BAB 1
PENDAHULUAN
sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa tinggal di sebuah hunian dengan lingkungan yang layak merupakan hak dasar yang harus dijamin pemenuhannya oleh
Situasi terkini di lapangan menunjukkan sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1 juta rumah tangga di Indonesia tinggal di dalam kondisi rumah yang tidak layak huni dan terdapat 38.431 Ha kawasan
permukiman kumuh perkotaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia . Akses masyarakat terhadap pelayanan dasar perkotaan yang merupakan indikator kekumuhan, seperti jaringan air bersih, sanitasi,
persampahan, dan drainase, masih rendah. Sedangkan populasi perkotaan di Indonesia meningkat tajam antara 2000-2010, dari 7400 orang/km2 menjadi 9400 orang/km2. Diestimasikan 68% penduduk Indonesia
akan tinggal di kota pada tahun 2025 , sehingga luasan kawasan kumuh perkotaan pun diperkirakan akan terus mengalami penambahan apabila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif dan tepat sasaran.
Penanganan permukiman kumuh menjadi tantangan yang rumit bagi pemerintah kota/kabupaten, karena selain merupakan masalah, di sisi lain ternyata merupakan salah satu pilar penyangga perekonomian
kota. Berangkat dari cita-cita bangsa dan memperhatikan berbagai tantangan yang ada, Pemerintah menetapkan penanganan perumahan dan permukiman kumuh sebagai target nasional yang dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan bahwa salah satu sasaran pembangunan kawasan permukiman adalah tercapainya pengentasan
permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 Ha melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha.
Untuk itu, seluruh program di Ditjen Cipta Karya (DJCK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen. PUPR) dalam kurun waktu 5 tahun ke depan akan difokuskan untuk mewujudkan
permukiman yang layak huni hingga tercapai 0 Ha kumuh tanpa menggusur. Mengingat sifat pekerjaan dan skala pencapaian, diperlukan kolaborasi multi-pihak antara Pemerintah mulai tingkat pusat sampai dengan
tingkat kelurahan/desa, pihak swasta, masyarakat, dan pihak terkait lainnya. Pelibatan berbagai pihak secara kolaboratif diharapkan memberikan berbagai dampak positif, antara lain meningkatkan komitmen
pemerintah daerah dalam pencapaian kota layak huni; meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara hasil pembangunan; menjamin keberlanjutan; dan
Oleh karena itu, DJCK menginisiasi pembangunan platform kolaborasi untuk mewujudkan permukiman layak huni melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Rancangan program ini berpijak pada
pengembangan dari program nasional sebelumnya. Program tersebut telah memberikan berbagai pembelajaran penting untuk pengembangan Program KOTAKU dan investasi berharga berupa terbangunnya
kelembagaan tingkat masyarakat, kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah, sistem monitoring dan kapasitas tim pendamping. Berdasarkan pembelajaran tersebut, Program KOTAKU dirancang dengan
Pemerintah Daerah sebagai nakhoda dalam mewujudkan permukiman layak huni di wilayahnya, yang mencakup: (1) pengembangan kapasitas dalam perencanaan dan pelaksanaan penanganan kumuh tingkat
kota/kab karena peran pemda menjadi sangat penting dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan di tingkat kota/kabupaten; (2) penyusunan rencana penanganan kumuh tingkat kota termasuk rencana investasi
dengan pembiayaan dari berbagai sumber (pusat, propinsi, kota/kabupaten, masyarakat, swasta, dll); (3) perbaikan serta pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur tingkat kota (primer atau sekunder) yang
terkait langsung dengan penyelesaian permasalahan di kawasan kumuh; (4) penyediaan bantuan teknis untuk memperkuat sistem informasi dan monitoring penanganan kumuh, mengkaji pilihan-pilihan untuk
1.2 Pemaparan dan Penjelasan mengenai luasan hektar kumuh Kab. Pangandaran (SK), Desa
Peraturan mengenai penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Pangandaran diatur juga dalam SK Bupati Pangandaran No. 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh
Tabel 1. 1
Peraturan Penanganan Permukiman Kumuh di Kabupaten Pangandaran
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk Pengaturan No/ Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4)
SK Bupati Pangandaran tentang Penetapan 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kab. Pangandaran
Lokasi Kawasan Kumuh di Pangandaran Permukiman Kumuh di Kabupaten melputi 12 (Dua belas) lokasi di 1 (satu) Kecamatan, dengan luas total
Pangandaran 295,3 Ha.
Sumber : Hasil Pengolahan, 2016
Upaya pendataan lokasi kawasan kumuh di Kabupaten Pangandaran baru dilakukan di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Pangandaran Tahun 2014 yang selanjutnya dilegalkan dalam Keputusan Bupati
Pangandaran No. 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014, Kawasan Kumuh tersebut terdapat pada wilayah seperti pada tabel ini, dengan rincian kategori :
Tabel 1. 2
Sebaran Kawasan Kumuh Kabupaten Pangandaran
Sumber : SK Bupati Pangandaran No. Kawasan Cikulu (Desa Sukahurip) 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 Tentang
Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh di Kawasan Bojongaren 1 (Desa Pagergunung) Pangandaran
Kawasan Bojongaren 2 (Desa Pagergunung)
Tabel 1. 3 Kondisi Kawasan Kumuh di Kabupaten
Pangandaran
Maksud dari penyusunan Review RPLP untuk mencapai kondisi 0% Kumuh di dasarkan dari 7 indikator + 1 RTP ( 19 parameter kumuh ) yang dituangkan dalam serangkaian program pembangunan. Tujuan dari
penyusunan Review RPLP sebagai acuan tentang perencanaan pembangunan kawasan kumuh yang di dasarkan dari 7 indikator + 1 RTP mnjadikan sebuah kawasan kumuh yang tertata, bersih, nyaman dan
a. Merupakan alat pengawasan bagi pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan kesepakatan masyarakat dan menjadi pegangan bagi masyarakat, swasta, LSM dan penyandang dana yang ingin berpatisipasi
dalam pembangunan berbagai macam infrastruktur, fasilitas serta utilitas lingkungan agar terintegrasi dan terkoordinasi dengan kebutuhan masyarakat.
b. Sebagai acuan untuk pentahapan program pembangunan setiap tahun, sehingga pada akhirnya seluruh program pembangunan dapat menciptakan tata ruang dan kehidupan masyarakat yang harmonis.
1.4 Sasaran
1. Perencanaan penataan lingkungan ini direncanakan pada masing-masing Desa di kawasan kumuh berdasarakan SK Bupati Kab.Pangandaran
2. Sasaran masyarakat adalah masyarakat MBR yang melakukan aktivitas kehidupan dan prikehidupannya pada kawasan kumuh berdasarkan SK Bupati
1.5 Rujukan Peraturan 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134);
Acuan normatif dalam mekanisme perencanaan harus mengikuti peraturan yang berlaku. Adapun acuan
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dasar peraturan dalam penyusunan Review RPLP sebagai berikut :
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188); 1.6 Sistematika Penulisan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Laporan Akhir kegiatan “Review Rencana Penataan Lingkungan Pemukiman (Review RPLP)” Desa
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Pananjung terdiri dari 8 (delapan) bab , dengan rincian isi dari masing-masing bab adalah sebagai
Nomor 5587);
berikut :
5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 PENDAHULUAN
2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); Membahas Tentang latar belakang, Maksud, Tujuan dan Sasaran, Rujukan Peraturan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48); 2 PROFIL DESA
7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Visi dan Misi Desa/Kelurahan ,Letak Geografis dan Batas Administratif, Kondisi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Demografi, Kondisi Ekonomi Sosial Budaya, Kondisi Fisik Dasar, Kondisi Fungsi
Indonesia Nomor 5103); Penggunaan Lahan, Kondisi Fisik Bangunan, Kondisi Jaringan Jalan, Kondisi Jaringan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Drainase, Kondisi Persampahan, Kondisi Air Minum, Kondisi Limbah, Aspek
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Legalitas Lahan, Potensi dan Risiko Bencana.
Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347);
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 3 Kebijakan
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); Membahas tentang tinjauan kebijakan perencanaan tata ruang wilayah
10. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Kab.Pangandaran terkait Desa yang bersangkutan secara umum dan secara khusus
Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16); pada kawasan kumuh maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang bisa mengikat Desa
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan atau kawasan tersebut
Pengangkatan Jabatan Struktural Eselon I di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan 4 Analisis
Perumahan Rakyat; Membahas tentang analisa situasi kondisi eksisting ke depan di dasarkan pada 7
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja indikator + 1 RTP serta ekonomi sosial budaya dari Desa dan Kawasan kumuh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan tersebut
13. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat.
8
PENUTUP
Berisikan tentang Kesepakatan dan komitmen warga masyrakat, pemerintah
desa dan pemerintah daerah
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No RW Penduduk Penduduk
2.2 Kondisi Geografis dan Demografi RT
3 SD/SEDERAJAT 3.157
Penduduk adalah aspek utama yang mempengaruhi perkembangan wilayah dan
4 SLTP/SEDERAJAT 1.657
penyediaan fasilitas pelayanan wilayah. Pemahaman terhadap tingkat perkembangan penduduk
5 SLTA/SEDERAJAT 2.151
dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik perkembangan jumlah penduduk sebagai salah
satu dasar dalam menentukan proyeksi penduduk 6 DIPLOMA I/II 113
Cikidang berada di sebelah barat dan bermuara langsung di samudera Indonesia yang teeletak
2.5 PERMUKIMAN DAN PSU
di sebelah selatan Desa Pananjung. Sedangkan Sungai Cikidang merupakan sungai penampung
2.5.1 Kondisi Sarana Desa Pananjung
2 Mushola 13 Tersebar
1. Kondisi Sarana Desa Pananjung
3 Gereja 3 Dusun Parapat
a. Sarana Kesehatan
Sumber : Profil Desa Pananjung
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia, bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
c. Sarana Pendidikan
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu yang menjadi tolak ukur
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) untuk setiap
dari kualitas masyarakat diantaranya adalah masalah kesehatan. Penyediaan sarana
manusia, karena pendidikan merupakan sasaran utama untuk meningkatkan kecerdasan
kesehatan merupakan kebutuhan pokok (dasar) dalam upaya peningkatan derajat
dan keterampilan manusia. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan.
kesehatanmasyarakat yang menjadi salah satu perhatian utama pembangunan di bidang
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber
kesehatan. Guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diperlukan sarana
daya manusia dan juga dalammeningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pendidikan juga
kesehatan dan tenaga kerja kesehatan.
mampu mendongkrak masyarakat luas untuk berkompetisi di era yang penuh dengan
b. Sarana Peribadatan persaingan, baik dari derah sendiri maupun persaingan di luar. Adanya pendidikan yang
Fasilitas peribadatan di Desa Pananjung terdiri dari Masjid, Mushola dan Majelis layak maka masyarakat akan mampu mempunyai daya saing yang baik pula dan mampu
Ta’lim. Yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kualitas secara fisik dan non fisik. berkompetisi dengan daerah lain untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Peningkatan
Peningkatan kualitas fisik dapat dilakukan melalui renovasi bagian-bagian dari pada fasilitas partisispasi bersekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan tersedianya sarana fisik
yang mengalami kerusakan dan tidak memenuhi syarat seperti penataan landscape, dan tenaga pendidik. Fasilitas pendidikan yang terdapat di kawasan perencanaan dapat
pengadaan penerangan, pemagaran, penambahan bagian ruang mesjid (untuk menambah dilihat pada tabel dibawah ini.
Sedangkan peningkatan kualitas non fisik dapat dilakukan melalui pengadaan dan No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Lokasi
perlengkapan seperti : perpustakaan mesjid, organisasi kepengurusan, atau manajemen 1 Taman Kanak-Kanak 3 Tersebar
pengelolaan mesjid, sehingga dapat meningkatkan kualitas iman ataupun peningkatan 2 Raudhatul Athfal -
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa. Begitu juga dengan memperhatikan
3 PAUD 2 Tersebar
penempatan lokasi sarana peribadatan sebaiknya mengikuti pola blok/unit perumahan agar
a Jalan Nasional 4 Km
b Jalan Propinsi -
c Jalan Kabupaten 600 m
4
d Jalan Desa 15.000 m 3
- diaspal 10.000 m 1
- belum diaspal 2.000 m
- beton 3.000 m 2
- jalan tanah 0
e Jalan Lingkungan 19.765
- diaspal 7.490
- belum diaspal 5.340
- jalan tanah 6.935
Sumber : Profil Desa Pananjung
3
4
sistem drainase alam dan buatan. Drainase alam di Desa Pananjung adalah Sungai
Kondisi
Ciputrapinggan dan Sungai Cikidang yang memanjang dari arah utara menurun kearah selatan. Jaringan
Sedangkan drainase buatan berupa selokan-selokan terbuka dan tertutup yang di desain untuk Drainase
Desa
mendukung drainase alam sebelum dialirkan ke dalam sungai. Pananjung
Sistem jaringan drainase di Desa Pananjung digunakan sebagai saluran pembuangan air
hujan dan limbah bagi berbagai macam kegiatan, baik itu perdagangan dan jasa, pendidikan,
permukiman, bahkan industri juga menggunakannya. Sebagian besar digunakan sebagai saluran
pembuangan limbah rumah tangga. Secara keseluruhan sistem drainase yang ada di Desa
Pananjung belum terencana dengan baik, hal ini terlihat dari minimnya sistem jaringan drainase 2
buatan di wilayah studi. Pembangunan sistem drainase buatan yang ada pun hanya mengikuti
jaringan jalan tanpa memperhatikan fungsi inlet-inlet, sehingga limpasan air hujan yang ada di
3 1
jalan sulit masuk ke saluran.
4
signifikan. Adapun pemeliharaan rutin biasa dilakukan oleh pengelolaan pemeliharaan. Cara masyarakat. Untuk berkomunikasi yang tidak dapat dilakukan dengan tatap muka maka
pemeliharaan tersebut antara lain : dibutuhkan sarana prasarana lain, dan salah satu prasarana telekomunikasi yang paling efektif
3. Adat Istiadat
5) Industri
Potensi perkembangan kegiatan industri di Desa Pananjung cenderung tidak mengalami
peingkatan. Home Industri yang saat ini ada adalah pengolahan keripik, Ikan Asin, Telur Itik,
termasuk ikan/ udang goreng tepung, dan tidak terlupakan industri rumahan pakaian pantai
serta assesories, dll.
2.4.8 Kelembagaan
2) Peternakan Sistem kelembagaan yang ada di Desa Pananjung meliputi lembaga pemerintahan desa
Peternakan yang ada di Desa Pananjung secara keseluruhan, masih bersifat kumpulan
dan lembaga pertahanan dan keamanan. Lembaga Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan
kelompok masyarakat, akan tetapi bernilai ekonomis tinggi. Pada umumnya sebagian hewan
Desa merupakan lembaga pemerintahan Desa yang formal struktural. Lembaga lembaga
ternak di pelihara untuk dijual ke luar Kabupaten Pananjung dan kota sekitarnya. Hasil
kemasyarakatan yang meliputi lembaga perempuan (PKK), organisasi pemuda (karang Taruna),
peternakan tersebut biasanya dijual langsung sebagai hewan yang masih hidup atau dan telor.
organisasi profesi, LPMD, dan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri dan Lembaga
Usaha peternakan individu di Desa Pananjung terdiri dari ternak unggas ayam kampung, ayam
Pemberdayaan Masyarakat.
ras, itik domba, kambing, kelinci dan Ikan.
3) Perikanan
Pola perkembangan kawasan perikanan di Desa Pananjung banyak dipengaruhi oleh
adanya laut dan sungai-sungai yang mengalir di Desa Pananjung aliran airnya baik tidak
tergantung pada musim, selain itu wilayah Desa Pananjung yang mempunyai ciri lahan/tanah
yang relatif landai/datar dengan kondisi tersebut peningkatan potensi sub sektor perikanan
yang diarahkan pada budidaya perikanan umum. Selain dari pengolahan hasil tangkap ikan dari
laut juga budidaya perikanan di Desa Pananjung terdiri dari budidaya ikan air tawar. Perikanan
di Desa Pananjung sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat di Desa Pananjung dan belum di perjual belikan ke luar daerah Desa Pananjung .
4) Potensi Wisata
Dalam upaya mendukung program Pemerintah Kabupaten Pananjung yang
mencanangkan Kabupaten Pananjung menjadi Balinya Jawa Barat atau jadi Kawasan Pariwisata
yang mendunia maka di desa Pananjung memprogramkan menjadi Desa Wisata yang berbasis
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No RW Penduduk Penduduk
2.2 Kondisi Geografis dan Demografi RT
3 SD/SEDERAJAT 3.157
Penduduk adalah aspek utama yang mempengaruhi perkembangan wilayah dan
4 SLTP/SEDERAJAT 1.657
penyediaan fasilitas pelayanan wilayah. Pemahaman terhadap tingkat perkembangan penduduk
5 SLTA/SEDERAJAT 2.151
dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik perkembangan jumlah penduduk sebagai salah
satu dasar dalam menentukan proyeksi penduduk 6 DIPLOMA I/II 113
Cikidang berada di sebelah barat dan bermuara langsung di samudera Indonesia yang teeletak
2.5 PERMUKIMAN DAN PSU
di sebelah selatan Desa Pananjung. Sedangkan Sungai Cikidang merupakan sungai penampung
2.5.1 Kondisi Sarana Desa Pananjung
2 Mushola 13 Tersebar
1. Kondisi Sarana Desa Pananjung
3 Gereja 3 Dusun Parapat
a. Sarana Kesehatan
Sumber : Profil Desa Pananjung
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia, bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
c. Sarana Pendidikan
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu yang menjadi tolak ukur
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) untuk setiap
dari kualitas masyarakat diantaranya adalah masalah kesehatan. Penyediaan sarana
manusia, karena pendidikan merupakan sasaran utama untuk meningkatkan kecerdasan
kesehatan merupakan kebutuhan pokok (dasar) dalam upaya peningkatan derajat
dan keterampilan manusia. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan.
kesehatanmasyarakat yang menjadi salah satu perhatian utama pembangunan di bidang
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber
kesehatan. Guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diperlukan sarana
daya manusia dan juga dalammeningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pendidikan juga
kesehatan dan tenaga kerja kesehatan.
mampu mendongkrak masyarakat luas untuk berkompetisi di era yang penuh dengan
b. Sarana Peribadatan persaingan, baik dari derah sendiri maupun persaingan di luar. Adanya pendidikan yang
Fasilitas peribadatan di Desa Pananjung terdiri dari Masjid, Mushola dan Majelis layak maka masyarakat akan mampu mempunyai daya saing yang baik pula dan mampu
Ta’lim. Yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kualitas secara fisik dan non fisik. berkompetisi dengan daerah lain untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Peningkatan
Peningkatan kualitas fisik dapat dilakukan melalui renovasi bagian-bagian dari pada fasilitas partisispasi bersekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan tersedianya sarana fisik
yang mengalami kerusakan dan tidak memenuhi syarat seperti penataan landscape, dan tenaga pendidik. Fasilitas pendidikan yang terdapat di kawasan perencanaan dapat
pengadaan penerangan, pemagaran, penambahan bagian ruang mesjid (untuk menambah dilihat pada tabel dibawah ini.
Sedangkan peningkatan kualitas non fisik dapat dilakukan melalui pengadaan dan No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Lokasi
perlengkapan seperti : perpustakaan mesjid, organisasi kepengurusan, atau manajemen 1 Taman Kanak-Kanak 3 Tersebar
pengelolaan mesjid, sehingga dapat meningkatkan kualitas iman ataupun peningkatan 2 Raudhatul Athfal -
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa. Begitu juga dengan memperhatikan
3 PAUD 2 Tersebar
penempatan lokasi sarana peribadatan sebaiknya mengikuti pola blok/unit perumahan agar
a Jalan Nasional 4 Km
b Jalan Propinsi -
c Jalan Kabupaten 600 m
4
d Jalan Desa 15.000 m 3
- diaspal 10.000 m 1
- belum diaspal 2.000 m
- beton 3.000 m 2
- jalan tanah 0
e Jalan Lingkungan 19.765
- diaspal 7.490
- belum diaspal 5.340
- jalan tanah 6.935
Sumber : Profil Desa Pananjung
3
4
sistem drainase alam dan buatan. Drainase alam di Desa Pananjung adalah Sungai
Kondisi
Ciputrapinggan dan Sungai Cikidang yang memanjang dari arah utara menurun kearah selatan. Jaringan
Sedangkan drainase buatan berupa selokan-selokan terbuka dan tertutup yang di desain untuk Drainase
Desa
mendukung drainase alam sebelum dialirkan ke dalam sungai. Pananjung
Sistem jaringan drainase di Desa Pananjung digunakan sebagai saluran pembuangan air
hujan dan limbah bagi berbagai macam kegiatan, baik itu perdagangan dan jasa, pendidikan,
permukiman, bahkan industri juga menggunakannya. Sebagian besar digunakan sebagai saluran
pembuangan limbah rumah tangga. Secara keseluruhan sistem drainase yang ada di Desa
Pananjung belum terencana dengan baik, hal ini terlihat dari minimnya sistem jaringan drainase 2
buatan di wilayah studi. Pembangunan sistem drainase buatan yang ada pun hanya mengikuti
jaringan jalan tanpa memperhatikan fungsi inlet-inlet, sehingga limpasan air hujan yang ada di
3 1
jalan sulit masuk ke saluran.
