis korelasi kepatuhan minum untuk mengetahui hubungan antara

99
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ….( Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, dkk)

kepatuhan dan outcome klinik pasien DM HASIL DAN PEMBAHASAN


tipe 2.18
Tingkat kepatuhan minum obat diukur Karakteristik responden
menggunakan instrumen kepatuhan Jumlah keseluruhan responden adalah
Medication Adherence Rating Scale-10 96 sampel yang tersebar di 4 Puskesmas.
(MARS-10). Instrumen ini berisi 10 66 responden pengukuran kepatuhan dan
pertanyaan yang memiliki validitas dan 30 responden uji validasi. Proses seleksi
reliabilitas yang baik pada pasien dengan inklusi dan eksklusi keseluruhan responden
penyakit kronik.19 Responden yang mengikuti penelitian ini dapat dilihat
dikategorikan tidak patuh jika hasil pada Gambar 1.
pengukuran menunjukkan skor 1–5 dan
patuh jika total skor 6–10.19 Instrumen
MARS-10 diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menggunakan metode forward-
backward translation.20 Translasi
dilakukan oleh 2 lembaga bahasa inggris
berkualifikasi nasional yaitu Language
Development Center Universitas
Muhammadiyah Purwokerto (LDC UMP)
dan English Language Training
International (ELTI) Purwokerto.
Data sosio demografi pasien
dikumpulkan menggunakan lembar
pengumpul data. Data outcome klinik
diperoleh dari data pengukuran gula darah
puasa (GDP) yang dilakukan oleh
Puskesmas pada setiap kegiatan Prolanis.
Outcome klinik yang diperoleh dibagi Gambar 1. Distribusi sampel penelitian di
menjadi 2 kategori yaitu: tercapai (nilai Puskesmas Kab. Banyumas
GDP ≤ 125 mg/dl) dan tidak tercapai (nilai
GDP pasien ≥126 mg/dl). Data populasi sampel dapat
Pengumpulan data dilakukan secara menggambarkan aspek sosio demografi
langsung saat kegiatan Prolanis di pasien DM Tipe 2 di 4 Puskesmas Kab.
Puskesmas menggunakan metode paper Banyumas pada rentang periode Januari –
and pen/pencil interviewing (PAPI).21 April 2020. Data tersebut disajikan pada
Pasien yang sesuai kriteria inklusi akan Tabel 1. Mayoritas pasien DM tipe 2 di
ditanya kesediaannya untuk mengikuti empat Puskesmas adalah Perempuan.
penelitian dan mengisi lembar informed Beberapa penelitian menemukan fakta
consent. Peneliti menyerahkan lembar yang sama terkait dengan jenis kelamin
pengumpul data sosio demografi dan pasien DM tipe 2.22,23
instrumen MARS-10 untuk diisi kemudian Pasien DM tipe 2 pada penelitian ini
pasien diukur outcome kliniknya oleh terkonsentrasi pada rentang umur 51–71
petugas Puskesmas. tahun dan telah mengidap DM selama >5
Penelitian ini telah mendapatkan izin tahun (Tabel 1). Usia tersebut dalam
etik Fakultas Kedokteran Universitas kategori geriatri yang cenderung
Jendral Soedirman ref: 0006/KEPK/I/2020 mengalami penurunan sensitivitas insulin
dengan hasil telaah etik exempted dan izin dan fungsi
dinas kesehatan Kab. Banyumas
No.070.1/718/XI/2019.

