Anda di halaman 1dari 10

Hasil Observasi dan Wawancara

Pembelajaran Berdasarkan Teori Afektif

di SDN Pondok Jagung 03 Kelas VI

Nama : Putri Assyaffa Nabila

NIM : 200151603053

A. Proses Observasi dan Wawancara


 Profil Sekolah
Nama Sekolah : Sekolah Dasar Negeri Pondok Jagung 03
NPSN : 20602658
Alamat : Asrama Yon Kav 9/SDK Rt 03/03 Pondok Jagung
Kode Pos : 15326
Desa/Kelurahan : Pondok Jagung
Kecamatan/Kota (LN ) : Kec. Serpong Utara
Kab.-Kota/Negara (LN) : Kota Tangerang Selatan
Propinsi/Luar Negeri (LN) : Prov. Banten
Status Sekolah : Negeri
Jenjang Pendidikan : SD
 Sumber Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mewawancarai salah satu guru SD di SDN Pondok
Jagung 03. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan memperoleh data Penerapan
Teori Afektif dalam Pembelajaran yang dilaksanakan pada,
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 2 Oktober 2021
Tempat : Rumah Narasumber
Waktu : 11.30-12.30
Narasumber : Setiawati Kurnia, S.Pd.

B. Hasil Observasi dan Wawancara


 Pengertian Teori Afektif
Teori afektif berkaitan dengan Taksonomi Bloom. Narasumber memberikan
penjelasan bahwa pembelajaran tidak hanya berpaku pada kognitif saja atau pun
psikomotorik saja, namun harus ada afektif, yang mencakup sikap dan nilai-nilai.
 Pelaksanaan Pembelajaran Afektif di SDN Pondok Jagung 03
Pelaksanaan pembelajaran teori afektif di sekolah sangat penting untuk
dilaksanakan, selain untuk menumbuhkan sikap dan karakter peserta didik,
Peraturan Mentri (permen) juga menyatakan bahwa pembelajaran sekarang harus
melaksanakan PPK, yaitu Penguatan Pembelajaran Karakter. PPK adalah gerakan
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter perserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan
pelibatan public dan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat. PPK
bertujuan untuk memperkuat katakter siswa untuk menghadapi era globalisasi dan
menyiapkan generasi muda Indonesia yang berkarakter.
Kemudian, Pelaksanaan pembelajaran teori afektik di SDN Pondok Jagung 03
sudah terlaksana dengan baik. Langkah pertama dalam penerapannya adalah
penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam penyusunan RPP,
guru wajib memasukkan pembelajaran afektif yang harus dimiliki peserta didik.
Contohnya adalah karakter jujur, mandiri, adil, dan lain-lain.
Pelaksanaan pembelajaran afektif di sekolah biasanya dilakukan secara tersirat
dan ketika proses pembelajaran berlangsung. Salah satunya adalah ketika guru
masuk kelas, pemberian salam, pengasbsenan, pengkondisian kelas, menyanyikan
lagu Indonesia raya dan nasional, apresepsi, dan seterusnya. Dalam apersepsi guru
bisa memancing peserta didik untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya.
Selain itu, di apersepsi, guru juga dapat menyelipkan pembelajaran karakter atau
afektif.
Terkait dengan PerMen yang mengharuskan pelaksanaan PPK dalam
pembelajaran. Ada 5 nilai yang menjadi fokus dalam PPK, yaitu nasionalis,
integritas, mandiri, gotong royong, dan religious.
- Nasionalis, penerapannya seperti cinta tanah air, yang dapat dilaksanakan
sebelum penyampaian materi pembelajaran di kelas, guru membiasakan
peserta didik untuk menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu nasional.
- Integritas, merupakan kesatuan antara sikap, karakter, tindakan, ucapan dari
peserta didik tersebut. Guru sebaik mungkin harus memperhatikan peserta
didik untuk tidak hanya berkata jujur saja, namun tindakannya pun harus jurjur
pula.
- Religious, menceriminkan keberimanan terhadap Tuhan Ynag Maha Esa.
Seperti sikap bersyukur terhadap nilai ulangannya, membaca al-quran,
menjalani ibadah, selalu mengucap salam, dan lainnya.
- Mandiri, tidak bergantung kepada orang lain dan mempergunakan tenaga,
pikiran, dan waktu untuk merealisasikan mimpi dan harapan.
- Bergotong royong, siswa dapat bekerja sama dan bisa menempatkan diri
dimana pun peserta didik berada.

Baru-baru ini dalam pembelajaran SD, penanaman literasi dan PPK harus
berjalan secara seimbang. Literasi sendiri tidak hanya berpaku pada membaca dan
menulis, namun juga menyimak dan berbicara secara cerdas, agar peserta didik
dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Gerakan
literasi ini direalisasikan dengan mengadakan pojok baca di kelas, perpustakaan di
sekolah, dan lainnya. Kemudian penanaman literasi dan PPK adalah sebuah proses
yang perlu terus ditanamkan kepada peserta didik. Guru pun dapat memberikan
pemahaman kepada peserta didik mengenai nilai-nilai positif yang dapat diambil
dari kedua hal tersebut.