4
signifikan. Adapun pemeliharaan rutin biasa dilakukan oleh pengelolaan pemeliharaan. Cara masyarakat. Untuk berkomunikasi yang tidak dapat dilakukan dengan tatap muka maka
pemeliharaan tersebut antara lain : dibutuhkan sarana prasarana lain, dan salah satu prasarana telekomunikasi yang paling efektif
3. Adat Istiadat
5) Industri
Potensi perkembangan kegiatan industri di Desa Pananjung cenderung tidak mengalami
peingkatan. Home Industri yang saat ini ada adalah pengolahan keripik, Ikan Asin, Telur Itik,
termasuk ikan/ udang goreng tepung, dan tidak terlupakan industri rumahan pakaian pantai
serta assesories, dll.
2.4.8 Kelembagaan
2) Peternakan Sistem kelembagaan yang ada di Desa Pananjung meliputi lembaga pemerintahan desa
Peternakan yang ada di Desa Pananjung secara keseluruhan, masih bersifat kumpulan
dan lembaga pertahanan dan keamanan. Lembaga Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan
kelompok masyarakat, akan tetapi bernilai ekonomis tinggi. Pada umumnya sebagian hewan
Desa merupakan lembaga pemerintahan Desa yang formal struktural. Lembaga lembaga
ternak di pelihara untuk dijual ke luar Kabupaten Pananjung dan kota sekitarnya. Hasil
kemasyarakatan yang meliputi lembaga perempuan (PKK), organisasi pemuda (karang Taruna),
peternakan tersebut biasanya dijual langsung sebagai hewan yang masih hidup atau dan telor.
organisasi profesi, LPMD, dan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri dan Lembaga
Usaha peternakan individu di Desa Pananjung terdiri dari ternak unggas ayam kampung, ayam
Pemberdayaan Masyarakat.
ras, itik domba, kambing, kelinci dan Ikan.
3) Perikanan
Pola perkembangan kawasan perikanan di Desa Pananjung banyak dipengaruhi oleh
adanya laut dan sungai-sungai yang mengalir di Desa Pananjung aliran airnya baik tidak
tergantung pada musim, selain itu wilayah Desa Pananjung yang mempunyai ciri lahan/tanah
yang relatif landai/datar dengan kondisi tersebut peningkatan potensi sub sektor perikanan
yang diarahkan pada budidaya perikanan umum. Selain dari pengolahan hasil tangkap ikan dari
laut juga budidaya perikanan di Desa Pananjung terdiri dari budidaya ikan air tawar. Perikanan
di Desa Pananjung sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat di Desa Pananjung dan belum di perjual belikan ke luar daerah Desa Pananjung .
4) Potensi Wisata
Dalam upaya mendukung program Pemerintah Kabupaten Pananjung yang
mencanangkan Kabupaten Pananjung menjadi Balinya Jawa Barat atau jadi Kawasan Pariwisata
yang mendunia maka di desa Pananjung memprogramkan menjadi Desa Wisata yang berbasis
BAB III
TINJAUAN KEBIJAKAN
Identifikasi terhadap isu-isu strategis pembangunan permukiman perkotaan dibagi menjadi isu-
isu yang bersifat nasional dan isu-isu pembangunan permukiman yang ada di Kabupaten
• Percepatan pencapaian target SDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan.
• Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan
kumuh.
kawasan permukiman.
permukiman. ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber
Isu-isu strategis nasional mengenai perumahan dan permukiman belum cukup menjabarkan
Pangandaran pada saat ini. Isu-isu strategis di Kabupaten Pangandaran menggambarkan hal-
hal yang menjadi dasar dalam perencanaan dan segera untuk diselesaikan. Isu-isu strategis di
a. Masih minimnya dokumen perencanaan sektoral terkait kawasan kumuh, dokumen yang
ada saat ini terdapat 6 dokumen yaitu RPJMD, RTRW, RPI2JM, RIPARDA, SSK dan Perda
BG.
c. Cakupan ketersediaan rumah layak huni di Kabupaten Pangandaran masih rendah yaitu
d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman diantaranya air minum
hanya sebesar 23,3%. Sementara persampahan hanya 25% serta prasarana sanitasi yang
e. Belum optimalnya tata kelola pemerintahan dan peran kelembagaan masyarakat yang saat
f. Masih rendahnya penyediaan Prasarana Sarana Dasar (PSD) di kawasan rawan bencana
Pangandaran.
Isu-isu strategis yang telah dijelaskan tidak sepenuhnya terjadi di setiap kecamatan di
Kabupaten Pangandaran. Hal tersebut tersebar dan menjadi karakteristik khusus pada suatu
Gambar 3. 1
Isu Strageis di Kabupaten Pangandaran
Belum
optimalnya tata
Rendahnya kelola
penyediaan
Cakupan
ketersediaan
rumah layak
huni rendah
Pada uraian pemetaan isu-isu strategis di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat bahwa setiap
kecamatan memiliki isu strategis yang berbeda. Hal tersebut menandakan bahwa
permasalahan paling strategis di kecamatan tersebut adalah menjadi fokus untama untuk
ditangani dalam perencanaan Kabupaten Pangandaran. Isu strategis terkait dengan masih
kurangnya cakupan ketersediaan rumah layak huni yaitu terdapat di Kecamatan Cimerak,
Kecamatan Langkaplancar. Sementara itu isu strategis lainnya yaitu rendahnya penyediaan
prasarana, sarana dasar menjadi hal utama di Kecamatan Pangandaran, Kecamatan Cimerak
dan Kecamatan Cigugur yang pada dasarnya merupakan kawasan pariwisata di Kabupaten
Pangandaran. Pada kawasan tersebut perlu difokuskan pada hal strategis sebagai dasar untuk
tidak layak huni di Kabupaten Pangandaran merupakan suatu tantangan dan target untuk
ditempati. Sebelum menangani hal tersebut berikut terdapat peta sebaran kawasan
Gambar 3. 2
Peta Sebaran Kawasan Permukiman di Kabupaten Pangandaran
Sebaran permukiman saat ini tidaklah secara keseluruhan menempati lahan-lahan sesuai
sesuai dengan peruntukannya di pola ruang. Guna lahan permukiman seluas 1.233,37 hektar
tidak sesuai dengan pola ruang Kabupaten Pangandaran. Berikut peta ketidaksesuain lahan
Gambar 3. 3
Peta Ketidaksesuain Lahan Permukiman Hasil Overlay Rencana Pola Ruang
Kabupaten Pangandaran
Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Pangandaran dibagi menjadi sistem perkotaan dan
sistem perdesaan. Penentuan fungsi kota ini didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat
pelayanannya yang akan dikembangkan di tiap kota. Adapun fungsi yang lain didasari oleh
1. Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari keberadaan kota
2. Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi utama dan
a. PKNp Pangandaran sebagai pusat kebudayaan, pusat pelayanan rekreasi terpadu skala
Sistem perdesaan di Kabupaten Pangandaran berupa PPL meliputi Desa Kertaharja, Desa
Cijulang, Desa Pagerbumi, Desa Bangunjaya, Desa Bangunkarya, Desa Cikambulan, Desa
Putrapinggan, Desa Payutran; dan Desa Mangunjaya. Dalam hal ini penekanan penanganan
permukiman kumuh yang dilakukan merupakan pada kawasan perkotaan. Oleh karena itu,
Gambar 3. 4
Peta Rencana Permukiman Perkotaan Kabupaten Pangandaran
kurang lebih 5.883,01 Ha. Lokasi lingkungan permukiman harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
merupakan kawasan lindung, olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah
pabrik, daerah bebas bangunan pada area bandara, daerah di bawah jaringan listrik
tegangan tinggi;
daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air
keterpaduan prasarana;
berdasarkan kriteria yang secara teknis dapat digunakan untuk kawasan permukiman yang
aman dari bahaya bencana alam, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha,
• Menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai sesuai kriteria yang ditentukan, termasuk
• Relokasi permukiman yang tumbuh pada lokasi yang bukan peruntukannya, seperti di
berikut:
a. Kecamatan Parigi;
b. Kecamatan Cijulang;
c. Kecamatan Cimerak;
d. Kecamatan Cigugur;
e. Kecamatan Langkaplancar;
f. Kecamatan Mangunjaya;
g. Kecamatan Padaherang;
h. Kecamatan Kalipucang;
j. Kecamatan Sidamulih
Visi dan Misi Kabupaten Pangandaran mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-
isu strategis, dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah sehingga visi dan misi Kabupaten Pangandaran
“Kabupaten Pangandaran” : Mencakup wilayah Kabupaten Pangandaran sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten
Pangandaran di Provinsi Jawa Barat, beserta segenap isinya. Artinya Kabupaten
Pangandaran dan semua warganya yang berada dalam suatu kawasan dengan
batas-batas tertentu yang berkembang sejak tahun 2012 hingga sekarang.
“Tujuan Wisata” : Adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas wisata,
aksesibilitas dan masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Simpul-simpul kegiatan pariwisata eksisting maupun simpul-simpul
baru yang berpotensi untuk dikembangkan akan ditata secara terpadu membentuk
suatu kawasan pariwisata dengan menonjolkan kekhasan potensinya masing-
masing.
Visi Jangka Menengah Kabupaten Pangandaran tersebut selaras dengan Visi Daerah Jangka Panjangnya, yaitu “Kabupaten Pangandaran
sebagai Tujuan Wisata Termaju di Pulau Jawa”. Kriteria capaian Visi Daerah Jangka Panjang sebagaimana tercantum dalam Dokumen RPJPD
Kabupaten Pangandaran tersebut telah secara jelas direfleksikan dalam Visi Jangka Menengah Kabupaten Pangandaran yang mengacu kepada
potensi sumberdaya alam yang dimiliki diantaranya pantai, laut, sungai, perbukitan, air terjun dan lain sebagainya yang tersebar di beberapa
wilayah, serta potensi sumberdaya manusia, antar lain beraneka ragam budaya dan kesenian lokal serta segenap komoditas hasil bumi
maupun budidaya masyarakat yang mempunyai ciri khas di wilayah Kabupaten Pangandaran.
Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di
atas. Rumusan misi merupakan penggambaran arah menuju visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan.
Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan
yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Rumusan misi disusun dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
ada dalam pembangunan daerah serta faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi. Misi disusun untuk
memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi.
Visi Misi
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani
2. Mewujudkan penataan ruang yang harmonis dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
KABUPATEN PANGANDARAN berwawasan lingkungan
SEBAGAI TUJUAN WISATA BERKELAS 3. Menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang berkualitas
DUNIA 4. Memperkuat ketahanan nilai-nilai kearifan lokal
5. Membangun sumberdaya manusia yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing
6. Membangun perekonomian yang tangguh, maju, berkeadilan dan berkelanjutan
3.1.3 RTR KSP Pangandaran dan Sekitarnya Tahun 2012
Penentuan sistem perkotaan di KSP Pangandaran dan sekitarnya mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :
ii. Jumlah penduduk, aksesibilitas dan fasilitas pelayanan yang ada dan pengembangannya.
Dari 6 kecamatan yang masuk dalam delineasi KSP Pangandaran, pusat primernya terletak pada Kecamatan Parigi, dengan ditunjang Kecamatan
Pangandaran dan Kecamatan Cimerak sebagai pusat sekunder, sertaKecamatan Kalipucang, Kecamatan Sidamulih, dan Kecamatan Cijulang
sebagai pusat tersier. Rencana sistem perkotaan pada RTR Kawasan Pangandaran dan sekitarnya dapat lebih jelas terlihat pada diagram sebagai
berikut.
Arahan pengembangan permukiman di KSP Pangandaran dan Sekitarnya dapat dilihat pada rencana pola ruang dari RTR KSP ini. Pada RTR KSP
ini didapati bahwa pengembangan permukiman direncanakan seluas 23.001,00 Ha atau 9,41% dari keseluruhan dari pengembangan pola ruang
Tabel 3. 1
Luasan Rencana Pola Ruang KSP Pangandaran dan Sekitarnya Tahun 2032
Gambar 3. 8
Peta Rencana Pola Ruang KSP Pangandaran dan Sekitarmya
Visi dan misi pembangunan kepariwisataan Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2025 diusulkan berdasarkan pada visi dan misi pembangunan
kepariwisataan Kabupaten Pangandaran yang dilaksanakan secara partisipatif mengacu kepada dokumen Perencanaan Pengelolaan Pariwisata
“Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2025 menjadi Daerah Tujuan Wisata Dunia, tempat tinggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma
agama.”
Visi tersebut dikembangkan berdasarkan pemahaman bahwa pada Tahun 2025, Kabupaten Pangandaran menjadi daerah tujuan wisata dunia yang
diharapkan mampu menjadi Kabupaten yang nyaman dan aman tidak hanya bagi wisatawan ataupun pengunjung, tetapi yang utama adalah bagi
penduduk Kabupaten Pangandaran. Penekanan terhadap daerah tujuan wisata dunia juga mengarah kepada pembangunan pariwisata di Kabupaten
Pangandaran harus mampu mengacu kepada standar Internasional dan mampu mengakomodir berbagai karakteristik wisatawan dari berbagai
negara asal yang secara bersamaan pembangunan pariwisata juga mengarah kepada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten
Pangandaran.
Berdasarkan visi tersebut, maka misi yang dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Pangandaran adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan dan Pengelolaan terhadap sumber daya kepariwisataan secara berkelanjutan sehingga dapat berdaya saing dalam upaya
3. Pembangunan daerah tujuan wisata dan lingkungan masyarakat yang aman dan nyaman, dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
4. Pembangunan Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan berkelanjutan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara;
5. Pembangunan Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan berkelanjutan atas kelestarian dan
6. Pembangunan sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya
7. Penciptaan masyarakat yang mandiri, berlandaskan pada nilai-nilai agama/religius, dan berdayasaing untuk mendukung tercapainya pariwisata
Berdasarkan arahan pengembangan kepariwisataan tersebut, maka disusun kawasan pembangunan pariwisata daerah. Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah atau yang disebut juga dengan KPPD adalah satu atau lebih daerah tujuan wisata yang terdapat pada Destinasi Pariwisata Daerah
yang memiliki sumberdaya pariwisata potensial serta mempunyai pengaruh penting dalam perumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan
sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup dan daya saing daerah. KPPD tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1 Kawasan Strategis • Kecamatan Pangandaran 1) Kawasan Wisata Pantai Pangandaran dan Sekitarnya
Pembangunan Pariwisata
• Kecamatan Sidamulih 2) Kawasan Wisata Curug Bojong dan Sekitarnya
Kabupaten Pangandaran dan
Sekitarnya • Kecamatan Parigi 3) Kawasan Wisata Karang Tirta-Cikalong dan Sekitarnya
• Kecamatan Cijulang 4) Kawasan Wisata Pantai Batu Hiu-Citumang-Santirah dan Sekitarnya
• Kecamatan Cigugur 5) Kawasan Margacinta dan Sekitarnya
6) Kawasan Green Canyon-Green Coral-Pondok Patra dan Sekitarnya
7) Kawasan Pantai Batukaras dan Sekitarnya
2 Kawasan Pembangunan • Kecamatan Padaherang 1) Kawasan Karang Nini-Majingklak dan Sekitarnya
Pariwisata Kalipucang-
• Kecamatan Kalipucang 2) Kawasan Sungai Jogjogan-Kedung Wuluh dan Sekitarnya
Mangunjaya dan Sekitarnya
• Kecamatan Mangunjaya
3 Kawasan Pembangunan • Kecamatan Langkaplancar 1) Kawasan Gunung Singkup-Parang dan Sekitarnya
Pariwisata Langkaplancar-
• Kecamatan Cigugur 2) Kawasan Pasir Bentang-Cipatahunan dan Sekitarnya
Cigugur dan Sekitarnya
4 Kawasan Pembangunan • Kecamatan Cimerak 1) Kawasan Pantai Madasari dan Sekitarnya
Pariwisata Cimerak dan
2) Kawasan Pantai Ciparanti-Keusik Luhur dan Sekitarnya
Sekitarnya
Sumber : RIPPARDA Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
terdapat pertampalan, maka penanganan kekumuhannya harus mempertimbangkan pengembangan destinasi wisata yang ada di kawasan dan
Tabel 3. 1
Kawasan Pariwisata dan Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Pangandaran
No Kawasan Pariwisata Kabupaten Sub Pembangunan Kawasan Sebaran Daya Tarik Wisata
Pangandaran Daya Tarik Wisata Alam Daya Tarik Wisata Daya Tarik Wisata
Budaya Buatan
I Kawasan Strategis Pembangunan 1) Kawasan Wisata Pantai 1) Pantai Barat Pangandaran 1) Desa Wisata Babakan
Pariwisata Kabupaten Pangandaran dan Sekitarnya 2) Pantai Timur Pangandaran
Pangandaran dan Sekitarnya 3) Kawasan Taman Wisata Alam
Pananjung
4) Kawasan Mangrove Bulak
Setra
5) Kawasan Pantai Cikembulan
2) Kawasan Wisata Curug 1) Air Terjun (Curug) Bojong
Bojong dan Sekitarnya 2) Air Terjun (Curug) Jambe
Enum
3) Sungai Pingit
4) Gua Bojong Lekor
5) Gua Badak Paeh
3) Kawasan Wisata Karang Tirta- 1) Pantai Karang Tirta 1) Desa Wisata
Cikalong dan Sekitarnya 2) Air Terjun (Curug) Pule Cikalong
3) Air Terjun (Curug) Luhur
4) Gua Macan
5) Gua Sodong Panjang
4) Kawasan Wisata Pantai Batu 1) Pantai Batu Hiu 1) Desa Wisata Selasari 1) Penangkaran Penyu
Hiu-Citumang-Santirah dan 2) Gua Lanang (Santirah) Batu Hiu
Sekitarnya 3) Gua Regregan
4) Sungai Citumang
5) Gua Jogjogan
Pembangunan infrastruktur permukiman sektor sanitasi mengacu pada visi dan misi pembangunan sanitasi Kabupaten Pangandaran yang tertuang
“Terwujudnya Kabupaten Pangandaran yang Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan dan Peningkatan Layanan Sanitasi yang Ramah Lingkungan
Tahun 2019”.
Mengacu pada visi di atas, terdapat 9 (sembilan) pokok utama pencapaian yang terkandung dalam visi sanitasi Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
2. (Edukatif) Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berdaya saing;
3. (Religius) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan tuntunan Allah dan Utusan- Nya;
4. (Asri) Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan hidup dan penataan ruang yang asri guna mendukung
5. (Sopan) Meningkatnya perilaku masyarakat dan pemerintah yang memiliki karakter hormat, takzim, tertib menurut adat dan budaya yang baik
serta beradab;
memperhatikan keserasian dan keseimbangan menjadi daya dukung sumber inspiratif peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan;
9. (Nyaman) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan yang nyaman.;
Untuk mencapai visi di atas, ditetapkan misi pengembangan sanitasi tiap komponen sanitasi sebagai berikut :
Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan.
b) Mengurangi jumlah timbulan sampah dari hulu sampai hilir dengan melibatkan seluruh stakeholder.
a) Mengoptimalkan tata kelola jaringan drainase lingkungan yang lancar dan berkelajutan;
b) Mengoptimalkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan kemampuan pembiayaan di komponen drainase;
c) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan prasarana drainase.
a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat;
Pada tabel-tabel di bawah ini akan dipaparkan mengenai tujuan, tahapan, dan sasaran dari kegiatan SSK di Kabupaten Pangandaran.
Tabel 3. 2
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik
Sasaran
Tujuan Strategi
Uraian Sasaran Indikator Sasaran
(1) (2) (3) (4)
Menurunkan angka BABS di Berkurangnya perilaku BABS di Tidak ada penduduk yang melakukan Meningkatkan pengelolaan limbah melalui STBM
masyarakat masyarakat % di tahun 2019 BABs di tahun 2019 serta
penyertaan MCK plus plus
bagi keluarga yang tidak mempunyai jamban
peribadi
Tersedianya detail rencana Tersedianya payung hukum Adanya peraturan daerah tentang Menyusun peraturan daerah tentang pengelolaan air
pengelolaan air limbah yang tentang pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah domestik dan limbah domestik
terintegrasi industri
Tersedianya detail rencana - Adanya dokumen master plan - Menyusun dokumen master plan pengelolaan air
pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah domestic limbah domestic
- Adanya DED pengelolaan air limbah - Menyusun DED pengelolaan air limbah
Meningkatkan kualitas layanan Meningkatnya kualitas layanan Revitalisasi dan Optimalisasi IPAL
pengelolaan air limbah domestik pengelolaan air limbah domestik
pada tahun 2016-2020
Meningkatkan sarana dan Menambah jumlah truk tinja Tersedianya truck tinja 2 unit pada Menambah jumlah truk tinja untuk meningkatkan
prasarana pengelolaan air tahun 2016 layanan pengelolaan air limbah domestik
limbah domestik
Sasaran
Tujuan Strategi
Uraian Sasaran Indikator Sasaran
(1) (2) (3) (4)
Tercapainya Standar Pelayanan Minimum Meningkatkan cakupan pelayanan Meningkatnya cakupan layanan Meningkatkan jumlah sarana dan
(SPM) untuk layanan persampahan dengan persampahan dari 25% menjadi 60% pada persampahan ke seluruh wilayah prasarana persampahan (Truck
mewujudkan sistem pengelolaan tahun 2019 kecamatan Sampah, Transfer Depo, TPS, dll)
persampahan yang handal
Mendorong tersusunya regulasi tentang Tersusunnya perda tentang Membahas regulasi pengelolaan
pengelolaan persampahan pengelolaan persampahan persampahan
Tersedianya detail rencana pengelolaan Tersusunnya Master Plan tentang Menyusun Master Plan
persampahan system pengelolaan persampahan (Rencana Induk) sistem pengelolaan
persampahan
Peningkatan pengelolaan sampah yang Peningkatan pengelolaan persampahan Mendorong peningkatan Melakukan sosialisasi pengelolaan
berwawasan lingkungan oleh masyarakat dengan kegiatan 3 R (Reuse, Reduse dan pengelolaan sampah pola 3 R sampah secara 3R (Reuse/
dan swasta Recycle) Secara partisipatif dari ..% menjadi Pemanfaatan, Reduse/Pemilahan,
….% pada tahun … Recycle/ Daur Ulang) kepada
masyarakat.
Meningkatkan Partisipasi dunia usahan dalam Mendorong partisipasi masyarakat Melakukan kerjasama pengelolaan
pengelolaan sampah. dan dunia usaha dalam sampah dengan pihak swasta
pengelolaan sampah
Sumber : Dokumen SSK Kabupaten Pangandaran. 2014
Tabel 3. 4
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase Perkotaan
Sasaran
Tujuan Strategi
Uraian Sasaran Indikator Sasaran
(1) (2) (3) (4)
Tersedianya regulasi pengelolaan drainase Adanya regulasi yang mengatur drainase Tersusunnya regulasi yang mengatur Pembahasan penyusunan
pengelolaan drainase regulasi system drainase
Pemeliharaan saluran drainase yang Perbaikan drainase sebesar yang mengalami Saluran drainase yang mengalami Melakukan normalisasi dan
sudah ada kerusakan setiap tahun kerusakan akan selesai di perbaiki pada pemeliharaan saluran drainase
tahun 2019
Sumber : Dokumen SSK Kabupaten Pangandaran. 2014
Tabel 3. 5
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Sanitasi Sekolah
Sasaran
Tujuan Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
(1) (2) (3) (4)
Membudayakan PHBS sejak dini PHBS masuk dalam muatan lokal /kurikulum Menambah wawasan guru-guru Melaksanakan pelatihan sanitasi
sekolah serta meningkatnya prosentase CTPS di sekolah paud/TK/SD dalam tata cara Sekolah untuk Tim Manajemen
rumah tangga di tahun 2018 Pola Hidup Bersih dan Sehat. sekolah: Kepala sekolah, guru UKS,
komite sekolah
Meningkatkan sarana dan prasarana Meningkatnya kepemilikan jamban di sekolah Menambah jumlah jamban di sekolah Membangun sarana dan prasarana
sanitasi di sekolah untuk diakses warga murid dan guru
Tersedianya saluran pembuangan air limbah Berkurangnya tingkat pencemaran air Membangun sarana dan prasarana
tertutup, kedap air dan mengalir lancar limbah
Menambah/ menyediakan tempat sampah di Bertambahnya jumlah tempat sampah Menyediakan sarana dan prasarana
sekolah di sekolah persampahan
Sumber : Dokumen SSK Kabupaten Pangandaran. 2014
Review terkait dengan penanganan kumuh di RPI2JM diambil dari program yang terkait dengan permukiman di kabupaten pangandaran.
1) Menerapkan dua jenis pengembangan konsep arah permukiman, yaitu kawasan permukiman dengan arah vertikal dan kawasan permukiman
2) Mengembangkan kawasan permukiman dengan arah vertikal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga
tinggi;
3) Kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi adalah kawasan perkotaan yang menjadi
4) Mengembangkan kawasan permukiman dengan arah horisontal dikendalikan pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang
menengah;
5) Kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah adalah kawasan perkotaan di Jawa Barat selain yang
Strategi pengembangan untuk kawasan perumahan termasuk fasilitas pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum adalah:
iv. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 55% dari luas lahan kota.
v. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan dan atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan
vii. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus (kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi dan perubahan
fisik bangunan.
viii. Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan disertai penyediaan prasarana yang memadai
terutama parkir.
Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang, yaitu mengembangkan program
perwujudan tata ruang yang dalam pelaksanaannya dapat mendorong kemitraan dan kerjasama antara swasta dan masyarakat. Strategi penerapan
kebijakan pemanfaatan ruang termasuk didalamnya untuk prasarana dan sarana kota adalah:
ix. Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan
x. Mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan kota dan pembangunan kota.
Tahapan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman secara umum didasarkan pada dukungan ekonomi kota dan pengembangan wilayah :
xi. Menata kawasan permukiman padat dengan pola pengembangan secara vertical;
xiii. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman sedang;
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Pangandaran dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek
pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkugan permukiman. Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif
pemecahannya dalam pengembangan permukiman Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 6
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Kabupaten Pangandaran
3) Rendahnya tingkat
Pengembangan perumahan secara horisontal. Adanya
pemenuhan kebutuhan Masih luasnya ruang dan wilayah untuk
perbaikan teknis terhadap Rumah Tidak Layak Huni
perumahan yang layak pengembangan permukiman
(RTLH) di Pangandaran
huni
Sesuai dengan tujuan dan arahan RTRW Kab Adanya Program Peningkatan Infrastruktur
4) masih rendahnya kualitas lingkungan di kawasan
Pangandaran yaitu Pangandaran Sebagai Permukiman di kawaan kumuh perdesaan, kawasan
kumuh, kawasan khusus rawan bencana alam, serta
Kawasan Pariwisata, Agropolitan, dan khusus rawan bencana alam serta agropolitan dan
agropolitan dan minapolitan
Minapolitan Berbasis Mitigasi Bencana minapolitan di Pangandaran
2 Aspek Kelembagaan
1) Keterbatasan ketersediaan pelayanan umum dan Masih luasnya pemanfaatan ruang di kawasan
Adanya Program Pengembangan Infrastruktur
pelayanan dasar minimum seperti air minum, perdesaan serta tingginya potensi ekonomi
Perdesaan
sanitasi di perdesaan desa lokal di Pangandaran
Berdasarkan kebutuhan untuk menjawab tantangan yang dijabarkan di atas, maka dirumuskanlah program-program pengembangan sektor
permukiman. Usulan program investasi yang terdapat dalam RPI2-JM Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 Sektor Pengembangan
3.2.2 SK Bupati Kabupaten Pangandaran No. 659 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di
Pangandaran
Peraturan mengenai penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Pangandaran diatur juga dalam SK Bupati Pangandaran No.
659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Pangandaran.
Tabel 3. 7
Peraturan Penanganan Permukiman Kumuh di Kabupaten Pangandaran
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk Pengaturan No/ Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4)
SK Bupati Pangandaran tentang 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 Penetapan Lokasi Perumahan Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kab.
Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh dan Permukiman Pangandaran melputi 12 (Dua belas) lokasi di 1
Kumuh di Pangandaran Kumuh di Kabupaten (satu) Kecamatan, dengan luas total 295,3 Ha.
Pangandaran
Sumber : Hasil Pengolahan, 2016
Upaya pendataan lokasi kawasan kumuh di Kabupaten Pangandaran baru dilakukan di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Pangandaran Tahun
2014 yang selanjutnya dilegalkan dalam Keputusan Bupati Pangandaran No. 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014, Kawasan Kumuh tersebut
terdapat pada wilayah seperti pada tabel ini, dengan rincian kategori :
Sumber : SK Bupati Pangandaran No. 659/Kpts.87.C-Huk.Org Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh di Pangandaran
Berdasarkan kebijakan terkait dengan penanganan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Pangandaran, maka kebijakan-kebijakan yang ada
perlu dikompilasi dan dirumuskan arahan penanganan permukiman kumuh dari kebijakan-kebijakan tersebut. Pada tabel di bawah ini akan
kebijakan ini akan dipaparkan mengenai visi dan misi, tujuan dan sasaran, stratregi dan arahan kebijakan, rencana, program, dan kegiatan. Dengan
tabel overview ini akan memudahkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan kumuh di perkotaan.
Kebijakan 9:
Peningkatan fungsi kawasan
untuk pertahanan dan keamanan
negara.
• mendukung penetapan
kawasan strategis nasional Perwujudan Pola Ruang Kawasan
dengan fungsi kawasan Peruntukan Permukiman
pertahanan dan keamanan
• mengembangkan kawasan
lindung dan/atau kawasan
budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan
dan keamanan
• mengembangkan budidaya
secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan pertahanan
untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan
• turut serta menjaga dan
memelihara aset-aset
pertahanan dan keamanan.
2. RPI2JM Pangandaran Sebagai Kawasan Kebijakan 1 RENCANA STRUKTUR RUANG
KABUPATEN Pariwisata, Agropolitan, dan Pengembangan Kawasan Wisata a. Sistem Pusat Kegiatan Perwujudan Sistem Jaringan Persampahan • Penyusunan rencana induk pengelolaan
PANGANDARAN Minapolitan Berbasis Mitigasi Ramah Lingkungan Pengembangan pusat kegiatan persampahan kabupaten
2016-2020 Bencana • mengembangkan kawasan meliputi:
dan kegiatan ekowisata, • PKNp Pangandaran sebagai • Pengembangan teknologi komposing
agrowisata, wisata budaya, pusat kebudayaan, pusat sampah organik dan sistem reduce
dan wisata buatan pelayanan rekreasi terpadu (mengurangi), reuse (menggunakan
• meningkatkan ketersediaan skala nasional dan kembali) dan recycl (mendaur ulang)
infrastruktur dan akomodasi internasional atau 3R lainnya yang sesuai pada
di sekitar kawasan wisata • PKW Pangandaran sebagai
Kebijakan 5:
Pengembangan pusat
pemerintahan dan permukiman
sesuai daya dukung dan daya
tampung;
• mengembangkan pusat
pemerintahan Kabupaten
• mengembangkan pusat
pelayanan permukiman di
masing-masing kecamatan
• mendorong pemerataan
pertumbuhan permukiman di Penetapan fungsi kawasan resapan air
pusat kegiatan dan pusat
pelayanan Penjagaan terhadap penggunaan lahan
pada kawasan resapan air
Kebijakan 6:
Pengembangan dan peningkatan Pengembangan pola insentif dan
sistem jaringan sarana prasarana disinsentif dalam pengelolaan kawasan
wilayah;
• meningkatkan kualitas Pengembangan partisipasi masyarakat
infrastruktur jalan kabupaten, dalam pengelolaan kawasan resapan
lokal, dan lingkungan di air,dan
seluruh wilayah kabupaten
• meningkatkan kualitas Pengelolaan pemeliharaan, pelestarian,
permukiman didukung oleh rehabilitasi kawasan sempadan pantai,
prasarana dan sarana yang sungai, situ, embung, mata air
memadai pada skala
kecamatan dan desa Penyusunan masterplan RTH
• mengembangkan dan
meningkatkan sarana dan Pengembangan dan penataan kawasan
prasarana transportasi darat, permukiman
udara, dan laut
Kebijakan 9:
Peningkatan fungsi kawasan
untuk pertahanan dan keamanan
negara.
• mendukung penetapan
kawasan strategis nasional
dengan fungsi kawasan
pertahanan dan keamanan
• mengembangkan kawasan
lindung dan/atau kawasan
budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan
dan keamanan
• mengembangkan budidaya
secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan pertahanan
untuk menjaga fungsi
pertahanan dan
keamananturut serta menjaga
dan memelihara aset-aset
pertahanan dan keamanan.
Kebijakan 4:
Kebijakan Pembangunan
Kelembagaan Pariwisata
• Mereposisi urusan pariwisata
dan kebudayaan di lingkungan
pemerintah daerah kabupaten
Pangandaran.
• Memperkuat peran lembaga
yang tekait dengan
kepariwisataan
• Menerapkan pariwisata dan
Analisis kependudukan untuk memprediksi jumlah penduduk sesuai tahun rencana, (tahun 2020).
Prediksi jumlah penduduk dihitung dengan formula :
Pt = Po * (1 + r) ^ n
Pananjung Jumlah 40 RT dan 6 RW 2018 2134 703 1315 4027 3642 7669
Tabel 3
Proyeksi Penduduk Desa Pananjung
2018 2019 2020 2021 2022
7670.0 7671 7672.0 7673 7674.0
Bila dilihat proyeksi penduduk Desa Pananjung sampai dengan tahun 2022 tidak akan
terjadi pemekaran Desa (menurut SNI 1 Kel./Desa jumlah penduduknya 30.000 jiwa). Termasuk
bila dilihat dari tingkatan RW tidak akan ada terjadi pemekaran RW. Namun bisa terjadi
pemekaran jumlah RT dalam 1 RW (menurut SNI 1 RW terdiri dari 8 – 10 RT) yaitu pada RW 003
dalam jangka waktu dekat. Desa Pananjung masih banyak ruang terbuka publik/lahan-lahan
kosong dan masih aman untuk meratakan pembangunan rumah.
Kelurahan Alamat RT/RW Tingkat Luas area Jumlah Bangunan Persentase Jumlah Bangunan hunian Persentase Bangunan hunian
Persentase Luas Jumlah total
Jumlah Keteraturan kepadatan dengan hunian memiliki Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, memiliki kondisi Atap,
Keteraturan permukiman bangunan
Bangunan Hunian bangunan kepadatan luas lantai ≥ 7,2 m2 memiliki luas lantai Lantai, Dinding sesuai Lantai, Dinding sesuai
Bangunan Hunian ….Ha ……unit
…..unit/Ha tinggi per orang ≥ 7,2 m2 per orang persyaratan teknis persyaratan teknis
Pananjung Jumlah 40 RT dan 6 RW 1034 54% 9.2941 2135 236.783482 0 1869 92% 1644 83%
Jumlah total bangunan yang ada di Desa Pananjung di bandingkan dengan jumlah bangunan
Tabel 5
hunian yang teratur sebesar 54% artinya berbanding lurus dengan bangunan hunian yang tidak teratur,
Proyeksi Kebutuhan Bangunan Hunian
hal ini bisa sampai terbalik jika tidak ada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Desa yang diperkuat
No Kelurahan JENIS KEBUTUHAN 2018 2019 2020 2021 2022 dengan peraturan Daerah berkenaan dengan ijin membangun bangunan dan fungsi daripada bangunan
1 Pananjung Keb.luas/org 55,224.00 55,231.20 55,238.40 55,245.60 55,252.80 tersebut.
Kebutuhan Bangunan Hunian 11,044.80 11,046.24 11,047.68 11,049.12 11,050.56
Kepadatan Bangunan Hunian 1.10 1.10 1.10 1.10 1.11
Di tahun 2017 menurut data kepadatan bangunan hunian di Desa Pananjung sebenarnya sudah
Keb.luas/org 7.2 m2/org lebih dari 200 unit/Ha yaitu sebesar 236 unit/Ha, namun jika melihat dari proyeksi kebutuhan bangunan
Jmlh Penghuni rmh rata2 5 org hunian dari jumlah penduduk masih masuk dalam klasifikasi kepadatan bangunan sangat rendah yaitu
Luas 1 bangunan hunian 36 m2/unit
sebesar 1,1-2 bangunan/Ha (menurut sumber keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987, lampiran no.22
Kepadatan Bangunan Bgnn/Ha
yaitu kepadatan bangunan kurang dari 10 bangunan/Ha di katakana masuk dalam klasifikasi sangat
rendah), sehingga masih sangat luas dalam perkembangan bangunan hunian di Desa Pananjung secara
merata.
Tidak ada permasalahan banyak berkenaan dengan kelayakan bangunan di Desa Pananjung
melihat dari data presentase bangunan hunian yang memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2/org sebesar 92% artinya
masyarakat memahami akan kebutuhan ruang gerak di dalam bangunan huniannya. Begitu juga dengan
jumlah bangunan hunian yang kondisinya sesuai dengan persyaratan teknis tidak ada permasalahan
Tabel 6 Klasifikasi Kepadatan Bangunan
banyak terbukti dengan persentase 83% yaitu sebesar 1644 unit bangunan hunian sesuai dengan
persyaratan teknis.
Aksesibilitas Lingkungan
Pananjung Jumlah 40 RT dan 6 RW 23210 13540 12370 7400 19% 30610 32.57680197
Aksesibilitas Lingkungan
Pananjung Jumlah 40 RT dan 6 RW 7720 690 9270 600 3710 200 18280 25.966845
Menurut aturan bahwa kebutuhan jalan lingkungan antar 1,2 – 2 meter dengan bahu jalan 0,5
meter (kiri dan kanan) sehingga klo di total 2,2 – 3 meter belum termasuk drainase 0,5 meter (kiri dan
kanan), itu adalah ideal menurut standar jalan. Jika melihat hal seperti itu tidak di mungkinkan untuk jalan
dengan lebar kurang dari 1,5 meter, namun sangat dimungkinkan untuk pembangunan jalan yang baru
agar menerapkan hal seperti itu.
Aturan menyebutkan juga bahwa dengan jalan lingkungan lebar antara 1,2 – 2 meter mempunyai
aturan tentang GSB (Garis Sempadan Bangunan) sepanjang 4 meter dari as jalan lingkungan, dengan
demikian bangunan hunian akan lebih teratur. Untuk hal itu maka bagi wilayah yang memungkinkan bisa
untuk di benahi agar ke depan jalan lingkungan dan bangunan hunian tetap terjaga keteraturannya,
nyaman, aman.
Jalan lingkungan dengan lebar ≤ 1,5 meter perlu diperhatikan karena dibutuhkan ada
perencanaan terhadap saluran air agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tergenangnya
air, becek, licin dan lain-lain.
Selanjutnya jalan lingkungan baik yang lebarnya ≤ 1,5 meter sepanjang 600 meter dan lebar yang
lebih ≥ 1,5 meter sepanjang 690 meter tetapi masih dalam keadaan tanah dibutuhkan penanganan yang
tepat artinya konstruksi yang terbangun haruslah tepat guna, tepat lahan, tepat fungsi,tepat bahan dan
tepat lokasi.