100
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(2):98-108

Tabel 1. Karakteristik pasien diabetes tubuh untuk melakukan metabolisme


tipe 2 di Puskesmas wilayah Banyumas glukosa yang dihasilkan dari makanan,
∑ subyek sehingga menjadi faktor predisposisi
Karakteristik N (%) terhadap munculnya penyakit DM pada
(96)
Jenis kelamin usia tersebut.24,25 Data penelitian
Laki-laki 26 16,7 menunjukan mayoritas pasien berstatus
Perempuan 70 83,3 sebagai ibu rumah tangga dengan
Umur pendidikan yang diselesaikan masih
18 - 50 tahun 16 16.7
tergolong rendah (Tabel 1).
51 - 60 tahun 33 34.4
61 - 70 tahun 31 32.3 Responden telah mengidap DM tipe 2
71 - 80 tahun 16 16.7 selama lebih dari 5 tahun dan tinggal
IMT* bersama keluarganya. Keluarga dapat
Kurus 3 9.4 memberikan dukungan dalam menjalankan
Normal 26 33.3 terapi dengan cara memberikan motivasi.26
BB lebih 12 18.8 Dalam penelitian ini mayoritas pasien
Obesitas I 22 29.2 mendapatkan kombinasi lebih dari 1 obat
Obesitas II 3 9.4
dengan frekuensi lebih dari 1x sehari.
Pekerjaan
IRT** 48 50.0 Kompleksitas regimen yang diresepkan
Pedagang 12 12.5 oleh dokter dapat diminimalisir dengan
Pensiunan/tidak bekerja 11 11.5 cara dukungan dan motivasi dari
Wiraswasta 9 9.4 keluarga.27
Buruh 9 9.4
Petani 7 7.3 Validasi instrumen MARS-10
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 14 14.6 Langkah awal uji validasi adalah
SD 35 36.5 melakukan translasi instrumen original
SMP 21 21.9 MARS-10 yang berbahasa Inggris
SMA 16 16.7 menggunakan metode forward-backward
S1 10 10.4 translation dari 2 lembaga bahasa inggris
Durasi penyakit Language Development Center Universitas
<5 tahun 42 43.8
>5 tahun 54 56.3
Muhammadiyah Purwokerto (LDC UMP)
Tinggal bersama keluarga & English Language Training
20
Ya 77 80.2 International (ELTI). Hasil translasi
Tidak 19 19.8 tersebut diuji melalui uji validitas
Status merokok konten/isi dengan beberapa ahli yang
Ya 18 18.7 dipilih berdasarkan keahlian khusus pada
Tidak 78 81.2 suatu topik yaitu tingkat akademik,
Jenis terapi obat
Tunggal (1 obat) 34 35.4
pengalaman dalam pekerjaan, dan
Kombinasi (>1 obat) 62 64.6 penelitian yang dilakukan.28 Validasi
Frekuensi minum obat konten/isi mengikutsertakan para ahli yang
1x sehari 20 20.8 menangani pasien secara langsung. Ahli
2x sehari 51 53.1 tersebut adalah dokter dan apoteker yang
≥3x sehari 25 26.0 melakukan program PROLANIS di 3
Nama obat
Puskesmas yaitu Puskesmas Wangon I,
Glimepiride 12 12.5
Metformin 20 20.8 Sumbang I, dan Purwokerto Timur II
Glimepiride + metformin 47 49.0 sehingga jumlah keseluruhan ahli adalah 6
Glimepiride + metformin + orang ahli. Selanjutnya para ahli
10 10.4
acarbose mengoreksi semua item pertanyaan melalui
Metformin + acarbose 7 7.3 index Gregory.17 Hasil index kesepakatan
Sumber: data primer, 2020 tersebut disajikan pada Tabel 2.
*Indeks massa tubuh
**Ibu rumah tangga

101
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ….( Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, dkk)

Tabel 2. Validitas konten oleh Ahli Nilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel =
Puskesmas Index Gregory 0,361) lebih besar dari r tabel, instrumen
Wangon I 1,0 tersebut dinilai reliabel digunakan pada
Sumbang I 0,6 pasien DM tipe 2 di Puskesmas wilayah
Purwokerto Timur II 0,9 Kab. Banyumas. Item 9 diperoleh nilai r
Rata-rata 0.83 hitung = 0,355 lebih kecil dari r tabel
Sumber: data primer, 2020 tetapi pada hasil penilaian validitas isi para
ahli menyepakati bahwa nomor 9 dinilai
Hasil analisis Gregory Index valid dengan kategori indeks Gregory ≥
menunjukan instrumen MARS-10 versi 0,8 sehingga pertanyaan instrumen no.9
bahasa indonesia memiliki rerata validitas dapat digunakan.17
konten/isi pada kategori tinggi (indeks validitas internal/butir tercermin pada
Gregory ≥ 0,8) pada pasien DM tipe 2.17 besaran koefisien korelasi antara skor butir
Validitas konten/isi suatu instrumen tidak dan skor total instrumen.17 Jika koefisien
mempunyai besaran tertentu yang dihitung korelasi antara skor butir dengan skor total
secara statistika, tetapi dipahami bahwa instrumen positif dan signifikan, maka
instrumen tersebut telah valid berdasarkan butir tersebut dapat dianggap valid
telaah para ahli. Penilaian validitas konten berdasarkan ukuran validitas internal.17
berdasar analisis logika bahwa terjemahan Kemudian dilanjutkan uji reliabilitas
instrumen MARS-10 telah representatif menggunakan Cronbach Alpha Coefficient.
untuk mengukur kepatuhan minum obat Hasil uji reliabilitas dikatakan reliable
pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kab. apabila nilai Cronbach Alpha Coefficient
Banyumas. adalah >0,6.18,29 Hasil uji reliabilitas
Uji validitas selanjutnya adalah instrumen MARS-10 dapat dilihat pada
validitas internal atau validitas butir Tabel 4.
kepada 30 responden di Puskesmas
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
Gumelar sesuai kriteria inklusi.18
Instrumen MARS-10
Pengujian ini diperlukan agar alat ukur
yang digunakan secara konsep dapat Cronbach’s Alpha N of Items
digunakan pada pasien DM tipe 2 di 0,747 10
Indonesia.17 Validitas internal Sumber: data primer, 2020
menghasilkan analisis seberapa jauh hasil
pengukuran butir tersebut konsisten Hasil tersebut menyatakan instrumen
dengan hasil ukur instrumen secara MARS-10 reliable untuk mengukur tingkat
keseluruhan.17 Pengujian validitas internal kepatuhan pasien dalam minum obat
instrumen menggunakan uji statistik pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kab.
Pearson product moment Hasil analisis Banyumas. Kedua pengujian tersebut
tersebut disajikan pada Tabel 3. mengindikasi bahwa instrumen MARS-10
versi bahasa Indonesia valid dan reliable
Tabel 3. Uji Validitas Instrumen MARS-10 untuk mengukur tingkat kepatuhan minum
No item Nilai koefisien korelasi (r) obat pasien DM tipe 2 di Puskesmas. Uji
1 0,499 validitas item pertanyaan pada instrumen
2 0,554 MARS-10 memiliki ketepatan untuk
3 0,552
mengukur apa yang hendak diukur dan
4 0,570
5 0,665 konsisten bila digunakan berkali-kali pada
6 0,684 waktu dan tempat yang relatif sama akan
7 0,684 menghasilkan data yang relatif sama.17,18
8 0,668 Penelitian yang dilakukan di Jerman
9 0,355
bahwa instrumen MARS-10 dapat
10 0,668
Sumber: data primer, 2020 digunakan untuk mengukur kepatuhan
pasien dalam meminum obat dikarenakan

