Anda di halaman 1dari 80

Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 1 – 11

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.26

Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial


pada Anak Usia Dini
Putri Hana Pebriana
Prodi PGSD, FIP, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRAK
Perkembangan teknologi semakin canggih dan berkembang. Hal ini menyebabkan berbagai pengaruh
pola hidup manusia baik pola pikir maupun perilaku. Salah satu perkembangan teknologi yang
mempengaruhi pikiran manusia adalah gadget. Gadget adalah media yang digunakan sebagai sarana
komunikasi modern. Gadget tidak hanya mempengaruhi pola pikir atau perilaku orang dewasa, tapi
juga mempengaruhi tingkah laku anak usia dini. Intinya, anak usia dini cenderung senang dengan hal-
hal baru yang ia dapatkan melalui aktivitas dengan bermain. Bermain sangat menyenangkan bagi
anak-anak, dengan bermain anak bisa menggali semua potensi. Mayoritas anak di Indonesia
menghabiskan waktu bermain dengan gadget. Tentunya ini mempengaruhi perkembangan anak,
terutama dalam pengembangan interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang
terjadi dalam kelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam komunikasi maupun aksi
sosial. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan gadget terhadap kemampuan interaksi
sosial anak usia dini. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yaitu dengan menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini yaitu penggunaan gadget
kebanyakan anak lebih menggunakannya untuk bermain. Dari hal kecil tersebut, anak yang awalnya
senang bermain dengan temannya dapat berubah dengan terbiasanya diberikan gadget sebagai
pengganti teman bermain.

Kata Kunci: Gadget, Interaksi Sosial

ABSTRACT
Technological developments increasingly sophisticated and growing. This leads to various influences
of human lifestyle both mindset and behavior. One of the technological developments that affect the
human mind is the gadget. Gadgets are media used as a means of modern communication. Gadgets not
only affect the mindset or behavior of adults, but also affect the behavior of young children. In
essence, early childhood tend to be happy with new things that he got through the activity by playing.
Playing is fun for the kids, with children's play can explore all the potential. The majority of children
in Indonesia spend time playing with gadgets. Surely this affects the development of children,
especially in the development of social interaction. Social interactions can be interpreted as
relationships that occur within induvidu groups are interconnected both in communication and social
action. The purpose of this study to describe the use of gadgets to the ability of social interaction of
early childhood. The research method used in this study is literature review is by connecting research
with existing literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study is the
use of gadgets most children use it to play. From these small things, children who initially love to play
with their friends can change with the usual given a gadget as a substitute for playmates.

Keywords : Gadget, Social Interaction


@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIK UPTT 2017
 Corresponding author :
Address : Perum Attaya Ridan Permai Bangkinang Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : putripebriana99@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)

PENDAHULUAN
2 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini

Perkembangan teknologi semakin dengan tahapan yang sedang dilalui oleh


berkembang dengan pesat sesuai dengan anak tersebut. Masa anak usia dini sering
perkembangan zaman.Teknologi muncul disebut dengan istilah “golden age” atau
berbagai macam jenis dan fitur dari masa emas. Pada masa ini hampir seluruh
teknologi selalu baru dari hari ke hari. potensi anak mengalami masa peka untuk
Kebutuhan teknologi merupakan salah satu tumbuh dan berkembang secara cepat dan
kebutuhan penting saat ini. Hal ini hebat. Perkembangan setiap anak tidak
disebabkan karena teknologi sangat sama karena setiap individu memiliki
dibutuhkan untuk keperluan banyak. perkembangan yang berbeda.
Teknologi sangat mudah didapatkan Pada anak usia dini ini, anak
karena harga ada yang murah dan ada juga mengalami perkembangan dalam tahap
yang mahal sesuai dengan kantong mengeksplor dan berinteraksi langsung
ekonomi penggunanya. dengan lingkungan sekitarnya. Anak usia
Gagdet merupakan salah satu bentuk dini biasanya cenderung senang dengan
nyata dari berkembangnya Ipteks pada hal-hal yang baru yang didapatnya melalui
zaman sekarang. Tentunya dengan aktivitas bermain. Tidak jarang pula anak
berkembangnya Ipteks, hal ini sangat bermain dan memuaskan rasa penasaran
mempengaruhi pola kehidupan manusia mereka melalui gadget, karena gadget
baik dari segi pola pikir maupun perilaku. merupakan hal yang menarik bagi mereka
Tentunya dengan bantuan teknologi seperti apalagi ditambah dengan aplikasi game
gadget dapat mempermudah kegiatan online yang terdapat pada gadget, sehingga
manusia agar tidak memakan waktu yang kebanyakan dari mereka menghabiskan
lama. Selain itu, penggunaan gadget dalam waktu seharian untuk bermain gadget.
kehidupan sehari-hari tidak hanya Padahal anak seusia mereka harus bermain
mempengaruhi perilaku orang dewasa, dan berbaur dengan teman-teman
anak-anak pun tidak luput dari pengaruh sebayanya.
penggunaan gagdet salah satunya dalam Tidak dapat dipungkiri, gadget
kemampuan interaksi sosial. sangat mempengaruhi kehidupan manusia,
Pendidikan anak usia dini adalah baik orang dewasa maupun anak-anak.
anak yang berusia 0-6 tahun, pendidikan Smartphone, notebook, tablet dan aneka
anak usiadini memiliki peranan yang ragam bentuk gadget dalam kehidupan
sangat penting untuk mengembangkan sehari-hari sangat mudah ditemui pada
kepribadian anak serta mempersiapkan zaman sekarang. Hal seperti ini bukan
anak untuk memasuki jenjang pendidikan menjadi hal yang mewah untuk zaman
yang lebih lanjut (Fauziddin, 2016) sekarang, karena sebagian dari anak-anak
Anak usia dini adalah anak yang sudah difasilitasi oleh orang tuanya sendiri
berada pada usia 0-8 tahun. Menurut agar orang tua lebih leluasa untuk
Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, melakukan aktivitas tanpa harus
2010:7), anak usia dini adalah anak yang mendampingi anak bermain. Anak-anak
berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan tentunya sangat senang jika memperoleh
hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) gadget dari orang tuanya. Namun tanpa
adalah individu yang unik dimana ia disadari, hal seperti ini sangat
memiliki pola pertumbuhan dan mempengaruhi kemampuan interaksi sosial
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, pada anak.
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan
komunikasi yang khusus yang sesuai
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 3

Gadget pesan antara komunikator dan komunikan.


Gadget adalah media yang dipakai Dapat disimpulkan bahwa gadget
sebagai alat komunikasi modern. Gadget merupakan salah satu media untuk
semakin mempermudah kegiatan berkomunikasi dengan tujuan untuk
komunikasi manusia. Kini kegiatan mempermudah kegiatan komunikasi
komunikasi telah berkembang semakin manusia.
lebih maju dengan munculnya gadget.
Gadget adalah perangkat elektronik kecil Anak Usia Dini
yang memiliki fungsi khusus. Diantaranya Di Indonesia pengertian anak usia
martphone seperti iphone dan blackberry, dini ditujukan kepada anak yang berusia 0-
serta netbook (perpaduan antara komputer 6 tahun, seperti dalam Undang-undang
portabel seperti notebook dan internet). Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Novitasari (2016) menyatakan bahwa tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
media memungkinkan seseorang untuk Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan
melakukan sebuah interaksi sosial, pendidikan anak usia dini adalah
khususnya untuk kontak sosial maupun pendidikan yang diperuntukkan bagi anak
berkomunikasi satu dengan yang lainnya sejak lahir sampai usia 6 tahun. Sedangkan
tidaklah susah, hanya dengan Anak usia dini menurut NAEYC (National
menggunakan gadget seseorang dapat Association for The Education of Young
berinteraksi satu dengan lainnya. Gadget Children), adalah anak yang berusia antara
menurut kamus berarti perangkat 0 sampai 8 tahun yang mendapatkan
elektronik kecil yang memiliki fungsi layanan pendidikan di taman penitipan
khusus. Gadget merujuk pada suatu peranti anak, penitipan anak dalam keluarga
atau instrument kecil yang memiliki tujuan (family child care home), pendidikan
dan fungsi praktis spesifik yang berguna prasekolah baik negeri maupun swasta,
(Castelluccio, Michael. 2007). taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar
A gadget is a smalltechnological (SD). Hal ini dapat disebabkan pendekatan
object (such as a device or an appliance) pada kelas awal sekolah dasar kelas I, II
that has a particular function, but is often dan III hampir sama dengan usia TK 4-6
thought of as a novelty. Gadgets are tahun.
invariably considered to be more unusually Usia dini merupakan masa emas,
or cleverly designed than normal masa ketika anak mengalami pertumbuhan
technology at the time of their invention. dan perkembangan yang pesat. Pada usia
Gadgets are sometimes also referred to as ini anak paling peka dan potensial untuk
gizmos. (Wikipedia.com) mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak
Pada dasarnya, gadget diciptakan sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari
untuk kemudahan konsumen dalam anak sering bertanya tentang apa yang
menggunakan media komunikasi. Definisi mereka lihat. Apabila pertanyaan anak
komunikasi menurut Laswell (West dan belum terjawab, maka mereka akan terus
Turner. 2007:30-31) adalah suatu proses bertanya sampai anak mengetahui
yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, maksudnya. Di samping itu, setiap anak
dengan saluran apa, kepada siapa, dengan memiliki keunikan sendiri-sendiri yang
akibat atau hasil apa, gadget jika dilihat berasal dari faktor genetik atau bisa juga
melalui model komunikasi Laswell, dari faktor lingkungan. Faktor genetik
merupakan media dalam menyampaikan misalnya dalam hal kecerdasan anak,
4 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini

sedangkan faktor lingkungan bisa dalam Pada masa ini pula terjadi pematangan
hal gaya belajar anak. fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga
Hakikat anak usia dini (Augusta, anak siap merespon dan
2012) adalah individu yang unik dimana ia mengaktualisasikan tahapan perkembangan
memiliki pola pertumbuhan dan pada prilakunya sehari hari.
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, Wiyani (2012:86) mengungkap
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan prinsip-prinsip perkembangan anak,
komunikasi yang khusus yang sesuai meliput;. a) anak berkembang secara
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh holistik, b) perkembangan terjadi dalam
anak tersebut. Dari berbagai definisi, urutan yang teratur, c) perkembangan anak
peneliti menyimpulkan bahwa anak usia berlangsung pada tingkat yang beragam
dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun didalam dan diantara anak, d)
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baru didasarkan pada
perkembangan, baik fisik maupun mental. perkembangan sebelumnya dan e)
Anak usia dini merupakan masa perkembangan mempunyai pengaruh yang
peka dalam berbagai aspek perkembangan bersifat kumulatif. Sedangkan Aqib
yaitu masa awal pengembangan (2011:75) mengutarakan prisip-prinsip
kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial perkembangan sebagai berikut; a) anak
emosional, serta kognitif. Menurut Piaget belajar dengan baik jika kebutuhan
(Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak fisiknya terpenuhi, b) anak belajar secara
memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif terus menerus, membangun pemahaman
yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), hingga mencipta sesuatu, c) anak belajar
pra operasional konkrit (2-7 tahun), melalui interaksi sosial, d) motivasi timbul
operasional konkrit (7-11 tahun), dan dari minat dan ketekunan, e) adanya
operasional formal (11 tahun ke atas). perbedaan dan dalam gaya belajar dan f)
Karakteristik anak usia dini merupakan memulai dari yang sederhana kekompleks,
individu yang memiliki tingkat konkret ke abstrak, gerakan ke verbal dan
perkembangan yang relatif cepat merespon dari diri kesosial.
(menangkap) segala sesuatu dari berbagai
aspek perkembangan yang ada. Sedangkan Interaksi Sosial
karakteristik anak usia dini menurut Kata interaksi secara umum dapat
Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) diartikan saling berhubungan atau saling
adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) bereaksi dan terjadi pada dua orang
memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk induvidu atau lebih. Sedangkan sosial
sosial, d) the unique person, e) kaya adalah berkenaan dengan masyarakat
dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang (Wiyono, 2007:234). Oleh karena itu
pendek, g) masa belajar yang paling secara umum interaksi sosial dapat
potensial. diartikan sebagai hubungan yang terjadi
Anak-anak yang berada pada masa dalam sekelompok induvidu yang saling
prasekolah berada pada periode yang berhubungan baik dalam berkomunikasi
sensitif, ia mudah menerima rangsangan- maupun melakukan tindakan sosial.
rangsangan dari lingkungan. Menurut Interaksi sosial merupakan pula
Hainstok dalam Sujiono (2009:54) pada salah satu prinsip integritas kurikulum
masa ini anak mulai peka untuk menerima pembelajaran yang meliputi keterampilan
berbagai stimulasi dan upaya pendidikan berkomunikasi, yang bekerja sama yang
dari lingkungan baik disengaja atau tidak. dapat untuk menumbuhkan komunikasi
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 5

yang harmonis antara individu dengan 1. Keluarga


lingkungannya (Hernawan, 2010:314). a. Hubungan antar orang tua, antar
(Max Weber dalam Hernawan, saudara antar anak dengan orang
2010:14), menjelaskan bahwa tindakan tua.Hubungan anak dengan orangtua
interaksi sosial adalah tindakan seorang ataupun saudara akan terjalin rasa
individu yang dapat mempengaruhi kasih sayang, dimana anak akan lebih
individu-individu lainnya dalam terbuka dalam melakukan interaksi
lingkungan sosial. Dalam bertindak atau karena terjalinnya hubungan yang baik
berperilaku sosial, seorang individu yang di tunjang oleh komunikasi yang
hendaknya memperhitungkan keberadaan tepat. Peran orang tua akan
individu lain yang ada dalam membimbing sang anak untuk
lingkungannya. Hal tersebut penting mengenal lingkungan sekitar tempat
diperhatikan karena tindakan interaksi tinggalnya.
sosial merupakan perwujudan dari b. Urutan anak dalam keluarga
hubungan atau interaksi sosial. Dapat (sulung/tengah/bungsu)
disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah Urutan posisi anak dalam keluarga
hubungan atau komunikasi yang dilakukan berpengaruh pada anak misalnya sang
oleh dua orang atau lebih dengan tujuan anak merupakan anak terakhir maka
untuk saling mempengaruhi satu dengan dipastikan sang anak selalu
yang lainnya untuk mencapai tujuan bergantung pada orangtua dan
tertentu, dalam hal ini dapat diartikan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan
bahwa dalam interaksi sosial terdapat berpengaruh pada tingkat kemandirian
dalam hubungan antar individu, kelompok, anak tersebut.
yang merupakan hubungan yang dilakukan c. Jumlah keluarga
oleh manusia untuk bertindak terhadap Pada dasarnya jumlah anggota yang
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki besar berbeda dengan jumlah anggota
oleh manusia. yang sedikit, maka perhatian, waktu
Perkembangan perilaku sosial anak dan kasih saying lebih banyak
ditandai dengan adanya minat terhadap tercurahkan, dimana segala bentuk
aktivitas teman-teman dan meningkatnya aktifitas dapat ditemani ataupun
keinginan yang kuat untuk diterima dibantu. Hal ii berbeda dengan anak
sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak dengan keluarga yang besar.
puas bila tidak bersama teman-temannya. d. Perlakuan keluarga terhadap anak
Anak tidak lagi puas bermain sendiri Adanya perlakuan keluarga terhadap
dirumah atau dengan saudara-saudara anak prasekolah secara langsung
kandung atau melakukan kegiatan-kegiatan mempengaruhi pribadi dan gerakan
dengan anggota-anggota keluarga. Anak sang anak, dimana dalam keluarga
ingin bersama teman-temannya dan akan tertanam rasa saling perhatian, tidak
merasa kesepian serta tidak puas bila tidak kasar dan selalu merespon setiap
bersama teman-temannya. kegiatan anak, maka dapat
Menurut Hurlock (1998) factor yang berpengaruh terhadap perkembangan
mempengaruhi perkembangan sosial anak anak yang lebih baik dan terarah.
yaitu : e. Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan
mempunyai anak yang baik, cerdas
6 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini

dan terarah dalam masa depannya. lainnya. Sebaliknya, mereka yang


Harapan orangtua adalah mempunyai merasa tidak aman akan
anak yang memilikiperkembangan menyesuikan diri sebaik mungkin
sesuai dengan pertumbuhannya. dan mengukuti anggota lainnya.
Artinya bahwa perkembangan anak e. Tipe kelompok
pra sekolah yang sekolah bertujuan Pengaruh kelompok berasal dari
mempunyai arah sesuai jarak sosial yaitu derajat hubungan
perkembangannya. kasih sayang diantara para anggota
2. Factor diluar keluarga kelompok. Pada kelompok primer (
a. Interaksi dengan teman sebaya antara lain keluarga atau kelompok
Setiap anak jika mempunyai teman sebaya) ikatan hubungan
perkembangan yang baik, maka dalam kelompok lebih kuat
secara alami dapat berinteraksi dibandingkan dengan pada kelompok
dengan temannya tanpa harus sekunder (antara lain kelompok
disuruh atau dditemani keluarga bermain yang diorganisasikan atau
karena anak memiliki arahan yang perkumpulan sosial) atau pada
jelas. kelompok tertier ( antara lain orang-
b. Hubungan dengan orang dewasa orang yang berhubungan dengan
diluar rumah anak minsalnya di dalam bus)
Jika seorang anak selalu bergaul f. Perbedaan keanggotaan dalam
dengan siapa saja maka sang anak kelompok
dapat menyesuaikan lingkungan Dalam sebuah kelompok, pengaruh
orang dewasa dimana anak tanpa terbesar biasanya timbul dari
malu-malu berinteraksi dengan orang pemimpin kelompok dan pengaruh
yang lebih dewasa darinya. yang terkecil berasal dari anggota
c. Kemampuan untuk dapat diterima yang paling tidak populer.
dikelompok g. Kepribadiaan
Anak-anak yang populer dan melihat Anak-anak yang merasa tak mampu
kemungkinan memperoleh atau rendah diri lebih banyak
penerimaan kelompok lebih di dipengaruhi oleh kelompok di
pengaruhi kelompok, kurang di bandingkan dengan mereka yang
pengaruhi keluarga dibandingkan memiliki kepercayaan pada diri
hubungan anak-anak yang sendiri yang besar dan yang lebih
pergaulannya dengan kelompok tidak menerima diri sendiri.
begitu akrab. Anak-anak yang hanya h. Motif menggabungkan diri
melihat adanya kesempatan kecil Semakin kuat motif anak-anak
untuk dapat diterima kelompok untuk menggabungkan diri (
mempunyai motivasi kecil pula affilation motive) yaitu, keinginan
untuk menyesuaikan diri dengan untuk diterima, semakin rentan
standar kelompok mereka terhadap pengaruh anggota
d. Keamanan karena status dalam lainnya, terutama pengaruh dari
kelompok mereka yang mempunyai status
Anak-anak yang merasa aman dalam tinggi dalam kelompok.
kelompok akan lebih bebas dalam
mengekspresikan ketidak cocokan
mereka dengan pendapat anggota
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 7

Karakteristik Interaksi Sosial dalam kelompok tersebut.Ini


Menurut (Gerungan, 2010:14) bahwa merupakan satu kesatuan yang
interaksi sosial itu memiliki karakteristik berhubungan dengan kepentingan
yang dinamis dan tidak statis. Hal ini individu dalam kelompok yang lain.
berarti bahwa karakteritik interaksi sosial
dapat ditinjau dari berbagai segi sesuai Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
dengan ciri interaksi yang dilakukan Menurut (Gerungan, 2010:194)
manusia. Artinya bahwa karakteritik bahwa sesuai dengan bentuk
interkasi akan dapat dilihat secara detail pelaksanaannya terdapat jenis interaksi
pada model interaksi yang dilakukan oleh sosial yaitu. Guna dalam menjelaskan
manusia. Secara umum model karakteristik bentuk interaksi sosial tersebut akan
interaksi sosial dapat diartikan diuraikan sebagai berikut:
sebagaimodel interaksi sosial yang secara 1. Interaksi Antar status
induvidu,secara kelompok serta kelompok Interaksi antar status adalah hubungan
dengan kelompok. Untuk kejelasan antara dua pihak dalam individu yang
karakteristik tersebut maka peneliti akan berbeda dalam satu lingkungan yang
menguraikan karakteristik interaksi sosial bersifat formal sehingga masing-
sebagai berikut: masing pihak dapat melakukan
1. Interaksi antara individu dengan interaksinya didasarkan pada status
individu masing-masing. Misalnya hubungan
Interaksi ini terjadi karena hubungan antara guru dan siswa atau siswa
masing-masing personil atau individu. dengan orang tua atau dengan
Perwujudan dari interaksi ini terlihat keluarganya yang berbeda status.
dalam bentuk komunikasi lisan atau 2. Interaksi Antar kepentingan
gerak tubuh, seperti berjabat tangan, Interaksi antara kepentingan
saling menegur, bercakap-cakap, atau merupakan hubungan antara pihak
saling bertengkar. induvidu yang berorientasi terhadap
2. Interaksi Antara Individu dengan kepentingan dari masing-masing pihak.
Kelompok Dalam hubungan ini, masing-masing
Bentuk interaksi ini terjadi antara pihak saling memberikan solidaritasnya
individu dengan kelompok. Individu untuk mendukung terciptanya suatu
memiliki kepentingan untuk sikap yang harmonis sehingga
berinteraksi dengan kelompok tersebut. komunikasi tersebut dapat tercapai
Misalnya seorang guru memiliki dengan baik.
hubungan dengan individuatau siswa di 3. Interaksi antara Keluarga
sekolah. Bentuk interaksi semacam ini Interaksi antar keluarga merupakan
juga menunjukkan bahwa kepentingan suatu hubungan yang terjadi antar
seseorang individu berhadapan dengan pihak yang mempunyai hubungan
kepentingan kelompok. darah. Pada hubungan ini,solidaritas
3. Interaksi Antara Kelompok dengan antara anggota yang relatif lebih tinggi
Kelompok dan bentuk hubungannya lebih bersifat
Jenis interaksi ini saling berhadapan informal.
dalam bentuk berkomunikasi,namun 4. Interaksi antar Persahabatan
bisa juga ada kepentingan individu di Interaksi ini merupakan hubungan
dalamnya atau kepentingan individu antara dua atau lebih dimana masing-
8 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini

masing individu sangat mendambakan memperluas jaringan persahabatan mereka


adanya komunikasi yang saling karena dapat dengan mudah dan cepat
menguntungkan untuk menjalin suatu bergabung ke sosial media yang telah
hubungan yang sedemikian dekat atau disediakan (Nurrachmawati, 2014).
kekerabatan. Terkadang juga gadget dapat dijadikan
para orang tua untuk mengalihkan anak-
METODOLOGI PENELITIAN anak agar tidak mengganggu pekerjaan
Penelitian ini menggunakan kajian oarang tuanya sehingga para orang tua
pustaka, kajian pustaka dalam suatu menyediakan fasilitas berupa gadget untuk
penelitian ilmiah adalah salah satu bagian anaknya yang masih berusia dini
penting dari keseluruhan langkah-langkah (Widiawati & Sugiman, 2014).
metode penelitian. Cooper dalam Creswell Pada salah satu penelitian oleh
mengemukakan bahwa kajian pustaka Novitasari (2016) penggunaan gadget pada
memiliki beberapa tujuan yakni; anak usia dini menyebutkan bahwa
menginformasikan kepada pembaca hasil- “pemakaian gadget lebih menyenangkan
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dibandingkan dengan bermain dengan
dengan penelitian yang dilakukan saat itu, teman sebayanya. Hal ini tak lepas oleh
menghubungkan penelitian dengan berbagai aplikasi permainan yang terdapat
literatur-literatur yang ada, dan mengisi pada gadget anak-anak ini, yang tentunya
celah-celah dalam penelitian-penelitian lebih menarik perhatian anak-anak ini
sebelumnya. Geoffrey dan Airasian dibandingkan dengan permainan-permaian
mengemukakan bahwa tujuan utama kajian yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
pustaka adalah untuk menentukan apa yang Selain itu juga, orangtua meng”iya”kan
telah dilakukan orang yang berhubungan bahwa saat anak-anaknya bermain gadget
dengan topik penelitian yang akan cenderung anak-anak ini diam di depan
dilakukan. Dengan mengkaji penelitian gadgetnya masing-masing tanpa
sebelumnya, dapat memberikan alasan mempedulikan dunia sekitarnya”. Secara
untuk hipotesis penelitian, sekaligus tidak sadar, anak-anak sudah mengalami
menjadi indikasi pembenaran pentingnya ketergantungan menggunakan gadget.
penelitian yang akan dilakukan. Lebih Ketergantungan inilah yang menjadi salah
lanjut Anderson mengemukakan bahwa satu dampak negatif yang sangat
kajian pustaka dimaksudkan untuk berpengaruh (Prasetyo, 2013). Para
meringkas, menganalisis, dan menafsirkan responder menyebutkan bahwa dalam
konsep dan teori yang berkaitan dengan penggunaan gadget kebanyakan anak lebih
sebuah proyek penelitian. menggunakannya untuk bermain. Dari hal
kecil tersebut, anak yang awalnya senang
HASIL DAN PEMBAHASAN bermain dengan temannya dapat berubah
Hasil penelitian menunjukan dengan terbiasanya diberikan gadget
kebanyakan gadget yang diberikan para sebagai pengganti teman bermain.
orang tua kepada anaknya adalah Kertergantungan terhadap gadget
berdasarkan keinginan anaknya. Untuk pada anak disebabkan karena lamanya
tujuan tertentu seperti untuk mengenalkan durasi dalam menggunakan gadget.
teknologi lebih dini atau sekedar untuk Bermain gadget dengan durasi yang cukup
mebuat anaknya tidak bosan. Bagi orang panjang dan dilakukan setiap hari, bisa
tua yang seperti ini lebih beranggapan membuat anak berkembang ke arah pribadi
bahwa dengan gadget anak usia dini dapat yang antisosial. Dampak yang ditimbulkan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 9

dari hal itu sebenarnya adalah dapat maupun dengan masyarakat. Untuk itu, ada
membuat anak lebih bersikap individualis baiknya orang tua perlu mendampingi dan
karena lama kelamaan menyebabkan lupa membimbing anaknya saat sedang
berkomunikasi dan berinteraksi terhadap menggunakan gadget, dan peran orang tua
lingkungan di sekitarnya (Simamora, dalam mendisiplinkan sangat dibutuhkan
2016). agar anak tidak mengalami ketergantungan
Hal tersebut dapat menyebabkan yang akan menyebabkan dampak negatif
interaksi sosial antara anak dengan terhadap perkembangan anak
masyarakat, lingkungan sekitar berkurang, terutamadengan hubugannya dengan
bahkan semakin luntur (Ismanto dan kehidupan sosial anak tersebut (Ameliola,
Onibala, 2015). Seperti yang diketahui 2013)
bahwa usia dini merupakan usia anak dapat
mengasah kemampuan bersosialisasinya KESIMPULAN
dengan baik dilingkungan sosial. Namun, Hal ini menyebabkan berbagai
dari penelitian yang dilakukan terhadap macam pengaruh terhadap pola kehidupan
responder menyatakan bahwa dalam manusia baik pola pikir maupun perilaku.
penggunaan gadget selalu dibatasi Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
durasinya dan selalu dilakukan menyediakan barang-barang yang
pengawasan sehingga hal tersebut tidak diperlukan bagi kelangsungan dan
terjadi. kenyamanan hidup manusia. Salah satu
Menurut Maulida (2013) Tanda- perkembangan teknologi yang sangat
tanda anak usia dini kecanduan gadget: mempengaruhi pola pikir manusia adalah
1. Kehilangan keinginan untuk gadget. Gadget adalah media yang dipakai
beraktivitas; sebagai alat komunikasi modern. Gadget
2. Berbicara tentang teknologi secara semakin mempermudah kegiatan
terus menerus; komunikasi manusia. Kini kegiatan
3. Cenderung sering membantah suatu komunikasi telah berkembang semakin
perintah jika itu menghalangi dirinya lebih maju dengan munculnya gadget.
mengakses gadget; Salah satunya mempengaruhi interaksi
4. Sensitif atau gampang tersinggung, sosial pada anak usia dini.
menyebabkan mood yang mudah Interaksi sosial berasal dari istilah
berubah; dalam bahasa Inggris social
5. Egois, sulit berbagi waktu dalam interaction yang berarti saling bertindak.
penggunaan gadget dengan orang lain; Interaksi sosial merupakan hubungan
6. Sering berbohong karena sudah tidak sosial yang dinamis, bersifat timbal balik
bisa lepas dengan gadgetnya, dengan antarindividu, antarkelompok, dan antara
kata lain anak akan mencari cara individu dengan kelompok. Interaksi sosial
apapun agar tetap bisa menggunakan terjadi apabila satu individu melakukan
gadgetnya walaupun hingga tindakan sehingga menimbulkan reaksi
mengganggu waktu tidurnya. bagi individu-individu lain. Interaksi sosial
Dari ciri-ciri tersebut, dapat dilihat tidak hanya berupa tindakan yang berupa
ternyata penggunaan gadget pada anak usia kerja sama, tetapi juga bisa berupa
dini dapat mengurangi interaksi sosialnya persaingan dan pertikaian.
dalam kehidupan sehari-hari baik itu Berkaitan dengan pengaruh gadget
dengan orang tuanya, teman sebanya, terhadap interaksi sosial pada anak usia
10 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini

dini ternyata memberikan dampak negatif. gadget.html / 2013/ pada 27


Seringnya anak usia dini berinteraksi Desember 2016
dengan gadget dan juga dunia maya Fauziddin, 2016. Penerapan Belajar Melalui
mempengaruhi daya pikir anak terhadap Bermain Balok Unit Untuk
sesuatu diluar hal tersebut. Gadget juga Meningkatkan Kreativitas Anak Usia
ternyata secara efektif dapat Dini. Jurnal Curicula. Vol 1 No 3
mempengaruhi pergaulan sosial anak Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan
terhadap lingkungan terdekatnya. Selain Anak. Jakarta: Erlangga
itu, ia juga akan merasa asing dengan
Ismanto, Yudi & Onibala, Franly. 2015.
lingkungan sekitar karena kurangnya Hubungan Penggunaan Gadget Dengan
interaksi sosial selain itu anak juga kurang Tingkat Prestasi Siswa Di Sma Negeri 9
peka dan bahkan cenderung tidak perduli Manado. Ejoural Keperawata Volume
terhadap lingkungannya. 3(2). Manado: FK Unsrat Manando
Hal ini tentunya sangat Maulida, Hidayahti. 2013. Menelisik Pengaruh
membahayakan perkembangan sosial pada Penggunaan Aplikasi
anak usia dini. Sebagai orang tua, Gadget Terhadap Perkembang
sebaiknya mereka membimbing dan an Psikologis Anak Usia Dini. Jurnal
memantau serta memberikan pemahaman Ilmiah Teknologi Pendidikan 2013.
yang baik kepada anak untuk lebih selektif Semarang: FKIP Universitas
dalam memilih permainan (game online) Negeri Semarang
yang terdapat pada gadget. Mukti, Fajar dan Yulianto Ahmad. 2010.
Dualism Penelitian Hukum
UCAPAN TERIMA KASIH Normatif dan Empiris. Yogyakarta:
Ucapan terima kasih disampaikan Pustaka Pelajar.
kepada civitas akademika Universitas Novitasari, Wahyu. 2016. Dampak
Pahlawan Tuanku Tambusai dan semua Penggunaan Gadget Terhadap
pihak yang telah membantu dalam proses Interaksi Sosial Anak Usia 5-6
penelitian dan pembuatan artikel ini. Tahun. Surabaya: UNS

DAFTAR PUSTAKA Nurrachmawati, 2014. Pengaruh sistem


operasi mobile android pada anak
Ameliola, Nugraha. 2013. Perkembangan
usia dini. Jurnal pengaruh system
Media Informasi dan
operasi mobile android pada anak usia
Teknologi Terhadap Anak dalam
dini. Jurnal Pengaruh Sistem Operasi
Era Globalisasi. [Online] Diakses
Mobile Android Pada Anak Usia
dari http://icssis.files.wordpress.com/
Dini. Makasar:
2013/09/2 013-0229 pada tanggal
FT Universitas Hasanuddin.
26 Desember 2016.
Prasetyo, Eko. 2013. Gadget. [Online] Diakses
Castelluccio, Michael. 2007. Gadget An-
pada laman
Essay.
http://epzna.blogspot.com/2013/08/gadg
http://www.thefreelibrary.com/Gadgets-
et.html pada 27 Desember 2016.
- an+essay.-a0170115914 diakses pada 9
Juli 2014 Prianggoro, Hasto. 2014. Anak dan Gadget:
Yang Penting Aturan Main.
Cvano, Osland. 2013. Pengertian Gadget.
[Online] Diakses dari
[Online] diakses di
http://www.tabloidnakita.com/read/1/an
laman http://mencobacariduit.blo
ak-dan-gadget- yangpenting-aturan-
gpot.com/2013/09/pengertian-
main pada tanggal 26 Oktober 2016.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 11

Simamora, Antonius SM. 2016. Persepsi


Orangtua Terhadap
Dampak Penggunaan Gadget
Pada Anak Usia Pendidikan Dasar Di
Perumahan Bukit Kemiling Permai
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung.
Lampung: Universitas Lampung.
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali
West, Richard dan Lynn Turner. 2007.
Introduction Communication Theory.
Analysis and Application. New York:
McGraw Hill.
Widiawati & Sugiman. 2014. Pengaruh
Penggunaan Gadget Terhadap
Daya Kembang Anak. [Online]
Diakses dari
laman http://stmikglobal.ac.id/wpcon
tent/uploads/2014/05/ARTIKELIIS.pd
pada tanggal 26 Desember 2016
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 12 – 18
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.27

Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian


pada Anak Usia Prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Puncu Kediri Jatim

Khoiruddin 
Dosen STAI Hasanuddin Pare Kediri Jatim

Abstrak

Tujuan kegiatan adalah untuk memperkenalkan bahasa Arab melalui nyanyian pada anak usia dini di
PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan Kecamatan Puncu Kediri, dan mengetahui proses belajar
mengajar bahasa Arab melalui nyanyian. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif terhadap
kegiatan yang dilakukan dalam upaya peningkatan kemampuan mengenal bahasa Arab pada anak usia
dini . Prosesnya kegiatan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti bernyanyi sambil
bermain dan bernyanyi dengan menggunakan gerakan serta bernyanyi dengan menggunakan media
pembelajaran. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah; (1) melalui nyanyian dengan metode bermain
yaitu menyanyi dengan gerakan, maka anak-anak usia pra sekolah dapat dengan mudah mengenal
kosakata-kosakata bahasa Arab, (2) Anak-anak usia TK memiliki minat yang tinggi dalam mengenal
bahasa Arab. Hal ini dapat dilihat dari antusias anak-anak ketika menyanyikan nyanyian-nyanyian
berbahasaArab yang diajarkan, dan (3) Isi nyanyian pendek dan bahasa yang digunakan mudah
sehingga siswa dengan mudah mencerna dan mengucapkan kosakata bahasa Arab

Kata kunci : bahasa Arab, Bernyanyi sambil bermain, mengajar bahasa Arab

Abstract

The purpose of the event is to introduce Arabic through singing at early childhood in Education Ihyaul
Ulum Gadungan Puncu Kediri Integrated School, and know the process of learning to teach Arabic
through singing. The research method used a descriptive analysis of the activities undertaken in an
effort to improve the ability to recognize Arabic language in early childhood. The process is done by
using several methods such as singing while playing and singing using the movement and singing
using the learning media. The conclusion of this activity is; (1) through singing with the method of
play is singing with the movement, then pre-school children can easily recognize the vocabulary of
Arabic, (2) Kindergarten children have a high interest in knowing Arabic. This can be seen from
children's enthusiasm when singing familiar Hymnic songs, and (3) The content of short songs and
easy-to-use language so that students easily digest and

