Anda di halaman 1dari 17

JURNAL ILMIAH

LEGALITAS DAN EKSISTENSI TOKO EMAS DAN MUTIARA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014
TENTANG PERDAGANGAN (STUDI DI KOTA MATARAM)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

HARUN ALRASYID

D1A.012.159

Oleh :

HASBI ARRAISI
D1A 012 1 163

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2018
iii

“LEGALITAS DAN EKSISTENSI TOKO EMAS DAN MUTIARA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014
TENTANG PERDAGANGAN (STUDI DI KOTA MATARAM)”

ABSTRAK

Masalah di Kota Mataram (khususnya pelaku usaha Emas dan Mutiara)


saat ini terkait dengan perizinan. Permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai permasalahan legalitas dan terkait langsung dengan penataan substansi
hukum, di samping masih terdapat permasalahan implementasi yang tidak dapat
dilepaskan dari struktrur dan budaya hukum. Selanjutnya permasalahannya yaitu
bagaimana legalitas usaha Toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram menurut
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan dan apakah yang
menjadi kendala pelaku usaha tidak memiliki Surat Izin Usaha di Kota Mataram
dan bagaimana untuk mengatasinya. Penelitian ini adalah penelitian emperis
sedangkan teknik pengumpulan data dengan melakukan penelitian di lapangan.
Kesimpulan : 1) peraturan tentang izin yang berkaitan dengan usaha toko Emas
dan Mutiara sudah diatur dengan jelas oleh Undang-undang nomor 7 tahun 2014
tentang Perdagangan. 2) Pemerintah Kota Mataram telah membuat terobosan
untuk mengatasi masalah perizinan di Kota Mataram. Saran untuk pemerintah
Kota Mataram harus lebih giat lagi dalam mensosialisasikan tentang program-
program yang telah dibuat tersebut kepada masyarakat luas dan membantu pelaku
usaha untuk mendapatkan izin usaha.
Kata kunci: Perizinan, Toko Emas dan Mutiara.
1

I. PENDAHULUAN

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 kemudian disingkat menjadi UUD NRI 1945 disebutkan bahwa salah

satu tujuan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum bagi setiap

warga negara Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat uraian dari

peraturan dasar kita yang mengatur bagaimana sumber daya alam yang

terkandung di bumi Indonesia dikelola dan didistribusikan untuk kesejahteraan

bersama. Hal ini diperjelas dalam Pasal 33 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 yang

menyebutkan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara.

Pemerintah sebagai penyelenggara negara mempunyai peran penting dan

strategis dalam pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kualitas

kehidupan dan kesejahteraan semua warganya. Wujud peran serta negara dalam

memberikan perlindungan bagi seluruh masyarakat Indonesia di sektor ekonomi

antara lain melalui pembentukan Undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang

Perdagangan.

Dalam penelitian ini Penyusun ingin membahas masalah izin usaha

Mutiara dan Emas di Kota Mataram, tak hanya keindahan pantai dan

pemandangannya yang menakjubkan, Pulau Lombok juga terkenal sebagai salah

satu penghasil mutiara terbaik di dunia, kebijakan pengembangan usaha dibidang

emas dan mutiara ini juga berkaitan erat dengan pertumbuhan pengunjung atau

wisatawan yang datang baik dari lokal maupun mancanegara, karena para

wisatawan banyak berburu emas atau mutiara untuk oleh-oleh dibawa pulang ke
2

rumahnya, teradapat banyak sentra pengerajin mutiara di pulau ini yang dapat

dikunjungi oleh para pengunjung atau wisatawan salah satu diantaranya

adalah Kampung Sekarbela.