102
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(2):98-108

MARS-10 berfungsi sebagai instrumen adalah peserta Prolanis yang relatif rutin
yang mendeteksi perilaku ketidakpatuhan melakukan serangkaian kegiatan secara
pasien meminum obat dan mudah rutin setiap bulan serta menerima obat anti
digunakan30. Validasi terjemahan diabetik secara rutin sehingga mengurangi
instrumen MARS-10 ini akan memastikan kemungkinan faktor ketidakpatuhan pasien
ketersediaan instrumen untuk para peneliti dalam mengkonsumsi obat.31 Evaluasi
dan professional kesehatan di negara lain tingkat kepatuhan pasien yang sudah
untuk diterjemahkan dalam bahasa asli dan diketahui dapat bermanfaat bagi apoteker
memvalidasinya pada populasi lain. Hasil dan dokter dalam menentukan intervensi
validasi memperlihatkan bahwa instrumen dan meningkatkan kepatuhan pasien.35
MARS-10 dalam versi bahasa Indonesia
memiliki ketepatan untuk mengukur Outcome klinik pasien DM tipe 2 di
kepatuhan pasien DM tipe 2 dan konsisten Puskesmas
bila digunakan berkali-kali akan Outcome klinik diukur berdasarkan
memperoleh hasil yang relatif sama. kadar gula darah puasa (GDP) pada saat
pasien melakukan kegiatan PROLANIS.
Kepatuhan pasien DM tipe 2 di Data outcome klinik responden dapat
Puskesmas dilihat pada Tabel 6.
Pengukuran kepatuhan dilakukan
kepada 66 responden di 3 Puskesmas yaitu, Tabel 6. Outcome Klinik
Puskesmas Wangon I, Sumbang I dan Pasien DM tipe 2
Purwokerto Timur II. Nilai akhir diperoleh Responden Persentase
dengan cara menjumlahkan skor Kategori
(N=66) (%)
berdasarkan jawaban responden pada Tercapai 28 42,2
instrumen. Hasil penilaian kepatuhan Tidak tercapai 38 57,6
pasien dalam minum obat dapat dilihat Total 66 100
pada Tabel 5. Sumber: data primer, 2020

