5 4 PB
5 4 PB
ABSTRAK
Perkembangan teknologi semakin canggih dan berkembang. Hal ini menyebabkan berbagai pengaruh
pola hidup manusia baik pola pikir maupun perilaku. Salah satu perkembangan teknologi yang
mempengaruhi pikiran manusia adalah gadget. Gadget adalah media yang digunakan sebagai sarana
komunikasi modern. Gadget tidak hanya mempengaruhi pola pikir atau perilaku orang dewasa, tapi
juga mempengaruhi tingkah laku anak usia dini. Intinya, anak usia dini cenderung senang dengan hal-
hal baru yang ia dapatkan melalui aktivitas dengan bermain. Bermain sangat menyenangkan bagi
anak-anak, dengan bermain anak bisa menggali semua potensi. Mayoritas anak di Indonesia
menghabiskan waktu bermain dengan gadget. Tentunya ini mempengaruhi perkembangan anak,
terutama dalam pengembangan interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang
terjadi dalam kelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam komunikasi maupun aksi
sosial. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan gadget terhadap kemampuan interaksi
sosial anak usia dini. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yaitu dengan menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini yaitu penggunaan gadget
kebanyakan anak lebih menggunakannya untuk bermain. Dari hal kecil tersebut, anak yang awalnya
senang bermain dengan temannya dapat berubah dengan terbiasanya diberikan gadget sebagai
pengganti teman bermain.
ABSTRACT
Technological developments increasingly sophisticated and growing. This leads to various influences
of human lifestyle both mindset and behavior. One of the technological developments that affect the
human mind is the gadget. Gadgets are media used as a means of modern communication. Gadgets not
only affect the mindset or behavior of adults, but also affect the behavior of young children. In
essence, early childhood tend to be happy with new things that he got through the activity by playing.
Playing is fun for the kids, with children's play can explore all the potential. The majority of children
in Indonesia spend time playing with gadgets. Surely this affects the development of children,
especially in the development of social interaction. Social interactions can be interpreted as
relationships that occur within induvidu groups are interconnected both in communication and social
action. The purpose of this study to describe the use of gadgets to the ability of social interaction of
early childhood. The research method used in this study is literature review is by connecting research
with existing literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study is the
use of gadgets most children use it to play. From these small things, children who initially love to play
with their friends can change with the usual given a gadget as a substitute for playmates.
PENDAHULUAN
2 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini
sedangkan faktor lingkungan bisa dalam Pada masa ini pula terjadi pematangan
hal gaya belajar anak. fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga
Hakikat anak usia dini (Augusta, anak siap merespon dan
2012) adalah individu yang unik dimana ia mengaktualisasikan tahapan perkembangan
memiliki pola pertumbuhan dan pada prilakunya sehari hari.
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, Wiyani (2012:86) mengungkap
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan prinsip-prinsip perkembangan anak,
komunikasi yang khusus yang sesuai meliput;. a) anak berkembang secara
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh holistik, b) perkembangan terjadi dalam
anak tersebut. Dari berbagai definisi, urutan yang teratur, c) perkembangan anak
peneliti menyimpulkan bahwa anak usia berlangsung pada tingkat yang beragam
dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun didalam dan diantara anak, d)
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baru didasarkan pada
perkembangan, baik fisik maupun mental. perkembangan sebelumnya dan e)
Anak usia dini merupakan masa perkembangan mempunyai pengaruh yang
peka dalam berbagai aspek perkembangan bersifat kumulatif. Sedangkan Aqib
yaitu masa awal pengembangan (2011:75) mengutarakan prisip-prinsip
kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial perkembangan sebagai berikut; a) anak
emosional, serta kognitif. Menurut Piaget belajar dengan baik jika kebutuhan
(Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak fisiknya terpenuhi, b) anak belajar secara
memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif terus menerus, membangun pemahaman
yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), hingga mencipta sesuatu, c) anak belajar
pra operasional konkrit (2-7 tahun), melalui interaksi sosial, d) motivasi timbul
operasional konkrit (7-11 tahun), dan dari minat dan ketekunan, e) adanya
operasional formal (11 tahun ke atas). perbedaan dan dalam gaya belajar dan f)
Karakteristik anak usia dini merupakan memulai dari yang sederhana kekompleks,
individu yang memiliki tingkat konkret ke abstrak, gerakan ke verbal dan
perkembangan yang relatif cepat merespon dari diri kesosial.
(menangkap) segala sesuatu dari berbagai
aspek perkembangan yang ada. Sedangkan Interaksi Sosial
karakteristik anak usia dini menurut Kata interaksi secara umum dapat
Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) diartikan saling berhubungan atau saling
adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) bereaksi dan terjadi pada dua orang
memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk induvidu atau lebih. Sedangkan sosial
sosial, d) the unique person, e) kaya adalah berkenaan dengan masyarakat
dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang (Wiyono, 2007:234). Oleh karena itu
pendek, g) masa belajar yang paling secara umum interaksi sosial dapat
potensial. diartikan sebagai hubungan yang terjadi
Anak-anak yang berada pada masa dalam sekelompok induvidu yang saling
prasekolah berada pada periode yang berhubungan baik dalam berkomunikasi
sensitif, ia mudah menerima rangsangan- maupun melakukan tindakan sosial.
rangsangan dari lingkungan. Menurut Interaksi sosial merupakan pula
Hainstok dalam Sujiono (2009:54) pada salah satu prinsip integritas kurikulum
masa ini anak mulai peka untuk menerima pembelajaran yang meliputi keterampilan
berbagai stimulasi dan upaya pendidikan berkomunikasi, yang bekerja sama yang
dari lingkungan baik disengaja atau tidak. dapat untuk menumbuhkan komunikasi
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 2017 | 5
dari hal itu sebenarnya adalah dapat maupun dengan masyarakat. Untuk itu, ada
membuat anak lebih bersikap individualis baiknya orang tua perlu mendampingi dan
karena lama kelamaan menyebabkan lupa membimbing anaknya saat sedang
berkomunikasi dan berinteraksi terhadap menggunakan gadget, dan peran orang tua
lingkungan di sekitarnya (Simamora, dalam mendisiplinkan sangat dibutuhkan
2016). agar anak tidak mengalami ketergantungan
Hal tersebut dapat menyebabkan yang akan menyebabkan dampak negatif
interaksi sosial antara anak dengan terhadap perkembangan anak
masyarakat, lingkungan sekitar berkurang, terutamadengan hubugannya dengan
bahkan semakin luntur (Ismanto dan kehidupan sosial anak tersebut (Ameliola,
Onibala, 2015). Seperti yang diketahui 2013)
bahwa usia dini merupakan usia anak dapat
mengasah kemampuan bersosialisasinya KESIMPULAN
dengan baik dilingkungan sosial. Namun, Hal ini menyebabkan berbagai
dari penelitian yang dilakukan terhadap macam pengaruh terhadap pola kehidupan
responder menyatakan bahwa dalam manusia baik pola pikir maupun perilaku.
penggunaan gadget selalu dibatasi Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
durasinya dan selalu dilakukan menyediakan barang-barang yang
pengawasan sehingga hal tersebut tidak diperlukan bagi kelangsungan dan
terjadi. kenyamanan hidup manusia. Salah satu
Menurut Maulida (2013) Tanda- perkembangan teknologi yang sangat
tanda anak usia dini kecanduan gadget: mempengaruhi pola pikir manusia adalah
1. Kehilangan keinginan untuk gadget. Gadget adalah media yang dipakai
beraktivitas; sebagai alat komunikasi modern. Gadget
2. Berbicara tentang teknologi secara semakin mempermudah kegiatan
terus menerus; komunikasi manusia. Kini kegiatan
3. Cenderung sering membantah suatu komunikasi telah berkembang semakin
perintah jika itu menghalangi dirinya lebih maju dengan munculnya gadget.
mengakses gadget; Salah satunya mempengaruhi interaksi
4. Sensitif atau gampang tersinggung, sosial pada anak usia dini.
menyebabkan mood yang mudah Interaksi sosial berasal dari istilah
berubah; dalam bahasa Inggris social
5. Egois, sulit berbagi waktu dalam interaction yang berarti saling bertindak.
penggunaan gadget dengan orang lain; Interaksi sosial merupakan hubungan
6. Sering berbohong karena sudah tidak sosial yang dinamis, bersifat timbal balik
bisa lepas dengan gadgetnya, dengan antarindividu, antarkelompok, dan antara
kata lain anak akan mencari cara individu dengan kelompok. Interaksi sosial
apapun agar tetap bisa menggunakan terjadi apabila satu individu melakukan
gadgetnya walaupun hingga tindakan sehingga menimbulkan reaksi
mengganggu waktu tidurnya. bagi individu-individu lain. Interaksi sosial
Dari ciri-ciri tersebut, dapat dilihat tidak hanya berupa tindakan yang berupa
ternyata penggunaan gadget pada anak usia kerja sama, tetapi juga bisa berupa
dini dapat mengurangi interaksi sosialnya persaingan dan pertikaian.
dalam kehidupan sehari-hari baik itu Berkaitan dengan pengaruh gadget
dengan orang tuanya, teman sebanya, terhadap interaksi sosial pada anak usia
10 | Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Usia Dini
Khoiruddin
Dosen STAI Hasanuddin Pare Kediri Jatim
Abstrak
Tujuan kegiatan adalah untuk memperkenalkan bahasa Arab melalui nyanyian pada anak usia dini di
PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan Kecamatan Puncu Kediri, dan mengetahui proses belajar
mengajar bahasa Arab melalui nyanyian. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif terhadap
kegiatan yang dilakukan dalam upaya peningkatan kemampuan mengenal bahasa Arab pada anak usia
dini . Prosesnya kegiatan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti bernyanyi sambil
bermain dan bernyanyi dengan menggunakan gerakan serta bernyanyi dengan menggunakan media
pembelajaran. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah; (1) melalui nyanyian dengan metode bermain
yaitu menyanyi dengan gerakan, maka anak-anak usia pra sekolah dapat dengan mudah mengenal
kosakata-kosakata bahasa Arab, (2) Anak-anak usia TK memiliki minat yang tinggi dalam mengenal
bahasa Arab. Hal ini dapat dilihat dari antusias anak-anak ketika menyanyikan nyanyian-nyanyian
berbahasaArab yang diajarkan, dan (3) Isi nyanyian pendek dan bahasa yang digunakan mudah
sehingga siswa dengan mudah mencerna dan mengucapkan kosakata bahasa Arab
Kata kunci : bahasa Arab, Bernyanyi sambil bermain, mengajar bahasa Arab
Abstract
The purpose of the event is to introduce Arabic through singing at early childhood in Education Ihyaul
Ulum Gadungan Puncu Kediri Integrated School, and know the process of learning to teach Arabic
through singing. The research method used a descriptive analysis of the activities undertaken in an
effort to improve the ability to recognize Arabic language in early childhood. The process is done by
using several methods such as singing while playing and singing using the movement and singing
using the learning media. The conclusion of this activity is; (1) through singing with the method of
play is singing with the movement, then pre-school children can easily recognize the vocabulary of
Arabic, (2) Kindergarten children have a high interest in knowing Arabic. This can be seen from
children's enthusiasm when singing familiar Hymnic songs, and (3) The content of short songs and
easy-to-use language so that students easily digest and
Keyword : Arabic language, singing with the movement, learning Arabic language
perhatiannya seringkali beralih. Namun, meski and doubt‟ (2-3 tahun), initiative versusguilt,
anak belum intensif memperhatikan nyanyian (4-5 tahun) tahap usia 6-11 tahun mengalami
tersebut, mereka dapat mempelajarinya dengan krisis „industry versus inferiority‟
mendengar. (Patmonodewo & Soemiarti, 2003).
Berdasarkan wacana diatas, maka Kesadaran akan semakin pentingnya
penulis tertarik untuk memperkenalkan salah peranan bahasa asing sebagai media
satubahasa asing yakni bahasa Arab untuk komunikasi dewasa ini dipandang sangat perlu.
anakanak melaui nyanyian terutama pada anak Sehingga pengenalan bahasa asing dalam hal ini
usia prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum bahasa Arab sebaiknya diberikan kepada anak
Gadungan Puncu Kediri. Dipilihnya PAUD sejak usia dini (prasekolah) tanpa adanya unsur
Terpadu Ihyaul Ulum ini adalah karena di paksaan. Alasannya adalah anak usia
PAUD ini telah diajarkan membaca huruf-huruf prasekolah yaitu berdasarkan hasil risetotak
hijaiyyah -huruf Arab-, sehingga dalam mutakhir, perkembangan otak 95 persenterjadi
pelaksanaan,anak-anak dapat melafalkan lagu- pada usia dini, yaitu di bawah umur 7 tahun.
lagu (nyanyian) bahasa Arab yang diajarkan. Dan masa 3 tahun pertama adalah saat
Berdasarkan analisis situasi diatas, membangun pondasi struktur otak yang akan
maka perumusan masalah yang diangkat dalam berdampak permanen. Jaringan komunikasi
pengabdian ini adalah sebagai berikut : (1) antar sel terbentuk karena adanya rangsangan
Bagaimana pengenalan bahasa Arab melalui (stimulasi) dari luar. Semakin kaya pengalaman
nyanyian pada anak usia prasekolah di PAUD dan rangsangan, semakin kompleks jaringan sel
Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan kecamatan otak. Ketika anak tertarik pada sesuatu dan
Puncu? (2) Bagaimana proses belajar mengajar mempelajarinya, semakin kompleks jaringan sel
bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia otak (Sudono, 2000). Oleh karena itu, pola
prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum pengasuhan yang penuh kasing sayang sangat
Gadungan kecamatan Puncu? diperlukan. Dan, menciptakan lingkungan yang
Adapun tujuan kegiatan pengabdian bebas dari ketakutan dan beban. Dengan
iniadalah : (1) Memperkenalkan bahasa Arab demikian diharapkan anak akan tumbuh dalam
melalui nyanyian pada anak usia prasekolah di suasana yang kreatif, lepas dan tanpa beban.
PAUD Terpadu Ihyaul Ulum Gadungan Anak sebagai sosok manusia kecil yang
kecamatan Puncu, (2) Mengetahui proses sedang menjalani proses tumbuh dan
belajar mengajar bahasaArab melalui nyanyian berkembang yang sangat pesat. Anak usia dini
pada anak usia prasekolah di PAUD Terpadu adalah sosok individu yang berada pada rentang
Ihyaul Ulum Gadungan Puncu Kediri. usia 0-6 tahun yang mana pada masa ini sering
Menurut Biechler dan Snowman yang disebut sebagai masa Golden Age. Pada masa
dikutip (Patmonodewo & Soemiarti, 2003), ini stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa
anak prasekolah adalah mereka yang berusia memegang peranan yang sangat penting dalam
antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti mengembangkan aspek perkembangan anak.
program prasekolah dan kinderganten. Mengingat, perkembangan otak anak usia dini
Sedangkan di Indonesia, umumnya ini mengalami percepatan hingga mencapai
mereka mengikuti program tempat penitipan 80% dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal
anak (3 bulan 5 tahun) dan bermain (usia 3 tersebut mengindikasikan bahwa seluruh
tahun) sedangkan pada usia 4-6 tahun potensi anak sudah mulai terbentuk pada usia
biasanyamereka mengikuti program Taman tersebut. Atas dasar itulah maka anak usia dini
Kanakkanak. Menurut teori Erikson yang memerlukan stimulasi dari sejak dini demi
membicarakan kepribadian seorang dengantitik mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.
berat pada perkembangan psikososial tahapan Stimulasi ini tentunya dapat diperoleh melalui
0-1 tahun, berada pada tahapan oralsensorik pendidikan. Salah satu stimulasi bagi anak usia
dengan krisis emosi antara “trust versus dini dapat dilakukan melalui Pendidikan Anak
ministrust‟, tahapan 3–6 tahun, merekadalam Usia Dini atau sering disebut dengan
tahapan dengan krisis „autonony versusshame PAUD.(Nopiyani & Natalina, 2016)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 15
Senada dengan hal diatas, (Fauziddin, sering dilakukan tanpa disadari bahwa anak
2017) Dalam mengembangkan potensi pada diri telah melatih dirinya dalam beberapa
anak hendaknya dimulai sejak dini, hal ini kemampuan tertentu sehingga anak memiliki
dapatditempuh melalui pendidikan pra sekolah, kemampuan baru. (Ni Kd Adi Nopilayanti1, I
yaitu taman kanak-kanak atau lebih dikenal Km. Ngr. Wiyasa2, 2016). Dari pernyataan
dengan TK/RA. Ini merupakan salah satu diatas dapat dipahami bahwa bermain
bentuk pendidikan pra sekolah yang dapat merupakan metode yang sangat sesuai dengan
mempersiapkan proses pembelajaran lebih karakteristik anak usia dini.
lanjut atau jenjang pendidikan yang lebih Dalam memilih metode atau teknik
tinggi. Sehingga hal ini tidak lepas dari adanya pembelajaran bahasa Arab untuk anak, guru
seorang guru. juga perlu melihat salah satu karakteristik yang
menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Untuk senang bermain. Melihat karakteristik seperti
Anak Usia Dini itu, maka metode yang relevan untuk
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran bahasa Arab untuk anak adalah
pembelajaran bahasa Arab untuk anak, guru metode bermain dengan berbagai tekniknya.
hendaknya terlebih dahulu memahami dengan Dan salah satu teknik yang sesuai adalah
baik prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab melalui nyanyian, karena melalui nyanyian
untuk anak dan karakteristik anak yang akan anak akan belajar sekaligus bermain melalui
diajar. Karakteristik anak tersebut antara lain lagu-lagu yang didendangkan/ dinyanyikannya.
bahwa anak (a) masih belajar dan Nyanyian merujuk kepada aktivitas
senangberbicara tentang lingkungan mereka, (b) membunyikan suara dalam bentuk tertentu yang
senang bermain, (c) senang mempraktikkan bertujuan menghasilkan nada dan melodiyang
sesuatu yang baru diketahui/ dipelajarinya, (d) disenangi. Ia merupakan salah satu aktiviti
cenderung suka bertanya, (e) cenderung suka manusia yang bertujuan untuk mengembirakan
mendapatkan penghargaan, dan (f) cenderung hati. Nyanyian boleh dilakukan dengan bantuan
mau melakukan sesuatu karena dorongan dari alat musik atau hanya dengan secara bertepuk
luar. tangan dan sebagainya. Nyanyian memerlukan
Berdasarkan karakteristik tersebut guru daya kreativitas manusia dan dianggap sebagai
dapat memilih strategi pembelajaran bahasa salah satu cabang seni.
