Persiapan Kerja Kesalahpahaman dan Miskomunikasi Komunikasikan segala sesuatu dengan pengawas dan pihak-
Terjadinya Kecelakaan kerja/transportasi pihak terkait
Menyiapkan JSA dan dokumen izin kerja
Manajemen perjalanan
Personil sudah melakukan induksi keselamatan memiliki ID
badge dan izin kerja dari Pengawas Pekerjaan (KPB)
Membuat izin kerja Kesalahpahaman dan Miskomunikasi Komunikasikan segala sesuatu dengan pengawas dan pihak-
Dokumen Pekerjaan yang tidak lengkap pihak terkait
dan izin kerja ditolak Persiapkan dokumen pekerjaan dan safety, sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Pelajari dan implementasikan semua peraturan yang berlaku
Personil sudah melakukan induksi keselamatan memiliki ID
badge dan izin kerja dari Pengawas Pekerjaan (KPB)
Memastikan kendaraan dan peralatan sudah diinspeksi oleh
Pengawas Pekerjaan (KPB) dan memenuhi syarat operasi
diarea kerja
Mobilisasi alat dan personel Menggunakan transportasi yang tidak Melakukan ceklist harian kendaraan sebelum mobilisasi
aman pekerja dan alat
Terjadinya Kecelakaan kerja/transportasi Kecepatan kendaraan sesuai batas maksimal diperbolehkan
Kerusakan atau kegagalan peralatan Pengemudi memiliki SIM yang masih berlaku dan sesuai
Pengemudi kelelahan karena perjalanan kendaraan
yang jauh Melakukan Induksi Keselamatan
Komunikasikan JSA yang didapatkan
Mematuhi rambu-rambu dan peraturan lalu lintas
Persiapan area kerja Tanah Longsor Memastikan permukaan tanah sesuai dengan spesifikasi
Terjatuh, Tersandung dan terpeleset kepadatan yang disetujui
Covid-19 Koordinasi dengan pihak terkai dan pengawas untuk
Mengenai Pipa dan kabel yang ada atau memastikan area penggalian bebas dari pipa dan kabel yang
utilitas bawah tanah lainnya ada atau utilitas bawah tanah lainnya
Tidak ada genangan air pada permukaan tanah
Memastikan semua personil mematuhi protokol kesehatan
terkait Covid-19
Pastikan tidak ada orang yang berlalu lalang di area kerja
Memasang baricade
Pekerjaan Pembuatan Temporary Pond Benda tajam Lakukan Tool Box Meeting sebelum bekerja
Kegagalan alat dan material Housekeeping dilakukan sebelum dan setelah bekerja
Debu/semen Pekerja memakai APD seperti Coverall, Hand gloves, Safety
Bahaya ergonomi glasses, Safety Shoes, Mask, Helmet
Bahaya biologis Covid-19 Proteksi area kerja dengan menggunakan baricade line dan
rambu-rambu
Lakukan daily inspection sebelum alat digunakan
Bekerja sesuai SOP
Mematuhi semua protokol kesehatan terkait Covid-19
Manual digging Bagian tubuh terluka Memastikan pekerja mengetahui prosedur kerja, risiko kerja
Kelelahan dan cara mengendalikannya
dehidrasi Menggunakan APD lengkap dan memadai seperti Coverall,
sarung tangan, safety shoes dan helmet.
Kotak P3K harus tersedia dan memadai
Terpadat personel paramedik
Pekerja memahami alur jika terjadi keadaan darurat
Mengatur ritme dan tersedia shelter
Periksa kondisi pekerja dan pastikan persediaan air minum
cukup
Memasang lean concrete and plaster Bahaya debu masuk ke mulut dan mata Menggunakan APD lengkap seperti kata mata, masker debu,
Bagian tubuh terna benda tajam Coverall, sarung tangan, safety shoes dan helmet.