Tabel 5. Kepatuhan Pasien Diabetes Outcome klinik pasien DM tipe 2 di 3


Melitus Tipe 2 berdasarkan MARS-10 Puskesmas tempat penelitian tidak tercapai
berdasarkan standar outcome klinik pasien
Persentase DM tipe 2 sesuai kriteria inklusi
Skor Kategori Frek (f)
(%) (n=66)
1-5 Tidak patuh 13 19,3 %
penelitian24. Secara tidak langsung hal ini
6-10 Patuh 53 80,3 % menjadi indikator bahwa keberhasilan
Sumber: Data Primer, 2020 terapi pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kab.
Banyumas belum tercapai. Hasil ini sejalan
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa dengan penelitian lainnya yang juga
kepatuhan pasien DM tipe 2 di Puskesmas menyatakan bahwa terapi yang dijalankan
Kab. Banyumas berdasarkan skor penilaian pasien tidak berhasil dikarenakan kadar
instrumen MARS-10 diperoleh mayoritas gula darah pasien berada pada rentang
patuh mengkonsumsi obat. Tingkat yang melebihi standar.36 Beberapa faktor
kepatuhan yang diperoleh penelitian ini dapat mempengaruhi hasil pengukuran
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat outcome klinik ini yaitu ketepatan
kepatuhan yang ditemukan di beberapa peresepan obat anti diabetik oral dari
negara seperti India 76,3%31, Ethiopia pemilihan jenis obat serta frekuensi minum
54,8%32, Malaysia 47%33, Jepang 49,8%34. obat maupun dosis yang sesuai, gaya
Penelitian lain di Indonesia yang hidup, diet khusus, dan kepatuhan pasien
menggunakan skala ukur yang sama dalam meminum obat serta konseling
menemukan hasil tingkat kepatuhan apoteker kepada pasien.37,38
berkategori rendah.12,13 Perbedaan hasil ini
dimungkinkan karena sampel penelitian

103
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ….( Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, dkk)

Hubungan antara kepatuhan pasien MARS-10 mayoritas pada kategori patuh


dengan outcome klinik 80,3 % (Tabel 5), tetapi tidak diikuti
Pengujian selanjutnya adalah dengan hasil outcome klinik yang
mengetahui hubungan antara kepatuhan didapatkan yaitu tidak tercapai 57,6%
pasien dengan hasil outcome kliniknya. (Tabel 6). Penelitian ini mendukung hasil
Analisis hubungan tersebut dapat dilihat penelitian lain pada populasi penyakit DM
pada Tabel 7. dan menggunakan basis skala kepatuhan
yang sama.37,39,41 Secara teori jika pasien
Tabel 7. Hubungan kepatuhan patuh minum obat maka outcome yang
pasien dengan outcome klinik didapatkan seharusnya berkategori baik
Outcome Klinik
atau normal.4 Perbedaan hasil ini mungkin
Kate- P disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
N (%) Ter- Tidak faktor internal atau faktor eksternal pada
gori Spearm
capai tercapai
an pasien DM tipe 2 di Puskesmas.43
Patuh 53 (80,3) 24 29 Faktor internal seperti perilaku
Tidak kepatuhan muncul dari karakteristik pasien
13 (19,7) 4 9
patuh 0,350
Total 66 (100%) 28 38
yang dapat mempengaruhi kepatuhan
Sumber data: data primer, 2020 minum obat khususnya pada pasien
geriatri.44 Salah satunya adalah
Hasil analisis menemukan bahwa tidak pengukuran outcome berupa GDP pada
terdapat hubungan yang bermakna sig.(2- penelitian ini yang bisa terjadi kesalahan
tailed) (p>0,05) antara kepatuhan pasien preparasi ukur seperti pasien tidak benar-
dengan outcome klinik. Data ini diperkuat benar melakukan puasa selama 12 jam
dengan hasil correlation coefficient sebelum pengukuran, walaupun telah
analisis spearman sebesar 0,117 yang diberitahu oleh petugas Puskesmas.24
bermakna bahwa tingkat keeratan korelasi Kebiasaan sarapan masyarakat
antara variabel kepatuhan dan outcome Indonesia tergolong baik, namun dengan
klinik bernilai rendah pada tingkat porsi karbohidrat yang lebih besar dari
kepercayaan 95%. Terdapat dua penelitian nutrisi lainnya dan minum minuman
lain di Indonesia yang menemukan hal dengan kadar gula yang tinggi.45 Hal ini
yang sama, yaitu tidak ditemukan korelasi menyebabkan produksi glukosa telah
antara kepatuhan dan outcome meningkat saat dilakukan pengukuran
kliniknya.37,39 Meskipun penelitian lain ada kadar glukosa darah di Puskesmas.
yang menyatakan kepatuhan berkorelasi Kebiasaan ini dapat menimbulkan bias
terhadap outcome klinik.12 Anomali ini pengukuran kadar glukosa pasien DM.
juga ditemukan pada beberapa penelitian Pengukuran outcome klinik kadar glukosa
serupa di negara lain yang menggunakan darah telah menjadi standar pelayanan
skala ukur berbasis kuesioner.40,41 Selain kesehatan di Puskesmas bagi pasien DM
kepatuhan minum obat, out come klinik tipe 2 yang tergabung dalam Prolanis
secara bersama sama dipengaruhi beberapa karena harga yang relatif lebih rendah dari
faktor umum (pola makan, kehamilan, obat pengukuran outcome pasien DM tipe 2
dan vitamin, status merokok dan alkohol), yang lain seperti pengukuran konsentrasi
faktor individu (dawn phenomenon, stres, HbA1c.
dan aktivitas fisik), dan faktor yang tidak Pengukuran outcome klinik selain
dapat diprediksi (stres dan penyakit pengukuran GDP adalah pengukuran nilai
penyerta).42 Salah satu keterbatasan HbA1c.46 Kadar glukosa darah (sewaktu,
penelitian dalam ini adalah faktor-faktor puasa, atau setelah makan) dapat berubah
tersebut tidak dikontrol. secara cepat berdasarkan kegiatan dan pola
Penelitian ini menemukan fakta bahwa makanan pasien DM, sehingga relatif
kategori penilaian kepatuhan minum obat kurang akurat untuk mengukur outcome
pasien DM tipe 2 berdasarkan skala klinik pengobatan pasien DM tipe 2.47,48

104
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(2):98-108

Berbeda dengan HbA1c yang merupakan sehingga menimbulkan penaksiran


jenis protein mayoritas dan memiliki penilaian yang terlalu tinggi oleh pasien
kandungan zat besi dalam sel darah DM tipe 2 walaupun pengukuran validitas
merah.47 Saat Hb bereaksi dengan suatu zat dan reliabilitas mendapatkan skor nilai
berkadar glukosa tinggi rantai beta yang dianggap memenuhi kriteria yang
molekul hemoglobin akan mengikat gugus baik.
glukosa secara irreversible. Reaksi Peneliti menyadari terdapat beberapa
glikosilasi protein ini yang membentuk keterbatasan yang teridentifikasi dalam
hemoglobin glioksilat.48 Kadar HbA1c penelitian ini, yaitu penggunaan desain
berubah secara perlahan, sehingga bisa cross-sectional yang tidak bisa
digunakan untuk menilai kepatuhan minum menunjukkan arah hubungan kausal antara
obat pasien DM dan sebagai kontrol gula variabel kepatuhan dan variabel outcome
darah utama.41,46,49 klinik. Kepatuhan diukur menggunakan
Beberapa penelitian mengungkapkan skala yang tidak spesifik pada pasien DM
terdapat hubungan yang konsisten antara tipe 2 sehingga kemungkinan terjadi
kepatuhan minum obat dengan kadar ketidakakuratan respon pasien. Penanda
HbA1c.46,49 Pengukuran HbA1c memiliki biologis diabetes sebaiknya menggunakan
akurasi dan presisi lebih baik dibandingkan konsentrasi HbA1c sebagai standar utama
dengan pemeriksaan kadar glukosa.48 pengukuran kadar gula dalam darah.
Namun, faktor harga yang relatif tinggi Penelitian ini fokus pada tujuan penelitian
untuk pemeriksaan dan pengukuran HbA1c sehingga tidak menganalisis pengaruh
menjadi pertimbangan dalam penelitian faktor sosio demografi terhadap kepatuhan.
pengukuran kepatuhan minum obat Penelitian selanjutnya disarankan
termasuk dalam penelitian ini. menggunakan desain penelitian yang
Faktor eksternal dimungkinkan karena komprehensif dengan skala ukur kepatuhan
instrumen MARS-10 tidak sesuai spesifik dan sampel yang lebih besar serta
digunakan untuk pasien DM tipe 2, analisis korelasi faktor sosio demografi
walaupun hasil uji validitas menyatakan terhadap kepatuhan.
MARS-10 valid dan reliabel pada populasi
penelitian (Tabel 3 dan 4). Seperti halnya KESIMPULAN
instrumen kepatuhan MMAS-8 yang Hasil uji validitas MARS-10 yang baik
ditemukan beberapa kelemahan jika pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas
digunakan pada pasien selain populasi wilayah Kab. Banyumas harus digunakan
pasien hipertensi.41,50,51 Beberapa secara hati-hati karena skala tersebut tidak
penelitian juga menyatakan kelemahan spesifik untuk mengukur kepatuhan pasien
penggunaan instrumen MMAS-8 jika DM tipe 2. Hasil pengukuran kepatuhan
digunakan pada populasi pasien DM tipe yang berkategori patuh ternyata tidak
2.41,50,51 Menurut ketiga penelitian tersebut berkorelasi terhadap outcome klinik
terdapat kemungkinan penaksiran konsentrasi glukosa darah responden yang
penilaian yang terlalu tinggi oleh pasien tidak mencapai standar normalnya.
DM tipe 2 sehingga menyebabkan
ketidakakuratan pengukuran. Instrumen SARAN
MMAS-8 dianggap kurang spesifik karena Disarankan menggunakan parameter
tujuan awal pembuatan alat ukur tersebut konsentrasi HbA1c sebagai outcome klinik
adalah pada populasi pasien hipertensi pengobatan pasien DM tipe 2.
bukan untuk mengukur kepatuhan minum
obat pada penyakit yang berkaitan dengan UCAPAN TERIMA KASIH
gangguan psikiatri.52–55 Kelemahan skala Terimakasih kepada pihak dinas
pengukuran kepatuhan MARS-10 pada kesehatan Kab. Banyumas yang telah
pasien DM tipe 2 dimungkinkan juga sama mengizinkan penelitian ini dilaksanakan
seperti MMAS-8 pada pasien psikiatri,