Keyword : Arabic language, singing with the movement, learning Arabic language

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIK UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Gede II Kauman Pare Kabupaten Kediri Jatim ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : khoiruddin1962@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 13

PENDAHULUAN Bahasa Arab sebagai bahasa yang


Upaya bangsa untuk meningkatkan hidup, baik berbentuk klasik atau kuno maupun
kualitas hidup bangsa menjadi sangat strategis yang modern mempunyai kegunaan yang
dan menentukan sebagai kunci sukses penting dalam agama, ilmu pengetahuan dalam
memasuki pasar global di abad ini. Pendidikan pembinaan dan pembentukan kebudayaan
adalah salah satu upaya bangsa dalam nasional, bahkan hubungan internasional.
meningkatkan kualitas hidup manusia. Mengingat pentingnya bahasa Arab, maka perlu
Pendidikan anak sejak dini dipandang sebagai ditanamkan kepada generasi-generasi muda dari
bagian utama peningkatan kualitas mutu hidup sejak kecil. Masa kecil adalah masa yang ajaib,
manusia, karena anak adalah kelompok strategis ini dapat dilihat kala anak lahir. Ia tidak
keberlanjutan bangsa. (Ni Made Oktiana Dewi, mempunyai apapun. Aktivitasnya kebanyakan
I Nyoman Wirya, 2014) hanya tidur, makan, dan menangis. Tetapi tiga
Pendidikan merupakan usaha sadar tahun kemudian, kita bisa melihatnya telah
menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan dapat melakukan berbagai aktivitas dan telah
kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai menjadi manusia sesungguhnya. Kita juga
luhur budaya bangsa sehingga membentuk menyaksikan berbagai perubahan drastis pada
manusia yang berkualitas. Pendidikan bertujuan usia prasekolah dalam sekejap mata. Dalam tiga
agar budaya yang merupakan nilai nilai luhur tahun anak telah berkembang dari bayi yang
budaya bangsa dapat diwariskan dan dimiliki masih merangkak dan tidak dapat berbicara
oleh generasi muda. Agar tidak ketinggalan sama sekali menjadi manusia sesungguhnya
zaman, senantiasa relevan dan signifikan yang bisa berbicara dan bisa berjalan (Borden,
dengan tuntutan hidup. 2001)
Diantara sekian banyak budaya yang Pada masa inilah bimbingan orangtua,
perlu diwariskan kepada generasi muda adalah guru dan lingkungan sekitar mempunyai
bahasa, karena bahasa marupakan alat yang peranan yang sangat urgen. Kebanyakkan
sangat penting untuk berkomunikasi. Setiap padamasa ini anak sebagian besar waktunya
negara mempunyai bahasa nasional sendiri- berada di lingkungan sekolah. Karena itulah
sendiri. Biasanya bahasa itu tersusun dari makapengaruh yang paling mendominasi adalah
bahasa-bahasa daerah yang ada, sehingga pengaruh lingkungan sekolah. Di sini orangtua
memungkinkan adanya penggunaan dua bahasa sangat berpengaruh terhadap kemajuan bahasa
atau lebih dalam berkomunikasi. anak, ibu dan juga orang lain harusmemberi
Bahasa merupakan suatu bentuk contoh kepada anak dengan bahasa yang
menyampaikan pesan terhadapsegala sesuatu lengkap dan baik. Bahasa yang seringdidengar
yang diinginkan. Bagi seseorang, bahasa oleh anak akan ditirunya. Hendaknya selalu
sangatlah penting sehingga harus ditanamkan berhati-hati dengan pemakaian bahasa.
sejak usia dini agar anak memiliki kemampuan Supaya anak lekas dapat berbicara
berbahasa yang baik ketika dewasa nanti. Oleh dengan dengan baik dan lengkap. Pendidik (ibu,
karena itu, taman kanak-kanak atau pendidikan ayah,saudara-saudara yang lain) harus sering
prasekolah merupakan wahana yang sangat mengajak anak berbicara (Barnadib, 1982).
penting dalam mengembangkan bahasa anak. Namun ada hal penting yang harus diperhatikan
(Iin Priyanti, 2015) dalam proses belajar mengajartermasuk belajar
Masyarakat Indonesia mengenal bahasa adalah anak belajar tidak disertai stres.
berbagai macam bahasa ketika masih kanak- Awalnya, lakukan cara-carabelajar dengan
kanak dikenal bahasa ibu yaitu bahasa daerah, fleksibel atau melalui permainan agar menarik
setelah masuk sekolah menengah diajarkan bagi anak. Dan salah satu teknik yang dapat
bahasa-bahasa asing pada sekolah-sekolah. Dan dilakukan untuk mengajarkan bahasa termasuk
salah satu bahasa Asing yang diajarkan di mengenalkan bahasa asing adalah melalui
sekolah-sekolah tersebut adalah bahasa Arab, nyanyian, karena melalui kegiatan ini anak
terutama di sekolah-sekolah Islam dan pondok tidak dituntut untukberpikir. Terkadang, bagi
pesantren. anak-anak yang usianya masih sangat muda,
14 | Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian pada Anak Usia Prasekolah

perhatiannya seringkali beralih. Namun, meski and doubt‟ (2-3 tahun), initiative versusguilt,
anak belum intensif memperhatikan nyanyian (4-5 tahun) tahap usia 6-11 tahun mengalami
tersebut, mereka dapat mempelajarinya dengan krisis „industry versus inferiority‟
mendengar. (Patmonodewo & Soemiarti, 2003).
Berdasarkan wacana diatas, maka Kesadaran akan semakin pentingnya
penulis tertarik untuk memperkenalkan salah peranan bahasa asing sebagai media
satubahasa asing yakni bahasa Arab untuk komunikasi dewasa ini dipandang sangat perlu.
anakanak melaui nyanyian terutama pada anak Sehingga pengenalan bahasa asing dalam hal ini
usia prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum bahasa Arab sebaiknya diberikan kepada anak
Gadungan Puncu Kediri. Dipilihnya PAUD sejak usia dini (prasekolah) tanpa adanya unsur
Terpadu Ihyaul Ulum ini adalah karena di paksaan. Alasannya adalah anak usia
PAUD ini telah diajarkan membaca huruf-huruf prasekolah yaitu berdasarkan hasil risetotak
hijaiyyah -huruf Arab-, sehingga dalam mutakhir, perkembangan otak 95 persenterjadi
pelaksanaan,anak-anak dapat melafalkan lagu- pada usia dini, yaitu di bawah umur 7 tahun.
lagu (nyanyian) bahasa Arab yang diajarkan. Dan masa 3 tahun pertama adalah saat
Berdasarkan analisis situasi diatas, membangun pondasi struktur otak yang akan
maka perumusan masalah yang diangkat dalam berdampak permanen. Jaringan komunikasi
pengabdian ini adalah sebagai berikut : (1) antar sel terbentuk karena adanya rangsangan
Bagaimana pengenalan bahasa Arab melalui (stimulasi) dari luar. Semakin kaya pengalaman
nyanyian pada anak usia prasekolah di PAUD dan rangsangan, semakin kompleks jaringan sel
Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan kecamatan otak. Ketika anak tertarik pada sesuatu dan
Puncu? (2) Bagaimana proses belajar mengajar mempelajarinya, semakin kompleks jaringan sel
bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia otak (Sudono, 2000). Oleh karena itu, pola
prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum pengasuhan yang penuh kasing sayang sangat
Gadungan kecamatan Puncu? diperlukan. Dan, menciptakan lingkungan yang
Adapun tujuan kegiatan pengabdian bebas dari ketakutan dan beban. Dengan
iniadalah : (1) Memperkenalkan bahasa Arab demikian diharapkan anak akan tumbuh dalam
melalui nyanyian pada anak usia prasekolah di suasana yang kreatif, lepas dan tanpa beban.
PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan Anak sebagai sosok manusia kecil yang
kecamatan Puncu, (2) Mengetahui proses sedang menjalani proses tumbuh dan
belajar mengajar bahasaArab melalui nyanyian berkembang yang sangat pesat. Anak usia dini
pada anak usia prasekolah di PAUD Terpadu adalah sosok individu yang berada pada rentang
Ihyaul Ulum Gadungan Puncu Kediri. usia 0-6 tahun yang mana pada masa ini sering
Menurut Biechler dan Snowman yang disebut sebagai masa Golden Age. Pada masa
dikutip (Patmonodewo & Soemiarti, 2003), ini stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa
anak prasekolah adalah mereka yang berusia memegang peranan yang sangat penting dalam
antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti mengembangkan aspek perkembangan anak.
program prasekolah dan kinderganten. Mengingat, perkembangan otak anak usia dini
Sedangkan di Indonesia, umumnya ini mengalami percepatan hingga mencapai
mereka mengikuti program tempat penitipan 80% dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal
anak (3 bulan 5 tahun) dan bermain (usia 3 tersebut mengindikasikan bahwa seluruh
tahun) sedangkan pada usia 4-6 tahun potensi anak sudah mulai terbentuk pada usia
biasanyamereka mengikuti program Taman tersebut. Atas dasar itulah maka anak usia dini
Kanakkanak. Menurut teori Erikson yang memerlukan stimulasi dari sejak dini demi
membicarakan kepribadian seorang dengantitik mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.
berat pada perkembangan psikososial tahapan Stimulasi ini tentunya dapat diperoleh melalui
0-1 tahun, berada pada tahapan oralsensorik pendidikan. Salah satu stimulasi bagi anak usia
dengan krisis emosi antara “trust versus dini dapat dilakukan melalui Pendidikan Anak
ministrust‟, tahapan 3–6 tahun, merekadalam Usia Dini atau sering disebut dengan
tahapan dengan krisis „autonony versusshame PAUD.(Nopiyani & Natalina, 2016)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 15

Senada dengan hal diatas, (Fauziddin, sering dilakukan tanpa disadari bahwa anak
2017) Dalam mengembangkan potensi pada diri telah melatih dirinya dalam beberapa
anak hendaknya dimulai sejak dini, hal ini kemampuan tertentu sehingga anak memiliki
dapatditempuh melalui pendidikan pra sekolah, kemampuan baru. (Ni Kd Adi Nopilayanti1, I
yaitu taman kanak-kanak atau lebih dikenal Km. Ngr. Wiyasa2, 2016). Dari pernyataan
dengan TK/RA. Ini merupakan salah satu diatas dapat dipahami bahwa bermain
bentuk pendidikan pra sekolah yang dapat merupakan metode yang sangat sesuai dengan
mempersiapkan proses pembelajaran lebih karakteristik anak usia dini.
lanjut atau jenjang pendidikan yang lebih Dalam memilih metode atau teknik
tinggi. Sehingga hal ini tidak lepas dari adanya pembelajaran bahasa Arab untuk anak, guru
seorang guru. juga perlu melihat salah satu karakteristik yang
menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Untuk senang bermain. Melihat karakteristik seperti
Anak Usia Dini itu, maka metode yang relevan untuk
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran bahasa Arab untuk anak adalah
pembelajaran bahasa Arab untuk anak, guru metode bermain dengan berbagai tekniknya.
hendaknya terlebih dahulu memahami dengan Dan salah satu teknik yang sesuai adalah
baik prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab melalui nyanyian, karena melalui nyanyian
untuk anak dan karakteristik anak yang akan anak akan belajar sekaligus bermain melalui
diajar. Karakteristik anak tersebut antara lain lagu-lagu yang didendangkan/ dinyanyikannya.
bahwa anak (a) masih belajar dan Nyanyian merujuk kepada aktivitas
senangberbicara tentang lingkungan mereka, (b) membunyikan suara dalam bentuk tertentu yang
senang bermain, (c) senang mempraktikkan bertujuan menghasilkan nada dan melodiyang
sesuatu yang baru diketahui/ dipelajarinya, (d) disenangi. Ia merupakan salah satu aktiviti
cenderung suka bertanya, (e) cenderung suka manusia yang bertujuan untuk mengembirakan
mendapatkan penghargaan, dan (f) cenderung hati. Nyanyian boleh dilakukan dengan bantuan
mau melakukan sesuatu karena dorongan dari alat musik atau hanya dengan secara bertepuk
luar. tangan dan sebagainya. Nyanyian memerlukan
Berdasarkan karakteristik tersebut guru daya kreativitas manusia dan dianggap sebagai
dapat memilih strategi pembelajaran bahasa salah satu cabang seni.
Arab untuk anak yang sesuai. Salah satu Adapun tujuan pemanfaatan lagu dalam
karakteristik anak adalah bahwa pengetahuan pembelajaran bahasa Arab antara lain untuk :
mereka masih sangat terbatas pada lingkungan (a) menumbuhkan sensitifitas anak terhadap
hidup mereka sehari-hari. bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab; (b)
Berdasarkan hal tersebut, maka materi melatih pengucapan ungkapan sederhana dalam
pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang bahasa Arab; (c) melatih penggunaan kosakata
terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya bahasa Arab yang ada dalam lagu; (d)
tentang diri mereka sendiri, orang tua mengembangkan permainan dengan bunyi-
(bapak/ibu), saudara kandung, rumah danisinya, bunyi dalam bahasa Arab; (e) mengembangkan
binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, permainan dengan peragaan lagu yang
dan teman bermain. dihapalkan; (f) memperkenalkan ejaan, kalimat
Bermain merupakan sesuatu yang berita, kalimat tanya dan perintah.
menyenangkan. Hampir tidak ada permainan Disamping itu, lagu dapat dimanfaatkan
yang membuat anak tidak senang. Dalam untuk tujuan : (a) membuat kaitan antara
bermain anak melakukan berbagai kegiatan kegiatan dan benda/obyek melalui syair lagu,(b)
yang berguna untuk mengembangkan dirinya. meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab,
Anak mengamati, mengukur, membandingkan (c)mengembangkan kepekaan ritme, dan (d)
bereksplorasi, meneliti, dan masih banyak lagi menghapal kosakata.Hal-hal yang perlu
yang dapat dilakukan anak. Situasi seperti ini diperhatikan dalam memilih lagu untuk
16 | Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian pada Anak Usia Prasekolah

pembelajaran bahasa Arab bagi anak usia HASIL DAN PEMBAHASAN


prasekolah antara lain : Pelaksanaan Pengabdian
1. Syair atau kata-kata dalam lagu hendaknya Kegiatan pengabdian pengenalan
jelas. bahasaArab melalui nyanyian ini dilaksanakan
2. Bahasa yang digunakan dalam lagu tersebut di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan
tidak terlalu sulit Puncu Kediri. Kegiatan ini dilaksanakan selama
3. Tema lagu dipilih yang sesuai dengan dunia empat kali pertemuan yakni satu minggu sekali
anak selama satu bulan. Jumlah peserta yang
4. Lagu tidak terlalu panjang (panjang pendek dilibatkan dalam kegiatan pengabdian kepada
lagu disesuaikan dengan tingkatan atau kelas masyarakat ini adalahguru-guru TK Terpadu
anak) Ihyaul Ulum yang berjumlah 7 orang, dan anak-
5. Lagu diupayakan memiliki keterkaitan anak TK Terpadu Ihyaul Ulum kelas B
dengan materi yang diajarkan. tahunajaran 2009/2010 yang berjumlah 25
orang.
METODE PENELITIAN Bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Metode penelitian menggunakan adalah pengajaran yaitu pengenalan bahasa
analisis deskriptif terhadap kegiatan yang Arab melalui nyanyian pada anak
dilakukan dalam upaya peningkatan usiaprasekolah. Prosesnya kegiatan dilakukan
kemampuan mengenal bahasa Arab pada anak dengan menggunakan beberapa metode seperti
usia dini. Untuk mencapai tujuan yang bernyanyi sambil bermain dan bernyanyi
diharapkan dalam kegiatan pengabdian kepada dengan menggunakan gerakan serta bernyanyi
masyarakat ini maka bentuk kegiatan yang akan dengan menggunakan media pembelajaran.
dilakukan adalah pengajaran yaitu pengenalan
bahasa Arab melalui nyanyian pada anak usia Pertemuan Pertama
prasekolah. Dalam prosesnya kegiatan akan Pertemuan pertama pengenalan bahasa
dilakukan dengan menggunakan beberapa Arab melalui nyanyian pada anak usia
metode seperti bernyanyi sambil bermain dan prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini
bernyanyi dengan menggunakan gerakan serta dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Januari
bernyanyi dengan menggunakan media 2016. Nyanyian yang disampaikan pada
pembelajaran. pertemuan pertama ini adalah nyanyian sebagai
Pada proses penyampaian materi teori berikut :
beberapa metode seperti menyanyi dan (Aku Sayang Ibu)
demontrasi akan digunakan secara bervariasi. Satu-satu, aku sayang ibu
Sedangkan pada materi praktek proses Dua-dua, juga sayang ayah
pengenalan bahasa asing melalui nyanyian. Tiga-tiga, sayang adek kakak
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dan Satu dua tiga, sayang semuanya
keberhasilan kegiatan pengabdian kepada Nyanyian bahasa Arab yang berjudul
masyarakat ini maka akan digunakan kriteria ini merupakan nyanyian yang disadur dari
keberhasilan sebagai berikut: nyanyian anak-anak Indonesia berbahasa
1. Anak-anak usia prasekolah PAUD Terpadu Indonesia yang berjudul ”AkuSayang Ibu”.
Ihyaul Ulum mampu melafalkan lagu-lagu Melalui nyanyian ini anak diperkenalkan dan
bahasa Arab denganbaik mengetahui kosa kata bahasa Arab yang
2. Anak-anak usia prasekolah PAUD Terpadu berhubungan dengan angka atau bilangan
Ihyaul Ulum mampu menyanyikan lagu-lagu seperti Uwla yang berarti satu, tsaniyah yang
bahasa Arab dengan baik dan kegembiraan berarti dua, dan tsalisah yangberarti tiga.
3. Guru dan anak-anak usia prasekolah PAUD Melalui nyanyian ini guru dananak juga
Terpadu Ihyaul Ulum dapat mengikuti mengetahui kosakata yang berhubungan dengan
proses belajar mengajar bahasa Arab melalui anggota keluarga, sepertikosakata umi yang
nyanyian dengan baik berarti ibu, dan abi yang berarti ayah.
Lagunya menjadi seperti ini:
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 17

ٍْ ‫ن َْم َزةْ أ ُ ْولًَ أَنَا أ َ ْر َح ْم أ ُ ِ ّم‬ berhubungan dengan anggota tubuh, seperti
ٍْ ِ‫ن َْم َزةْ ثَانَُِ ْة أَنَا أ َ ْر َح ْم أَب‬ kosa kata ainun yang berarti mata, anfun yang
berarti hidung, dan rijlun yang berarti kaki.
ٍْ ِ‫ن َْم َزةْ ثَا ِلث َ ْة أَنَا أ َ ْر َح ْم ِإ ْخ َىن‬ Nyanyian ini disampaikan dengan
‫َان ثَالَث َ ْة أ َ ْر َح ْم َج ِم ُْعَ ُه ْم‬ ْ ‫اح ْد ِإثْن‬ ِ ‫َو‬ gerakan badan dan anggota badan. Sambil
Namroh Uulaa Anaa Arham Ummii bernyanyi guru dan anak-anak menunjuk
Namroh Tsaaniyah Anaa Arham Abii anggota badan yang sesuai dengan kosa kata
Namroh Tsaalitsah Anaa Arham Ikhwanii bahasa Arab yang dinyanyikan.
Waahid Itsnan Tsalaatsah Arham Jamii‟ahum Pertemuan Ketiga
Nyanyian yang berjudul ini Pertemuan ketiga pengenalan
mengajarkan tentang akhlak atau moral yang bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia
hendaknya dimiliki anak-anak yakni akhlak prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini
atau moral untuk saling menyayangi. Nyanyian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Januari
ini disampaikan dengan gerakan badan dan 2016.
tangan. Anak-anak meniru pula Pada pertemuan ketiga ini, nyanyian
menyanyikannya dengan gerakan dantangan. bahasa Arab yang diperkenalkan merupakan
Pada pertemuan pertama ini guru dan lanjutan dari nyanyian bahasa Arab yang
anak-anak PAUD Terpadu Ihyaul Ulum berjudul yang sebagian diajarkan pada
mengikuti kegiatan pengenalan bahasa Arab pertemuan kedua. Adapun lanjutan nyanyian
dengan semangat karena mendapatkan pelajaran bahasa Arab tersebut sebagai berikut :
yang belum mereka pelajari sebelumnya. (Disadur dari lagu anak-anak "Dua
Pertemuan Kedua Mata Saya")
Pertemuan kedua pengenalan Dua tangan saya
bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia Yang kiri dan kanan
prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini Satu mulut saya
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3 Janurai Untuk membaca al-Qur'an
2016. Pada pertemuan kedua ini, disamping Nyanyian ini juga disampaikan dengan
mengulang nyanyian yang berjudul yang sudah gerakan badan dan anggota badan. Sambil
diperkenalkan pada pertemuan pertama untuk bernyanyi guru dan anak-anak menunjuk
mengingat kembalidan memperlancar nyanyian anggota badan yang sesuai dengan kosa kata
tersebut, juga diperkenalkan nyanyian yang bahasa Arab yang dinyanyikan. Kosa kata
berjudul sebagaiberikut : bahasa Arab yang diperkenalkan pada
(Disadur dari lagu anak-anak "Dua Mata pertemuan ini adalah kosakata yang juga
Saya") berhubungan dengan anggota tubuh, yakni
‫احد‬ ِ ‫َان َوأ َ ْن ِف ٍْ َو‬ِ ‫َاٌ اثْنَت‬
َ ‫ع ُْن‬َ yadun yang berarti tangan, dan famun yang
berarti mulut.
‫اء ْال َج ِد َْ ِد‬
ِ َ‫َان بِ ْال ِحذ‬ ِ ‫ٌ اثْنَت‬
َ َ‫ِرجْ ال‬ Pertemuan Keempat
‫ َ ُْمنًَ َوَُس َْزي‬، ‫َان‬ ِ ‫اٌ اثْنَت‬
َ َ‫ََد‬ Pertemuan keempat pengenalan bahasa
َ‫احد أ َ ْق َزأْ بِ ِه ْالقُ ْزآن‬
ِ ‫َوفَ ِم ٍْ َو‬ Arab melalui nyanyian pada anak usia
„Ainaayats Nataani Wa Anfii Waahidun prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini
Rijlaayats Nataani Bil Hidzaa-Il Jadiid dilaksanakan pada hari Jum‟at tangga 6 Januari
Yadaayats Nataani, Yumnaa Wa Yusroo 2016. Pada pertemuan keempatini anak-anak
Wa Famii Waahidun Aqro‟ Bihil Qur‟aan tidak diperkenalkan nyanyianbahasa Arab yang
Nyanyian bahasa Arab yang berjudul baru, hanya mengulang kembali lagu-lagu yang
ini merupakan nyanyian yang disadur dari sudah diajarkan pada pertemuan pertama, kedua
nyanyian anak-anak Indonesia berbahasa dan ketiga. Hal ini dimaksudkan sebagai
Indonesia yang berjudul ”Dua Mata Saya ”. evaluasi hasil terhadap kegiatan yang sudah
Melalui nyanyian ini anak diperkenalkan dan dilaksanakan. Untuk memotivasi anak-anak
mengetahui kosakata bahasa Arab yang diberikan penghargaan terhadap anak-anak
18 | Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian pada Anak Usia Prasekolah

yang dapat menyanyikan lagu-lagu berbahasa DAFTAR PUSTAKA


Arab yang sudah diajarkan. Hasilnya 75% Barnadib. (1982). Filsafat pendidikan : tinjauan
yakni 20 orang anak dapat menyanyikan lagu- mengenai beberapa aspek dan proses
lagu berbahasa Arab dengan baik disertai pendidikan. Yogyakarta: Studing.
dengan gerakan yang menunjukkan pada arti Borden, M. E. (2001). Smart Start: TheParents
kosakata yang sudah diketahui anak-anak. ‟Complete Guide ToPrescool Education
Pada pertemuan keempat ini, juga (Terjemah). Ary.
diperkenalkan 20 (dua puluh) nyanyian anak- Fauziddin, M. (2017). Penerapan Belajar
anak berbahasa Arab kepada guru-guru PAUD Melalui Bermain Balok Unit untuk
Terpadu Ihyaul Ulum dengan mediadan buku Meningkatkan Kreativitas Anak Usia
panduannya. Hal ini dimaksudkan agar guru- Dini. Curricula, 1(3).
guru tersebut dapat meneruskan kegiatan https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22216/
pengenalan bahasa Arab melalui nyanyian pada JCC.2016.v2i3.1277
anak usia pra sekolah ini pada waktu yang akan Iin Priyanti, N. S. (2015). Optimalisasi
datang. kecerdasan emosi melalui musik feeling
band pada anak usia dini. Care, 3(1), 20–
SIMPULAN 33.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari Ni Kd Adi Nopilayanti1, I Km. Ngr. Wiyasa2,
pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, I. G. A. O. N. (2016). Mengembangkan
maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Motorik Kasar Anak Kelompok A TK
1. Melalui nyanyian yang disampaikan dengan Raisma Putra Denpasar. Jurnal PGPAUD
metode bermain yaitu menyanyi dengan UNDIKSA, 4(2).
gerakan, maka anak-anak usia prasekolah Ni Made Oktiana Dewi, I Nyoman Wirya, N.
dapat dengan mudah mengenalkosata- M. A. (2014). Penerapan Metode
kosakata bahasa Arab Bermain Berbantuan Media Balok
2. Anak-anak usia pra sekolah memiliki minat Cruissenare untuk Meningkatkan
yang tinggi dalam mengenal bahasaArab. Perkembangan Kognitif. E-Journal PG
Hal ini dapat dilihat dari antusiasanak-anak PAUD Universitas Pendidikan Ganesha,
ketika menyanyikan nyanyian-nyanyian 2(1).
berbahasa Arab yang diajarkan. Nopiyani, S., & Natalina, D. (2016). The
3. Isi nyanyian pendek dan bahasa mudah Increase of Early Chilhood Pre-Reading
sehingga siswa dengan mudah mencerna dan Ability Through Edutainment Method, 1–
mengucapkan kosa kata bahasa Arab 9.
Setelah pelaksanaan Pengabdian kepada Patmonodewo & Soemiarti. (2003). Pendidikan
Masyarakat, maka disarankan kepada guru atau Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
orang tua yang memiliki anak usia prasekolah Sudono, A. (2000). Sumber belajar dan Alat
dalam mengenalkan bahasa asing sebaiknya Permainan (untuk Anak UsiaDini).
menggunakan metode yang menyenangkan Bandung: Grasindo.
seperti melalui nyanyian.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Kepala Sekolah dan tenaga pengajar di
PAUD Ihyaul Ulum Gadungan Kecamatan
Puncu Kabupaten Kediri yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian penerapan
metode bernyanyi dalam mengenalkan bahasa
Arab pada anak usia dini, semoga bermanfaat
apa yang sudah dilakukan.
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 19 – 31
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.28

Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini


Rizki Ananda 
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstrak
Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi seorang manusia yang
baik dan benar adalah memiliki sikap dan moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku
sebagai umat Tuhan, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Usia Anak Usia Dini adalah
saat yang paling baik bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk meletakkan dasar-
dasar pendidikan moral dan keagamaan kepada terhadap. Walaupun peran orang tua sangat
besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran guru PAUD
juga tidak kecil dalam meletakkan dasar moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena
biasanya anak usian dini cenderung menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang guru
PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak usia dini
agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama.
Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak PAUD, maka
seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik dan buruk, benar dan
salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Mendidik anak PAUD dengan pendidikan moral dan agama yang baik,
bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu guru PAUD harus selalu
meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan moral dan
agama anak PAUD.
Kata kunci: nilai-nilai moral, nilai agama, anak usia dini

Abstract
One of the basic attitudes a child must have to be a good and righteous man is to have good
moral and religious attitudes and behaviors in behaving like God's people, family members,
and community members. Early Childhood Age is the best time for teachers of Early
Childhood Education (PAUD) to lay the foundations of moral and religious education to the.
Although the role of parents is enormous in establishing the moral and religious foundations
of their children, the role of the early childhood teacher is not small in laying down the moral
and religious grounds for a child, since usually, the early child tends to follow his teacher's
instructions. Therefore, an early childhood teacher should always try in various ways in order
to guide early childhood to have a good personality, which is based on moral and religious
values. With the foundation of moral and religious education to children of early childhood,
an early childhood can learn to distinguish good and bad behavior, right and wrong, and
accustomed to run the teachings of religion in accordance with the level of growth and
development. Educating PAUD children with good moral and religious education is not an
easy task, therefore PAUD teachers should always improve their insight, understanding, and
skills related to the development of morals and religion of children in early childhood.
Keywords: moral values, religious values, early childhood
@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017
 Corresponding author :
Address: Perum Attaya Ridan Permai Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : rizkiananda.mhs.upi@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
20 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini

PENDAHULUAN menjadi tontonan dalam kehidupan sehari-


Anak adalah penerus generasi hari. Melalui media cetak maupun
keluarga dan bangsa. Sebagai generasi elektronik dijumpai kasus-kasus anak usia
penerus, setiap anak perlu mendapat dini sudah mulai meniru ujaran kebencian
pendidikan yang baik sehingga potensi- (hate speech), berbicara kurang sopan,
potensi dirinya dapat berkembang dengan senang meniru adegan kekerasan, bahkan
pesat, tumbuh menjadi manusia yang meniru perilaku orang dewasa yang belum
memiliki kepribadian tangguh dan semestinya dilakukan anak-anak. Kondisi
memiliki berbagai macam kemampuan ini tentu cukup beralasan, mengingat pada
serta keterampilan yang bermanfaat. Oleh fase ini anak usia 0-6 menurut para ahli
karena itu penting bagi orang tua dan berada pada fase peniruan (imitasi). Jadi,
lembaga-lembaga pendidikan berperan apapun kejadian-kejadian yang terjadi di
serta bertanggung jawab dalam sekitar lingkungan anak dengan sangat
memberikan berbagai macam stimulasi dan cepat diserap dan ditiru untuk dijadikan
bimbingan yang tepat sehingga akan sebuah kebiasaan. Jika fenomena-
tercapai generasi penerus yang tangguh. fenomena yang dilihat anak cenderung ke
Dalam Undang-Undang Sistem arah negatif maka kecenderungan perilaku
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyimpang akan lebih mengemuka
Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan terjadi pada anak.
pendidikan bertujuan “mengembangkan Kondisi ini tentu tidak seharusnya
kemampuan dan membentuk watak serta terjadi pada pendidikan anak usia dini,
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mengingat dunia anak seharusnya
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan dunia yang penuh dengan
bertujuan untuk berkembangnya potensi kesenangan untuk pengembangan diri,
peserta didik agar menjadi manusia yang yang sebagian besar waktunya semestinya
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang diisi dengan belajar melalui berbagai jenis
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, permainan di lingkungan sekitarnya.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Diperlukan penanaman nilai-nilai dan
negara yang demokratis serta bertanggung norma-norma Agama yang kuat terhadap
jawab”. (Republik Indonesia, 2003). bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh
Sementara itu dalam Peraturan dan mempunyai filter ketika pengaruh-
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 pengaruh bangsa lain masuk. Supaya
Tahun 2007 kompetensi yang harus penanaman nilai dan norma tersebut kuat,
dimiliki guru adalah “menguasai maka harus dilakukan sejak usia dini
karakteristik peserta didik pada aspek fisik, (Fauziddin, 2016).
moral, sosial, kultural, emosional, dan Untuk itu, kajian tentang implementasi
intelektual”. (Depdiknas, 2007) nilai moral dan agama terhadap anak usia
Tuntutan kompetensi ini dini ini akan menjadi landasan bagi upaya
mengharuskan guru untuk mempelajari, penanaman perilaku seperti yang
memahami, dan mampu tercantum dalam pengembangan tujuan
mengimplementasikan konsepsi pendidikan nasional. Selain itu pada kajian
perkembangan anak usia dini dan ini akan dipaparkan juga berbagai
mengarahkannya pada aspek moral, sosial, kompetensi yang diperlukan pendidik
kultural, emosional, dan intelektual yang dalam upaya penanaman nilai moral dan
lebih baik. agama dalam lembaga pendidikan anak
Oleh karena itu, kajian terhadap usia dini lainnya. Hal ini dilandasi oleh
implementasi nilai moral dan agama bagi pemikiran bahwa untuk dapat mengelola
anak usia dini, khususnya anak usia 0-6 pembelajaran di PAUD, maka kemampuan
tahun menjadi sangat penting dan strategis guru dalam menginternalisasikan nilai
bagi guru PAUD maupun pengelola PAUD moral dan agama bagi anak usia dini
secara keseluruhan. Mengingat fenomena merupakan tuntutan yang tidak boleh
negatif yang mengemuka dan sering diabaikan.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 21
Hal penting berikutnya yang tidak atau pendidikan karakter/watak untuk
boleh dilupakan adalah fakta bahwa anak membangun karakter atau watak anak.
usia dini (0-6 tahun) sering disebut sebagai Dalam hal ini, Lickona mengacu pada
the golden age fase, karena pada masa ini pemikiran filosofi Michael Novak yang
berbagai kemampuan anak tumbuh dan berpendapat bahwa watak/ karakter
berkembang dengan sangat pesat. seseorang dibentuk melalui tiga aspek
Pemberian stimulasi dan fasilitas yang yaitu, moral knowing, moral feeling, dan
tepat pada masa ini akan sangat moral behavior, yang satu sama lain saling
berpengaruh pada proses perkembangan berhubungan dan terkait. Lickona
anak selanjutnya dan sebaliknya apabila menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia
lingkungan sekitar seperti keluarga, berpendapat bahwa pembentukan
sekolah, dan masyarakat tidak memberikan karakter/watak anak dapat dilakukan
stimulasi yang tepat bagi pengembangan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep
nilai-nilai moral dan agama maka perilaku moral (moral knowing), sikap moral
amoral dan sikap bertentangan dengan (moral feeling), dan prilaku moral (moral
norma agama yang akan cenderung behavior). Dengan demikian, hasil
muncul pada diri anak. pembentukan sikap karekter anak pun
dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep
PENGEMBANGAN NILAI MORAL moral, sikap moral, dan perilaku moral.
1. Teori Tentang Moral Pemikiran Lickona ini mengupayakan
Pengertian moral, menurut Suseno dapat digunakan untuk membentuk watak
dalam (Kurnia, 2015) adalah ukuran baik- anak, agar dapat memiliki karakter yang
buruknya seseorang, baik sebagai pribadi baik. Oleh karena itu, materi tersebut harus
maupun sebagai warga masyarakat, dan menyentuh tiga aspek teori (Lickona,
warga negara. Sedangkan pendidikan 1992), seperti berikut. Konsep moral
moral adalah pendidikan untuk menjadikan (moral knowing) mencakup kesadaran
anak manusia bermoral dan manusiawi. moral (moral awarness), pengetahuan nilai
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan moral (knowing moral value), pandangan
(Kurnia, 2015), moral adalah prinsip baik- ke depan (perspective talking), penalaran
buruk yang ada dan melekat dalam diri moral (reasoning), pengambilan keputusan
individu/seseorang. Walaupun moral itu (decision making), dan pengetahuan diri
berada dalam diri individu, tetapi moral (self knowledge). Sikap moral (moral
berada dalam suatu sistem yang berwujud feeling) mencakup kata hati (conscience),
aturan. Moral dan moralitas memiliki rasa percaya diri (self esteem), empati
sedikit perbedaan, karena moral adalah (emphaty), cinta kebaikan (loving the
prinsip baik-buruk sedangkan moralitas good), pengendalian diri (self control), dan
merupakan kualitas pertimbangan baik- kerendahan hati (and huminity). Prilaku
buruk. Dengan demikian, hakekat dan moral (moral behavior) mencakup
makna moralitas bisa dilihat dari cara kemampuan (compalance), kemauan (will)
individu yang memiliki moral dalam dan kebiasaan (habbit).
mematuhi maupun menjalankan aturan. Berdasarkan uraian di muka, dapat
Ada beberapa pakar yang disimpulkan bahwa pengertian moral/
mengembangkan pembelajaran nilai moral, moralitas adalah suatu tuntutan prilaku
dengan tujuan membentuk watak atau yang baik yang dimiliki individu sebagai
karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut moralitas, yang tercermin dalam
diantaranya adalah Newman, Simon, pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku.
Howe, dan (Lickona, 1992). Dari beberapa Dan pengembangan moral ini sangat
pakar tersebut, pendapat (Lickona, 1992) penting untuk dilakukan pada anak di
yang lebih cocok diterapkan untuk Taman Kanak-Kanak.
membentuk watak/ karater anak.
Pandangan (Lickona, 1992) tersebut
dikenal dengan educating for character
22 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini

2. Pola Orientasi Moral Anak Taman mengucapkan sajak, dan program


Kanak-Kanak pembiasaan lainnya.
Pada usia Taman Kanak-kanak anak Perkembangan moral dan etika pada
telah memiliki pola moral yang harus diri anak Taman Kanak-kanak dapat
dilihat dan dipelajari dalam rangka diarahkan pada pengenalan kehidupan
pengembangan moralitasnya. Orientasi pribadi anak dalam kaitannya dengan
moral diidentifikasikan dengan moral orang lain. Misalnya, mengenalkan dan
position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu menghargai perbedaan di lingkungan
yang dimiliki seseorang terhadap suatu tempat anak hidup, mengenalkan peran
nilai moral yang didasari oleh cognitive gender dengan orang lain, serta
motivation aspects dan affective motivation mengembangkan kesadaran anak akan hak
aspects. dan tanggung jawabnya. Puncak yang
Menurut (Dewey, 1997) tahapan diharapkan dari tujuan pengembangan
perkembangan moral seseorang akan moral anak Taman Kanak-kanak adalah
melewati 3 (tiga) fase, yaitu premoral, adanya keterampilan afektif anak itu
conventional dan autonomous. Anak sendiri, yaitu keterampilan utama untuk
Taman Kanak-kanak secara teori berada merespon orang lain dan pengalaman-
pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab pengalaman barunya, serta memunculkan
itu, guru diharapkan memperhatikan kedua perbedaan-perbedaan dalam kehidupan
karakteristik tahapan perkembangan moral teman disekitarnya. Hal yang bersifat
tersebut. Sedangkan menurut Piaget, substansial tentang pengembangan moral
seorang manusia dalam perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak di
moralnya melalui tahapan heteronomous antaranya adalah pembentukan karakter,
dan autonomous. kepribadian, dan perkembangan sosialnya.
Seorang guru PAUD harus Guru Taman Kanak-kanak harus
memperhatikan tahapan hetero-nomous menguasai strategi pengembangan
karena pada tahapan ini anak masih sangat emosional, sosial, moral dan agama bagi
labil, mudah terbawa arus, dan mudah anak Taman Kanak-kanak. Juga, guru
terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan Taman Kanak-kanak perlu untuk
bimbingan, proses latihan, serta senantiasa mengadakan penelitian tentang
pembiasaan yang terus-menerus. Moralitas pengembangan dan inovasi dalam bidang
anak Taman Kanak-kanak dan pendidikan bagi anak usia prasekolah.
perkembangannya dalam tatanan
kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari 3. Tahap Perkembangan Moral Anak
sikap dan cara berhubungan dengan orang Usia Dini
lain (sosialisasi), cara berpakaian dan Ruang lingkup tahapan/pola
berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan perkembangan moral anak di antaranya
makan. Demikian pula, sikap dan perilaku adalah tahapan kejiwaan manusia dalam
anak dapat memperlancar hubungannya mengpengembangankan nilai moral
dengan orang lain. kepada dirinya sendiri,
Pengembangan moral kepada anak mempersonalisasikan dan
usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan mengembangkannya dalam pembentukan
dengan berbagai cara dan lebih disarankan pribadi yang mempunyai prinsip, serta
untuk menggunakan pendekatan yang dalam mematuhi, menentukan pilihan,
bersifat individual, persuasif, demokratis, menyikapi, atau melakukan tindakan nilai
keteladanan, informal, dan agamis. moral Menurut Piaget anak berpikir
Beberapa program yang dapat diterapkan tentang moralitas dalam 2 cara, yaitu cara
di Taman Kanak-kanak dalam rangka heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana
menanamkan dan mengembangkan anak menganggap keadilan dan aturan
perilaku moral anak di antaranya dengan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang
bercerita, bermain peran, bernyanyi, tidak berubah dan lepas dari kendali
manusia dan cara autonomous (usia 10
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 23
tahun keatas) di mana anak sudah b. Prinsip-Prinsip Pengembangan
menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum Moral AUD
itu diciptakan oleh manusia. Dalam melaksanakan program
Menurut (Kohlberg, 1995), pembentukan perilaku melalui pembiasaan,
perkembangan moral anak usia prasekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
berada pada tingkatan yang paling dasar, sebagai berikut :
yaitu penalaran moral prakonvensional. 1) Guru menciptakan hubungan yang
Pada tingkatan ini anak belum baik dan akrab sehingga tidak ada
menunjukkan pengembangan nilai-nilai kesan bahwa guru adalah figur yang
moral. Pertimbangan moralnya didasarkan menakutkan bagi anak.
pada akibat-akibat yang bersifat fisik dan 2) Guru senantiasa bersikap dan
hedonistik. Ada 4 (empat) area bertingkah laku yang dapat dijadikan
perkembangan yang perlu ditingkatkan contoh/teladan bagi anak
dalam kegiatan pengembangan atau 3) Memberikan kesempatan kepada anak
pendidikan usia prasekolah, yaitu untuk membedakan dan memilih mana
perkembangan fisik, sosial emosional, perilaku yang baik dan mana yang
kognitif dan bahasa. tidak baik. Guru sebagai pembimbing
hanya mengarahkan dan menjelaskan
4. Esensi, Prinsip-prinsip, dan Bentuk akibat-akibatnya.
Kegiatan Pengembangan Moral 4) Dalam memberikan tugas kepada anak
Anak Usia Dini agar diusahakan berupa ajakan dan
a. Esensi Pengembangan Moral AUD perintah dengan bahasa yang baik
Pengembangan nilai moral dalam 5) Agar anak mau berperilaku sesuai
program pendidikan TK dimasukkan dengan yang diharapkan guru
dalam bidang pembentukan perilaku memberikan rangsangan (motivasi)
merupakan kegiatan yang dilakukan secara dan bukan paksaan.
terus menerus dan ada dalam kehidupan 6) Apabila ada anak yang berperilaku
sehari-hari anak di TK, sehingga aspek- berlebihan, hendaknya guru berusaha
aspek perkembangan tersebut diharapkan untuk mengendalikan tanpa emosi.
berkembang secara optimal. Tujuan yang 7) Terhadap anak yang menunjukkan
hendak dicapai dengan pengembangan perilaku bermasalah, peran guru
nilai moral tersebut dilakukan melalui adalah sebagai pembimbing dan bukan
pembiasaan dalam rangka mempersiapkan penghukum.
anak sedini mungkin mengembangkan 8) Pelaksanaan program pembentukan
sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai perilaku bersifat luwes/fleksibel.
moral sehingga dapat hidup sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh c. Bentuk Kegiatan dalam
masyarakat. Pengembangan Nilai Moral
Pengembangan nilai moral ini Pelaksanaan kegiatan program
berfungsi untuk mencapai beberapa hal: pengembangan Moral dapat dilakukan
1) Agar perilaku dan sikap anak didasari dengan cara sebagai berikut :
oleh nilai moral sehingga anak dapat 1) Kegiatan Rutin
hidup sesuai dengan nilai-nilai yang Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang
dijunjung oleh masyarakat dilakukan setiap hari. Dalam kegiatan rutin
2) Membantu anak agar tumbuh menjadi guru dapat mengembangakan moral anak,
pribadi yang matang dan mandiri seperti
3) Melatih anak untuk dapat a) Berbaris memasuki ruang kelas
membedakan sikap dan perilaku yang Sebelum memulai kegiatan belajar
baik dan yang tidak baik sehingga akan ditanamkan beberapa perilaku
dengan sadar berusaha menghindarkan anak antara lain 1) Untuk selalu tertib
diri dari perbuatan tercela dan patuh pada peraturan. 2)
Tenggang rasa terhadap keadaan
24 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
orang lain. 3) Sabar menunggu 2) Kegiatan Spontan
giliran. 4) Mau menerima dan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
menyelesaikan tugas. dapat dilaksanakan secara spontan pada
b) Mengucapkan salam saat itu juga. Kegiatan ini biasanya
Pada waktu mengucapkan salam dilakukan pada saat guru mengetahui
ditanamkan pembiasaan, antara lain 1) sikap/tingkah laku anak yang kurang baik,
Sopan Santun, 2) Menunjukkan reaksi seperti seorang anak menerima atau
dan emosi yang wajar ,3) Sikap memberikan sesuatu kepada orang lain
menghormati orang lain. 4) dengan tangan kiri, meminta sesuatu
Menciptakan suasana keakraban. dengan berteriak, dsb. Apabila guru
c) Berdo'a sebelum dan sesudah mengetahui sikap/perilaku anak yang
kegiatan demikian, hendaknya secara spontan
Pada waktu berdo'a akan diberikan pengertian dan diberitahu
dikembangkan nilai moral , antara bagaimana sikap/perilaku yang baik.
lain: 1) Memusatkan perhatian dalam Misalnya kalau menerima atau
jangka waktu tertentu. 2) Berlatih memberikan sesuatu harus tangan kanan
untuk selalu tertib dan patuh pada dan mengucapkan terima kasih.
peraturan. Selain itu dapat juga Demikian juga kalau meminta sesuatu
diamati hal-hal sebagai berikut : 1) hendaknya dengan sopan dan tidak
Bersikap tertib, dan tenang dalam berteriak . Kegiatan spontan tidak saja
berdo'a. 2) Keimanan dan ketaqwaan berkaitan dengan perilaku anak yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa 3) negatif, tetapi pada sikap/ perilaku yang
Mematuhi peraturan/tata tertib, dsb positif pun perlu ditanggapi oleh guru,
d) Kegiatan belajar mengajar sebagai penguat bahwa sikap/perilaku
Yang ingin ditanamkan pembiasaan tersebut sudah baik dan perlu
perilaku pada waktu kegiatan belajar dipertahankan, sehingga dapat pula
mengajar, antara lain 1) Tolong dijadikan teladan bagi teman temannya.
menolong sesama teman. 2) Rapi Misalnya pada saat makan bersama ada
dalam bertindak - berpakaian dan seorang anak yang tidak membawa
bekerja. 3) Berlatih untuk selalu tertib makanan, kemudian Amir memberi
dan patuh pada peraturan. 4) Berani sebagian makanannya kepada teman
dan mempunyai rasa ingin tahu yang tersebut. Sikap guru dalam hal ini adalah
besar. 5) Merasa puas atas prestasi memberikan pujian kepada Amir dan
yang dicapai dan ingin terus mengatakan bahwa perbuatannya
meningkatkan. 6) Bertanggung jawab merupakan sikap yang terpuji karena telah
terhadap tugas yang diberikan 7) memberi sebagian makanan kepada teman
Menjaga kebersihan lingkungan 8) yang memerlukan.
Mengendalikan emosi. 9) Menjaga 3) Kegiatan dengan “Teladan/Contoh”
keamanan diri. 10) Sopan santun. 11) Kegiatan dengan teladan/contoh yaitu
Tenggang rasa terhadap keadaan kegiatan yang dapat dilakukan dengan
orang lain. memberikan teladan / contoh kepada anak.
e) Waktu istirahat/makan/bermain Dalam hal ini guru berperan langsung
Pada waktu istirahat/makan/bermain sebagai teladan/ contoh bagi anak. Segala
dapat ditanamkan sikap moral, antara sikap dan tingkah laku guru, baik di
lain: 1) Tolong menolong sesama sekolah, di rumah maupun di masyarakat
teman. 3) Tenggang rasa terhadap hendaknya selalu menunjukkan sikap dan
keadaan orang lain. 6) Sabar tingkah laku yang baik.
menunggu giliran. 8) Meminta tolong 4) Kegiatan yang Direncanakan
dengan baik. 9) Mengucapkan terima (Terprogram)
kasih dengan baik. 10) Membuang Kegiatan yang direncanakan
sampah pada tempatnya. 12) Menjaga (terprogram) yaitu kegiatan yang dalam
keamanan diri pelaksanaanya terlebih dahulu diawali
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 25
dengan adanya perencanaan atau program karyawisata, permainan
dari guru. Dan kegiatan tersebut harus tradisional, dan sebagainya.
terlihat jelas pada Rencana Pelaksanaan b. pendekatan yang dapat digunakan
Pembelajaran Harian (RPPH) dan Rencana dalam penanaman nilai moral
Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan pada anak usia dini di antaranya:
(RPPM). indoktrinasi, klarifikasi nilai,
5. Ruang Lingkup Materi teladan atau contoh, dan
Pengembangan Moral di TK pembiasaan dalam perilaku.
Ruang lingkup pengembangan moral
dalam rangka pembentukan karakter PENGEMBANGAN NILAI AGAMA
menurut (Megawangi, 2010) adalah 1. Pengertian Agama
sebagai berikut : “Agama” berasal dari bahasan
a) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan- Sansakerta, “gam” artinya pergi;
Nya, b) tanggung jawab, Kedisiplinan kemudian setelah mendapatkan awalan dan
dan Kemandirian, c) kejujuran, d) akhiran “a” menjadi “agama”, artinya
hormat dan santun, e) dermawan, suka menjadi jalan. Gam dalam bahasa
menolong dan gotong- Sansakerta ini mempunyai pengertian yang
royong/kerjasama, f) percaya diri, sama dengan to go (Inggris), gehen
kreatif dan pekerja keras, g) (Jerman), dan gaan (Belanda) yang artinya
kepemimpinan dan keadilan, h) baik juga “pergi”. Menurut Bahrun Rangkuti,
dan rendah hati, i) oleransi, kedamaian agama berasal dari kata “a-gama”. Arti
dan kesatuan, j) 4K ( kebersihan, “a” panjang ialah cara atau the way;
kesehatan, kerapian dan keamanan) sedangkan “gama” berasal dari kata
Sementara pada pedoman pendidikan Indojerman “gam” berarti sama dengan
karakter bagi anak usia dini yang kata Inggris to go, yaitu berjalan atau
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan pergi. Jadi agama artinya adalah cara-cara
Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat berjalan atau cara-cara untuk sampai pada
jenderal pendidikan Anak Usia Dini, keridlaan Tuhan. Dengan demikian, agama
Nonformal, dan Informal terkait dengan dirumuskan sebagai suatu jalan yang harus
karakter yang dikembangkan di Taman diikuti agar orang sampai ke suatu tujuan
Kanak-kanak adalah: yang suci dan mulia (Kurnia, 2015).
a) kecintaan terhadap Tuhan YME, b) Pendapat lain mengatakan juga bahwa
kejujuran, c) disiplin, d) toleransi dan agama berasal dari bahasa Sansakerta,
cinta damai, e) percaya diri, f) yakni “a” yang artinya tidak, dan “gam”
mandiri, g) tolong menolong, artinya pergi, berubah, atau bergerak. Oleh
kerjasama, dan gotong royong, h) karena itu dapat diartikan bahwa agama
hormat dan sopan santun, i) tanggung (maksudnya ajarannya) merupakan sesuatu
jawab, j) kerja keras, k) yang tidak berubah, atau sesuatu yang
kepemimpinan dan keadilan, l) kreatif, kekal abadi.
m) rendah hati, dan n) peduli Masih berkaitan dengan pengertian
lingkungan, o) cinta bangsa dan tanah agama, ada juga pendapat bahwa agama
air. (Kementrian Pendidikan Nasional, berasal dari kata “a” artinya tidak, dan
2012) “gama” artinya kacau. Jadi agama artinya
sesuatu yang tidak kacau. Berdasarkan
6. Metode dan Pendekatan, dalam beberapa pendapat di atas, dapat
Pengembangan Moral AUD disimpulkan bahwa agama adalah:
a. Bentuk pelaksanaan kegiatan a. Jalan yang harus diikuti supaya orang
program pengembangan Moral sampai ke tujuan
dapat dilakukan dengan cara b. Cara-cara berjalan atau cara-cara agar
rutin,, spontan, keteladanan, dan sampai ke suatu tujuan yang diridlai
terprogram dengan metode: Tuhan
berceritera, bernyanyi, bersajak,
26 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
c. Sesuatu yang membuat tidak kacau 3. Tujuan Pengembangan Nilai-nilai
(suatu tuntunan yang tidak membuat Agama Kepada Anak-anak
kacau manusia atau sesuatu yang Secara umum tujuan pengembangan
menertibkan hidup) nilai agama pada diri anak adalah
meletakkan dasar-dasar keimanan dengan
2. Unsur-unsur Pokok Agama pola takwa kepada-Nya dan keindahan
Agama mengandung tiga unsur pokok akhlak, cakap, percaya pada diri sendiri,
yang harus ada di dalamnya. Ketiga unsur serta memiliki kesiapan untuk hidup di
pokok itu menurut Endang Saifudin Ansari tengah-tengah dan bersama-sama dengan
(Kurnia, 2015) adalah sebagai berikut: masyarakat untuk menempuh kehidupan
a. Suatu sistem CREDO (tata keimanan yang diridhai-Nya.
atau tata keyakinan) atas sesuatu yang Adapun tujuan khusus pengembangan
mutlak di luar diri manusia. nilai agama pada anak-anak usia
b. Suatu sistem RITUS (tata peribadatan) prasekolah yaitu:
manusia kepada yang dianggapnya a. Mengembangkan rasa iman dan cinta
mutlak. terhadap Tuhan
c. Suatu sistem NORMA (tata kaidah) b. Membiasakan anak-anak agar
yang mengatur hubungan manusia melakukan ibadah kepada Tuhan
dengan alam lainnya sesuai dan c. Membiasakan agar perilaku dan sikap
sejalan dengan tata keimanan dan tata anak didasari dengan nilai-nilai
peribadatan termaksud di atas. agama
d. Unsur agama yang terakhir adalah d. Membantu anak agar tumbuh dan
sistem moral. Sistem moral biasa berkembang menjadi pribadi yang
disebut sebagai “akhlaq”. Akhlaq beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
tidak dapat dipisahkan dari ibadah
maupun keimanan sebab akhlaq pun 4. Pertumbuhan dan Perkembangan
merupakan manifestasi atau Rasa Keagamaan Pada Anak-anak
perwujudan iman terhadap Tuhan. Bagaimana rasa keagamaan tumbuh
Tiga unsur pokok di atas harus ada pada diri anak-anak? Kemampuan berpikir
pada agama sebagai syarat suatu agama. konkrit dan berfantasi yang dimiliki anak-
Dengan demikian secara garis besar, anak merupakan tahap awal untuk sampai
agama meliputi keimanan/keyakinan, pada kemampuan berpikir abstrak.
peribadatan kepada sesuatu yang diyakini, Berpikir abstrak adalah berpikir tentang
dan tata kaidah hubungan manusia dengan hal-hal yang berada di luar wilayah
alam semesta sesuai dengan tata keimanan jangkauan panca indera. Jika seorang anak
dan tata peribadatan. sudah mampu berfantasi, berarti ia sudah
Dari unsur-unsur agama tersebut akan mulai bisa menapak untuk memasuki
secara garis besar terdapat dua ajaran dunia lain yang bersifat abstrak, termasuk
dasar, yaitu ajaran tentang apa yang harus hidup beragama.
diyakini dan ajaran tentang apa yang harus Kemampuan dan kesenangan anak
dikerjakan. dalam berfantasi bisa melahirkan ide-ide
Ajaran tentang apa yang harus baru di luar cara berpikir konkritnya.
diyakini dinamakan pokok ajaran atau Misalnya anak-anak perempuan
kepercayaan. Sedangkan ajaran tentang melahirkan ide untuk berperan sebagai ibu
apa yang harus dikerjakan dinamakan pada saat bermain boneka-bonekaan, dan
cabang ajaran atau hukum perbuatan. Di anak laki-laki (ingin/suka) berperan
dalam Agama islam, ajaran tentang sebagai bapak/ayahnya. Mereka bermain
keyakinan tersebut dinamakan “Iman” dan rumah-rumahan dan memerankan diri
ajaran tentang apa yang harus dikerjakan sebagai seorang ibu dan ayah di dalam
dinamakan “Islam”. sebuah keluarga
Dengan peran-peran hasil fantasi yang
dimainkannya mereka meniru dan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 27
memindahkan segala atau sebagian bentuk anak-anak yang memiliki dasar-dasar
ucapan, sikap, tindakan, atau perbuatan keimanan dan ketaatan yang kuat terhadap
orang-orang dewasa ke dalam dirinya. Tuhan. Sebaliknya jika orang tua acuh tak
Pada saat itu mereka sudah bisa memilih acuh dan sama sekali tidak taat
dan membedakan perannya masing-masing menjalankan perintah agama; maka tidak
dalam permainan. Pada saat itu pula ada perilaku keagamaan yang bisa
mereka mampu memerankan dirinya diteladani dan ditiru oleh anak-anaknya.
seperti orang-orang dewasa. Mereka Oleh karena itu keteladanan dan
mampu membedakan perbuatan yang baik hubungan antara orang tua dengan anak-
dan yang buruk, yang boleh dilakukan dan anak di dalam keluarga mempunyai
yang tidak boleh, dan sebagainya. pengaruh yang sangat besar terhadap
Peran ayah dan ibu yang dimainkan pertumbuhan dan perkembangan agama
anak-anak tidak muncul dengan anak-anaknya. Jika orang tua
sendirinya, melainkan dari hasil menginginkan anak yang shaleh (taat
pengalaman dan pengamatan anak dalam beragama) maka mulailah dari diri sendiri.
kehidupan sehari-hari di rumahnya. Orang tua harus memiliki kesiapan untuk
Sedangkan pemilihan dan pengambilan membentuk dan mewujudkan keluarga
peran yang dimainkannya itu merupakan yang taat menjalankan agama, tangguh dan
perwujudan dari rasa kagum, salut, senang, berkualitas.
bangga, dan cinta terhadap orang tuanya Kapan perasaan keagamaan mulai
dalam memperlakukan (khususnya) dirinya tumbuh pada diri anak-anak? Pertumbuhan
dengna baik, penuh perhatian, dan kasih agama tidak muncul dengan sendirinya,
saying, sehingga mereka meniru peran- melainkan karena adanya rangsangan
peran tersebut. (stimulus) yang sangat kuat dan berulang-
Akumulasi dari rasa kagum, salut, ulang yang muncul dari luar diri anak-
senang, bangga, dan cinta anak-anak anak. Pertama, pendengaran anak-anak
melahirkan tanggapan baru terhadap orang terangsang dengan suara/bahasa yang
tuanya, terutama terhadap ayahnya. Ayah memuat nilai agama yang diucapkan
merupakan lambang kewibawaan dan ibu berulang-ulang; kedua, pengelihatan
sebagai lambang kasih saying. Mereka (mata), anak-anak terangsang dengan sikap
dipandang oleh anak-anak sebagai sosok dan perilaku keagamaan yang berulang-
yang sempurna dan tanpa cela. ulang; dan ketiga, adanya pemicu bagi
Siapakah orang yang pertama anak berupa fasilitas yang tersedia untuk
menanamkan benih dan menumbuhkan meniru dan melakukan praktek
rasa keagamaan pada anak-anak? Orang keagamaan, sehingga proses peniruan
tua di rumah merupakan faktor utama dan (imitasi) terhadap perilaku keagamaan
pertama dalam menentukan kepribadian yang dilakukan oleh orangtuanya
anak termasuk agamanya. Agama seorang berlangsung dengan mulus dan tanpa
anak pada umumnya ditentukan oleh hambatan.
pendidikan, pengalaman, dan latihan- Dengan demikian pertumbuhan agama
latihan yang dilaluinya sejak kecil pada anak-anak telah mucul sejak
terutama oleh orang tuanya di dalam pendengaran (dan pengelihatan) mereka
keluarga. Dalam hal ini orang tua dapat mulai berfungsi. Meskipun demikian
menanamkan, menumbuhkan, dan pertumbuhan agama pada anak-anak tidak
mengembangkan dasar-dasar keimanan akan segera muncul atau tumbuh jika
(keagamaan) pada diri anak-anaknya. stimulus yang memuat pesan nilai-nilai
Jika orang tua mengerti agama, taat keagamaan tidak atau kurang menarik
menjalankan perintah agama, mampu perhatian anak-anak.
memberikan contoh yang baik (uswatun Menurut Darajat (Kurnia, 2015),
hasanah) dan mengarahkan anak-anaknya pertumbuhan agama telah muncul ketika
untuk hidup beragama dan memiliki anak belum bisa bicara. Sebelum anak
akhlak yang mulia, tentu akan melaahirkan belum bisa bicara anak telah dapat melihat
28 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
dan mendengarkan kata-kata yang sering Seperti memberi latihan menghafal,
diucapkan orang tuanya yang semula tidak mengucapkan, memperagakan, dan
mendapatkan perhatian dari anak-anak dan sebagainya
tidak mempunyai arti apa-apa, jika sering e. Imitative: anak banyak belajar dari
diucapkan dan terdengar oleh mereka apa yang mereka lihat secara
maka akan menjadi pusat perhatiannya. langsung. Mereka banyak meniru dari
Demikian juga sikap, mimik, dan situasi, apa yang pernah dilihatnya sebagai
saat orang tua mengucapkannya lambat sebuah pengalaman belajar.
laun akan diamatinya, dan selanjutnya Dengan demikian guru dan orang tua
ditirunya. Pada saat demikian, si anak harus memperhatikan sifat-sifat tersebut
belum mengerti tentang agama dan belum untuk kepentingan menentukan pendekatan
tahu tentang Tuhan. Tetapi anak telah pembelajaran yang tepat buat anak. Kita
tumbuh untuk memasuki kehidupan harus tetap melakukan pendekatan
beragama. progresif dan penyadaran jiwa dan
Selanjutnya pengetahuan anak tentang kepribadian mereka.
tuhan dan pengertian anak tentang agama
akan sejalan dengan pertumbuhan dan 6. Esensi, Prinsip-prinsip dan Bentuk
perkembangan kecerdasan dan Kegiatan Pengembangan nilai
pengalamannya. Keagamaan di PAUD

5. Sifat-sifat Pemahaman Anak Taman a. Esensi Pengembangan Nilai


Kanak-kanak pada Nilai-nilai Keagamaan
Keagamaan Pengembangan nilai keagamaan
Sifat-sifat pemahaman anak usia terhadap anak Usia Dini adalah suatu
Taman Kanak-kanak terhadap nilai-nilai upaya pengembangan nilai-nilai
keagamaan pada saat mengikuti kegiatan keagamaan yang ditujukan kepada anak
belajar mengajar di antaranya: sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
a. Unreflective: pemahaman dan yang dilakukan melalui pemberian
kemampuan anak dalam mempelajari rangsangan pendidikan untuk membantu
nilai-nilai agama sering menampilkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
suatu hal yang tidak serius. Mereka dan rohani agar anak memiliki kesiapan
melakukan kegiatan ibadah pun dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
dengan sikap dan sifat dasar yang Dalam Peraturan Pemerintah No. 27/1990
kekanak-kanakan. Tidak mampu Pasal 1 tentang Pendidikan Prasekolah,
memahami konsep agama dengan dinyatakan:
mendalam. Eksistensi Taman Kanak-kanak sangat
b. Egocentris: dalam mempelajari nilai- strategis untuk membantu
nilai agama, anak usia Taman Kanak- pertumbuhan dan perkembangan
kanak terkadang belum mampu jasmani dan rohani terutama jiwa
bersikap dan bertindak konsisten. keagamaan anak di luar lingkungan
Anak lebih terfokus pada hal-hal yang keluarga sebelum memasuki
menguntungkan dirinya. pendidikan dasar yang
c. Misunderstand: anak akan diselenggarakan di jalur pendidikan
mengalami salah pengertian dalam prasekolah atau di jalur pendidikan
memahami suatu ajaran agama yang luar sekolah.
banyak bersifat abstrak. Keberadaan Pendidikan Anak Usia
d. Verbalis dan Ritualis: kondisi ini Dini sangat strategis guna meletakkan
dapat dimanfaatkan untuk dasar-dasar keagamaan.
mengembangkan nilai-nilai agama Menumbuhkembangkannya, dan menjadi
pada diri mereka dengan cara motivasi spiritual sehingga menjadi
memperkenalkan istilah, bacaan, dan pondasi yang kokoh dan sangat penting
ungkapan yang bersifat agamis. baik untuk melanjutkan pada jenjang
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 29
pendidikan sekolah Dasar maupun sebagai terprogram, kegiatan rutin, kegiatan
modal awal yang baik guna menghadapi spontan, dan keteladanan.
kehidupan yang akan datang. 1) Kegiatan pengembangan nilai agama
secara terprogram dilaksanakan
b. Prinsip-prinsip Kegiatan dengan perencanaan khusus dalam
Pengembangan nilai Keagamaan di kurun waktu tertentu untuk memenuhi
PAUD kebutuhan anak secara individual,
Dalam melaksanakan program kelompok, dan atau klasikal di dalam
pembentukan perilaku melalui pembiasaan, maupun di luar kelas.
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip 2) Kegiatan pengembangan agama secara
sebagai berikut : tidak terprogram dapat dilaksanakan
1) Guru menciptakan hubungan yang sebagai berikut:
baik dan akrab sehingga tidak ada a) Kegiatan Rutin, yaitu kegiatan
kesan bahwa guru adalah figur yang yang dilakukan terjadwal, seperti:
menakutkan bagi anak. berdo’a, ibadah khusus
2) Guru senantiasa bersikap dan keagamaan bersama, keberaturan,
bertingkah laku yang dapat dijadikan pemeliharaan kebersihan dan
contoh/teladan bagi anak kesehatan diri.
3) Memberikan kesempatan kepada anak b) Kegiatan Spontan, adalah
untuk membedakan dan memilih kegiatan tidak terjadwal dalam
mana perilaku yang baik dan mana kejadian khusus seperti:
yang tidak baik. Guru sebagai pembentukan perilaku memberi
pembimbing hanya mengarahkan dan salam, membuang sampah pada
menjelaskan akibat-akibatnya. tempatnya, antri, mengatasi
4) Dalam memberikan tugas kepada anak pertengkaran, dan lain-lain.
agar diusahakan berupa ajakan dan c) Kegiatan Keteladanan, adalah
perintah dengan bahasa yang baik kegiatan dalam bentuk perilaku
5) Agar anak mau berperilaku sesuai sehari-hari seperti: berdo’a,
dengan yang diharapkan guru berpakaian rapi, berbahasa yang
memberikan rangsangan (motivasi) baik, gemar menolong, memuji
dan bukan paksaan. kebaikan dan atau keberhasilan
6) Apabila ada anak yang berperilaku orang lain, , sabar, dan lain-lain.
berlebihan, hendaknya guru berusaha Selain itu Pengembangan nilai agama
untuk mengendalikan tanpa emosi. hendaknya dilaksanakan melalui kegiatan
7) Terhadap anak yang menunjukkan terintegrasi dan kegiatan khusus. Kegiatan
perilaku bermasalah, peran guru terintegrasi berupa pengembangan materi
adalah sebagai pembimbing dan nilai-nilai agama yang disisipkan melalui
bukan penghukum. pengembangan bidang kemampuan dasar.
8) Pelaksanaan program pembentukan Sedangkan kegiatan khusus merupakan
perilaku bersifat luwes/fleksibel. program kegiatan yang pelaksanaannya
tidak dimasukkan atau tidak harus
c. Bentuk Kegiatan Pengembangan dikaitkan dengan pengembangan bidang
Nilai Moral di PAUD kemampuan dasar lainnya, sehingga
Untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu dan penanganan
pembentukan kepribadian anak agar khusus.
mampu terwarnai dengan nilai-nilai
agama, maka perlu didukung oleh unsur 7. Pokok-pokok Materi
keteladanan dari orang tua dan guru. Untuk Pengembangan Nilai Keagamaan
tujuan tersebut dalam pelaksanaannya guru pada Anak Usia Dini
dapat mengembangkan strategi Dalam proses pembinaan dan
pembelajaran dalam bentuk kegiatan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak
30 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
usia Taman Kanak-kanak, muatan materi Ada beberapa metode yang dapat
pembelajarannya harus bersifat: digunakan untuk pengembangan nilai
a. Aplikatif: materi pembelajaran agama kepada anak-anak, diantaranya :
bersifat terapan, yang berkaitan a. Metode bermain,
dengan kegiatan rutin anak sehari-hari Bermain juga dapat digunakan sebagai
dan sangat dibutuhkan untuk alat pengembangan nilai agama;
kepentingan aktivitas anak, serta yang seperti bermain peran untuk
dapat dilakukan anak dalam mengabstraksikan perana Nabi
kehidupannya. Ibrahim As. Ketika mengajarkan
b. Enjoyable: pengajaran materi dan kaummnya yang musrik untuk
materi yang dipilih diupayakan mencaribTuhan yang diawali dengan
mampu membuat anak senang, pengenalan benda-benda langit atau
menikmati dan mau mengikuti dengan permainan pura-pura yang dapat
antusias. mengembangkan nilai-nilai social,
c. Mudah ditiru: materi yang disajikan nilai moral, nilai sejarah, atau nilai-
dapat dipraktekkan sesuai dengan nilai agama, dan sebagainya.
kemampuan fisik dan karakter lahiriah b. Metode karyawisata
anak Dalam pendidikan Islam, karyawisata
Ada beberapa prinsip dasar dalam disebut Tadabur Alam. Metode
rangka menyampaikan materi karyawisata ini pun dapat dijadikan
pengembangan nilai-nilai agama bagi anak alat untuk mencapai semua program
Taman Kanak-kanak di antaranya: pengembangan di TK
a. penekanan pada aktivitas anak sehari- c. Metode demonstrasi
hari Dalam pengembangannya nilai
b. pentingnya keteladanan dari keagamaan, metode ini bisa dilakukan
lingkungan dan orang tua/keluarga guru ketika menerangkan cara-cvara
anak thaharah (berwudhu), cara-cara sholat,
c. kesesuaian dengan kurikulum spiral etika makan dan sebagainya.
d. prinsip developmentally appropriate d. Metode bercerita
practice (DAP)/ pembelajaran yang Salah satu kegemaran anak-anak
tepat sesuai dengan perkembangan adalah mendengarkan cerita. Melalui
anak cerita seorang guru dapat menerapkan
e. prinsip psikologi perkembangan anak nilai-nilai keagamaan kepada anak.
f. prinsip monitoring yang rutin Cerita yang dibawakan hendaknya
yang berhubungan dengan dunia anak-
8. Metode dan Pendekatan anak sehinga akan lebih menarik
Pengembangan Nilai-nilai minat mereka untuk mendengarkan.
Keagamaan Dalam bercerita, guru hendaknya
Pada prinsipnya pengembangan nilai dapaty mendramatisasi berbagai cerita
keagamaan kepada anak adalah tentang kisah yang layak diteladani
menanamkan dasar-dasar nilai agama dan oleh anak. Bentuk cerita sebaiknya
mengembangkannya sehingga kelak tidak didominasi fable, tetapi
menjadi adat kebiasaan. Untuk itu guru sebaiknya juga kisah-0kisah para Nabi
PAUD dituntut memiliki kemampuan dan rasul, beserta Mukjizatnya. Akan
professional dan komprehensif terutama lebih baik lagi, apabila guru
dalam memilih dan menentukan metode- menerangkan cerita itu yang
metode yang efektif dan efisien. Dengan berhubungan dengan kehidupan para
demikian proses belajar mengajar Nabi dan rasul Tuhan ketika masih
berlangsung dengan singkat tanpa merebut kecil. Seperti bagaimana kehidupan
hak anak untuk bermain; artinya bentuk Nabi Yusuf AS, Nabi Ibrahim, Nabi
kegiatan dilakukan dalam suasana terbuka Muhammad SAW, dan sebagainya
dan menyenangkan. e. Metode uswah hasanah
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 31
Dalam Islam, metode Uswah Hasanah bisa terukir menjadi habit of the mind,
menempati porsi utama dan pertama, heart dan hands (Megawangi, 2010).
terutama untuk membentuk nilai dan Teknis pelaksanaan pengembangan nilai
perilaku yang baik bagi anak-anak. moral dan agama pada anak di TK secara
Pengemabangan nilai-nilai agama formal dilakukan 15 – 20 menit setiap hari
akan lebih tepat karena anak-anak sebelum kegiatan belajar dimulai
memiliki kecenderungan untuk meniru (apersepsi awal) dengan bentuk kegiatan
perlaku yang diperankan atau yang dengan menggunakan metode: Melalui
ditampilkan guru. Ceramah (menerangkan konsep), Melalui
permainan, Bercerita, Bernyanyi,
SIMPULAN keteladanan, Bermainperan, karyawisata,
Pengembangan nilai agama, moral dan sebagainya. Adapun bentuk
dalam program pendidikan anak usia dini kegiatannya dilakukan melalui kegiatan
(AUD) dimasukkan dalam bidang rutin, spontan, keteladanan, dan
pembentukan perilaku yang dilakukan terprogram. Cara pengembangan nilai
secara terus menerus dan ada dalam agama pada anak meliputi mengenalkan
kehidupan sehari-hari anak di PAUD. tuhan, mengenalkan ibadah kepada-Nya,
Tujuan pengembangan nilai-nilai/ dan menanamkan akhlak yang baik.
pembentukan perilaku adalah
mempersiapkan anak sedini mungkin DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan sikap dan perilaku yang Depdiknas. Kompetensi Guru (2007).
didasari oleh nilai agama dan moral Indonesia.
sehingga dapat hidup sesuai dengan Dewey, J. (1997). Experience and Education.
norma-norma yang dianut oleh New York: Collier Books.
masyarakat. Pembentukan perilaku ini Fauziddin, M. (2016). Pembelajaran Agama
Islam Melalui Bermain pada Anak Usia
berfungsi untuk mencapai beberapa hal:
Dini (Studi Kasus di TKIT Nurul Islam
Menanamkan pembiasaan sikap dan Pare Kebupaten Kediri Jawa Timur).
perilaku yang didasari oleh nilai agama JURNAL PAUD TAMBUSAI, 2(2), 8–17.
dan moral sehingga anak dapat hidup Kementrian Pendidikan Nasional. (2012).
sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung Pedoman Pendidikan Karakter pada
oleh Masyarakat Membantu anak agar Pendidikan anak Usia Dini, Direktorat
tumbuh menjadi pribadi yang matang dan Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
mandiri Menanamkan budi pekerti yang Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
baik Melatih anak untuk dapat Usia Dini, Nonformal, dan Informal.
membedakan sikap dan perilaku yang baik Jakarta: Kemendiknas.
dan yang tidak baik sehingga dengan sadar Kohlberg, L. (1995). Tahap – Tahap
Perkembangan Moral (Alih bahasa John
berusaha menghindarkan diri dari
de Santo dan Agus Cremers SVD).
perbuatan tercela Sebagai wahana untuk Yogyakarta: Kanisius.
terciptanya situasi belajar anak yang Kurnia, Y. (2015). Pengembangan
berlangsung tertib, aktif, dan penuh Kemampuan Nilai-nilai Agama dan
perhatian Melatih anak didik untuk Moral di TK. Bandung: PPPPTK TK dan
mencintai lingkungan yang bersih dan PLB.
sehat Menanamkan kebiasaan disiplin Lickona, T. (1992). Educating for Character,
dalam kehidupan sehari-hari How Our Schools Can Teach Respect
Pengembangan nilai moral dan agama and Responsibility. New York: Bantam
dilakukan melalui proses knowing the Books.
good, reasoning the good, loving and Megawangi, R. (2010). Pengembangan
Program Pendidikan Karakter di Sekolah;
feeling the good, and acting the good yaitu
Pengalaman Sekolah Karakter. Jakarta.
proses melibatkan aspek kognitif, emosi Republik Indonesia. Sistem Pendidikan
dan fisik dengan menanamkan nilai Nasional (2003). Indonesia.
karakter kejujuran sehingga akhlak mulia
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 32 – 41
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.29

Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak


Usia Dini

Rusdial Marta
Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Abstrak
Anak down syndrome banyak yang mampu berbicara dengan baik, namun dalam
menyampaikan kosa katanya masih kurang, pada umumnya mereka mengalami kesukaran
berpikir abstrak. Proses pembelajaran khususnya kognitif, aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membangkitkan, membedakan, menemukan dan menerapkan makna
yang terkandung dalam suatu pembelajaran sangat sulit dilakukan oleh anak down syndrome.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode puzzle, yang
membuat mereka tertarik, agar mereka merasa tidak ada paksaan, menerima materi dengan
mudah, tidak bosan, dengan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Penanganan Kognitif Anak Down Syndrome
Melalui Metode Puzzle. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kajian pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi
celah dalam penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini
penggunaan metode puzzle dapat meningkatkan kognitif anak.