Salah satu yang menjadi masalah di Kota Mataram khususnya Pelaku

usaha Emas dan Mutiara di Sekarbela saat ini adalah yang berkaitan dengan izin–

izin usaha perdagangan, seperti SIUP, SITU, TDP dan lainnya. Permasalahan

tersebut dapat diklasifikasikan sebagai permasalahan legalitas yang terkait

langsung dengan penataan substansi hukum, di samping masih terdapat

permasalahan implementasi yang tidak dapat dilepaskan dari struktrur dan budaya

hukum. Tulisan ini akan lebih banyak membahas aspek legialitas dan hal-hal

yang terkait dengan substansi hukum, perizinan, sehingga penyusun tertarik

untuk mengkaji, menganalisis, membahas, dan meneliti dengan mengambil judul

“Legalitas Dan Eksistensi Toko Emas Dan Mutiara Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan (Studi Di Kota Mataram)”

Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan di latar belakang maka dapat

dirumuskan atau ditarik suatu pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu

diantaranya sebagai berikut :

(1) Bagaimana legalitas usaha Toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram

menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan di Kota

Mataram? (2) Apakah yang menjadi kendala usaha Toko Emas dan Mutiara tidak

memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Mataram dan bagaimana upaya

pemerintah untuk mengatasinya? Dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah

tersebut yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui legalitas
3

usaha Toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram menurut Undang-Undang Nomor

7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, dan untuk mengetahui kendala-kendala

usaha Toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram yang tidak memiliki izin dan cara

mengatasinya. Selanjutnya diharapakan penelitian ini bermanfaat dan berguna

baik secara akademis maupun praktis. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis penelitian empiris, sumber data Primer dan data

Skunder diperoleh dari berbagai sumber yang berupa bahan-bahan kepustakaan

yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data kepustakaan berupa data

skunder. Analisis bahan hukum yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif.


4

II. PEMBAHASAN

A. Legalitas Usaha Toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram menurut

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan di Kota

Mataram.

Berdasarkan hasil survey yang penyusun lakukan dengan beberapa

responden, jumlah toko emas dan Mutiara di Ampenan sebanyak 20 toko, hanya 6

toko yang memiliki izin, di Cakranegara sebanayak 30 toko, 15 diantaranya

memiliki izin, sedangkan di MCC sebanyak 7 toko dan semuanya memiliki izin,

sedangkan di Pagutan sebanyak 20 toko, 10 diantaranya memiliki izin. Alasan

para pelaku usaha ini tidak memiliki izin rata-rata dikarenakan pengurusan izin

yang ribet dan tidak ingin terkena pajak jika usahanya telah memiliki izin.

Menurut data dari Kota Mataram Dalam Angka tahun 2017, jumlah

Perusahaan Perdagangan (baru) menurut Kecamatan di Kota Mataram tahun 2016

sebagai berikut :1

No Kecamatan Perusahaan Perusahaan Perusahaan Perusahaan Jumlah

besar menengah Kecil mikro

1 Ampenan 1 7 71 27 106

2 Sekarbela - 6 58 18 82

3 Mataram 1 12 76 40 129

4 Selaparang - 2 63 32 97

5 Cakranegara 1 9 55 13 97

1
Badan Pusat Statistik KotaMataram, Kota Mataram Dalam Angka 2017, hlm 287
5

6 Sandubaya - 7 65 34 106

Jumlah/total 3 43 388 164 598

2015 3 43 388 164 598

2014 1 18 114 98 231

Dari data di atas penyusun dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat atau pelaku usaha tidak memiliki izin usaha karena mereka membuka

usaha di rumah atau bangunan sendiri dan hal tersebut menurut mereka tidak

memerlukan izin seperti yang terjadi di Kecamatan Sekarbela, hal ini tentunya

bertentangan dengan undang-undang Nomor 7 tahun 2014. sedangkan untuk

usaha toko Emas dan Mutiara yang lebih besar seperti yang terdapat di MMC

Mataram yang berlokasi di Pegasengan dan Cakranegara sebagian besar memiliki

izin usaha.

