BAB 3 - 1
LAPORAN KLHS
U
U No .32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan. Oleh karena itu, KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan
penyelenggaraan KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana
dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS adalah strategi
yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran
dan pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi
BAB 3 - 2
LAPORAN KLHS
dan kemudian menjadi isu prioritas dalam konteks Pembangunan Berkelanjutan. Isu prioritas
ini akan dijadikan dasar pelaksanaan KLHS yang hasilnya akan diintegrasikan ke dalam
perumusan kebijakan, rencana, dan/atau program Revisi RTRW Kabupaten Gowa Tahun
2021-2041. Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada pembahasan berikut;
A. Pengumpulan Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB)
Penjaringan Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) merupakan hasil dari kesepakatan
masyarakat dan tim pokja dalam menentukan isu-isu yang ada di Kabupaten Gowa
sehingga dalam hal partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam
mempermudah untuk memberikan masukan isu-isu yang dianggap sangat urgen dalam
pembangunan Kabupaten Gowa kedepannya. Maka, dari penjaringan isu pembangunan
berkelanjutan (PB) tersebut terdapat 108 isu pembangunan berkelanjutan hasil
masukan/tanggapan/saran dari peserta yang akan disaring melalui metode pengelompokan
isu yang dianggap sama kemudian dilakukan pemusatan isu untuk menentukan isu strategis
hingga prioritas. Untuk lebih jelasanya terkait isu pembangunan berkelanjutan, sebagaimana
tabel 3.1.
Tabel 3.1
Penjaringan Isu pembangunan berkelanjutan (PB)
KLHS Revisi RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2021-2041
No Identifikasi Awal Lokasi
ISU LINGKUNGAN
1. Efektivitas manajemen pengelolaan persampahan belum dikelola secara
Kawasan Pedesaan
optimal
2. Kecamatan Parangloe
Terjadinya longsor pada daerah ketinggian akibat perubahan Kecamatan Manuju
penggunaan lahan Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Tombolopao
3. Konversi lahan pertanian menjadi bangunan hunian pada kawasan
Kecamatan Tinngimoncong
wisata malino
4. Kecamatan Parangloe
Terjadinya banjir bandang akibat luapan sungai dan bendungan
Kecamatan Manuju
5. Kecamatan Parangloe
Meningkatnya aktivitas pertambangan Galian C Kecamatan Manuju
Kecamatan Parigi
6. Kecamatan Barombong
Kecamatan Parangloe
Kecamatan Manuju
Kecamatan Tinngimoncong
Terjadinya kerusakan tanah akibat erosi air
Kecamatan Tombolopao
Kecamatan Parigi
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
7. Meningkatnya alih fungsi lahan pada kawasan pusat perkotaan Kecamatan Sombaopu
8. Kebakaran hutan akibat cuaca panas saat musim kemarau Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Parigi
BAB 3 - 3
LAPORAN KLHS
Kecamatan Bungaya
Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
9. Kecamatan Bontonompo
Kecamatan Bontonompo Selatan
Kecamatan Bajeng
Terjadinya kelangkaan air bersih pada musim kemarau Kecamatan Bejeng Barat
Kecamatan Palangga
Kecamatan Barombong
Kecamatan Sombaopu
10. Terdapat banyak kegiatan di daerah sempadan sungai seperti rumah, Kecamatan Pattallassang
pabrik, tambang. Khususnya kegiataan industri pertambangan (stone Kecamatan Parangloe
crusher) yang berpotensi merubah bentang alam sungai Kecamatan Manuju
11. Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Tombolopao
Tidak terkendalinya kegiatan pertanian yang mengakibatkan Kecamatan Parigi
penggudulan pohon-pohon, khususnya didataran tinggi yang memiliki Kecamatan Bungaya
potensi gerakan tanah yang tinggi Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
12. Tingginya alih fungsi lahan pertanian dikarenakan distribusi rencana Kecamatan Bontomarannu
pola ruang yang kurang tepat. Terdapat banyak sawah irigasi yang Kecamatan Pattallassang
ditetapkan sebagai kawasan permukiman dan sebaliknya, lahan yang Kecamatan Parangloe
tidak produktif ditetapkan menjadi kawasan pertanian. Kecamatan Manuju
13. Kecamatan Sombaopu
Banyaknya kegiatan industri skala besar yang berdampak ke lingkungan
Kecamatan Bontomarannu
hidup yang berada di luar kawasan industri
Kecamatan Pattallassang
14. Kecamatan Barombong
Reklamasi kawasan tambang liar yang ada disempadan sungai
Kecamatan Sombaopu
jeneberang dan disekitar rumah penduduk
Kecamatan Bontomarannu
15. Pencemaran air sungai dengan tanda eceng gondok di sungai jeneberang
Kecamatan Sombaopu
perlu di perhatiakan
16 Sebaiknya KLHS RTRW ini dilaksanakan berdasarkan peta Rawan
Seluruh Kawasan Perencanaan
Bencana
17 Bencana adalah urusan wajib sehingga diharapkan untuk lebih
Seluruh Kawasan Perencanaan
memperhatikan keterkaitannya dengan KLHS RTRW
18 Masih terjadi genangan air pada waktu hujan, hampir semua di Wilayah
Seluruh Kawasan Perencanaan
Kab. Gowa
19 Kecamatan Parangloe
Kecamatan Manuju
Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Tombolopao
Perlunya pengendalian pengambilan air tanah sebagai upaya
Kecamatan Parigi
pencegahan krisis air.
Kecamatan Bungaya
Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
20 Perbaikan mobil pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Sombaopu
21 Kekeringan di saluran sekunder di Jatia ( entah juga di tangani oleh
Kecamatan Sombaopu
BBWS Pamjen)