Arab untuk anak yang sesuai. Salah satu Adapun tujuan pemanfaatan lagu dalam
karakteristik anak adalah bahwa pengetahuan pembelajaran bahasa Arab antara lain untuk :
mereka masih sangat terbatas pada lingkungan (a) menumbuhkan sensitifitas anak terhadap
hidup mereka sehari-hari. bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab; (b)
Berdasarkan hal tersebut, maka materi melatih pengucapan ungkapan sederhana dalam
pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang bahasa Arab; (c) melatih penggunaan kosakata
terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya bahasa Arab yang ada dalam lagu; (d)
tentang diri mereka sendiri, orang tua mengembangkan permainan dengan bunyi-
(bapak/ibu), saudara kandung, rumah danisinya, bunyi dalam bahasa Arab; (e) mengembangkan
binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, permainan dengan peragaan lagu yang
dan teman bermain. dihapalkan; (f) memperkenalkan ejaan, kalimat
Bermain merupakan sesuatu yang berita, kalimat tanya dan perintah.
menyenangkan. Hampir tidak ada permainan Disamping itu, lagu dapat dimanfaatkan
yang membuat anak tidak senang. Dalam untuk tujuan : (a) membuat kaitan antara
bermain anak melakukan berbagai kegiatan kegiatan dan benda/obyek melalui syair lagu,(b)
yang berguna untuk mengembangkan dirinya. meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab,
Anak mengamati, mengukur, membandingkan (c)mengembangkan kepekaan ritme, dan (d)
bereksplorasi, meneliti, dan masih banyak lagi menghapal kosakata.Hal-hal yang perlu
yang dapat dilakukan anak. Situasi seperti ini diperhatikan dalam memilih lagu untuk
16 | Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian pada Anak Usia Prasekolah
ٍْ ن َْم َزةْ أ ُ ْولًَ أَنَا أ َ ْر َح ْم أ ُ ِ ّم berhubungan dengan anggota tubuh, seperti
ٍْ ِن َْم َزةْ ثَانَُِ ْة أَنَا أ َ ْر َح ْم أَب kosa kata ainun yang berarti mata, anfun yang
berarti hidung, dan rijlun yang berarti kaki.
ٍْ ِن َْم َزةْ ثَا ِلث َ ْة أَنَا أ َ ْر َح ْم ِإ ْخ َىن Nyanyian ini disampaikan dengan
َان ثَالَث َ ْة أ َ ْر َح ْم َج ِم ُْعَ ُه ْم ْ اح ْد ِإثْن ِ َو gerakan badan dan anggota badan. Sambil
Namroh Uulaa Anaa Arham Ummii bernyanyi guru dan anak-anak menunjuk
Namroh Tsaaniyah Anaa Arham Abii anggota badan yang sesuai dengan kosa kata
Namroh Tsaalitsah Anaa Arham Ikhwanii bahasa Arab yang dinyanyikan.
Waahid Itsnan Tsalaatsah Arham Jamii‟ahum Pertemuan Ketiga
Nyanyian yang berjudul ini Pertemuan ketiga pengenalan
mengajarkan tentang akhlak atau moral yang bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia
hendaknya dimiliki anak-anak yakni akhlak prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini
atau moral untuk saling menyayangi. Nyanyian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Januari
ini disampaikan dengan gerakan badan dan 2016.
tangan. Anak-anak meniru pula Pada pertemuan ketiga ini, nyanyian
menyanyikannya dengan gerakan dantangan. bahasa Arab yang diperkenalkan merupakan
Pada pertemuan pertama ini guru dan lanjutan dari nyanyian bahasa Arab yang
anak-anak PAUD Terpadu Ihyaul Ulum berjudul yang sebagian diajarkan pada
mengikuti kegiatan pengenalan bahasa Arab pertemuan kedua. Adapun lanjutan nyanyian
dengan semangat karena mendapatkan pelajaran bahasa Arab tersebut sebagai berikut :
yang belum mereka pelajari sebelumnya. (Disadur dari lagu anak-anak "Dua
Pertemuan Kedua Mata Saya")
Pertemuan kedua pengenalan Dua tangan saya
bahasaArab melalui nyanyian pada anak usia Yang kiri dan kanan
prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini Satu mulut saya
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3 Janurai Untuk membaca al-Qur'an
2016. Pada pertemuan kedua ini, disamping Nyanyian ini juga disampaikan dengan
mengulang nyanyian yang berjudul yang sudah gerakan badan dan anggota badan. Sambil
diperkenalkan pada pertemuan pertama untuk bernyanyi guru dan anak-anak menunjuk
mengingat kembalidan memperlancar nyanyian anggota badan yang sesuai dengan kosa kata
tersebut, juga diperkenalkan nyanyian yang bahasa Arab yang dinyanyikan. Kosa kata
berjudul sebagaiberikut : bahasa Arab yang diperkenalkan pada
(Disadur dari lagu anak-anak "Dua Mata pertemuan ini adalah kosakata yang juga
Saya") berhubungan dengan anggota tubuh, yakni
احد ِ َان َوأ َ ْن ِف ٍْ َوِ َاٌ اثْنَت
َ ع ُْنَ yadun yang berarti tangan, dan famun yang
berarti mulut.
اء ْال َج ِد َْ ِد
ِ ََان بِ ْال ِحذ ِ ٌ اثْنَت
َ َِرجْ ال Pertemuan Keempat
َ ُْمنًَ َوَُس َْزي، َان ِ اٌ اثْنَت
َ َََد Pertemuan keempat pengenalan bahasa
َاحد أ َ ْق َزأْ بِ ِه ْالقُ ْزآن
ِ َوفَ ِم ٍْ َو Arab melalui nyanyian pada anak usia
„Ainaayats Nataani Wa Anfii Waahidun prasekolah di PAUD Terpadu Ihyaul Ulum ini
Rijlaayats Nataani Bil Hidzaa-Il Jadiid dilaksanakan pada hari Jum‟at tangga 6 Januari
Yadaayats Nataani, Yumnaa Wa Yusroo 2016. Pada pertemuan keempatini anak-anak
Wa Famii Waahidun Aqro‟ Bihil Qur‟aan tidak diperkenalkan nyanyianbahasa Arab yang
Nyanyian bahasa Arab yang berjudul baru, hanya mengulang kembali lagu-lagu yang
ini merupakan nyanyian yang disadur dari sudah diajarkan pada pertemuan pertama, kedua
nyanyian anak-anak Indonesia berbahasa dan ketiga. Hal ini dimaksudkan sebagai
Indonesia yang berjudul ”Dua Mata Saya ”. evaluasi hasil terhadap kegiatan yang sudah
Melalui nyanyian ini anak diperkenalkan dan dilaksanakan. Untuk memotivasi anak-anak
mengetahui kosakata bahasa Arab yang diberikan penghargaan terhadap anak-anak
18 | Pengenalan Bahasa Arab melalui Nyanyian pada Anak Usia Prasekolah
Abstrak
Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi seorang manusia yang
baik dan benar adalah memiliki sikap dan moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku
sebagai umat Tuhan, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Usia Anak Usia Dini adalah
saat yang paling baik bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk meletakkan dasar-
dasar pendidikan moral dan keagamaan kepada terhadap. Walaupun peran orang tua sangat
besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran guru PAUD
juga tidak kecil dalam meletakkan dasar moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena
biasanya anak usian dini cenderung menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang guru
PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak usia dini
agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama.
Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak PAUD, maka
seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik dan buruk, benar dan
salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Mendidik anak PAUD dengan pendidikan moral dan agama yang baik,
bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu guru PAUD harus selalu
meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan moral dan
agama anak PAUD.
Kata kunci: nilai-nilai moral, nilai agama, anak usia dini
Abstract
One of the basic attitudes a child must have to be a good and righteous man is to have good
moral and religious attitudes and behaviors in behaving like God's people, family members,
and community members. Early Childhood Age is the best time for teachers of Early
Childhood Education (PAUD) to lay the foundations of moral and religious education to the.
Although the role of parents is enormous in establishing the moral and religious foundations
of their children, the role of the early childhood teacher is not small in laying down the moral
and religious grounds for a child, since usually, the early child tends to follow his teacher's
instructions. Therefore, an early childhood teacher should always try in various ways in order
to guide early childhood to have a good personality, which is based on moral and religious
values. With the foundation of moral and religious education to children of early childhood,
an early childhood can learn to distinguish good and bad behavior, right and wrong, and
accustomed to run the teachings of religion in accordance with the level of growth and
development. Educating PAUD children with good moral and religious education is not an
easy task, therefore PAUD teachers should always improve their insight, understanding, and
skills related to the development of morals and religion of children in early childhood.
Keywords: moral values, religious values, early childhood
@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017
Corresponding author :
Address: Perum Attaya Ridan Permai Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : rizkiananda.mhs.upi@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
20 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
Rusdial Marta
Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau
Abstrak
Anak down syndrome banyak yang mampu berbicara dengan baik, namun dalam
menyampaikan kosa katanya masih kurang, pada umumnya mereka mengalami kesukaran
berpikir abstrak. Proses pembelajaran khususnya kognitif, aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membangkitkan, membedakan, menemukan dan menerapkan makna
yang terkandung dalam suatu pembelajaran sangat sulit dilakukan oleh anak down syndrome.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode puzzle, yang
membuat mereka tertarik, agar mereka merasa tidak ada paksaan, menerima materi dengan
mudah, tidak bosan, dengan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Penanganan Kognitif Anak Down Syndrome
Melalui Metode Puzzle. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kajian pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi
celah dalam penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini
penggunaan metode puzzle dapat meningkatkan kognitif anak.
Abstract
Down syndrome children are able to speak well, but in delivering the vocabulary is still
lacking, they generally have difficulty thinking abstract. Learning process, especially
cognitive, thinking aspects such as remembering, understanding, evoking, differentiating,
finding and applying the meanings contained in a learning is very difficult to be done by the
child's Down syndrome. One of the media that can be used in learning that is the method of
puzzle, which makes them interested, so they feel no coercion, accept the material easily, not
bored, with these methods can improve cognitive abilities. The purpose of this study is to
describe Cognitive Handling of Down Syndrome Children Through Puzzle Method. The
research method used in this study is a literature review that links research with existing
literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study the use of
puzzle methods can improve the cognitive child.Keywords: Cognitive, Down syndrome ,
puzzle.
biasanya kromosom 21, yang tidak dapat Untuk mengatasi masalah yang ada
memisahkan diri selama meiosis sehingga maka seorang pendidik harus mampu
terjadi individu dengan 47 kromosom. menyiapkan media / alat bantu, agar mereka
Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan dapat menerima dan dapat memahami,
berubah jika terdapat kromosom ekstra atau menggunakan contoh sederhana dan
tidak normal, dan itulah yang menjadi dilakukan dengan media tersebut. Dengan
penyebab down syndrome, keterbelakangan kegiatan ini diharapkan dapat
secara fisik dan mental, karena down menumbuhkan dan meningkatkan
sydrome merupakan salah satu penyebab kemampuan kognitifnya, dalam suasana
dari retaldasi mental, dimana anak-anak bermain yang menyenangkan.
yang mengalami keterbelakangan dalam
bahasa , berbicara, keterbelakangan mental PEMBAHASAN
diakibatkan oleh adanya gangguan pada A. Tinjauan Tentang Kognitif
system syaraf pusat dan dalam, terapi Secara umum kognitif diartikan
wicara kondisi ini disebut dengan disleksia, potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
biasanya mengalami kesulitan dalam hal- pengetahuan (knowledge), pemahaman
hal berhubungan dengan belajar karena (comprehention), penerapan (aplication),
kemampuan atensinya, metakognisi, analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
mengingat, dan generelisasinya yang evaluasi (evaluation).Kognitif berarti
lambat dibandingkan dengan anak yang persoalan yang menyangkut kemampuan
normal. Down syndrome tidak bisa untuk mengembangkan kemampuan
disembuhkan, namun dengan dukungan dan rasional (akal). Teori kognitif lebih
perhatian yang maksimal, anak-anak menekankan bagaimana proses atau upaya
dengan down syndrome bisa tumbuh untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
dengan bahagia. rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Kognitif merupakan proses berpikir Teori Jean Piaget (Suparno, 2011)
yaitu kemampuan individu untuk tentang perkembangan kognitif
menguhubungkan, menilai memberikan batasan kembali tentang
mempertimbangkan suatu kejadian atau kecerdasan, pengetahuan dan hubungan
peristiwa. Dengan kemampuan kognitif ini anak didik dengan lingkungannya.
maka anak di pandang sebagai individu Kecerdasan merupakan proses yang
yang secara aktif membangun sendiri berkesinambungan yang membentuk
pengetahuan mereka tentang dunia. struktur yang diperlukan dalam interaksi
Perkembangan kognitif merupakan salah terus menerus dengan lingkungan. Struktur
satu perkembangan manusia yang yang dibentuk oleh kecerdasan,
berkaitan dengan pengetahuan yakni semua pengetahuan sangat subjektif waktu masih
proses psikologis yang berkaitan dengan bayi dan masa kanak – kanak awal dan
bagaimana, individu mempelajari dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
memikirkan lingkungan menurut Piaget Piaget juga memberikan proses
dalam (Darsinah, 2011), menyebutkan pembentukan pengetahuan dari pandangan
bahwa kognitif adalah bagaimana anak yang lain, ia menguraikan pengalaman
beradaptasi dan menginterprestasikan objek fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri –
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. ciri dari obyek, pengalaman logis
matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui proses pemikiran anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 35
dipasangkan dengan bentuk cekung. Contoh anak dan tidak terlibat secara aktif
usaha anak menyesuaikan warna misalnya membantu anak menyusun puzzle.
warna merah dipasangkan dengan warna 4. Melatih koordinasi mata dan tangan.
merah. Contoh usaha anak menggunakan Anak belajar mencocokkan keeping-
logika, misalnya bagian gambar roda atau keping puzzle dan menyusunnya menjadi
kaki posisinya selalu berada di bawah. satu gambar. Ini langkah penting menuju
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik pengembangan ketrampilan membaca.
Halus 5. Melatih logika
Keterampilan motorik halus (fine Membantu melatih logika anak.
motor skill) berkaitan dengan kemampuan Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak
anak menggunakan otot-otot kecilnya dilatih menyimpulkan di mana letak kepala,
khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak tangan, dan kaki sesuai logika.
balita khususnya anak berusia kurang dari 6. Melatih kesabaran.
tiga tahun (batita) direkomendasikan Bermain puzzle membutuhkan
banyak mendapatkan latihan keterampilan ketekunan, kesabaran dan memerlukan
motorik halus. Dengan bermain puzzle waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan
tanpa disadari anak akan belajar secara aktif tantangan.
menggunakan jari-jari tangannya. Supaya 7. Memperluas pengetahuan.
puzzle dapat tersusun membentuk gambar Anak akan belajar banyak hal,
maka bagian-bagian puzzle harus disusun warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan
secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak yang diperoleh dari cara ini biasanya
memegang bagian puzzle akan berbeda mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dengan caranya memegang boneka atau dihafalkan. Anak dapat belajar konsep
bola. Memengang dan meletakkan puzzle dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan,
mungkin hanya menggunakan dua atau tiga alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan
jari, sedangkan memegang boneka atau bola bantuan ibu dan ayah.
dapat dilakukan dengan mengempit di
ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau KESIMPULAN
menggunakan kelima jari dan telapak Down syndrom adalah suatu kondisi
tangan sekaligus. keterbelakangan perkembangan fisik dan
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom.
Keterampilan sosial berkaitan
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
dengan kemampuan berinteraksi dengan sepasang kromosom untuk saling
orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
perorangan. Namun puzzle dapat pula Pada penderita down syndrom, kromosom
dimainkan secara kelompok. Permainan nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
yang dilakukan oleh anak-anak secara sehingga totalnya menjadi 47
kelompok akan meningkatkan interaksi kromosom. Down Syndrom merupakan satu
kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
sosial anak. Dalam kelompok anak akan
disertai keterbelakangan mental, lidahnya
saling menghargai, saling membantu dan tebal dan retak-retak atau terbelah,
berdiskusi satu sama lain. Jika anak wajahnya datar ceper, dan matanya
bermain puzzle di rumah orang tua dapat miring, abnormalitas pada muka, tubuh
menemani anak untuk berdiskusi pendek, dagu atau mulut kecil, leher
menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya pendek, kaki dan tangan terkadang
orang tua hanya memberikan arahan kepada bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus. Down Syndom dapat
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 41
Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan kegiatan
menceritakan kembali isi cerita pada anak usia 4-5 tahun di Kelompok Bermain (KB) Aisyiyah Gobah
kecamatan Tambang. Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya kemampuan bahasa anak
usia dini. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen penelitian ini terdiri dari
lembar observasi peningkatan kemampuan bahasa anak. Subjek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun
berjumlah 18 orang. Hasil penelitian didapatkan, sebelum dilakukan tindakan, kemampuan bahasa
anak dalam kegiatan menceritakan kembali isi cerita anak yaitu anak yang BB (44%) yang MB (38%)
BSH (18%) dan yang BSB hanya (5,5%). Setelah siklus I pertemuan 1 anak yang BB (25%) yang MB
(30%) BSH (16%) dan yang BSB hanya (8%). siklus I pertemuan 2 anak yang BB (22%) yang MB
(44%) BSH (22%) dan yang BSB hanya (11%). Siklus II pertemuan 1 siklus II anak yang BB (11%)
yang MB (36%) BSH (38%) dan yang B hanya (13%). Siklus II Pertemuan ke 2 anak yang BB (8%)
yang MB (16%) BSH (55%) dan yang BSB (16%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kemampuan bahasa anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menceritakan kembali isi cerita anak
usia 4-5 tahun di kelompok bermain Aisyiyah Gobah kecamatan Tambang.
Abstract
The aim of this research is to know the improvement of children's language ability through the activity
of retelling the story content in children aged 4-5 years in Aisyiyah Gobah Tambang Bermain (KB).
The problem faced was still low ability of early childhood language. The method of this research was
classroom action research. The instrument of this research consists of observation sheet of
improvement of language ability of children. Research subjects are children aged 4-5 years amounted
to 18 people. The result of the research was found, before the action, the ability of the children's
language in the activity of retelling the children's story content was the BB (44%) of the MB (38%)
BSH (18%) and the BSB only (5.5%). After the first cycle of 1 child meeting the BB (25%) the MB
(30%) BSH (16%) and the BSB only (8%). Cycle I meeting 2 children who were BB (22%) who MB
(44%) BSH (22%) and the BSB only (11%). Cycle II meetings 1 cycle II children who are BB (11%)
are MB (36%) BSH (38%) and B only (13%). Cycle II The 2nd meeting of the children who were BB
(8%) were MB (16%) BSH (55%) and the BSB (16%). Thus it can be concluded that the child's
language skills can be improved through the activities of retelling the contents of the story of children
aged 4-5 years in Aisyiyah Gobah group sub-district Tambang.
dilakukan guru selama proses pada ke II lebih baik dari aktivitas yang
umumnya telah terlaksana dengan cukup dilakukan pada siklus pertama.
sempurna. Aktivitas siswa pada siklus 2
Diketahui bahwa aktivitas siswa pertemuan 2 mencapai 92,5% dengan
pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 55,25% kategori sangat tinggi, hal ini sangat
dikategorikan sedang hal ini dimungkinkan dimungkinkan karena siswa mulai merasa
karena siswa baru mengikuti kegiatan ini nyaman dan menyenangkan dalam
dan guru pun baru menerapkan pembelajaran, sementara guru semakin
pembelajaran tersebut. Dari data di atas menguasai materi dan terampil dalam
diketahui tejadi peningkatan aktivitas membawa siswa
siswa pada siklus 1 pertemuan 1 menjadi Aktivitas siswa pada siklus 2
68,75% dikategorikan sedang, hal ini pertemuan 1 mencapai 84,25% dengan
dikarenakan, siswa mulai merasa nyaman kategori sangat tinggi, hal ini sangat
dengan pembelajaran yang dilakukan, dan dimungkinkan karena siswa mulai merasa
guru mulai percaya diri dalam mengajar nyaman dan menyenangkan dalam
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran, sementara guru semakin
pencatatan yang dilakukan terhadap terampil.
kemampuan bahasa anak pada siklus I Kemampuan Bahasa anak dapat
yang dilakukan dengan dua kali pertemuan dilihat pada grafik berikut ini.
yaitu pertemuan pertama dan pertemuan ke 60%
Abstrak
Pendidikan karakter mutlak dilaksanakan pada abad 21 pada anak usia dini sebagai langkah kuratif
dan patologi sosial di masyarakat, namun langkah preventif guna pembentukan karakter baik dari
setiap pesera didik belum efektif digunakan dalam pendidikan karakter. Di dalam pembelajaran selain
kognitif pembetukan karakter siswa harus perlu diperhatikan. Pada kenyataannya acapkali pembetukan
karakter sejak dini ini sering terlupakan. Tujuan penelitian menjelaskan secara komprehensif hakikat
pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan secara komprehensif penggunaan
model-model pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan
secara komprehensif penggunaan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21
pada anak usia dini. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini penggunaan model
pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini merupakan proses pemberdayaan
potensi peserta didik proses humanisasi (humanizing), dan proses pembudayaan, model-model
pembelajaran pendidikan yaitu model pembelajaran penanaman nilai, berbasis perkembangan
penalaran moral, analisis nilai dan project citizen, efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi warga negara yang baik.
Kata Kunci :Model Pembelajaran, Pendidikan Karakter Abad 21, Anak Usia Dini
Abstract
Absolute character education was undertaken in the 21st century in early childhood as curative
measures and social pathology in the community, but a preventive measure to the formation the good
character of each student have not effectively used in character education. In addition to cognitive
learning students' character formation should be noted. In fact, often the formation of character early
on is often forgotten. The aim of research explained comprehensively the nature of character education
in the 21st century in childhood, explained comprehensively the use of models of learning in character
education in the 21st century in childhood, explained comprehensively use learning approaches in
character education in the 21st century to children aged early. The research method used in this study
is a literature review is to connect research with the existing literature and fills the gaps in previous
research. The results obtained in this study the use of the learning model of character education in the
21st century in childhood is the process of empowering the learner process of humanization
(humanizing), and the process of acculturation, learning models of education namely learning model
planting value, based on the development of moral reasoning, value analysis, and project citizen,
effective use helps learners develop competencies become good citizens.
Abstrak
Penelitian ini di latarbelakangi belum berkembangnya kemampuan kecerdasan logika matematika anak
kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini, Bagaimanakah peningkatan kemampuan
kecerdasaan logika matematika anak kelompok B melalui permainan kartu angka di TK Pembina
Bangkinang Kota? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
kecerdasaan logika matematika melalui permainan kartu angka pada kelompok B di TK Pembina
Bangkinang Kota. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B dan guru TK Pembina
tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah anak sebanyak 20 orang. Sedangkan yang menjadi objek
adalah kemampuan kecerdasaan logika matematika anak kelompok B melalui permainan kartu angka.
Tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu : 1) Perencanaan/Persiapan
tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi, dan. 4) Refleksi. Sumber data penelitian ini adalah
anak kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota, guru dan dokumen. Pengumpulan data
menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif
persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kartu angka dapat meningkatkan
kemampuan kecerdasaan logika matematika di kelompok B TK Pembina Bangkinang Kota.
Kata kunci : kecerdasaan logika matematika, kartu Angka
Abstract
This research is in background not yet developed ability of logic mathematics intelligence of child of
group B TK Pembina Bangkinang Kota. Based on the background of the problems that have been
exposed, it can be formulated problem of this research, How to improve the ability of logic
mathematics intelligence of group B through the game of card number in TK Pembina Bangkinang
Kota? The purpose of this study is to determine the enhancement of the ability of logic mathematical
intelligence through the game of number cards in group B in TK Pembina Bangkinang Kota. As the
subjects in this study are the children of group B and teachers kindergarten coach 2015/2016 school
year with the number of children as many as 20 people. While the object is the ability of logic
mathematical intelligence of group B through the game of a number card. The steps taken in classroom
action research are: 1) Planning / Preparing for action, 2) Implementation of Action, 3) Observation,
and 4) Reflection. The data sources of this research are children of group B TK Pembina Bangkinang
Kota, teachers and documents. Data collection uses observation, tests and documentation. Data analysis
using descriptive technique percentage. The results showed that through the card number can improve
the ability of logic mathematical intelligence in group B TK Pembina Bangkinang Kota.
Di sisi lain, guru menemui kendala menghitung pada waktu yang akan
dalam pembelajaran ketika mengenalkan datang.
konsep bilangan dan lambangnya kepada Sehubungan dengan hal tersebut ,
anak, perhatian anak sangat kurang. maka penulis termotivasi untuk
Anak-anak gelisah dan tidak tahan mengadakan penelitian tindakan kelas
duduk dalam waktu balajar berlangsung. dengan judul: “Peningkatan Kecerdasaan
Dengan kata lain, anak-anak tidak Logika-Matematika Anak Melalui
mempunyai konsentrasi yang baik dalam Bermain Kartu Angka Kelompok B di
mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh TK Pembina Bangkinang Kota”.
sebab itu, guru harus mengamati anak Tujuan yang ingin dicapai dalam
dengan cermat dan menentukan penelitian ini adalah : untuk mengetahui
kemampuan, kebutuhan, minat dan cara peningkatan kecerdasaan logika matematika
belajar masing-masing anak. Proses melalui permainan kartu angka pada anak
belajar terjadi karena adanya interaksi kelompok B TK Pembina Bangkinang
antara pemikiran anak dan Kota.
pengalamannya dengan bahan-bahan ajar, Berdasarkan kajian teori dan
gagasan-gagasan, dan orang-orang yang kerangka berpikir di atas, peneliti
ada di sekitarnya. Pengalaman- mengajukan hipotesis sebagai berikut:
pengalaman ini harus cocok dengan Permainan Kartu Angka dapat
tingkat kemampuan dan kebutuhan anak meningkatkan kemampuan kecerdasaan
yang sedang berkembang. logika matematika pada anak Kelompok B
Berbagai cara yang telah TK Pembina Bangkinang Kota.
diupayakan dalam pembelajaran
mengenal konsep bilangan dan METODE PENELITIAN
lambangnya ini misalnya dengan Penelitian ini dilaksanakan anak
menggunakan metode ceramah, tanya kelompok B di TK Pembina Bangkinang
jawab, pembimbingan anak, pemberian Kota. Jumlah anak 20 orang yang terdiri
tugas namun pada kenyataannya hasil dari 12 orang anak laki-laki dan 8 orang
belajar yang dicapai anak masih rendah. anak perempuan penelitian dilaksanakan
Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak- pada tahun pelajaran 2015/2016. Jenis
anak belum mampu mengingat konsep penelitian yang digunakan dalam penelitian
bilangan dan lambangnya pada saat ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
kegiatan pembelajaran. Penelitian dilakukan pada semester
Untuk meningkatkan kemampuan ganjil tahun ajaran 2015/2016 dan
anak mengenal konsep bilangan dan dilakukan pada saat pembelajaran
lambangnya, maka peneliti mencoba berlangsung.
menggunakan strategi pembelajaran Jenis penelitian merupakan
melalui kegiatan kartu angka. Hal ini penelitian tindakan kelas (Class Room/
dapat menarik minat dan semangat Based Action Research) dengan
belajar anak mengenal konsep bilangan peningkatan unsur rancangan untuk
dan lambangnya. Setiap konsep bilangan memungkinkan diperolehnya gambaran
dan lambangnya yang dipelajari, disertai keefektifan tindakan yang dilakukan.
gambar yang menarik lalu Penelitian yang dilakukan peneliti termasuk
menyampaikan atau mengenalkannnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
kepada anak. Anak menjadi terkesan dan Menurut Arikunto (Wiji lestari,
bersemangat dalam belajar. Dengan 2012) 1) Observasi adalah suatu teknik
demikian, anak mudah mengingat setiap yang dilakukan dengan cara mengadakan
konsep bilangan dan lambangnya yang pengamatan secara teliti serta mencatat
dipelajari. Diharapkan setelah semua secara sistematis. Observasi dilakukan
konsep bilangan dan lambangnya untuk mengumpulkan data-data untuk
dikenal, memudahkan anak untuk mengetahui data rasa percaya diri anak
dengan melakukan pengamatan secara
68 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka
langsung. Observasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan sementara. Refleksi ini
pencapaian indikator yang telah ditetapkan dilakukan setiap akhir siklus penelitian.
dengan menggunakan metode bermain
peran. 2) Catatan lapangan adalah beberapa Metode Pengumpulan Data
catatan yang diperoleh penelitian mengenai Untuk mengumpulkan data tentang
hasil pengamatan pada saat penelitian untuk hasil belajar permainan kartu angka anak
mendapatkan data yang detail mungkin, dalam pembelajaran yang dilakukan ada
sehingga proses penelitian dapat berjalan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam
dengan secara efektif dan efisien dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah
setiap tindakan – tindakan pada saat proses :
belajar mengajar berlangsung. Jadi catatan 1. Observasi
lapangan dalam penelitian ini digunakan a. Untuk mengamati aktivitas guru
untuk merangkum perubahan – perubahan selama penerapan permainan kartu
dalam proses pembelajaran yang tidak angka.
terdapat dalam pedoman observasi, b. Untuk mengamati aktivitas anak
sehingga catatan lapangan hanya pelengkap selama penerapan permainan kartu
data. Catatan lapangan ini berisi nama guru, angka.
tempat penelitian, tanggal, waktu, kegiatan 2. Dokumentasi
guru, dan kegiatan yang diberikan kepada Dokumentasi digunakan untuk
anak. mengetahui sejarah sekolah, keadaan
Adapun langkah-langkah yang guru dan anak, sarana dan prasarana
ditempuh adalah perencanaan tindakan yang ada di sekolah tersebut.
dengan menyiapkan media dan metode 3. Tes
pembelajaran dalam penelitian yang saling Pemberian tes kepada anak untuk
berhubungan. Media yang digunakan yaitu mengetahui hasil belajar permainan
kartu bilangan dalam bentuk yang nyata kartu angka.
melalui bermain. Disini guru harus dapat Kegiatan mengenal konsep bilangan
menciptakan suasana bermain anak yang efektif apabila memberikan kesempatan
menarik serta menyenangkan, kepada anak untuk melakukan apa yang
mempersiapkan waktu yang dibutuhkan telah diperagakan oleh guru sehingga
dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak abstrak. Penilaian yang
tindakan peneliti melakukan observasi digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
selama pembelajaran dan memperhatikan 1. BSH : berkembang sesuai harapan
respon anak pada saat bermain Kartu yaitu apabila anak telah mampu
bilangan dalam meningkatkan kecerdasan melakukan kegiatan yang diberikan
logika-matematika anak. Peneliti oleh guru dengan nilai 81-100.
melakukan pengamatan dengan mencatat 2. MM : mulai muncul yaitu apabila
semua hal yang diperlukan dan terjadi anak telah melakukan kegiatan yang
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. diberikan oleh guru namun tidak
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dengan benar dengan nilai 61-80.
masalah yang sesungguhnya dan 3. BM : belum muncul yaitu apabila
menentukan langkah yang akan diambil anak belum melakukan kegiatan yang
untuk mengatasi masalah. Refleksi dalam diberikan oleh guru dengan nilai
tindakan kelas adalah upaya untuk persentase < 60
mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang Indikator keberhasilan tindakan
telah dihasilkan dan yang belum berhasil terdapat peningkatan kemampuan berhitung
dituntaskan dengan tindakan. Hasil refleksi anak di taman kanak-kanak kelompok B
ini digunakan untuk menentukan tindakan TK Pembina Bangkinang Kota adalah
lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan apabila terdapat peningkatan kemampuan
penelitan tindakan kelas. Dengan kata lain, berhitung kelompok B taman kanak-kanak
refleksi merupakan pengkajian terhadap Pembina Bangkinang Kota tercapai secara
keberhasilan atau kegagalan dalam
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 69
individu 70% dan secara klasikal sebesar berikut yaitu dibawah KKM yang
75% dalam pembelajaran. ditentukan.
Data yang dihasilkan merupakan data
yang dikumpulkan langsung dari anak didik Tabel 1. Belajar Anak Kelompok B
dan guru baik melalui observasi, maupun Menggunakan Kartu Angka
catatan lapangan. Jumlah Persentase
Instrumen adalah alat bantu yang Nilai Ketuntasan
Anak (%)
dipakai dalam mengumpulkan data itu.
Belum
Instrumen yang digunakan dalam penelitian < 70 14 70%
Tuntas
ini adalah Pedoman observasi, catatan
≥ 70 Tuntas 6 30%
lapangan dan dokumentasi.
a. Lembar observasi peningkatan Jumlah 20 100%
kecerdasan logika-matematik anak Sumber : Data Hasil Tes, 2015
b. Lembar observasi penerapan bermain
kartu angka Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat
c. Catatan lapangan Catatan lapangan jelas perbandingan antara anak yang
adalah beberapa catatan yang diperoleh mencapai ketuntasan belajar anak (KKM
peneliti mengenai hasil pengamatan ≥70) adalah sebanyak 6 anak (30%) dengan
pada saat penelitian untuk mendapatkan anak yang belum mencapai ketuntasan
data yang sedetail mungkin. belajar sebanyak 14 anak (70%) anak.
Teknik analisis data merupakan
1. Siklus I
prosedur penelitian yang digunakan untuk
Tabel 2. Belajar Anak Kelompok B
proses agar data mempunyai makna untuk Menggunakan Kartu Angka
menjawab masalah penelitian ini dan Jumlah Persentase
menguji hipotesis. Tindakan analisis Nilai Ketuntasan
Anak (%)
tersebut dilakukan secara deskriptif dengan
< 70 Belum 9 45%
menggunakan teknik persentase. Analisis
Tuntas
data yang dilakukan secara deskriptif
≥ 70 Tuntas 11 55%
bertujuan untuk menggambarkan data
Jumlah 20 100%
tentang kemampuan anak selama proses
Sumber : Data Hasil Tes, 2015
belajar, kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi sangat baik, baik, kurang baik.
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat
Menurut (Sudjono, 2009:43), adapun
jelas perbandingan antara anak yang
dalam proses pengolahan data untuk
mencapai ketuntasan belajar anak (≥70)
melihat peningkatan persentase hasil
adalah sebanyak 11 anak (55%) dengan
tindakan digunakan rumus sebagai berikut :
anak yang belum mencapai ketuntasan
P = F x 100 % belajar anak sebanyak 9 (45%).
Hal ini berarti tujuan penelitian secara
N
klasikal belum 75% mencapai Kriteria
Keterangan :
Ketuntasan Minimun yang telah ditetapkan
P = Nilai yang sedang dicari
yaitu 70. Untuk itu melalui penelitian ini
persentasenya
peneliti akan memperbaiki kegagalan yang
F = Jumlah skor dari item atau soal yang
dialami anak melalui Penelitian Tindakan
dijawab benar
Kelas dengan melakukan tindakan pada
N = Skor maskimum dari tes tersebut
siklus kedua.
100% = Bilangan tetap
2. Siklus II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan pada siklus I
Berdasarkan hasil observasi peningkatan
ternyata belum mencapai tujuan penelitian
kecerdasaan logika matematika anak yang
maka peneliti melanjutkan penelitian pada
dilakukan guru melalui kartu angka yang
siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2
diamati dapat di peroleh hasil sebagai
70 | Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka
DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, S. (2013). Penggunaan Media
Kartu Angka dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan pada Anak Kelompok A Tk
Islam Mutiara Surabaya, (1), 1–13.
Eny Purwaningtyastuti. (2012).
Meningkatkan Kecerdasan Logika-
Matematika Anak melalui Bermain
Balok Kelompok A Di TK An Nisa‟
Marditani Celep Kedawung Sragen
Tahun Ajaran 2011/2012, 1–15.
Fauziddin, M. (2017). Penerapan Belajar
Melalui Bermain Balok Unit untuk
Meningkatkan Kreativitas Anak Usia
Dini. Curricula, 1(3).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.222
16/JCC.2016.v2i3.1277
Hartini, P. (2003). Peningkatan
Kemampuan Matematika Anak
Melalui Media Permainanmemancing
Angka Di Taman Kanak-Kanak
Fathimah Bukareh Agam. Pesona
PAUD, I(20).
Peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia. (2015). Pedoman Stimulasi
Kognitif Pada Anak Berbasis
Kecerdasaan Manjemuk.
Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 12 – 18
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.33
Iis Aprinawati
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Abstrak
Salah satu karakteristik anak usia dini adalah memiliki rasa antusias dan ingin tahu yang kuat
terhadap banyak hal di sekitarnya. Rasa ingin tahu tersebut dapat dimunculkan dengan
menggunakan media. Media merupakan sarana pembelajaran yang dapat memunculkan minat
siswa untuk belajar karena media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
terlibat dalam proses pembelajaran. Media gambar seri memiliki suatu urutan gambar
sehingga dapat merangsang pikiran anak untuk berbicara dan menghasilkan cerita yang
berkesinambungan. Tujuan penelitian menjelaskan media gambar berseri ini dapat
meningkatkan minat siswa untuk berbicara sehingga kemampuan berbicara anak usia dini
semakin meningkat. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kajian pustaka yaitu rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan penelitian. Hasil Penelitian yang
diperoleh dengan menggunakan media gambar seri dapat mengembangkan potensi
perkembangan berbicara anak dan menambah penguasaan kosakatanya.
Kata Kunci: Media Gambar Seri, Kemampuan berbicara, Anak usia dini
Abstract
One of the characteristics of early childhood is to have a strong sense of enthusiasm and
curiosity towards many things around it. Curiosity can be raised using the media. Media is a
means of learning that can bring the interest of students to learn because the media is
everything that can be used to channel the message, stimulate the mind, attention, and
willingness of students to be involved in the learning process. The series image media has a
sequence of images that can stimulate the child's mind to speak and produce a continuous
story. The purpose of the study explains the media of this series can increase the students'
interest to speak so that the ability to speak early child is increasing. The research method
used in this study is literature review is a series of activities related to the method of collecting
data library, reading and recording and managing research materials. Research results
obtained by using a series of drawing media can develop the potential for child speech
development and increase vocabulary mastery.
tersebuat dapat berupa hal-hal sederhana dengan menghadirkan benda, orang dan
seperti gambar, poster, pamflet yang juga latar.
mudah ditemukan, ekonomis alat-alat Gambar seri biasa disebut dengan
elektronik yang berteknologi tinggi. istilah gambar bersambung. Media gambar
Dalam Buku Pengantar Ilmu seri merupakan media grafis yang
Komunikasi (Cangara, 2006 : 119), media digunakan untuk menerangkan suatu
adalah alat atau sarana yang digunakan rangkaian perkembangan, sebab setiap seri
untuk menyampaikan pesan dari media gambar bersambung dan selalu
komunikator kepada khalayak. Ada terdiri dari sejumlah gambar. Gambar-
beberapa pakar psikologi memandang gambar tersebut membentuk suatu cerita
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, apabila gambar-gambar dipadukan dan
maka media yang paling dominasi dalam diurutkan secara sistematis sehingga
berkomunikasi adalah pancaindera menjadi urutan cerita yang bermakna dan
manusia seperti mata dan telinga. Pesan – memiliki arti. Gambar seri merupakan
pesan yang diterima selanjutnya oleh kumpulan gambar yang menunjuk satu
pancaindera selanjutnya diproses oleh peristiwa yang utuh. Gambar tersebut bisa
pikiran manusia untuk mengontrol dan dalam bentuk kartu yang terpisah atau
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, dalam satu lembaran yang utuh. Cara
sebelum dinyatakan dalam tindakan. menggunakannya bisa satu-satu atau
Beberapa pendapat ahli di atas, maka sekaligus ditunjukkan kepada siswa,
dapat disimpulkan bahwa media adalah tergantung materi yang akan disampaikan.
alat, sarana, perantara, dan penghubung Media gambar seri merupakan jenis
untuk menyebar, membawa atau media visual atau hanya mempunyai unsur
menyampaikan sesuatu pesan (message) gambar. Adapun fungsi media visual
dan gagasan kepada penerima. Dengan dalam pembelajaran menurut Levie &
demikian, media pendidikan adalah segala Lentz (dalam Arsyad, 2011: 16), yaitu:
sesuatu yang dapat digunakan untuk “fungsi afensi, fungsi afektif, fungsi
menyalurkan pesan sehingga dapat kognitif, dan fungsi kompensatoris”.
merangsang pikiran, perasaan, perbuatan, Keempat fungsi media visual tersebut akan
minat serta perhatian siswa sedemikian diuraikan sebagai berikut:
rupa sehingga proses belajar mengajar 1. Fungsi atensi dari media visual, seperti
terjadi pada diri siswa. media gambar seri yang dapat menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk
Gambar Seri berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang
Media gambar berseri adalah media ditampilkan atau menyertai teks materi
yang berisi dengan gambar-gambar yang pelajaran. Contohnya, ketika siswa bosan
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. mendengarkan ceramah guru, maka guru
hal tersebut diperkuat menurut (Arsyad, memperlihatkan gambar-gambar seri yang
2002) bahwa gambar seri merupakan berkaitan dengan materi pelajaran. Ini
rangkaian kegiatan atau cerita yang dapat menarik perhatian dan konsentrasi
disajikan secara berururtan. Gambar seri siswa terhadap materi pelajaran karena
adalah suatu urutan dari gambar yang adanya media yang dapat dilihat langsung.
mengikuti suatu percakapan dalam hal 2. Fungsi afektif dari media visual, seperti
memperkenalkan ataupun menyajikan arti media gambar seri yang diperagakan oleh
yang terdapat pada gambar tersebut. guru akan menggugah emosi dan sikap
Disebut dengan gambar seri, sebab gambar siswa, misalnya informasi yang
satu dengan gambar lainnya mempunyai menyangkut masalah sosial atau ras dalam
hubungan atau saling berkaitan.Tujuannya kehidupan sehari-hari. Kemampuan belajar
adalah supaya media gambar tersebut dapat siswa akan lebih meningkat dengan
membantu dalam menyajikan suatu menggunakan gambar seri. Penggunaan
kejadian atau peristiwa yang kronologisnya gambar seri diupayakan menggugah
76 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
perasaan siswa tentang berbagai peristiwa serius, sebab siswa dianggap sudah bisa
melalui gambar-gambar yang disajikan berbicara dan dapat dipelajari secara
secara berseri. informal diluar sekolah karena sudah dapat
3. Fungsi kognitif dari media visual, berbicara itulah guru menganggap tidak
seperti gambar seri akan dapat perlu memberikan penekanan kegiatan
memperlancar pencapaian tujuan untuk berbicara pada anak karena biasanya guru
memahami dan mengingat informasi atau lebih menekankan kepada membaca dan
pesan yang terkandung dalam gambar. menulis.
Jadi, penggunaan media gambar seri Kemampuan berbicara merupakan
sebagai media visual akan meningkatkan kemampuan awal yang harus dimiliki anak
daya pikir siswa terhadap materi pelajaran. untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Fungsi kompensatoris dari media visual, Untuk itu, kemampuan berbicara
seperti media gambar seri akan merupakan kemampuan pada tahap awal
memberikan konteks untuk memahami untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan
teks dan membantu siswa yang lemah benar.
dalam membaca untuk mengorganisasikan Definisi berbicara juga
informasi dalam teks dan dapat mengingat dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam
kembali. Hal ini sangat penting dalam Puji Santosa, dkk (2006:34). Berbicara
mengakomodasi siswa yang lemah dan adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
lambat dalam menerima dan memahami isi bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
pelajaran yang disajikan dengan teks atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
disajikan secara verbal, karena murid dapat perasaan secara lisan. Pengertian ini pada
melihat secara langsung dan mengaitkan intinya mempunyai makna yang sama
dengan materi pelajaran. dengan pengertian yang disampaikan oleh
Berdasarkan pendapat di atas, jelas Tarigan yaitu berbicara berkaitan dengan
bahwa media memiliki fungsi yang sangat pengucapan kata-kata.(Tarigan, 2008)
luas dan penting, terlebih dalam dunia (Haryadi dan Zamzani, 2000)
pendidikan, sebagaimana digunakan guru mengemukakan bahwa secara umum
dalam proses pembelajaran. Walaupun berbicara dapat diartikan sebagai suatu
dalam pengadaan dan pemanfaatannya penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
senantiasa masih menghadapi berbagai seseorang kepada orang lain dengan
kendala, baik karena tidak disiapkan oleh menggunakan bahasa lisan sehingga
pihak sekolah maupun keterbatasan maksud tersebut dapat dipahami orang
kemampuan guru dalam membuat dan lain. Pengertian ini mempunyai makna
menggunakan media pembelajaran, seperti yang sama dengan kedua pendapat yang
gambar seri. diuraikan di atas, hanya saja diperjelas
dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu
Kemampuan Berbicara agar apa yang disampaikan dapat dipahami
Bicara adalah bentuk bahasa yang oleh orang lain.
menggunakan artikulasi atau kata-kata Selanjutnya, St. Y. Slamet dan
yang digunakan untuk menyampaikan Amir (1996: 64) mengemukakan
maksud (Hurlock, 1978). Melalui berbicara pengertian berbicara sebagai keterampilan
maka akan terjadi komunikasi antara anak menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
yang satu dengan anak lainnya. Berbicara sebagai aktivitas untuk menyampaikan
pada anak perlu dikembangkan dan dilatih gagasan yang disusun serta dikembangkan
secara terus menerus agar perkembangan sesuai dengan kebutuhan penyimak.
anak terutama dalam hal berbicara untuk Pengertian ini menjelaskan bahwa
komunikasi dapat berkembang dengan berbicara tidak hanya sekedar
optimal. Dari segi komunikasi, menyimak mengucapkan kata-kata, tetapi
dan berbicara disekolah sering kurang menekankan pada penyampaian gagasan
dianggap perlu dan kurang ditangani yang disusun dan dikembangkan sesuai
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 77
dengan kebutuhan penyimak atau penerima atau mempengaruhi pendengar, dan (3)
informasi atau gagasan. menghibur pendengar. Pendapat ini
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mempunyai maksud yang sama dengan
yang telah diuraikan di atas dapat pendapat-pendapat yang telah diuraikan di
disimpulkan bahwa berbicara ialah atas.
kemampuan mengucapkan kata-kata dalam Berdasarkan beberapa pendapat
rangka menyampaikan atau menyatakan yang telah dikemukakan di atas, dapat
maksud, ide, gagasan, pikiran, serta disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang
perasaan yang disusun dan dikembangkan utama ialah untuk berkomunikasi,
sesuai dengan kebutuhan penyimak agar sedangkan tujuan berbicara secara
apa yang disampaikan dapat dipahami oleh umum ialah untuk memberitahukan atau
penyimak. melaporkan informasi kepada penerima
Tujuan utama berbicara adalah informasi, meyakinkan atau mempengaruhi
untuk berkomunikasi. Komunikasi penerima informasi, untuk menghibur,
merupakan pengiriman dan penerimaan serta menghendaki reaksi dari pendengar
pesan atau berita antara dua orang atau atau penerima informasi.
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat Anak Usia Dini
dipahami. Oleh karena itu, agar dapat Pendidikan anak usia dini (PAUD)
menyampaikan pesan secara efektif, adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pembicara harus memahami apa yang akan pendidikan dasar yang merupakan suatu
disampaikan atau dikomunikasikan. upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
Tarigan juga mengemukakan bahwa sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
berbicara mempunyai tiga maksud umum yang dilakukan melalui pemberian
yaitu untuk memberitahukan dan rangsangan pendidikan untuk membantu
melaporkan (to inform), menjamu dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
menghibur (to entertain), serta untuk dan rohani agar anak memiliki kesiapan
membujuk, mengajak, mendesak dan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,
meyakinkan (to persuade).(Tarigan, 2008) yang diselenggarakan pada jalur formal,
Pemberian stimulus untuk nonformal, dan informal.
meningkatkan keterampilan berbicara Pendidikan anak usia dini
anak, selain dengan melatih anak berbicara merupakan salah satu bentuk
dengan baik dan benar juga dapat melalui penyelenggaraan pendidikan yang
pembacaan-pembacaan cerita yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
menarik. (Pratama, Abidin, & Ismail, arah pertumbuhan dan 5 perkembangan,
2016) yaitu : perkembangan moral dan agama,
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet perkembangan fisik (koordinasi motorik
dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya
tujuan berbicara diantaranya adalah untuk pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap
meyakinkan pendengar, menghendaki dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai
tindakan atau reaksi fisik pendengar, dengan keunikan dan tahap-tahap
memberitahukan, dan menyenangkan para perkembangan sesuai kelompok usia yang
pendengar. Pendapat ini tidak hanya dilalui oleh anak usia dini seperti yang
menekankan bahwa tujuan berbicara hanya tercantum dalam Permendiknas nomor 58
untuk memberitahukan, meyakin- tahun 2009.
kan, menghibur, namun juga menghendaki Ada dua tujuan diselenggarakannya
reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar pendidikan anak usia dini yaitu:
atau penyimak. 1. Tujuan utama: untuk membentuk anak
Tim LBB SSC Intersolusi Indonesia yang berkualitas, yaitu anak
(2006:84) berpendapat bahwa tujuan yang tumbuh dan berkembang sesuai
berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan dengan tingkat perkembangannya
sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan sehingga memiliki kesiapan yang
78 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
usia dini adalah bahasa. Bahasa sebagai sarana mengembangkan dan menstimulasi
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan kemampuan berbicara anak adalah dengan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada menggunakan media gambar seri yaitu media
orang lain. Melalui bahasa, anak dapat belajar pembelajaran berupa gambar yang
mengungkapkan segala bentuk perasaan dalam mengandung cerita dengan beberapa urutan
hatinya sehingga orang lain dapat mengetahui sehingga antara cerita yang satu dengan
apa yang dirasakan anak. Menurut Sunarto dan gambar yang lainnya membentuk satu kesatuan
Agung Hartono (2008: 139) perkembangan yang mengambarkan peristiwa dalam bentuk
bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor cerita tersusun.
yaitu umur anak, kondisi lingkungan, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kecerdasan anak, status sosial ekonomi dan kegiatan bercerita dalam penggunaan media
kondisi fisik. gambar seri yaitu sebagai berikut:
Bahasa merupakan alat komunikasi 1) orientasi lebih pada kaitan antara
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, cerita dan tiap-tiap gambar, 2) sambil
karena berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan gambar, cerita dibacakan secara
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang pelan (tidak tergesa-gesa), volume cukup, lafal
lain. Berbagai hasil penelitian menunjukkan jelas. 3) cerita diulang dengan melibatkan anak
usia dini merupakan masa peka yang sangat dan mengulas makna setiap gambar, 4) gambar
penting bagi pendidikan anak, masa ini dibuat agak besar, agar semua anak dapat
memerlukan rangsangan dan stimulasi yang melihat gambar tersebut. selain dibuat agak
tepat supaya kemampuan anak berkembang besar, gambar juga perlu pewarnaan yang
optimal, termasuk kemampuan berbahasa. menarik. 5) posisi gambar sejajar dengan jarak
Menurut (Rosmala, 2005) bahwa pandang anak. (Tadkiroatun, 2009)
perkembangan bahasanya, anak usia 4-5 tahun Dengan demikian, menggunakan
sudah dapat berbicara lancar dengan kalimat media gambar seri dapat mengembangkan
sederhana, sudah dapat menyebutkan potensi perkembangan berbicara anak, yaitu
sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, dengan cara anak dapat menyampaikan pesan
tanaman yang mempunyai warna, bentuk, atau terdiri dari dua atau tiga kata dan dapat
menurut ciri-ciri tertentu. Selanjutnya anak memunculkan kalimat-kalimat yang lebih
sudah bisa bercerita tentang kejadian rumit dan dengan menggunakan gambar seri,
disekitarnya secara sederhana. Anak sudah anak yang mengalami kesulitatan dalam
dapat mengurutkan dan menceritakan isi berbicara akan teratasi dan akan meningkatkan
gambar seri (2-3 gambar). Kemudian anak kemampuan siswa dalam berbicara sehingga
sudah dapat bercerita tentang gambar yang tujuan yang diharapkan akan tercapai secara
dibuat sendiri serta anak dapat mengikuti 1 optimal.
sampai dengan 2 perintah sekaligus. Kemudian
anak dapat membuat sebanyak-banyaknya kata KESIMPULAN
dari suku kata awal yang disediakan dalam Berdasarkan pembahasan yang telah
bentuk lisan. diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan
Perkembangan bahasa anak dapat bahwa Anak Usia dini merupakan masa-masa
mencapai optimal sesuai tahap yang paling tepat dalam memberikan beragam
perkembangannya, bila diberikan stimulasi stimulus guna mengoptimakan segala aspek
yang tepat dan sesuai. Anak perlu dilatih perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan
kemampuan berbahasanya salah satunya pada masa usia dini merupakan masa-masa
kemampuan berbicara secara terus menerus golden age, seluruh aspek perkembangannya
dengan tujuan membuat anak dapat berpikir dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu
dan lebih memiliki perbendaharaan kosakata aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan
yang banyak sehingga dalam menyampai-kan pada masa usia dini yakni perkembangan
sesuatu anak tidak mengalami kesulitan. bahasa anak seperti kemampuan berbicara.
Dengan mengubah kegiatan Kemampuan berbicara dan penguasaan
pembelajaran menjadi lebih menarik, maka kosakata siswa yang menerapkan media
anak menjadi bersemangat dalam mengikuti gambar seri lebih baik dibandingkan tanpa
pembelajaran dan tujuan guru untuk media gambar seri. Dengan adanya media
meningkatkan kemampuan berbicara anak gambar seri, anak menjadi lebih tertarik untuk
dapat berhasil dan berjalan dengan maksimal. mengikuti pelajaran dan lebih kreatif untuk
Salah satu kegiatan yang dapat
80 | Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
DAFTAR PUSTAKA
Angkowo, Robertes dan Kosasih, A. (2007).
Optimalisasi Media Pembelajaran.
Jakarta: Grasindo.
Azhar Arsyad. (2002). Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Carool, Seefelt & Barbara A, W. (2008).
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.
Djamarah, Syaiful Bahri clan Zain, A. (2002).
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Reneka Cipta.
Haryadi dan Zamzani. (2000). Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Hasan, M. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: DIVA press.
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid
I. (Alih Bahasa: Agus Dharma).
Jakarta: Erlangga.
Pratama, R. N., Abidin, Y., & Ismail, M. H.
(2016). Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Anak Usia Dini melalui
Metode Bercerita Menggunakan Media
Pop-Up Book, 1–13.
Rosmala, D. (2005). Berbagai Masalah Anak
Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Tadkiroatun, M. (2009). Bercerita untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.