Adapun Sanksi yang diberikan jika suatu perusahaan tidak mendaftarkan

perusahaannya berdasarkan UU No. 3/1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

dengan ketentuan pidana sebagai berikut :

Pasal 32

(1) Barang siapa yang menurut Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya diwajibkan mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar
Perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi
kewajibannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
pidana denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
6

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam.ayat (1) pasal ini merupakan
kejahatan.
Pasal 33

(1) Barang siapa melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru
atau tidak lengkap dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp.
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

(2) Tindak pidana tersebut dalam ayat (1) pasal ini merupakan pelanggaran.

Pasal 34

(1) Barang siapa tidak memenuhi kewajibannya menurut Undang-undang ini dan
atau peraturan-peraturan pelaksanaannya untuk menghadap atau menolak untuk
menyerahkan atau mengajukan sesuatu persyaratan dan atau keterangan lain untuk
keperluan pendaftaran dalam Daftar Perusahaan diancam dengan pidana kurungan
selama-lamanya 2 (dua) bulan atau pidana denda setinggitingginya Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini merupakan
pelanggaran.

Pasal 35

(1) Apabila tindak pidana sebagaimana, dimaksud dalam Pasal-pasal 32, 33 dan
34 Undang-undang ini dilakukan oleh suatu badan hukum, penuntutan pidana
dikenakan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus atau pemegang kuasa dari
badan hukum itu

(2) Ketentuan ayat (1) pasal ini diperlakukan sama terhadap badan hukum.

Sedangkan pembangunan di bidang ekonomi diarahkan dan dilaksanakan

untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan demokrasi ekonomi yang

dilakukan melalui kegiatan Perdagangan merupakan penggerak utama dalam


7

pembangunan perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung

dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat

daya saing produk dalam negeri..

Peranan Perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan

ekonomi, tetapi dalam perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk

menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga diperlukan keberpihakan

politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan

pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi serta usaha mikro, kecil,

dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional, peraturan

perundang-undangan di bidang Perdagangan mengharuskan adanya harmonisasi

ketentuan di bidang Perdagangan dalam kerangka kesatuan ekonomi nasional

guna menyikapi perkembangan situasi Perdagangan di era globalisasi pada masa

kini dan masa depan dan dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan yang telah mengatur tentang Perizinan atau legalitas suatu usaha.

Dalam Pasal 24 menyatakan bahwa :

1. Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib


memiliki perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.
2. Menteri dapat melimpahkan atau mendelegasikan pemberian perizinan
kepada Pemerintah Daerah atau instansi teknis tertentu.
3. Menteri dapat memberikan pengecualian terhadap kewajiban memiliki
perizinan di bidang Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan di bidang Perdagangan
sebagaimana pada ayat (1) dan pengecualiannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Khusus untuk kerajinan emas dan Mutiara di Kota Mataram ini sebagian

besar masih belum memilik izin, mengenai hal tersebut pemerintah daerah harus

lebih giat melakukan sosialisasi mengenai aturan tentang perizinan kepemilikan

toko emas dan Mutiara.


8

B. Kendala Usaha Toko Emas dan Mutiara yang tidak memiliki Surat Izin

Usaha di Kota Mataram dan bagaimana upaya pemerintah untuk

mengatasinya.

1. Kendala Usaha Toko Emas dan Mutiara tidak memiliki Izin Usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yaitu

pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) pada tanggal 13 agustus 2018.