Kegagalan material Kotak P3K harus tersedia dan memadai
Tanah Longsor Terpadat personel paramedik
Terjatuh, Tersandung dan terpeleset Pekerja memahami alur jika terjadi keadaan darurat
beton tercecer Tunggu lean concrete dan plester kering
Setelah pengecoran beton, permukaan pondasi atau struktur
harus dihaluskan dengan alat manual beberapa kali
Tidak ada genangan air pada permukaan tanah
Proteksi terhadap ceceran beton saat mixing, penuangan dan
pengangkutan
Proteksi drop object)
Memasang terpal Kegagalan material seperti sobek atau Menggunakan terpal atau material yang sesuai spesifikasi
bocor dan standar
Terjatuh, Tersandung dan terpeleset Tidak ada genangan air pada permukaan tanah
Bahaya terjepi Melakukan proteksi terhadap punch point dan point of fire
Bahaya kebakaran Tersedia APAR yang memadai
Melakukan House Keeping Terpeleset, terjepit, terjatuh Housekeeping dilakukan sebelum dan setelah bekerja,
Pencemaran Lingkungan Pekerja menjaga area kerja tetap bersih dan rapi.
Cidera pada perkerja Bersihkan setiap ceceran beton di area kerja
Bahaya Biologis seperti ular, lebah Identifikasi jenis hewan berbisa di sekitar area kerja
kehilangan peralatan kerja Paramedic & first aider harus mampu memberikan P3K untuk
gigitan ular berbisa
Mengindentifikasi fasilitas kesehatan mempunyai
penanggulangn gigitan ular berbisa
Pastikan emergency car tersedia di lokasi
Tidak beristirahat di lokasi risiko runtuhan dan kejatuhan
material
Gunakan sepatu safety tinggi atau boat dan APD wajib
lainnya sesuai bahaya pekerjaan
Pasang warning sign terkait binatang adanya potensi
binatang berbisa dan binatang liar (Biological hazard
Rapikan kembali peralatan setelah selesai digunakan,
menyimpan tools pada tempatnya dan pastikan peralatan
yang berhubungan dengan electrical sudah dalam keadaan
mati
FORMULIR JSA
Cara Pengisian :
1. Judul Pekerjaan, diisi dengan pekerjaan yang akan dianalisa, lihat judul di Ijin Kerja.
2. No. JSA, diisi dengan nomor Ijin Kerja.
3. Tanggal, diisi dengan tanggal saat dilaksanakan JSA.
4. Baru, revisi diberi tanda V pada baru jika JSA tersebut baru, dan diberi tanda V pada revisi jika
JSA tersebut merupakan revisi dari JSA yang sudah ada.
5. Pelaksana Pekerjaan/yang akan melakukan pekerjaan, diisi dengan bagian yang menjadi direksi
pekerjaan atau kontraktor.
6. Pengawas Pekerjaan, diisi dengan pengawas dari direksi pekerjaan.
7. JSA dilakukan oleh/peserta JSA, diisi dengan nama petugas yang melakukan JSA.
8. Level penandatangan di pemeriksaan JSA :
- Level risiko rendah dan menengah : minimal oleh Pengawas Utama yang menjadi Ahli
Teknik dan GSI
- Level risiko ”tinggi” (64) : JSA harus ditandatangani hingga level middle management
(contoh: Section Head dari pelaksana pekerjaan).
- Level risiko ”tinggi” (128, 256) : JSA harus ditandatangani oleh level management (contoh:
Manager dari Fungsi pelaksana pekerjaan. Manager lain hingga SMOM/GM dapat ditetapkan
turut menandatangani JSA, jika memang dirasakan perlu oleh Tim Manajemen, mengingat
kritikalnya aspek K3 di pekerjaan tersebut)
9. Bagian, diisi dengan nama bagian tempat pekerjaan yang akan berlangsung, misal HCC atau HSC
atau yang lain.
10. Lokasi pekerjaan, diisi dengan nama plant tempat pekerjaan akan berlangsung atau nama
peralatan.
11. Penilaian Risiko, dicantukan hasil penilaian risiko pekerjaan mengacu kepada Metode Penilaian
Tingkat Risiko (sesuai TKO B-001/E151500/2018-S9 Identification & Risk Assessment).
12. Peralatan & Bahan yang dipakai, dicantumkan peralatan dan bahan yang digunakan untuk
bekerja, terutama yang kritikal terhadap aspek K3.