Drainase Lingkungan
Luas Area Persentase Panjang kebutuhan drainase Persentse panjang Panjang kebutuhan drainase
Kelurahan Alamat RT/RW
permukiman Kawasan Panjang Total baru sehingga permukiman kebutuhan drainase baru baru penghubung drainase
tidak terjadi permukiman tidak Drainase terlayani jaringan drainase sehingga permukiman eksisting dengan sistem
genangan terjadi genangan Eksisting seluruhnya. Jawaban sesuai terlayani jaringan drainase kota. Jawaban
air/banjir air/banjir hasil perencanaan drainase seluruhnya. sesuai hasil perencanaan
Drainase Lingkungan
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai dengan ketentuan dan
Tabel 10 Bagian Jaringan Drainase persyaratan teknis. Jaringan drainse adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke
badan penerima air dana tau ke bangunan resapan buatan yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan. Di Desa Pananjung terlihat tidak ada daerah genangan air/Banjir, namun bila
anak sungai sudah meluap maka wilayah-wlayah bantaran sungai akan mengalami genangan air yang
tinggi terbukti ketika curah hujan yang tinggi biasanya anak sungai mengalami kenaikan debit air. Hal ini
juga membuktikan bahwa tidak adanya penanganan terhadap limpasan air hujan, dimana yang terjadi
selalu di arahkan ke sungai. Jika kita bisa melihat bahwa bagian dari jaringan drainase tersebut ada yang
berupa badan penerima air, seperti ; sumber air dibawah permukaan tanah, bisa juga air hujan yang
mengalir pada drainase di alirkan ke bak control kemudian di tampung pada pembuangan air hujan
(PAH).
Selanjutnya masih sedikit sekali drainase yang bersih dan tidak berbau terbukti hanya sepanjang
150 meter dari 12.300 meter Panjang total drainase, artinya drainase yang ada belum sesuai dengan
fungsinya maka dari itu perlu adanya pemisahan fungsi antara buangan air hujan dengan air limbah yang
berasal dari rumah tangga/pabrik/perkantoran/hotel.
No Desa JENIS KEBUTUHAN 2018 (ltr) 2019 (ltr) 2020 (ltr) 2021 (ltr) 2022 (ltr)
1 Pananjung Air 165,672,000 165,693,600 165,715,200 165,736,800 165,758,400
Kebutuhan air
60 ltr/org/hr ltr/hr ltr/bln ltr/thn Air merupakan sumber dari kehidupan yang harus terjaga di alam dunia ini. Air dapat
460,200 13,806,000 4,970,160,000 diperoleh dari alam dan dari buatan manusia dari hasil pengolahan. Di Desa Pananjung jumlah
masyarakat masih dalam kategori aman dalam terpenuhinya kebutuhan air minum, mandi dan cuci (
data menunjukkan 68% sebanyak 1463 jiwa) karena hampir disetiap rumah mempunyai sumur air
4.2.4.1 Prasarana/Utilitas – Jaringan Air Bersih
yang digunakan untuk mandi dan mencuci namun untuk keperluan minum hampir masyarakat
membeli air kemasan. Sedangkan sebaliknya terdapat jumlah masyarakat yang terlayani sarana air
minum sebanyak 4% atau sebesar 60 jiwa, padahal menurut standar nasional bahwa setiap rumah
harus dapat dilayani dengan air bersih/air minum yang memenuhi persyaratan layak.
Sudah selayaknya pemerintah Kabupaten memfasilitasi jaringan air minum Kota yang bisa
sampai ke rumah. Terlebih lagi Kabupaten Pangandaran kaya akan sungai yang bisa di olah menjadi
4.2.4.2 Jenis elemen Perencanaan air layak minum dengan teknologi yang canggih pada saat sekarang ini yang lebih berkembang,
sehingga semakin cepat pelayanan air bersih/air minum ini sampai kepada masyarakat dan layak
minum.
Tabel 13 Pengelolaan Air Limbah Data menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dengan akses jamban keluarga/jamban
Bersama karena sepertinya masyarakat Desa Pananjung telah mengetahui dan memahami tentang
Pengelolaan Air Limbah pentingnya prasarana tersebut untuk dilengkapi dalam membangun bangunan hunian. Termasuk
masyarakat Desa Pananjung tidak ada permasalahan dengan jamban keluarga/jamban Bersama
Persentase Jumlah Jamban Persentase Jamban
sesuai persyaratan teknis ( memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septiktank) arti di
Jumlah Masyarakat Saluran pembuangan
Kelurahan Alamat RT/RW
memiliki akses
Masyarakat memiliki keluarga/jamban bersama keluarga/jamban bersama
air limbah rumah
semua bangunan hunian di Desa Pananjung masyarakat menggunakan kloset leher angsa yang
akses jamban sesuai persyaratan teknis sesuai persyaratan teknis
jamban keluarga /
keluarga / jamban (memiliki kloset leher (memiliki kloset leher
tangga terpisah pembuangannya langsung di arahkan ke septiktank. Hal tersebut berkenaan dengan pengelolaan
jamban bersama (5 dengan saluran
KK/jamban)
bersama (5 angsa yang terhubung angsa yang terhubung
drainase lingkungan black water atau kita sebut air kotor.
KK/jamban) dengan septic-tank) dengan septic-tank)
Selanjutnya ada juga yang dikatakan grey water atau kita sebut dengan air bekas. Jenis atau
Pananjung Jumlah 40 RT dan 6 RW 2013 100% 2018 100% 20 macam air bekas ini diantaranya ; air bekas mencuci, air bekas mandi. Permasalahan inilah yang ada
di Desa Pananjung yaitu saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang masih bersatu dengan
drainase lingkungan karena ketika disatukan maka air akan bercampur satu dengan yang lainnya
Tabel 14 Proyeksi Pengelolaan Air Limbah selain
Proyeksi Pengelolaan Air Limbah
Limbah 48 lt/org/hr
Pengelolaan Persampahan
Jumlah Bangunan
Kelurahan Alamat RT/RW Persentase Kawasan
Jumlah Bangunan Hunian Hunian dengan
permukiman memiliki Persentase sarana
memiliki prasarana kawasan permukiman
prasarana proteksi proteksi kebakaran
proteksi kebakaran memiliki sarana
kebakaran
proteksi kebakaran
4.2.8.1 Kebutuhan ruang dan Lahan Tabel 19 Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olahraga
Adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, mencakup perubahan budaya yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan tata cara kehidupan dari tradisional menjadi modern.
Tentu ada prosesnya dan secara umum ada 3 proses yang membawa kepada perubahan sosial budaya.
a.Akulturasi
Akulturasi merupakan proses bertemunya dua budaya atau lebih dimana unsur-unsur budaya lama masih ada.
Contoh : Sunan Kalijaga menggunakan budaya Wayang untuk mengajar keagamaan
b.Asimilasi
Asimilasi adalah proses bertemunya dua budaya atau lebih yang bercampur dan menghasilkan budaya yang baru. Tidak seperti Akulturasi yang masih ada unsur lamanya. Jadi bisa disimpulkan bahwa
budaya yang lama pastinya hilang. Namun proses asimilasi ini berlangsung lama namun terus menerus.
c.Difusi
Merupakan proses penyebaran unsur budaya dari seseorang ke orang lain atau kelompok masyarat ke masyarakat lain. Prinsip yang pertama dari difusi adalah unsur-unsur kebudayaan itu pertama-
tama akan diambil alih masyarakat yang paling dekat hubungannya atau letaknya paling dekat dari sumbernya. Baru kemudian, kebudayaan baru tersebut diambil oleh masyarakat yang jauh hubungan atau
letaknya jauh dari sumber unsur budaya baru.
2 Sosial 1. Secara umum ada pembahasan permasalahan 1. Adanya kesadaran 1. Kurangnya 1. Penguatan 1. Aturan Bersama
kritis di KSM/MBR untuk belajar pemahaman kelembagaaan
2. Bahwa secara umum anggota KSM/MBR pentingnya tentang 2. Adanya aturan
memiliki aturan kelompok memecahkan manajemen Bersama secara
permasalahan melalui organisasi tertulis
aturan bersama.
3 Infrastuktur 1. Secara umum seluruh anggota KSM/MBR 1. Punya ruang usaha 1. Tidak bisa 1. Sarana perbaikan 1. Perbaikan dan pengelolaan
memiliki tempat usaha di rumah sendiri sendiri berkembang gedung/bangunan pasar yang representative
2. Secara umum jenis alat produksi yang untuk skala yang pasar untuk 2. Pengadaan pusat bisnis.
digunakam anggota KSM/MBR adalah alat lebih besar mengembangkan yang bisa menampung dan
tradisional 2. Keterbatasan alat usaha rumah memasarkan hasil olahan.
untuk 2. Pengadaan bisnis
berkembang secara terpusat
yang menampung
hasil olahan.
4 Keuangan Secara umum keuntungan usaha per bulan anggota Adanya keunutngan yang Keuntungan yang masih Keuntungan yang 1. Pengemabangan jenis
KSM/MBR adalah <10% diperoleh oleh KSM/MBR harus ditingkatkan diperoleh perlu produk KSM/Anggota
anggota KSM dikembangkan KSM
5 Sumber Daya 1. Pola usaha anggota KSM/Anggota sangat Semua bahan baku berada pada Masih tergantung alam Kebutuhan masih 1. Perlu adanya teknologi
Alam tergantung alam daerah sendiri dan lahan yang tersedia terpenuhi namun volume olahan bahan baku
2. Secara umum sumber bahan baku anggota bahan banku yang
KSM/MBR menggunakan bahan baku local dihasilkan terbatas
25%-50 %
5. 1 Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai Dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Desa
Strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kabupaten Pangandaran disusun berdasarkan kebutuhan penanganan yang telah dibuat. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat sebaran lokasinya sesuai
dengan strategi yang akan dilaksanakan. Dapat dilihat bahwa strategi penanganan permukiman banyak dilakukan pada bagian selatan kawasan yang merupakan pantai. Hal ini dikarenakan pada bagian selatan ini merupakan
permukiman yang paling banyak dan saat ini sedang berkembang.
Gambar 5. 1
Strategi Pencegahan dan Pningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Desa Pananjung
REVIEW RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RPLP)
DESA PANANJUNG 2018
Tabel 5. 1
Penyusunan Strategi Penanganan Kumuh di Desa Pananjung
No. Kondisi Faktual dan Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan
Isu Strategis Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Kota/Perkotaan Permukiman Kumuh
Hasil Overview
1. Permukiman minim Pemenuhan Menyertakan Peningkatan Perencanaan Peremajaan • Penetapan • Peningkatan
infrastruktur dengan infrastruktur penanganan kualitas kawasan kawasan kawasan kualitas
ciri perdesaan permukiman dengan permukiman infrastruktur permukiman permukiman permukiman infrastruktur
memperhatikan ciri dengan ciri permukiman sebagai perkotaan permukiman
kawasan perdesaan kawasan • Pembatasan • Pembangunan
dalam permukiman perkembangan infrastruktur
perencanaan perkotaan permukiman permukiman
permukiman agar tidak • Pengembangan
perkotaan terjadi alih RTH
fungsi lahan
2. Permukiman Penataan Mitigasi Pembangunan Mitigasi Peremajaan dan • Menyusun • Penataan
terancam akan permukiman dengan bencana di infrastruktur bencana permukiman rencana kawasan
bahaya tsunami dan menyesuaikan dalam berkualitas sebagai kembali kawasan mitigasi permukiman
gempa kebutuhan mitigasi perencanaan dengan pertimbangan permukiman bencana adaptif
bencana permukiman kemampuan utama dalam • Mengidentifika bencana
meredam pembangunan si kebutuhan • Pembangunan
bencana infrastruktur infrastruktur ruang terbuka
adaptif hijau
bencana • Pengembangan
jalur evakuasi
• Penambahan
rambu-rambu
evakuasi
3. Kawasan Penataan Peningkatan Penataan Penataan Pemugaran • Merencanakan • Menata
permukiman kumuh permukiman agar multiplierfect kawasan kawasan kawasan kawasan kawasan
yang berada di nyaman untuk dari permukiman pariwisata permukiman pariwisata permukiman
kawasan pariwisata wisatawan perkembangan agar dapat dengan sebagai sebagai
No. Kondisi Faktual dan Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan
Isu Strategis Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Kota/Perkotaan Permukiman Kumuh
Hasil Overview
pariwisata menjadi mempertimban destinasi wisata kawasan
pada kawasan kawasan gakan komperhensif pariwisata
permukiman di pariwisata keberadaan • Mengembangk
sekitarnya permukiman an kawasan
permukiman
sebagai
penginapan
wisatawan
4. Percampuran Pengembangan Pembatasan Penataan Sosialiasi Penataan Melakukan • Pengembangan
kegiatan pariwisata permukiman yang permukiman kawasan kepada kawasan penyuluhan atraksi wisata
dengan kegiatan dapat memenuhi pada kawasan permukiman masyarakat pariwisata pada kawasan
permukiman kebutuhan industri pariwisata agar dapat terkait permukiman
pariwisata mendukung pentingnya • Penyediaan
kawasan peran sarana dan
pariwisata permukiman prasarana
pada kawasan permukiman
pariwisata yang memadai
sehingga dapat
memenuhi
kebutuhan
pariwisata
5. Permukiman Perencanaan Perencanaan Land Sosialisasi Peremajaan Melakukan • Penataan
bertumbuh di pusat- permukiman di pusat-pusat consolidation kepada kawasan kampanye publik kawasan
pusat kegiatan pusat-pusat kegiatan kegiatan pada kawasan masyarakat permukiman dengan land
kecamatan dengan kecamatan pusat-pusat mengenai consolidation
tidak terencana sebagai pusat kegiatan pembangunan • Penyediaan
kegiatan lokal kecamatan perumahan lahan untuk
yang baik infrastruktur
dengan bank
No. Kondisi Faktual dan Kebijakan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan
Isu Strategis Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Kota/Perkotaan Permukiman Kumuh
Hasil Overview
lahan
• Perencanaan
pusat-pusat
pelayanan di
kecamatan
6. Pengembangan Perencanaan dan Penyusunan Pengintegrasian Perencanaan Penataan Menyusun rencana • Identifikasi
infrastruktur pembangunan dokumen sistem jaringan infrastrutkur jaringan pengembangan infrastruktur
permukiman yang infrastruktur masterplan infrastrutkur permukiman infrastruktur kawasan yang tidak
tidak terintegrasi permukiman yang infrastruktur- permukiman mengantisipasi permukiman permukiman terintegrasi
dengan jaringan terintegrasi infrastrutkur perkembangan dengan mengikut • Pembangunan
utamanya permukiman kawasan sertakan jaringan-
permukiman perhitungan jaringan
kebutuhan penghubung
permukiman antar
infrastruktur
• Pengembangan
jaringan-
jaringan primer
dan sekunder
pada wilayah
yang akan
direncakan
sebagai
permukiman
5.1 Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Pananjung 5.1.1 Rencana Bangunan Gedung
Bila dilihat proyeksi penduduk Desa Pananjung sampai dengan tahun 2022 tidak akan terjadi
pemekaran Desa (menurut SNI 1 Kel./Desa jumlah penduduknya 30.000 jiwa). Termasuk bila dilihat dari
tingkatan RW tidak akan ada terjadi pemekaran RW. Namun bisa terjadi pemekaran jumlah RT dalam 1
RW (menurut SNI 1 RW terdiri dari 8 – 10 RT) yaitu pada RW 003 dalam jangka waktu dekat. Desa
Pananjung masih banyak ruang terbuka publik/lahan-lahan kosong dan masih aman untuk meratakan
pembangunan rumah.
Jumlah total bangunan yang ada di Desa Pananjung di bandingkan dengan jumlah bangunan
hunian yang teratur sebesar 54% artinya berbanding lurus dengan bangunan hunian yang tidak teratur,
hal ini bisa sampai terbalik jika tidak ada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Desa yang diperkuat
dengan peraturan Daerah berkenaan dengan ijin membangun bangunan dan fungsi daripada bangunan
tersebut.
Di tahun 2017 menurut data kepadatan bangunan hunian di Desa Pananjung sebenarnya sudah
lebih dari 200 unit/Ha yaitu sebesar 236 unit/Ha, namun jika melihat dari proyeksi kebutuhan bangunan
hunian dari jumlah penduduk masih masuk dalam klasifikasi kepadatan bangunan sangat rendah yaitu
sebesar 1,1-2 bangunan/Ha (menurut sumber keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987, lampiran no.22
yaitu kepadatan bangunan kurang dari 10 bangunan/Ha di katakan masuk dalam klasifikasi sangat
rendah), sehingga masih sangat luas dalam perkembangan bangunan hunian di Desa Pananjung secara
merata.
Tidak ada permasalahan banyak berkenaan dengan kelayakan bangunan di Desa Pananjung
melihat dari data presentase bangunan hunian yang memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2/org sebesar 92% artinya
masyarakat memahami akan kebutuhan ruang gerak di dalam bangunan huniannya. Begitu juga dengan
pembangunan bangunan baru baik pembukaan
jumlah bangunan hunian yang kondisinya sesuai dengan persyaratan teknis tidak ada permasalahan Didaerah pinggiran lahan baru dan peningkatan rumah harus
banyak terbukti dengan persentase 83% yaitu sebesar 1644 unit bangunan hunian sesuai dengan pusat Kota terkadang menyangkut terhadap kelayakan hunian, seperti;
persyaratan teknis. masih mempunyai luas standar dari hunian, sirkulasi udara,
ruang dan ini harus pencahayaan dari hunian, fasilitas hunian (
dipertahankan untuk sanitasi, listrik ), konstruksi yang sesuai dengan
kenyamanan standar keamanan,bangunan yang di bangun pada
permukiman bantaran sungai yang harus menghadap ke
Kepadatan bangunan
yang tidak terkontrol
akan mengakibatkan Rencana Penaataan Lingkungan Pemukiman | 95
suatu wilayah tersebut
padat bangunan, tidak
REVIEW RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RPLP)
DESA PANANJUNG 2018
Panjang total jaringan jalan lingkungan yang ada di Desa Pananjung sebesar 23.210 meter Untuk kenyamanan kendaraan dan pejalan kaki di waktu malam hari
dengan total Panjang jaringan jalan lingkungan yang ideal sebesar 30.610 meter artinya adanya maka pada jalan lokal dan jalan lingkungan memasang lampu penerangan
perkembangan jalan yang dibutuhkan oleh Desa Pananjung dalam melayani masyarakat melalui jalan umum. Lampu penerangan jalan umum selain berfungsi sebagai
prasarana jalan lingkungan dengan perkembangan penduduk terhadap luas yang di butuhkan. Dari data penerang jalan juga bisa digunakan untuk papan reklame/rambu/tulisan
tersebut hamper setengahnya atau lebih dari setengahnya adalah jalan lebar ≤ 1,5 meter dengan kondisi motivasi/dll.
baik yang tidak diperkeras maupun diperkeras namun tidak rusak, hal ini perlu dipertahankan
pemeliharaannya karena masih banyak jalan lingkungan yang perlu diperbaiki dan perlu ada peningkatan Jarak antar tiang lampu penerangan jalan disesuaikan dengan standar
kualitas jalan lingkungan seperti perlu adanya saluran air pada sisi badan jalan. penerangan yang dipakai. Sedangkan untuk jalan lingkungan 2/gang tidak
menjadi masalah bila per rumah memasang lampu untuk menerangkan
Menurut aturan bahwa kebutuhan jalan lingkungan antar 1,2 – 2 meter dengan bahu jalan 0,5 jalan
meter (kiri dan kanan) sehingga klo di total 2,2 – 3 meter belum termasuk drainase 0,5 meter (kiri dan
kanan), itu adalah ideal menurut standar jalan. Jika melihat hal seperti itu tidak di mungkinkan untuk
jalan dengan lebar kurang dari 1,5 meter, namun sangat dimungkinkan untuk pembangunan jalan yang
baru agar menerapkan hal seperti itu.
Aturan menyebutkan juga bahwa dengan jalan lingkungan lebar antara 1,2 – 2 meter
mempunyai aturan tentang GSB (Garis Sempadan Bangunan) sepanjang 4 meter dari as jalan lingkungan,
dengan demikian bangunan hunian akan lebih teratur. Untuk hal itu maka bagi wilayah yang
memungkinkan bisa untuk di benahi agar ke depan jalan lingkungan dan bangunan hunian tetap terjaga
keteraturannya, nyaman, aman. 4
3
Jalan lingkungan dengan lebar ≤ 1,5 meter perlu diperhatikan karena dibutuhkan ada 1
perencanaan terhadap saluran air agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tergenangnya
air, becek, licin dan lain-lain. 2
Selanjutnya jalan lingkungan baik yang lebarnya ≤ 1,5 meter sepanjang 600 meter dan lebar yang
lebih ≥ 1,5 meter sepanjang 690 meter tetapi masih dalam keadaan tanah dibutuhkan penanganan yang
tepat artinya konstruksi yang terbangun haruslah tepat guna, tepat lahan, tepat fungsi,tepat bahan dan
tepat lokasi.