Sebagai informan pertama yaitu Ibu Baiq Marniasih mengatakan

bahwa banyaknya para pelaku usaha yang tidak memiliki izin usaha

dikarenakan pelaku usaha malas untuk mengurus izin usahanya. Selain itu

pelaku usaha dibidang Emas dan Mutiara tidak memiliki izin karena meraka

mendirikan usaha di rumah sendiri, sehingga hal tersebut tidak

membutuhkan izin. Sedangkan hasil wawancara dengan informan kedua

yakni Bapak I Nengah Wayan mengatakan kesadaran pedagang kurang

untuk mengurus izin usahnya tetapi, dari pihak pemerintah sudah melakukan

sosialisasi mengenai pentingnya para pedagang atau pelaku usaha untuk

memiliki izin usaha baik yang skala besar maupun kecil, termasuk bagi

pelaku usaha Emas dan Mutiara di seluruh Mataram ini. Pemerintah juga

telah melakukan perubahan yang signifkan supaya pengurusan izin usaha

tidak lamban dan terskesan berbelit-belit. Salah satu staf lain sebagai

informan ketiga yaitu Ibu Eka Beliau mengungkapkan alasan pelaku usaha

tidak mau mengurus izin usahanya karena takut dibebani biaya yang banyak

pada Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, padahal


9

menurut Ibu Eka semuanya bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan murah

bahkan sudah bisa melalui pendaftaran online. Selanjutnya hasil wawancara

penyusun dengan beberapa responden yaitu beberapa pengusaha toko Emas

dan Mutiara yang berada di kota Mataram.

Berdasarkan hasil wawancara penyusun dengan responden pertama

yaitu Bapak Mufti salah satu pedagang usaha Emas dan Mutiara di MMC

Mataram. Dia mengatakan bahwa pelaku usaha yang memiliki usaha di

MMC ini rata-rata sudah memiliki izin usaha, dikarenakan palaku usaha

yang ingin membuka izin di lokasi tersebut harus membayar sekitar Rp.

15.000.000- sampai dengan Rp. 20.000.000- sudah termasuk dalam

kepemilikan izin usaha dan tergantung lokasi yang diambiil oleh pelaku

usaha. Pada umumnya pelaku usaha yang memiliki usaha di lokasi tersebut

sudah memiliki izin, sedangkan bagi pelaku usaha yang membuka usaha di

lahan/rumah sendiri cendrung tidak memiliki izin dikarenakan untuk

menghindari pajak dan pengurusan izin yang berbelit-belit. Sedangkan hasil

wawancara dengan responden lainnya yakni Bapak Huluwan salah satu

pelaku usaha di bidang emas dan Mutiara mengatakan bahwa usaha emas

dan Mutiara sudah mulai meredup tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Usaha Bapak Huluwan sudah memiliki izin meskipun hanya bermodalkan

sekitar Rp. 150.000.000- Industri berskala kecil dan menengah memiliki

peran yang sangat penting di dalam perekonomian Indonesia, terutama

terkait dengan kontribusinya dalam memajukan perekonomian wilayah.

Berdasarkan UU RI No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian bahwasanya


10

ketetapan nilai investasi untuk industri kecil yakni sampai dengan Rp

500.000.000 sedangkan nilai investasi industri menengah yakni lebih besar

dari Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.2

2. Upaya pemerintah dalam mengatasi pelaku usaha yang tidak memiliki

izin usaha toko Emas dan Mutiara di Kota Mataram.

Berdasarkan hasil wawancara penyusun dengan pegawai Dinas

Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota

Mataram pada tanggal 13 agustus 2018 , yaitu

Ibu Eka menyampaikan bahwa upaya pemerintah untuk menggiatkan

masyarakat mengurus surat izin usaha yaitu dengan menerapkan asas

kecepatan , asas kemudahan dan asas keterjangkauan. Kemudian pemerintah

mempermudah pengurusan izin usaha melalui pendaftaran online supaya

masyarakat bisa mengurus izin usaha dengan mudah dan cepat. Selain itu

kita juga melakukan banyak sosialisasi berkaitan dengan cara dan tata

pengurusan izin usaha kepada masyarakat yang mendirikan usaha. Ibu Eka

selaku responden juga menyampaikan program yang dibuat oleh Dinas

Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) diantaranya:3

a. Program SEHATI (Sehari Pasti Jadi)

Program Sehati (Sehari Pasti Jadi) Berdasarkan ketentuan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

2
Dita Pebrianti, Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Mutiara sebagai Daya Tarik
Wisata Belanja di Kota Mataram, Jurnal, hlm. 2
3
Ali Kurnia Widi, Implementasi Perizinan Penanaman Modal di Kota Mataram,
Dialogia Iuridica, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Volume 9 Nomor 2 April 2018, Hlm. 34
11

