Belajar Menemukan
Karakteristik belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk – bentuk kegiatan belajar
yang biasa dilakukan oleh siswa di SD tempat mereka belajar sehari – hari. Bentuk –
bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak, meniru,
menghafal, merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan,
mengambil keputusan, berlatih, menghayati, dan mengamati.
Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada siswa SD dapat
dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan karakteristik siswa dan kreatifitas
guru, sehingga dengan demikian diharapkan kemampuan belajar siswa SD dapat
berkembang secara maksimal. Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
belajar menemukan, guru dapat menerapkan metode discovery learning yang
dikemukakan oleh Bruner, selain itu dapat juga menggunakan metode eksperimen (
experimental method ).
Belajar Menyimak
Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia melalui permainan katan dan pertanyaan. Sedangkan untuk
mengembangkan kemampuan belajar meniru, guru dapan menggunakan kegiatan
bermain peran mengenai pekerjaan / profesi yang ada di sekitar siswa. Contoh
kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar menyimak siswa
adalah sebagai berikut:
1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa,
seperti bercerita, membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat
menyenangkan karena dapat membantu siswa mengingat nama, tempat,
tanggal, dan hal – hal lainnya dengan cara mendengar kemudian
menyebutkannya. Cara lain adalah dengan melakukan permainan “kuda
bisik”. Melalui permainan ini, siswa dituntut untuk menyimak apa yang
disampaikan oleh temannya untuk kemudian diteruskan kepada teman yang
lain.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya, guru memancing keingintahuan
dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan
pertanyaan , hingga didapatkan hasil yang paling akhir atau kesimpulan.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata
– kata yang terdapat pada lagu tersebut.
Belajar Meniru
Belajar Menghafal
Belajar Merangkai
Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat
menggunakan permainan aneka jenis binatang dengan
karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan
Agama karena pada mata pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang
nilai – nilai moral dan pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari.
Belajar Mengamalkan
Belajar Merespon
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai
reaksi dari suatu tetentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan merespon bagi siswa SD adalah dengan memberikan
pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Misalnya bagaimana respon/tanggapan yang diberikan siswa apabila
temannya sedang ditimpa musibah banjir, gempa bumi, atau tanah
longsor.
Belajar Mengorganisasikan
Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar
humanistik yang dikemukakan Carl Rogers. Menurut Rogers yang
penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa.
4. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
5. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya
6. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Dalam
rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat membiasakan
siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisasikan informasi atau
pengetahuan yang diperolehnya ke dalam pemikirannyamasing – masing. Pengembangan
mengorganisasikan ini sesuai dengan teori humanistik yang dikemukakan oleh Rogers.
Belajar Mengambil
Keputusan Pengembangan kemampuan untuk mengambil keputusan dapat dilakukan
dengan metode problem solving atau pemecahan masalah. Sementara untuk
mengembangkan kemampuan berlatih, guru dapat menggunakan metode bermain peran
dengan cara mengajak siswa untuk praktik jual beli di warung sekolah.
Berlatih
Untuk membiasakan anak berlatih melakukan kegiatan sehari –hari, guru dapat
mengadakan kegiatan bermain peran, misalnya melakukan transaksi jual beli, seperti yang
diterapkan di sekolah alam Ar-Ridho dalam pembelajaran matematika. Contoh lainnya
adalah seorang guru melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS di SDN Kalisalak II
Kebasen dan SD Gombong V, Kebumen. Salah satub kegiatannya adalah siswa diajak ke
warung deket sekolah, dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan harga
jual.
Belajar Menghayati
Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat mengajarkan mata pelajaran
kesenian. Pada mata pelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran
(drama) dan menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan tersebut,
siswa dapat memahami karakter atau sifat dari tokoh yang diperankan atau makna yang
terkandung dari sebuah lagu.
Belajar Mengamati
Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh kegiatan yang dapat
dilakukan adalah mengajak anak untuk mengenal ekosistem perairan laut yang memilki
keanekaragaman hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral, penghasilan, dan
bibit budi daya serta berfungsi menyerap karbon dari udara. Kegiatan ini diterapkan dengan
metode Edutainment (edukasi dan entertainment) seperti yang dilakukan oleh Gelanggang
Samudra Ancol. KB II: Motivasi Belajar Siswa Kata motif merupakan kata dasar motivasi
yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali kegiatan
perubahan energi seseorang dan nampak sebagai kegiatan fisik, motivasi ditandai dengan
adanya rasa, dan pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi berupa
tujuan yang didasarkan atas kebutuhan.
Menulis atau membaca. Pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk siwa seperti ini
adalah dengan menggunakan tape perekam sebai alat bantu atau melibatkan siswa dalam
kelompok diskusi. Pendekatan selanjutnya adalah dengan melakukan review secara verbal
dengan sesama teman atau dengan guru. 3. Siswa yang berorientasi pada benda yang
dimanipulasi Karakter siswa yang mempunyai gaya belajar seperti ini adalah mereka selalu
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar mereka selalu dapat
mengingat informasi tersebut. Siswa tipe ini juga tidak termasuk siswa yang suka diam
lama atau duduk terlalu lama untuk mendengarkan penjelasan. O. Serba – Serbi
Memotivasi Siswa SD Cara lain yang dapat Anda pelajari dan tiru agar memotivasi belajar
siswa dapat meningkat adalah melalui bebrapa cara yang dikemukakan berikut ini. Dalam
tulisannya, Agus Sampurno menceritakan 7 kebiasaan guru yang efektif untuk memotivasi
siswanya agar lebih bersemangat dalam belajar:
1. Konsistensi
2. Perlakukan siswa sebagai individual
3. Jadikan lingkungan fisik kelas anfa sedapat mungkin bernuansa belajar
4.Lakukan penilaian terhadap siswa sesering mungkin tapi dengan alasan yang kuat
5.Dapatkan
umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja
6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal maupun informal
7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa.
a. Orang tua selalu berusaha menempatkan anaknya dalam kehidupan yang baik. Tidak ada
satu orangtuapun yang menghendaki anaknya terjerumus dalam kesulitan dan kesengsaraan
hidup. Mereka akan terus memberikan bekal baik moril maupun materiil untuk
menghantarkan anaknya menggapai kehidupan yang layak.
b. Orang tua lebih mengutamakan keselamatan anaknya dari pada dirinya sendiri pada saat
terjadi bencana. Orang tua tidak akan pernah rela melihat anaknya menghadapi bencana
baik fisik maupun psikis. Tidak jarang mereka melupakan rasa letih dan menanggalkan
segala macam kebutuhan pribadinya ketika menyadari bahwa anaknya sedang.
d. Lebih mengutamakan kelangsungan hidup anaknya dari pada dirinya sendiri Fitrah ini
tertanam erat pada setiap orangtua khusunya seorang ibu, perasaan menyatu orangtua
dengan anaknya ibarat gula dengan manisnya. Karena itu beberapa fenomena orangtua
yang memeras atau mengeksploitasi putra putrinya untuk kepentinngan dirinya
menunjukan adanya tanda kelainan mental.
e. Bersabar menghadapi perilaku buruk anaknya Sifat sabar yang ada pada orangtua dalam
menghadapi perilaku buruk anaknya berpangkal pada fitrah keinginan orangtuaagar
anaknya dapat melangsungkan hidupnya dikemudian hari lebih baik dari pada dirinya
sendiri.Walaupun terkadang orangtua menyadari belum tentu harapan baik pada anaknya
itu terkabul, tetapi mereka tetap saja sabar.
Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan
tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home- schooling. Dalam
home- schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus
yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Anak yang sudah sangat maju
diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya;
sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin
akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan
memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan
dan ritme belajarnya. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
4. Ratna adalah seorang ibu yang berlatar belakang pendidikan sarjana pertanian dan
memiliki lima orang anak kandung. Seiring berjalannya waktu, Bu Ratna memutuskan
untuk membangun sekolah dasar swasta dan menjadi salah satu pengajar di sekolah dasar
tersebut.
Coba saudara analisis profil kompetensi guru SD apa yang tidak dimiliki bu Ratna!
Menurut saya mengenai kompetensi yang tidak dimiliki ibu Ratna ini adalah suatu materi
yang belum dikuasai dan bagaimana cara pengelolahan kelas saat pembelajaran
berlangsung.
5. Kurikulum merupakan perangkat rencana, tujuan, materi dan bahkan cara mengajar yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan di sekolah. Tentunya pengembangan
kurikulum ini memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Uraikanlah prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum di sekolah dasar yaitu :
1. Prinsip relevansi
Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada prinsip relevansi,
setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal,
kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi,
organisasi, dan evaluasi).
2. Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam
implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan
waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran
kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel
ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan.
3. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan bahkan vital dalam
proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran agar lebih
optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam
perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah
cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa
untuk memilki akhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur.
5. Prinsip efektivitas