105
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ….( Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, dkk)

dan para tenaga kesehatan yang telah International Journal of Pharmaceutical


mendukung penelitian ini. Research. 2020 Jan;12(1):426-35.
10. Chung WW, Chua SS, Lai PSM, Morisky
DAFTAR RUJUKAN DE. The Malaysian medication adherence
scale (MALMAS): concurrent validity
1. Badan Litbang Kesehatan. Hasil utama using a clinical measure among people
riset kesehatan dasar [Internet]. Jakarta: with type 2 diabetes in Malaysia. PLoS
Badan Litbang Kesehatan; 2018 [disitasi ONE. 2015 April 24;10(4):1–11.
15 Oktober 2019]. Diperoleh dari: 11. Brown MT, Bussell J, Dutta S, Davis K,
https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil- Strong S, Mathew S. Medication
utama-riskesdas-2018/ adherence: truth and consequences. The
2. Rodríguez-Gutiérrez R, Montori VM. American Journal of Medical Sciences.
Glycemic control for patients with type 2 2016 Apr;351(4):387–99.
diabetes mellitus: our evolving faith in 12. Katadi S, Andayani TM, Endarti D.
the face of evidence. Circulation Hubungan kepatuhan pengobatan dengan
Cardiovascular Quality Outcomes. 2016 outcome klinik dan kualitas hidup pasien
Sep;9(5):504–12. diabetes melitus tipe 2. Jurnal Manajemen
3. Verhulst MJL, Loos BG, Gerdes VEA, dan Pelayanan Farmasi. 2019;9(1):19–26.
Teeuw WJ. Evaluating all potential oral 13. Akrom A, Sari OM, Urbayatun S, Saputri
complications of diabetes mellitus. Front Z. Analisis determinan faktor-faktor yang
Endocrinol. 2019 Feb 18;10(56). berhubungan dengan kepatuhan minum
4. Chaudhury A, Duvoor C, Dendi VSR, obat pasien diabetes tipe 2 di pelayanan
Kraleti S, Chada A, Ravilla R, et al. kesehatan primer. Jurnal Sains Farmasi
Clinical review of antidiabetic drugs: dan Klinis. 2019 May 29;6(1):54-62.
implications for type 2 diabetes mellitus 14. Samu AM, Amirthalingam PS,
management. Front Endocrinol. Mohammed OS. Assessment of patient
2017;8(6). medication adherence among the type 2
5. Xu W-H, Han B-S, Ma L-L, Guo W-J, diabetes mellitus population with
Zhang X-J, Feng B. Relationship between peripheral diabetic neuropathy in South
statin adherence and long-term clinical India. Journal of Taibah University
consequences in patients with Medical Sciences. 2017 Apr;12(2):164–8.
cardiovascular disease: a systematic 15. Khotkar K, Chaudhari S, Jadhav PR,
review and meta-analysis. International Deshmukh YA. Assessment of
Journal of Clinical and Experimental medication adherence in type II diabetic
Medicine. 2016;9(6):9195–202. patients: a cross-sectional study. MGM
6. Cutler RL, Fernandez-Llimos F, Frommer Journal of Medical Sciences. 2017
M, Benrimoj C, Garcia-Cardenas V. Jun;4(2):65–9.
Economic impact of medication non- 16. Wibowo A. Metodologi penelitian praktis
adherence by disease groups: a systematic bidang kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers;
review. The BMJ. 2018 2014. p. 1–298.
Jan;8(1):e016982. 17. Retnawati H. Analisis kuantitatif
7. Andayani TM, Ibrahim MIM, Asdie AH. instrumen penelitian. Edisi 1.
Assessing the impact of complications on Yogyakarta: Parama Publishing; 2016.
the direct medical costs of type 2 diabetes 18. Riwidikdo H. Statistik kesehatan belajar
mellitus outpatients. International Journal mudah tehnik analisis data dalam
of Current Pharmaceutical Research. penelitian kesehatan. Yogyakarta: Mitra
2010;2(2):32–5. Cendikia Press; 2012. p. 152.
8. Capoccia K, Odegard PS, Letassy N. 19. Alfian R, Maulan A, Putra P. Uji validitas
Medication adherence with diabetes dan reliabilitas kuesioner medication
medication: a systematic review of the adherence report scale (Mars) terhadap
literature. The Diabetes Educator. pasien diabetes mellitus. Jurnal Ilmiah
2016;42(1):34–71. Ibnu Sina. 2017 Sept;2(2):176-83.
9. Kristina SA, Wulandari GP. Medication 20. Toma G, Guetterman TC, Yaqub T,
adherence using self-report measures Talaat N, Fetters MD. A systematic
among chronic disease patients: a review. approach for accurate translation of
instruments: experience with translating