Pemerintahan Pusat,Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah

Kota dan dalam mengimplementasikan ketentuan aturan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik khususnya

yang berkaitan dengan azas pelayanan public sendiri yaitu azas

kepentingan umum, azas kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

program SEHATI dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Mataram yang diluncurkan pada tanggal 2 Mei

2016.

b. Izin Paket

Pelaksanaan ketentuan azas dari Undang-Undang No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik yaitu azaz kecepatan, kemudahan dan

keterjangkauan hal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kota Mataram dan

juga karena banyaknya tuntutan dari masyarakat Kota Mataram bahwa

pelayanan perizinan harus mengedepankan adanya efisiensi dalam hal

pelayanan baik sisi waktu dan juga dari sisi biaya, Masyarakat pelaku

usaha di Kota Mataram tentunya sangat membutuhkan proses perizinan

yang cepat dan sederhana hal ini tentunya menjadi sebuah agenda kerja

Dinas penanaman modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Mataram

dalam menyikapi permasalahan perizinan tersebut karena dalam hal

pengajuan perizinan harus satu persatu sesuai dengan pembagian izin

tersebut Melihat perkembangan dunia usaha tersebut tentunya

pemerintah harus bisa menyediakan pilihan terhadap masyarakat dalam

melaksanakan pendaftaran izin tersebut bisa dilaksanakan secara


12

sendiri-sendiri perjenis izin dan dapat secara paralel atau paket yang

terdiri dari berbagai izin penyederhanaan proses pelayanan publik

dengan mendasarkan regulasi yang ada dan sumber daya manusia serta

sarana yang tersedia di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Kota Mataram.

c. Menciptakan Standar Operasional Pelayanan

Standar Operasional Prosedur selanjutnya disingkat (SOP)

adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara

kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk

memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan

biaya serendah-rendahnya.
13

III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa : (1)

menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Di

Kota Mataram semua masyarakat yang mempunyai usaha toko emas dan

mutiara wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. (2) Perusahaan toko

Emas dan Mutiara yang tidak memiliki izin usaha akan dikenakan sanksi

pidana berdasakan UU No. 3/1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (3)

Sedangkan yang masih menjadi kendala banyaknya toko Emas dan Mutiara

yang tidak memiliki izin saat ini sudah diupayakan oleh Pemerintah Kota

Mataram semaksimal mungkin agar masyarakat memiliki izin-izin yang

berkaitan dengan usahanya tersebut, pemerintah Kota Mataram melakukan

setidaknya upaya seperti menerapkan asas kemudahan, keterjanhgkauan dan

kecepatan. Selain itu ada juga 3 (tiga) terobosan diantaranya program

SEHATI (sehari pasti jadi), Izin Paket dan Menciptakan Standar Operasional.

B. SARAN

Instansi terkait hendaknya lebih giat mensosialisasikan program-program

yang telah dibuat tersebut kepada masyarakat agar masyarkat mengetahuinya.

Apabila masih ada pelaku usaha yang belum memiliki izin diharapkan

pemerintah daerah segera membantu pelaku usaha untuk mendapatkan

legalitas usaha.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ali Kurnia Widi, Implementasi Perizinan Penanaman Modal di Kota Mataram,


Dialogia Iuridica, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Magister
Kenotariatan, UniversitasMataram, Volume 9 Nomor 2 April 2018

Dita Pebrianti, Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Mutiara sebagai Daya


Tarik Wisata Belanja di Kota Mataram, Jurnal UGM.

Mataram, Badan Pusat Statistik Kota Mataram, Kota Mataram Dalam Angka
2017.

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Indonesia, Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,


Lembaran Negara No. 244 Tahun 2014, TLN No. 5587.

Indonesia,Undang-Undang No 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan

Anda mungkin juga menyukai