Salman, M.Farm
DIFUSI
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu
zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan
berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul
melalui sutau batas, misalnya suatu membran polimer, merupakan
suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses difusi.
Proses difusi merupakan hal yang sangat penting dalam
bidang farmasi, khususnya untuk sediaan farmasi seperti tablet,
serbuk granul, salep ataupun suppositoria. Hal ini diperlukan olehh
suatu sediaan obat untuk mencapai organ target yang dinginkan.
Organ tubuh memiliki lapisan semipermeabel yang
memungkinkan setiap zat yang masuk dapat melewatinya. Namun
hanya untuk molekul-molekul yang berukuran kecil, sehingga bagi
formulator sangat dianjurkan ketelitiannya dalam memformulasikan
suatu sediaan.
Ada beberapa faktor yanng mempengaruhi proses difusi
suatu obat yaitu :
❖ Ukuran relatif molekul yang akan melalui membran
tersebut
❖ Diameter dari pori membran yang akan dilalui
❖ Daya hancur obat
❖ Viskositas dari sediaan yang dibrikan
❖ Sifat kelarutan obat (hidrofilil/lopofil)
Dialisis adalah suatu proses pemisahan berdasarkan
kecepatan lewatnya zat terlarut dan pelarut yang tidak sama
melalui membaran yang berpori-pori sangat kecil yang
diangkut dengan cara kontinu.
Osmosis adalah proses berpindahnya zat dari yang
berkonsentrasi pekat ke zat yang bekonsentrasi encer.
Ultrafiltrasi adalah proses yag digunakan untuk
memisahkan partikel koloidal dan molekul besar dengan
menggunakan suatu membran.
Aliran suatu zat untuk berdifusi dengan membran dapat
dijelaskan melalui rumus yang dikenal dengan hukum Fick I
dan II.
❖Hukum Fick Pertama :
Sejumlah M benda yang mengalir melalui satu satuan
penampang melintang S dari suatu pembatas dalam satu
satuan waktu t dikenal sebagai aliran dengan simbol J.
dM
J = ──
S .dt
Sebaliknya aliran berbanding lurus dengan perbedaan
konsentrasi, dC/dx :
dC
J = -D ──
dx
Dimana :
J : Aliran
S : Permukaan batas (cm2)
M : Jumlah benda (mmol)
D : Koefisien difusi/difusan (cm2/detik)
C : Konsentrasi (gram/cm3)
x : Jarak (cm)
t : Waktu (detik)
Jika suatu diagram memisahkan dua kompartemen dari suatu sel
difusi dengan luas penampang melintang S dan dengan ketebalan h,
dan jika konsentrasi dalam membran di sebelah kiri (donor) dan
disebelah kanan (reseptor) adalah C1 dan C2 maka hukum Fick
pertama dapat ditulis :
dM C1 – C2
J = ——— = D ————
S dt h
Dimana (C1 – C2)/h kira-kira dC/dx dalam diafragma harus dianggap
konstan untuk terjadinya keadaan (kuasi stasioner).
Dari persamaan tesebut maka dapat diperoleh rumus koefisien
distribusi atau koefisien partisi K :
C1 C2
K= — = —
Cd Cr
Catatan : konsentrasi C1 dan C2 dalam membran biasanya tidak diketahui tetapi
dapat diganti dengan koefisien partisi dikalikan dengan Cd pada sisi donor
dan Cr pada sisi reseptor.