 Mata pelajaran, Materi, dan Media Pembelajaran dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Teori Afektif di SDN Pondok Jagung 03
Mata pelajaran yang secara khusus membahas mengenai teori afektif dalam
materinya adalah Agama, seperti Agama Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya. Pada
dasarnya, setiap mata pelajaran di sekolah harus ada pembelajaran mengenai teori
afektif, namun disampaikan secara tersirat. Contohnya seperti mata pelajaran IPA,
ketika membahas mengenai anggota tubuh, guru dapat menyelipkan bahwa tubuh
kita diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu kita harus bersyukur
dan harus bisa menjaga tubuh sendiri. Hal ini merupakan salah satu implementasi
dari sikap bersyukur.
Untuk penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran teori
afektif, guru di SDN Pondok Jagung kadang-kadang menggunakan Media Power
Point, Video dengan alat infocus. Lalu ketika pembelajaran daring seperti
sekarang, guru juga menggunakan Zoom, WA, dan Canva.
 Pembiasaan Teori Afektif di SDN Pondok Jagung 03
Pembiasaan teori afektif di SDN Pondok Jagung 03, mungkin juga sama
dengan sekolah-sekolah lain dimana pun itu. Pembiasaannya adalah menggalakan
literasi, membuang sampah pada tempatnya, sholat dhuha dan membaca alquran
bagi umat muslim, berbaris yang rapi ketika mengantri, menolong teman dan
siapapun yang kesulitan, murah senyum, mengucap salam kepada guru, teman,
maupun warga sekolah, dan pembiasaan lainnya. Namun di SDN Pondok Jagung
03 ada beberapa pembiasaan, yaitu :
- Setiap hari Jumat di SDN Pondok Jagung 03, dilaksanakan mengumpulan
sampah dan memisahkannya antara kering dan basah. Untuk sampah basah
akan diurusi oleh pegawai kebersihan di sekolah, sedangkan untuk sampah
kering akan dikumpulkan oleh peserta didik dan dijual. Kemudian hasil
uangnya akan dimasukkan ke uang kas kelas masing-masing.
- Selain itu, disediakan perpustakaan kecil atau disebut juga dengan pojok baca
yang terdapat di setiap kelas. Di pojok kelas buku yang tersedia tidak hanya
buku pelajaran, namun terdapat kamus, buku cerita, ensiklopedia, dan lainnya.
Peserta didik dapat membawa buku dari rumah masing-masing dan bertukar
buku dengan teman-teamannya yang lain. Jadi ketika ada peserta didik yang
sudah selesai menggerjakan tugas daripada menggangu temannya atau tidur,
guru dapat mempersilahkan peserta didik untuk membaca di pojok baca.
Kemudian di setiap kelas di SDN Pondok Jagung 03 memiliki inventaris
sekolah, salah satunya seperti tikar. Sehingga peserta didik dapat membaca
sembari duduk ditikar atau bahkan tiduran, yang penting terlihat rapi.
Narasumber mengatakan, di SDN Pondok Jagung 03, ketika belajar dikelas
peserta didik tidak harus selalu duduk dikursi. Namun peserta didik dapat
belajar di lantai bersama-sama dan secara bekelompok.
Di Kota Tengerang sendiri, setiap sekolah yang berdomisili disana harus
menggalakan GSBM, yaitu Gerakan Sekolah Bersih dan Menyenangkan. Bersih
yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kebersihan, warga sekolah ditekankan untuk
menjaga kebersihan, bahkan mengadakan adiwiyata atau penghijauan sekolah.
Kemudian menyenangkan adalah peserta didik yang tidak diikat dengan peraturan
sekolah yang terlalu formil, yang terpenting semua di bawah pengawasan guru.
 Strategi Pembelajaran Teori Afektif menggunakan Metode Modeling,
Cooperative Learning, VCT, dan Strategi lain di SDN Pondok Jagung 03
- Metode Modeling : Metode ini diterapkan oleh guru SDN Pondok Jagung 03.
Guru selalu berperilaku dan bertutur kata dengan baik saat di sekolah maupun
di luar sekolah. Sehingga perserta didik pun mendapatkan contoh yang baik.
- Cooperative Learning : Di SDN Pondok Jagung 03, pembelajaran metode
kooperatif sering terapkan. Seperti memberikan tugas kelompok kepada
peserta didik dan di presentasikan.
- VCT : Metode VCT juga diterapkan dalam pembelajaran afektif di SDN
Pondok Jagung 03. Contoh penerapannya seperti, studi kasus. Guru
memberikan masalah kemudian memberikan instruksi “apa yang harus kalian
lakukan jika berada di posisi mereka” dan lain-lain.
Pada dasarnya guru di SDN Pondok Jagung 03 sudah melaksanakan penerapan