22 Perlunya perkuatan tebing tanah di poros Malino sekitar, Kec.
Kecamatan Tinngimoncong
Tinggimoncong akibat pelebaran Jalan Poros Malino
23 Kurangnya angkutan sampah Ruamh Tangga di beberapa Perumahan,
Kecamatan Sombaopu
sehingga masyarakat membakar sampah yang membuat polusi udara
24 Banyaknya perubahan lahan hutan pinus/perkebunan yang menjadi Kecamatan Tinngimoncong
BAB 3 - 4
LAPORAN KLHS
penginapan/rumah di Kota Malini menyebabkan hawa sejuk di Kota
Malino sudah jauh berkurang, sehingga gelar sebagai Kota Wisata yang
sejuk sudah berkurang cocok, menurunkan kualitas Pariwisata di Kota
Malino
25 Adanya pembangunan fasilitas pada lahan sampah plastik di TPA di
Kecamatan Bajeng
Kec. Bajeng
26 Isu pembangunan liar di sempadan saaluran di Daerah Irigasi Kampili Kecamatan Palangga
27 Banyaknya sediman di dalam saluran drainase dibeberapa jalan jalan
Kecamatan Sombaopu
utama di Sungguminasa yang sering mengakibatkan Banjir
28 Masalah Tanah Longsir dan Banjir Seluruh Kawasan Perencanaan
29 Tata letak Drainase dan Irigasi banyak yang sudah tidak berfungsi Seluruh Kawasan Perencanaan
30 Banyaknya perumahan yang tidak memiliki saluran pembuangan yang
tidaak terkoneksi dengan saluran pembuangan akhir sehingga sering Pada Kawasan Perkotaan
banjir
31 Masalah persampahan Seluruh Kawasan Perencanaan
32 Sampah yang menumpuk di danau mawang untuk mengembangkan
Seluruh Kawasan Perencanaan
fungsi sebagai tempat Wisata
33 Tidak terkontrolnya pembuangan limbah, baik RT maupun Pabrik Seluruh Kawasan Perencanaan
34 Memstarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan, Kelautan dan
Seluruh Kawasan Perencanaan
samudera untuk Pembangunan berkelanjutan
35 Isu seringkali terjadi pencemaran air pada kolam budidaya ikan yang
menyebabkan terjadinya kematian massal, ikan hasil Budidaya yang
dicurigai berasal dai Limbah Pabrik yang berada di sekitar Kec.
Bontomarannu yang dibuang ke saluran Air Irigasi (masih adanya
adanya pembangunan Pabrik di Lingkungan Padat Penduduk. Saran Kecamatan Bontomarannu
saya yaitu ketika revisi KLHS ini sudah disusun dan akan di pinalkan,
sebaiknya minta saran saran dan petunjuk kepada pemerintah seetempat
(camat, lurah/desa) yang pebih banyak mengetahui kondisi wilayahnya
masing-masing
36 Pengelolahan Persampahan Seluruh Kawasan Perencanaan
37 Penggunaan pupuk unorganik semakin tinggi Seluruh Kawasan Perencanaan
38 Penumpukan sampah dibeberapa ruas jalan pusat perdagangan, akibat
Seluruh Kawasan Perencanaan
prasarana persampahan yang masih terbata
39 Kerjasama antara pemerintahan Desa dan OPD terkait (Lingkungan
Hidup) Pengelolahaan Sampah karena Desa memiliki alat pengangkut
Seluruh Kawasan Perencanaan
sampah Tambang-tambang liar bisa segera ditindak lanjuti ijinnya agar
tidak merusak lingkungan
40 Kecamatan Parangloe
Kecamatan Manuju
Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Tombolopao
Sering terjadi kebakaran hutan dan tanah longsor Kecamatan Parigi
Kecamatan Bungaya
Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
41 Tidak jelasnya strategis pengelolahan sampah berdampak negatif
Seluruh Kawasan Perencanaan
terhadap Lingkungan Hidup
42 Daerah pada Kecamatan Biringbulu pada daerah pegunungan yang
berpotensi longsor karena hutan yang banyak di babat untuk lahan Kecamatan Biringbulu
tanaman jangka pendek (Jagung)
ISU SOSIAL
43 Terjadinya konflik lahan akibat kepemilikan legalitas ganda Seluruh Kawasan Perencanaan
44 meningkatnya tindak kriminalitas pada lingkungan pedesaan dan
Seluruh Kawasan Perencanaan
perkotaan
BAB 3 - 5
LAPORAN KLHS
45 Adanya kesenjangan sosial diantara masyarakat akibat kurangnya
Seluruh Kawasan Perencanaan
kepedulian sosial.
46 Kurangnya terbukanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat lokal Seluruh Kawasan Perencanaan
47 Rendahnya pembinaan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga
Seluruh Kawasan Perencanaan
kebersihan lingkungan.
48 Tumbuhnya permukiman liar pada bantaran sungai Seluruh Kawasan Perencanaan
49 Munculnya kawasan permukiman kumuh pada wilayah perkotaan Kawasan Perkotaan
50 Rendahnya tingkat pendidikan anak akibat kurangnya minat untuk
Seluruh Kawasan Perencanaan
bersekolah
51 Pengaruh peningkatan teknologi sosial media terhadap kejahatan
Seluruh Kawasan Perencanaan
manusia
52 Adanya persaingan sosial akibat meningkatnya pendapatan masyarakat Seluruh Kawasan Perencanaan
53 Rendahnya tingkat kepatuhan dan kedisiplinan berlalu lintas dijalan raya Seluruh Kawasan Perencanaan
54 Belum optimalnya pemahaman masyarakat terhadap pengoperasian
Seluruh Kawasan Perencanaan
sosial media
55 terjadinya ego sektoral antar instansi yang dapat menghambat kinerja
Seluruh Kawasan Perencanaan
daerah
56 Kurangya komunikasi daerah terhadap peningkatan potensi daerah Seluruh Kawasan Perencanaan
57 Pembangunan jalan yang tidak sesuai dengan RTRW sehingga banyak
pembangunan jalan yang berada di kawasan rawan bencana sehingga
menimbulkan pertumbuhan kegiatan di daerah tersebut, khususnya di
Seluruh Kawasan Perencanaan
daerah tinggi. Pembangunan jalan juga banyak terjadi di lahan-lahan
pertanian yang mengakibatkan tingginya alih fungsi lahan pada daerah
yang telah dibanguni jalan
58 Berjamurnya rumah-rumah walet dikawasan permukiman yang
Kawasan Perkotaan
berdampak pada kenyamanan hunian
59 Kecamatan Parangloe
Kecamatan Manuju
Kecamatan Tinngimoncong
Kecamatan Tombolopao
Banyaknya kegiatan budidaya yang berada pada kawasan hutan
Kecamatan Parigi
lindung, khususnya pada daerah-daerah
Kecamatan Bungaya
Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Biringbulu
60 Banyaknya kegiatan peternakan yang berada pada kawasan
permukiman dikarenakan belum terakomodirnya kegiatan peternakan Seluruh Kawasan Perencanaan
pada RTRW