13. Tahapan pekerjaan, diisi dengan urutan langkah pekerjaan, hati-hati tidak boleh terbalik-balik.
14. Potensi insiden, diisi dengan insiden yang mungkin timbul untuk masing-masing langkah
pekerjaan.
15. Safety Precaution, diisi dengan precaution yang harus diambil, seperti : PPE, Prosedur, Alat
Pencegah Kebakaran, dll.
METODE PENILAIAN RISIKO
Penjelasan Tingkat Risiko
1. Penentuan tingkat resiko pekerjaan merupakan fungsi antara tingkat keparahan / konsekwensi
(severity) dan kemungkinan kejadian / frekuensi kejadian (probability). Untuk melakukan penilaian
terhadap tingkat keparahan suatu kejadian harus mempertimbangkan dampak negatif pekerjaan
yang akan dilakukan terhadap keselamatan manusia, aset perusahaan, lingkungan, reputasi,
legalitas, production loss.
2. Pembobotan tingkat keparahan tersebut diklasifikasikan dengan angka hingga angka 16 yang
menunjukkan tingkat dampak yang dapat terjadi. Angka 1 menunjukan dampak negatif terkecil
terhadap pekerjaan tersebut. Sedangkan angka 16 menunjukkan dampak potensial yang terparah.
3. Kemungkinan / frekuensi kejadian (probability) diklasifikasikan dengan angka 1 hingga 16 yang
menunjukkan tingkat frekuensi kejadian. Angka 1 menunjukkan potensi kejadian yang tidak pernah
terdengar di Industri Migas. Sedangkan angka 16 menunjukan potensi kejadian telah terjadi lebih
dari satu kali pertahun di Pertamina RU V.
4. Penentuan tingkat resiko pekerjaan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi tingkat keparahan
(yang berdampak terhadap keselamatan manusia, aset perusahaan, lingkungan, reputasi,
legalitas, production loss) dan kemungkinan / frekuensi kejadian yang kemudian di petakan dalam
Matriks Penilaian Resiko (Risk Assessment Matrix), sebagai berikut:
SEVERITY PROBABILITY
1 2 4 8 16
PRODUCTION LOSS
KEPARAHAN >>
Pernah terjadi di
LINGKUNGAN
Pernah Terjadi
ASET PERSH
LEGALITAS
MANUSIA
di RU V atau
mendengar mendengar terjadi lebih dari lebih dari satu
lebih satu kali
terjadi di terjadi di satu kali per kali pertahun di
per tahun di
Industri MIGAS Industri MIGAS tahun pada Pertamina RU V
Pertamina
Industri MIGAS
5. Tingkat keparahan yang digunakan dalam pemetaan di Matriks Penilaian Resiko adalah dampak yang
memiliki tingkat keparahan paling tinggi terhadap keselamatan manusia, aset perusahaan, lingkungan,
reputasi, legalitas, production loss.
6. Penentuan frekuensi kejadian (probability) terhadap dampak potensi bahaya dilakukan berdasarkan
data kasus insiden yang pernah terjadi baik di internal Pertamina maupun di luar Pertamina. Bila data
insiden tersebut tidak tersedia, untuk menentukan frekuensi kejadian tersebut dapat juga dilakukan
berdasarkan tingkat kemungkinan insiden (posibility) yang dapat terjadi dalam pekerjaan tersebut
dengan klasifikasi tingkat kemungkinan insiden (posibility) disesuaikan dengan level klasifikasi frekuensi
kejadian (probability).
7. Penentuan tingkat resiko pekerjaan dilakukan dengan memplotkan hasil analisa tingkat keparahan
(sumbu X) dengan hasil analisa frekuensi / kemungkinan kejadian (sumbu Y) ke dalam matriks penilaian
resiko. Pertemuan kedua sumbu tersebut merupakan tingkat resiko pekerjaan yang akan digunakan
sebagai acuan dalam menentukan pengesahan JSA. Analisa potensi bahaya yang dilakukan terhadap
pekerjaan tersebut akan digunakan sebagai masukan dalam menentukan rencana mitigasi dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan