Learning is most effective when it’s fun –Peter Kline. Semua pasti setuju
bahwa belajar yang paling efektif terjadi ketika dalam suasana menyenangkan.
Apalagi apabila pembelajaran dapat disesuaikan dengan gaya belajar, minat dan bakat
masing-masing orang. Di dalam kelas dengan siswa yang heterogen dari berbagai
latar belakng ekonimi, sosial dan budaya, serta beragam gaya belajar, minat, dan
bakat tentu sangat cenderung sulit untuk dapat mengkomodir karakteristik masing-
masing siswa. Tidak dapat dipungkiri, pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
masih menyamakan perlakuan untuk setiap individu, dalam arti siswa belum bebas
atau belum merdeka dalam menentukan gaya belajar yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
prinsip yang menyertai. Lebih banyak lagi yang memunculkan strategi, model,
perkembangan jaman dan pengetahuan. Tetapi pada prinsipnya semua teori, strategi,
model, maupun metode tersebut akan dapat berjalan dan memperoleh hasil yang
diharapkan ketika siswa merasa senang dan merdeka dalam belajar. atau lebih jauh
lagi siswa dapat merdeka dalam menentukan gaya belajar sesuai minat dan bakatnya.
Sebagai seseorang yang mengabdi selama 22 tahun sebagai seorang guru PAI
Sekolah Dasar, penulis mendapati jauhnya jarak antara kata belajar dengan kata asyik
1
yang merasa bosan belajar. Ketika di dalam kelas yang mereka tunggu adalah bel
istirahat. Ketika bel terdengar seakan surga memanggil dan mereka telah keluar dari
hukuman neraka.
Begitu pula dengan anak-anak penulis di rumah, mereka susah sekali untuk ajeg
belajar rutin lebih seperti memasuki suasana perang antara ibu dan anak.
siswa dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah, fenomena ini juga didukung
secara empirik oleh penelitian Toni Buzan. Selama 30 tahun Toni Buzan meneliti
tentang asosiasi seseorang terhadap kata belajar. Metodenya adalah melakukan survei
yaitu menanyakan kepada responden apa yang mereka pikirkan saat mendengar kata
pekerjaan rumah, buang-buang waktu, hukuman, tidak relevan, bahkan benci, dan
takut.
Dari pemaparan tersebut dapat digeneralisasi bahwa belajar dalam hal ini
berarti sekolah dan kegiatan pembelajaran di dalamnya adalah suatu tempat dan
kegiatan yang kurang menyenangkan atau dalam bahasa anak “tidak asyik” karena
siswamasih belum merdeka dalam menentukan gaya belajar yang sesuai minat dan
bakatnya.
ketika kata belajar disandingkan dengan kata PAI. Belajar PAI selama ini
2
Bahkan penulis pernah mengalami fase-fase “membosankan” belajar PAI sewaktu
bersekolah.
Oleh karena itu sebagai guru, penulis selalu berusaha membangun kegiatan belajar
yang menyenangkan bagi siswa sehingga didapat hasil belajar yang baik pula.
ajar. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010), belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan
kegiatan misalnya membaca, menulis dan sebagainya serta belajar itu akan lebih baik
jika si subjek mengalami dan melakukannya (Sardiman, 2008). Hal ini berarti belajar
dapat dilakukan dimana saja dan dari sumber belajar manapun. Lingkungan sekitar
siswa dapat digunakan sebagai sarana untuk belajar sehingga dapat membangun
kesadaran diri.
Apabila belajar dapat dikatakan sebagai proses perubahan tingkah laku, maka
menurut Chatib Munif pembelajaran merupakan proses transfer ilmu dua arah, antara
guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Tentu saja
3
definisi ini berarti bahwa informasi hanya dari guru padahal pembelajaran yang asyik
siswa.
Pendapat lebih lanjut adalah dari Dimyati dan Mujiono yang menyatakan
untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Pandangan ini lebih luas karena sudah mulai menempatkan guru sebagai
fasilitator yang memfasilitasi gaya, minat, dan bakat siswa dengan menyediakan
desain dan sumber belajar yang tepat. Selain beberapa hal di atas, masih banyak lagi
Proses pemebelajaran akan lebih efektif apabila dibangun dalam situasi yang
menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru. Bila guru mengajar dengan cara yang
asyik dan menyennagkan maka siswa pun akan ikut senang. Begitu pula sebaliknya,
Keaktifan dan antusiasme siswa dalam belajar adalah hal yang sangat menyenagkan
bagi guru.
tugas guru. Dalam suatu ruang kelas dengan jumlah siswa sekitar 30 orang
merupakan tantangan bagi guru untuk menyediakan situasi yang asyik. Apalagi
4
Sekolah tempat penulis mengajar adalah sebuah sekolah dengan intake siswa
terendah dari seluruh sekolah dasar se kota Pasuruan. Latar belakang sosial ekonomi
dan pendidikan orang tua siswa juga memprihatinkan. Banyak siswa yang tanpa
motivasi untuk belajar dan tanpa dukungan motivasi dari orang tua bahkan apatis
siswa. Hasil belajar siswa juga rendah. Tugas-tugas sering diabaikan dan jarang
motivasi mereka dan pada akhirnya siswa dapat berkata pada diri sendiri “Oh,
mengerjakan sesuai gaya belajar, minat dan bakatnya, 2) mendorong siswa untuk
mengerjakan tugas dengan idenya, dan 3) memahami konsep penting yang sama
Sekilas ketiga hal di atas mungkin rumit karena kita menghadapi sekian
banyak siswa dengan beragam karakter. Tetapi apabila dilakukan, sesuai pengalaman
memperlihatkan minat dan bakat unik siswa yang sebelumnya tidak diketahui,
5
Tentu saja tidak semua materi pelajaran sesuai dengan cara pembelajaran
menyenangkan yang satu ini. Guru perlu memilah dan memilih materi yang sesuai
untuk diaplikasikan.