Oleh karena itu :
dM DSK (Cd – Cr)
—— = ———————
dt h
dan jika keadaan sink dalam kompartemen reseptor dipertahankan, maka Cr = 0,
dM DSKCd
— = ——— = PSCd
dt h
DK
Dimana : P = —— (cm/detik)
h
Keterangan :
C1 : konsentrasi dalam membran disebelah kiri (donor)
C2 : konsentrasi dalam membran disebelah kanan (reseptor)
h : ketebalan (cm)
K : koefisien distribusi/partisi
Cd : konsentrasi donor
Cr : konsentrasi reseptor
P : koefisien permeabilitas (cm/detik)
Setelah diperoleh koefisien permeabilitas maka dapat ditentukan
kemiringan kurva garis plot M terhadap t :
M = PSCdt
dengan menganggap Cd tetap konstan sepanjang waktu. Dan apabila
Cd berubah dengan berubahnya waktu maka Cd = jumlah obat dalam
fase donor dibagi dengan volume fase donor, sehingga dapat
diperolah P dari kemiringan log Cd terhadap t :
PSt
log Cd = log Cd (0) – ————
2,303 Vd
Aliran J sebanding dengan aktifitas termodinamika lebih daripada
konsentrasi, sehingga aktivitas ini dapat dibuat konstan (a = 1) pada
suatu bentuk peberian yakni dengan menggunakan larutan jenuh di
mana ada kelebihan obat padat dalam larutan tersebut.
Lag time untuk suatu garis lurus adalah :
SDKCd h2
M = ——— (t-tL) sehingga lag time-nya : tL = ——
h 6D
❖Hukum Fick Kedua :
Kecepatan perubahan konsentrasi difusan pada suatu titik
dalam suatu sistem sangat berpengaruh dibandingkan
dengan difusi massa melalui suatu satuan luas dari barier
dalam satuan waktu.
Perbedaan dalam konsentrasi adalah akibat dari
perbedaan dalam input dan output. Konsentrasi difusan
dalam volume unsur berubah terhadap waktu, yakni ∆C/∆t,
apabila aliran atau jumlah yang berdifusi berubah terhadap
jarak ∆J/∆x, dalam arah x atau :
∂C ∂J
── = - ──
∂t ∂x
Catatan : tanda minus (-) menunjukan arah berlawanan dari aliran tersebut.
Jika diinginkan konsentrasi difusan dalam tiga dimensi, maka hukum
Fick kedua dapat ditulis sebagai berikut :
∂C ∂2C ∂2C ∂2C
— = D — + — + —
∂t ∂x2 ∂y2 ∂z2
Laju berubahnya konsentrasi dC/dt akan sama dengan nol, maka hukum
kedua akan berubah :
dC d2C
— = D —— = 0
dt dx2
Membran
Kompartemen
Aliran masuk Aliran keluar reseptor
Kompartemen
donor
Aliran pelarut untuk menjaga kondisi sink
Contoh soal I :
Suatu steroid yang baru disintesis dibiarkan melalui suatu membran siloksan dengan luas penampang
melintang 10,36 cm2 dan ketebalan 0,085 cm, dalam suatu sel difusi pada 25 o C. dari intersep horizontal
dari plot Q = M/S terhadap t, diperoleh lag time (tL), sebesar 47,5 menit. Konsentrasi mula-mula Co =
0,003 mol/cm3. jumlah steroid yang melalui membran dalam 4,0 jam adalah 3,65 x 10 -3 mmol.
a). Hitunglah parameter, DK, dan permeabilitasnya
b). Hitunglah koefisien difusi dengan menggunakan lag time
c). Hitunglah koefisien partisi
Penyelesaian :
Diketahui : M = 3,65 x 10 -3
S = 10,36 cm 2
h = 0,085 cm
tL = 47,5 menit
Co = 0,003 mol/cm3
t = 4,0 jam
a). Parameter, DK dan Permeabilitas
dM dQ DCs
Perlu diketahui bahwa — = — = ——
S.dt dt h
dM dQ
Sehingga : — = — dQ x S. dt = dM x dt
S. dt dt
dM . dt dM
dQ = ——— dQ = —
S. dt S
3,65 x 10-3 mmol
Q = ——————— = 0,35 x 10-3 mmol/cm2
10,36 cm2
0,00 mmol/cm3 47,5
= DK —————— = 0,4 jam - —— jam
0,085 cm 60
Disolusi
Disolusi
PARTIKEL-PARTIKEL
HALUS
Persamaan laju disolusi (Noyes-Whitney):
dM DS dC DS
—— = —— (Cs – C) atau — = — (Cs - C)
Dt h dt Vh
Contoh soal I :
Suatu sediaan granul obat seberat 0,55 g dan luas permukaannya 0,28 m2 (0,28 x
104 cm2) dibiarkan melarut dalam 500 ml air pada 25oC. Sesudah menit pertama,
jumlah yang ada dalam larutan adalah 0,76 g. Kuantitas D/h dikenal sebagai
konstanta laju disolusi, k.