Air merupakan sumber dari kehidupan yang harus terjaga di alam dunia ini. Air dapat diperoleh Jika telah tersedia sistem penyediaan air bersih Penggunaan air bersih selain dari PDAM di
dari alam dan dari buatan manusia dari hasil pengolahan. Di Desa Pananjung jumlah masyarakat masih kota, maka setiap rumah berhak mendapatkan usahakan dilakukan pemeriksaan terhadap
dalam kategori aman dalam terpenuhinya kebutuhan air minum, mandi dan cuci ( data menunjukkan 68% sambungan rumah atau sambungan halaman kualitas sumber air tersebut sehingga aman
sebanyak 1463 jiwa) karena hampir disetiap rumah mempunyai sumur air yang digunakan untuk mandi untuk di Kelurahan Banjar tentu sangat mudah untuk digunakan oleh masyarakat.
dan mencuci namun untuk keperluan minum hampir masyarakat membeli air kemasan. Sedangkan dalam menyambungkan pipa utama kepada pipa
Penyediaan hidran kebakaran oleh Dinas Damkar
sebaliknya terdapat jumlah masyarakat yang terlayani sarana air minum sebanyak 4% atau sebesar 60 sekunder dan tersier. Pemasangan pipa
memang sangat terbatas, untuk itu dianjurkan
jiwa, padahal menurut standar nasional bahwa setiap rumah harus dapat dilayani dengan air bersih/air terpasang didalam tanah.
membuata kran dari sumur-sumur
minum yang memenuhi persyaratan layak.
Sudah selayaknya pemerintah Kabupaten memfasilitasi jaringan air minum Kota yang bisa sampai
ke rumah. Terlebih lagi Kabupaten Pangandaran kaya akan sungai yang bisa di olah menjadi air layak
minum dengan teknologi yang canggih pada saat sekarang ini yang lebih berkembang, sehingga semakin
cepat pelayanan air bersih/air minum ini sampai kepada masyarakat dan layak minum.
Data menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dengan akses jamban keluarga/jamban Bersama Perlu adanya bak kontrol
karena sepertinya masyarakat Desa Pananjung telah mengetahui dan memahami tentang pentingnya prasarana yang tertutup guna
tersebut untuk dilengkapi dalam membangun bangunan hunian. Termasuk masyarakat Desa Pananjung tidak ada menampung limbah rumah
permasalahan dengan jamban keluarga/jamban Bersama sesuai persyaratan teknis ( memiliki kloset leher angsa tangga yang padat sebelum
yang terhubung dengan septiktank) artinya di semua bangunan hunian di Desa Pananjung masyarakat masuk ke saluran limbah
menggunakan kloset leher angsa yang pembuangannya langsung di arahkan ke septiktank. Hal tersebut rumah tangga/drainase.
berkenaan dengan pengelolaan black water atau kita sebut air kotor.
Drainase yang ada belum
Selanjutnya ada juga yang dikatakan grey water atau kita sebut dengan air bekas. Jenis atau macam air sesuai dengan fungsinya
bekas ini diantaranya ; air bekas mencuci, air bekas mandi. Permasalahan inilah yang ada di Desa Pananjung maka dari itu perlu adanya
yaitu saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang masih bersatu dengan drainase lingkungan karena Ilustrasi Bak Kontrol pemisahan fungsi antara
ketika disatukan maka air akan bercampur satu dengan yang lainnya. Bila air buangan dari rumah tangga dengan buangan air hujan dengan
air yang berasal dari air hujan bersatu ketika tidak mengalir dengan baik maka yang akan terjadi air akan air limbah yang berasal dari
berwarna, mengeluarkan bau serta tidak enak di lihat. rumah
tangga/pabrik/perkantoran/
Masih sedikit sekali drainase yang bersih dan tidak berbau terbukti hanya sepanjang 150 meter dari
hotel.
12.300 meter Panjang total drainase, artinya drainase yang ada belum sesuai dengan fungsinya maka dari itu Ilustrasi Drainase dan spal
perlu adanya pemisahan fungsi antara buangan air hujan dengan air limbah yang berasal dari rumah
tangga/pabrik/perkantoran/hotel termasuk perlu adanya peraturan yang mengikat terhadap pengelolaan limbah
baik itu rumah tangga, pabrik, perkantoran dan hotel.
Limbah rumah tangga minimalnya bisa tersaring dengan adanya tempat cucian piring (Zink), namun
kebanyakan masyarakat belum menggunakan hal tersebut sehingga perlu adanya bak kontrol yang tertutup guna
menampung limbah rumah tangga yang padat sebelum masuk ke saluran limbah rumah tangga/drainase.
Limbah pabrik, perkantoran dan hotel tentunya ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sebelum
dan atau sedang berproses pembangunan. Karena limbah pabrik, perkantoran dan hotel berpengaruh besar
terhadap pencemaran lingkungan bila tidak di bangun bangunan pengelolaan limbah.
Untuk itulah maka peran masyarakat dan peran pihak Desa yang mempunyai kewenangan dalam 1
pengotrolan/pengendalian dalam setiap pembangunan yang ada di wilayahnya agar meminimalisir terjadinya
pencemaran lingkungan.
2
Ilustrasi
septiktank
konvensional
Permasalahan utama yang menonjol adalah adanya tumpukan sampah di dalam saluran
air/sungai kecil di sekitar area permukiman, yang menimbulkan bau dan menciptakan lingkungan yang Sampah yang tidak dapat dikelola
kurang sehat. Sampah-sampah tersebut kemungkinan berasal dari rumah tangga dan terdiri dari sampah- dalam jangka waktu panjang/susah
sampah plastik bekas kemasan yang tidak bisa didaur ulang. untuk dikelola/membutuhkan dana
yang besar dalam pengelolaannya
Kebutuhan prasarana persampahan di setiap wilayah pasti berbeda tergantung banyaknya dapat diangkut sampai ke TPA,
jumlah penduduk, seperti contoh ; dari setiap rumah dengan 5 jiwa maka sarana pelengkapnya berupa sedangkan yang mampu untuk
tong sampah. Bila dalam kewilayahan ke RWan dengan lingkup prasarana dengan banyak nya jiwa 2500 dikelola di olah menjadi
jiwa di butuhkan prasarana dan sarana pelengkap berupa gerobak sampah dan bak sampah kecil. Beda barang/bahan yang mempunyai nilai
dengan skala Kelurahan karena lebih besar cakupan dan jumlah banyaknya penduduk sehingga jual atau nilai manfaat bagi
dibutuhkan gerobak sampah, bak sampah besar, motor sampah. masyarakat. Hal ini bisa dilakukan
ketika ada sbuah bangunan
Desa Pananjung lebih mudah dalam pendistribusian pengangkutan sampah dari perumahan- pengelolaan persampahan atau yang
perumahan di permukiman karena memang aksesibilitasnya mudah, sehingga mempermudah di sebut TPS3R.
penggangkutan sampah. Ilustrasi TPS3R
Perencanaan yang dilakukan di Desa Pananjung melihat dari situasi dan kondisi yang sudah
berjalan dan permasalahan yang ditemui, maka tentu rencananya tidak hanya di fasilitasi oleh sarana dan
prasarana namun di sisi lain perlu juga pemberdayaan persampahan kepada masyarakat dan juga perlu
kedisiplinan pengangkutan sampah oleh dinas terkait. Sarana dan prasarana yang di rencanakan berupa
pemilahan sampah menjadi 3 atau 4 jenis sampah yaitu sampah organik, sampah kertas dan plastik,
sampah pecah beling dan sampah B3. Pengangkutan sampah di Desa Pananjung melalui jalur jalan lokal
dan jalan lingkungan I yang tentunya masuk kendaraan truck sampah. Untuk lokasi yang jauh dari jalan
lokal dan jalan lingkungan I maka diangkut dengan gerobak sampah dan atau motor sampah sampai ke
tempat sampah sementara atau bisa saja langsung di buang ke TPA (tempat pembuangan akhir).
Kebutuhan prasarana persampahan di Desa Pananjung sarana pelengkap bisa berupa gerobak 2
sampah, bak sampah besar (TPS) dengan dimensi 2 m3 – 12 m3 dan jarak bebas TPS dengan lingkungan
hunian minimal 30 meter. Pengangkutan sampah dengan gerobak minimal 3x seminggu
Jumlah total bangunan yang ada di Desa Pananjung di bandingkan dengan jumlah bangunan
hunian yang teratur sebesar 54% artinya berbanding lurus dengan bangunan hunian yang tidak teratur,
hal ini bisa sampai terbalik jika tidak ada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Desa yang diperkuat
dengan peraturan Daerah berkenaan dengan ijin membangun bangunan dan fungsi daripada bangunan
tersebut.
Ilustrasi Alat
Di tahun 2017 menurut data kepadatan bangunan hunian di Desa Pananjung sebenarnya sudah Pemadam
lebih dari 200 unit/Ha yaitu sebesar 236 unit/Ha, namun jika melihat dari proyeksi kebutuhan bangunan kebakaran dan
hunian dari jumlah penduduk masih masuk dalam klasifikasi kepadatan bangunan sangat rendah yaitu Jenisnya
sebesar 1,1-2 bangunan/Ha (menurut sumber keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987, lampiran no.22 peruntukannya
yaitu kepadatan bangunan kurang dari 10 bangunan/Ha di katakan masuk dalam klasifikasi sangat
rendah), sehingga masih sangat luas dalam perkembangan bangunan hunian di Desa Pananjung secara
merata.
Dari hal tersebut diatas ternyata Desa Pananjung hanya memiliki prasarana proteksi kebakaran
sebesar 40% atau sebanyak 925 unit dan memiliki sarana proteksi kebakaran sebesar 28% atau sebanyak
719 unit. Letak lokasi desa pananjung yang berada di pusat perekonomian, perkantoran dan pendidikan
mengharus pada lokasi tersebut memiliki alat proteksi sejak dini bisa alarm protektor, hidrant, HU.
Sebaliknya keberadaan perumahan masyarakat tidak di lengkapi hal tersebut hal inilah yang perlu juga
direncanakan oleh pihak Desa untuk memenuhi rasa kenyamanan dan sigap bila terjadi bencana
kebakaran.
Hal yang mendasar pemasangan seluruh instalasi di dalam lingkungan perumahan ataupun
dalam bangunan hunian harus direncanakan secara terintegrasi dengan berdasarakan peraturan dan
persyaratan yang berlaku artinya semua itu dierahkan kepada pihak yang berwenang terhadap jaringan
instalasi listrik yaitu pihak PLN.
Rencana berikutnya adalah sarana dan prasarana proteksi kebakaran di lingkungan perumahan
yaitu tidak seperti di perkantoran, sarana dan prasarana tersebut adalah bisa berupa ; penyediaan alat
Apar (alat pemadam api ringan), ember, selang, karung. Yang kesemuanya itu disatukan dalam satu box
yang tersimpan pada lokasi yang aman dari anak kecil, mudah diingat oleh masyarakat, mudah
digunakan oleh masyarakat. Dengan demikian bisa meminimalisir bahaya kebakaran yang semakin
meuas bila tidak tertangani sejak dini.
Memanfaatkan lahan pinggiran sungai yang digunakan untuk pembuangan sampah oleh 2
Ilustrasi
masyarakat menjadi lahan terbuka publik bantaran sungai, serta tanaman-tanaman dahon
Ruang
yang sudah tidak terpakai atau di manfaatkan oleh masyarakat untuk memperluas lahan
Terbuka foto
terbuka publik, sehingga masyarakat pinggiran bantaran sungai merasa diperhatikan oleh
Publik
pemerintah Kota. Namun Perencanaannya RTP ini harus disesuaikan dengan lebar awal
bantaran
sungai sehingga ketika ada rencana kota untuk normalisasi sungai tidak akan terkena
sungai
dampaknya..
• Menggalang kelompok-kelompok warga masyarakat yang mempunyai perhatian yang nantinya dapat
5.2 Rencana Pengembangan Sosial dan Budaya menyumbangkan waktu, pemikiran, dan tenaganya untuk kegiatan konsultasi / bantuan teknis
berdasarkan kompetensi keahlian masing-masing. Hubungan kerjanya dikembangkan dengan basis
Dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara daya dukung kota
sukarelawan (volunteer).
dengan pertumbuhan penduduk seperti itu salah satunya adalah potensi berkembangnya
permukiman kumuh di perkotaan yang menimbulkan kekumuhan meliputi kondisi rumah, status
kepemilikan lahan, kepadatan bangunan menimbulkan permasalahan meliputi kondisi air bersih, Penggalangan sumberdaya kapital (modal) dilakukan dengan cara:
MCK, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah rumah tangga, drainase, dan jalan
• Menggalang dana sumbangan, dari donatur, pengusaha atau perusahaan setempat, organisai sosial
Rendahnya kualitas sistem pembuangan air limbah rumah tangga dan jaringan jalan juga
yang ada, bahkan dari sumbangan dana pemerintah daerah.
menyebabkan suatu kawasan menjadi kumuh
• Melakukan kerjasama / kemitraan dengan mitra usaha atau mitra kerja lainnya melalui upaya-upaya
bantuan modal maupun penyertaan modal,
5.2.1 Rencana Pengembangan social
• Memelihara terjadinya keberlanjutan program melalui dana diperoleh dengan berbagai sumberdaya
Faktor kondisi sosial kependudukan yang meliputi jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan
setempat yang ada, baik dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia, bantuan modal, maupun
tingkat kesehatan. Jumlah anggota keluarga yang besar dengan tingkat pendidikan dan kesehatan yang
kerjasama pembiayaan.
rendah menyebabkan rendahnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan
lingkungan faktor kebiasaan juga menjadi pendoroong munculnya kawasan kumuh. Faktor kebiasaan ini
juga yang menyebabkan masyarakat merasa lebih enak membuang hajat di saluran air dan kebun
sekalipun tidak sehat, dibanding membuang hajat di WC umum.
a. Faktor budaya (terutama perilaku) yang berhubungan dengan masalah kebiasaan dan adat
istiadat.
Dalam penyiapan tahapan perpindahan maka Konsultan perlu mendorong terjadinya mobilisasi
sumberdaya lokal baik berupa SDM maupun mobilisasi sumberdaya kapital (modal).
KEGIATAN YANG AKAN KONDISI SAAT INI KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
DIATUR
A. LINGKUNGAN PERMUKIMAN
A.1 Kawasan Permukiman
Jarak antar bangunan rumah • Jarak antar rumah berdekatan terutama • Jarak antar rumah minimal 0,5 meter • Untuk rumah yang sudah terlanjur dibangun berdekatan harus
• Bangunan rumah satu dengan yang lain berdempetan mengutama-kan musyawarah bersama dalam pemecahan
masalah dengan tetangga sebelah
• Pembangunan rumah baru harus mem-perhatikan jarak antar
rumah yang satu dengan yang lain
Jarak rumah dengan jalan Masih ada rumah yang terlalu berdekatan dengan • Garis sempadan bangunan untuk jalan Negara yaitu 27 m • Untuk lokasi yang akan dibangun harus menyesuai dengan
jalan, baik jalan arteri, maupun jalan lingkungan dari as jalan peraturan yang sudah ada.
• Garis sempadan bangunan untuk jalan propinsu yaitu 17
meter dari as jalan
• Garis sempadan bangunan untuk jalan kabupaten yaitu …
m dari as jalan
Kelayakan bangunan Masih banyak bangunan hunian yang tidak sesuai • Rumah layak dan sesuai persyaratan teknis • Adanya rehab rumah baik dari swadaya maupun dana lain.