Setiap orang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Ada lima gaya
belajar yang selama ini ada pada siswa dan perlu diketahui guru agar dapat mengenali
karakter setiap siswa. Gaya belajar pertama adalah gaya belajar visual yaitu
kemampuan belajar dengan melihat. Siswa dengan gaya ini lebih cepat mengingat
dengan melihat dan mengamati dan tidak terganggu oleh suara-suara serta biasanya
gemar membaca dan menggambar detil. Yang ke dua auditori, yaitu mampu
memahami lebih baik dengan mendengarkan, biasanya penghapal yang baik, suka
bercerita dan berdiskusi. Kemudian Kinestetik yaitu gaya belajar dengan melibatkan
gerak. Siswa seperti ini sering disebut pengganggu karena sering menghapal dengan
berjalan dan menyukai permainan. Ke empat gaya belajar global yaitu memiliki
melakukan banyak tugas sekaligus. Dan yang terakhir gaya belajar analitik
Gaya belajar ini biasanya berkorelasi langsung pada minat dan bakat siswa.
Visual biasanya mempunyai minat di bidang matematika, auditori pada bidang musik
6
Bagaimana Jurus Asyiknya?
Tanda-tanda datangnya hari akhir adalah materi di semester ganjil. Materi ini
sebenarnya sangat dekat dengan fenomena yang terjadi di lingkungan siswa. Tanda-
tanda datangnya hari akhir dapat diamati langsung oleh siswa apalagi melihat
khususnya ketiaka musim hujan dan musim angin. Materi ini juga sekaligus dapat
sebagi proses mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik. Juga diharapkan dapat
Jurus asyik dalam pembelajaran materi PAI Tanda-tanda datangnya hari akhir
menentukan hasil belajar sesuai dengan gaya belajar, minat dan bakatnya.
melakukan cara agar sampai pada pemaknaan mereka sendiri tentang tanda-tanda
datangnya hari akhir yang pernah terjadi di lingkungan sekitar. Pembelajaran ini
dalam bentuk apa hasil tugasnya. Sama dengan kiasan apabila ke Jakarta kita bisa
memilih banyak moda dan jalur transportasi untuk mencapai tujuan, maka pada
pembelajaran ini siswa dapat tiba pada konsep penting yang sama dari sudut pandang
mengamati tanda-tanda datangnya hari kiamat yang pernah terjadi di sekitar mereka
7
dan siswa ditugaskan untuk memberikan contoh peristiwa tanda-tnada datangnya hari
kiamat berupa foto atau video dengan deskripsi peristiwa yang jelas dengan gaya
dengan cara tugas seperti ini, tetapi guru dapat memberikan contoh=contoh yang
dapat dimengerti siswa. Penulis sering mencontohkan dengan membuat cerita pendek
Guru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri masing-masing siswa dengan
datangnya hari akhir?” atau dengan menyatakan “kamu pernah bilang ke saya senang
jika membuat kliping, mengapa kamu tidak membuat kliping tentang datangnya hari
kiamat. Masih banyak lagi jurus-jurus yang dapat dilakukan guru untuk
mendapatkan banyak kejutan asyik dari hasil belajar siswa. Penulis pernah
mendapatkan vlog asyik lengkap dengan background suara, visual yang sesuai,
sampai kemampuan presentasi yang sangat bagus dari seorang siswa. Padahal dalam
pendapat.
Penulis juga pernah mendapati cerita pendek yang sepertinya tidak mungkin
ditulis oleh siswa tersebut. Sehari-hari siswa tersebut sangat pasif di kelas bahkan
8
banyak guru yang memberi predikat sebagai anak nakal karena sering kali tidak
disiplin. Tetapi dalam tugas ini, penulis amati langsung mengerjakan tugasnya
seketika di kelas padahal banyak temannya masih bingung mau mengerjakan dengan
cara bagaimana.
merupakan ekspresi merdeka belajar siswa. Di sani-sini memang terselip cerita yang
sama persis alias menyontek karya teman. Dalam hal ini guru dapat membimbing
Dalam proses penggalian gaya belajar, minat dan bakat ini, mungki ada
beberapa kejadian lucu tetapi mencerahkan yang dialami penulis. Ada siswa yang
bingung mau mengerjakan dengan cara apa karena katanya mengarang tidak bisa,
LKS. Terlihat kurang ayik mungkin tetapi hal ini juga memperlihatkan keunikan dan
kelebihan siswa tersebut yang dapat menentukan poin-poin penting dari suatu bacaan.
dalam mengerjakan tugas. Apalagi pada siswa yang memang sudah mempunyai gaya
belajar global, banyak sekali ide-ide yang mereka tuangkan dalam tugas.
Kebingungan ada, banyak mungkin pada awalnya tetapi dengan kesabaran dan
antusiasme guru maka pembelajaran ini dapat menjadi jurus asyik dalam
memerdekakan gaya belajar, minat dan bakat siswa khususnya dalam materi
Tanda0tanda datangnya hari akhir sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan
9
Penutup
Banyak cara untuk membangun situasi belajar yang menyenagkan bagi siswa.
Salah satunya adalah membebaskan atau memerdekan siswa dalam memilih gaya
belajar sesuai minat dan bakatnya. Pembelajaran dalam materi PAI Tanda-tanda
datangnya hari akhir dapat digunakan sebagai wahana untuk mengaplikasikan jurus
ataupun materi lain yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang
10
Daftar Rujukan
Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan
Dimyati & Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah & Zain .2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakaerta: Rineka Cipta
Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik dalam Mengajar Startegi Meningkatkan
Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
11