61 Melibatkan langsung BPDB dalam mitigasi bencana dalam
Seluruh Kawasan Perencanaan
pembangunan tidak terjadi masalah ke depannya
62 Masih ada pasar di depan Lapangan Kaligowa yang membuat macet Kecamatan Sombaopu
63 Kemacetan terjadi pada wilayah perkotaan dikarenakan kurang baiknya
rekayasa lalu lintas, minimnya penggunaan transportasi massal dan Kecamatan Sombaopu
kapasitas jalan dibawah standar minimal lebar jalan
64 Banyaknya kerusakan Jalan di wilayah jalan yanga da tambangnya,
Kecamatan Tinngimoncong
dimana seharusnya jalan yang rusak di daerah tambang akibat kegiatan
Kecamatan Tombolopao
truk pengangkut bahan tambang menjadi kewajiban pemilik/perusahaan
Kecamatan Parigi
tambang bukan pemerintahan Kabupaten
65 Adanya penertiban PKL di jalan Poros Pakkatto-Pallangga Kecamatan Sombaopu
66 Agar kebutuhan data dalam penyusunan KLHS di tabelkan dan
Seluruh Kawasan Perencanaan
dibagikan segera kepada OPD terkait
67 Penertiban bangunan seni permanen di sekitar Malino yng berdiri di atas
Kecamatan Tinngimoncong
jurang
68 Banyaknya bangunan liar yang berada di atas koridor Seluruh Kawasan Perencanaan
69 Tidak terkontruksinya kawasan-kawasan permukiman, usaha, pabrik, Seluruh Kawasan Perencanaan
BAB 3 - 6
LAPORAN KLHS
dan pusat belanja
70 Kecamatan Tingimoncong
Banyaknya tambang balian tipe C yang liar
Kecamatan Parigi
71 Kabel listik terlalu pendek atau turun sehingga membahayakan
Kawasan Perkotaan
masyarakat saat hujan
72 Munculnya pasar di beberapa titik yang membuat kemactan di Jalan Seluruh Kawasan Perencanaan
73 Tidak tersedianya papan informasi Seluruh Kawasan Perencanaan
74 Tidak ada sangsi yang nyata buat pelanggar lingkungan hidup Seluruh Kawasan Perencanaan
75 Adanya kecenderungan terjadi peningkatan jumlah penduduk di Sombo Kecamatan Sombaopu
Opu, Pallangga, Barombing, Bontomarannu dan Pattallassang sehingga Kecamatan Bontomarannu
akan mempengaruhi Dayaa Dukung Lahan Kecamatan Pattallassang
76 Aktifitas pendakian gunung/wisata outdoor camping Kecamatan Tingimoncong
77 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RTRW, saran agar tidak
Kecamatan Sombaopu
ada lagi Industri/pembangunan diberi izin rekomendasi di Wilayah
padat permukiman salah satu contohnya, Pabrik DHT.
78 (artinya marilah kita bersama sama setelah revisi KLHS ini sudah
ditetapkan jadi PERDA sebaiknya betul betul kita laksanakan dengn Kecamatan Sombaopu
regulasi yang ada
79 Ketidak nyamanan akibat pasar liar/pasar tumpah Seluruh Kawasan Perencanaan
80 Pembangunan harus mempersilakan desabilitas, lansik dan anak Seluruh Kawasan Perencanaan
81 Penggunakan hukum tim pokja Seluruh Kawasan Perencanaan
82 Banjir di Lingkungan Kecamatan Sungguminasa setaip hujan lebat Seluruh Kawasan Perencanaan
83 Pekerjaan baru yang akan merusak pekerjaan lama (Galian) Seluruh Kawasan Perencanaan
84 Memvalidkan data kemiskinan Seluruh Kawasan Perencanaan
ISU EKONOMI
85 Meningkatnya harga nilai barang akibat menurunnya tingkat produksi
Seluruh Kawasan Perencanaan
barang
86 Rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan sehari-hari Seluruh Kawasan Perencanaan
87 Meningkatnya virus Covid-19 yang menurunkan pendapatan
Seluruh Kawasan Perencanaan
masyarakat
88 Meningkatnya usaha masyarakat yang tidak memperhatikan dampak
Seluruh Kawasan Perencanaan
terhadap lingkungan
89 Kurangnya inisiatif masyarakat didalam meningkatkan usaha dan
Seluruh Kawasan Perencanaan
pendapatan
90 Pola pikir yang belum optimal terhadap upaya peningkatan ekonomi Seluruh Kawasan Perencanaan
91 Meningkatnya usaha digital berbasis online terhadap peningkatan
Seluruh Kawasan Perencanaan
pendapatan
92 Adanya dukungan pemerintah daerah terhadap peningkatan UMKM Seluruh Kawasan Perencanaan
93 Distribusi bantuan pemerintah daerah terhadap masyarakat yang tepat
Seluruh Kawasan Perencanaan
sasaran
94 Kurangnya Transparansi pengelolaan keuangan daerah dan desa Seluruh Kawasan Perencanaan
95 Keterbukaan Akses informasi media sosial terhadap peningkatan
Seluruh Kawasan Perencanaan
produktivitas manusia
96 Masih minimnya pembangunan inflastruktur penunjang di lokasi
Seluruh Kawasan Perencanaan
transmigrasi (jalanan, air bersih, listrik, dll)
97 Kurangnya pengelolahan wisata khususnya di daerah malino, makam
syekh yusuf dan Bnetang Sumba Opu, Perlu adanya jalur destinasi Kecamatan Tingimoncong
wisata yang terintegrasi antar Kawasan Wisata
98 Untuk mengatasi dampak kemacetan di jembatan kembar, perlu adanya
Kecamatan Sombaopu
di bangun Jembatan lain untuk mengurai kemacatan
99 Adanya pengelolahan sampah organik, menjual pupuk di TPA Kec.
Kecamatan Bajeng
Bajeng
100 Kecamatan Sombaopu
Pembangunan perumahan bersubsidi yang telah terbendung
Kecamatan Pattallassang
BAB 3 - 7
LAPORAN KLHS
101 Harga komoditas pertanian Seluruh Kawasan Perencanaan
102 Penggunaan Budget yang tidak terkontrol Seluruh Kawasan Perencanaan
103 Melakukan penataan/membuat sentra Budidaya Ikan sitem Keramba
Seluruh Kawasan Perencanaan
Jaring Apung (KJA) disepanjang Sungai Jeneberang
104 Menyediakan perkampungan/lokasi untuk dijadikan sentra Budidaya
Seluruh Kawasan Perencanaan
Ikan Secara Mandiri Untuk setiap Komoditas Perikanan
105 Menerapkan Kawasan Minapolitan di Kab.Gowa Seluruh Kawasan Perencanaan
106 Potensi Wisata Alam Kecamatan Tingimoncong
107 Koreksi isu pada ekonomi terkait kurangnya transparansi pengelolahan
Kelurahan atau Desa. Pengelolahan keuangan Desa sesuai prmendagri
NO.20 Tahun 2018 daan Perhup pengelolahan keuangan Desa NO.9 Seluruh Kawasan Perencanaan
Tahun 2019. Bahwa pengelolahan keuangan Ddesa Transportasi dan di
pajang di papan informasi Desa ataupun media sosial
108 Penggunaan lahan pertanian produktif untuk perumahan subsidi Seluruh Kawasan Perencanaan
Sumber: Hasil Konsultasi Publik I, 2021.
