KELOMPOK 3 :
A. Belajar Menemukan
Karakteristik belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk – bentuk kegiatan belajar yang biasa
dilakukan oleh siswa di SD tempat mereka belajar sehari – hari. Bentuk – bentuk kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk belajar menemukan, menyimak, meniru, menghafal, merangkai, mengamalkan,
menganalisis, merespon, mengorganisasikan, mengambil keputusan, berlatih, menghayati,
dan mengamati. Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada siswa
SD dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan karakteristik siswa dan kreatifitas
guru, sehingga dengan demikian diharapkan kemampuan belajar siswa SD dapat berkembang
secara maksimal. Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar menemukan, guru
dapat menerapkan metode discovery learning yang dikemukakan oleh Bruner, selain itu dapat
juga menggunakan metode eksperimen ( experimental method ).
B. Belajar Menyimak
Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
melalui permainan katan dan pertanyaan. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
belajar meniru, guru dapan menggunakan kegiatan bermain peran mengenai pekerjaan /
profesi yang ada di sekitar siswa. Contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru
untuk belajar menyimak siswa adalah sebagai berikut:
1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti
bercerita, membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena dapat
membantu siswa mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal – hal lainnya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya. Cara lain adalah dengan melakukan permainan “kuda
bisik”. Melalui permainan ini, siswa dituntut untuk menyimak apa yang disampaikan oleh
temannya untuk kemudian diteruskan kepada teman yang lain.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya, guru memancing keingintahuan dengan berbagai
pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan , hingga didapatkan hasil
yang paling akhir atau kesimpulan.
3. Bermain dengan gambar, misalnya membuar gambar, merancang, dan melihat gambar,
slide, video, atau film.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata – kata yang
terdapat pada lagu tersebut.
C. Belajar Meniru
Anak – anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru ( modelling ) dari lingkungan
sekitarnya. Guru dan orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Anak
akan banyak sekali belajar melalui melihat, mengamati, menginternalisasi, hingga meniru
dalam bentuk perilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru itu menetap sebagai suatu
kebiasaan dan kegemaran. Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya selalu memberi contoh
yang baik karena budaya meniru siswa tersebut. Siswa akan berperilaku sesuai dengan apa
yang biasa dilihatnya. Contohnya siswa bermain peran sabagai polisi lalu lintas, dokter, guru,
ibu rumah tangga sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat sehari – hari.
D. Belajar Menghafal
Pada pengembangan kemampuan mengahafal, hendaknya siswa diberi bekal pengetahuan dan
berpikir logis serta sistematis, sehingga siswa tidak hanya berada pada tingkatan ingatan dan
pemahaman saja. Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan
oleh budaya yang terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu
arah, yaitu guru ke siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun
individualisasi. Siswa menjadi penerima yang pasif. Walaupun kurikulum Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) telah dicanangkan sebagai dasar strategi proses belajar mengajar, namun dalam
praktik di lapangan yang terjadi masih dalam pola siswa Datang, Duduk, Dengar, Catat dan
Hafal (D3CH) dan siswa tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Lambat laun siswa
menjadi cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Hal ini akan terpola dalam
banyak bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa kehilangan sense oflearning atau kepekaan
untuk belajar. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus membenahi metode belajar siswa.
Disamping memberi bekal keterampilan belajar, guru harus berusaha membiasakan siswa
menggunakan metode berfikir logis dan sistematis pada siswa dalam belajarnya.
E. Belajar Merangkai
Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat menggunakan permainan aneka
jenis binatang dengan karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan Agama karena pada mata
pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang nilai – nilai moral dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari – hari.
F. Belajar Mengamalkan
Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PPKn dan
Agama, karena pada mata pelajaran tersebut anak diajarkan tentang nilai – nilai moral dan
perilaku yang hendaknya ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di masyarakat.