106
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(2):98-108

the Connor–Davidson Resilience Scale Germany. Journal of Evaluation in


into Arabic. Methodological Innovation. Clinical Practice. 2010 Jun;16(3):574–9.
2017 Dec 21;10(3). 31. Hc N, Gali A, Muraraiah S. Assessment
21. Braekman E, Berete F, Charafeddine R, of factors influencing adherence to
Demarest S, Drieskens S, Gisle L, et al. antidiabetic drugs among patients with
Measurement agreement of the self- type 2 diabetes mellitus at a tertiary care
administered questionnaire of the Belgian hospital in India. Pharmacology and
Health Interview Survey: paper-and- Clinical Pharmacy Research.
pencil versus web-based mode. PLoS 2020;5(1):1–7.
ONE. 2018 May 21;13(5). 32. Ali M, Alemu T, Sada O. Medication
22. Rasdianah N, Martodiharjo S, Andayani adherence and its associated factors
TM, Hakim LN. The description of among diabetic patients at zewditu
medication adherence for patients of memorial hospital, Addis Ababa,
diabetes mellitus type 2 in public health Ethiopia. BMC Research Notes.
center Yogyakarta. Indonesian Journal of 2017;10(1):1–5.
Clinical Pharmacy. 2016 Dec;5(4):249– 33. Ahmad NS, Ramli A, Islahudin F,
57. Paraidathathu T. Medication adherence in
23. Rosyida L, Priyandani Y, Sulistyarini A, patients with type 2 diabetes mellitus
Nita Y. Kepatuhan pasien pada treated at primary health clinics in
penggunaan obat antidiabetes dengan Malaysia. Patient Prefer Adherence. 2013
metode pill-count dan MMAS-8 di Jun 17;7:525–30.
Puskesmas Kedurus Surabaya. Jurnal 34. Horii T, Momo K, Yasu T, Kabeya Y,
Farmasi Komunitas. 2015;2(2):36–41. Atsuda K. Determination of factors
24. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. affecting medication adherence in type 2
Konsesus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus patients using a
diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. nationwide claim-based database in
Jakarta: PB PERKENI; 2019. p. 1–82. Japan. PLoS ONE. 2019 Oct 8;14(10):1–
25. Kurniawaty E, Yanita B. Faktor-faktor 12.
yang berhubungan dengan kejadian 35. Saepudin, Padmasari S, Hidayanti P,
diabetes melitus tipe II. Medical Journal Ningsih ES. Kepatuhan penggunaan obat
of Lampung University. 2016;5(2):27–31. pada pasien hipertensi di Puskesmas.
26. Susanti ML, Sulistyarini T. Dukungan Jurnal Farmasi Indonesia. 2013
keluarga meningkatkan kepatuhan diet Jul;6(4):246-53.
pasien diabetes mellitus di ruang rawat 36. Octapermatasari R, Faridah IN.
inap RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES. Hubungan Antara kepatuhan terapi
2013 Jul;6(1). dengan luaran terapi pada pasien dm tipe
27. Pusat Data dan Informasi Kemenkes. 2 di tiga puskesmas Kota Yogyakarta
Infodatin: Situasi lanjut usia (lansia) di [disertasi]. Yogyakarta: Universitas
Indonesia 2016. Jakarta: Pusat Data dan Ahmad Dahlan; 2019.
Informasi Kementerian Kesehatan; 2016. 37. Alfian R. Korelasi antara kepatuhan
p. 12. minum obat dengan kadar gula darah
28. Gobet F. The future of expertise: The pada pasien diabetes melitus rawat jalan
need for a multidisciplinary approach. di RSUD Moch. Ansari Saleh
Journal of Expertise. 2018 Sept;1(2):107- Banjarmasin. Jurnal Pharmascience.
13. 2015;2(2):15–23.
29. Budiman, Riyanto A. Kapita selekta 38. Wibowo MINA, Setiawan D, Ikhwaniati
kuisoner : pengetahuan dan sikap dalam ND, Sukma FA. Pengaruh Konseling dan
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba alat bantu pengingat pengobatan terhadap
Medika; 2014. kepatuhan minum obat dan outcome
30. Mahler C, Hermann K, Horne R, Ludt S, klinik pasien diabetes melitus dan
Haefeli WE, Szecsenyi J, et al. Assessing hipertensi. Jurnal Ilmu Kefarmasian
reported adherence to pharmacological Indonesia. 2020 Okt;18(2):169-76.
treatment recommendations. Translation 39. Hapsari PN. Hubungan antara kepatuhan
and evaluation of the medication penggunaan obat dan keberhasilan terapi
adherence report scale (MARS) in pada pasien diabetes mellitus instalasi
rawat jalan di RS X Surakarta [skripsi].