persyaratan teknis (aladin) • Kenyamanan bagi penghuninya
Jaringan jalan • Masih terdapat jalan lingkungan yang belum Jalan lingkungan maupun penghubung hendaknya sudah berupa • Pemilik rumah yang berada di tepi jalan utama/ lingkungan
diperkeras/rusak jalan perkerasan untuk kemudahan sirkulasi mengusahakan adanya jalan untuk rumah yang ada
• Terdapat jalan lingkungan yang sempit Jaringan jalan wajib dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan dibelakangnya
• Masih banyak rumah yang tidak mendapat : • Pemilik rumah menghibahkan tanah (0,5/1 meter) untuk
akses menuju jalan lingkungan a. untuk jalan lingkungan dengan lebar antara 3,00 m sampai digunakan jalan umum
dengan 5,00 m • Lebar jalan penghubung minimal 1 – 2 m yang terbebas dari
b. untuk jalan penghubung dengan lebar1,5 m – 2,00 m barang sehingga dapat dilewati keranda
• Untuk jalan lingkungan berupa cor blok dan aspal
• Untuk jalan penghubung berupa cor blok dan paving blok
Penerangan Jalan • Jalan lingkungan masih banyak yang gelap di • Jalan lingkungan memiliki penarangan yang cukup • Penerangan jalan lingkungan dibiayai secara swadaya/dana
malam hari dikawasan cilebok lain
• Perawatan lampu di depan rumah dibebankan kepada
pemilik rumah
Saluran Drainase • Masih ada jalan yang belum memiliki saluran • Badan jalan terbebas dari genangan • Melengkapi semua ruas jalan dengan saluran drainase
drainase • Saluran drainase lancer dan bersih • Melakukan pembersihan dan perawatan saluran drainase
• Saluran drainase tertata dan terawatt secara rutin
• Dilarang membuang sampah ke saluran drainase
Persampahan • Kesadaran masyarakat mengenai sampah • Setiap bangunan memiliki tempat sampah secara terpisah • Setiap rumah mengadakan tempat sampah secara swadaya
masih rendah antara organik dan non organik • Tidak boleh membuang sampah ke sungai/ selokan atau
• Pembuangan sampah ke sungai • Sampah organik dan sampah tertentu dapat di olah kembali saluran drainase
• Pembuangan sampah di dalam lobang menjadi barang yang bernilai ekonimis • Untuk membuang sampah secara individu harus dibuatkan
(dipekarangan/kebun) kemudian dibakar lubang
• Baru sebagian wilayah mendapatkan pelayanan • Sampah organik ataupun sampah kebun dapat diolah
pengelolaan sampah secara terpusat menjadi kompos, sedangkan sampah yang dapat diolah
kembali seperti plastik/kertas dapat dibuat menjadi
kerajinan
Air Limbah • Sebagian limbah manusia yang langsung • Untuk pengelolaan air limbah harus dilengkapi dengan • Setiap rumah diharapkan memiliki septic tank individu
dibuang ke sungai /sawah septic tang yang dilengkapi dengan bidang /sumur resapan maupun komunal
• Air limbah disalurkan ke kolam penampungan • Jarak sumur resapan dengan sumber air 10-15 meter • Dibuat sumur resapan dan saluran komunal tersendiri sehingga
terbuka • Air limbah tidak langsung dibuang kesaluran pembuangan mampu mengurangi zat kimia dari pembuangan sabun,
air hujan, selokan, dan sungai
Penghijauan Lingkungan • Belum ada taman lingkungan • Terwujudnya RTH 30 % dari luas lahan • Belum ada rencana RTP
• Adanya permasalahan perizinan tanah • RTH tertata dengan baik dan asri
• Lahan pekarangan dapat dijadikan lahan produktif
Home Industri • Ada limbah home industry yang belum diolah • Pengolahan limbah home industry agar tidak mencemari • Membuat bak beton yang tertutup agar tidak baud an
secara khusus lingkungan mencemari air di sekitar kegiatan dan bila telah penuh
disedot untuk dibuang ke IPAL
B. PENGEMBANGAN EKONOMI
Pertanian • Pada musim kemarau kesulitan air • Sawah dapat terairi sepanjang tahun dan rutin • Pemeliharaan jaringan irigasi untuk meminimalisasi
• Lahan pertanian masih besar • Lahan pertanian terpelihara dari alih fungsi lahan kehilangan air
• Pengembangan pertanian organik • Tidak mendirikan bangunan di atas lahan pertanian yang
beririgasi
• Mengurangi pupuk buatan dan beralih ke pupuk organic
• Diversifikasi/penganekaragaman jenis kegiatan pertanian
Peternakan • Kandang ternak terlalu dekat pemukiman • Kandang ternak jauh dari permukiman • Membuat kandang ternak yang membuat jarak minimal 10
sehingga menggangu li ngkungan sekitar • Kandang ternak dapat dibuat secara komunal meter dari kawasan permukiman
• Limbah dari kotoran ternak belum dikelola • Limbah kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai kompos • Limbah ternak dimanfaatkan atau diolah menjadi kompos
dengan baik dan menimbulkan bau • Pengembangan kelompok bersama pertanian
• Kelompok bersama peternakan
Perikanan • Pada musim kemarau kesulitan air • Pengembangan sektor perikanan dengan sistem kelompok • Kelompok bersama sector perikanan dengan menyewa
• Lahan perikanan dikuasai tuan tanah tanpa • Kolam mendapatkan air secara rutin dan sepanjang tahun kolam dan dikelola secara bersama
dimanfaatkan secara maksimal • Pompanisasi penyediaan air
• Kelompok bersama perikanan
Home Industri • Kegiatan industri yaitu berupa home industri • Ada bapak angkat untuk mengembangkan home industry • Mendaftarkan produk kerajinan ke dinas kesehatan,
dan kerajinan yang dilakukan secara individu dan kerajinan perdagangan dan MUI
• Sebagian kegiatan home industri dan kerajinan • Memproduksi jenis home industry gula semut secara • Memberi label untuk suatu produk yang berperan sebagai
hanya berproduksi saat ada pesanan kontinyu sehingga berdampak pada kesejahteraa media promosi
masyarakat • Mengadakan pelatihan kewirausahaan bagi pelaku home
• Pemasaran produk unggulan home industry di berbagai industri untuk meningkatkan kualitas produk
media • Tata cara penggunaan showroom dimusyawarakan bersama
secara mufakat
C. SOSIAL BUDAYA
Budaya Lokal • Budaya local dalam hal ini kesenian tradisional • Budaya local (kesenian tradisional) dapat dikenal dan • Masyarakat tetap menjaga kelestarian budaya dan seni yang
mulai tersisih, sehingga jarang manggung. dilestarikan dimiliki dibantu pemerintah untuk tetap ada
• Peran serta pemerintah untuk melestarikan
kesenian tradisional dirasakan masih kurang
Kegiatan Sosial (Kerja Bakti dan • Kegiatan sosial seperti gotong royong sudah • Kegiatan sosial harus tetap dipertahankan dan kontinu • Meningkatkan kerja bakti dan gotong royong Kegiatan
Gotong Royong) mulai pudar dilaksanakan kemasyarakatan
• Meningkatkan gotong royong dalam hal kegiatan
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
umum
• Melanjutkan kegiatan rutin bersih-bersih yang dilaksanakan
masyarakat
D. MITIGASI BENCANA
Bahaya Kebakaran • Akses jangkauan mobil pemadam kebakaran • Setiap merencanakan bangunan harus menyediakan jalan • Membuat beberapa hidran air terutama di kawasan padat
sangat sulit mengingat sebagian jalan yang cukup untuk dilewati kendaraan roda penduduk dan pemukiman yang tidak dapat dilewati
lingkungan sangat sempit empat/pemadam kebakaran kendaraan pemadam kebakaran
• Seluruh bangunan terjangkau fasilitas pemadam kebakaran • Saling menjaga lingkungan dari bahaya kebakaran
(mobil kebakaran dan hidran air)
Endemi Penyakit • Berbagai masalah kesehatan masyarakat terjadi • Kebersihan lingkungan terjaga dan dibarengi dengan kondisi •Penyediaan sanitasi yang memadai dan sistem pengelolaan
karena kebersihan lingkungan yang kurang sanitasi yang baik serta air bersih tidak tercemar bakteri persampahan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan
terjaga, sanitasi yang kurang memadai serta lingkungan
rendahnya kualitas air bersih yang tersedia •Pengurangan area genangan disekitar pemukiman
•Masalah rendahnya kualitas air tanah untuk kebutuhan air
bersih, maka perlu adanya standar jarak antara sumur
dengan septiktank yaitu 15 meter
• Pemisahan kandang ternak dari rumah tinggal
• Kegiatan gotong royong untu membersihkan lingkungan
secara rutin
D.2. Evakuasi Bencana
Penyedian Lahan Berkumpul • Belum ada perencanaan untuk tempat/ lahan • Evakuasi cepat dan terarah • Membentuk posko bencana tingkat kelurahan
evakuasi di setiap lingkungan • Menyediakan tempat berkumpul (evakuasi) tiap lingkungan
• Penanganan bencana masih terbatas • Mengadakan latihan mitigasi bencana secara rutin
Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Kelayakan Bangunan Hunian < 7,2 Bangunan Hunian Tidak Sesuai Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Tidak Terlayani Jaringan
Ketidakteraturan Bangunan Hunian Kondisi Jalan Kualitas buruk
m2/orang Persyaratan Teknis Jalan
Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik
RW001 1.0 26% 67 4% 23 8% 26 RW001 1.0 95% 2300 25% 680
RW002 1.2 41% 44 9% 55 0% 3 RW002 1.2 95% 1500 10% 600
RW003 1.6 42% 22 6% 3 0% 11 RW003 1.6 95% 1840 12% 900
RW004 1.6 57% 8 4% 23 37% 14 RW004 1.6 68% 2300 52% 300
RW005 2.8 83% 15 9% 55 25% 27 RW005 2.8 63% 1500 69% 800
RW006 1.2 91% 7 6% 3 47% 14 RW006 1.2 69% 1840 90% 650
Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Tidak Terpenuhi Kebutuhan Air
Genangan Drainase Kualitas Buruk Tidak terlayani jaringan Air Bersih
60/hari/orang
Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Tidak Memiliki Leher Sal. Pembuangan Air Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh Tidak terangkut 2x dalam Lokasi RT/RW Luas Ha Kumuh
Tidak Memiliki Akses Ke
Angsa yang Berhubungan Limbah Tercampur Tidak Memiliki Sarana Tidak Memiliki Sarana Tidak memiliki Prasarana
Jamban/MCK Komunal seminggu ke TPS/TPA
dengan Tanki Septik dengan Drainase
Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik Presentase Numerik
RW001 1.0 0% 12 0% 0 71% 0 RW001 1.0 97% 252 100% 259 RW001 1.0 100% 249 100% 249
RW002 1.2 1% 28 0% 0 100% 0 RW002 1.2 98% 274 100% 303 RW002 1.2 100% 283 100% 283
RW003 1.6 0% 24 0% 0 75% 0 RW003 1.6 98% 345 75% 261 RW003 1.6 100% 421 98% 336
RW004 1.6 0% 15 0% 0 50% 0 RW004 1.6 0% 15 50% 188 RW004 1.6 97% 189 50% 189
RW005 2.8 0% 571 0% 0 0% 0 RW005 2.8 0% 56 0% 0 RW005 2.8 29% 132 14% 97
RW006 1.2 0% 18 0% 0 0% 0 RW006 1.2 5% 18 17% 49 RW006 1.2 33% 70 17% 32
Rencana Penataan Lingkungan Pemukiman | 5
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RPLP)
DESA PANANJUNG
Kurangnya kesadaran
Jalan air tidak ada dan akan menyebabkan
3 Sosial 3 manusia/masyarakat terhadap 3
banjir
lingkungan
Tidak memiliki ketersediaan jalan tanpa ada drainase dan Sistem tata lingkungan yang tidak
3 1
Drainase jaringannya memadai
Tidak terlayani sarana air Air minum banyak digunakan dari Faktor alam, karena pengeboran
5 1
minum mata air/sumur dilakukan min.100 m
3 Faktor ekonomi
BAB VI
RENCANA TEKNIS PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
Sebagian besar permasalahn yang terjadi di Desa Pananjung adalah penataan bangunan yang
tidak teratur serta terdapatnya bangunan yang disewakan sebagai guest house yang belum
memiliki standart. Pada Kawasan kumuh Desa Pananjung terdapat bangunan yang tidak sesuai
Lokasi Luas Ha
RT/RW Kumuh Tidak Terlayani Kondisi Jalan Kualitas
Jaringan Jalan buruk
dengan lebar 1,5 meter yang berlokasi di RT002-RW05, RT06-RW05 dan RT01-RW06
Drainase Lingkungan
Lokasi Luas Ha Disetiap RT perlu ada sumur resapan air hujan, titik lokasi baiknya pada
RT/RW Kumuh Genangan Drainase Kualitas Buruk titik dimana terjadi genangan air paling banyak. Aliran air hujan yang
dialirkan melalui drainase tidak hanya diarahkan ke sungai secara
Presentas Numerik Presentase Numerik langsung, namun bisa di arahkan ke saluran irigasi dan saluran riol Kota.
RW004 1,6 0% 1098 83% 500 Biasanya air hujan yang diarahkan ke saluran irigasi daerah lokasinya
RW005 2,8 0% 397 100% 400 dekat dengan persaahan dan perkebunan. Sedangkan air hujan yang
RW006 1,2 0% 0 100% 0 diarahkan ke riol Kota biasanya berada pada daerah pinggiran jalan.
Sumur Bor yang dibangun akan di tampung dalam torn air berkapasitas 500-1000 liter. Air ini kemudian
3
akan di salurkan secara gravitasi ke setiap rumah yang belum terlayani air minum atau air bersih serta
kepada rumah yang tidak terpenuhi kebutuhan air dengan menggunakan pipa galvanis/pvc. Masing-
masing rumah menggunakan meteran air agar bisa diketahui jumlah debit yang terpakai dan harus
4
dibayar sesuai dengan musyawarah demi pemeliharaan.
Air yang terjadi harus betul-betul bersih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, artinya pengeboran
haruslah orang yang ahli dalam mencari dan mengebor air. Bila perlu ada kesepakatan dengan ahli 1
pengebor air.
Air ini juga akan dijadikan sebagai salah satu sarana dalam memadamkan api kebakaran bila terjadi di Rencana Penataan Lingkungan Pemukiman | 114
masyarakat, untuk itu pembelian pompa harus diperhatikan juga kapasitasnya.
REVIEW RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RPLP) TAHUN 2018
PERENCANAAN KEGIATAN DESA PANANJUNG TAHUN 2019
Untuk kegiatan air minum Desa Pananjung pada tahun 2018 tidak terealisasi kegiatan air minum.
2
Konstruksi yang digunakan untuk saluran pembuangan air limbah adalah tertutup guna meminimalisir
bau yang diakibakan dengan limbah rumah tangga. Konstruksi air limbah ini berada di bawah jaringan 1
drainase atau di samping jaringan drainase. Disetiap 4 meter atau pengaliannya terdapat bak kontrol
yang bisa di buka dan di tutup, Saluran air limbah ini berujung di instalasi pembuangan air limbah.
Instalasi pembuangan air limbah ini fungsinya tidak hanya sebagai bak besar penampung air limbah,
namun di bagian atasnya bisa digunakan untuk area bermain anak-anak/tempat berolahraga/dll. Agar
bisa dijadikan hal demikian maka konstruksiyang digunakan harus benar-benar kuat dan kedap udara.
limbah.
Lokasi Luas Ha
RT/RW Kumuh Tidak terangkut 2x dalam
Tidak Memiliki Sarana
seminggu ke TPS/TPA
Desa dalam menyelesaikan pernasalahan persampahan demikian pula dengan Desa Pananjung yang
telah berinisiatif membuat bank sampah untuk mengolah sampah yang tadinya tidak berguna
menjadi suatu hal yang mendatangkan rezeki. Pada tahun 2018 Desa Pananjung telah merealisasikan
pengadaan motor sampah sebanyak 2 unit yang meliputi Kawasan RW005 dan RW006.
Lokasi Luas Ha
RT/RW Kumuh Tidak Memiliki Sarana Tidak memiliki Prasarana
Ilustrasi Alat
Pemadam
kebakaran dan
Jenisnya
peruntukannya
1 RT001-RW004 0,33 24 KUMUH RINGAN 0,33 24 KUMUH RINGAN 0,33 18 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
2 RT001-RW005 0,49 32 KUMUH RINGAN 0,49 32 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
3 RT001-RW006 0,13 28 KUMUH RINGAN 0,13 20 KUMUH RINGAN 0,13 14 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
4 RT002-RW004 0,27 25 KUMUH RINGAN 0,27 25 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
5 RT002-RW005 0,48 28 KUMUH RINGAN 0,48 28 KUMUH RINGAN 0,48 14 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
6 RT002-RW006 0,24 27 KUMUH RINGAN 0,24 27 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
7 RT003-RW004 0,26 24 KUMUH RINGAN 0,26 24 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
8 RT003-RW005 0,38 19 KUMUH RINGAN 0,38 19 KUMUH RINGAN 0,38 14 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
9 RT003-RW006 0,25 21 KUMUH RINGAN 0,25 21 KUMUH RINGAN 0,25 17 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
10 RT004-RW004 0,22 25 KUMUH RINGAN 0,22 25 KUMUH RINGAN 0,22 15 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
11 RT004-RW005 0,43 32 KUMUH RINGAN 0,43 32 KUMUH RINGAN 0,43 18 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
12 RT004-RW006 0,41 38 KUMUH RINGAN 0,41 38 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
13 RT005-RW004 0,23 23 KUMUH RINGAN 0,23 23 KUMUH RINGAN 0,23 18 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
14 RT005-RW005 0,36 22 KUMUH RINGAN 0,36 22 KUMUH RINGAN 0,36 15 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
15 RT005-RW006 0,16 30 KUMUH RINGAN 0,16 30 KUMUH RINGAN SESUAI SESUAI SESUAI
16 RT006-RW004 0,33 26 KUMUH RINGAN 0,33 26 KUMUH RINGAN 0,33 18 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
18 RT006-RW006 0,21 37 KUMUH RINGAN 0,21 32 KUMUH RINGAN 0,21 14 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
19 RT007-RW005 0,25 21 KUMUH RINGAN 0,25 20 KUMUH RINGAN 0,25 18 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
JML 19 5,78 25 KUMUH RINGAN 5,43 25 KUMUH RINGAN 3,6 13 TIDAK KUMUH SESUAI SESUAI SESUAI
a. Ketidakteraturan Bangunan 28,00 Unit 41,79% 1 Unit 28,00 Unit 41,79% 1 51,00 Unit 52,04% 3 Unit 51,00 Unit 52,04% 3
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0 - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 29,85% 1 Unit 20,00 Unit 29,85% 1 20,00 Unit 20,41% 0 Unit 20,00 Unit 20,41% 0
Rata-rata Kondisi
- 23,88% 23,88% 17,35% 17,35%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 200,00 Meter 14,29% 0 Meter 200,00 Meter 14,29% 0 270,00 Meter 40,91% 1 Meter 270,00 Meter 40,91% 1
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 430,00 Meter 30,71% 1 Meter 430,00 Meter 30,71% 1 70,00 Meter 10,61% 0 Meter 70,00 Meter 10,61% 0
Rata-rata Kondisi Jalan
- 15,36% 15,36% - 20,45% 20,45%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 71,00 KK 100,00% 5 KK 71,00 KK 100,00% 5 96,00 KK 94,12% 5 KK 96,00 KK 94,12% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 16,00 KK 15,69% 0 KK 16,00 KK 15,69% 0
Rata-rata Kondisi
- 50,00% 50,00% - 47,06% 47,06%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0 0,10 Ha 20,10% 0 Ha 0,10 Ha 20,10% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 100,00 Meter 37,45% 1 Meter 100,00 Meter 37,45% 1
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 100,00 Meter 37,45% 1 Meter 100,00 Meter 37,45% 1
d. Tidak terpeliharanya Drainase 500,00 Meter 100,00% 5 Meter 500,00 Meter 100,00% 5 165,00 Meter 61,80% 3 Meter 165,00 Meter 61,80% 3
e. Kualitas Konstruksi Drainase 190,00 Meter 38,00% 1 Meter 190,00 Meter 38,00% 1 183,00 Meter 68,54% 3 Meter 183,00 Meter 68,54% 3
Rata-rata Kondisi Drainase
- 27,60% 27,60% - 41,05% 41,05%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 16,00 KK 15,69% 0 KK 16,00 KK 15,69% 0
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
- 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
71,00 KK 100,00% 5 KK 71,00 KK 100,00% 5 102,00 KK 100,00% 5 80 KK 22,00 KK 21,57% 0
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
71,00 KK 100,00% 5 KK 71,00 KK 100,00% 5 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
- 66,67% 66,67% 33,33% 0,00%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 98,00 Unit 100,00% 5 Unit 98,00 Unit 100,00% 5
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 98,00 Unit 100,00% 5 Unit 98,00 Unit 100,00% 5
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 100,00% 100,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 24 TOTAL NILAI 24 TOTAL NILAI 32 TOTAL NILAI 27
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH KUMUH KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 26,21% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 26,21% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 37,03% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 32,27%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 12,86%
a. Ketidakteraturan Bangunan 14,00 Unit 51,85% 3 Unit 14,00 Unit 51,85% 3 38,00 Unit 69,09% 3 Unit 38,00 Unit 69,09% 3
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0 - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 15,00 Unit 55,56% 3 Unit 15,00 Unit 55,56% 3 20,00 Unit 36,36% 1 Unit 20,00 Unit 36,36% 1
Rata-rata Kondisi
35,80% 35,80% 35,15% 35,15%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 100,00 Meter 20,00% 0 Meter 100,00 Meter 20,00% 0 150,00 Meter 12,50% 0 Meter 150,00 Meter 12,50% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 216,00 Meter 43,20% 1 Rabat Beton 328 Meter - Meter 0,00% 0 70,00 Meter 5,83% 0 Meter 70,00 Meter 5,83% 0
Rata-rata Kondisi Jalan
- 21,60% 0,00% - 0,00% 0,00%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 16,00 KK 59,26% 3 Air Bersih 16 KK - KK 0,00% 0 57,00 KK 100,00% 5 KK 57,00 KK 100,00% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 14,00 KK 51,85% 3 KK 14,00 KK 51,85% 3 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Rata-rata Kondisi
- 55,56% 25,93% - 50,00% 50,00%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,02 Ha 15,31% 0 Ha 0,02 Ha 15,31% 0 0,00 Ha 0,85% 0 Ha 0,00 Ha 0,85% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 400,00 Meter 242,42% 5 Meter 400,00 Meter 242,42% 5 242,00 Meter 76,58% 5 Meter 242,00 Meter 76,58% 5
e. Kualitas Konstruksi Drainase 300,00 Meter 181,82% 5 Drainase 368 Meter - Meter 0,00% 0 100,00 Meter 31,65% 1 Meter 100,00 Meter 31,65% 1
Rata-rata Kondisi Drainase
- 84,85% 48,48% - 21,65% 21,65%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
27,00 KK 100,00% 5 Motor Sampah 7 KK 20,00 KK 74,07% 3 57,00 KK 100,00% 5 KK 57,00 KK 100,00% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 57,00 KK 100,00% 5 KK 57,00 KK 100,00% 5
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
33,33% 24,69% 66,67% 66,67%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 28 TOTAL NILAI 17 TOTAL NILAI 25 TOTAL NILAI 25
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 33,02% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 19,27% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 24,78% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 24,78%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 41,64% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00%
a. Ketidakteraturan Bangunan 52,00 Unit 52,53% 3 Unit 52,00 Unit 52,53% 3 19,00 Unit 21,11% 0 Unit 19,00 Unit 21,11% 0