Kata kunci : Kognitif, Down syndrome, puzzle

Abstract
Down syndrome children are able to speak well, but in delivering the vocabulary is still
lacking, they generally have difficulty thinking abstract. Learning process, especially
cognitive, thinking aspects such as remembering, understanding, evoking, differentiating,
finding and applying the meanings contained in a learning is very difficult to be done by the
child's Down syndrome. One of the media that can be used in learning that is the method of
puzzle, which makes them interested, so they feel no coercion, accept the material easily, not
bored, with these methods can improve cognitive abilities. The purpose of this study is to
describe Cognitive Handling of Down Syndrome Children Through Puzzle Method. The
research method used in this study is a literature review that links research with existing
literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study the use of
puzzle methods can improve the cognitive child.Keywords: Cognitive, Down syndrome ,
puzzle.

Keywords: Cognitive, Down syndrome, puzzles

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : dial.fredo90@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 33

PENDAHULUAN proses pembelajaran karena kelainan fisik,


Pendidikan anak usia dini (PAUD) emosional, mental, sosial atau memiliki
adalah pendidikan sebelum jenjang potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
pendidikan dasar, yang merupakan suatu Menurut Undang – Undang perlindungan
upaya pembinaan yang ditujukan pada anak anak yaitu anak mempunyai hak untuk
usia lahir sampai usia enam tahun yang tumbuh dan berkembang, bermain,
dilakukan melalui pemberian ransangan beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam
pendidikan untuk membantu pertumbuhan suatu pendidikan termasuk anak
dan perkembangan jasmani dan rohani agar berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak
anak memiliki kesiapan dalam dalam yang secara signifikan mengalami kelainan
pendidikan lebih lanjut. PAUD dititik / penyimpangan (fisik), mental, inteletual,
beratkan pada pertumbuhan dan sosial dan emosional dalam proses
perkembangan fisik, kecerdasan sosial perkembangannya. ABK merupakan istilah
emosional, untuk memenuhi hak belajar untuk / menggantikan kata anak luar biasa
anak, kegiatan pembelajaran dilakukan (ALB).
dalam keadaan menyenangkan, kognitif, Down syndrome salah satu ABK
dan memungkinkan anak menjadi yang mana merupkan suatu kondisi
termotivasi dan antusias (Hasan, 2011) . keterbelakangan perkembangan fisik dan
PAUD diselenggarakan bertujuan mental pada anak yang disebabkan adanya
untuk membentuk anak berkualitas, abnormalitas perkembangan kromosom
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di menurut (L, Batshaw, n.d.) dalam (Menurut
dalam memasuki pendidikan dasar serta Bandi:1992) anak cacat mental pada
mengarungi kehidupan dimasa dewasa, umumnya mempunyai kelainan yang lebih
sebagaimana dalam pasal 28 Undang- dibandingkan cacat lainnya, terutama
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor intelegensinya. Hampir semua kemampuan
20 Tahun 2003 ayat 1 dinyatakan termasuk kognitif anak cacat mental mengalami
anak usia dini adalah anak yang masuk kelainan seperti lambat belajar, kemampuan
rentang usia 0 – 6 tahun. Keseriusan mengatasi masalah, kurang dapat
pemerintah dalam memberikan dukungan mengadakan hubungan sebab akibat,
terhadap pembelajaran untuk anak usia dini sehingga penampilan sangat berbeda
melalui Keprse no 36 tahun 1999 tanggal dengan anak lainnya. Anak cacat mental
25 agustus 1990 telah melakukan retivitasi ditandai dengan lemahnya kontrol motorik,
konvensi tentang hak – hak anak kurang kemampuannya untuk mengadakan
(convention on the right of child) yang koordinasi, tetapi dipihak lain dia masih
diantaranya menyatakan bahwa, setiap anak bisa dilatih untuk mencapai kemampuan
berhak memperoleh perlindungan, sampai ke titik normal. Tanda-tanda lainnya
perawatan memperoleh perlindungan, seperti membaca buku ke dekat mata, mulut
perawatan dan pedidikan. selalu terbuka untuk memahami sesuatu
Dalam Undang - Undang pengertian memerlukan waktu yang lama,
Republik Indonesia dikemukan tentang mempunyai kesulitan sensoris, mengalami
sistem pendidikan Nasional No 20 tahun hambatan berbicara dan perkembangan
2003 dalam pasal 32 ayat 1, bahwa verbalnya.
pendidikan khusunya merupakan Sejalan dengan (Gunarhadi, 2005)
pendidikan bagi peserta didik yang down syndrome merupakan suatu kumpulan
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti gejala akibat dari abnormalitas kromosom,
34 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

biasanya kromosom 21, yang tidak dapat Untuk mengatasi masalah yang ada
memisahkan diri selama meiosis sehingga maka seorang pendidik harus mampu
terjadi individu dengan 47 kromosom. menyiapkan media / alat bantu, agar mereka
Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan dapat menerima dan dapat memahami,
berubah jika terdapat kromosom ekstra atau menggunakan contoh sederhana dan
tidak normal, dan itulah yang menjadi dilakukan dengan media tersebut. Dengan
penyebab down syndrome, keterbelakangan kegiatan ini diharapkan dapat
secara fisik dan mental, karena down menumbuhkan dan meningkatkan
sydrome merupakan salah satu penyebab kemampuan kognitifnya, dalam suasana
dari retaldasi mental, dimana anak-anak bermain yang menyenangkan.
yang mengalami keterbelakangan dalam
bahasa , berbicara, keterbelakangan mental PEMBAHASAN
diakibatkan oleh adanya gangguan pada A. Tinjauan Tentang Kognitif
system syaraf pusat dan dalam, terapi Secara umum kognitif diartikan
wicara kondisi ini disebut dengan disleksia, potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
biasanya mengalami kesulitan dalam hal- pengetahuan (knowledge), pemahaman
hal berhubungan dengan belajar karena (comprehention), penerapan (aplication),
kemampuan atensinya, metakognisi, analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
mengingat, dan generelisasinya yang evaluasi (evaluation).Kognitif berarti
lambat dibandingkan dengan anak yang persoalan yang menyangkut kemampuan
normal. Down syndrome tidak bisa untuk mengembangkan kemampuan
disembuhkan, namun dengan dukungan dan rasional (akal). Teori kognitif lebih
perhatian yang maksimal, anak-anak menekankan bagaimana proses atau upaya
dengan down syndrome bisa tumbuh untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
dengan bahagia. rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Kognitif merupakan proses berpikir Teori Jean Piaget (Suparno, 2011)
yaitu kemampuan individu untuk tentang perkembangan kognitif
menguhubungkan, menilai memberikan batasan kembali tentang
mempertimbangkan suatu kejadian atau kecerdasan, pengetahuan dan hubungan
peristiwa. Dengan kemampuan kognitif ini anak didik dengan lingkungannya.
maka anak di pandang sebagai individu Kecerdasan merupakan proses yang
yang secara aktif membangun sendiri berkesinambungan yang membentuk
pengetahuan mereka tentang dunia. struktur yang diperlukan dalam interaksi
Perkembangan kognitif merupakan salah terus menerus dengan lingkungan. Struktur
satu perkembangan manusia yang yang dibentuk oleh kecerdasan,
berkaitan dengan pengetahuan yakni semua pengetahuan sangat subjektif waktu masih
proses psikologis yang berkaitan dengan bayi dan masa kanak – kanak awal dan
bagaimana, individu mempelajari dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
memikirkan lingkungan menurut Piaget Piaget juga memberikan proses
dalam (Darsinah, 2011), menyebutkan pembentukan pengetahuan dari pandangan
bahwa kognitif adalah bagaimana anak yang lain, ia menguraikan pengalaman
beradaptasi dan menginterprestasikan objek fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri –
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. ciri dari obyek, pengalaman logis
matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui proses pemikiran anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 35

didik. Sruktur tindakan, operasi kongkrit b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun)


dan operasai formal dibangun dengan jalan Pada tingkat ini, anak telah
logis – matematis. menunjukkan aktivitas kognitif dalam
Perkembangan kognitif merupakan menghadapi berbagai hal diluar dirinya.
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi Aktivitas berfikirnya belum mempunyai
hingga dewasa, menurut Piaget sistem yang teroganisasikan. Anak sudah
perkembangan yang berlangsung melalui dapat memahami realitas di lingkungan
empat tahap dan kita semua akan melalui dengan menggunakan tanda –tanda dan
keempat tahap tersebut, meskipun mungkin simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat
setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten,
Setiap tahap dimasuki ketika otak kita dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-
sudah cukup matang untuk memungkinkan ciri: 1. Transductive reasoning, yaitu cara
logika jenis baru atau operasi. Menurut berfikir yang bukan induktif atau deduktif
(Jarvis, 2011), Semua manusia melalui tetapi tidak logis 2. Ketidak jelasan
setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang hubungan sebab-akibat, yaitu anak
berbeda, jadi mungkin saja seorang anak mengenal hubungan sebab akibat secara
yang berumur 6 tahun berada pada tingkat tidak logis 3. Animisme, yaitu menganggap
operasional konkrit, sedangkan ada seorang bahwa semua benda itu hidup seperti
anak yang berumur 8 tahun masih pada dirinya 4. Artificialism, yaitu kepercayaan
tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. bahwa segala sesuatu di lingkungan itu
Namun urutan perkembangan intelektual mempunyai jiwa seperti manusia 5.
sama untuk semua anak, struktur untuk Perceptually bound, yaitu anak menilai
tingkat sebelumnya terintegrasi dan sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di
termasuk sebagai bagian dari tingkat- dengar 6. Mental experiment yaitu anak
tingkat berikutnya. (Suryo, 2011). mencoba melakukan sesuatu untuk
a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) menemukan jawaban dari persoalan yang
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir dihadapinya 7. Centration, yaitu anak
hingga berusia dua tahun, bayi belajar memusatkan perhatiannya kepada sesuatu
tentang diri mereka sendiri dan dunia ciri yang paling menarik dan mengabaikan
mereka melalui indera mereka yang sedang ciri yang lainnya Egosentrisme, yaitu anak
berkembang dan melalui aktivitas motor. ( melihat dunia lingkungannya menurut
Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and kehendak dirinya. (Surya, 2003).
Ruth Duskin Feldman : 2008). Aktivitas c. Tahap Operasional Konkrit (7-12
kognitif terpusat pada aspek alat dria tahun)
(sensori) dan gerak (motor), artinya dalam Pada tahap ini, anak sudah cukup
peringkat ini, anak hanya mampu matang untuk menggunakan pemikiran
melakukan pengenalan lingkungan dengan logika atau operasi, tetapi hanya untuk
melalui alat drianya dan pergerakannya. objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap
Keadaan ini merupakan dasar bagi ini, anak telah hilang kecenderungan
perkembangan kognitif selanjutnya, terhadap animism dan articialisme.
aktivitas sensori motor terbentuk melalui Egosentrisnya berkurang dan
proses penyesuaian struktur fisik sebagai kemampuannya dalam tugas-tugas
hasil dari interaksi dengan lingkungan. konservasi menjadi lebih baik. Namun,
(Surya, 2003). tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-
anak pada tahap operasional kongkrit
36 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

masih mengalami kesulitan besar dalam 1. Fisik


menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Interaksi antara individu dan dunia luat
Jarvis : 2011). Sebagai contoh anak-anak merupakan sumber pengetahuan baru,
yang diberi tiga boneka dengan warna tetapi kontak dengan dunia fisik itu
rambut yang berlainan (edith, susan dan tidak cukup untuk mengembangkan
lily), tidak mengalami kesulitan untuk pengetahuan kecuali jika intelegensi
mengidentifikasikan boneka yang individu dapat memanfaatkan
berambut paling gelap. Namun ketika pengalaman tersebut.
diberi pertanyaan, “rambut edith lebih 2. Kematangan
terang dari rambut susan. Rambut edith Kematangan sistem syaraf menjadi
lebih gelap daripada rambut lily. Rambut penting karena memungkinkan anak
siapakah yang paling gelap?”, anak-anak memperoleh manfaat secara maksimum
pada tahap operasional kongkrit dari pengalaman fisik. Kematangan
mengalami kesulitan karena mereka belum membuka kemungkinan untuk
mampu berpikir hanya dengan perkembangan sedangkan kalau kurang
menggunakan lambing-lambang. hal itu akan membatasi secara luas
prestasi secara kognitif. Perkembangan
d. Tahap Operasional Formal (12 berlangsung dengan kecepatan yang
tahun ketas) berlainan tergantung pada sifat kontak
Pada umur 12 tahun keatas, timbul dengan lingkungan dan kegiatan belajar
periode operasi baru. Periode ini anak dapat sendiri.
menggunakan operasi-operasi konkritnya 3. Pengaruh sosial
untuk membentuk operasi yang lebih Lingkungan sosial termasuk peran
kompleks. ( Matt Jarvis : 2011). Kemajuan bahasa dan pendidikan, pengalaman
pada anak selama periode ini ialah ia tidak fisik dapat memacu atau menghambat
perlu berpikir dengan pertolongan benda perkembangan kognitifnya.
atau peristiwa konkrit, ia mempunyai
kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak- B. Tinjauan Tentang Down Syndrome
anak sudah mampu memahami bentuk Down Syndrome adalah suatu
argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi kondisi keterbelakangan perkembangan
argumen dan karena itu disebut operasional fisik dan mental pada anak yang disebabkan
formal. adanya abnormalitas perkembangan
Sejalan dengan itu apabila kita lihat kromosom. (cuncha: 1992). Ahli pertama
dari aspek tenaga pendidik misalnya. yang mengidentifikasikan gangguan ini
Seorang guru diharuskan memiliki adalah John Langdon Down. Berdasarkan
kompetensi bidang kognitif. Artinya hasil penelitian bahwa terjadi mutasi gen
seorang guru harus memiliki kemampuan pada kromosom 21, dimana terdapat
intelektual, seperti penguasaan materi tambahan bagian pada kromosom tersebut.
pelajaran, pengetahuan mengenai cara Jadi Sindrome Down adalah suatu keadaan
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa fisik yang disebabkan oleh mutasi gen
dan sebagainya. Adapun faktor yang ketika anak berada dalam kandungan.
berpengaruh dalam perkembangan Kognitif, Menurut (Chaplin, 1991), down
yaitu : syndrome adalah satu kerusakan atau cacat
fisik bawaan yang disertai keterbelakangan
mental, lidahnya tebal, dan retak-retak atau
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 37

terbelah, wajahnya datar ceper, dan Adapun karakteristik Anak Down


matanya miring. Sedangkan menurut syndrome Gejala yang muncul dapat
(Kartono, 1987), down syndrome adalah bervariasi, mulai dari yang tidak tampak
suatu bentuk keterbelakangan mental, sama sekali, tampak minimal sampai
disebabkan oleh satu kromosom tembahan. muncul tanda yang khas : Penderita dengan
IQ anak down syndrome biasanya dibawah tanda khas sangat mudah dikenali dengan
50, sifat-sifat atau ciri-ciri fisiknya adalah adanya penampilan fisik yang menonjol
berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya sangat berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari
mencolok, salah satunya yang paling sering normal (microchephaly) dengan bagian
diamati adalah matanya yang serong ke (anteroposterior) kepala mendatar,
atas. Sedangkan, dari segi sitologi, down penderita down syndrome mempunyai paras
syndrome dapat dibedakan menjadi 2 tipe, muka yang hampir sama seperti muka
yaitu: orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya
1. Down Sindrome Triplo-21 atau Trisomi tampak sela hidung yang datar. Pangkal
21, sehingga penderita memiliki 47 hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata
kromosom. Penderita laki-laki= jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
47,xy,+21, sedangkan perempuan= Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah
47,xx,+21. Kira-kira 92,5% dari semua yang besar menyebabkan lidah selalu
kasus syndrome down tergolong dalam terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah
tipe ini, yang menonjol keluar (macroglossia).
2. Down Sindrome Translokasi, yaitu Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur
peristiwa terjadinya perubahan struktur serta otot yang lemah (hypotomus) ;
kromosom, disebabkan karena suatu mengakibatkan pertumbuhan terganggu
potongan kromosom bersambungan (terlambat dalam proses berguling,
dengan potongan kromosom lainnya merangkak, berjalan, berlari dan berbicara)
yang bukan homolog-nya (Suryo, 2011). Sejalan dengan ciri ciri dari down
Kesimpulan yang diperoleh dari sindrom Adapun gejala-gejalanya yang
berbagai definisi di atas adalah Down dapat dilihat yaitu: 1. Anak-anak yang
Syndrom merupakan suatu kondisi menderita kelainan ini umumnya lebih
keterbelakangan mental dan fisik yang pendek dari anak yang umurnya sebaya, 2.
disebabkan oleh kelainan kromosom. Anak Kepandaiannya lebih rendah dari normal,
yang mengalami down syndrome, biasanya 3.Lebar tengkorak kepala pendek, mata
memiliki IQ di bawah 50. sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah
Gambar kromosom anak Down kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar
Syndrom dengan jari-jari pendek, 4. Pada beberapa
orang, mempunyai kelaianan jantung
bawaan. Juga sering ditemukan kelainan
saluran pencernaan seperti atresia esofagus
(penyumbatan kerongkongan) dan atresia
duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi
menderita leukimia limfositik akut.Dengan
gejala seperti itu anak dapat mengalami
komplikasi retardasi mental, kerusakan hati,
bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi
saluran nafas berulang, kelainan GI.
38 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

C. Tinjauan Tentang Metode Puzzle mengakibatkan peserta didik mempelajari


Menurut Burhanudin, teori belajar mata pelajaran atau sesuatu dengan cara
yang ada salah satunya tentang Bakat – yang lebih efektif dan efisien untuk
Pengalaman. Menurut teori Perkembangan menunjang keberhasilannya.
jiwa anak sangat ditentukan dari bakat dan Bermain adalah cara belajar yang
potensi yang dimilikinya ataupun efektif pada anak usia dini (Fauziddin,
perkembangan jiwa anak dapat ditempa dari 2014), diantaranya bermain dengan
pengalaman-pengalaman saat anak memanfaatkan media. Salah satu media
menjalani proses kehidupannya. pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
(Burhanuddin, 2003) Teori ini memberikan Puzzle. Secara umum media games puzzle
gambaran pembelajaran yang baik tidak akan memberikan manfaat baik bagi siswa,
sekedar transfer ilmu ke anak didik melalui sebagaimana fungsi berbagai media diluar
ceramah yang akhirnya terjadi verbalisme sekolah bagi para pelajar tentunya sebagai
dan pembelajaran monoton namun dapat bahan tambahan pengetahuan yang tidak
dipadukan dengan pembelajaran yang mereka dapat di sekolah. Oleh sebab itu
memberikan pengalaman kepada siswa guru harus memiliki pengetahuan dan
untuk melakukan sesuatu dalam pemahaman mengenai media yang cukup
menemukan jawaban dari permasalahan dan bervariasi. Puzzle secara bahasa
tema pembelajaran dan memperoleh indonesia diartikan sebagai tebakan.
pengetahuan secara maksimal. Tebakan adalah sebuah masalah atau
Dengan teori di atas bahwa "enigma" yang diberikan sebagai hiburan;
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu, yang biasanya ditulis, atau dilakukan.
namun untuk peningkatan kemampuan Banyak tebakan berakar dari masalah
peserta didik. Pembelajaran yang baik matematika dan logistik serius lainnya,
adalah untuk peningkatan kemampuan- seperti masalah catur, diambil dari
kemampuan yang dimiliki peserta didik permainan papan. Lainnya lagi dibuat
setelah ia menerima pengalaman hanya sebagai pengetesan atau godaan otak.
belajarnya. Upaya ini dipengaruhi oleh Pelajaran resmi tebakan disebut
beberapa faktor, antara lain faktor internal, enigmatologi (http://www.wikipedia.org)
misalnya: kesehatan peserta didik, Games Puzzle merupakan bentuk
intelegensi, sikap, bakat, minat dan permainan yang menantang daya kreatifitas
motivasi; faktor eksternal, misalnya: dan ingatan siswa lebih mendalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan keadaan dikarenakan munculnya motivasi untuk
cuaca, faktor pendekatan belajar (strategi, senantiasa mencoba memecahkan masalah,
metode, dan media pembelajaran). Jadi namun tetap menyenangkan sebab bisa di
tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik, ulang-ulang. Tantangan dalam permainan
tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat ini akan selalu memberikan efek ketagihan
intelegensi peserta didik, tetapi juga untuk selalu mencoba, mencoba dan terus
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya mencoba hingga berhasil. Bermain dapat
karena pendekatan, metode atau juga media memberikan kesempatan kepada anak untuk
pembelajaran yang digunakan. Karena pada berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh
dasarnya pembelajaran adalah suatu proses daya khayal yang erat hubungannya dengan
membelajarkan, dalam arti peserta didik perkembangan kreatifitas anak. Proses
adalah pembelajar, pelaku atau subjek kemerdekaan anak akan memberi
pembelajaran. Dalam kegiatan ini akan kemampuan lebih pada anak untuk
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 39

mengembangkan fikirannya mendapatkan b. Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa


kesenangan dan kemenangan dari bentuk beberapa pertanyaan untuk dijawab
permainan tersebut. Ambisi untuk kemudian dari jawaban itu diambil huruf-
memenangkan permainan tersebut akan huruf pertama untuk dirangkai menjadi
memberikan nilai optimalisasi gerak dan sebuah kata yang merupakan jawaban
usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi pertanyaan yang paling akhir.
yang fair dan beragam dari anak. c. The thing puzzle, yakni puzzle yang
Berdasarkan standar yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang
ditetapkan di atas, maka proses berhubungan dengan gambar-gambar benda
pembelajaran yang dilakukan antara peserta untuk dijodohkan.
didik dengan pendidik seharusnya harus d. The letter(s) readiness puzzle, yakni
meninggalkan cara-cara dan model yang puzzle yang berupa gambar-gambar disertai
konvensional sehingga dapat mencapai dengan huruf-huruf nama gambar tersebut,
tujuan pembelajaran secara efektif dan tetapi huruf itu belum lengkap.
efisien. Kenyataan saat ini, banyak diantara e. Crosswords puzzle, yakni puzzle yang
pendidik di kota bandung yang masih berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
melaksanakan proses pembelajaran secara dijawab dengan cara memasukan jawaban
konvensional bahkan diantaranya belum tersebut ke dalam kotak-kotak yang tersedia
menguasai teknologi informasi seperti baik secara horizontal maupun vertikal.
komputer dan internet. Beberapa manfaat bermain puzzle
Menurut (Adenan:1989) dinyatakan bagi anak-anak banyak disebutkan oleh
bahwa “puzzle dan games adalah materi pakar anak sebagaimana dijelaskan dalam
untuk memotivasi diri secara nyata dan web duniaanakcerdas.com” di akses tanggal
merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle 11 April 2017 antara lain:
dan games untuk memotivasi diri karena 1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
hal itu menawarkan sebuah tantangan yang Keterampilan kognitif (cognitive
dapat secara umum dilaksanakan dengan skill) berkaitan dengan kemampuan untuk
berhasil”. Sedangkan menurut (Hadfield, belajar dan memecahkan masalah. Puzzle
1986), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan adalah permainan yang menarik bagi anak
atau masalah yang sulit untuk dimengerti balita karena anak balita pada dasarnya
atau dijawab”. Sedangkan (Tarigan :1986) menyukai bentuk gambar dan warna yang
menyatakan bahwa „pada umumnya para menarik. Dengan bermain puzzle anak akan
siswa menyukai permaianan dan mereka mencoba memecahkan masalah yaitu
dapat memahami dan melatih cara menyusun gambar. Pada tahap awal
penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords mengenal puzzle, mereka mungkin
puzzle, anagram dan palindron‟. mencoba untuk menyusun gambar puzzle
Berikut ini ada beberapa jenis dengan cara mencoba memasang-
puzzle yang dapat digunakan untuk masangkan bagian-bagian puzzle tanpa
meningkatkan kemampuan memahami petunjuk. Dengan sedikit arahan dan
kosakata: contoh, maka anak sudah dapat
a. Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri mengembangkan kemampuan kognitifnya
dari gambar-gambar dan huruf-huruf acak dengan cara mencoba menyesuaikan
untuk dijodohkan menjadi kosakata yang bentuk, menyesuaikan warna, atau logika.
benar. Contoh usaha anak menyesuaikan bentuk
misalnya bentuk cembung harus
40 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

dipasangkan dengan bentuk cekung. Contoh anak dan tidak terlibat secara aktif
usaha anak menyesuaikan warna misalnya membantu anak menyusun puzzle.
warna merah dipasangkan dengan warna 4. Melatih koordinasi mata dan tangan.
merah. Contoh usaha anak menggunakan Anak belajar mencocokkan keeping-
logika, misalnya bagian gambar roda atau keping puzzle dan menyusunnya menjadi
kaki posisinya selalu berada di bawah. satu gambar. Ini langkah penting menuju
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik pengembangan ketrampilan membaca.
Halus 5. Melatih logika
Keterampilan motorik halus (fine Membantu melatih logika anak.
motor skill) berkaitan dengan kemampuan Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak
anak menggunakan otot-otot kecilnya dilatih menyimpulkan di mana letak kepala,
khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak tangan, dan kaki sesuai logika.
balita khususnya anak berusia kurang dari 6. Melatih kesabaran.
tiga tahun (batita) direkomendasikan Bermain puzzle membutuhkan
banyak mendapatkan latihan keterampilan ketekunan, kesabaran dan memerlukan
motorik halus. Dengan bermain puzzle waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan
tanpa disadari anak akan belajar secara aktif tantangan.
menggunakan jari-jari tangannya. Supaya 7. Memperluas pengetahuan.
puzzle dapat tersusun membentuk gambar Anak akan belajar banyak hal,
maka bagian-bagian puzzle harus disusun warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan
secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak yang diperoleh dari cara ini biasanya
memegang bagian puzzle akan berbeda mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dengan caranya memegang boneka atau dihafalkan. Anak dapat belajar konsep
bola. Memengang dan meletakkan puzzle dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan,
mungkin hanya menggunakan dua atau tiga alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan
jari, sedangkan memegang boneka atau bola bantuan ibu dan ayah.
dapat dilakukan dengan mengempit di
ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau KESIMPULAN
menggunakan kelima jari dan telapak Down syndrom adalah suatu kondisi
tangan sekaligus. keterbelakangan perkembangan fisik dan
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom.
Keterampilan sosial berkaitan
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
dengan kemampuan berinteraksi dengan sepasang kromosom untuk saling
orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
perorangan. Namun puzzle dapat pula Pada penderita down syndrom, kromosom
dimainkan secara kelompok. Permainan nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
yang dilakukan oleh anak-anak secara sehingga totalnya menjadi 47
kelompok akan meningkatkan interaksi kromosom. Down Syndrom merupakan satu
kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
sosial anak. Dalam kelompok anak akan
disertai keterbelakangan mental, lidahnya
saling menghargai, saling membantu dan tebal dan retak-retak atau terbelah,
berdiskusi satu sama lain. Jika anak wajahnya datar ceper, dan matanya
bermain puzzle di rumah orang tua dapat miring, abnormalitas pada muka, tubuh
menemani anak untuk berdiskusi pendek, dagu atau mulut kecil, leher
menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya pendek, kaki dan tangan terkadang
orang tua hanya memberikan arahan kepada bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus. Down Syndom dapat
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 41

dicegah dengan melakukan pemeriksaan


kromosom melalui amniocentesis bagi para UCAPAN TERIMA KASIH
ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal Terima kasih penulis ucapkan
kehamilan, dianataranya yaitu Pemeriksaan kepada Tim Editor E-Journal Obsesi yang
fisik penderita, Chorionic Villus Sampling sudah memberikan kesempatan sehingga
(CVS) Chorionic Villus Sampling jurnal ini siap untuk diterbitkan, tidak lupa
(CVS), pemeriksaan kromosom pula saya ucapkan rangkaian terima kasih
Ekokardiogram (ECG), Ultrasonografi yang sebesar besarnya kepada reviewer
(USG), Pemeriksaan darah (Percutaneus yang sudah mau meluangkan waktunya
Umbilical Blood Sampling), untuk meriview serta memberikan banyak
dan Amniosentesis. Untuk membantu masukan sehingga jurnal ini lebih
mempercepat kemajuan pertumbuhan dan sempurna. Untuk semua teman sejawat
perkembangan anak, penderita ini bisa dosen dosen Universitas Pahlawan Tuanku
dilatih dan dididik menjadi manusia yang Tambusai yang telah memberikan semangat
mandiri untuk bisa melakukan semua dalam penulisan ini sehingga penulis dapat
keperluan pribadinya sehari-hari seperti menyelesaikan tepat pada waktunya.
berpakaian dan buang air, walaupun
kemajuannya lebih lambat dari anak biasa,
DAFTAR RUJUKAN
dengan terapi khusus, diantaranya
yaitu terapi wicara,terapi okupasi, terapi Burhanuddin, Y. (2003). Administrasi
remedial, terapi kognitif, terapi sensori Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
integrasi, dan terapi snoefzelen. Untuk itu Chaplin, C. . (1991). Kamus Psikologi
guru sebagai fasilisator dalam (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
pembelajaran haruslah dapat Darsinah. (2011). Perkembangan Kongnitif.
mengembangkan kemampuan kognitifnya surakarta.
peserta didiknya, baik yang berkebutuhan Fauziddin, M. (2014). Pembelajaran PAUD
khusus maupun yang tidak berkebutuhan Bermain, Cerita dan Menyanyi
khusus. Salah satu alternative yang dapat Secara Islami. Bandung: PT. Remaja
digunakan dalam mengembangkan Rosdakarya.
kemampuan kognitif peserta didik Donw Gunarhadi. (2005). Penanganan Anak
sindrome yaitu dengan metode puzzle Syndrome Down Dalam Lingkungan
dengan puzzle peserta didik akan merasa Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
pembelajaran lebih menyenangkan, Departemen Pendidikan Nasional.
sehingga dapat menumbuhkan motivasi Hadfield, J. (1986). Pembelajaran Role
belajar mereka terutama perserta didik Playing.
donw sindrome. Hasan, M. (2011). Pendidikan Anak Usia
Guru mengajarkan peserta didik Dini. yogyakarta: DIVA press.
donw syndrome ternyata bukan hanya Jarvis, M. (2011). Teori-Teori Psikologi.
sekedar memberikan pengetahuan Bandung: nusa media.
kognitifnya saja lebih dari itu, semua Kartono, K. dan D. G. (1987). Kamus
bidang pengembangan di ajarkan untuk Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
mulai dari sikap moral, sosial, bahasa, seni L, Batshaw, M. (n.d.). Children with
dan motoriknya kelak nanti anak donw Disabilitis.
sindrome merasa mempunyai tempat di Suparno, P. (2011). Teori Perkembangan
tengah-tengah masyarakat, khususnya Kognitif Jean Piaget. yogyakarta.
disekolah, disamping itu peran guru dan Surya, M. (2003). Psikologi Konseling.
prilaku peserta didik mempunyai peran Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
penting dalam tercapai pembelajaran yang Suryo. (2011). Genetika Manusia.
berazaskan bermain sambil belajar, yang yogyakarta: UGM Press.
menyenangkan.
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 42 – 51
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.30

Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun melalui


Kegiatan Menceritakan Kembali Isi Cerita di Kelompok Bermain
Aisyiyah Gobah Kecamatan Tambang
Moh Fauziddin
Prodi PG-PAUD FIP Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan kegiatan
menceritakan kembali isi cerita pada anak usia 4-5 tahun di Kelompok Bermain (KB) Aisyiyah Gobah
kecamatan Tambang. Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya kemampuan bahasa anak
usia dini. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen penelitian ini terdiri dari
lembar observasi peningkatan kemampuan bahasa anak. Subjek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun
berjumlah 18 orang. Hasil penelitian didapatkan, sebelum dilakukan tindakan, kemampuan bahasa
anak dalam kegiatan menceritakan kembali isi cerita anak yaitu anak yang BB (44%) yang MB (38%)
BSH (18%) dan yang BSB hanya (5,5%). Setelah siklus I pertemuan 1 anak yang BB (25%) yang MB
(30%) BSH (16%) dan yang BSB hanya (8%). siklus I pertemuan 2 anak yang BB (22%) yang MB
(44%) BSH (22%) dan yang BSB hanya (11%). Siklus II pertemuan 1 siklus II anak yang BB (11%)
yang MB (36%) BSH (38%) dan yang B hanya (13%). Siklus II Pertemuan ke 2 anak yang BB (8%)
yang MB (16%) BSH (55%) dan yang BSB (16%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kemampuan bahasa anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menceritakan kembali isi cerita anak
usia 4-5 tahun di kelompok bermain Aisyiyah Gobah kecamatan Tambang.