107
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ….( Much Ilham Novalisa Aji Wibowo, dkk)

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Biophysica Acta. 2013


Surakarta; 2014. Dec;1830(12):5509–14.
40. Al-Qazaz HKh, Sulaiman SA, Hassali 49. Doggrell SA, Warot S. The association
MA, Shafie AA, Sundram S, Al-Nuri R, between the measurement of adherence to
et al. Diabetes knowledge, medication anti-diabetes medicine and the HbA1c.
adherence and glycemic control among International Journal of Clinical
patients with type 2 diabetes. Pharmacy. 2014 Jun;36(3):488–97.
International Journal of Clinical 50. Al-Qazaz HK, Sulaiman SA, Hassali MA,
Pharmacy. 2011 Dec;33(6):1028–35. Shafie AA, Sundram S, Al-Nuri R, et al.
41. Wong MCS, Wu CHM, Wang HHX, Li Diabetes knowledge, medication
HW, Hui EMT, Lam AT, et al. adherence and glycemic control among
Association between the 8-item morisky patients with type 2 diabetes.
medication adherence scale (MMAS-8) International Journal of Clinical
score and glycaemic control among Pharmacy. 2011;33(6):1028–35.
Chinese diabetes patients. Journal of 51. Sankar U V, Lipska K, Mini GK, Sarma
Clinical Pharmacology. 2015 PS, Thankappan KR. The adherence to
Mar;55(3):279–87. medications in diabetic patients in rural
42. Bazaev NA, Pletenev AN, Pozhar KV. Kerala, India. Asia-Pacific Journal of
Classification of factors affecting blood Public Health. 2015;27(2):NP513–23.
glucose concentration dynamics. 52. Garfield S, Clifford S, Eliasson L, Barber
Biomedical Engineering. 2013 Jul N, Willson A. Suitability of measures of
18;47:100–3. self-reported medication adherence for
43. Shahin W, Kennedy GA, Stupans I. The routine clinical use: A systematic review.
impact of personal and cultural beliefs on BMC Medical Research Methodology.
medication adherence of patients with 2011;11:149.
chronic illnesses: a systematic review. 53. Bender BG. Advancing the science of
Patient Prefer Adherence. 2019 Jul adherence measurement: implications for
1;13:1019–35. the clinician. The Journal of Allergy and
44. Yap AF, Thirumoorthy T, Kwan YH. Clinical Immunology: In Practice. 2013
Medication adherence in the elderly. Jan 1;1(1):92–3.
Journal of Clinical Gerontology and 54. Nguyen TMU, Caze A La, Cottrell N.
Geriatrics. 2016 Jun;7(2):64–7. What are validated self-report adherence
45. Tashandra N. Menu Sarapan orang scales really measuring?: a systematic
Indonesia didominasi karbohidrat review. British Journal of Clinical
[Internet]. Kompas Lifestyle; 2018 Apr Pharmacology. 2014 mar;77(3):427–45.
22 [disitasi 10 Juni 2020]. Available 55. Stirratt MJ, Dunbar-Jacob J, Crane HM,
from: Simoni JM, Czajkowski S, Hilliard ME,
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04 et al. Self-report measures of medication
/22/131500520/menu-sarapan-orang- adherence behavior: recommendations on
indonesia-didominasi- optimal use. Translational Behavioral
karbohidrat?page=all Medicine. 2015 Dec;5(4):470–82.
46. Farmer AJ, Rodgers L, Lonergan M,
Shields B, Weedon M, Donnelly L, et al. .
Adherence to oral glucose–lowering
therapies and associations with 1-year
Hba1c: a retrospective cohort analysis in
a large primary care database. Diabetes
Care. 2015 Dec 17;39(2).
47. Thom CS, Dickson CF, Gell DA, Weiss
MJ. Hemoglobin variants: biochemical
properties and clinical correlates. Cold
Spring Harbor Perspective in Medicine.
2013 Mar 1;3(3).
48. Furusyo N, Hayashi J. Glycated albumin
and diabetes mellitus. Biochimica et

108

Anda mungkin juga menyukai