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0 - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 20,20% 0 Unit 20,00 Unit 20,20% 0 15,00 Unit 16,67% 0 Unit 15,00 Unit 16,67% 0
Rata-rata Kondisi
17,51% 17,51% 0,00% 0,00%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 120,00 Meter 10,00% 0 Meter 120,00 Meter 10,00% 0 217,00 Meter 18,08% 0 Meter 217,00 Meter 18,08% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 550,00 Meter 45,83% 1 Rabat Beton 192 Meter 358,00 Meter 29,83% 1 457,00 Meter 38,08% 1 Meter 457,00 Meter 38,08% 1
Rata-rata Kondisi Jalan
- 22,92% 14,92% - 19,04% 19,04%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 95,00 KK 92,23% 5 KK 95,00 KK 92,23% 5 54,00 KK 110,20% 5 Air Bersih 54 KK - KK 0% 0
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 4,00 KK 3,88% 0 KK 4,00 KK 3,88% 0 28,00 KK 57,14% 3 KK 28,00 KK 57,14% 3
Rata-rata Kondisi
- 46,12% 46,12% - 83,67% 28,57%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,07 Ha 24,59% 0 Ha 0,07 Ha 24,59% 0 0,10 Ha 0,226744186 0 Ha 0,10 Ha 22,67% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 400,00 Meter 126,58% 5 160 Meter 240,00 Meter 75,95% 3 570,00 Meter 180,38% 5 Meter 570,00 Meter 180,38% 5
e. Kualitas Konstruksi Drainase 200,00 Meter 63,29% 3 Drainase 285 Meter - Meter 0,00% 0 270,00 Meter 85,44% 5 Drainase 125 Meter 145,00 Meter 45,89% 1
Rata-rata Kondisi Drainase
- 37,97% 15,19% - 53,16% 45,25%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 22,00 KK 44,90% 1 KK 22,00 KK 44,90% 1
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 22,00 KK 44,90% 1 KK 22,00 KK 44,90% 1
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
0,00% 0,00% 44,90% 44,90%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
103,00 KK 100,00% 5 Motor Sampah 103 KK - KK 0,00% 0 54,00 KK 110,20% 5 KK 54,00 KK 110,20% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
103,00 KK 100,00% 5 KK 103,00 KK 100,00% 5 22,00 KK 44,90% 1 KK 22,00 KK 44,90% 1
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
66,67% 33,33% 51,70% 51,70%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 27 TOTAL NILAI 17 TOTAL NILAI 27 TOTAL NILAI 18
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH TIDAK
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN KUMUH
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 27,31% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 18,15% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 36,07% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 27,07%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 33,54% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 24,96%
a. Ketidakteraturan Bangunan 55,00 Unit 100,00% 5 Unit 55,00 Unit 100,00% 5 35,00 Unit 44,87% 1 Unit 35,00 Unit 44,87% 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan - Ha 0,00% 0 Ha - Ha 0,00% 0 1,00 Ha 1,28% 0 Ha 1,00 Ha 1,28% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 36,36% 1 Unit 20,00 Unit 36,36% 1 20,00 Unit 25,64% 1 Unit 20,00 Unit 25,64% 1
Rata-rata Kondisi
45,45% 45,45% 23,50% 23,50%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 150,00 Meter 21,43% 0 Meter 150,00 Meter 21,43% 0 200,00 Meter 16,67% 0 Meter 200,00 Meter 16,67% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 375,00 Meter 53,57% 3 Meter 375,00 Meter 53,57% 3 220,00 Meter 18,33% 0 Meter 220,00 Meter 18,33% 0
Rata-rata Kondisi Jalan
- 26,79% 26,79% - 0,00% 0,00%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 56,00 KK 98,25% 5 KK 56,00 KK 98,25% 5 81,00 KK 98,78% 5 Sumur Bor 82 KK - KK 0,00% 0
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 28,00 KK 49,12% 1 KK 28,00 KK 49,12% 1 42,00 KK 51,22% 3 KK 42,00 KK 51,22% 3
Rata-rata Kondisi
- 73,68% 73,68% - 75,00% 25,61%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,00 Ha 0,00% 0 Ha 0,00 Ha 1,73% 0 (0,00) Ha -0,01210526 0 Ha - Ha 0,00% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota 100,00 Meter 36,36% 1 Meter 100,00 Meter 36,36% 1 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 175,00 Meter 63,64% 3 Meter 175,00 Meter 63,64% 3 120,00 Meter 37,97% 1 Meter 120,00 Meter 37,97% 1
e. Kualitas Konstruksi Drainase 175,00 Meter 63,64% 3 Meter 175,00 Meter 63,64% 3 217,00 Meter 68,67% 3 Meter 217,00 Meter 68,67% 3
Rata-rata Kondisi Drainase
- 32,73% 32,73% - 21,33% 21,33%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
24,00 KK 42,11% 1 KK 24,00 KK 42,11% 1 17,00 KK 20,73% 0 KK 17,00 KK 20,73% 0
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
24,00 KK 42,11% 1 KK 24,00 KK 42,11% 1 17,00 KK 20,73% 0 KK 17,00 KK 20,73% 0
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
42,11% 42,11% 0,00% 0,00%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
1,00 KK 1,75% 0 KK 1,00 KK 1,75% 0 82,00 KK 100,00% 5 65 KK 17,00 KK 20,73% 0
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
0,00% 0,00% 33,33% 0,00%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 24 TOTAL NILAI 24 TOTAL NILAI 19 TOTAL NILAI 9
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH KUMUH KUMUH TIDAK
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN KUMUH
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 31,54% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 31,54% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 21,88% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 10,06%
0,00% 0,00% 0,00% 54,01%
KONTRIBUSI PENANGANAN KONTRIBUSI PENANGANAN KONTRIBUSI PENANGANAN KONTRIBUSI PENANGANAN
Tabel
a. Ketidakteraturan Bangunan 19,00 Unit 37,25% 1 - Unit 19,00 Unit 0,372549 1 14,00 Unit 29,79% 1 - Unit 14,00 Unit 29,79% 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan 2,00 Ha 3,92% 0 - Ha 2,00 Ha 3,92% 0 3,00 Ha 6,38% 0 - Ha 3,00 Ha 6,38% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 15,00 Unit 29,41% 1 - Unit 15,00 Unit 29,41% 1 20,00 Unit 42,55% 1 - Unit 20,00 Unit 42,55% 1
Rata-rata Kondisi
22,22% 22,22% 24,11% 24,11%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 100,00 Meter 20,00% 0 - Meter 100,00 Meter 20,00% 0 500,00 Meter 41,67% 1 - Meter 500,00 Meter 41,67% 1
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 100,00 Meter 20,00% 0 - Meter 100,00 Meter 20,00% 0 500,00 Meter 41,67% 1 Meter 500,00 Meter 41,67% 1
Rata-rata Kondisi Jalan
- 0,00% - 0,00% - 41,67% - 41,67%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 55,00 KK 100,00% 5 - KK 55,00 KK 100,00% 5 49,00 KK 100,00% 5 KK 49,00 KK 100,00% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 27,00 KK 49,09% 1 - KK 27,00 KK 49,09% 1 25,00 KK 51,02% 3 - KK 25,00 KK 51,02% 3
Rata-rata Kondisi
- 74,55% - 74,55% - 75,51% - 75,51%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,00 Ha 0,0128 0 Ha 0,00 Ha 1,28% 0 0,00 Ha 0,013181818 0 - Ha 0,00 Ha 1,32% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 - Meter - Meter 0,00% 0 100,00 Meter 31,65% 1 - Meter 100,00 Meter 31,65% 1
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 - Meter - Meter 0,00% 0 100,00 Meter 31,65% 1 - Meter 100,00 Meter 31,65% 1
d. Tidak terpeliharanya Drainase 165,00 Meter 52,22% 5 - Meter 165,00 Meter 100,00% 5 216,00 Meter 68,35% 3 - Meter 216,00 Meter 68,35% 3
e. Kualitas Konstruksi Drainase 125,00 Meter 39,56% 3 - Meter 125,00 Meter 75,76% 3 176,00 Meter 55,70% 3 Meter 176,00 Meter 55,70% 3
Rata-rata Kondisi Drainase
- 18,35% - 35,15% - 37,47% - 37,47%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
55,00 KK 100,00% 5 30,00 KK 25,00 KK 45,45% 1 49,00 KK 100,00% 5 KK 49,00 KK 100,00% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
33,33% 15,15% 33,33% 33,33%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 21 TOTAL NILAI 17 TOTAL NILAI 25 TOTAL NILAI 25
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH BERAT TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 21,21% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 21,01% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 30,30% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 30,30%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,93% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00%
a. Ketidakteraturan Bangunan 90,00 Unit 100,00% 5 Unit 90,00 Unit 100,00% 5 19,00 Unit 34,55% 1 Unit 19,00 Unit 34,55% 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan 4,00 Ha 4,44% 0 Ha 4,00 Ha 4,44% 0 5,00 Ha 1923,08% 5 Ha 5,00 Ha 1923,08% 5
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 22,22% 0 Unit 20,00 Unit 22,22% 0 15,00 Unit 27,27% 1 Unit 15,00 Unit 27,27% 1
Rata-rata Kondisi
33,33% 33,33% 661,63% 661,63%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 300,00 Meter 37,50% 1 Meter 300,00 Meter 37,50% 1 110,00 Meter 15,71% 0 Meter 110,00 Meter 15,71% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 200,00 Meter 25,00% 1 Meter 200,00 Meter 25,00% 1 525,00 Meter 75,00% 3 Meter 525,00 Meter 75,00% 3
Rata-rata Kondisi Jalan
- 31,25% 31,25% 37,50% 37,50%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 49,00 KK 100,00% 5 #REF! 40 KK 9,00 KK 18,37% 0 52,00 KK 91,23% 5 KK 52,00 KK 91,23% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 21,00 KK 42,86% 1 Pipanisasi 21 KK - KK 0,00% 0 23,00 KK 40,35% 1 KK 23,00 KK 40,35% 1
Rata-rata Kondisi
- 71,43% 0,00% 65,79% 65,79%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,00 Ha 0,004651163 0 Ha 0,00 Ha 0,47% 0 0,20 Ha 0,773076923 5 Ha 0,20 Ha 77,31% 5
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 300,00 Meter 100,00% 5 Meter 300,00 Meter 100,00% 5 230,00 Meter 83,64% 5 Meter 230,00 Meter 83,64% 5
e. Kualitas Konstruksi Drainase 200,00 Meter 66,67% 3 Rabat Beton 150 Meter 50,00 Meter 16,67% 0 230,00 Meter 83,64% 5 Meter 230,00 Meter 83,64% 5
Rata-rata Kondisi Drainase
- 33,33% 20,00% - 48,92% 48,92%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
34,00 KK 69,39% 3 KK 34,00 KK 69,39% 3 23,00 KK 40,35% 1 KK 23,00 KK 40,35% 1
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
34,00 KK 69,39% 3 KK 34,00 KK 69,39% 3 23,00 KK 40,35% 1 KK 23,00 KK 40,35% 1
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
69,39% 69,39% 40,35% 40,35%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
94,00 KK 191,84% 5 94 KK - KK 0,00% 0 52,00 KK 91,23% 5 KK 52,00 KK 91,23% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
63,95% 0,00% 30,41% 30,41%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 32 TOTAL NILAI 18 TOTAL NILAI 38 TOTAL NILAI 38
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 43,24% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 22,00% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 126,37% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 126,37%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 49,13% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00%
a. Ketidakteraturan Bangunan 17,00 Unit 33,33% 1 Unit 17,00 Unit 33,33% 1 30,00 Unit 41,10% 1 - Unit 30,00 Unit 0,410959 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan 0,38 Ha 165,22% 5 Ha 0,38 Ha 0,75% 0 7,00 Ha 9,59% 0 - Ha 7,00 Ha 9,59% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 39,22% 1 Unit 20,00 Unit 39,22% 1 20,00 Unit 27,40% 1 - Unit 20,00 Unit 27,40% 1
Rata-rata Kondisi
79,26% 24,18% 22,83% 22,83%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 150,00 Meter 23,08% - Meter 150,00 Meter 23,08% 0 200,00 Meter 33% 1 Meter 200,00 Meter 33,33% 1
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 100,00 Meter 15,38% - Meter 100,00 Meter 15,38% 0 100,00 Meter 17% 0 - Meter 100,00 Meter 16,67% 0
Rata-rata Kondisi Jalan
0,00% 0,00% 16,67% - 16,67%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 53,00 KK 100,00% 5 KK 53,00 KK 100,00% 5 77,00 KK 100,00% 5 - KK 77,00 KK 100,00% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 28,00 KK 36,36% 1 - KK 28,00 KK 36,36% 1
Rata-rata Kondisi
50,00% 50,00% 68,18% - 68,18%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,00 Ha 0,010434783 0 Ha 0,00 Ha 1,04% 0 0,00 Ha 0,89% 0 Ha 0,00 Ha 0,008889 0
b. Ketidaktersediaan Drainase 100,00 Meter 0,00% 0 Meter 100,00 Meter 19,57% 0 50,00 Meter 11,21% 0 - Meter 50,00 Meter 11,21% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 - Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 239,00 Meter 46,77% 1 Meter 239,00 Meter 46,77% 1 284,00 Meter 63,68% 3 - Meter 284,00 Meter 63,68% 3
e. Kualitas Konstruksi Drainase 371,00 Meter 72,60% 3 Meter 371,00 Meter 72,60% 3 296,00 Meter 66,37% 3 Meter 296,00 Meter 66,37% 3
Rata-rata Kondisi Drainase
- 22,80% 23,87% - 26,01% - 26,01%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
22,00 KK 41,51% 1 KK 22,00 KK 41,51% 1 22,00 KK 28,57% 1 - KK 22,00 KK 28,57% 1
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
22,00 KK 41,51% 1 KK 22,00 KK 41,51% 1 22,00 KK 28,57% 1 - KK 22,00 KK 28,57% 1
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
41,51% 41,51% 28,57% 28,57%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
53,00 KK 100,00% 5 KK 53,00 KK 100,00% 5 77,00 KK 100,00% 5 TPS3R 40,00 KK 37,00 KK 48,05% 1
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
33,33% 33,33% 33,33% 16,02%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 - Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 23 TOTAL NILAI 18 TOTAL NILAI 22 TOTAL NILAI 18
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH TIDAK
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN KUMUH
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 32,41% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 24,70% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 27,94% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 25,47%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 23,80% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 8,85%
a. Ketidakteraturan Bangunan 28,00 Unit 59,57% 3 - Unit 28,00 Unit 59,57% 3 29,00 Unit 43,28% 1 - Unit 29,00 5 43,28% 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan 8,00 Ha 17,02% 0 - Ha 8,00 Ha 17,0% 0 9,00 Ha 13,43% 0 - Ha 9,00 5 13,43% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 25,00 Unit 53,19% 3 - Unit 25,00 Unit 53,19% 3 30,00 Unit 44,78% 1 - Unit 30,00 5 44,78% 1
Rata-rata Kondisi
37,59% 37,59% 29,35% 29,35%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 118,00 Meter 15,57% 0 - Meter 118,00 Meter 0,155673 0 315,00 Meter 20,79% 0 - Meter 315,00 5 20,79% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 400,00 Meter 52,77% 3 - Meter 400,00 Meter 52,77% 3 83,00 Meter 5,48% 0 - Meter 83,00 5 5,48% 0
Rata-rata Kondisi Jalan
26,39% - 26,39% - 0,00% - 0,00%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 40,00 KK 81,63% 5 KK 40,00 KK 81,63% 5 59,00 KK 98,33% 5 - KK 59,00 5 98,33% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 23,00 KK 46,94% 1 - KK 23,00 KK 46,94% 1 22,00 KK 36,67% 1 - KK 22,00 5 36,67% 1
Rata-rata Kondisi
64,29% - 64,29% - 67,50% - 67,50%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 0,00 Ha 0,005909091 0 - Ha 0,00 Ha 0,59% 0 - Ha 0 0 - Ha - 0 0,00% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 - Meter - 0 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 - Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 - Meter - 0 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 192,00 Meter 58,54% 3 - Meter 192,00 Meter 58,54% 3 336,00 Meter 67,20% 3 - Meter 336,00 5 67,20% 3
e. Kualitas Konstruksi Drainase 298,00 Meter 90,85% 5 - Meter 298,00 Meter 90,85% 5 257,00 Meter 51,40% 3 Meter 257,00 5 51,40% 3
Rata-rata Kondisi Drainase
- 29,88% - 29,88% - 23,72% - 23,72%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
21,00 KK 42,86% 1 - KK 21,00 KK 42,86% 1 29,00 KK 48,33% 1 - KK 29,00 5 48,33% 1
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
21,00 KK 42,86% 1 - KK 21,00 KK 42,86% 1 29,00 KK 48,33% 1 - KK 29,00 5 48,33% 1
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
42,86% 42,86% 48,33% 48,33%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
40,00 KK 81,63% 5 KK 40,00 KK 81,63% 5 60,00 KK 100,00% 5 KK 60,00 5 100,00% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 - KK - 0 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 - KK - KK 0,00% 0 60,00 KK 100,00% 5 - KK 60,00 5 100,00% 5
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
27,21% 27,21% 66,67% 66,67%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 10,00 Unit 21,28% 0 - Unit 10,00 Unit 21,28% 0 10,00 Unit 14,93% 0 - Unit 10,00 5 14,93% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 10,00 Unit 21,28% 0 - Unit 10,00 Unit 21,28% 0 10,00 Unit 14,93% 0 - Unit 10,00 5 14,93% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 30 TOTAL NILAI 30 TOTAL NILAI 26 TOTAL NILAI 26
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH KUMUH KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 32,60% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 32,60% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 33,65% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 33,65%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00%
a. Ketidakteraturan Bangunan 71,00 Unit 100,00% 5 Unit 71,00 Unit 100,00% 5 19,00 Unit 42,22% 1 Unit 19,00 Unit 42,22% 1
1. KONDISI BANGUNAN
b. Kepadatan Bangunan 10,00 Ha 14,08% 0 Ha 10,00 Ha 14,08% 0 11,00 Ha 24,44% 0 Ha 11,00 Ha 24,44% 0
GEDUNG
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 20,00 Unit 28,17% 1 Unit 20,00 Unit 28,17% 1 15,00 Unit 33,33% 1 Unit 15,00 Unit 33,33% 1
Rata-rata Kondisi
42,72% 42,72% 25,19% 25,19%
Bangunan Gedung
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 140,00 Meter 17,20% 0 Meter 140,00 Meter 17,50% 0 120,00 Meter 16,67% 0 Meter 120,00 Meter 17,14% 0
Lingkungan b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 268,00 Meter 32,92% 1 Rabat Beton 243 Meter 25,00 Meter 3,13% 0 300,00 Meter 41,67% 1 Meter 300,00 Meter 33,33% 1
Rata-rata Kondisi Jalan
- 16,46% 0,00% 20,83% 16,67%
Lingkungan
3. Kondisi Penyediaan Air a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 74,00 KK 98,67% 5 Pipanisasi 74 KK - KK 0,00% 0 49,00 KK 100,00% 5 KK 49,00 KK 100,00% 5
Minum b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 26,00 KK 34,67% 1 Sumur Bor 26 KK - KK 0,00% 0 26,00 KK 53,06% 3 KK 26,00 KK 53,06% 3
Rata-rata Kondisi
- 66,67% 0,00% 76,53% 76,53%
Penyediaan Air Minum
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air (0,00) Ha -0,012285714 0 Ha - Ha 0,00% 0 0,00 Ha 0,022380952 0 Ha 0,00 Ha 2,24% 0
b. Ketidaktersediaan Drainase - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
4. Kondisi Drainase
Lingkungan c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0 - Meter 0,00% 0 Meter - Meter 0,00% 0
d. Tidak terpeliharanya Drainase 391,00 Meter 130,33% 5 Meter 391,00 Meter 130,33% 5 282,00 Meter 100,00% 5 Meter 282,00 Meter 102,55% 5
e. Kualitas Konstruksi Drainase 291,00 Meter 97,00% 5 Drainase 557 Meter - Meter 0,00% 0 262,00 Meter 92,91% 5 drainase 122 Meter 140,00 Meter 50,91% 1
Rata-rata Kondisi Drainase
- 45,47% 26,07% - 38,58% 30,69%
Lingkungan
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai
16,00 KK 21,33% 0 KK 16,00 KK 21,33% 0 25,00 KK 51,02% 3 KK 25,00 KK 51,02% 3
5. Kondisi Pengelolaan Air Standar Teknis
Limbah b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
16,00 KK 21,33% 0 KK 16,00 KK 21,33% 0 25,00 KK 51,02% 3 KK 25,00 KK 51,02% 3
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi
0,00% 0,00% 51,02% 51,02%
Penyediaan Air Limbah
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
75,00 KK 100,00% 5 Motor Sampah 60 KK 15,00 KK 20,00% 0 49,00 KK 100,00% 5 KK 49,00 KK 100,00% 5
dengan persyaratan Teknis
6. Kondisi Pengelolaan b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 - KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0
Persampahan sesuai Standar Teknis
c. Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana
- KK 0,00% 0 KK - KK 0,00% 0 49,00 KK 100,00% 5 KK 49,00 KK 100,00% 5
Pengelolaan Persampahan
Rata-rata Kondisi
33,33% 0,00% 66,67% 66,67%
Pengelolaan
7. Kondisi Proteksi a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Kebakaran b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0 - Unit 0,00% 0 Unit - Unit 0,00% 0
Rata-rata Kondisi Proteksi
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kebakaran
BATAS AMBANG NILAI TINGKAT KEKUMUHAN
TOTAL NILAI 28 TOTAL NILAI 11 TOTAL NILAI 37 TOTAL NILAI 33
71 -95 : KUMUH BERAT
45 - 70 : KUMUH SEDANG KUMUH TIDAK KUMUH KUMUH
TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN TINGKAT KEKUMUHAN
19 - 44 KUMUH RINGAN RINGAN KUMUH RINGAN RINGAN
< 19, DINYATAKAN TIDAK KUMUH RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 29,24% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 9,83% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 39,83% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 38,11%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 66,39% KONTRIBUSI PENANGANAN 0,00% KONTRIBUSI PENANGANAN 4,32%
Rencana Investasi sebagai salah satu komponen rencana dalam Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran, disusun dengan memperhitungkan
kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendali investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/kawasan. Disamping itu rencana investasi ini dimaksudkan sebagai rujukan bagi para
pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan penataan ataupun menghitung tolak ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan.