BAB 3 - 8
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 9
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 10
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 11
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 12
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 13
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 14
LAPORAN KLHS
Pelingkupan isu
BAB 3 - 15
LAPORAN KLHS
No Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan Lokasi
1 Efektivitas dan strategi pengelolaan persampahan belum dikelola
secara maksimal diakibatkan minimnya moda pengangkutan dan Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
kondisi wilayah yang sulit terjangkau;
2 Meningkatnya bencana longsor, banjir dan kebakaran hutan
akibat adanya penebangan hutan secara liar, meluapnya
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
bendungan, meningkatnya debit air sungai dan tidak
terintegrasinya saluran drainase kebadan air.
3 Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah perkotaan dan
pedesaan akibat meningkatnya aktivitas pembangunan serta jalur
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
transportasi yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan
hidup;
4 Meningkatnya kegiatan pada daerah sempadan irigasi dan sungai
akibat aktivitas pertambangan serta permukiman liar yang Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
semakin meningkat;
5 Terjadinya pencemaran sungai akibat aktivitas industri (limbah
pabrik) dan rumah tangga yang tidak memperhatikan dampak Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
terhadap lingkungan;
6 Kurangnya pengedalian pengambilan air tanah yang dapat
mengancam terjadinya kerusakan dan kekeringan pada musim Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
kemarau sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih;
7 Terjadinya konflik sosial akibat kepemilikan legalitas lahan
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
secara ganda;
8 Kurangnya keterbukaan lapangan pekerjaan untuk masyarakat
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
lokal;
9 Adanya tindakan kriminalitas (kejahatan manusia) akibat
meningkatnya pengaruh sosial media pada lingkungan pedesaan Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
dan perkotaan;
10 Rendahnya tingkat kepatuhan dan kedisiplinanmasyarakat dalam
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
berlalu lintas dijalan raya;
11 Terjadinya kesenjangan sosial diantara masyarakat akibat
meningkatnya perbedaan pendapatan dan kurangnya kepedulian Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
sosial antar masyarakat;
12 Rendahnya ketegasan sanksi pelanggaran dan pembinaan
masyarakat terhadap pembangunan yang tidak memperhatikan Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
lingkungan hidup;
13 Terjadinya kerusakan jalan akibat aktivitas pertambangan dan
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
belum adanya penataan sarana kawasan secara terpadu;
14 Meningkatnya kegiatan peternakan dan industri yang berada
pada kawasan permukiman sehingga perlu memperhatikan Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
kondisi kawasan sekitar terhadap pemberian izin rekomendasi;
15 Terjadinya kemacetan pada wilayah perkotaan akibat kurangnya
rekayasa lalu lintas, penggunaan moda transportasi massal dan Kawasan Perkotaan
kapasitas jalan dibawah standar penggunaan jalan;
16 Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan penyediaan
Kawasan Perkotaan
fasilitas disabilitas, lansia dan ramah anak;
17 Perlunya memperhatikan pasca aktivitas pembangunan baru
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
(galian) yang dapat membahayakan keselamatan masyarakat;
18 Terjadinya ego sektoral akibat kurangnya komunikasi terhadap
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
peningkatan potensi daerah;
19 Rendahnya daya beli masyarakat akibat meningkatnya nilai
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
harga barang;
20 Meningkatnya virus Covid-19 yang menurunkan pendapatan
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
masyarakat
21 Kecederungan pola pikir masyarakat yang kurang inisiatif untuk
meningkatkan pendapatan dan pendidikan sehingga tidak Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
memperhatikan pengaruh lingkungan sekitar;
BAB 3 - 16
LAPORAN KLHS
22 Meningkatnya aktivitas digital berbasis online akibat
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
keterbukaan akses informasi melalui media sosial;
23 Adanya dukungan pemerintah terhadap peningkatan UMKM
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
dan bantuan terhadap masyarakat yang tepat sasaran;
24 Meningkatnya pembangunan perumahan subsidi pada lahan
Kawasan Perkotaan
pertanian yang produktif;
25 Kurangnya keterbukaan pada pengelolaan belanja keuangan
daerah dan desa yang harusnya disampaikan melalui papan Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
informasi serta sosial media;
26 Belum tervalidasinya data kemiskinan Kabupaten Gowa Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
27 Belum adanya penataan dan penyediaan sentra budidaya ikan
berbasis sistem keramba jaring apung (KJA) secara mandiri
DAS Je’neberang
untuk setiap komoditas perikanan disepanjang sungai
Jeneberang;
28 Belum optimalnya pengelolaan potensi kawasan wisata dan
penerapan kawasan minapolitan secara terpadu agar dapat Seluruh Kecamatan di Kabupaten Gowa
terintegrasi antar destinasi wisata.
Sumber: Hasil Konsultasi Publik Dan Survey Lapangan, 2021
BAB 3 - 17
LAPORAN KLHS
suatu kondisi/ situasi/ keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian
yang cukup besar atau sebaliknya sedangkan Isu Prioritas menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, adalah sesuatu yang didahulukan dan diutamakan dari pada hal yang yang lain.
Adapula yang mendefinisikan prioritas sebagai urutan kepentingan yang harus
didahulukan dan mana kepentingan yang dapat menunggu. Prioritas juga dapat diartikan
sebagai pekerjaan yang dapat kita selesaikan dengan cepat dan menyisakan waktu yang
cukup untuk mengerjakan hal yang lainnya.
Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan yang telah dikumpulkan melalui Konsultasi
Publik serta dilakukan pelingkupan dan selanjutnya proses pemusatan isu. Pemusatan isu
dilakukan untuk menemukan substansi isu yang perlu menjadi fokus perhatian. Pemusatan
isu tersebut mempertimbangkan kesamaan substansi yang disampaikan dan/atau menelaah
sebab akibat. Dalam menentukan Isu Pembangunan Berkelanjutan yang strategis ataupun
isu prioritas, digunakan Skala Likert dengan teknik pembobotan pada masing-masing
variabel penilaian. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi,
sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena
sosial, berdasarkan defenisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. (Sumber :
Nazir M, Metode Penelitian, Hal : 28 Tahun 2005). Skala Likert digunakan untuk untuk
(a) Menilai keberhasilan suatu kebijakan atau program (b) Menilai manfaat pelaksanaan
suatu kebijakan atau program (c) Mengetahui kepuasan stakeholder terhadap pelaksanaan
suatu kebijakan atau program. Adapun prosedur dalam membuat Skala Likert sebagai
berikut;
1) Penyusun mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant dengan masalah
yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.
2) Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup
representatif dari populasi yang ingin diteliti.
3) Menyusun blue print untuk memandu penyusunan alat ukur seperti indikator yang
secara teortitis-logus memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan dengan
pertanyaan yang lebih banyak.
4) Responden diatas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau
tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan
indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka
5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting
adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban
BAB 3 - 18
LAPORAN KLHS
“setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan
isi dari item-item yang disusun.
5) Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing
item dari individu tersebut.
6) Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara
skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25%
dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok
ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam
skortinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari
pertanyaan.
B. Analisis Isu Strategis
Metode skoring yang digunakan didalam analisis penentuan Isu Strategis, dimana
berdasarkan ketentuan variable yang akan dinilai yang tertuang didalam Peraturan
Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Pasal 9 ayat 1 dan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. 69 Tahun 2017 pada Lampiran IV tentang tata cara
penilaian terhadap identifikasi isu strategis. Adapun variable yang digunakan yang termuat
didalam Pasal 9 ayat 1 adalah sebagai berikut;
a. Karakteristik wilayah
b. Tingkat pentingnya potensi dampak
c. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan
d. Keterkaitan dengan materi muatan kebijakan, rencana dan/atau program
e. Muatan rencana perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup adan/atau
f. Hasil KLHS dari kebijakan, Rencana dan/atau Program pada hirarki diatasnya yang
harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau memilii
keterkaitan dan/atau relevansi langsung.
Metode dan tata cara perumusan Isu Strategis menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. 69 Tahun 2017 pada Lampiran IV adalah sebagai berikut;
a. Mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan Dilakukan dengan cara;
telaah literatur
curah pendapat Kelompok Kerja
konsultasi publik
b. Memusatkan isu-isu pembangunan berkelanjutan (pelingkupan isu) Dilakukan dengan
cara :
BAB 3 - 19
LAPORAN KLHS
Melihat kesamaan substansi dan/atau menelaah sebab-akibat dengan
memperhatikan;
isu lintas sektor
isu lintas wilayah
isu lintas pemangku kepentingan
isu lintas waktu
Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
pengayaan dan penajaman isu pembangunan berkelanjutan
Melakukan konfirmasi dari data atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
c. Melakukan telaah cepat hasil pelingkupan yang mempertimbangkan unsur-unsur
paling sedikit:
karakteristik wilayah yang ditelaah dalam bentuk spasial (misalnya dengan
menggunakan peta Rupa Bumi, peta rencana tata ruang, dan peta tutupan lahan);
tingkat pentingnya potensi dampak;
keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan
d. Membuat perkiraan tentang;
tingkat pentingnya potensi dampak, berdasarkan indikasi cakupan wilayah dan
frekuensi/intensitas dampak.
keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil telaah sebab-
akibatnya.
e. Memutuskan isu yang strategis dan prioritas, antara lain dapat dengan menyusun
daftar pendek yang telah memperhatikan hasil konsultasi kepada masyarakat dan telah
dikonfirmasikan dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, maka metode nilai pembobotan yang digunakan adalah sebagai berikut;
a. Karakteristik wilayah, dapat diukur dengan nilai variabel sebagai berikut;
1) Rupa Bumi Indonesia (RBI), dimana dilihat suatu Isu yang berdampak pada
bentuk permukaan Bumi (topografi), misalnya datar, berbukit/bergelombang
dan bergunung. Semakin banyak variasi topografinya, maka nilainya semakin
tinggi, sebaliknya semakin kurang variasinya, maka nilai semakin kurang. Adapun
nilai variasi bentuk permukaan bumi sebagai berikut;
Nilai 1 = kurang bervariasi
Nilai 2 = bervariasi sedang
Nilai 3 = sangat bervariasi
BAB 3 - 20
LAPORAN KLHS
2) Rencana Tata Ruang (RTR), dimana suatu isu dapat dilihat dari pemanfaatan
ruang yang terkena dampak, misalnya rencana pola ruang, rencana struktur ruang
serta system jaringan prasarana. Adapunmetode penilaian sebagai berikut;
Nilai 1 = berdampak pada rencana struktur ruang
Nilai 2 = berdampak pada rencana pola ruang
Nilai 3 = berdampak pada rencana pola ruang & struktur ruang
3) Tutupan Lahan, dimana suatu isu dilihat dari variasi tutupan lahan yang terkena
dampak, dimana semakin banyak varias tutupan lahan yang terdampak, maka
nilainya semakin tinggi dan sebaliknya semakin sedikit variasi tutupan lahan yang
terkena dampak, maka nilainya semakin kecil. Adapunmetode penilaian sebagai
berikut;
Nilai 1 = kurang bervariasi
Nilai 2 = bervariasi sedang
Nilai 3 = sangat bervariasi
b. Tingkat pentingnya potensi dampak, dapat diukur dengan nilai variable sebagai
berikut;
1). Luas lahan, dimana suatu isu dilihat dari luasnya lahan yang terkena dampak,
dimana semakin luas lahan tersebut terkena dampak, maka nilainya semakin
besar, sebaliknya semakin kecil lahan tersebut terkena dampak, maka nilainya
sekamin kecil. Adapunmetode penilaian sebagai berikut;
Nilai 1 = berdampak kecil
Nilai 2 = berdampak luas
Nilai 3 = berdampak sangat luas
2). Seringnya terkena dampak, dimana suatu isu dapat dilihat seringnya terjadi
pada dampak yang ditimbulkannya, dengan ketentuan apabila rentang waktu
dampak tersebut cukup lama, maka nilainya tinggi, sedangkan apabila rentan
waktu singkat dampak tersebut terjadi, mka nilainya kecil. Adapunmetode
penilaian sebagai berikut;
Nilai 1 = rentan waktu terjadi singkat
Nilai 2 = rentan waktu terjadi lama
Nilai 3 = rentan waktu terjadi sangat lama
BAB 3 - 21
LAPORAN KLHS
c. Isu Pembangunan Berkelanjutan Terkait, dimana suatu isu dapat dilihat dari
tingkat pengaruh keterkaitan antar isu.