Jika kelarutan Cs dari obat tersebut adalah 15 mg/ml pada 25oC, berapakah k?
Dimana M berubah secara linear dengan t awal.
Penyelesaian :
Diketahui : M = 0,76 g = 760 mg
S = 0,28 x 10-4 cm2
V = 500 ml
Cs = 15 mg/ml
D/h =k
dM dM 760 mg
— = kSCs — = ——— = 12,67 mg/detik
dt dt 60 detik
12,67 mg/detik
k = ———————
SCs
12,67 mg/detik
k = —————————————— = 3,02 x 10-4 cm/detik
0,28 x 10-4 cm2 x 15 mg/ml
Dalam contoh ini 0,76 g larut dlam 500 ml sesudah waktu 1 menit atau 760 mg/500ml = 1,5 mg/cm3.
Harga ini 1/10 dari kelarutan obat dan bisa dibuang tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti
sehingga :
12,67 mg/detik
k = ——————————————————— = 3,35 x 10-4 cm/detik
(0,28 x 10-4 cm2) (15 mg/cm3 – 1,5 mg/cm3)
Jika k =D/h dan tebal lapisan difusi pada contoh tersebut diperkirakan 5.10-3 cm.
Persamaan untuk suatu serbuk obat yang terdiri dari partikel-partikel yang berikuran sama :
dV = 4πr2 dr (1)
Untuk N partikel seperti itu, volume yang hilang adalah :
dV = 4Nπr2 dr (2)
Luas permukaan dari N partikel tersebut adalah :
S = 4Nπr2 (3)
Perubahan massa yang sangat kecil :
-dM = kSCs dt , (dimana k digunakan untuk D/h) (4)
Kerapatan obat adalah :
-ρ dV = kSCs dt (5)
Subtitusi persamaan (1) dan (3) :
-4ρNπr2 dr = 4Nπr2kCs dt (6)
Persamaan (6) dibagi kedua sisinya dengan 4Nπr2 menjadi :
-ρ dr = kCs dt (7)
Integrasi dengan r = ro pada t =0 menjadi :
r = ro – kCs t / ρ (8)
Luas permukaan : 4πr2
Massa dari N partikl adalah : M = Nρ(π/6)d3, dimana d = 2r dan dengan mengambil akar
(8) maka :
Mo ⅓ - M1/3 = Kt (9)
2kCs Mo ⅓ 2kCs
dimana, K = Nρ(π/6) 1/3 —— = —— ——— (10)
ρ d ρ
Mo adalah massa awal dari partikel-partikel obat yang dikenal dengan hukum
Penyelesaian :
4DCs t 1/2
h = ————
2A – Cs
dQ ADCs 1/2
Penyelesaian :
Q = (2ADCst)1/2
= 2(0,02 g/cm3) (360 x 10-6 cm2/menit) (1,0 x 10-3 g/cm3) (120 menit) ½
Tetapi jika koefisien partisi Ki dari kedua lapisan sama san salah satu dari h/D,
katakan h1/D1, jauh lebih besar daripada yang lain, maka lag time untuk sistem
kulit dua lapis menjadi lebih sederhana :
tL = h12/6D1
Kontrol Membran dan Kontrol Lpisan-Lapisan Difusi. Dalam hal lapisan ganda yang
terpentinga adalah membran antara dua face air dengan lapisan pelarut stasioner atau
lapisan pelarut stagnan yang berhubungan dengan sisi donor dan sisi reseptor dari
membran tersebut.
Permeabilitas barir total, yang terdiri dari membran dan dua lapisan difusi air statis adalah :
1 Dm K Da 1
P = — = —————————— = ————————
R hm Da + 2ha Dm K hm/Dm K + 2ha/Da
K = C3/C4 = C3/C2
Aliran J = P(C1 –C5) dan apabila reseptor bertibdak sebagai sink yakni C5 = 0 dan
KDm
J = —— C1
hm
Pengendalian Lapisan Difusi Air. Jika 2ha KDm > hmDa :
Da
J = —— C1
2ha
Contoh soal IV :
Aliran steady state J untuk heksil para-aminobenzoat didapat 1,60 x 10-7 mmol cm-
2 detik-1. D adalah 6,0 x 10 -6 dan konsentrasi eter PABA, C, adalah 1,0 mmol liter-
a
1. Sistem berada dalam pengendalian lapisan difusi, jadi digunakan persamaan
Contoh soal V :
a). Hitung Q, jumlah benzoqaina micronized dalam miligram yang dilepaskan
per cm2 luas permukaan dari suatu gel air setelah 9000 detik (2,5 jam) dalam
suatu sel difusi. Dengan menganggap bahwa konsentrasi total A adalah 10,9
mg/ml, kelarutan Cv adalah 1,31 mg/ml, Cv = 1,05 mg/ml, tahanan difusi R dari
suatu batas karet silikon yang memisahkan gel dari ruang, donor adalah 8,10 x3
detik/cm, dan difusifitas D dari obat tersebut dalam gel adalah 9,14 x 10-6
cm2/detik
Penyelesaian :
A* = A - ½ (Cs + Cv)
= 10,9 mg/ml - ½ (1,31 + 1,05) mg/ml
= 9,72 mg/ml.
Jadi :
DRA* = (9,14 x 10-6 cm2/detik) (8,10 x 103 detik/cm) (9,72 mg/ml
= 0,7196 mgcm-2
DA*Cst = (9,14 x 10-6) (9,72) (1,31) (9000)
= 1,047 mg2/cm4
Q = -0,7196 + (0,7196)2 + 2(1,047) ½ mg/cm2
= -0,7196 + 1,616
= 0,90 mg/cm2
Q(hitung) = 0,90 mg/cm2 dibandingkan dengan Q(o bervasi) = 0,88 mg/cm2 hasilnya
cukup baik.
Sedikit peningkatan ketepatan bisa diperoleh dengan mengganti t = 9000
detik dengan (9000 – 405) detik, di mana waktu lag t = 405 detik diperoleh dari
suatu plot harga Q percobaan terhadap t½, koreksi ini menghasilkan suatu harga
Q(hitung) = 0,87 mg/cm2.
(b). Hitung Q dengan menggunakan persamaan Q = D(2A – Cs) Cst ½ dan
bandingkan hasilnya dengan (a).
Q ={(9,14 x 10-6) ( 2 x 10,9) – 1,31 (1,31) (9000)}½
= 1,49 mg/cm2
Persamaan Chien untuk menyatakan laju penglepasan obat pada kondisi sink :
KrDaDm
Q = ————————— Cpt
KrDahm + Dmha
Kr = Cs/Cp
Kr = koefisien partisi ha = ketebalan lapisan difusi
Cp = kelarutan obat hm = ketebalan membran
Jika KrDahm > Dmha maka : Da = difusifitas larutan
Dm Q/t = laju penglepasan obat
Q = — Cpt Dm = difusifitas membran
ha
Jika Dmha > KrDahm maka :
Da KrDa
Q = —— Cst = —— Cst
ha ha
Cs = KrCp
Q/t = laju pengleoasan obat
Contoh soal VI :
Koefisien partisi Kr = Cs/Cp dari progesteron adalah 0,022, difusifitas membran
silastis Da adalah 4,994 x 10 -2 cm2/hari; kelarutan progesteron dalam membran
silastis Cp adalah 512 µg/cm3; ketebalan membran kapsul hm adalah 0,080 cm
ketebalan lapisan difusi ha adalah 0,008 cm. Hitung laju penglepasan progesteron
dari kapsul dan nyatakan dalam µg/cm2 per hari. Bandingkan hasil yang dihitung
dengan hasil observasi, Q/t = 64,50 µg/cm2/hari.
CpKrDaDm
Q/t = ———————
KrDahm + Dmha
(513 µg/cm3) (0,022) (4,994 x 10-2 cm2/hari) (14,26 x 10-2 cm2/hari)
Q/t = ———————————————————————————————
(0,022) (4,994 x 10-2 cm2/hari) (0,080 cm) + (14,26 x 10-2 cm/hari) (0,008 cm)
0,08037
Q/t = ———— = 65,42 µg/cm2 per hari
0,00123
a). Apakah KrDahm > Dmha
b). Apakah Dmha > KrDahm
c). Kesimpulan apakah yang akan diambil dengan menganggap pengendalian oleh matriks atau
lapisan difuasi?
CpKrDaDm
Q/t = ———————
KrDahm + Dmha
Hitung hm dalam cm untuk membran kapsul !
(Q/t) (KrDahm + Dmha) = CpKrDaDm
(Q/t)(KrDahm = CpKrDaDm - Dmha(Q/t)
CpKrDaDm - Dmha(Q/t)
hm = ——————————
(Q/t)KrDa
Untuk kapsul A :
(100) (0,15) (25 x 10-2) (2,6 x 10-2) – (2,6 x 10-2) (0,008) (24,50)
hm = ——————————————————————————
(24,50) (0,15) (25 x 10-2)
0,0924 cm
hm = ———— = 0,101 cm
0,0918
Perlu diingit bahwa semua satuan hilang kecuali cm
Untuk senyawa B = 0,097 cm.
PRINSIP DIFUSI DALAM SISTEM BIOLOGIS
Absorpsi Obat dalam Gastrointestin (Lambung-Usus). Obat-obatan umumnya adalah asam
lemah atau basa lemah, kemudian sifat ionis dari obat serta kompartemen biologis dan membran
mempunyai suatu pengaruh penting pada proses perpindahan tersebut.
Untuk suatu asam lemah :
(A-)
pH = pKa + log ——
(HA)
100
% Terion = ——————————— untuk basa lemah.
1 + antilog (pH - pKa)
Bila dinyatakan dalam hukum Fick maka :
dM Dm SK
- — = ——— (Cg – Cp)
dt h
S Paq
Ku = — . ——
V Paq
1+ ——
Pm
Ka 1
Xs = ————— = —————— untuk asam lemah
(H+)s + Ka 1 + 10pKa- pHs
Pnyata untuk fraksi mol yang tertinggal (masih ada) yang dinyatakan sebagai 1-
fraksi yang terabsorpsi :
C(l) 2πrlPnyata
1- —— = 1 – eksponen – ——————
C(0) v
v C(l)
Pnyata = - —— ln ——
2πrl C(0)
v
= - —— ln (1- fraksi terabsorpsi)
2πrl
Paq
Pnyata = —————
1 + Paq/Pm
Contoh soal I :
Hitung konstanta laju orde satu Ku untuk transpor suatu alkohol alifatis melewati
membran mukosa dari usus halus tikus jika S/V = 11,2 x 10-1, Paq = 1,5 x 10-4
cm/detik dan Pm = 1,1 x 10-4 cm/detik.
1,5 x 10-4 cm/detik
Ku = (11,2) ————————
1,5 x 10-4 cm/detik
1 + ————————
1,1 x 10-4 cm/detik
1,5 x 10-4
=11,2 ————
2,3636
Absorpsi Buccal.
Absorpsi buccal dianggap sebagai proses orde-pertama yang memiliki obat
nonakumulasi (tidak berkumpul) dalam darah.
C
Ln — = - Kut, dimana C adalah konsentrasi air dari asam n-alkanoat
Co
S Paq
Ku = — . ————
V Paq
1 + ——
PoXs
Difusi melalui Rahim
1 De Ks 1 1
———— M 2 + ——— — + — M - (2πhDeCst) = 0
2πhao2A ao Paq Pm