Kata Kunci : Kemampuan Bahasa, Kegiatan Menceritakan Kembali, Cerita

Abstract
The aim of this research is to know the improvement of children's language ability through the activity
of retelling the story content in children aged 4-5 years in Aisyiyah Gobah Tambang Bermain (KB).
The problem faced was still low ability of early childhood language. The method of this research was
classroom action research. The instrument of this research consists of observation sheet of
improvement of language ability of children. Research subjects are children aged 4-5 years amounted
to 18 people. The result of the research was found, before the action, the ability of the children's
language in the activity of retelling the children's story content was the BB (44%) of the MB (38%)
BSH (18%) and the BSB only (5.5%). After the first cycle of 1 child meeting the BB (25%) the MB
(30%) BSH (16%) and the BSB only (8%). Cycle I meeting 2 children who were BB (22%) who MB
(44%) BSH (22%) and the BSB only (11%). Cycle II meetings 1 cycle II children who are BB (11%)
are MB (36%) BSH (38%) and B only (13%). Cycle II The 2nd meeting of the children who were BB
(8%) were MB (16%) BSH (55%) and the BSB (16%). Thus it can be concluded that the child's
language skills can be improved through the activities of retelling the contents of the story of children
aged 4-5 years in Aisyiyah Gobah group sub-district Tambang.

Keyword : Language Ability, Story, Retelling Activities

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : mfauziddin@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 43
PENDAHULUAN menerapkan bercerita secara bersama di
Pendidikan anak usia dini bertujuan dalam kelas.
untuk membantu meletakkan dasar ke arah Pokok permasalahan yang
perkembangan sikap, pengetahuan, ditemukan di Kelompok Bermain Aisyiyah
keterampilan dan daya cipta yang Gobah Kecamatan Tambang adalah
diperlukan oleh anak didik dalam sebagian anak terlihat kurang punya
penyesuaian diri dengan lingkungannya kemampuan berbahasa, anak kurang
dan untuk pertumbuhan dan perkembangan percaya diri dan tidak bisa melakukan
selanjutnya. (Republik Indonesia, 2003) kegiatan bercerita yang diminta guru,
Masih menurut UU No 20 tahun kurang menumbuh kembangkan
2003 tentang System pendidikan Nasional kemampuan dirinya untuk berbahasa, dan
pasal 28. Pendidikan Anak Usia Dini cenderung pasif, kurang kreatif dalam
(PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang proses membaca
pendidikan dasar, PAUD pada jalur formal Berdasarkan permasalahan di atas
berbentuk Kelompok Bermain (TK), maka peneliti mengajukan alternatif
Raudhatul Athfal (RA), pada jalur non pemecahan masalah dengan mencoba
formal berbentuk kelompok bermain (KB). menerapkan megiatan menceritakan
Taman Penitip Anak (TPA), pada jalur Kembali isi merita di Kelompok Bermain
informal berbentuk pendidkan keluarga Aisyiyah Gobah Kecamatan Tambang.
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh Penelitian ini bertujuan:
lingkungan keluarga.(Republik Indonesia, mengetahui penerapan dan peningkatan
2003) kemampuan bahasa anak melalui kegiatan
Dalam proses belajar mengajar menceritakan kembali isi cerita pada anak
pendidik sebaiknya menggunakan metode usia 4-5 tahun di kelompok bermain
yang bervariasi agar proses pengajaran Aisyiyah Gobah kecamatan Tambang
tidak membosankan, Bercerita merupakan Kemampuan adalah kesanggupan,
suatu cara mengajar untuk menanamkan kekuatan untuk melakukan sesuatu
kebiasaan-kebiasaan yang baik. kemampuan juga merupakan suatu hal
Berdasarkan hasil observasi yang yang ingin dicapai seseorang dalam
peneliti lakukan diketahui bahwa melakukan sesuatu. (Pusat Bahasa, 2008).
kemampuan bahasa anak masih rendah, hal Kemampuan menceritakan kembali
ini dapat dilihat dari kegiatan menceritakan isi cerita pokok terdiri atas empat
kembali isi cerita, yaitu 8 orang (44%) kemampuan yang harus dimiliki satu dari
Belum Berkembang, anak yang dinyatakan di antaranya adalah membaca. Membaca
Mulai Berkembang 7 orang (38%), merupakan salah satu bagian atau
sedangkan yang dinyatakan Berkembang komponen dari komunikasi tulisan.
Sesuai Harapan 2 orang anak (11%) dan Membaca pada hakikatnya adalah suatu
yang Berkembang Sangat Baik 1 orang yang rumit yang melibatkan banyak hal,
(5,5%). tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga
Berdasarkan observasi awal yang melibatkan aktivitas visual, berfikir,
peneliti lakukan rendahnya kemampuan psikolingustik dan metakognitif.
bahasa disebabkan karena dalam proses Membaca pada anak usia dini lebih
pembelajaran anak kurang percaya diri dan ditekankan pada persiapan membaca atau
anak tidak bisa melakukan kegiatan yang tahap awal anak untuk dapat membaca
menarik dalam belajar yang bisa pada pendidikan selanjutnya yang lebih
menumbuh kembangkan kepercayaan ditekankan pada pengenalan simbol-simbol
dirinya sendiri, anak cendrung pasif dan huruf yang dikenal sampai memahami arti
kurang kreatif dalam proses pembelajaran. kata dalam cerita. (Risna et al., 2016)
Usaha yang telah dilakukan guru Kegiatan Menceritakan Kembali isi
untuk meningkatkan kemampuan bahasa Cerita adalah cara yang di dalam fungsinya
anak adalah dengan menggunakan merupakan alat untuk mencapai suatu
berbagai cara diantaranya adalah dengan tujuan. Selanjutnya metode mengajar
44 | Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun

seperti yang dikemukakan (Sudjana, 2013) pembelajaran dan perkembangannya


bahwa metode mengajar adalah cara yang termasuk kemampuan menceritakan
digunakan guru dalam mengadakan kembali isi cerita dan sosialnya.
hubungan dengan siswa pada saat Tujuan bercerita bagi anak usia 4-5
berlangsungnya pengajaran. Oleh karena tahun adalah agar anak mampu
itu peranan metode mengajar sebagai alat mendengarkan dengan seksama terhadap
untuk menciptakan proses mengajar dan apa yang disampaikan oleh orang lain,
belajar. anak dapat bertanya apabila tidak
Kegiatan menceritakan kembali isi memahaminya, anak dapat menjawab
cerita adalah metode penyampaian atau pertanyaan, selanjutnya anak dapat
penyajian meteri pembelajaran secara lisan menceritakan dan mengekspresikan
dalam bentuk bercerita dari guru keepada terhadap apa yang didengarkan dan
anak didik Kelompok Bermain. Kegiatan diceritakannya sehingga hikma dari isi
menceritakan kembali isi cerita cerita dapat dipahami dan lambat laun
dilaksanakan dalam upaya didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan
memperkenalkan, memberikan keterangan dan diceritakan kepada orang lain.
atau penjelasan tentang hal baru dalam Bercerita kepada anak memainkan
rangka penyampaian pembelajaran yang peranan penting bukan saja dalam
dapat mengembangkan berbagai menumbuhkan minat kebiasaan membaca,
kopentensi dasar anak di Kelompok tetapi juga dalam mengembangkan bahasa
Bermain dan pikiran anak. “Fungsi kegiatan
Kegiatan bercerita dilaksanakan bercerita bagi anak usia 4-5 tahun adalah
pada kegiatan penutup, sehingga ketika membentuk perkembangan bahasa anak,
anak pulang anak menjadi tenang dan dengan bercerita pendengaran anak dapat
senang. Kegiatan bercerita pada dipungsikan dengan baik untuk membantu
prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan kemampuan bicara, dengan menambah
penutup, dapat dilakukan pada saat pembendaharan kosa kata, kemampuan
kegiatan pembukaan, kegiatan inti, atau mengucapkan kata-kata, berlatih
waktu-waktu senggang di sekolah. merangkaikan kalimat sesuai dengan tahap
Misalnya pada saat waktu istirahat, karena perkembangan, anak juga dapat
mendengarkan cerita adalah suatu yang mengkreasikan dengan melalui bercerita,
memberi manfaat bagi anak Kelompok bersyair, menulis atau menggambar
Bermain. sehingga pada akhir anak dapat membaca
Kemampuan berbicara sangat setuasi, gambar, tulisan atau bahasa isarat.
penting untuk anak karena dengan Kemampuan tersebut adalah hasil dari
berbicara anak dapat mengkomunikasikan proses menyimak dalam tahap
tentang keadaan dirinya.Misalnya, kasus perkembangan bahasa anak.
anak yang kehilangan orangtuanya di pusat Langkah bercerita dapat diuraikan
perbelanjaan. Hal ini dikarenakan anak sebagai berikut.
sulit untuk berkomunikasi dengan 1. Anak memperhatikan guru menyiapkan
oranglain, menyampaikan maksud dan alat peraga yang diperlukan
menjelaskan keadaan dirinya dengan 2. Anak memperhatikan penjelasan guru
oranglain. Kasus hilangnya anak di pusat secara ringkas tentang alat tersebut
perbelanjaan ini merupakan salah satu 3. Anak memotivasi untuk mendengarkan
bukti bahwa kemampuan berbicara adalah cerita
hal yang penting. (Pangestuti, 2016) 4. Anak diberi kesempatan untuk
Bercerita bagi seorang anak adalah memberi judul cerita
sesuatu yang menyenangkan melalui cerita 5. Anak mendengarkan judul cerita dari
anak dapat mengembangkan imajinasinya ibu guru
menjadi apapun yang diinginkan. Dalam 6. Anak mendengarkan guru bercerita
cerita seorang anak dapat memperoleh nilai sambil memegang alat tersebut
yang banyak dan berarti bagi proses
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 45
7. Setelah selesai bercerita guru Penjelasan Per-siklus
memberikan kesempatan kepada anak Siklus Pertama
untuk memberikan kesimpulan cerita Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut yang telah dikemukakan maka dapat
8. Guru melengkapi kesimpulan isi cerita disusun rancangan penelitian tindakan
dari anak siklus pertama ini sebagai berikut:
9. Guru melaksanakan kegiatan evaluasi Sebelum melakukan tindakan pada siklus
dengan bertanya tentang isi cerita, pertama terlebih dahulu guru menyusun
tokoh cerita, isi gambar dan memberi perencanaan, adapun hal-hal yang akan
kesempatan kepada anak untuk dilakukan dalam penyususnan perencanaan
menceritakan kembali. Guru pun siklus ke dua yaitu : menyiapkan Rencana
memberi kesempatan kepada anak Kegiatan Harian (RKH), dan menyiapkan
untuk bertanya. (Hidayat, 2003) lembar observasi.
Pertemuan pertama, pada 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Desember 2016 tindakan pertama siklus ke
Hasil Penelitian I dilaksanakan dengan kegiatan anak
Sebelum dilakukan tindakan berdoa sebelum dan sesudah melakukan
penelitian dengan penggunaan kegiatan kegiatan dengan lebih tertib. Selanjutnya
menceritakan kembali isi cerita, dalam seperti biasanya anak diajak untuk berdoa
pelaksanaan pembelajaran anak terkesan bersama dan dilanjutkan dengan
menoton, kaku, kurang kreatif. Kondisi mengucapkan salam, setelah itu anak
proses pembelajaran tersebut diminta untuk bercerita tentang Indonesia
mengakibatkan kurang mampunya anak yang berhubungan dengan beberapa pulau
beraktivitas seperti yang diharapkan, di Indonesia, lambang negara dan
kemampuan anak rendah, dalam proses menceritakan kemabli secara urut
pembelajaran Kegiatan inti dilakukan guru
Berdasarkan hasil pengamatan dan dengan pemberian tugas mewarnai gambar
pencatatan yang dilakukan terhadap bintang setelah guru membagikan krayon
kemampuan menceritakan kembali isi kepada setiap anak dan selanjutnya anak
cerita anak sebelum dilakukan tindakan diberikan tugas untuk membuat angka 18.
bahwa sebagian besar anak kemampuan Tugas selanjutnya yang diberikan guru
menceritakan kembali isi cerita Belum adalah bermain balok membuat istana
Berkembang. Hasil observasi yang setelah balok dibagikan anak diminta untuk
dilakukan pada setiap indikator melakukan kegiatan. Dan pemberian tugas
kemampuan anak dalam menceritakan mencocokkan gambar kepala banteng
kembali isi cerita dapat dijelaskan sabagai dalam hal ini guru meminta anak untuk
berikut: merapikan pekerjaannya.
Menceritakan kembali isi cerita Anak diberi kesempatan untuk memberi
secara sederhana 8 orang (44%) Belum judul cerita, mendengarkan judul cerita
Berkembang, sementara itu anak yang dari ibu guru tentang beberapa pulau di
dinyatakan Mulai Berkembang hanya Indonesia dan menceritakan kemabali
dengan prekwensi 7 orang (38%), secara urut dan mendengarkan guru
sedangkan yang dinyatakan Berkembang bercerita
Sesuai Harapan dengan prekwensi 2 orang Setelah selesai bercerita guru
anak (11%) dan yang Berkembang Sangat memberikan kesempatan kepada anak
Baik hanya 1 orang (5,5%). untuk memberikan kesimpulan cerita
Berdasarkan hasil refleksi awal tersebut, melengkapi kesimpulan isi cerita
yang penulis lakukan dijadikan dasar dari anak. Guru melaksanakan kegiatan
perbaikan pembelajaran kemampuan evaluasi dengan bertanya tentang isi cerita,
menceritakan kembali isi cerita anak tokoh cerita, isi gambar dan memberi
melalui kegiatan menceritakan kembali isi kesempatan kepada anak untuk
cerita.
46 | Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun

menceritakan kembali. Guru pun memberi No


Aktivitas Guru Yang
SS S CS KS
kesempatan kepada anak untuk bertanya. Diamati
4 Guru meminta anak √
Pertemuan kedua pada 14
Anak dapat
Desember 2016, pelaksanaan tindakan menceritakan
kedua siklus ke I dilaksanakan dengan kembali isi cerita
kegiatan anak yang lebih banyak dengan utuh dengan
melakukan sesuatu ditambah dengan bahasa anak
kegiatan anak yang lebih banyak Keterangan:
SS= Sangat sempurna
melakukan sesuatu ditambah dengan S= Sempurna
kegiatan anak yang lebih banyak bercerita. CS= Cukup Sempurna
Pada kegiatan inti dengan seperti KS = Kurang sempurna
hari sebelumnya guru membagikan krayon Berdasarkan pengamatan yang
warna kepada anak-anak. Karena telah dilakukan diketahui bahwa kemampuan
terbiasa anak tampak bersemangat ketika bahasa anak melalui kegiatan pembelajaran
menerima krayon yang dibagikan guru, dengan bercerita belum menunjukkan
selanjutnya guru meminta anak untuk peningkatan yang signifikan. Aktivitas
mewarnai dan gambar bintang dan anak dalam proses pembelajaran dengan
mencocok gambar kepala binatang. kegiatan menceritakan kembali isi cerita
Kegiatan akhir adalah penutup dengan belum menunjukkan hasil yang maksimal.
kegiatan yaitu menceritakan setiap kata Banyak anak yang belum paham dengan
yaitu “bercerita berbuat baik sesama cerita yang di sampaikan oleh guru,
teman” selanjutnya anak dibimbing berdoa sehingga perhatian anak terhadap kegiatan
bersama dan sebagai akhir proses tersebut dinilai kurang.
pembelajaran adalah berdoa salam penutup Aktivitas siswa dalam kegiatan
Berdasarkan tindakan yang telah menceritakan kembali isi cerita siklus 1
dilaksanakan pada siklus pertama dengan Pertemuan 1
No Aktivitas Siswa
dua kali pertemuan yaitu pertemuan Skor %
1 Anak memperhatikan 12 66%
pertama dan pertemuan ke dua, diketahui guru
hasil dari observasi yang dilakukan 2 Anak mendengarkan 14 77%
terhadap aktivitas guru dalam proses cerita yang disampaikan
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan guru
skenario yang susun sebelumnya. Namun 3 Anak mau berpartisipasi 14 77%
dalam pelaksanaanya masih terdapat dalam menceritakan
kembali isi cerita
beberapa kelemahan, untuk lebih jelasnya 4 Anak antusias 10 55%
dapat dilihat pada tabel berikut. menceritakan kembali
isi cerita dengan bahasa
Aktivitas Guru Yang anak
No SS S CS KS
Diamati 50 227%
1 Guru meminta anak √ Jumlah
12,5 68,75%
Menceritakan Dari data diatas diketahui tejadi
kembali isi cerita
secara sederhana peningkatan aktivitas siswa pada siklus 1
2 Guru meminta anak √ pertemuan 1 menjadi 68,75%
Menceritakan dikategorikan sedang, hal ini dikarenakan,
kembali isi cerita siswa mulai merasa nyaman dengan
sesuai dengan bahasa pembelajaran yang dilakukan, dan guru
anak itu sendiri
3 Guru meminta anak √
mulai percaya diri dalam mengajar.
Anak dapat
menceritakan Hasil Belajar Siswa
kembali isi cerita Berdasarkan hasil pengamatan
dengan utuh dengan terhadap kemampuan bahasa anak pada
bahasa buku
siklus pertama pertemuan 1 dan 2 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 47
Tabel Data Kemampuan Bahasa dalam Menceritakan kembali isi cerita
Menceritakan Isi Cerita Siklus I Pertemuan 1 secara sederhana 4 orang (22%) Belum
KATEGORI
Berkembang, sementara itu anak yang
INDIKATOR BB MB BSH BSB
dinyatakan Mulai Berkembang hanya
Frk % Frk % Frk % Frk %
Menceritakan 5 27 9 50 3 16 1 5,5
dengan prekwensi 8 orang (44%),
kembali isi sedangkan yang dinyatakan Berkembang
cerita Sesuai Harapan dengan prekwensi 4 orang
Keterangan: anak (22%) dan yang Berkembang Sangat
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
Baik hanya 2 orang (11%).
BSH : Berkembang Sesuai Harapan Aktivitas yang dilakukan guru
BSB : Berkembang Sangat Baik selama proses pada umumnya telah
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlaksana dengan cukup sempurna.
dilihat bahwa sebagian besar anak Kemampuan bahasa anak setelah
kemampuan menceritakan kembali isi dilakukan pengamatan ternyata telah lebih
cerita Belum Berkembang. Hasil observasi baik dari sebelum dilakukan tindakan.
yang dilakukan pada setiap indikator Aktivitas yang dilakukan guru terutama
kemampuan anak dalam menceritakan dalam meminta anak Menceritakan
kembali isi cerita dapat dijelaskan sabagai kembali isi cerita sesuai dengan bahasa
berikut: anak itu sendiri masih dilakukan guru
Menceritakan kembali isi cerita dengan kurang sempurna
secara sederhana 5 orang (27%) Belum Kemampuan bahasa anak walaupun
Berkembang, sementara itu anak yang sudah meningkat namun masih banyak
dinyatakan Mulai Berkembang hanya ditemui anak yang belum mampu
dengan prekwensi 9 orang (50%), Menceritakan kembali isi cerita secara
sedangkan yang dinyatakan Berkembang sederhana
Sesuai Harapan dengan prekwensi 3 orang Rencana perbaikan yang dilakukan
anak (16%) dan yang Berkembang Sangat guru pada siklus berikutnya adalah guru
Baik hanya 1 orang (5,5%). akan berusaha melakukan bimbingan anak
Sedangkan hasil observasi yang untuk mewarnai dengan lebih baik dari
dilakukan pada pertemuan ke 2 siklus siklus pertama dan guru akan berusaha
pertama terhadap tingkat kemampuan melakukan bimbingan anak mengulas
menceritakan kembali isi cerita anak dapat kegiatan dengan membaca setiap kata lebih
dilihat pada tabel di bawah ini. sempurna lagi.
Data Kemampuan Bahasa Anak dalam Dalam upaya peningkatan
Menceritakan Isi Cerita Siklus I Pertemuan 2 kemampuan bahasa anak guru akan
KATEGORI
berusaha untuk lebih meningkatkan dengan
INDIKATOR BB MB BSH BSB
memberikan bimbingan yang lebih baik
Frk % Frk % Frk % Frk %
terutama dalam memperhatikan penjelasan
Menceritakan 4 22 8 44 4 22 2 11
kembali isi guru secara ringkas, mendengarkan judul
cerita cerita dari ibu guru, melengkapi
Keterangan: kesimpulan isi cerita dalam belajar.
BB : Belum Berkembang
Siklus Kedua
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan Berdasarkan hasil refleksi yang
BSB : Berkembang Sangat Baik dilakukan pada siklus pertama yang telah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikemukakan maka dapat disusun
dilihat bahwa sebagian besar anak rancanagan dalam penelitian tindakan
kemampuan menceritakan kembali isi siklus kedua ini.
cerita Belum Berkembang. Hasil observasi Sebelum melakukan tindakan pada
yang dilakukan pada setiap indikator siklus kedua terlebih dahulu guru
kemampuan anak dalam menceritakan menyusun perencanaan. Siklus kedua
kembali isi cerita dapat dijelaskan sabagai dilaksanakan pada 15 Desember 2016.
berikut:
48 | Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun

Pelaksanaan siklus ke kedua cara menyampaikan pesan berantai kepada


pertemuan pertama dilaksanakan dengan anak secara berbisik. Kemudian guru
kegiatan anak yang lebih banyak meminta anak satu persatu secara
melakukan sesuatu ditambah dengan bergantian menyampaikan pesan berantai.
kegiatan anak yang lebih banyak Anak satu persatu secara bergantian
mendengarkan dan menceritakan kemabali menyampaikannya dengan cara berbisik,
secara urut tentang “pohon beringin” demikian seterusnya hingga semua anak
Langkah-langkah perbaikan dapat giliran
pembelajaran dimulai dengan kegiatan Pegelolaan kelompok belajar
pendahuluan dengan kegiatan yaitu dengan penataan kelompok belajar yang semula
mengajak anak berdoa dan mengucapkan posisi duduk berbanjar diubah menjadi
salam dilanjutkan dengan mernyanyi penataan kelompok belajar yang dapat
bersama. Kemudian guru bersama anak digunakan untuk membentuk bujur
bercerita tentang “beberapa pulau di sangkar. Anak-anak diajak membentuk
Indonesia” bujur sangkar dan mengikuti pesan
Pada kegiatan inti guru mengajak berantai secara bergantian.
anak-anak “Menggunting pohon beringin” Pada kegiatan penutup kegiatan
dan guru membagikan gunting dan pola yang dilakukan adalah dengan mengulas
pohon beringin kepada anak-anak. Guru kegiatan dengan menceritakan setiap kata
meminta anak menggunting gambar yang dari pesan berantai yang telah
dengan hati-hati. Anak-anakpun merasa dilakukan yaitu tentang “Menggunting
sangat bersemangat menerima tugas dari pohon beringin” selanjutnya anak
ibu guru. Selanjutnya guru membimbing dibimbing untuk berdoa bersama dan
anak untuk bekerja dengan hati-hati hingga salam penutup.
mebentuk “pohon beringin” Pada kegiatan Berdasarkan pengamatan aktivitas
penutup kegiatan yang dilakukan adalah guru dan tingkat Menceritakan Kembali
bercerita orang yang lebih tua isi Cerita belajar anak yang telah dilakukan
Pertemuan ketiga 16 Desember ternyata aktivitas yag dilakukan guru telah
2016 dilaksanakan dengan langkah sesuai dengan skenario yang disusun
pembelajaran yaitu anak yang lebih banyak sebelumnya.
melakukan sesuatu ditambah dengan Pada pertemuan ke 3 siklus ke II di
kegiatan anak yang lebih banyak berpikir. atas dapat dijelaskan aktivitas yang
Dalam RKH ini anak-anak akan bercerita dilakukan guru pada setiap indikator yaitu:
tentang gambar yang disediakan atau yang Guru meminta anak Menceritakan kembali
dibuat dengan urut dan bahasa yang jelas isi cerita secara sederhana Sempurna, Guru
tentang “pohon beringin” meminta anak Menceritakan kembali isi
Sebelum pelaksanaaan tindakan cerita sesuai dengan bahasa anak itu
pada terlebih dahulu dilakukan penataan sendiri Sempurna, Guru meminta anak
ruang diubah untuk membentuk lingkaran Anak dapat menceritakan kembali isi cerita
kemudian pengorganisasian anak posisi dengan utuh dengan bahasa buku Cukup
anak diubah menjadi bentuk lingkaran Sempurna, Guru meminta anak Anak dapat
yang dirancang oleh guru. Langkah- menceritakan kembali isi cerita dengan
langkah perbaikan kegiatan anak yang utuh dengan bahasa anak Cukup
lebih banyak melakukan sesuatu ditambah Sempurna.
dengan kegiatan anak yang lebih banyak Setelah Proses pembelajaran pada
berpikir Dalam RKH ini anak-anak akan pertemuan ketiga siklus ke II maka
bercerita tentang gambar yang disediakan dilakukan pengamatan pada pertemuan
atau yang dibuat dengan urut dan bahasa keempat siklus II hasil pengamatan dapat
yang jelas tentang “beberapa pulau di dijelaskan aktivitas yang dilakukan guru
Indonesia” pada setiap indikator yaitu: Guru meminta
Langkah-langkah perbaikan anak Menceritakan kembali isi cerita
dimulai dengan menjelaskan bagaimana secara sederhana Sempurna, Guru meminta
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 49
anak Menceritakan kembali isi cerita atas dan melihat tingkat kemampuan
sesuai dengan bahasa anak itu sendiri bahasa anak dalam menceritakan kembali
Sempurna, Guru meminta anak Anak dapat isi cerita maka berdasarkan diskusi peneliti
menceritakan kembali isi cerita dengan dengan observer terhadap perbaikan
utuh dengan bahasa buku Sempurna, Guru pembelajaran pada siklus ke II, terdapat
meminta anak Anak dapat menceritakan beberapa catatan sebagai hasil refleksi
kembali isi cerita dengan utuh dengan diantaranya adalah : Aktivitas yang
bahasa anak Sempurna. dilakukan guru selama proses
Sedangkan pada aktivitas siswa pembelajaran berlangsung telah sesuai
terjadi peningkatan yang signifikan pada dengan skenario pembelajaran yang
aktivitas siswa pada siklus 2 pertemuan 1 disusun sebelumnya, pelaksanaannya
mencapai 84,25% dengan kategori sangat terdapat beberapa kakuatan yang dapat
tinggi, hal ini sangat dimungkinkan karena dijadikan sebagai catatan sebagai hasil
siswa mulai merasa nyaman dan refleksi yaitu aktivitas selama proses
menyenangkan dalam pembelajaran, pembelajaran telah terlaksana dengan
sementara guru semakin terampil. sempurna, Kemampuan menceritakan
Aktivitas siswa pada siklus 2 kembali isi cerita anak dalam belajar
pertemuan 2 mencapai 92,5% dengan setelah dilakukan pengamatan ternyata
kategori sangat tinggi, hal ini sangat telah seperti harapan karena dalam
dimungkinkan karena siswa mulai merasa perkembangannya menunjukkan
nyaman dan menyenangkan dalam peningkatan
pembelajaran, sementara guru semakin Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan
menguasai materi dan terampil dalam pada siklus ke II ternyata pelaksanaan
membawa siswa proses pembelajaran dan tingkat
Hasil observasi yang dilakukan kemampuan bahasa anak melalui
pada setiap indikator kemampuan anak Menceritakan Kembali isi Cerita telah
dalam menceritakan kembali isi cerita lebih baik dari hasil siklus pertama.
dapat dijelaskan sabagai berikut: Peneliti dan observer menyimpulkan
Menceritakan kembali isi cerita bahwa penelitian tindakan yang dilakukan
secara sederhana 2 orang (11%) Belum telah berhasil dan tidak dilanjutkan pada
Berkembang, sementara itu anak yang siklus berikutnya.
dinyatakan Mulai Berkembang hanya
dengan prekwensi 5 orang (27%), PEMBAHASAN
sedangkan yang dinyatakan Berkembang Siklus Pertama
Sesuai Harapan dengan prekwensi 8 orang Berdasarkan hail pengamatan yang
anak (44%) dan yang Berkembang Sangat telah dilakukan pada siklus I pertemuan
Baik hanya 3 orang (16%). pertama dalam pelaksanaannya secara
Hasil observasi yang dilakukan umum masih dilakukan guru dengan cukup
pada setiap indikator kemampuan anak sempurna terutama dalam menceritakan
dalam menceritakan kembali isi cerita kembali isi cerita secara sederhana,
dapat dijelaskan bahwa kegiatan menceritakan kembali isi cerita sesuai
menceritakan kembali isi cerita secara dengan bahasa anak itu sendiri, mmeminta
sederhana 2 orang (11%) Belum anak Anak dapat menceritakan kembali isi
Berkembang, sementara itu anak yang cerita dengan utuh dengan bahasa buku
dinyatakan Mulai Berkembang hanya dan menceritakan kembali isi cerita
dengan prekwensi 2 orang (11%), dengan utuh dengan bahasa. Begitupula
sedangkan yang dinyatakan Berkembang pada pertemuan kedua aktivitas yang
Sesuai Harapan dengan prekwensi 10 dilakukan guru masih pada kategori cukup
orang anak (55%) dan yang Berkembang sempurna
Sangat Baik hanya 3 orang (16%). Aktivitas yang dilakukan guru
Memperhatikan deskripsi proses selama proses pembelajaran berlangsung
pembelajaran siklus ke II yang diuraikan di telah sesuai dengan skenario pembelajaran
yang disusun sebelumnya. Aktivitas yang
50 | Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun

dilakukan guru selama proses pada ke II lebih baik dari aktivitas yang
umumnya telah terlaksana dengan cukup dilakukan pada siklus pertama.
sempurna. Aktivitas siswa pada siklus 2
Diketahui bahwa aktivitas siswa pertemuan 2 mencapai 92,5% dengan
pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 55,25% kategori sangat tinggi, hal ini sangat
dikategorikan sedang hal ini dimungkinkan dimungkinkan karena siswa mulai merasa
karena siswa baru mengikuti kegiatan ini nyaman dan menyenangkan dalam
dan guru pun baru menerapkan pembelajaran, sementara guru semakin
pembelajaran tersebut. Dari data di atas menguasai materi dan terampil dalam
diketahui tejadi peningkatan aktivitas membawa siswa
siswa pada siklus 1 pertemuan 1 menjadi Aktivitas siswa pada siklus 2
68,75% dikategorikan sedang, hal ini pertemuan 1 mencapai 84,25% dengan
dikarenakan, siswa mulai merasa nyaman kategori sangat tinggi, hal ini sangat
dengan pembelajaran yang dilakukan, dan dimungkinkan karena siswa mulai merasa
guru mulai percaya diri dalam mengajar nyaman dan menyenangkan dalam
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran, sementara guru semakin
pencatatan yang dilakukan terhadap terampil.
kemampuan bahasa anak pada siklus I Kemampuan Bahasa anak dapat
yang dilakukan dengan dua kali pertemuan dilihat pada grafik berikut ini.
yaitu pertemuan pertama dan pertemuan ke 60%

dua dan hal yang ditingkatkan yaitu 50%

Menceritakan kembali isi cerita secara 40%

sederhana, Menceritakan kembali isi cerita 30%


Pertemuan 1
20%
sesuai dengan bahasa anak itu sendiri, Pertemuan 2
10%
Anak dapat menceritakan kembali isi cerita
0%
dengan utuh dengan bahasa buku, Anak BB MB BSH BSB
dapat menceritakan kembali isi cerita
Kemampuan menceritakan kembali isi cerita Anak
dengan utuh dengan bahasa anak.
Telah terjadi penurunan jumlah dan Berdasarkan grafik perkembangan
persentase kemampuan bahasa anak kemampuan bahasa anak melalaui
melalaui menceritakan kembali isi cerita menceritakan kembali isi cerita dari
Siklus I belum berkembang pertemuan pertemuan pertama siklus ke I sampai
pertama yaitu 25% pertemuan ke 2 yaitu peremuan ke 4 siklus ke II dapat dilihat
22%. Mulai berkembang pertemuan bahwa telah terjadi peburunan jumlah dan
pertama 50% dan pertemuan kedua 44% persentase perkembangan anak yang belum
Berkembang sesuai Harapan Pertemuan berkembang dan peningkatan jumlah dan
pertama 16% dan pertemuan kedua 22%. persentase anak yang sudah berkembang
Berkembang sangat baik pertemuan sesuai harapan.
pertama 8% dan pertemuan kedua 11%. Memperhatikan deskripsi proses
Siklus Kedua pembelajaran yang telah dilakukan pada
Berdasarkan hasil observasi guru siklus pertama terdapat beberapa catatan
pada pertemuan ke 3 siklus ke II di yang dapat dijadikan sebagai refleksi, pada
dijelaskan aktivitas yang dilakukan guru siklus pertama proses pembelajaran yang
sudah terlaksana dengan sempurna dilaksanakan belum seperti harapan dalam
terutama dalam meminta anak penelitian ini. Berdasarkan pengamatan
menceritakan kembali isi cerita secara yang dilakukan terhadap aktivitas yang
sederhana, meminta anak menceritakan dilakukan guru dan tingkat kemampuan
kembali isi cerita sesuai dengan bahasa bahasa anak melalaui menceritakan
anak itu sendiri, meminta anak kembali isi cerita dapat dijelaskan bahwa
menceritakan kembali isi cerita dengan aktivitas yang dilakukan guru selama
utuh dengan bahasa buku. Secara umum proses pembelajaran berlangsung telah
aktivitas yang dilakukan guru pada siklus sesuai dengan skenario pembelajaran yang
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 51
disusun sebelumnya, namun dalam Mulai Berkembang (30%) Berkembang Sesuai
pelaksanaannya masih terdapat beberapa Harapan (16%) dan yang Berkembang Sangat
kelemahan yang dapat dijadikan sebagai Baik hanya (8%). siklus I pertemuan 2 anak
catatan sebagai hasil refleksi yaitu dalam yang Belum Berkembang (22%) yang Mulai
memperhatikan penjelasan guru secara Berkembang (44%) Berkembang Sesuai
Harapan (22%) dan yang Berkembang Sangat
ringkas, mendengarkan judul cerita dari
Baik hanya (11%). Siklus II pertemuan 3 siklus
ibu guru, melengkapi kesimpulan isi cerita anak yang Belum Berkembang (11%) yang
dari anak terlaksana dengan kurang Mulai Berkembang (36%) Berkembang Sesuai
sempurna. Harapan (38%) dan yang Berkembang Sangat
Kemampuan bahasa anak melalaui Baik hanya (13%). Siklus II Pertemuan ke 4
menceritakan kembali isi cerita setelah anak yang Belum Berkembang (8%) yang
dilakukan pengamatan ternyata belum Mulai Berkembang (16%) Berkembang Sesuai
seperti harapan, namun telah menunjukkan Harapan (55%) dan yang Berkembang Sangat
peningkatan yaitu berdasarkan pengamatan Baik hanya (16%).
kemampuan menceritakan kembali isi UCAPAN TERIMA KASIH
cerita aanak pada umumnya telah mulai Terima kasih penulis ucapkan kepada
muncul Tim Editor E-Journal Obsesi yang sudah
Kondisi proses pembelajaran pada memberikan kesempatan sehingga jurnal ini
siklus pertama ternyata belum seperti siap untuk diterbitkan, tidak lupa pula saya
harapan dalam penelitian ini maka penulis ucapkan rangkaian terima kasih yang sebesar
dan observer merencanakan tindakan besarnya kepada reviewer yang sudah mau
berikutnya yaitu siklus ke II. Kelemahan- meluangkan waktunya untuk meriview serta
kelemahan yang terjadi pada siklus memberikan banyak masukan sehingga jurnal
pertama menjadi fokus perbaikan pada ini lebih sempurna. Untuk semua teman
sejawat dosen dosen Universitas Pahlawan
siklus ke II.
Tuanku Tambusai yang telah memberikan
Setelah dilakukan perbaikan pada semangat dalam penulisan ini sehingga penulis
siklus ke II, ternyata terjadi perubahan dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
pada aktivitas yang dilakukan guru yang
lebih sempurna pada pelaksanaan siklus DAFTAR PUSTAKA
pertama. Dengan samakin sempurnanya Hidayat. (2003). Menjadi Guru Propesional.
proses pembelajaran yang dilaksanakan Bandung: Remaja Rosdakarya.
guru mempengaruhi tingkat kemampuan Pangestuti, L. (2016). Peran Media Cerita
bahasa anak melalaui menceritakan Dalam Mengembangkan Kemampuan
kembali isi cerita. Berbicara pada anak melalui Kegiatan
Show and Tell. Jurnal PAUD UNY, 2(2),
KESIMPULAN 702–707.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa
maka dapat disimpulkan sebagai berikut Indonesia. (D. Sugono, Ed.). Jakarta:
melalui Kegiatan Menceritakan Kembali isi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Cerita pada anak usia 4-5 tahun di kelompok Nasional.
bermain Aisyiyah Gobah kecamatan Tambang Republik Indonesia, P. Undang-Undang
dapat meningkatkan bahasa anak di Kelompok Republik Indonesia, Pub. L. No. Nomor
Bermain Aisyiyah Gobah Kecamatan 20 Tahun 2003, 1 (2003). Republik
Tambang. Indonesia.
Hal itu dapat dilihat dari hasil Risna, I., Sutini, A., Program, J., Pgpaud, S.,
penelitian yang dilakukan dua siklus yaitu Pendidikan, F. I., & Indonesia, U. P.
sebelum dilakukan tindakan tingkat (2016). Meningkatkan Kemampuan
kemampuan bahasa anak dalam kegiatan Membaca Anak Usia Dini melalui Model
menceritakan kembali isi cerita anak yaitu Kooperatif Make A-Match. Antologi
anak yang Belum Berkembang (44%) yang UPI, 1–16.
Mulai Berkembang (38%) Berkembang Sesuai Sudjana, N. (2013). Penlilaian Hasil Belajar
Harapan (18%) dan yang Berkembang Sangat Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Baik hanya (5,5%). Setelah siklus I pertemuan Karya.
1 anak yang Belum Berkembang (25%) yang
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 52 – 61
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.30

Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21


pada Anak Usia Dini

Yenni Fitra Surya


Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Abstrak
Pendidikan karakter mutlak dilaksanakan pada abad 21 pada anak usia dini sebagai langkah kuratif
dan patologi sosial di masyarakat, namun langkah preventif guna pembentukan karakter baik dari
setiap pesera didik belum efektif digunakan dalam pendidikan karakter. Di dalam pembelajaran selain
kognitif pembetukan karakter siswa harus perlu diperhatikan. Pada kenyataannya acapkali pembetukan
karakter sejak dini ini sering terlupakan. Tujuan penelitian menjelaskan secara komprehensif hakikat
pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan secara komprehensif penggunaan
model-model pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan
secara komprehensif penggunaan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21
pada anak usia dini. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini penggunaan model
pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini merupakan proses pemberdayaan
potensi peserta didik proses humanisasi (humanizing), dan proses pembudayaan, model-model
pembelajaran pendidikan yaitu model pembelajaran penanaman nilai, berbasis perkembangan
penalaran moral, analisis nilai dan project citizen, efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi warga negara yang baik.

Kata Kunci :Model Pembelajaran, Pendidikan Karakter Abad 21, Anak Usia Dini

Abstract
Absolute character education was undertaken in the 21st century in early childhood as curative
measures and social pathology in the community, but a preventive measure to the formation the good
character of each student have not effectively used in character education. In addition to cognitive
learning students' character formation should be noted. In fact, often the formation of character early
on is often forgotten. The aim of research explained comprehensively the nature of character education
in the 21st century in childhood, explained comprehensively the use of models of learning in character
education in the 21st century in childhood, explained comprehensively use learning approaches in
character education in the 21st century to children aged early. The research method used in this study
is a literature review is to connect research with the existing literature and fills the gaps in previous
research. The results obtained in this study the use of the learning model of character education in the
21st century in childhood is the process of empowering the learner process of humanization
(humanizing), and the process of acculturation, learning models of education namely learning model
planting value, based on the development of moral reasoning, value analysis, and project citizen,
effective use helps learners develop competencies become good citizens.

Keywords: Learning Model, 21st Century Character Education, Childhood

@Jurnal Obaesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : yenni.fitra13@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 53

PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal


Era globalisasi yang ditandai oleh 1 ayat 14 menyatakan bahwa PAUD
perkembangan ilmu pengetahuan dan adalah suatu upaya pembinaan yang
teknologi yang amat pesat, terutama ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
teknologi informasi dan komunikasi, telah dengan usia enam tahun yang dilakukan
mengubah dunia seakan-akan menjadi melalui pemberian rangsangan pendidikan
kampung dunia (global village). Dunia untuk membantu pertumbuhan dan
menjadi transparan tanpa mengenal batas perkembangan jasmani dan rohani agar
negara. Kondisi yang demikian itu anak memiliki kesiapan dalam memasuki
berdampak pada seluruh aspek kehidupan pendidikan lebih lanjut. Hal ini menjadi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. tantangan tersendiri bagi institusi
Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pendidikan dan para pendidik bagaimana
pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan menerjemahkan tujuan Pendidikan
seluruh masyarakat Indonesia. Fenomena Nasional tersebut menjadi strategi, model,
globalisasi telah menantang kekuatan dan pendekatan pembelajaran hingga
penerapan unsur-unsur karakter bangsa secara efektif mampu menumbuhkan nilai-
(Budimansyah, 2010). Pendidikan bagi nilai karakter yang dicita-citakan. Namun
anak usia dini memberikan upaya untuk pada hakikatnya tidak ada proses
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pendidikan yang bebas nilai, tidak ada juga
pemberian kegiatan pembelajaran yang sebuah nilai yang bebas rujukan.Setiap
akan menghasilkan kemampuan dan pendidikan berkesempatan
ketrampilan anak. Pendidikan anak usia mengembangkan model dan pendekatan
dini adalah bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam pendidikan karakter
pendidikan yang menitik beratkan pada yang diinginkan dapat dikembangkan
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan secara terpadu melalui manajamen
perkembangan fisik, kecerdasan, daya pendidikan dan pembelajaran berlandaskan
cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan pada nilai-nilai yang menjadi rujukan
spititual. Pendidikan anak usia dini yang (Ace, 2010: 122).
dilakukan orang tua berikan bagi anak Ada beberapa penggunaan model
merupakan suatu persiapan kematangan dan pendekatan pembelajaran pendidikan
anak dalam menghadapi perkembangannya karakter pada abad 21yaitu; pendekatan
di masa yang akan datang (Pascalian Hadi keteladanan, pendekatan berbasis kelas,
Pradana, 2016). pendekatan kegiatan ko-kurikuler dan
Membangun keberadaan bangsa ekstrakurikuler, pendekatan kultur
yang berkarakter pada abad 21 merupakan kelembagaan dan kultur akademik,
conditio zine quo non bagi Bangsa pendekatan berbasis komunitas, dan
Indonesia. Hal ini diwujudkan jika setiap dukungan kebijakan pendidikan yang
warga negara Indonesia sebagai relevan serta model pembelajaran
pendukung utama peradaban memiliki penanaman nilai, berbasis perkembangan
karakter bangsa yang luhur dalam rangka penalaran moral, analisis nilai, dan project
membangun keberadaban bangsa(Sukadi, citizen yang dapat dikembangkan guna
2007). Walaupun sudah diselenggarakan pembentukan karakter baik (good
melalui berbagai upaya, pembangunan character) setiap peserta didik. Tujuan
karakter bangsa belum terlaksana secara penelitian menjelaskan secara
optimal dan pengaruhnya terhadap komprehensif hakikat pendidikan karakter
pembentukan karakter baik (good pada abad 21 pada anak usia dini,
character) warganegara belum cukup menjelaskan secara komprehensif
signifikan (Budimansyah, 2010: 2). penggunaan model-model pembelajaran
Dalam tujuan Pendidikan Nasional dalam pendidikan karakter pada abad 21
sesungguhnya sudah memiliki kandungan pada anak usia dini, menjelaskan secara
nilai-nilai karakter yang sangat kaya. komprehensif penggunaan pendekatan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
pembelajaran dalam pendidikan karakter maraknya angka kekerasan anak-anak
pada abad 21 pada anak usia dini. dan remaja, kejahatan terhadap teman,
Metode penelitian yang digunakan pencurian remaja, kebiasaan
dalam penelitian ini adalah kajian pustaka. menyontek, penyalahgunaan obat-obatan,
Semua jenis penelitian memerlukan studi pornografi, dan perusakan milik orang lain
pustaka khususnya jenis penelitian historis sudah menjadi masalah sosial yang hingga
yang semua data-data sebagian besar saat ini belum dapat diatasi secara tuntas,
diperoleh melalui kajian pustaka. Namun oleh karena itu betapa pentingnya
kajian pustaka tentu saja tidak hanya pendidikan karakter.
sekedar urusan membaca dan mencatat Pendidikan karakter pada abad 21
literatur atau buku-buku sebagaimana yang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari
sering dipahami banyak orang. Apa yang program pendidikan pada umumnya.
disebut dengan riset perpustakaan atau Karena itu, untuk memahami makna
sering juga disebut studi pustaka, ialah pendidikan karakter tidaklah bisa
serangkaian kegiatan yang berkenaan dilepaskan dari makna pendidikan itu
dengan metode pengumpulan data pustaka, sendiri. Landasan pendidikan nasional
membaca dan mencatat serta mengolah Indonesia sesungguhnya
bahan penelitian (Mestika Zed,2004:3). adalahpembentukan karakter kehidupan
berbangsa. Demikian pula dengan berakar
PEMBAHASAN pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Dalam undang-undang tentang nasional Indonesia, dan tanggap
sistem pendidikan nasional dinyatakan terhadaptuntutan perubahan jaman jelas
bahwa pendidikan anak usia dini adalah menunjukkan bahwa jiwa atau roh
suatu upaya pembinaan yang ditujukan pendidikannasional itu sesungguhnya
kepada anak sejak lahir sampai dengan pembentukan karakter atau kepribadian
usia enam tahun yang dilakukan melalui bangsa Indonesia yang bersumber dan
pemberian rangsangan pendidikan untuk nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur
membantu pertumbuhan dan kebudayaannasional, dan nilai-nilai yang
perkembangan jasmani dan rohani agar tumbuh dan berkembang dalam
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pertumbuhan dan perkembangan jaman
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 (Sukadi, 2011: 96).
Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Menurut (Koesoema, 2010) roh
Kegiatan pembelajaran pada anak usia pendidikan karakter dapat menjadi pisau
dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani bermata dua. Di satu sisi pendidikan
Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya karakterdapat memacu dan meningkatkan
adalah pengembangan kurikulum secara kemampuan intelektual dan akademis, di
konkret berupa seperangkat rencana yang sisi lain pendidikan karakter menjadi usaha
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui pemertahanan dan pengembangan
bermain yang diberikan pada anak usia kapasitas moral peseta didik. Kedua
dini berdasarkan potensi dan tugas kekuatan ini menjadi idealisme pendidikan
perkembangan yang harus dikuasainya agar dapat mengarahkan peseta didik
dalam rangka pencapaian kompetensi yang semakin mampu mengembangkan
harus dimiliki oleh anak, Salah satunya ketajaman intelaktual dan integritas diri
dengan pendekatan karakter (moral sebagai pribadi yang memiliki karakter
education) kuat. Demikian pula pendidikan tanpa jiwa
Penguatan pendidikan moral (moral dan spirit yang jelas dalam bentuk
education) atau pendidikan karakter pendidikan karakter diyakini akan dapat
(character education) dalam konteks menjadi bumerang bagi kepentingan
sekarang sangat relevan untuk mengatasi kemanusiaan itu sendiri. Diperlukan
krisis moral yang sedang melanda di penanaman nilai-nilai dan
negara kita. Krisis tersebut antara lain norma-norma Agama yang kuat
berupa meningkatnya pergaulan bebas, terhadap bangsa ini agar tidak mudah
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 55

terpengaruh dan mempunyai filter ketika inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,


pengaruh-pengaruh bangsa lain masuk. sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab,
Supaya penanaman nilai dan norma berketerampilan serta menguasai ilmu
tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak pengetahuan dan teknologi dalam rangka
usia dini, sebagaimana disampaikan oleh mengembangkan kualitas manusia
Hasan A. (dalam Barr A.tt:357) bahwa Indonesia.
mencari ilmu pada saat kecil seperti Akan tetapi dengan era modern
memahat di atas batu dan mencari ilmu serta menjalarnya arus globalisasi
diwaktu tua bagaikan mengukir diatas air. membuat sebagian tujuan dari nasional
Ungkapan ini menekankan pentingnya bangsa tersebut menjadi terhambat bahkan
belajar pada usia dini, sebab belajar yang dapat dikatakan rusak. Hal tersebut dapat
dilakukan walaupun melalui proses yang dilihat dengan semakain rusaknya moral
tidak mudah namun apabila sudah serta anak bangsa pada saat ini, terutama
dikuasai, maka akan tetap diingat moral serta akhlak anak bangsa yang masih
sepanjang hidupnya. (Fauziddin, 2016) duduk dibangku sekolah. Semakin
Moral dan moralitas memiliki sedikit terjadinya krisis moral serta akhlak yang
perbedaan, karena moral adalah prinsip dihadapai oleh dunia pendidikan tersebut,
baik-buruk sedangkan moralitas saat ini pemerintah mencanangkan kembali
merupakan kualitas pertimbangan baik- sistem pendidikan yang berdasarkan
buruk. Dengan demikian, hakekat dan akhlak serta penanaman moral yang kuat
makna moralitas bisa dilihat dari cara terhadap peserta didik. Untuk mencegah
individu yang memiliki moral dalam lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya
mematuhi maupun menjalankan aturan. tersebut mulai dirintis melalui pendidikan
Hal ini sangat jelas dinyatakan oleh karakter bangsa. Dalam hal ini jelas saja
Mahatma Gandhi bahwa pendidikan tanpa pendidikan moral menjadi pendidikan
basis karakter adalah salah satu dosa yang paling utama setelah diadakannya
fatal Theodore Roosevelt juga pernah pendidikan karakter untuk mengatasi krisis
menyatakan bahwa: “to educate a person moral yang sedang terjadi melanda negara
in mind and not in morals is to educate a kita.
menace to society (Williams dan Krisis moral tersebut jelas sekali
Megawangi, 2010). Hal senada juga pernah digambarkan dengan semakinmaraknya
dinyatakan oleh Horace Man bahwa “the pergaulan bebas yang menimpa anak
highestand noblest office of education sekolah, maraknya angka kekerasan yang
pertains to our moral nature. The common terjadi dikalangan remaja, penyalahgunaan
school should teach virtue before obat-obatan, pornografi, dan perusakan
knowledge, for knowledge without virtue milik orang lain sudah menjadi masalah
poses its own dangers (Elmubarok, n.d.), sosial yang hingga saat ini belum dapat
2008: 106). diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa
Salah satu tujuan nasioanal bangsa pentingnya pendidikan karakter. Dalam hal
yang paling utama ialah mencerdaskan ini Lickona menyebutkan dengan artian
kehidupan bangsa, dalam hal ini yang sederhana mengenai pendidikan
dibutuhkan suatu sarana serta prasarana karakter, yaitu sebuah pendidikan yang
yang dijadikan suatu penyaluran serta dilakukan untuk memenuhi isi jiwa peserta
dijadikan sebagai ajang terwujudnya tujuan didik dengan karakter yang bermoral serta
nasioanl bangsa tersebut. Dalam hal ini berakhlak baik. Suyanto sendiri yang
pendidikanlah satu-satunya yang menjadi seorang ahli pendidikan mendefinisikan
sarana prasarana nomor satu dalam karakter sebagai cara berpikir dan
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
Negara sendiri ingin mewujudkan suatu individu untuk hidup dan bekerja sama,
sistem dengan iklim pendidikan nasional baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
yang demokratis dan bermutu guna bangsa, maupun negara. Sehingga dari
memperteguh akhlak mulia, kreatif, kedua pengertian diatas pendidikan
karakter dianggap sangat penting dan lainnya lagi dapat pula diintegrasikan
sudah sepatutnya mendapat perhatian antara kemampuan, kepribadian, dan skills
khusus dari negara ini dalam rangka atau keterampilan (Sukadi, 2007).
mewujudkan cita-cita anak bangsa serta Lahirnya pendidikan karakter bisa
menghasilkan generasi muda yang dikatakan sebagai sebuah usaha untuk
berkualitas. menghidupkan spiritual yang
Pendidikan karakter dapat diartikan ideal. Foerster seorang ilmuan pernah
sebagai the deliberate us of all dimensions mengatakan bahwa tujuan utama
of school life to foster optimal character dari pendidikan adalah untuk
development yang dapat diartikan sebagai membentuk karakter karena karakter meru
suatu usaha kita secara sengaja dari seluruh pakan suatu evaluasi seorang pribadi atau
dimensi kehidupan sekolah/madrasah individu serta karakter pun dapat memberi
untuk membantu pembentukan karakter kesatuan atas kekuatan dalam mengambil
secara optimal. Dalam melaksanakan sikap di setiap situasi. Pendidikan karakter
pendidikan yang berkarakter tentu saja pun dapat dijadikan sebagai strategi untuk
dibutuhkan suatu cara atau metode tertentu mengatasi pengalaman yang selalu berubah
untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan sehingga mampu membentuk identitas
itu sendiri. Metode yang dapat dilakukan yang kokoh dari setiap individu dalam hal
dapat berupa metode keteladanan. ini dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan
Sesungguhnya pendidikan karakter karakter ialah untuk membentuk sikap
adalah proses pemberdaan (empowering) yang dapat membawa kita kearah
potensi peserta didik proses humanisasi kemajuan tanpa harus bertentangan
(humanizing), dan proses pembudayaan dengan norma yang berlaku. Pendidikan
(civilizing). Sebagai proses pemberdayaan, karakter pun dijadikan sebagai wahana
pendidikan karakter pada dasarnya adalah sosialisasi karakter yang patut dimiliki
usaha sadar untuk memberdayakan dan setiap individu agar menjadikan mereka
mengembangkan seluruh potensi peserta sebagai individu yang bermanfaat seluas-
didik. Proses ini juga memberdayakan luasnya bagi lingkungan sekitar.
peserta didik sebagai makhluk yang Pendidikan karakter bagi individu
menyadari memiliki sejumlah potensi dan bertujuan agar :
menyadari keterbatasannya dengan cara 1. Mengetahui
knowing the what and knowingthe why; berbagai karakter baik manusia.
appreciate mean and end; dan 2. Dapat mengartikan dan
experincing, acting, and behaving. menjelaskan berbagai karakter.
Pendidikan karakter juga bukanlah proses 3. Menunjukkan contoh prilaku
pengajaran yang bersifat transfer informasi berkarakter dalam kehidupan
semata. Pendidikan karakter juga bukanlah sehari-hari.
proses penanaman nilai-nilai belaka. 4. Memahami sisi baik menjalankan
Di sisi lain, potensi-potensi itu bisa prilaku berkarakter.
dimanifestasikan dalam bentuk multi
kecerdasan: pengetahuan fisik, kinestetik, A. Model Pembelajaran Pendidikan
emosional sosial, intelektual, moral, Karakter
estetis, dan spiritual. Yang lain lagi Model pembelajaran merupakan
berusaha mewujudkan potensi-potensi itu cara atau teknik penyajian yang digunakan
dan segi: learning to know, learning to do, guru dalam proses pembelajaran agar
learning to be, learning to live together, tercapai tujuan pembelajaran. Ada
dan learning to obey God Almighty. beberapa model-model pembelajaran
Kesadaran yang lain dapat seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi
mengintegrasikan potensi-potensi: kasus, bermain peran (role play) dan lain
kemampuan berpikir yang baik dan benar, sebagainya. Yang tentu saja masing-
berkata-kata yang baik dan benar, dan masing memiliki kelemahan dan kelebihan.
berbuat yang baik dan bijaksana. Yang Menurut Slavin Pembelajaran didefinisikan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 57

sebagai perubahan tingkah laku individu pendidikan karakter yang berorientasi


yang disebabkan oleh pengalaman pada moral dikesampingkan dan akibatnya
sedangkan Woolfolk mengatakan banyak kegagalan nyata pada dimensi
pembelajaran berlaku apabila sesuatu pembentukan karakter individu
pengalaman secara relatifnya contohnya Indonesia terkenal di pentas
menghasilkan perubahan kekal dalam dunia karena kisah yang buruk
pengetahuan dan tingkah laku dan Crow & seperti korupsi dengan moralitas yang
Crow mengatakan bahwa pembelajaran lembek.
adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan Pendidikan karakter bukan hal baru
dan sikap dalam tradisi pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan defenisi di atas dapat Beberapa pendidik Indonesia modern yang
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kita kenal seperti Soekarno telah mencoba
perubahan tingkah laku yang melibatkan menerapkan semangat pendidikan karakter
ketrampilan kognitif yaitu penguasaan sebagai pembentuk kepribadian dan
ilmu dan perkembangan kemahiran identitas bangsa yang bertujuan
intelektual. Proses pembelajaran lebih menjadikan bangsa Indonesia menjadi ban
bermakna jika guru dalam membelajarkan gsa yang berkarakter. Pendidikan karakter
siswa dengan menggunakan model merupakan aspek yang penting bagi
pembelajaran yang bervariasi. Model generasi penerus. Seorang individu tidak
pembelajaran diartikan sebagai prosedur cukup hanya diberi bekal pembelajaran
sistematis dalam mengorganisasikan dalam hal intelektual belaka tetapi juga
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan harus diberi hal dalam segi moral dan
belajar. Dapat juga diartikan suatu spiritualnya, seharusnya pendidikan
pendekatan yang digunakan dalam karakter harus diberi seiring dengan
kegiatan pembelajaran. Salah satu yang perkembangan intelektualnya yang dalam
dapat digunakan yaitu model pendekatan hal ini harus dimulai sejak dini khususnya
karakter. dilembaga pendidikan. Pendidikan karakter
Persoalan pendidikan karakter di sekolah dapat dimulai dengan
di Indonesia sejauh ini memberikan contoh yang dapat dijadikan
menyangkut pendidikan moral dan dalam teladan bagi murid dengan diiringi
aplikasinya terlalu membentuk satu arah pemberian pembelajaran seperti
pembelajaran khusus sehingga melupakan keagamaan dan kewarganegaraan sehingga
mata pelajaran lainnya, dalam dapat membentuk individu yang
pembelajaran terlalu membentuk satu berjiwa sosial, berpikir kritis, memiliki dan
sudut kurikulum yang diringkas kedalam mengembangkan cita-cita luhur, mencintai
formula menu siap saji tanpa melihat hasil dan menghormati orang lain, serta adil
dari proses yang dijalani. Guru/dosen pun dalam segala hal. Menurut (Sukadi, 2007)
cenderung mengarahkan ada beberapa model pembelajaran
prinsip moral umun secara satu arah, tanpa pendidikan karakter pada abad 21 yang
melibatkan partisipasi siswa untuk berbasis pada pendidikan nilai dan moral
bertanya dan mengajukan pengalaman perlu disajikan, antara lain:
empiriknya. Sejauh ini dalam 1. Model pembelajaran penanaman
proses pendidikan di Indonesia yang nilai, berasumsi bahwa peserta didik
berorientasi pada perlu menerima nilai- nilai yang
pembentukan karakter individu belum dianggap luhur oleh masyarakat, baik
dapat dikatakan tercapai karena dalam yangberupa nilai-nilai lama yang masih
prosesnya pendidikan di Indonesia terlalu dianggap luhur maupun nilai-nilai
mengedepankan penilian pencapaian modernyang telah diterima oleh
individu dengan tolak ukur tertentu dominan dalam masyarakat. Model
terutama logik-matematik sebagai ukuran pembelajaran nilai seperti ini berasal
utama yang menempatkan seseorang dan keyakinan ideologi pendidikan
sebagai warga kelas satu. Dalam prosesnya perenialisme danesensialisme. Ciri
utama pembelajaran penanaman nilai- berbagai konflik nilai yang terjadi pada
nilaiadalah bahwa para siswa/ masalah-masalahsosial tersebut.
mahasiswa harus menerima nilai-nilai 4. Model pembelajaran project citizen,
yang diajarkanoleh orang dewasa dan membantu peserta didik
mereka harus mengubahnilai-nilai yang mengembangkan
dianggap tidakrelevan oleh kelas kompetensi menjadi warga negara yang
dominan dalam masyarakat. baik dalam arti demokratis dan
Pembelajaran penanaman nilai-nilai ini partisipatif. Peserta didik diberdayakan
dapat dilakukan melalui metode untuk memiliki kepekaan
pengajaran langsung atau dengan dankepedulian sosial dalam turut
ceramah nilai-nilai, mempengaruhi kebijakan publik oleh
pembelajarandengan simulasi, bermain pemerintah
peran, bermain drama, belajar dengan yang mengandung muatan nilai-nilai
melakukan,dan belajar dengan moral. Di sini peserta didik belajar
penguatan positif dan negatif. mengidentifikasi masalah-masalah
2. Model pembelajaran berbasis sosial atau mengidentifikasi
perkembangan penalaran moral, kebutuhanmasyarakat yang dapat
menurutPiaget, perkembangan dibantu pemenuhannya melalui usulan
penalaran moral itu berkembang dan kebijakan publik yang dikembangkan
tingkat heteronommenuju pengambilan sendiri oieh peserta didik. Setelah itu
keputusan moral yang bersifat otonom. pesertadidik belajar membuat berbagai
Untuk memfasilitasi peserta didik alternatif pemecahan masalah dan
mampu mengambil keputusanmoral menyusunrekomendasi untuk usulan
secara otonom, mereka haruslth kebijakan publik kepada pejabat
diajarkan untuk berhadapan pemerintahan terkait. Terakhir, peserta
dengandilema nilai moral, belajar didik bersama-sama pendidik dapat
membuat keputusan moral, dan belajar melakukantindakan refleksi pengalaman
memberikan pertimbangan nilai-nilai belajar untuk menilai efektivitas
moral dengan menggunakan penalaran pembelajarandalam mencapai tujuan-
yang rasional.Melalui diskusi kelompok tujuan pendidikan nilai/moral (Sukadi,
peserta didik diajak untuk 2007).
mendiskusikan secara rasional mengapa
mereka harus mengambil keputusan B. Pendekatan Pendidikan Karakter
moral seperti yang mereka hadapi (Sukadi, 2007) menyatakan bahwa
dengan landasan berpikir secara pendidikan karakter mengambil aspek
rasional. yang dominan dan utama dalam
3. Model pembelajaran analisis nilai, pelaksanaan program pendidikan.
menekankan pada kemampuan peserta Demikian pula pendidikan
didik untuk melakukan analisis nilai- karaktermengambil domain yang terdalam
nilaisecara rasional dan logis pada dan kompleks dalam pengembangan
masalah-masalah sosial yang kompetensi manusiawi. Sangatlah tidak
mengandungmuatan nilai-nilai moral. mudah, karena itu, untuk melakukandan
Pembelajaran dengan analisis nilai ini mengembangkan satu pendekatan
menghadapkanpeserta didik pada pendidikan karakter yang efektif dan
berbagai masalah sosial yang ada di efisien. Tidak seperti pendidikan bidang
masyarakat yangmengandung muatan studi atau mata pelajaran yang
konflik nilai-nilai moral. Tugas siswa bersifatkognitif atau keterampilan tertentu
atau mahasiswaadalah melakukan yang umumnya bisa efektif dilaksanakan
analisis secara logis baik melalui kajian melalui pendekatan pembelajaran bidang
pustaka, melakukanpenelitian lapangan, studi tertentu, pendidikan karakter yang
maupun melalui diskusi secara cenderung utuh mengintegrasika domain-
kelompok atau kelas untuk membahas domain kemampuan kepribadian, dan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 59

keterampilan agak sulit dijamin pemberdayaanpeserta didik dalam


efektivitasnya jika dibelajarkan melalui membina nilai-nilai utama dalam
mata pelajaran karakter yang berdiri pembentukan karakteryang diharapkan.
sendiri. Untuk ini guru dan siswa, misalnya,
Ada beberapa pendekatan perlu menyepakatitentang nilai-nilai
pendidikan karakter yang mungkin utama yang akan dibina, dimantapkan,
dilaksanakan di sekolah atau perguruan dikuatkan, dandikembangkan sebagai
tinggi dengan menggunakan beberapa kompetensi yang akan dicapai dalam
pendekatan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran. Selanjutnya, guru dapat
yaitu; pendekatan keteladanan, pendekatan memfasilitasi, membimbing,
berbasis kelas, pendekatan kegiatan ko- mendorong, menemani,mangarahkan,
kurikuler dan ekstrakurikuler, pendekatan memimpin, menguatkan, dan
kultur kelembagaan dan kultur akademik, menyontohkan atau meneladankan
pendekatan berbasis komunitas, dan kepada peserta didik bagaimana nilai-
dukungan kebijakan pendidikan yang nilai keutamaan karakter tersebutdigali
relevan. atau dieksplorasi, dijelaskan, diberi
1. Pendekatan keteladanan, merupakan penalaran, dinilai dan disikapi,dihayati,
pendekat untuk meneladankan pola dipecahkan konflik-konfliknya, dan
berpikir, nilai-nilai dan sikap, serta dilaksanakan dalam kehidupansehari-
kompetensi yang mencerminkan hari, serta dimonitoring dan dievaluasi
teraktualisasikannya nilai-nilai yang efektivitas
mendasari karakter bangsa dari penyelenggaraanpendidikannya.
seseorang kepada orang lain terutama 3. Pendekatan integritas dalam kegiatan
dari orang dewasa kepadapeserta didik, ekstrakulikuler, (Sukadi, 2007) hampir
dengan maksud peserta didik tersebut identik dengan pendekatan berbasis
dapat mengikuti pola-pola perilaku yang kelas yang bersifat atau berbasis
baik dari model (Sukadi, 2007). kegiatan kurikuler dan kokurikuler,
Pendekatan ini tidaklah cukup pendidan karakter jugadapat
dilakukanhanya dengan memberikan diintegrasikan ke dalam kegiatan
contoh-contoh pola berpikir nilai dan kepemimpinan siswa/mahasiswa dan
sikap, serta perilaku yang baik kepada kegiatan ekstrakurikuler
peserta didik, karena pemberian contoh kesiswaan/kemahasiswaan. Untuk ini
yang tidakdisertai dengan pemilikan seluruh organisasi kepemimpian
perilaku tersebut oleh model justru siswa/mahasiswa dan organisasi ekstra
dapat menjadi bumerang. Untuk kampus atau ekstrakurikuler di bawah
kepentingan ini seluruh komponen bimbingan dan pembinaan dosen
civitas akademika(pemimpin perguruan harusah dapat dengan sengaja di
tinggi, kepala sekolah, staf dosen, guru sistematis mengembangkan proram-
staf, dan mahasiswa atau siswa) program pendidikan yang dapat
haruslah mampu mengternalisasikan mengintegrasikan tujuan-tujuan
nilai-nilai karakter kehidupan berbangsa pendidiksan karakter sesuai dengan visi,
dan menjadi teladan yang baik misi,tujuan, jeins program, dan kegiatan
bagipembangunan karakter bangsa satu masing-masing unit organisasi
sama lain. kesiswaan/kemahasiswaan.
2. Pendekatan berbasis kelas, dapat Untuk efekfivitas pendekatan ini,
dilakukan dalamhubungan dialogis seluruh siswa dan guru atau mahasiswa
melalui kegiatan pembelajaran di kelas. dan dosen pembimbing haruslah
Di sini ada guru ataudosen sebagai memiliki dasar, komitmen, program,
pendidik dan mahasiswa atau siswa dan tindakan yang sama dalam
sebagai pembelajar. mengembangkan iklim organisasi
Kegiatanpembelajaran pendidikan kesiswaan/kemahasiswaan dalam
karakter dapat dilakukan melalui mengembangkan kegiatan-kegiatan
ekstra yang dapat memfasilitasi wali siswa/mahasiswa, masyarakat dan
pencapaian tujuan untuk terbangun dan pemeritah setempat untuk turut
terinternalisasikan nilai-nilai melaksanakan upaya pendidikan
kepribadian bangsa sebagaimana karakter.
dirumuskan dalam kompetensi Upaya kerja dan tanggung jawab
pendidikan karakter bangsa. bersama itu tidaklah cukup hanya
4. Pendekatan pengembangan kultur dengan mempercayakan dan
sekolah atau kulturakademik,tidak menyerahkan begitu saja kepada pihak-
saja mengandalkan pembelajaran di pihak untuk pelaksanaan pendidikan
kelas, tetapi juga yang lebih penting karakter. Perlu ada upaya progresif
adalah bagaimana dapat dibangun dimana lembaga sekolah atau Perguruan
pranata sosial dan budaya serta tinggi berinisiatif untuk
penciptaan iklim akademis yang mensosialisasikan kepada masyarakat
mencerminkan terwujudkannya nilai- dan pemerintah dalam rangka meminta
nilai keutamaan dalam pendikan dukungannya dalam pelaksanaan
karakter (Sukadi, 2007). Untuk ini pendidikan karakter. Efektivitas
semua komponen civitas akademik pendekatan pendidikan karakter sangat
tentu haruslah memiliki visi, misi, pola tergatung pada sejauhmana komitmen
ilmiah pokok, rencana dan kebijakan pihak-pihak untuk bersedia bersama-
strategis, pola berpikir, nilai-nilai dan sama bertanggung jawab mengambil
sikap, serta pola tindakan dengan dasar inisiatif untuk mensukseskan
komitmen yang sama untuk pelaksanaan pendidikan karakter ini,
mewujudkan roh atau jiwa dan nilai- setidak-tidaknya mampu menciptakan
nilai keutamaan dalam iklim pendidikan iklim dimana keluarga, masyarakat dan
karakter di lembaga. pemerintah dapat menjadi tauladan bagi
Dengan begini tugas dan tanggung peserta didik sebagai generasi muda.
jawab pencapaian kompetensi 6. Pendekatan berbasis kebijakan
pendidikan karakter tidaklah monopoli pendidikan,salah satu permasalahan
guru atau dosen semata, tetapi juga yang dihadapi bangsa Indonesia dalam
menjadi peran dan tanggung jawab pembangunan karakter bangsa adalah
pemimpin lembaga, staf pegawai dan masih terbatasnya perangkat kebijakan
karyawan, serta seluruh peserta didik terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
secara bersama-sama. Melalui esensi Pancasila, termasuk tentunya
pendekatan ini pula proses-proses dalam perangkat kebijakan pendidikan.
pemberdayaan, proses humanisasi, dan Bahkan ditengarai, masih ada
proses pembudayaan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
pendidikan karakter akan berjalan bertentangan salit sama lain. Oleh
secara terintegrasi dan sinergitas serta karena itu, pemerintah bekerjasama
terhindar dari konflik-konflik dengan dan melalui lembaga pendidikan
kepentingan internal lembaga yang bisa perlu turut melahirkan berbagai
menjadi virus utama yang mengagalkan instrumen kebijakan pendidikan yang
usaha-usaha pendidikan karakter oleh terpadu dapat mewujudkan nilai-nilai
guru dan dosen. esensi Pancasila bagi seluruh lapisan
5. Pendekatan pendidikan karakter masyarakat, khususnya bagi warga
berbasis komunitas, (Sukadi, 2007) civitas akademika(Sukadi, 2007).
menyatakan bahwa pendekatan Berbagai kebijakan yang
pendidikan karakter berbasis komunitas mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila
dilaksanakan secara sinergitas antara ini secara terpadu tentu akan menjadi
lembaga pendidikan dengan masyarakat sarana pendidikan karakter yang efektif
sekitarnya. Karena itu, perlu ada bagi seluruh komponen civitas
tanggung jawab dan kerja bersama akademika dan masyarakat
antara lembaga pendidikan orangtua/ stakesholdersnya. Sebagai contoh, jika
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 61