Nilai 1 = potensi pengaruhnya rendah
Nilai 2 = potensi pengaruhnya tinggi
Nilai 3 = potensi pengaruhnya sangat tinggi
d. Keterkaitan dengan materi muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program,
dimana suatu isu dapat dilihat dari tingkat keterkaitan antar isu, dengan metode
analisis sebagai berikut;
Nilai 1 = potensi pengaruhnya rendah
Nilai 2 = potensi pengaruhnya tinggi
Nilai 3 = potensi pengaruhnya sangat tinggi
e. Muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH),
dimana isu tersebut dapat dilihat dari apakah sudah memiliki dokumen RPPLH atau
belum. Kalau belum ada dokumen RPPLH, maka penilainnya dapat dinilai bahwa
belum ada rencana pengelolaannya dengan nilai 3, sedangkan apabila memiliki
Dokumen RPPLH, maka dapat dinilai sebagai berikut;
Nilai 1 = ada rencana pengelolaannya
Nilai 2 = sementara dalam proses rencana pengelolaannya
Nilai 3 = tidak ada rencana pengelolaannya
f. Hasil KLHS dari kebijakan, Rencana dan/atau Program pada hirarki diatasnya
yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau
memilii keterkaitan dan/atau relevansi langsung. Apakah suatu isu sudah ada
penanganannya dalam KLHS atau belum ada. Adapun metode penilaiannya adalah
sebagai berikut;
Nilai 1 = ada penanganan
Nilai 2 = sementara dalam proses penangananya
Nilai 3 = Belum dilakukan penanganan
Berdasarkan nilai skor tersebut, maka dapat disimpulkan nilai interval sebagai berikut;
Nilai < = 13 dan = (sama) 13, kategori kelompok Isu Tidak Strategis
Nilai > = 14, kategori kelompok Isu Strategis
Berdasarkan Permen LHK Nomor 69 Tahun 2017, Pasal 7–8, penetapan KRP yang
wajib dilaksanakan KHLS dilakukan dengan cara penapisan, yang melalui tahapan (1)
identifikasi lingkup wilayah pengaruh KRP berdasarkan cakupan ekosistem dan
ekoregionnya, (2) menguji muatan KRP terhadap kriteria dampak dan/atau risiko
BAB 3 - 22
LAPORAN KLHS
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yang meliputi (namun tidak terbatas
pada) perubahan iklim; keanekaragaman hayati; intensitas dan cakupan wilayah bencana;
sumber daya alam; fungsi kawasan hutan dan/atau lahan; penduduk miskin dan
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Pembuatan dan pelaksanaan KLHS Revisi RTRW Kabupaten
Gowa dilakukan melalui mekanisme:
1. Persiapan Sumber Daya Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS, mencakup tim/kelompok
kerja KLHS dari dinas-dinas terkait, terutama lingkungan hidup; serta data dan
informasi yang mendukung analisis KLHS.
2. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup, yang meliputi
identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan serta identifikasi dan
analisis pengaruh/risiko muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Dalam tahapan ini
dilakukan identifikasi dan analisis kerangka kebijakan yang relevan dengan kebijakan
penataan ruang serta identifikasi dan perumusan faktor penting pembuatan keputusan
(Critical Decision Factors — CDF). Tahapan ini pada akhirnya akan menghasilkan isu
strategis dan isu prioritas.
3. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP.
4. Penyusunan Rekomendasi (Perbaikan) untuk Pengambilan Keputusan KRP.
5. Penjaminan Kualitas, Pendokumentasian, dan Validasi KLHS.
Berdasarkan hasil penjaringan isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang telah
dilakukan sebelumnya, maka langkah selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion
(FGD) penentuan isu strategis pada hari Kamis, Tanggal 22 Juli 2021 di Ruang Rapat
DLH Kabupaten Gowa bersama para tim pokja. Berdasarkan dari hasil analisis metode
Skala Likert, dengan menggunakan variabel masing-masing isu, maka dapat dirumuskan
Isu yang masuk dalam kelompok Isu Strategis. Adapun Isu Strategis yang dimaksud setelah
dilakukan analisis pembobotan sebanyak 13 isu strategis sebagai berikut;
1. Efektivitas dan strategi pengelolaan persampahan belum dikelola secara maksimal
diakibatkan minimnya moda pengangkutan dan kondisi wilayah yang sulit terjangkau;
2. Terjadinya bencana alam diakibatkan adanya penebangan hutan secara liar, degradasi
hutan dan lahan.
3. Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah perkotaan dan pedesaan akibat dinamika
pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup;
BAB 3 - 23
LAPORAN KLHS
4. Terjadinya pencemaran lingkungan akibat industri dan rumah tangga yang tidak
berwawasan lingkungan;
5. Perlunya pengendalian pengambilan air tanah yang dapat mengancam
6. terjadinya kerusakan dan kekeringan sehingga menyebabkan kekurangan air bersih;
7. Terjadinya konflik sosial akibat kepemilikan legalitas lahan secara ganda;
8. Terjadinya kerusakan jalan akibat aktivitas pertambangan dan belum adanya penataan
sarana kawasan secara terpadu;
9. Meningkatnya kegiatan peternakan dan industri yang berada pada kawasan permukiman
sehingga perlu memperhatikan kondisi kawasan
10. sekitar terhadap pemberian izin rekomendasi;
11. Terjadinya kemacetan pada wilayah perkotaan akibat kurangnya rekayasa lalu lintas,
penggunaan moda transportasi massal dan kapasitas jalan dibawah standar penggunaan
jalan;
12. Meningkatnya virus Covid-19 yang menurunkan pendapatan masyarakat
13. Meningkatnya pembangunan perumahan subsidi pada lahan pertanian yang produktif;
Untuk lebih jelasnya, terkait telaahan terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan
(Isu Strategis) di Kabupaten Gowa, sebagaimana pada tabel berikut;
BAB 3 - 24
LAPORAN KLHS
Tabel 3.4.
Telaahan Terhadap Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan (Isu Strategis)
KLHS Revisi RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2021
Pentingnya Hasil
Karakteristik Wilayah Keterkaitan
Dampak KLHS dari
Isu PB dengan Muatan Total
No Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) KRP pada Kesimpulan
Tutupan Lua Terkait Materi RPPLH Nilai
RBI RTR Sering Hierarki
Lahan s Muatan KRP
diatasnya
1 Efektivitas dan strategi pengelolaan persampahan
belum dikelola secara maksimal diakibatkan
2 2 3 2 2 2 3 3 3 22 Strategis
minimnya moda pengangkutan dan kondisi wilayah
yang sulit terjangkau;
2 Terjadinya bencana alam diakibatkan adanya
penebangan hutan secara liar, degradasi hutan dan 3 2 2 3 3 3 3 3 3 25 Strategis
lahan.
3 Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah
perkotaan dan pedesaan akibat dinamika
3 2 2 3 3 3 3 3 3 25 Strategis
pembangunan yang tidak memperhatikan daya
dukung lingkungan hidup;
4 Meningkatnya kegiatan pada daerah sempadan
irigasi dan sungai akibat aktivitas pertambangan 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
serta permukiman liar yang semakin meningkat;
5 Terjadinya pencemaran lingkungan akibat industri
dan rumah tangga yang tidak berwawasan 3 2 2 2 2 3 3 3 3 23 Strategis
lingkungan;
6 Perlunya pengendalian pengambilan air tanah yang
dapat mengancam
3 2 2 2 2 3 3 3 3 23 Strategis
terjadinya kerusakan dan kekeringan sehingga
menyebabkan kekurangan air bersih;
7 Terjadinya konflik sosial akibat kepemilikan
2 2 2 2 2 3 3 3 3 22 Strategis
legalitas lahan secara ganda;
8 Kurangnya keterbukaan lapangan pekerjaan untuk
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
masyarakat lokal;
9 Adanya tindakan kriminalitas (kejahatan manusia)
akibat meningkatnya pengaruh sosial media pada 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
lingkungan pedesaan dan perkotaan;
BAB 3 - 30
LAPORAN KLHS
Pentingnya Keterkaitan Hasil
Karakteristik Wilayah
Dampak Isu PB dengan Muatan KLHS dari Total
No Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Kesimpulan
Tutupan Lua Terkait Materi RPPLH KRP pada Nilai
RBI RTR Sering
Lahan s Muatan KRP Hierarki
10 Rendahnya tingkat kepatuhan dan diatasnya
kedisiplinanmasyarakat dalam berlalu lintas dijalan 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
raya;
11 Terjadinya kesenjangan sosial diantara masyarakat
akibat meningkatnya perbedaan pendapatan dan 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
kurangnya kepedulian sosial antar masyarakat;
12 Rendahnya ketegasan dan sanksi pelanggaran dan
pembinaan masyarakat terhadap pembangunan 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
yang tidak memperhatikan lingkungan hidup;
13 Terjadinya kerusakan jalan akibat aktivitas
pertambangan dan belum adanya penataan sarana 3 2 2 3 3 3 1 3 3 23 Strategis
kawasan secara terpadu;
14 Meningkatnya kegiatan peternakan dan industri
yang berada pada kawasan permukiman sehingga
3 3 2 3 3 2 3 3 3 25 Strategis
perlu memperhatikan kondisi kawasan
sekitar terhadap pemberian izin rekomendasi;
15 Terjadinya kemacetan pada wilayah perkotaan
akibat kurangnya rekayasa lalu lintas, penggunaan
3 2 3 2 3 3 3 3 3 25 Strategis
moda transportasi massal dan kapasitas jalan
dibawah standar penggunaan jalan;
16 Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan
penyediaan fasilitas disabilitas, lansia dan ramah 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
anak;
17 Perlunya memperhatikan pasca aktivitas
pembangunan baru (galian) yang dapat 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
membahayakan keselamatan masyarakat;
18 Terjadinya ego sektoral akibat kurangnya
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
komunikasi terhadap peningkatan potensi daerah;
19 Rendahnya daya beli masyarakat akibat
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
meningkatnya nilai harga barang;
20 Meningkatnya virus Covid-19 yang menurunkan
3 3 2 3 3 2 2 3 3 24 Strategis
pendapatan masyarakat
21 Kecederungan pola pikir masyarakat yang kurang 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
BAB 3 - 31
LAPORAN KLHS
Pentingnya Keterkaitan Hasil
Karakteristik Wilayah
Dampak Isu PB dengan Muatan KLHS dari Total
No Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Kesimpulan
Tutupan Lua Terkait Materi RPPLH KRP pada Nilai
RBI RTR Sering
Lahan s Muatan KRP Hierarki
inisiatif untuk meningkatkan pendapatan dan diatasnya
pendidikan sehingga tidak memperhatikan
pengaruh lingkungan sekitar;
22 Meningkatnya aktivitas digital berbasis online
akibat keterbukaan akses informasi melalui media 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
sosial;
23 Adanya dukungan pemerintah terhadap
peningkatan UMKM dan bantuan terhadap 1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
masyarakat yang tepat sasaran;
24 Meningkatnya pembangunan perumahan subsidi
2 3 2 2 2 3 3 3 3 23 Strategis
pada lahan pertanian yang produktif;
25 Kurangnya keterbukaan pada pengelolaan belanja
keuangan daerah dan desa yang harusnya
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
disampaikan melalui papan informasi serta sosial
media;
26 Belum tervalidasinya data kemiskinan Kabupaten
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
Gowa
27 Belum adanya penataan dan penyediaan sentra
budidaya ikan berbasis sistem keramba jaring
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
apung (KJA) secara mandiri untuk setiap komoditas
perikanan disepanjang sungai Jeneberang;
28 Belum optimalnya pengelolaan potensi kawasan
wisata dan penerapan kawasan minapolitan secara
1 1 1 1 1 1 1 3 3 13 Tidak Strategis
terpadu agar dapat terintegrasi antar destinasi
wisata.
Sumber; Hasil Penilaian FGD, 2021
BAB 3 - 32
LAPORAN KLHS
3.3. Penentuan Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
A. Metode Penilaian
Pada tahap selanjutnya setelah ditentukan untuk isu strategis, maka dilanjutkan
penentuan isu yang paling prioritas melalui pembobotan terhadap isu pembangunan
berkelanjutan yang strategis. Adapun Unsur-unsur yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan skala perioritas sebagaimana yang tertuang didalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis pasal 9 ayat 2 adalah sebagai berikut;
a. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup untuk pembangunan;
b. Perkiraan dampak dan Risiko Lingkungan Hidup
c. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem;
d. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana alam
e. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. Penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
h. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
i. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau
j. Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.
Dimana metode penilaian pada 10 (sepuluh) ketentuan tersebut adalah sebagai berikut;
Nilai 1 = Tidak berpengaruh
Nilai 2 = Berpengaruh Kecil
Nilai 3 = Berpengaruh Sedang
Nilai 4 = Berpengaruh Besar
Nilai 5 = Sangat Berpengaruh
Berdasarkan nilai skor tersebut, maka dapat disimpulkan nilai interval sebagai berikut;
Nilai dibawah (<) dan sama (=) 25, kategori kelompok Isu Tidak Prioritas
Nilai diatas (>) dan sama (=) 26, kategori kelompok Isu Prioritas
Berdasarkan dari hasil analisis telaahan Isu PB yang strategis, maka terdapat
beberapa Isu PB yang prioritas dengan menelaah karakteristik wilayah, tingkat pentingya
potensi dampak, keterkaitan antara isu pembangunan berkelanjutan, serta keterkaitan
BAB 3 - 34
LAPORAN KLHS
dengan muatan KRP. Adapun tujuan dilakukannya analisis Isu Prioritas adalah untuk
mengetahui beberapa isu yang akan berdampak penting terhadap lingkungan yang
kemudian dilakukan telaah terhadap KRP Berdampak, maka akan menghasilkan KRP
terdampak terhadap lingkungan hidup.
Hasil Focus Group Discussion (FGD) pada hari Senin, 23 Agustus 2021 melalui
Zoom meting telah dilakukan penentuan isu prioritas berdasarkan kondisi dan dampak
terhadap lingkungan. Adapun dalam penentuan isu prioritas melibatkan para tim pokja
KLHS Revisi RTRW Kabupaten Gowa dan tenaga ahli sehingga dirumuskan isu yang
menjadi prioritas dalam memberikan dampak lingkungan terhadap pembangunan di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian, maka terdapat 6 Isu
Prioritas yang telah dirumuskan, diantaranya;
1. Efektivitas dan strategi pengelolaan persampahan belum dikelola secara maksimal
diakibatkan minimnya moda pengangkutan dan kondisi wilayah yang sulit terjangkau;
2. Terjadinya bencana alam diakibatkan adanya penebangan hutan secara liar, degradasi
hutan dan lahan.
3. Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah perkotaan dan pedesaan akibat dinamika
pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup;
4. Terjadinya pencemaran lingkungan akibat industri dan rumah tangga yang tidak
berwawasan lingkungan;
5. Perlunya pengendalian pengambilan air tanah yang dapat mengancam terjadinya
kerusakan dan kekeringan sehingga menyebabkan kekurangan air bersih;
6. Meningkatnya kegiatan peternakan dan industri yang berada pada kawasan
permukiman sehingga perlu memperhatikan kondisi kawasan sekitar terhadap
pemberian izin rekomendasi;
Untuk lebih jelasnya kajian analisis isu prioritas berdasarkan hasil penilaian dan
pembobotan isu strategis menjadi isu prioritas, sebagaimana tabel berikut;
BAB 3 - 35
LAPORAN KLHS
Tabel 3.5.
Telaahan Isu Pembangunan Berkelanjutan (Isu Prioritas)
KLHS Revisi RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2021
penghidupan masyarakat;
keanekaragaman hayati;
Total
untuk pembangunan;
No Isu Strategis Kesimpulan
Nilai
bencana alam
hukum adat.
Hidup
alam;
1. Efektivitas dan strategi pengelolaan
persampahan belum dikelola secara maksimal
4 3 4 4 5 4 3 3 4 3 37 Prioritas
diakibatkan minimnya moda pengangkutan
dan kondisi wilayah yang sulit terjangkau;
2. Terjadinya bencana alam diakibatkan adanya
penebangan hutan secara liar, degradasi hutan 4 3 4 4 5 4 5 4 4 3 40 Prioritas
dan lahan.
3. Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah
perkotaan dan pedesaan akibat dinamika
3 4 5 4 3 4 5 4 3 4 39 Prioritas
pembangunan yang tidak memperhatikan
daya dukung lingkungan hidup;
4. Terjadinya pencemaran lingkungan akibat
industri dan rumah tangga yang tidak 3 4 5 4 3 4 3 4 4 3 37 Prioritas
berwawasan lingkungan;
5. Perlunya pengendalian pengambilan air tanah 3 4 5 4 3 4 3 3 3 4 36 Prioritas
BAB 3 - 36
LAPORAN KLHS
Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya
penghidupan masyarakat;
keanekaragaman hayati;
Total
untuk pembangunan;
No Isu Strategis Kesimpulan
Nilai
bencana alam
hukum adat.
Hidup
alam;
yang dapat mengancam
terjadinya kerusakan dan kekeringan sehingga
menyebabkan kekurangan air bersih;
6. Terjadinya konflik sosial akibat kepemilikan
2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 17 Tidak Prioritas
legalitas lahan secara ganda;
7. Terjadinya kerusakan jalan akibat aktivitas
pertambangan dan belum adanya penataan 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3 16 Tidak Prioritas
sarana kawasan secara terpadu;
8. Meningkatnya kegiatan peternakan dan
industri yang berada pada kawasan
permukiman sehingga perlu memperhatikan 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 34 Prioritas
kondisi kawasan
sekitar terhadap pemberian izin rekomendasi;
9. Terjadinya kemacetan pada wilayah
perkotaan akibat kurangnya rekayasa lalu
lintas, penggunaan moda transportasi massal 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 24 Tidak Prioritas
dan kapasitas jalan dibawah standar
penggunaan jalan;
10. Meningkatnya virus Covid-19 yang 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 16 Tidak Prioritas
BAB 3 - 37
LAPORAN KLHS
11.
No
2
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
untuk pembangunan;
Hidup
2
bencana alam
alam;
LAPORAN KLHS
Penurunan ketahanan dan potensi
2
keanekaragaman hayati;
BAB 3 - 38
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau
penurunan penghidupan sekelompok
3
Tidak Prioritas
B. Isu Prioritas Kabupaten Gowa
1) Efektivitas dan strategi pengelolaan persampahan belum dikelola secara maksimal
diakibatkan minimnya moda pengangkutan dan kondisi wilayah yang sulit
terjangkau;
2) Terjadinya bencana alam diakibatkan adanya penebangan hutan secara liar,
degradasi hutan dan lahan.
3) Terjadinya alih fungsi lahan pada wilayah perkotaan dan pedesaan akibat dinamika
pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup;
4) Terjadinya pencemaran lingkungan akibat industri dan rumah tangga yang tidak
berwawasan lingkungan;
5) Perlunya pengendalian pengambilan air tanah yang dapat mengancam terjadinya
kerusakan dan kekeringan sehingga menyebabkan kekurangan air bersih;
6) Meningkatnya kegiatan peternakan dan industri yang berada pada kawasan
permukiman sehingga perlu memperhatikan kondisi kawasan sekitar terhadap
pemberian izin rekomendasi;
BAB 3 - 38
LAPORAN KLHS