Contohnya pada saat mempelajari tentang sikap saling hormat – menghormati antara
penganut agama yang satu dengan yang lain, siswa diajak untuk menanamkan nilai yang
terkandung dari pelajaran tersebut dalam kehidupannya sehari – hari dengan cara
menghormati teman yang sedang berpuasa, memberi selamat hari raya kepada teman yang
sedang merayakan hari besar agamanya, dan lain –lain.
G. Belajar Menganalisis
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
menganalisis pada siswa SD adalah dengan menggunakan permainan teka –teki atau tebak –
tebakan, sehingga anak terbiasa menganalisis suatu permasalahan berdasarkan informasi yang
tersedia dan mencari jawabannya. Manfaat dari permainan teka – teki ini adalah:
1. Mengasah daya ingat
2. Belahar klarifikasi
3. Mengembangkan kemampuan analisis
4. Menghibur
H. Belajar Merespon
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tetentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD
adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Misalnya bagaimana respon/tanggapan yang diberikan siswa apabila temannya
sedang ditimpa musibah banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.
I. Belajar Mengorganisasikan
Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar humanistik yang dikemukakan
Carl Rogers. Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Dalam
rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat membiasakan siswa
berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang
diperolehnya ke dalam pemikirannyamasing – masing. Pengembangan mengorganisasikan ini
sesuai dengan teori humanistik yang dikemukakan oleh Rogers.
K. Berlatih
Untuk membiasakan anak berlatih melakukan kegiatan sehari –hari, guru dapat mengadakan
kegiatan bermain peran, misalnya melakukan transaksi jual beli, seperti yang diterapkan di
sekolah alam Ar-Ridho dalam pembelajaran matematika. Contoh lainnya adalah seorang guru
melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS di SDN Kalisalak II Kebasen dan SD
Gombong V, Kebumen. Salah satu kegiatannya adalah siswa diajak ke warung deket sekolah,
dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan harga jual.
L. Belajar Menghayati
Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat mengajarkan mata pelajaran
kesenian. Pada mata pelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran
(drama) dan menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan tersebut,
siswa dapat memahami karakter atau sifat dari tokoh yang diperankan atau makna yang
terkandung dari sebuah lagu.
M. Belajar Mengamati
Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh kegiatan yang dapat
dilakukan adalah mengajak anak untuk mengenal ekosistem perairan laut yang memilki
keanekaragaman hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral, penghasilan, dan bibit
budi daya serta berfungsi menyerap karbon dari udara. Kegiatan ini diterapkan dengan
metode Edutainment (edukasi dan entertainment) seperti yang dilakukan oleh Gelanggang
Samudra Ancol.
Kata motif merupakan kata dasar motivasi yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Pengertian motivasi mengandung 3 hal
penting, yaitu: hal yang mengawali kegiatan perubahan energi seseorang dan nampak sebagai
kegiatan fisik, motivasi ditandai dengan adanya rasa, dan pemahaman terhadap motivasi
sebagai respon dari adanya aksi berupa tujuan yang didasarkan atas kebutuhan.
O. Serba – Serbi Memotivasi Siswa SD Cara lain yang dapat Anda pelajari dan tiru agar
memotivasi belajar siswa dapat meningkat adalah melalui bebrapa cara yang dikemukakan
berikut ini. Dalam tulisannya, Agus Sampurno menceritakan 7 kebiasaan guru yang efektif
untuk memotivasi siswanya agar lebih bersemangat dalam belajar:
1. Konsistensi
2. Perlakukan siswa sebagai individual
3. Jadikan lingkungan fisik kelas anfa sedapat mungkin bernuansa belajar
4. Lakukan penilaian terhadap siswa sesering mungkin tapi dengan alasan yang kuat
5. Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja
6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal maupun informal
7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa.
MODUL 6 LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1 Prinsip-Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar
A. Pengertian Bimbingan
Menurut Agus Taufik (2007), istilah bimbingan pada umumnya dipahami sebagai upaya
memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai yang bersifat
menuntun ke arah yang baik. Menurut Agus Taufik (2005) bimbingan merupakan terjemahan
dari suatu istilah dalam bahasa Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guide.
Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan beberapa padanan dari kata guide yaitu: to direct,
pilot, manage or steer. Bimbingan sering dipadankan dengan “konseling” yang diadopsi dari
bahasa Inggris yaitu Counseling yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
“penyuluhan”.
Pada akhir tahun sembilan puluhan , istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena
konotasinya lebih bersifat pemberian informasi, sedangkan konotasi konselng lebih bersifat
hubungan antar dua pribadi, yaitu antara konselor dengan yang diberi bantuan. Dari definisi
yang ada dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebagai suatu proses membantu
individu siswa untuk dapat memahami diri,mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depannya, sehingga diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal sebagai pribadi
dan sebagai anggota masyarakat yang demokratis.
Dalam UUSPN No.2 Tahun 1989, bahwa anak berbakat adalah warga Negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan
kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada
kemampuan intelektual saja.
1. Pengertian
Kelainan disebut juga sebagai keadaan yang luar biasa atau keluarbiasaan. Menurut Mulyono
Abdulrachman (dalam pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa, 2007) keluarbiasaan
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi anak yang menunjukkan
perbedaan dengan anak normal pada umumnya. Jenis kelainan fisik dapat dikelompokkan
sebagai berikut : Tunanetra, Tunarungu dan Tunadaksa.
2. Layanan Bimbingan terhadap Penyandang Kelainan Fisik
Berikut akan diuraikan cara memberikan bimbingan atau bantuan terhadap penyandang cacat
yang akan dapat memberikan arahan bagi yang memiliki kelainan :
Layanan yang diberikan meliputi layanan akademik, latihan dan bimbingan. Layanan
bimbingan terhadap anak tunanetra terutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan
terhadap aspek psikologisnya, serta pengembangan sosialisasi siswa.
Semua jenis layanan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pihak yang akan
kita layani, tak terkecuali layanan terhadap anak tunadaksa. Karakteristik anak tunadaksa
dapat dilihat dari segi akademis,social/emosional dan fisik/kesehatan.
Indikator tentang masuknya anak dengan gangguan psikologis masuk SD biasa, adalah
seringnya ditemui kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku.
Dalam Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991 disebutkan bahwa : tunalaras adalah
gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan
diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Rosembera, anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko
tinggi dan rendah. Yang beresiko tinggi yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi
dan anak yang menarik diri dari pergaulan social, sedangkan yang beresiko rendah yaitu
autism dan skizofrenia.
Dari segi social dan emosional, anak tunalaras akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
(a) perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya,
aturan keluarga dan sekolah. (b) sering mengganggu, bersikap membangkang atau menentang
dan tidak dapat bekerja sama.
Penyimpangan-penyimpangan perilaku tersebut seperti anak suka jail, iri hati, mencela,
rewel, agresif, suka protes dan malas belajar.
Untuk mengatasi permasalahan anak berperilaku menyimpang, perlu ada kerjasama antara
staf dan semua guru di sekolah. Penyimpangan anak tidak semata-mata dilakukan di dalam
kelas saja, tapi terjadi juga di luar kelas pada saat jam istirahat.
Perilaku mengajar
8. Penutup
Menghadapi anak di sekolah dengan karakteristik yang heterogen diperlukan kesabaran yang
cukup tinggi bagi para guru, terutama guru Sekolah Dasar. Guru harus dapat berperan sebagai
orang tua yang dapat memperlakukan anak penuh kasih sayang
1. Pengertian
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang
tercantum dalam susunan program sesuai keadaan dan kebutuhan sekolah.
Siswa diharapkan akan mampu mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh di sekolah
dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Jenis kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di sekolah antara lain : pramuka, UKS,
olahraga, palang merah remaja, kesenian dan kegiatan lainnya.
Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler biasanya dilakukan oleh para guru yang menguasai
bidangnya, karena pengalaman atau latar belakang pendidikan yang diperolehnya. Petugas
ekstra kurikuler dapat juga diambil dari luar sekolah, dengan menggunakan tenaga ahli yang
tersedia di masyarakat atau lembaga-lembaga tertentu di sekitar sekolah.