pemerintah dapat melahirkan satu UCAPAN TERIMA KASIH


kebijakan bahwa dalam rekruitmen Terima kasih penulis ucapkan
calon pegawal pemerintahan dan calon kepada Tim Editor E-Journal Obsesi
guru terutama akan diambil dan lulusan yang sudah memberikan kesempatan
perguruan tinggi yang memiliki prestasi sehingga jurnal ini siap untuk
akademis dan integritas kepribadian diterbitkan, tidak lupa pula saya ucapkan
yang tinggi, tentu kebijakan ini akan rangkaian terima kasih yang sebesar
menjadi sarana pendidikan karakter besarnya kepada reviewer yang sudah
yang efektif untuk meningkatkan mau meluangkan waktunya untuk
kualitas lulusan perguruan tinggi di satu mereview serta memberikan banyak
sisi dan kualitas sumber daya manusia masukan sehingga jurnal ini lebih
pemerintahan dan guru di sisi lain. sempurna. Untuk semua teman
sejawat dosen dosen Universitas
KESIMPULAN Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah
Berdasakan pembahasan yang telah memberikan semangat dalam penulisan ini
diuraikan, maka dapat ditarik beberapa sehingga penulis dapat menyelesaikan
kesimpulan bahwa pendidikan karakter tepat pada waktunya.
mengambil aspek yang dominan dan utama
dalam pelaksanaan program pendidikan. DAFTAR PUSTAKA
Demikian pula pendidikan karakter
mengambil domain yang terdalam dan Budimansyah. (2010). Penguatan
kompleks dalam pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
kompetensi manusiawi. Sangatlah tidak Membangun Karakter Bangsa.
mudah, karena itu, untuk melakukan dan bandung: Widya Aksara Press.
mengembangkan satu pendekatan Elmubarok, Z. (n.d.). Membumikan
pendidikan karakter yang efektif dan Pendidikan Nilai. bandung: alfabeta.
efisien. Pendidikan karakter pada abad 21 Fauziddin, M. (2016). Pembelajaran
sesungguhnya merupakan proses Agama Islam Melalui Bermain pada
pemberdayaan (empowering) potensi Ank Usia Dini (Studi Kasus di TKIT
peserta didik proses humanisasi Nurul Islam Pare Kebupaten Kediri
(humanizing), dan proses pembudayaan Jawa Timur), 2(2), 8–17.
(civilizing). Sebagai proses pemberdayaan, Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter:
pendidikan karakter pada dasarnya adalah Strategi Mendidik Anak di Zaman
usaha sadar untuk memberdayakan dan Global. jakarta: Grasindo.
mengembangkan seluruh potensi peserta Pascalian Hadi Pradana. (2016). Pengaruh
didik untuk membentuk karakter baik Permainan Balok Angka Terhadap
(good character). Pada hakikatnya tidak Kemampuan Mengenal Lambang
ada proses pendidikan yang bebas nilai, Bilangan pada Anak Usia Dini.
maka model-model pembelajaran PAUD TAMBUSAI, 2(2), 18–25.
pendidikan karakter pada abad 21 yang Sukadi. (2007). Belajar dan Pembelajaran
berbasis pada pendidikan nilai dan moral sebagai Yadnya. Singaraja: undiksha.
yaitu model pembelajaran penanaman
nilai, berbasis perkembangan penalaran
moral,analisis nilai dan project citizen,
efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi
warga negara yang baik dalam arti
demokratis dan partisipatif.
P a g e | 62

Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 62 – 71


Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.32

Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain


Kartu Angka Kelompok B di TK Pembina Bangkinang Kota
Mufarizuddin
Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Abstrak
Penelitian ini di latarbelakangi belum berkembangnya kemampuan kecerdasan logika matematika anak
kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini, Bagaimanakah peningkatan kemampuan
kecerdasaan logika matematika anak kelompok B melalui permainan kartu angka di TK Pembina
Bangkinang Kota? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
kecerdasaan logika matematika melalui permainan kartu angka pada kelompok B di TK Pembina
Bangkinang Kota. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B dan guru TK Pembina
tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah anak sebanyak 20 orang. Sedangkan yang menjadi objek
adalah kemampuan kecerdasaan logika matematika anak kelompok B melalui permainan kartu angka.
Tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu : 1) Perencanaan/Persiapan
tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi, dan. 4) Refleksi. Sumber data penelitian ini adalah
anak kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota, guru dan dokumen. Pengumpulan data
menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif
persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kartu angka dapat meningkatkan
kemampuan kecerdasaan logika matematika di kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota.
Kata kunci : kecerdasaan logika matematika, kartu Angka

Abstract
This research is in background not yet developed ability of logic mathematics intelligence of child of
group B TK Pembina Bangkinang Kota. Based on the background of the problems that have been
exposed, it can be formulated problem of this research, How to improve the ability of logic
mathematics intelligence of group B through the game of card number in TK Pembina Bangkinang
Kota? The purpose of this study is to determine the enhancement of the ability of logic mathematical
intelligence through the game of number cards in group B in TK Pembina Bangkinang Kota. As the
subjects in this study are the children of group B and teachers kindergarten coach 2015/2016 school
year with the number of children as many as 20 people. While the object is the ability of logic
mathematical intelligence of group B through the game of a number card. The steps taken in classroom
action research are: 1) Planning / Preparing for action, 2) Implementation of Action, 3) Observation,
and 4) Reflection. The data sources of this research are children of group B TK Pembina Bangkinang
Kota, teachers and documents. Data collection uses observation, tests and documentation. Data analysis
using descriptive technique percentage. The results showed that through the card number can improve
the ability of logic mathematical intelligence in group B TK Pembina Bangkinang Kota.

Keywords: logic mathematical intelligence, Numeric cards

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Perumahan Attaya 1 Ridan Bangkinang ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : zuddin.unimed@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 63

PENDAHULUAN kurang menonjol pada individu. Pada anak


Pendidikan Anak Usia Dini usia 0 sampai 72 bulan, kecerdasan yang
merupakan pendidikan yang sangat menonjol belum terlalu terlihat,
mendasar dan sangat menentukan bagi mengoptimalkan setiap aspek kecerdasan
perkembangan anak dikemudian hari. pada anak merupakan hal yang dapat
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 dilakukan. Optimaliasai dapat dilakukan
ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan dengan pemberian berbagai stimulasi.
Anak Usia Dini adalah suatu upaya Setiap stimulasi yang diberikan tentunya
pembinaan yang ditujukan sejak lahir harus bertujuan dan disesuaikan dengan
sampai usia enam tahun yang dilakukan usia perkembangan dari anak. Stimulasi
dengan pemberian rangsangan pendidikan yang diberikan juga tidak hanya yang
untuk membantu pertumbuhan dan bertujuan meningkatkan kognisi tetapi juga
perkembangan jasmani dan rohani agar siap sosioemosional serta sensorik dan motorik
memasuki pendidikan yang lebih lanjut. anak. (Peraturan menteri Kesehatan
Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini Republik Indonesia, 2015).
adalah Taman kanak-kanak. TK merupakan Pedoman Stimulasi Anak Berbasis
lembaga yang memberikan layanan Kecerdasan Majemuk memberikan
pendidikan bagi anak usia dini pada rentang gambaran mengenai stimulasi pada anak
usia 4-6 tahun. Pada masa ini merupakan yang berbasis kecerdasan majemuk. Di
masa emas perkembangan dimana terjadi dalam pedoman ini, stimulasi dibedakan
peningkatan luar biasa pada perkembangan berdasarkan tiga kelompok usia, yaitu 0 –
anak yang tidak terjadi pada periode 24 bulan, 25 – 42 bulan, dan 43 – 72 bulan.
berikutnya. Para ahli menyebutnya sebagai Sedangkan stimulasi yang diberikan
usia emas perkembangan (Golden age). bersifat holistik bagi anak, yaitu stimulasi
(Permendiknas, 2003) untuk perkembangan fisik sensorik dan
Pendidikan bagi anak usia dini motorik, kognitif atau kecerdasan dan
adalah pemberian upaya untuk sosioemosional. Setiap stimulasi di
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan dasarkan pada teori kecerdasan majemuk
pemberian kegiatan pembelajaran dengan pengharapan diperoleh kecerdasan
yang akan menghasilkan kemampuan dan optimal dari tiap macam kecerdasan.
ketrampilan anak. Pendidikan anak Memberikan stimulasi kognitif pada
usia dini merupakan salah satu bentuk anak merupakan bagian dari usaha
penyelenggaraan pendidikan yang mencerdaskan bangsa. Metode stimulasi
menitikberatkan pada peletakan dasar ke kognitif merupakan bagian dari sebuah
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik strategi pembelajaran untuk mencapai
(koordinasi motorik halus dan kasar), tujuan optimalisasi fungsi kognitif anak.
intelektual, kecerdasan kognitif atau Prinsip stimulasi merupakan bantuan
kecerdasan merupakan suatu proses mental khusus yang mutlak perlu diberikan pada
sehingga tidak hanya sekedar kemampuan semua anak bila ingin anak berkembang
yang terkait dengan hal akademis. optimal. Stimulasi yang dilakukan harus
Howard Gardner menyebutkan sesuai dengan tujuan. Stimulasi kognitif
bahwa kecerdasan tidak bersifat tunggal, pada anak dilakukan dengan tujuan
tapi majemuk atau disebut kecerdasan mengoptimalkan kecerdasan majemuk
majemuk (multiple intelligence). (multiple intellegence) anak.
Kecerdasan majemuk terdiri dari 8 macam Kecerdasan logika matematika
kecerdasan yaitu Kecerdasan Bahasa, adalah kemampuan untuk mengenal warna
Kecerdasan Logika-Matematika, dan bentuk secara efektif guna
Kecerdasan Visio- Spasial, Kecerdasan meningkatkan keterampilan mengelolah
Kinestetik, Kecerdasan Musik, Kecerdasan angka serta kemahiran mengguakan logika
Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, atau akal sehat. Istilah kecerdasan logika
dan Kecerdasan Natural. Tiap kecerdasan matematis (math-logical intelligence)
ini ada yang menonjol dan ada pula yang merujuk pada pemahaman paling populer
64 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka

dalam soal logika, beberapa ahli psikologi lambangnya.Hal ini harus


yang berkecimpung dalam bidang dilakukan guru secara bertahap
pendidikan mendefinisikan Intelektual atau sesuai dengan laju dan kecepatan
kognitif dengan berbagai peristilahan. kemampuan anak yang secara
(Suhaidah, 2014) individual berbeda.
Kecerdasan logika matematik 3) Tingkat lambang bilangan tahap
berkaitan dengan perkembangan terakhir di mana anak diberi
kemampuan berpikir sistematis, kesempatan untuk mengenal dan
menggunakanangka, menghitung, memvisualisasikan lambang
menemukan hubungan sebab akibat, dan bilangan atas konsep kongkrit yang
membuat klasifikasi. Anak yang telah mereka pahami. Ada saat di
mempunyai kelebihan dalam kecerdasan mana mereka masih menggunakan
logika matematika, tertarik memanipulasi alat kongkrit hingga mereka
lingkungan serta cenderung menerapkan melepaskannya sendiri.
strategi coba ralat, mereka suka menduga- c. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
duga dan memiliki rasa ingin tahu yang Logika-Matematika
besar (Hartini, 2003). 1) Faktor Herediter ( faktor bawaan
Jadi kecerdasan logika-matematika dari keturunan ). Semua anak
adalah kemampuan untuk melihat, mempunyai gen pembawa
memahami angka,konsep bentuk, pola serta kecerdasan dengan kadar yang
memecahkan masalah sederhana. dapat berbeda-beda.
a. Tujuan kecerdasan logika-matematika 2) Faktor Lingkungan Semenjak lahir
tujuan umum permainan kreatif PAUD anak mulai berinteraksi dengan
untuk melatih kecerdasan logika- lingkungan tempat hidupnya.
matematika adalah : Ketika panca indera mulai
1) Mengembangkan kemampuan berfungsi anak akan semakin
mengurutkan sesuai ciri tertentu banyak berhubungan dengan
2) Mengembangkan kemampuan lingkungan. Lingkungan
membilang, menyebutkan angka berpengaruh besar pada kecerdasan
1sampai 10 anak.
3) Mengembangkan kemampuan 3) Asupan Nutrisi pada Zat Makanan
perkiraan ukuran seperti: banyak- Nutrisi merupakan salah satu faktor
sedikit, besar-kecil dan panjang- yang mendukung perkembangan
pendek kecerdasan anak. Jumlah nutrisi
4) Merangsang kemampuan mengenali harus memenuhi batas kemampuan
pola tubuh untuk menyerapnya dalam
5) Merangsang kepekaan strategi keadaan yang berlebihan, nutrisi
6) Merangsang kemampuan mengenali tersebut tidak dapat diserap
bentuk-bentuk geometri. bagaimana fungsinya. Bahkan
b. Tahapan-tahapan Pembelajaran dapat menimbulkan efek samping
Matematika yang kurang baik.
1) Tingkat pemahaman konsep dimana 4) Aspek kejiwaan Kondisi emosi
anak akan memahami konsep bernilai penting dalam
melalui pengalaman beraktivitas menumbuhkan bakat dan minat
bermain dengan benda-benda anak sehingga akan sangat
kongkrit. berpengaruh pada tingkat
2) Tingkat transisi proses berpikir kecerdasan anak.
yang merupakan masa peralihan d. Indikator Kecerdasan Logika-
dari pemahaman kongkrit menuju Matematika
pengenalan lambang yang konkrit, 1) Membilang dengan menunjuk
dimana benda kongkrit itu masih benda (mengenal konsep bilangan
ada dan mulai dikenalkan bentuk dengan benda 1 – 5) seperti anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 65

menyusun balok membentuk 4) Menggabungkan dua kumpulan benda


menara eiffel sambil mengitung Menurut Hurlock seiring dengan
dengan urut dari yang kecil sampai perkembangan pemahaman bilangan
besar. permulaan ini menyatakan bahwa konsep
2) Menghubungkan/memasangkan yang mulai dipahami anak sejalan dengan
lambang bilangan dengan benda bertambahnya pengalaman yang dialami
sampai 5 anak mengambil benda anak, diantaranya konsep bilangan.(Asiyah,
sesuai angkanya 2013)
3) Mengelompokkan bentuk-bentuk Konsep bilangan dapat dikenalkan
geometri (mengelompokkan balok dengan cara bermain karena bermain adalah
berdasarkan bentuk-bentuk cara belajar yang paling sesuai dengan
geometri karakter anak usia dini. Dalam bermain
4) Mengelompokkan benda dengan anak memiliki nilai kesempatan untuk
berbagai cara menurut ukuran, mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan
bentuk, warna, jenis, dan lain-lain. dan ia pikirkan. Anak mempraktikkan
(Eny Purwaningtyastuti, 2012) keterampilan dan mendapatkan kepuasan
Salah satu kecerdasan yang dalam bermain, yang berarti
berpengaruh penting dalam kehidupan anak mengembangkan dirinya
yaitu kecerdasan logika matematika, sendiri.(Fauziddin, 2017)
kecerdasan logika matematika sudah lama Lebih lanjut (Puspitasari, 2012)
di unggulkan dan diakui sejak lama, banyak mrnyatakan Salah satu prinsip
tes psikometrik memberikan ruang yang pembelajaran anak usia dini yaitu anak
luas untuk kecerdasan ini, dan menjadi belajar melalui bermain. Bermain
salah satu indikator terkuat dalam menilai merupakan pekerjaan bagi anak, apa yang
anak didik yakni bisa dikatakan cerdas dan dilakukan anak semuanya adalah bermain,
tidak cerdas, setiap pendidik PAUD mutlak hal ini karena bermain adalah sesuatu yang
menstimulasi kecerdasan logika matematika menyenangkan, tanpa paksaaan, serta bebas
karena keberhasilan stimulasi tersebut akan untuk memilih.
memberikan dampak yang sangat luas Menurut Susanto (Asiyah, 2013)
dalam perkembangan anak karena hampir permainan flashcard (kartu angka)
semua aktifitas kehidupan dan berkarier berdampak positif terhadap peningkatan
tidak lepas dari kecerdasan ini. kemampuan berhitung permulaan, karena
Kondisi yang dianjurkan para permainan kartu ini dapat merangsang anak
pakar pendidikan untuk melejitkan lebih cepat mengenal angka, membuat
kecerdasan logis-matematis adalah minat anak semakin menguat dalam
kondisi dimana anak mampu menggunakan menguasai konsep bilangan, serta
angka dan logika matematika untuk merangsang kecerdasan dan ingatan anak,
memahami suatu pola tertentu yang muncul mampu mengembangkan kemampuan
dalam hidup, seperti pola pikir, pola angka, karena anak dapat memiliki konsep
pola visual, dan pola warna. Mencintai berhitung dengan baik dan anak dapat
matematika bagi anak-anak dengan mengembangkan segenap potensi yang ada
pendekatan permainan matematika sesuai pada dirinya sesuai dengan kemampuanya
dengan tujuan kurikulum pendidikan seoptimal mungkin, anak juga akan banyak
matematika TK/RA, yaitu: belajar mengenai urutan bilangan dan
1) Kemampuan kognitif, yaitu anak pemahaman konsep angka dengan baik.
dapat mengenal konsep bilangan Penggunaan kartu angka terhadap
dengan benda-benda 1-10 kemampuan berhitung permulaan,
2) Menghubungkan/memasangkan diantaranya anak mampu mengembangkan
lambang bilangan dengan benda-benda kemampuan kognitifnya dengan baik, anak
3) Mengenal konsep matematika memiliki konsep berhitung dengan baik,
sederhana, yaitu penambahan dan dan anak dapat mengembangkan segenap
pengurangan potensi yang dimiliki sesuai dengan
66 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka

kemampuannya. Hal ini penting karena keseimbangan dan penyesuaian diri


perkembangan anak harus sesuai dengan terhadap lingkungan.
taraf perkembangan. Adapun materi pengenalan konsep
Keuntungan Penggunaan Kartu bilangan pada Anak Usia Dini terdapat
Angka (Flashcard) : 1) Dapat merangsang dalam kurikulum 2007 yang meliputi :
anak lebih cepat mengenal angka. 2) membilang, menyebutkan urutan bilangan
Membuat minat anak semakin menguat dari 1 sampai 10, membuat urutan bilangan
dalam menguasai konsep bilangan. 3) 1-10 dengan benda-benda, menghubungkan
Merangsang kecerdasan dan ingatan anak. dan memasangkan lambang bilangan
4) Mampu mengembangkan kemampuan dengan benda-benda hingga 10 (anak tidak
kognitif. 5) Memiliki konsep berhitung disuruh menulis). Masalah yang terbanyak
dengan baik. 6) Anak akan dialami anak adalah kebanyakan mereka
mengembangkan segenap potensinya yang belum memahami bentuk-bentuk angka,
ada pada dirinya. 7) Anak akan belajar sehingga kondosi tersebut berdampak pada
mengenal urutan bilangan dan pemahaman mereka dalam mengurutkan angka 1-10 dan
konsep angka dengan baik. 8) Anak akan jumlah bendanya bertdasarkan perenungan
lebih mudah memahami konsep terhadap proses pembelajaran selama ini
penambahan dan pengurangan dengan baik yang disebabkan belum maksimal guru
dengan menggunakan gambar dan benda. dalam memberi bimbingan dan pendekatan
Kekurangan Penggunaan Kartu secara persuasive terhadap anak-anak, dan
Angka (Flashcard) : 1) Sulit menampilkan masih cenderung menggunakan cara
gerak dalam media gambar. 1) Biaya yang klasikal. Upaya yang telah dilakukan guru
dikeluarkan akan banyak apabila ingin belumlah cukup untuk memberikan
membuat gambar yang lebih bagus dan pemahaman konsep bilangan/angka, karena
bervariasi. 2) Berbagai unit-unit pelajaran masih banyak yang salah dalam
dalam media gambar harus dirancang pemahaman lambang bilangan seperti
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu angka 6 dan 9.
banyak dan membosankan anak. 3) Jika Berdasarkan pengamatan penulis
tidak dirawat dengan baik, media gambar tahun ajaran 2015/2016 masih terdapat
akan mudah rusak dan hilang. 4) 75% anak kelompok B yang rendah
Memerlukan kreatifitas dari guru yang kemampuannya dalam mengenal konsep
tinggi untuk memberikan inovasi dari bilangan seperti pada kegiatan
media gambar sehingga tidak pembelajaran membuat urutan bilangan 1
membosankan anak. Kognitif adalah suatu sampai 10 dengan alat bantu batu
proses berfikir, yaitu kemampuan individu (kerikil) masih terdapat anak yang salah
untuk menghubungkan, menilai dan dalam mengurutkan bilangan. Hal ini
mempertimbangkan suatu kejadian atau disebabkan antara lain pembelajaran
peristiwa. Proses kognitif berhubungan yang dilaksanakan guru tentang konsep
dengan berbagai minat terutama sekali bilangan di TK, menggunakan metode
ditujukan kepada ide-ide dan belajar pembelajaran yang kurang variatif.
(Asiyah, 2013). Fakta lain adalah rendahnya
Menurut Piaget (Asiyah, 2013) kemampuan anak dalam mengenal
perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek konsep bilangan dan lambangnya. Hal ini
yaitu : kematangan merupakan disebabkan oleh rendahnya minat dan
pengembangan dari susunan syaraf, semangat belajar anak pada pembelajaran
pengalaman merupakan hubungan timbal yang diterapkan. Faktor minat dan
balik antara organisme dan lingkungan, semangat belajar seorang anak dalam
transmisi merupakan pengaruh yang mengenal konsep bilangan dan
diperoleh dalam hubungan dengan lambangnya turut berpengaruh terhadap
lingkungan sosial, ekuilibrasi kemampuan kemampuan perkembangannya pada
yang mengatur dalam diri anak agar ia bidang pengembangan yang lain, seperti:
selalu mampu mempertahankan kognitif, fisik, motorik dan seni.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 67

Di sisi lain, guru menemui kendala menghitung pada waktu yang akan
dalam pembelajaran ketika mengenalkan datang.
konsep bilangan dan lambangnya kepada Sehubungan dengan hal tersebut ,
anak, perhatian anak sangat kurang. maka penulis termotivasi untuk
Anak-anak gelisah dan tidak tahan mengadakan penelitian tindakan kelas
duduk dalam waktu balajar berlangsung. dengan judul: “Peningkatan Kecerdasaan
Dengan kata lain, anak-anak tidak Logika-Matematika Anak Melalui
mempunyai konsentrasi yang baik dalam Bermain Kartu Angka Kelompok B di
mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh TK Pembina Bangkinang Kota”.
sebab itu, guru harus mengamati anak Tujuan yang ingin dicapai dalam
dengan cermat dan menentukan penelitian ini adalah : untuk mengetahui
kemampuan, kebutuhan, minat dan cara peningkatan kecerdasaan logika matematika
belajar masing-masing anak. Proses melalui permainan kartu angka pada anak
belajar terjadi karena adanya interaksi kelompok B TK Pembina Bangkinang
antara pemikiran anak dan Kota.
pengalamannya dengan bahan-bahan ajar, Berdasarkan kajian teori dan
gagasan-gagasan, dan orang-orang yang kerangka berpikir di atas, peneliti
ada di sekitarnya. Pengalaman- mengajukan hipotesis sebagai berikut:
pengalaman ini harus cocok dengan Permainan Kartu Angka dapat
tingkat kemampuan dan kebutuhan anak meningkatkan kemampuan kecerdasaan
yang sedang berkembang. logika matematika pada anak Kelompok B
Berbagai cara yang telah TK Pembina Bangkinang Kota.
diupayakan dalam pembelajaran
mengenal konsep bilangan dan METODE PENELITIAN
lambangnya ini misalnya dengan Penelitian ini dilaksanakan anak
menggunakan metode ceramah, tanya kelompok B di TK Pembina Bangkinang
jawab, pembimbingan anak, pemberian Kota. Jumlah anak 20 orang yang terdiri
tugas namun pada kenyataannya hasil dari 12 orang anak laki-laki dan 8 orang
belajar yang dicapai anak masih rendah. anak perempuan penelitian dilaksanakan
Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak- pada tahun pelajaran 2015/2016. Jenis
anak belum mampu mengingat konsep penelitian yang digunakan dalam penelitian
bilangan dan lambangnya pada saat ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
kegiatan pembelajaran. Penelitian dilakukan pada semester
Untuk meningkatkan kemampuan ganjil tahun ajaran 2015/2016 dan
anak mengenal konsep bilangan dan dilakukan pada saat pembelajaran
lambangnya, maka peneliti mencoba berlangsung.
menggunakan strategi pembelajaran Jenis penelitian merupakan
melalui kegiatan kartu angka. Hal ini penelitian tindakan kelas (Class Room/
dapat menarik minat dan semangat Based Action Research) dengan
belajar anak mengenal konsep bilangan peningkatan unsur rancangan untuk
dan lambangnya. Setiap konsep bilangan memungkinkan diperolehnya gambaran
dan lambangnya yang dipelajari, disertai keefektifan tindakan yang dilakukan.
gambar yang menarik lalu Penelitian yang dilakukan peneliti termasuk
menyampaikan atau mengenalkannnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
kepada anak. Anak menjadi terkesan dan Menurut Arikunto (Wiji lestari,
bersemangat dalam belajar. Dengan 2012) 1) Observasi adalah suatu teknik
demikian, anak mudah mengingat setiap yang dilakukan dengan cara mengadakan
konsep bilangan dan lambangnya yang pengamatan secara teliti serta mencatat
dipelajari. Diharapkan setelah semua secara sistematis. Observasi dilakukan
konsep bilangan dan lambangnya untuk mengumpulkan data-data untuk
dikenal, memudahkan anak untuk mengetahui data rasa percaya diri anak
dengan melakukan pengamatan secara
68 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka

langsung. Observasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan sementara. Refleksi ini
pencapaian indikator yang telah ditetapkan dilakukan setiap akhir siklus penelitian.
dengan menggunakan metode bermain
peran. 2) Catatan lapangan adalah beberapa Metode Pengumpulan Data
catatan yang diperoleh penelitian mengenai Untuk mengumpulkan data tentang
hasil pengamatan pada saat penelitian untuk hasil belajar permainan kartu angka anak
mendapatkan data yang detail mungkin, dalam pembelajaran yang dilakukan ada
sehingga proses penelitian dapat berjalan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam
dengan secara efektif dan efisien dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah
setiap tindakan – tindakan pada saat proses :
belajar mengajar berlangsung. Jadi catatan 1. Observasi
lapangan dalam penelitian ini digunakan a. Untuk mengamati aktivitas guru
untuk merangkum perubahan – perubahan selama penerapan permainan kartu
dalam proses pembelajaran yang tidak angka.
terdapat dalam pedoman observasi, b. Untuk mengamati aktivitas anak
sehingga catatan lapangan hanya pelengkap selama penerapan permainan kartu
data. Catatan lapangan ini berisi nama guru, angka.
tempat penelitian, tanggal, waktu, kegiatan 2. Dokumentasi
guru, dan kegiatan yang diberikan kepada Dokumentasi digunakan untuk
anak. mengetahui sejarah sekolah, keadaan
Adapun langkah-langkah yang guru dan anak, sarana dan prasarana
ditempuh adalah perencanaan tindakan yang ada di sekolah tersebut.
dengan menyiapkan media dan metode 3. Tes
pembelajaran dalam penelitian yang saling Pemberian tes kepada anak untuk
berhubungan. Media yang digunakan yaitu mengetahui hasil belajar permainan
kartu bilangan dalam bentuk yang nyata kartu angka.
melalui bermain. Disini guru harus dapat Kegiatan mengenal konsep bilangan
menciptakan suasana bermain anak yang efektif apabila memberikan kesempatan
menarik serta menyenangkan, kepada anak untuk melakukan apa yang
mempersiapkan waktu yang dibutuhkan telah diperagakan oleh guru sehingga
dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak abstrak. Penilaian yang
tindakan peneliti melakukan observasi digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
selama pembelajaran dan memperhatikan 1. BSH : berkembang sesuai harapan
respon anak pada saat bermain Kartu yaitu apabila anak telah mampu
bilangan dalam meningkatkan kecerdasan melakukan kegiatan yang diberikan
logika-matematika anak. Peneliti oleh guru dengan nilai 81-100.
melakukan pengamatan dengan mencatat 2. MM : mulai muncul yaitu apabila
semua hal yang diperlukan dan terjadi anak telah melakukan kegiatan yang
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. diberikan oleh guru namun tidak
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dengan benar dengan nilai 61-80.
masalah yang sesungguhnya dan 3. BM : belum muncul yaitu apabila
menentukan langkah yang akan diambil anak belum melakukan kegiatan yang
untuk mengatasi masalah. Refleksi dalam diberikan oleh guru dengan nilai
tindakan kelas adalah upaya untuk persentase < 60
mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang Indikator keberhasilan tindakan
telah dihasilkan dan yang belum berhasil terdapat peningkatan kemampuan berhitung
dituntaskan dengan tindakan. Hasil refleksi anak di taman kanak-kanak kelompok B
ini digunakan untuk menentukan tindakan TK Pembina Bangkinang Kota adalah
lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan apabila terdapat peningkatan kemampuan
penelitan tindakan kelas. Dengan kata lain, berhitung kelompok B taman kanak-kanak
refleksi merupakan pengkajian terhadap Pembina Bangkinang Kota tercapai secara
keberhasilan atau kegagalan dalam
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 69

individu 70% dan secara klasikal sebesar berikut yaitu dibawah KKM yang
75% dalam pembelajaran. ditentukan.
Data yang dihasilkan merupakan data
yang dikumpulkan langsung dari anak didik Tabel 1. Belajar Anak Kelompok B
dan guru baik melalui observasi, maupun Menggunakan Kartu Angka
catatan lapangan. Jumlah Persentase
Instrumen adalah alat bantu yang Nilai Ketuntasan
Anak (%)
dipakai dalam mengumpulkan data itu.
Belum
Instrumen yang digunakan dalam penelitian < 70 14 70%
Tuntas
ini adalah Pedoman observasi, catatan
≥ 70 Tuntas 6 30%
lapangan dan dokumentasi.
a. Lembar observasi peningkatan Jumlah 20 100%
kecerdasan logika-matematik anak Sumber : Data Hasil Tes, 2015
b. Lembar observasi penerapan bermain
kartu angka Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat
c. Catatan lapangan Catatan lapangan jelas perbandingan antara anak yang
adalah beberapa catatan yang diperoleh mencapai ketuntasan belajar anak (KKM
peneliti mengenai hasil pengamatan ≥70) adalah sebanyak 6 anak (30%) dengan
pada saat penelitian untuk mendapatkan anak yang belum mencapai ketuntasan
data yang sedetail mungkin. belajar sebanyak 14 anak (70%) anak.
Teknik analisis data merupakan
1. Siklus I
prosedur penelitian yang digunakan untuk
Tabel 2. Belajar Anak Kelompok B
proses agar data mempunyai makna untuk Menggunakan Kartu Angka
menjawab masalah penelitian ini dan Jumlah Persentase
menguji hipotesis. Tindakan analisis Nilai Ketuntasan
Anak (%)
tersebut dilakukan secara deskriptif dengan
< 70 Belum 9 45%
menggunakan teknik persentase. Analisis
Tuntas
data yang dilakukan secara deskriptif
≥ 70 Tuntas 11 55%
bertujuan untuk menggambarkan data
Jumlah 20 100%
tentang kemampuan anak selama proses
Sumber : Data Hasil Tes, 2015
belajar, kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi sangat baik, baik, kurang baik.
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat
Menurut (Sudjono, 2009:43), adapun
jelas perbandingan antara anak yang
dalam proses pengolahan data untuk
mencapai ketuntasan belajar anak (≥70)
melihat peningkatan persentase hasil
adalah sebanyak 11 anak (55%) dengan
tindakan digunakan rumus sebagai berikut :
anak yang belum mencapai ketuntasan
P = F x 100 % belajar anak sebanyak 9 (45%).
Hal ini berarti tujuan penelitian secara
N
klasikal belum 75% mencapai Kriteria
Keterangan :
Ketuntasan Minimun yang telah ditetapkan
P = Nilai yang sedang dicari
yaitu 70. Untuk itu melalui penelitian ini
persentasenya
peneliti akan memperbaiki kegagalan yang
F = Jumlah skor dari item atau soal yang
dialami anak melalui Penelitian Tindakan
dijawab benar
Kelas dengan melakukan tindakan pada
N = Skor maskimum dari tes tersebut
siklus kedua.
100% = Bilangan tetap
2. Siklus II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan pada siklus I
Berdasarkan hasil observasi peningkatan
ternyata belum mencapai tujuan penelitian
kecerdasaan logika matematika anak yang
maka peneliti melanjutkan penelitian pada
dilakukan guru melalui kartu angka yang
siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2
diamati dapat di peroleh hasil sebagai
70 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka

kali pertemuan. Pertemuan pertama pada Tabel 4.


tanggal 17 Maret 2015 dan pertemuan Perbandingan Distribusi Nilai Antara
kedua tanggal 25 Maret 2015. Prasiklus, Siklus I dan Siklus I
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tabel 3. Hasil Belajar Anak Kelompok B Nilai
F % F % F %
Menggunakan Kartu Angka 50 5 25% 1 5% - -
60 9 45% 8 40% 4 20%
Jumlah Persentase
Nilai Ketuntasan 70 5 25% 8 40% 9 45%
Anak (%)
80 1 5% 3 15% 5 25%
< 70 Belum 4 20%
Tuntas 90 - - - - 2 10%
≥ 70 Tuntas 16 80% 100 - - - - - -
Jumlah 20 100% Jumlah 20 20 20
Sumber : Data Hasil Tes, 2014 Ketuntasan 30% 55% 80%
Sumber : Data Hasil Tes, 2015
Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat
jelas perbandingan antara anak yang Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
mencapai ketuntasan belajar anak (≥70) kenaikan besarnya nilai minimal yakni
adalah sebanyak 16 anak (80%) dengan pada prasiklus dan siklus I 50 meningkat
anak yang belum mencapai ketuntasan menjadi 60. Nilai maksimal pun juga
belajar anak sebanyak 4 (20%) anak. mengalami kenaikan dari 80, naik menjadi
Hal ini berarti ketuntasan belajar 90 pada siklus II. Jumlah anak terbanyak
anak kelompok B TK Pembina Bangkinang 5 % memperoleh nilai maksimal 80 pada
Kota secara klasikal telah 75% mencapai prasiklus, begitu pula yang fluktuatif. Jadi
kriteria yang telah ditetapkan yaitu 70. pemberian pada siklus I sejumlah 15%
Untuk itu peneliti tidak perlu melakukan anak memperoleh nilai yang tinggi 80,
tindakan pada siklus berikutnya, karena dan pada siklus II sejumlah 25 % anak
sudah jelas hasil belajar anak telah memperoleh nilai 80. Capaian nilai baik
mencapai target yang telah ditetapkan. pada prasiklus, siklus I dan siklus II
sama yakni 80, dengan persentase
PEMBAHASAN tindakan penggunaan kartu angka, dapat
Hasil penelitian peningkatan meningkatkan kecerdasaan logika
kecerdasaan logika matematika anak matematika dengan menggunakan kartu
kelompok B dengan menggunakan kartu angka anak kelompok B TK Pembina
angka di TK Pembina Bangkinang Kota, Bangkinang Kota melalui kenaikan nilai
diperlukan pembahasan guna menjelaskan minimal dan kenaikan nilai maksimal.
dan memperdalam kajian dalam penelitian Begitu pula ketuntasan anak juga
ini. mengalami kenaikan yang tajam yakni
Berdasarkan hasil refleksi dari 30 %, meningkat menjadi 55 % dan
menunjukkan adanya perubahan meningkat lagi 80 %.
kemampuan belajar anak TK Pembina
Bangkinang Kota yang signifikan setelah KESIMPULAN
pembelajaran memahami konsep bilangan Disimpulkan bahwa peningkatan
diupayakan dengan menggunakan metode kecerdasaan logika matematika dengan
kartu angka yang berupa permainan kartu menggunakan kartu angka di TK Pembina
bilangan. Hal ini nampak pada tabel 4 Bangkinang Kota, sebelum ada perbaikan
tentang perbandingan distribusi skor pembelajaran (tindakan) menunjukkan
yang diperoleh dari keadaan prasiklus, kecerdasaan logika matematika rendah.
siklus I dan siklus II berikut ini : Hal ini ditunjukkan adanya ketuntasan
dengan kartu angka sebesar 30 % yang
berada di bawah nilai < 70, dan skor
tertinggi 80 dan skor terendah
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 71

50.Kecerdasaan logika matematika dengan Permendiknas. (2003). Undang-Undang


menggunakan kartu angka anak meninggkat Republik Indonesia Sistem pendidikan
setelah ada perbaikan pembelajaran Nasional.
melalui metode kartu angka dalam Puspitasari, E. (2012). Pengembangan
meningkatkan kecerdasaan logika model pos paud keliling, 91–96.
matematika, yang ditunjukkan oleh
kenaikan nilai menjadi 55 % pada siklus I Suhaidah. (2014). Meningkatkan
dan 80 % pada siklus II. Kecerdasan Logika Matematika Anak
pada Usia Dini dengan Pengenalan
UCAPAN TERIMAKASIH Warna dan Bentuk pada Siswa Paud
Dengan selesainya penelitian dan “Assyfah” Biaro Baru Kelompok B
terwujudnya artikel jurnal ini tentu tidak Tahun Pembelajaran 2013 / 2014.
terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk Wiji lestari. (2012). Peningkatan
itu perkenakanlah dalam kesempatan ini kemampuan logika matematika anak
penulis menyampaikan penghargaan yang tk b melalui metode pemecahan
setulus-tulusnya dengan ucapan terimakasih masalah di tk „aisyiyah bustanul athfal
kepada Bapak/Ibu yang telah membantu kauman, kecamatan cawas kabupaten
menyelesaikan artikel jurnal ini terutama klaten tahun ajaran 2011/2012 (pp. 1–
pada TK Pembina Bangkinang Kota yang 14).
telah bersedia menerima peneliti untuk
meneliti di TK Pembina Bangkinang Kota.

DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, S. (2013). Penggunaan Media
Kartu Angka dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan pada Anak Kelompok A Tk
Islam Mutiara Surabaya, (1), 1–13.
Eny Purwaningtyastuti. (2012).
Meningkatkan Kecerdasan Logika-
Matematika Anak melalui Bermain
Balok Kelompok A Di TK An Nisa‟
Marditani Celep Kedawung Sragen
Tahun Ajaran 2011/2012, 1–15.
Fauziddin, M. (2017). Penerapan Belajar
Melalui Bermain Balok Unit untuk
Meningkatkan Kreativitas Anak Usia
Dini. Curricula, 1(3).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.222
16/JCC.2016.v2i3.1277
Hartini, P. (2003). Peningkatan
Kemampuan Matematika Anak
Melalui Media Permainanmemancing
Angka Di Taman Kanak-Kanak
Fathimah Bukareh Agam. Pesona
PAUD, I(20).
Peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia. (2015). Pedoman Stimulasi
Kognitif Pada Anak Berbasis
Kecerdasaan Manjemuk.
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 12 – 18
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.33

Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

Iis Aprinawati
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstrak
Salah satu karakteristik anak usia dini adalah memiliki rasa antusias dan ingin tahu yang kuat
terhadap banyak hal di sekitarnya. Rasa ingin tahu tersebut dapat dimunculkan dengan
menggunakan media. Media merupakan sarana pembelajaran yang dapat memunculkan minat
siswa untuk belajar karena media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
terlibat dalam proses pembelajaran. Media gambar seri memiliki suatu urutan gambar
sehingga dapat merangsang pikiran anak untuk berbicara dan menghasilkan cerita yang
berkesinambungan. Tujuan penelitian menjelaskan media gambar berseri ini dapat
meningkatkan minat siswa untuk berbicara sehingga kemampuan berbicara anak usia dini
semakin meningkat. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kajian pustaka yaitu rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan penelitian. Hasil Penelitian yang
diperoleh dengan menggunakan media gambar seri dapat mengembangkan potensi
perkembangan berbicara anak dan menambah penguasaan kosakatanya.

Kata Kunci: Media Gambar Seri, Kemampuan berbicara, Anak usia dini

Abstract
One of the characteristics of early childhood is to have a strong sense of enthusiasm and
curiosity towards many things around it. Curiosity can be raised using the media. Media is a
means of learning that can bring the interest of students to learn because the media is
everything that can be used to channel the message, stimulate the mind, attention, and
willingness of students to be involved in the learning process. The series image media has a
sequence of images that can stimulate the child's mind to speak and produce a continuous
story. The purpose of the study explains the media of this series can increase the students'
interest to speak so that the ability to speak early child is increasing. The research method
used in this study is literature review is a series of activities related to the method of collecting
data library, reading and recording and managing research materials. Research results
obtained by using a series of drawing media can develop the potential for child speech
development and increase vocabulary mastery.

Keywords : Media Picture Series, Speech, Early Childhood

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Tuanku Tambusai Bangkinang ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : aprinawatiiis@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 73

PENDAHULUAN Keterbatasan anak dalam


Pendidikan Anak Usia Dini mengungkapkan bahasa lisannya di kelas
(PAUD) adalah pendidikan sebelum dikarenakan metode yang digunakan
jenjang pendidikan dasar yang merupakan belum sesuai dengan perkembangan
suatu upaya pembinaan pada anak usia bahasa anak. Bahasa dapat memberikan
lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan suatu kegiatan yang menarik dan
melalui pemberian rangsangan pendidikan menyenangkan sehingga dapat
untuk membantu pertumbuhan dan memberikan dorongan perkembangan
perkembangan jasmani dan rohani agar bahasa karena anak harus mampu
anak memiliki kesiapan dalam pendidikan mengungkapkan diri dengan kata-kata,
lebih lanjut. PAUD dititik beratkan pada untuk mendorong kata-kata, maka kegiatan
pertumbuhan dan perkembangan fisik, tersebut harus dilaksanakan melalui
kecerdasan sosial emosional, untuk permainan deskriptif. Permainan deskriptif
memenuhi hak belajar anak, kegiatan adalah permainan yang menuntut anak-
pembelajaran dilakukan dalam keadaan anak untuk menguraikan benda dan
menyenangkan, kognitif, dan memungkin- mendorong anak untuk mencari kata-kata
kan anak menjadi termotivasi dan antusias sehingga dapat membantu mereka untuk
(Hasan, 2011) berbicara dan berpikir dengan lebih jelas,
Pendidikan Anak Usia Dini salah satu contohnya permainan yaitu
(PAUD) adalah upaya pembinaan yang dengan memberikan media gambar seri.
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai Media gambar seri merupakan
dengan usia 6 tahun, yang dilakukan media pembelajaran berupa gambar yang
melalui pemberian rangsangan pendidikan mengandung cerita dengan beberapa
untuk membantu pertumbuhan dan urutan sehingga antara gambar yang satu
perkembangan jasmani dan rohani agar dengan gambar yang lainnya membentuk
anak memiliki kesiapan dalam memasuki satu kesatuan yang mengambarkan
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 peristiwa dalam bentuk cerita tersusun.
Tahun 2003). Pendidikan anak usia dini (Azhar Arsyad, 2002).
bertujuan untuk mengembangkan potensi Dengan menggunakan media
secara optimal. gambar seri dapat mengembangkan potensi
Salah satu potensi yang harus perkembangan berbicara anak, yaitu
dikembangkan sejak dini adalah dengan cara anak dapat menyampaikan
keterampilan berbahasa, salah satunya pesan terdiri dari dua atau tiga kata dan
berbicara. Berbicara merupakan bentuk dapat memunculkan kalimat-kalimat yang
komunikasi secara lisan yang berfungsi lebih rumit.
untuk menyampaikan maksud dengan
lancar, menggunakan kata-kata, dan METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan kalimat dengan jelas. Penelitian ini menggunakan kajian
Perkembangan bahasa anak usia 3-5 tahun pustaka, kajian pustaka dalam suatu
sudah dapat berbicara dengan baik. penelitian ilmiah adalah salah satu bagian
Menurut (Carool, Seefelt & penting dari keseluruhan langkah-langkah
Barbara A, 2008) pada usia 4 tahun metode penelitian.
perkembangan kosaskata anak mencapai Menurut Zed (2004)
4.000-6.000 kata dan berbicara dalam mengemukakan riset pustaka tidak hanya
kalimat 5-6 kata. Usia 5 tahun sekedar urusan membaca dan mencatat
perbendaharaan kata terus bertambah literatur atau buku-buku sebagaimana yang
mencapai 5.000 sampai 8.000 kata. sering dipahami banyak orang selama ini.
Kalimat yang dipakaipun semakin apa yang disebut riset pustaka atau sering
kompleks. disebut studi pustaka, ialah rangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode
74 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

pengumpulan data pustaka, membaca dan benda, ataupun peristiwa yang


mencatat serta mengelola bahan penelitian. memungkinkan anak didik memperoleh
Ada 3 alasan mengapa pengetahuan dan keterampilan.
menggunakan penelitian pustaka yaitu: 1) Menurut (Azhar Arsyad, 2002)
persoalan penelitian tersebut hanya bisa pengertian media adalah alat bantu pada
dijawab lewat penelitian pustaka, 2) studi proses belajar baik di dalam maupun di
pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap luar kelas. Alat bantu tersebut bisa
tersendiri, yaitu studi pendahuluan untuk berbentuk manusia, cetak, visual, audio-
memahami lebih dalam gejala baru yang visual, dan komputer. Hamdani (2011:
tengah berkembang di lapangan atau dalam 244) menyimpulkan bahwa media
masyarakat, 3) data pustaka tetap andal pembelajaran adalah segala sesuatu yang
untuk menjawab persoalan penelitiannya. dapat menyalurkan pesan, merangsang
Dengan demikan, riset pustaka pikiran, perasaan, dan kemauan siswa
dengan cara memanfaatkan sumber sehingga mendorong terciptanya proses
perpustakaan untuk memperoleh data belajar pada diri siswa. Gerlach dan Elly
penelitiannya sehingga dengan riset pustaa (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan
dapat membatasi kegiatan hanya pada bahwa media apabila dipahami secara garis
bahan-bahan koleksi perpustakaan tanpa besar adalah manusia, materi, atau kejadian
memerlukan riset lapangan. yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan,
HASIL DAN PEMBAHASAN keterampilan, atau sikap. Pernyataan
Media tersebut menunjukkan bahwa media sangat
Kata media berasal dari bahasa penting dalam proses pembelajaran dengan
latin medius yang secara harfiah berarti media peserta didik akan lebih mudah
tengah pelantara atau pengantar. Mengenai memahami pelajaran. Gagne dan Briggs
istilah, media yang digunakan untuk (dalam Arsyad 2003: 4) mengatakan
mendukung proses belajar mengajar, ada bahwa media pembelajaran meliputi alat
beberapa ahli yang menyebutnya dengan yang secara fisik digunakan untuk
istilah media pembelajaran, ada juga yang menyimpan isi materi pelajaran. Sehingga
menyebut dengan media pendidikan. Pada dapat disimpulkan bahwa media adalah
dasarnya semua istilah itu mengadung alat, metode, dan teknik yang digunakan
konsep/pengertian yang sama, namun untuk menyampaikan materi pelajaran
berbeda dalam pengunaan istilah saja. yang dapat menyajikan perangsang siswa
Media merupakan parantara suatu hal dalam proses pembelajaran.
dengan hal yang lainnya. Media biasanya (Angkowo, Robertes dan Kosasih,
digunakan sebagai sarana untuk 2007) Media juga dapat diartikan sebagai
mempermudah dan mempercepat aktivitas segala sesuatu yang dapat dipergunakan
pembelajaran baik di sekolah, maupun di untuk menyalurkan pesan, merangsang
tempat – tempat lainnya. pikiran, perasaan, perhatian, dan
Salah satu upaya guru untuk kemamuan siswa, sehingga dapat
mengatasi kurangnya minat dan semangat terdorong terlibat dalam proses
anak dalam belajar adalah dengan pembelajaran.
menggunakan media karena media Media memungkinkan bersatunya
bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan dua hal yang berbeda, menjadi pengantar
ruang, waktu, dan daya indera sesuatu, dan membuat sesuatu menjadi
(Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, lebih mudah digunakan, dapat pula berupa
2002) menyatakan bahwa media dalam bidang pendidikan, kemunculan
merupakan wahana penyalur informasi media (dalam hal ini adalah media
belajar atau penyalur pesan. Bila media pembelajaran) salah satunya ditunjukan
adalah sumber belajar, maka secara luas agar siswa lebih termotifasi pada
media dapat diartikan dengan manusia, pembelajaran yang diberikan. Media
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 75

tersebuat dapat berupa hal-hal sederhana dengan menghadirkan benda, orang dan
seperti gambar, poster, pamflet yang juga latar.
mudah ditemukan, ekonomis alat-alat Gambar seri biasa disebut dengan
elektronik yang berteknologi tinggi. istilah gambar bersambung. Media gambar
Dalam Buku Pengantar Ilmu seri merupakan media grafis yang
Komunikasi (Cangara, 2006 : 119), media digunakan untuk menerangkan suatu
adalah alat atau sarana yang digunakan rangkaian perkembangan, sebab setiap seri
untuk menyampaikan pesan dari media gambar bersambung dan selalu
komunikator kepada khalayak. Ada terdiri dari sejumlah gambar. Gambar-
beberapa pakar psikologi memandang gambar tersebut membentuk suatu cerita
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, apabila gambar-gambar dipadukan dan
maka media yang paling dominasi dalam diurutkan secara sistematis sehingga
berkomunikasi adalah pancaindera menjadi urutan cerita yang bermakna dan
manusia seperti mata dan telinga. Pesan – memiliki arti. Gambar seri merupakan
pesan yang diterima selanjutnya oleh kumpulan gambar yang menunjuk satu
pancaindera selanjutnya diproses oleh peristiwa yang utuh. Gambar tersebut bisa
pikiran manusia untuk mengontrol dan dalam bentuk kartu yang terpisah atau
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, dalam satu lembaran yang utuh. Cara
sebelum dinyatakan dalam tindakan. menggunakannya bisa satu-satu atau
Beberapa pendapat ahli di atas, maka sekaligus ditunjukkan kepada siswa,
dapat disimpulkan bahwa media adalah tergantung materi yang akan disampaikan.
alat, sarana, perantara, dan penghubung Media gambar seri merupakan jenis
untuk menyebar, membawa atau media visual atau hanya mempunyai unsur
menyampaikan sesuatu pesan (message) gambar. Adapun fungsi media visual
dan gagasan kepada penerima. Dengan dalam pembelajaran menurut Levie &
demikian, media pendidikan adalah segala Lentz (dalam Arsyad, 2011: 16), yaitu:
sesuatu yang dapat digunakan untuk “fungsi afensi, fungsi afektif, fungsi
menyalurkan pesan sehingga dapat kognitif, dan fungsi kompensatoris”.
merangsang pikiran, perasaan, perbuatan, Keempat fungsi media visual tersebut akan
minat serta perhatian siswa sedemikian diuraikan sebagai berikut:
rupa sehingga proses belajar mengajar 1. Fungsi atensi dari media visual, seperti
terjadi pada diri siswa. media gambar seri yang dapat menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk
Gambar Seri berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang
Media gambar berseri adalah media ditampilkan atau menyertai teks materi
yang berisi dengan gambar-gambar yang pelajaran. Contohnya, ketika siswa bosan
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. mendengarkan ceramah guru, maka guru
hal tersebut diperkuat menurut (Arsyad, memperlihatkan gambar-gambar seri yang
2002) bahwa gambar seri merupakan berkaitan dengan materi pelajaran. Ini
rangkaian kegiatan atau cerita yang dapat menarik perhatian dan konsentrasi
disajikan secara berururtan. Gambar seri siswa terhadap materi pelajaran karena
adalah suatu urutan dari gambar yang adanya media yang dapat dilihat langsung.
mengikuti suatu percakapan dalam hal 2. Fungsi afektif dari media visual, seperti
memperkenalkan ataupun menyajikan arti media gambar seri yang diperagakan oleh
yang terdapat pada gambar tersebut. guru akan menggugah emosi dan sikap
Disebut dengan gambar seri, sebab gambar siswa, misalnya informasi yang
satu dengan gambar lainnya mempunyai menyangkut masalah sosial atau ras dalam
hubungan atau saling berkaitan.Tujuannya kehidupan sehari-hari. Kemampuan belajar
adalah supaya media gambar tersebut dapat siswa akan lebih meningkat dengan
membantu dalam menyajikan suatu menggunakan gambar seri. Penggunaan
kejadian atau peristiwa yang kronologisnya gambar seri diupayakan menggugah
76 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

perasaan siswa tentang berbagai peristiwa serius, sebab siswa dianggap sudah bisa
melalui gambar-gambar yang disajikan berbicara dan dapat dipelajari secara
secara berseri. informal diluar sekolah karena sudah dapat
3. Fungsi kognitif dari media visual, berbicara itulah guru menganggap tidak
seperti gambar seri akan dapat perlu memberikan penekanan kegiatan
memperlancar pencapaian tujuan untuk berbicara pada anak karena biasanya guru
memahami dan mengingat informasi atau lebih menekankan kepada membaca dan
pesan yang terkandung dalam gambar. menulis.
Jadi, penggunaan media gambar seri Kemampuan berbicara merupakan
sebagai media visual akan meningkatkan kemampuan awal yang harus dimiliki anak
daya pikir siswa terhadap materi pelajaran. untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Fungsi kompensatoris dari media visual, Untuk itu, kemampuan berbicara
seperti media gambar seri akan merupakan kemampuan pada tahap awal
memberikan konteks untuk memahami untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan
teks dan membantu siswa yang lemah benar.
dalam membaca untuk mengorganisasikan Definisi berbicara juga
informasi dalam teks dan dapat mengingat dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam
kembali. Hal ini sangat penting dalam Puji Santosa, dkk (2006:34). Berbicara
mengakomodasi siswa yang lemah dan adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
lambat dalam menerima dan memahami isi bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
pelajaran yang disajikan dengan teks atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
disajikan secara verbal, karena murid dapat perasaan secara lisan. Pengertian ini pada
melihat secara langsung dan mengaitkan intinya mempunyai makna yang sama
dengan materi pelajaran. dengan pengertian yang disampaikan oleh
Berdasarkan pendapat di atas, jelas Tarigan yaitu berbicara berkaitan dengan
bahwa media memiliki fungsi yang sangat pengucapan kata-kata.(Tarigan, 2008)
luas dan penting, terlebih dalam dunia (Haryadi dan Zamzani, 2000)
pendidikan, sebagaimana digunakan guru mengemukakan bahwa secara umum
dalam proses pembelajaran. Walaupun berbicara dapat diartikan sebagai suatu
dalam pengadaan dan pemanfaatannya penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
senantiasa masih menghadapi berbagai seseorang kepada orang lain dengan
kendala, baik karena tidak disiapkan oleh menggunakan bahasa lisan sehingga
pihak sekolah maupun keterbatasan maksud tersebut dapat dipahami orang
kemampuan guru dalam membuat dan lain. Pengertian ini mempunyai makna
menggunakan media pembelajaran, seperti yang sama dengan kedua pendapat yang
gambar seri. diuraikan di atas, hanya saja diperjelas
dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu
Kemampuan Berbicara agar apa yang disampaikan dapat dipahami
Bicara adalah bentuk bahasa yang oleh orang lain.
menggunakan artikulasi atau kata-kata Selanjutnya, St. Y. Slamet dan
yang digunakan untuk menyampaikan Amir (1996: 64) mengemukakan
maksud (Hurlock, 1978). Melalui berbicara pengertian berbicara sebagai keterampilan
maka akan terjadi komunikasi antara anak menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
yang satu dengan anak lainnya. Berbicara sebagai aktivitas untuk menyampaikan
pada anak perlu dikembangkan dan dilatih gagasan yang disusun serta dikembangkan
secara terus menerus agar perkembangan sesuai dengan kebutuhan penyimak.
anak terutama dalam hal berbicara untuk Pengertian ini menjelaskan bahwa
komunikasi dapat berkembang dengan berbicara tidak hanya sekedar
optimal. Dari segi komunikasi, menyimak mengucapkan kata-kata, tetapi
dan berbicara disekolah sering kurang menekankan pada penyampaian gagasan
dianggap perlu dan kurang ditangani yang disusun dan dikembangkan sesuai
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 77

dengan kebutuhan penyimak atau penerima atau mempengaruhi pendengar, dan (3)
informasi atau gagasan. menghibur pendengar. Pendapat ini
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mempunyai maksud yang sama dengan
yang telah diuraikan di atas dapat pendapat-pendapat yang telah diuraikan di
disimpulkan bahwa berbicara ialah atas.
kemampuan mengucapkan kata-kata dalam Berdasarkan beberapa pendapat
rangka menyampaikan atau menyatakan yang telah dikemukakan di atas, dapat
maksud, ide, gagasan, pikiran, serta disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang
perasaan yang disusun dan dikembangkan utama ialah untuk berkomunikasi,
sesuai dengan kebutuhan penyimak agar sedangkan tujuan berbicara secara
apa yang disampaikan dapat dipahami oleh umum ialah untuk memberitahukan atau
penyimak. melaporkan informasi kepada penerima
Tujuan utama berbicara adalah informasi, meyakinkan atau mempengaruhi
untuk berkomunikasi. Komunikasi penerima informasi, untuk menghibur,
merupakan pengiriman dan penerimaan serta menghendaki reaksi dari pendengar
pesan atau berita antara dua orang atau atau penerima informasi.
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat Anak Usia Dini
dipahami. Oleh karena itu, agar dapat Pendidikan anak usia dini (PAUD)
menyampaikan pesan secara efektif, adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pembicara harus memahami apa yang akan pendidikan dasar yang merupakan suatu
disampaikan atau dikomunikasikan. upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
Tarigan juga mengemukakan bahwa sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
berbicara mempunyai tiga maksud umum yang dilakukan melalui pemberian
yaitu untuk memberitahukan dan rangsangan pendidikan untuk membantu
melaporkan (to inform), menjamu dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
menghibur (to entertain), serta untuk dan rohani agar anak memiliki kesiapan
membujuk, mengajak, mendesak dan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,
meyakinkan (to persuade).(Tarigan, 2008) yang diselenggarakan pada jalur formal,
Pemberian stimulus untuk nonformal, dan informal.
meningkatkan keterampilan berbicara Pendidikan anak usia dini
anak, selain dengan melatih anak berbicara merupakan salah satu bentuk
dengan baik dan benar juga dapat melalui penyelenggaraan pendidikan yang
pembacaan-pembacaan cerita yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
menarik. (Pratama, Abidin, & Ismail, arah pertumbuhan dan 5 perkembangan,
2016) yaitu : perkembangan moral dan agama,
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet perkembangan fisik (koordinasi motorik
dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya
tujuan berbicara diantaranya adalah untuk pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap
meyakinkan pendengar, menghendaki dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai
tindakan atau reaksi fisik pendengar, dengan keunikan dan tahap-tahap
memberitahukan, dan menyenangkan para perkembangan sesuai kelompok usia yang
pendengar. Pendapat ini tidak hanya dilalui oleh anak usia dini seperti yang
menekankan bahwa tujuan berbicara hanya tercantum dalam Permendiknas nomor 58
untuk memberitahukan, meyakin- tahun 2009.
kan, menghibur, namun juga menghendaki Ada dua tujuan diselenggarakannya
reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar pendidikan anak usia dini yaitu:
atau penyimak. 1. Tujuan utama: untuk membentuk anak
Tim LBB SSC Intersolusi Indonesia yang berkualitas, yaitu anak
(2006:84) berpendapat bahwa tujuan yang tumbuh dan berkembang sesuai
berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan dengan tingkat perkembangannya
sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan sehingga memiliki kesiapan yang
78 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

optimal di dalam memasuki pendidikan berikut: a) memiliki jiwa petualang atau


dasar serta mengarungi kehidupan pada sifat eksploratif, b) kaya akan daya
masa dewasa. imajinasi dan fantasi, c) mudah merasa
2. Tujuan penyerta: untuk membantu frustasi, d) belum dapat berkonsentrasi
menyiapkan anak mencapai kesiapan untuk jangka waktu yang lama, e) rasa
belajar (akademik) di sekolah, sehingga antusias dan ingin tahu yang kuat terhadap
dapat mengurangi usia putus sekolah banyak hal di sekitarnya, f) Enerjik dan
dan mampu bersaing secara sehat di aktif, g) belum atau kurang memiliki
jenjang pendidikan berikutnya. pertimbangan dalam melakukan suatu
Rentangan anak usia dini menurut tindakan, h) Merupakan fase yang sangat
Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 potensial untuk mengajar dan mendidik
adalah 0-6 tahun. Sementara menurut mereka.
kajian rumpun keilmuan PAUD dan Hubungan antara Penggunaan Gambar Seri
penyelenggaraannya di beberapa negara, dan meningkatkan kemampuan berbicara
PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun Anak Usia Dini
(masa emas). Pendidikan anak usia dini (PAUD)
telah ditetapkan secara tegas dalam UU RI
Usia dini merupakan masa emas,
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
masa ketika anak mengalami pertumbuhan nasional pada Bab 1 Pasal 1, butir 14 bahwa
dan perkembangan yang pesat, anak usia pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
dini mampu mengembangkan pengetahuan pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak
yang sudah diketahui dengan pengetahuan lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
baru yang diperolehnya, dan dilakukan melalui pemberian rangsangan
mengembangkan kemampuan memahami pendidikan untuk membantu pertumbuhan
sesuatu dengan cara melihat bermacam- dan perkembangan jasmani dan rohani agar
macam hubungan antara suatu objek anak memiliki kesiapan dalam memasuki
dengan objek yang lainnya berdasarkan pendidikan lebih lanjut.
perbedaan dan persamaan. Dalam Permen Diknas No. 58 tahun
2009 tentang kurikulum pembelajaran anak
Anak mampu berfikir logis, kritis,
usia dini mempunyai tujuan untuk
memberikan alasan, memecahkan masalah meningkatkan kualitas dan kuantitas anak
dan menemukan hubungan sebab dan usia dini pada semua aspek pengembangannya
akibat, lalu anak akan berusaha termasuk dalam keterampilan berbicara karena
memecahkan masalah dan memberikan sesuai dengan karakteristiknya anak usia dini
alasan tersebut. adalah anak yang baru memasuki proses rasa
Anak usia dini merupakan landasan antusias dan ingin tahu yang kuat terhadap
dari tiap-tiap perkembangan yang dijalani banyak hal di sekitarnya.
oleh manusia karena bagi anak, pendidikan Media merupakan segala sesuatu yang
yang tepat pada usia dini akan menjadi dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan,
pondasi keberhasilannya pada masa yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemamuan siswa, sehingga dapat terdorong
akan datang. Seperti halnya mendidik anak
terlibat dalam proses pembelajaran. Maka dari
usia dini bagaikan mengukir di atas batu,
itu penggunaan media gambar seri yang
anak yang masih kecil seperti pada usia memiliki suatu urutan gambar yang mengikuti
dini akan membutuhkan kesabaran dalam suatu percakapan dapat merangsang pikiran
mendidiknya karena harus mengulang- siswa sehingga siswa dapat mengutarakan
ngulang konsep yang akan ditanamkan, media gambar seri melalui berbicara
namun begitu konsep tersebut sudah Pendidikan anak usia dini bertujuan
masuk, maka ia akan tertancap dengan kuat untuk mengembangkan semua aspek
di sana, sulit hilang seperti ukiran di atas perkembangan yang dimiliki anak untuk
batu. memunculkan potensi secara optimal. Aspek
Berikut beberapa sifat dan perkembangan tersebut meliputi aspek nilai
karakteristik umum dari anak usia dini agama dan moral, aspek sosial emosional,
aspek kognitif, aspek bahasa, dan aspek fisik
yang perlu diketahui adalah sebagai
motorik. Salah satu aspek perkembangan anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 79

usia dini adalah bahasa. Bahasa sebagai sarana mengembangkan dan menstimulasi
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan kemampuan berbicara anak adalah dengan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada menggunakan media gambar seri yaitu media
orang lain. Melalui bahasa, anak dapat belajar pembelajaran berupa gambar yang
mengungkapkan segala bentuk perasaan dalam mengandung cerita dengan beberapa urutan
hatinya sehingga orang lain dapat mengetahui sehingga antara cerita yang satu dengan
apa yang dirasakan anak. Menurut Sunarto dan gambar yang lainnya membentuk satu kesatuan
Agung Hartono (2008: 139) perkembangan yang mengambarkan peristiwa dalam bentuk
bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor cerita tersusun.
yaitu umur anak, kondisi lingkungan, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kecerdasan anak, status sosial ekonomi dan kegiatan bercerita dalam penggunaan media
kondisi fisik. gambar seri yaitu sebagai berikut:
Bahasa merupakan alat komunikasi 1) orientasi lebih pada kaitan antara
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, cerita dan tiap-tiap gambar, 2) sambil
karena berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan gambar, cerita dibacakan secara
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang pelan (tidak tergesa-gesa), volume cukup, lafal
lain. Berbagai hasil penelitian menunjukkan jelas. 3) cerita diulang dengan melibatkan anak
usia dini merupakan masa peka yang sangat dan mengulas makna setiap gambar, 4) gambar
penting bagi pendidikan anak, masa ini dibuat agak besar, agar semua anak dapat
memerlukan rangsangan dan stimulasi yang melihat gambar tersebut. selain dibuat agak
tepat supaya kemampuan anak berkembang besar, gambar juga perlu pewarnaan yang
optimal, termasuk kemampuan berbahasa. menarik. 5) posisi gambar sejajar dengan jarak
Menurut (Rosmala, 2005) bahwa pandang anak. (Tadkiroatun, 2009)
perkembangan bahasanya, anak usia 4-5 tahun Dengan demikian, menggunakan
sudah dapat berbicara lancar dengan kalimat media gambar seri dapat mengembangkan
sederhana, sudah dapat menyebutkan potensi perkembangan berbicara anak, yaitu
sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, dengan cara anak dapat menyampaikan pesan
tanaman yang mempunyai warna, bentuk, atau terdiri dari dua atau tiga kata dan dapat
menurut ciri-ciri tertentu. Selanjutnya anak memunculkan kalimat-kalimat yang lebih
sudah bisa bercerita tentang kejadian rumit dan dengan menggunakan gambar seri,
disekitarnya secara sederhana. Anak sudah anak yang mengalami kesulitatan dalam
dapat mengurutkan dan menceritakan isi berbicara akan teratasi dan akan meningkatkan
gambar seri (2-3 gambar). Kemudian anak kemampuan siswa dalam berbicara sehingga
sudah dapat bercerita tentang gambar yang tujuan yang diharapkan akan tercapai secara
dibuat sendiri serta anak dapat mengikuti 1 optimal.
sampai dengan 2 perintah sekaligus. Kemudian
anak dapat membuat sebanyak-banyaknya kata KESIMPULAN
dari suku kata awal yang disediakan dalam Berdasarkan pembahasan yang telah
bentuk lisan. diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan
Perkembangan bahasa anak dapat bahwa Anak Usia dini merupakan masa-masa
mencapai optimal sesuai tahap yang paling tepat dalam memberikan beragam
perkembangannya, bila diberikan stimulasi stimulus guna mengoptimakan segala aspek
yang tepat dan sesuai. Anak perlu dilatih perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan
kemampuan berbahasanya salah satunya pada masa usia dini merupakan masa-masa
kemampuan berbicara secara terus menerus golden age, seluruh aspek perkembangannya
dengan tujuan membuat anak dapat berpikir dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu
dan lebih memiliki perbendaharaan kosakata aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan
yang banyak sehingga dalam menyampai-kan pada masa usia dini yakni perkembangan
sesuatu anak tidak mengalami kesulitan. bahasa anak seperti kemampuan berbicara.
Dengan mengubah kegiatan Kemampuan berbicara dan penguasaan
pembelajaran menjadi lebih menarik, maka kosakata siswa yang menerapkan media
anak menjadi bersemangat dalam mengikuti gambar seri lebih baik dibandingkan tanpa
pembelajaran dan tujuan guru untuk media gambar seri. Dengan adanya media
meningkatkan kemampuan berbicara anak gambar seri, anak menjadi lebih tertarik untuk
dapat berhasil dan berjalan dengan maksimal. mengikuti pelajaran dan lebih kreatif untuk
Salah satu kegiatan yang dapat
80 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

bercerita dengan melihat gambar yang


langsung dilihat anak.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Kaprodi PG-PAUD yang telah
memberikan dukungan non materil dan Tim
Reviwer yang telah meluangkan waktunya
untuk mereview serta memberikan banyak
masukan sehingga jurnal ini lebih mudah
dipahami jurnal ini serta teman-teman
Faklutlas Ilmu Pendidikan di Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah
memberikan suntikan semangat yang luar biasa
kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Angkowo, Robertes dan Kosasih, A. (2007).
Optimalisasi Media Pembelajaran.
Jakarta: Grasindo.
Azhar Arsyad. (2002). Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Carool, Seefelt & Barbara A, W. (2008).
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.
Djamarah, Syaiful Bahri clan Zain, A. (2002).
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Reneka Cipta.
Haryadi dan Zamzani. (2000). Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Hasan, M. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: DIVA press.
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid
I. (Alih Bahasa: Agus Dharma).
Jakarta: Erlangga.
Pratama, R. N., Abidin, Y., & Ismail, M. H.
(2016). Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Anak Usia Dini melalui
Metode Bercerita Menggunakan Media
Pop-Up Book, 1–13.
Rosmala, D. (2005). Berbagai Masalah Anak
Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Tadkiroatun, M. (2009). Bercerita untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai