Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven) dalam
bentuk pokoknya diatur dalam Pasal 338 KUHP dengan rumusan: “Barang siapa
dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dihukum, karena pembunuhan
(doodslag), dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas Tahun”. Unsur
yang terdapat dalam Pasal 338 KUHP adalah: A. Unsur Subjektif (1. Kesalahan:
Dengan Sengaja; dan 2. Subyek: Barang Siapa). B. Unsur Objektif (1. Perbuatan:
Menghilangkan Nyawa; dan 2. Objek: Nayawa Orang Lain).
Perbuatan menghilangkan nyawa (nyawa orang lain) yang terdapat dalam unsur
objektif dari Pasal 338 KUHP, harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yakni: 1. Adanya
wujud perbuatan; 2. Adanya suatu kematian (orang lain); dan 3. Adanya hubungan
causalitas antara perbuatan dengan akibat hilangnya nyawa (orang lain).
Ketiga syarat inilah yang harus dibuktikan dalam unsur perbuatan menghilangkan
nyawa orang lain. Walaupun ketiga syarat ini dapat dibedakan, namun tidak boleh
dipisahkan karena ketiga syarat ini merupakan suatu kesatuan yang komplementer.
Artinya, jika tidak terdapat salah satu syarat diantara ketiga syarat dimaksud, maka
perbuatan menghilangkan nyawa tidak terjadi.
Dalam hal pembuktian Pasal 338 KUHP, tidak boleh diabaikan bahwa diantara unsur
subyektif "dengan sengaja" dan wujud perbuatan dari unsur objektif, yakni
"menghilangkan nyawa" terdapat unsur yang juga harus dibuktikan, yaitu
"pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) harus tidak lama setelah
timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa orang lain". Apabila terdapat
tenggang waktu yang cukup lama, sejak timbulnya atau terbentuknya kehendak
untuk menghilangkan nyawa dengan pelaksanaannya, di mana dalam tenggang
waktu yang cukup larna itu pelaku dapat memikirkan tentang berbagai hal, misalnya
memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam pelaksanaan ataukah
Page 2 of 5
tidak, dengan cara apa kehendak itu akan diwujudkan dan sebagainya, maka
perbuatan menghilangkan nyawa itu telah masuk ke dalam kejahatan terhadap
nyawa sebagaimana maksud dari Pasal 340 KUHP, dan bukan lagi masusk dalam
kategori kejahatan terhadap nyawa yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.
Pasal 340 KUHP pada intinya mengamanatkan bahwa: “Barangsiapa dengan sengaja
dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum,
karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lama dua puluh tahun”. Kejahatan
terhadap nyawa sebagaimana maksud dari Pasal 340 KUHP pada intinya merupakan
kejahatan terhadap nyawa dalam artian Pasal 338 KUHP yang ditambah dengan
unsur dengan rencana terlebih dahulu.
Unsur dengan rencana terlebih dahulu yang terdapat pada Pasal 340 KUHP, pada
dasarnya mengandung 3 syarat, yaitu: 1. Memutuskan kehendak dalam suasana
tenang; 2. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak; dan 3. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana
tenang.
Dalam tenggang waktu itu masih tampak adanya hubungan antara pengambilan
putusan kehendak dengan pelaksanaan untuk menghilangkan nyawa. Adanya
hubungan itu, dapat dilihat dari indikatornya bahwa pada saat kejadian: (1). pelaku
masih sempat untuk menarik kehendaknya menghilangkan nyawa; dan (2). bila
kehendaknya sudah bulat, ada waktu yang cukup untuk memikirkan misalnya
bagaimana cara dan dengan alat apa akan melaksanakannya, bagaimana cara untuk
menghilangkan jejak, untuk menghindar dari tanggung jawab, punya kesempatan
untuk memikirkan rekayasa.
Pelaksanaan menghilangkan nyawa itu dilakukan dalam suasana (batin) tenang yang
merupakan syarat yang ketiga, yang oleh banyak pakar pidana dianggap sebagai
yang terpenting karena dipandang sebagai syarat untuk membuktikan telah adanya
kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu dan
bukannya untuk membuktikan adanya berencana. Suasana hati pada syarat ketiga
ini menunjakan bahwa pada saat melaksanakan kejahatan terhadap nyawa itu,,
pelaku tidak dalam suasana yang tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut yang
berlebihan dan lain sebagainya.
Ketiga syarat dari unsur “dengan rencana terlebih dahulu” sebagaimana yang sudah
diuraikan adalah bersifat kumulatif dan saling berhubungan ibarat suatu mata rantai
yang utuh dan tidak terpisahkan. Sebab bila sudah terpisah/terputus, maka sudah
tidak ada lagi “dengan rencana terlebih dahulu”.
Hal menarik dari Pasal 338 KUHP dan Pasal 340 KUHP adalah dalam kedua pasal ini,
dipergunakan istilah “dengan sengaja” yang dalam ilmu hukum pidana dimaknai
secara sama dengan istilah “kesengajaan” yang berarti kemauan untuk melakukan
atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh
undang-undang.
Dalam ilmu hukum pidana, kesengajaan dipahami dengan 2 (dua) indikator yang
sifatnya komplementer, yaitu: „menghendaki dan mengetahui‟ atau „willens en
wetens‟. Maksud dari istilah „menghendaki atau willens‟ dalam konteks kesengajaan
adalah menghendaki terjadinya suatu tindak pidana, sedangkan arti dari istilah
„mengetahui atau wetens‟ adalah mengetahui/menginsafi akibat yang akan terjadi
dari tindak pidana yang dilakukan.
Page 4 of 5
Perbedaan dari istilah “dengan sengaja” yang terdapat dalam kedua pasal tersebut
adalah pada Pasal 338 KUHP istilah “dengan sengaja” dimaknai sebagai dolus
repentinus, yaitu kesengajaan kesengajaan yang mendadak timbul, karena naik
pitam seketika atau situasi kejiwaan yang menyebabkan pelaku terguncang hebat
perasaannya lalu menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan, istilah “dengan
sengaja” yang terdapat dalam rumusan Pasal 340 KUHP bermakna sebagai dolus
premeditatus, yaitu kesengajaan yang direncanakan terlebih dahulu. Dolus
premeditatus ini secara substansi merupakan kebalikan dari dolus repentinus.
----------------------------------------------
Penulis adalah Aktivis PIAR NTT
Page 5 of 5