Rencana Investasi ini diharapkan dapat menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu system wilayah
yang telah disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerjasama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan. Selain itu rencana investasi ini dimaksudkan untuk mengatur upaya
percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana dan sarana dari kawasan perencanaan.
Dalam rangka implementasi Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran, akan direncanakan dapat selesai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ,
dengan pentahapan progress penyelesaian setiap 1 (satu) Tahun sesuai dengan target 100 – 0 – 100 dan pengurangan kawasan kumuh 0% di Tahun 2019. Dalam strategi rencana investasi ini akan diuraikan indikasi
investasi dari berbagai masam kegiatan yang meliputi tolak ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rancana pembiayaan perkiraan waktu pelaksanaan dan potensi sumber pendanaan.
Penataan dalam pengembangan kawasan penataan bangunan dan lingkungan perlu dilakukan untuk mengatasi beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penanganan kawasan prioritas termasuk permasalahan
pendanaan, permasalahan sumber daya, karakteristik permasalahan kawasan Desa Pananjung, sehingga diharapkan dengan dilakukan pentahapan tersebut penanganan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai
Dengan dasar pemikiran tersebut, dilakukan pemilihan terhadap beberapa program dengan menggunakan criteria dan indikator kekumuhan, sehingga diperoleh program-program yang dikelompokan berdasarkan masa
kriteria-kriteria yang digunakan dalam menetapkan pentahapan program adalah sebagai berikut:
Tabel 7.1
Tabel Kriteria Pentahapan Rencana Penanganan
No Kriteria Pentahapan Rencana Keterangan
Penanganan
1. Kemendesakan Penanganan - Besarnya gangguan terhadap lingkungan permukiman dan fungsi kawasan;
(urgenitas) - Ada tidaknya penanganan permasalahan yang telah dilakukan
Komponen program yang dipilih untuk dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun perencanaan. Secara keseluruhan program jangka menengen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) dapat dilihat pada
Pola-pola yang dapat dilakukan oleh Tim Pemasaran dan Aparat Desa Pananjung dalam menggalang sumber-sumber pendanaan dalam rangka mewujudkan visi kawasan prioritas dan Desa Pananjung pada dasarnya
1. Sosialisasi dan promosi program ke berbagai smber pendanaan potensi baik sumber pendanaan APBD, masyarakat, swasta baik di dalam desa, di kecamatan atau bahkan di luar Kabupaten Pangandaran;
2. Penyiapan/penyelenggaraan program intensif dan kemudahan dalam penyelenggaraan investasi (perizinan, dukungan program pemerintah dalam pelaksanaan investasi dan lain sebagainya). Pemerintah daerah
perlu melakukan langkah-langkah yang dapat mempercepat laku investasi sehingga penataan kawasan prioritas dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Penyusunan program penanganan penataan akan terkait langsung dengan kebutuhan dan ketersediaan biaya yang diperlukan. Untuk itu diperlukan kajian mengenai sumber-sumber pembiayaan baik pembiayaan
konvensional dan non konvensional. Hal utama dalam rencana pembiayaan penataan RTPLP Desa Pananjung adalah bagaimana mengupayakan penggalangn sumber dana dan membagi bahan penadanaan kepada
setiap pelaku yang terlbat. Penggalangan sumber dana yang dilakukan secara langsung (dalam bentuk dana proyek dan dana bantuan langsung) maupun tidak langsung seperti kemudahan dalam prosedur dan perijinan
Sumber pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah baik sumber APBD Kabupaten Pangandaran, APBD Provinsi Jawa Barat ataupun APBN, maupun pihak swasta, CSR dan
lainnya. meskipun demikian masih terbuka kemungkinan sumber pembiayaan dari masyarakat, misalnya Pemerintah memberikan bantuan/material sementara masyarakat menanggung biaya pengerjaanya. Hal tersebut
dapat dilakukan untuk komponen kegiatan pembangunan prasarana yang tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar dan memakai teknologi yang sederhana. Sedangkan untuk pembiayaan yang memerlukan dana
besar dan teknologi tinggi tetap sepenuhnya dari dana pemerintah dan diselenggarakan melalui kontraktual sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sumber-sumber pendanaan yang potensial untuk dapat digunakan dalam penataan Kawasan Prioritas Desa Pananjung adalah sebagai berikut:
Tabel 7.2
Tabel Kriteria Pentahapan Rencana
No Sumber Pendanaan Kriteria Peruntukan
1. Sumber Dana APBN Dana pembanguna yang bersumber dari APBN dialokasikan untuk proyek-proyek - Bantuan teknis perencanaan
2 Sumber dana APBD Kriteria pemanfaatan sumber dana APBD Provinsi Jawa Barat dengan criteria - Komponen penanganan
Provinsi Jawa Barat kegiatan/proyek yang memiliki skala pelayanan atau pengaruh bagi - Pengadaan pembangunan
3 Sumber dana APBD Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Kabupaten Pangandaran adalah - Penyiapan lahan untuk penyediaan
Kabupaten untuk pembiayaan dengan skala pelayanan wilayah kota, termasuk pembiayaan sanitasi dan ruang terbuka hijau di
Pangandaran dalam rangka menggali berbagai potensi kawasan, dengan luasan kawasan di kawasan prioritas
- Pengembangan SDM/pelatihan,
4. Sumber Dana Swadaya Sumber dana dari masyarakat dapat berupa dana masyarakat sendiri atau dana - Pengadaan perbaikan rumah
Masyarakat tabungan khusus masyarakat adalah untuk pembiayaan perbaikan rumah/asset - Perbaikan Prasarana infrastruktur
lingkungan fisik milik perorangan ataupun kelompok. Pemanfaatan sumber dana - Perbaikan sarana RTH Publik
masyarakat.
5. Sumber dana Swasta Sumber dana dari swasta diarahkan untuk pembiayaan/investasi kawasan Niaga - Pembangunan ruang terbuka hijau;
dan Perbankan dan ruang ruang terbuka hijau. Hal tersebut perlu dilakukan untuk kebutuhan - pembangunan kawasan/bangunan
pembiayaan program yang sangat besar sementara terdapat keterbatasan sumber untuk kegiatan
pembangunan rumah
Rencana indikasi program di Kawasan Prioritas dan Desa Pananjung disusun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan target 0% Kumuh di tahun 2019. dan uraian indikasi investasi berbagai macam kegiatan
yang meliputi tolak ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan potensi sumber pendanaan.
Pentahapan pembangunan kawasan prioritas dan Desa Pananjung perlu dilakukan untuk mengatasi beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penanganan penataan di Kawasan Prioritas dan Desa Pananjung termasuk
permasalahan, pendanaan, permasalahan sumber daya, karakteristik permasalahan kawasan perencanaan dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dengan dilakukan penetapan tersebut penanganan dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan sumber daya dan dana yang tersedia.
Dengan dasar pemikiran tersebut, dilakukan pemilihan terhadap beberapa program dengan menggunakan criteria, sehingga diperoleh program-program yang dikelompokan berdasarkan masa rencan pada
tahun pertama hingga tahun yang akan datang. Rencana Incestasi berisikan rencana program, kegiatan, tahapan pelaksanaan dan sumber pembiayaan sebagai pelengkap untuk penyepakatan memorandum
keseluruhan indikasi program Kawasan Prioritas dan Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dapat dilihat pada Tabel berikut.
KODE STATUS
KODE KODE NAMA LOKASI (RT001- KODE SUB JENIS SUB DETAIL JENIS DETAIL SUB VOLUME BIAYA KOLABORASI / JUMLAH BIAYA KEGIATAN TAHUN
NAMA PROVINSI NAMA KOTA/KAB KODE KEC NAMA KECAMATAN KODE KEL Kontrol RT SATUAN BIAYA BDI (Rp)
PROV KOTA/KAB KELURAHAN RW001) KOMPONEN KOMPONEN SUB KOMPONEN KEGIATAN NON BDI (Rp) (Rp) (REHAB / INVESTASI
Flag 1
KOMPONE BARU)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT007-RW005 RT Flag Sesuai L-01 Jalan L-012 Jalan Beton 65 meter 17.865.000 17.865.000 REHAB
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-01 Jalan L-012 Jalan Beton 250 meter 70.500.000 70.500.000 REHAB 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-075 Perpipaan 300 meter 15.000.000 15.000.000 BARU 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-078 Sumur Bor 1 unit 50.000.000 50.000.000 BARU 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 230 meter 57.500.000 57.500.000 REHAB 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-075 Perpipaan 200 meter 10.000.000 10.000.000 BARU 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 400 meter 20.000.000 20.000.000 REHAB 2019
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai L-06 Persampahan L-062 Gerobak/Motor Sampah 1 unit 28.000.000 28.000.000 BARU 2019
Rehab/perbaikan Rumah
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai L-04 Perumahan L-041 20 unit 100.000.000 100.000.000 REHAB 2020
Tidak Layak Huni (Aladin)
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 67 #N/A 6.700.000 6.700.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 67 #N/A 16.750.000 16.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 67 #N/A 50.250.000 50.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
Rehab/perbaikan Rumah
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai L-04 Perumahan L-041 20 unit 100.000.000 100.000.000 REHAB 2020
Tidak Layak Huni (Aladin)
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 100 meter 25.000.000 25.000.000 REHAB 2021
Penyediaan Pasokan Air
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai L-21 Proteksi Kebakaran L-211 (Kolam penampungan air, 2 Unit 50.000.000 50.000.000 BARU 2020
Sumur Dalam/Hidran)
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 98 #N/A 9.800.000 9.800.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 98 #N/A 24.500.000 24.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 98 #N/A 73.500.000 73.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW006 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-078 Sumur Bor 1 unit 60.000.000 60.000.000 BARU 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 27 #N/A 2.700.000 2.700.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 27 #N/A 6.750.000 6.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT001-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 27 #N/A 20.250.000 20.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW004 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 175 meter 40.000.000 40.000.000 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 55 #N/A 5.500.000 5.500.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 55 #N/A 13.750.000 13.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 55 #N/A 41.250.000 41.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 99 #N/A 9.900.000 9.900.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 99 #N/A 24.750.000 24.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 99 #N/A 74.250.000 74.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW006 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 500 meter 125.000.000 125.000.000 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 50 #N/A 5.000.000 5.000.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 50 #N/A 12.500.000 12.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT002-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 50 #N/A 37.500.000 37.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW004 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 120 meter 0 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 55 #N/A 5.500.000 5.500.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 55 #N/A 13.750.000 13.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 55 #N/A 41.250.000 41.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 78 #N/A 7.800.000 7.800.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 78 #N/A 19.500.000 19.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 78 #N/A 58.500.000 58.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 51 #N/A 5.100.000 5.100.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW006 #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 51 #N/A
RT Flag Sesuai
Penunjang sarana dan
Rencana12.750.000 12.750.000
Penataan Lingkungan Pemukiman | 2020
159
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT003-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 51 #N/A 38.250.000 38.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 47 #N/A 4.700.000 4.700.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 47 #N/A 11.750.000 11.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 47 #N/A 35.250.000 35.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
REVIEW RPLP DESA PANANJUNG TAHUN 2018
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN 2019
KODE STATUS
KODE KODE NAMA LOKASI (RT001- KODE SUB JENIS SUB DETAIL JENIS DETAIL SUB VOLUME BIAYA KOLABORASI / JUMLAH BIAYA KEGIATAN TAHUN
NAMA PROVINSI NAMA KOTA/KAB KODE KEC NAMA KECAMATAN KODE KEL Kontrol RT SATUAN BIAYA BDI (Rp)
PROV KOTA/KAB KELURAHAN RW001) KOMPONEN KOMPONEN SUB KOMPONEN KEGIATAN NON BDI (Rp) (Rp) (REHAB / INVESTASI
Flag 1
KOMPONE BARU)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 90 #N/A 9.000.000 9.000.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 90 #N/A 22.500.000 22.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 90 #N/A 67.500.000 67.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW006 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 175 meter 40.000.000 40.000.000 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 48 #N/A 4.800.000 4.800.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 48 #N/A 12.000.000 12.000.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT004-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 48 #N/A 36.000.000 36.000.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 51 #N/A 5.100.000 5.100.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 51 #N/A 12.750.000 12.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 51 #N/A 38.250.000 38.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW005 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-075 Perpipaan 200 meter 10.000.000 10.000.000 BARU 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW005 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 100 meter 25.000.000 25.000.000 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 73 #N/A 7.300.000 7.300.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 73 #N/A 18.250.000 18.250.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 73 #N/A 54.750.000 54.750.000 2020
prasarana ekonomi lokal
Rehab/perbaikan Rumah
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-04 Perumahan L-041 15 unit 75.000.000 75.000.000 REHAB 2020
Tidak Layak Huni (Aladin)
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai L-02 Drainase L-021 Drainase Lingkungan 120 meter 35.000.000 35.000.000 REHAB 2021
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 38 #N/A 3.800.000 3.800.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 38 #N/A 9.500.000 9.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT005-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 38 #N/A 28.500.000 28.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 57 #N/A 5.700.000 5.700.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 57 #N/A 14.250.000 14.250.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW004 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 57 #N/A 42.750.000 42.750.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 71 #N/A 7.100.000 7.100.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 71 #N/A 17.750.000 17.750.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 71 #N/A 53.250.000 53.250.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 45 #N/A 4.500.000 4.500.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 45 #N/A 11.250.000 11.250.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT006-RW006 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 45 #N/A 33.750.000 33.750.000 2020
prasarana ekonomi lokal
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT007-RW005 RT Flag Sesuai L-07 Air Bersih L-075 Perpipaan 100 meter 5.000.000 5.000.000 BARU 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT007-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Sosialisasi PHBS 62 #N/A 6.200.000 6.200.000 2020
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT007-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A Peningkatan Ekonomi lokal 62 #N/A 15.500.000 15.500.000 2020
Penunjang sarana dan
32 JAWA BARAT 3218 KAB. PANGANDARAN 320701 PANGANDARAN 32070107 PANANJUNG RT007-RW005 RT Flag Sesuai #N/A #N/A #N/A 62 #N/A 46.500.000 46.500.000 2020
prasarana ekonomi lokal
BAB VIII
PENUTUP
Komitmen stakeholders yang ikut terlibat (antara lain masyarakat Desa Pananjung,
Pemerintah Desa Pananjung dan Pemerintah Kabupaten Pangandaran tidak cukup berhenti
sampai tersusunnya dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) ini, namun
harus terus berlanjut sampai rencana yang terangkum dan tercantum dalam RPLP bisa ter-
implementasi.
seluruh tahapan Perencanaan kegiatan KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Seluruh tahapan
perencanaan partisipatif telah dilaksanakan oleh Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) yang
beranggotakan dari unsur Pemerintah Desa, unsur BKM Taruna Mandiri PWD Pananjung, dari
Desa Pananjung dari kegiatan KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) sebagai dasar dan
analisa dan kajian permasalahan yang tercantum dalam 7 indikator kumuh. Selain
berkelanjutan.
Pemerintah Desa Pananjung memberikan apresiasi yang baik dalam melaksanakan seluruh
kegiatan Perencanaan Partisipatif. Beberapa hal yang menunjukkan komitmen Pemdes yang
a. Telah melaksanakan serta mendukung pembentukan dan perekrutan TIPP (Tim Inti
dari mulai sosialisasi, pembentukan TIPP, Rembug kesiapan masyarakat (RKM), Refleksi
perencanaan. Informasi ini berupa status kepemilikan lahan, Profil Desa dan RPJM Desa.
d. Bersedia menetapkan aturan bersama yang telah dituangkan dalam Rencana Penataan
Dalam pelaksanaan kegiatan KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) di Desa Pananjung, komitmen
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran telah diwujudkan dalam beberapa hal sebagai
berikut :
Pangandaran.
daerah/pejabat berwenang.
c. Penyediaan Data Dasar RTRW, RPJMD Kabupaten Pangandaran yang menjadi acuan
kumuh perkotaan.
beberapa hal yang menjadi komitmen Pemda Kabupaten Pangandaran untuk mendukung
a. Memfasilitasi koordinasi dengan dinas/SKPD yang ada di tingkat kota (untuk kolaborasi
program)
b. Membantu dan memfasilitasi dengan investor (baik pihak swasta, pengusaha dll) sesuai
e. Memberikan fasilitasi promosi produk Desa Pananjung terutama yang berkaitan potensi
yang akan dikembangkan dalam RPLP ini. Bentuk fasilitas promosi ini akan mengacu
pada event atau kegiatan yang sudah berjalan di lingkup Pemda Kabupaten
Pangandaran maupun event yang menjadi arahan program KOTAKU (Kota Tanpa
g. Penyediaan dana APBD terutama untuk kegiatan infrastruktur yang menjadi kebutuhan
masyarakat untuk mengembangkan potensi. Alokasi dana ini akan mengikuti prioritas
(RPLP) Desa Pananjung. Dokumen ini selanjutnya akan menjadi dokumen yang sah dan resmi
Pananjung. Segala hal yang berkaitan dengan proses penyusunan RPLP ini menjadi dasar bagi
Desa Pananjung bebas kumuh dan lingkungan hunian yang sehat, mandiri, tertib, selaras,
Demikian dokumen RPLP dibuat untuk menjadi dasar bagi kemajuan dan kesejahteraan
KECAMATAN PANGANDARAN
KABUPATEN PANGANDARAN
JAWA BARAT
2019
KATA PENGANTAR
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran merupakan
dokumen panduan/pengandli pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Desa Pananjung dan Kawasan
prioritas. Dalam hal sebagai suatu dokumen perencanaan dan pengendalian dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa
Pananjung merupakan dokumen implementatif dengan legal format yang jelas, menjadi acuan dasar dalam investasi penataan kawasan kumuh,
dan disusun bersama melalui perencanaan partisipatif.
Selanjutnya dalam sistem pelaporan kagiatan penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa
Pananjung terdiri dari beberapa pelaporan yaitu dokumen RPLP Desa Pananjung, Aturan Bersama Desa Pananjung dan Detail Enginering Design
Kawasan Prioritas dan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman kawasan prioritas.
Laporan ini merupakan salah satu laporan yang diserahkan dalam rangka pelaksanaan penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman (RPLP) Desa Pananjung yang didalamnya memuat pendahuluan, Indentifikasi kebijakan dan gambaran umum wilayah, Analisis
kawasan, konsep pengembangan, rencana mikro dan makro dan indikasi program.
Demikian kata pengantar dari dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Pananjung, Kecamatan
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran ini kami susun, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Pangandaran, ..........................20.....
Tim Penyusun
01
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Pemaparan dan Penjelasan mengenai luas kawasan kumuh .............................................. 2
1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 3
1.4.1 Maksud ......................................................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan........................................................................................................................... 3
1.4 Sasaran ................................................................................................................................. 3
1.5 Rujukan Peraturan ................................................................................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................................... 5
04
BAB IV
ANALISIS ..................................................................................................................................... 61
4.1. Analisa Kependudukan .......................................................................................................... 61
4.2. Analisa Fisik (Daya Dukung Dan Daya Tampung) ................................................................ 62
4.3 Fenomena Kekumuhan .......................................................................................................... 66
4..4 Profil Pemukiman Kumuh Lingkungan Bojongsari RT 01 – 04 RW 07 Kelurahan Pananjung 66
05
5.1 Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai Dengan Pencapaian
Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Desa ................................................................................. 79
5.2 Rencana Penataan Lingkungan Kumuh ................................................................................. 81
5.2.1 Struktur Peruntukan Lahan ........................................................................................... 82
5.2.2 Rencana Arahan Intensitas Pemanfaatan Lahan ......................................................... 83
5.2.3 Rencana Sistem Sirkulasi Dan Jalur Penghubung ....................................................... 87
5.2.4 Rencana Sistem Prasarana Dan Utilitas Pemukiman ................................................... 87
06
6.1 Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas .................................. 96
6.1.1 Program dan kegiatan Penanganan Kumuh ................................................................ 96
07
7.1 Skenario Strategi Rencana investasi ..................................................................................... 134
7.2 Kriteria Pentahapan rencana Penanganan ............................................................................ 134
7.3 Tahap Perencanaan Penanganan ......................................................................................... 134
7.4 Pola Penanganan Pendanaan ............................................................................................... 135
7.5 Pola Kolaborasi Investasi ...................................................................................................... 135
7.6 Mekanisme Pembiayaan Sarana & Prasarana ...................................................................... 135
7.7 Sumber Pembiayaan Program Penataan ............................................................................. 136
7.8 Rencana Indikasi Program..................................................................................................... 137