pembelajaran teori afektif di sekolah dengan berbagai strategi yang tersirat selain
metode modeling, cooperative learning dan VCT. Hanya saja mayoritas guru-guru
di SDN Pondok Jagung 03 melakukannya secara spontan atau implusif, sehingga
tidak memikirkan nama-nama dari strategi yang diterapkan dalam pembelajaran
afektif tersebut. Sebab strategi dalam menerapkan pembelajaran afektif sangat
banyak dan cukup memusingkan bagi guru, terutama yang sudah senior.
 Kenakalan dan Sanksi yang diberikan Terhdap Peserta Didik SDN Pondok
Jagung 03
Menurut narasumber, peserta didik yang suka berlari-lari, mengganggu
temannya, berisik saat dikelas, dan kenakalan lain yang merupakan kenakalan
anak-anak pada umumnya, serta tidak termasuk ke dalam kejahatan kriminal
adalah hal yang biasa. Sehingga narasumber pun menanggapinya dengan santai
dan tidak terlalu membawa pusing hal-hal tersebut.
Narasumber juga mengatakan terdapat kenakalan peserta didik yang sudah
melewati batas dan harus ditangani secara khusus. Contohnya ada beberapa
peserta didik yang suka mencuri barang milik teman-temannya. Peserta didik ini
pun tidak mau mengaku, walaupun teman-temannya melihat aksinya tersebut.
Namun ada pula peserta didik yang mengakui perbuatannya. Hal seperti ini harus
mendapat penanganan secara istimewa. Contohnya seperti pemanggilan orang tua
ke sekolah. Kemudian guru yang bersangkutan mengajak orang tua peserta didik
tersebut berdiskusi menanyakan keaadan di rumah, apakah ada masalah atau
sesuatu yang membuat anaknya berani melakukan perbuatan mencuri.
Ada orang tua yang menerima perbuatan anaknya dan ingin menyelidiki
mengapa anaknya berani melakukan perbuatan seperti itu. Sayangnya ada pula
orang tua yang menutupi dan tidak menerima perbuatan anaknya. Jika seperti ini,
maka guru yang bersangkutan menasehati para peserta didik terkait perbuatan
mencuri, namun nasehat itu sebenarnya ditunjukan kepada peserta didik yang
mencuri tersebut. Disinilah pendidikan afektif ditekankan, bahwa mencuri itu
salah dan lain-lain.
Kemudian ada pula peserta didik di SDN Pondok Jagung 03 yang menyakiti
temannya, namun ia berpikir bahwa menyakiti tersebut tidak sakit. Contohnya
seperti, terdapat kejadian berbahaya yang dialami oleh salah satu peserta didik
akibat kejahilan peserta didik lain. Peserta didik ini menyalakan petasan yang ia
dapatkan dari warung seberang sekolah, kemudian meletakkannya di kantung
belakang temannya. Akibat dari ledakan petasan tersebut seorang peserta didik
harus mendapatkan luka parah di kakinya dan menjalani operasi.
Penanganan dari kejadian tersebut adalah guru yang memanggil orang tua dari
kedua pihak, karena akibat dari kejadian ini membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Kemudian guru dan orang tua pelaku juga merundingkan mengapa peserta
didik ini bisa menyakiti temannya hingga seperti itu. Hingga kemudian guru
mendapatkan fakta bahwa peserta didik ini kekurangan kasih sayang dari ayahnya,
sehingga ia haus akan perhatian dan melakukan aksi tersebut agar orang tuanya
memberikan perhatian kepadanya.
 Pelaksanaan Pembelajaran Teori Afektif di SDN Pondok Jagung 03 Oleh
Narasumber
Narasumber sendiri dalam melaksanakan penerapan teori afektif di SDN
Pondok Jagung 03, tidak jauh berbeda dengan guru-guru lainnya. Kemudian
narasumber juga melaksanakan ketiga strategi pelaksanaan pembelajaran teori
afektif seperti di atas, yaitu metode modeling, cooperative learning, dan VCT.
Kemudian dalam melaksanakan penerapan pembelajaran teori afektif, narasumber
melakukannya secara tersirat ketika kegiatan belajar mengajar berlangung.
Lampiran

 Bukti Chat WA saya dengan Narasumber, yang merupakan guru SDN Pondok
Jagung 03 dan orang tua dari teman saya.

 Bukti wawancara yang saya lakukan dengan narasumber selama 1 jam dan
secara informal.
 Sebagian peserta didik kelas VI SDN Pondok Jagung 03 saat pembelajaran
tatap muka.
 Sebagian Peserta Didik kelas III SDN Pondok Jagung 03 saat pembelajaran
tatap muka.
 Daftar pertayaan tentang pelaksanaan pembelajaran teori afektif di SDN
Pondok Jagung 03

 Laporan observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran teori afektif di SDN


Pondok Jagung 03

Anda mungkin juga menyukai