Anda di halaman 1dari 38

DIALOG 7.

MAJALAH
GLOBAL
4 edisi per tahun dalam 17 bahasa

Mesir
Pascarevolusi Mona Abaza

Mempertanyakan
Realitas Luc Boltanski

Lembaga
yang Luar Biasa Sarah Mosoetsa

Merepresentasikan
Perempuan
Amerika-Afrika Patricia Hill Collins

Vineeta Sinha,
www.isa-sociology.org/global-dialogue/

Noorman Abdullah,
Sosiologi Youyenn Teo,
VOLUME 7 / EDISI 1 / MARET 2017

Francis Khek Gee Lim,


Singapura Daniel P.S. Goh

Perjuangan untuk Agnieszka Graff,


Elzbieta Korolczuk,
Aborsi di Polandia Julia Kubisa

Kolom Khusus
> Jaringan Sosiolog Muda ISA
> Menerjemahkan Global Dialogue
DG

ke dalam Bahasa Indonesia


> Memperkenalkan Tim Editorial Indonesia
> Editorial
Selanjutnya Apa?

W
alaupun semua penelitian survai kita canggih namun sangat
sedikit yang meramalkan terpilihnya Donald Trump. Hal ini
menunjukkan bahwa para sosiolog AS memiliki pengetahuan
terbatas mengenai negara mereka sendiri. Meskipun terdapat
beberapa kajian terkenal mengenai gerakan sayap kanan - dan kami telah
menerbitkan satu kajian oleh Arlie Hochschild dua nomor yang lalu (GD6.3)
– namun jumlahnya sangat sedikit apabila dibandingkan dengan kajian ter-
hadap gerakan-gerakan yang berorientasi kiri. Tidak berbeda dengan orang
lain, para sosiolog condong ke orang-orang yang berpikir dan bertindak se-
perti mereka sendiri, mempelajari gerakan-gerakan yang menentang dis-
Mona Abaza, seorang sosiolog Mesir
kriminasi, ketidaksetaraan, dan xenofobia. Kemampuan untuk dapat lebih
terkemuka, penulis berbagai buku mengenai
memahami orang lain bukanlah soal menekan nilai-nilai dan komitmen kita
Islam dan kehidupan perkotaan, melakukan
sendiri - atau berpura-pura bahwa kita tidak memilikinya - melainkan menja- refleksi mengenai militerisasi pascarevolusi
di lebih sadar terhadap adanya nilai dan komitmen orang lain tersebut. Dan Januari.
hal ini akan menuntut pula agar kita menerjunkan diri ke dalam komunitas-
komunitas yang tidak kita kenal.

Arti penting karya seperti itu cukup jelas dari artikel-artikel, dalam no-
mor ini dan nomor terakhir, yang mengkaji perjuangan mengenai hak-hak
aborsi. Agnieszka Graff dan Elżbieta Korolczuk meneliti politik yang men-
dorong gerakan anti-gender di Polandia dan keterkaitannya dengan sen-
timen-sentimen anti-globalisasi yang lebih luas. Julia Kubisa menjelaskan
gerakan payung yang luar biasa – protes anti-pemerintah – yang menyerbu Luc Boltanski, seorang ahli teori sosiologi
ke jalan-jalan Polandia. Jalan-jalan dapat menjadi tempat bagi protes, teta- kritik Prancis terkenal, membahas buku ter-
pi juga bagi militerisasi, yang merupakan topik Mona Abaza yang melacak baru beliau mengenai novel detektif dan arti
peristiwa-peristiwa yang bermula dari Revolusi Mesir 25 Januari sampai ke pentingnya bagi sosiologi.
kontra-revolusi yang dipimpin oleh Jenderal El-Sisi.
2
Dalam edisi ini kami juga menerbitkan wawancara dengan sosiolog
Prancis terkenal, Luc Boltanski. Dia menawarkan ringkasan bernas tentang
sosiologi kritik, berasal dari kesenjangan antara realitas kelembagaan dan
pengalaman dunia nyata. Benturan dan gangguan telah menjadi intensif
manakala lembaga nasional semakin bentrok dengan dunia kita yang telah
terglobalisasi. Ini juga merupakan tema lima artikel mengenai sosiologi
Singapura. Mereka menjelajahi lintasan bangsa kecil ini maupun pada
sosiologinya yang khas, setelah meninggalnya Perdana Menteri pertama Sarah Mosoetsa, seorang sosiolog Afrika Se-
mereka, Lee Kuan Yew. Esai-esai ini menggarisbawahi perbedaan antara latan yang menginspirasi, mendeskripsikan in-
stitut ilmu-ilmu sosial dan budaya unggul yang
ideologi yang berkuasa dan realitas yang hidup di bidang-bidang seperti
beliau kelola.
mobilitas sosial, etnisitas, agama, dan politik.

Dari Asia kita beralih ke Afrika, khususnya Afrika Selatan di mana, selama
dua tahun terakhir, universitas-universitas telah menjadi ajang sejumlah be-
sar gejolak politik. Namun di sini kami mengarahkan perhatian pada suatu
program akademis luar biasa yang diprakarsai oleh pemerintah dan dipim-
pin oleh sosiolog Sarah Mosoetsa. Lembaga beliau merintis dukungan bagi
mahasiswa program doktor, konperensi, hibah buku, dan publikasi di bidang
ilmu-ilmu sosial dan budaya. Patricia Hill Collins, seorang feminis
Afrika-Amerika terkemuka, berbagi ide
Kami juga mempublikasikan sebuah wawancara yang dilakukan oleh orisinalnya mengenai para cendekiawan
Labinot Kunushevci, seorang sosiolog muda dari Kosovo, yang berbicara dan marginalitas.
dengan sosiolog feminis terkenal Amerika-Afrika, Patricia Hill Collins. Edisi
ini juga memperkenalkan tim Global Dialogue Indonesia dengan suatu kata
pengantar yang menggambarkan beberapa tantangan dalam penerjemahan.

DG
Kami akhiri dengan peringatan Oleg Komlik mengenai karya yang sangat
penting dari Jaringan Sosiolog Junior ISA. Ini merupakan salah satu proyek
terpenting ISA – mendukung generasi sosiolog berikutnya.
Dialog Global dapat
terselenggara berkat
> Dialog Global dapat diperoleh dalam 17 bahasa pada dana hibah dari SAGE
website ISA Publications.
> Naskah harap dikirim ke burawoy@berkeley.edu

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Dewan Redaksi > Dalam Edisi Ini
Editor: Michael Burawoy. Editorial: Selanjutnya Apa? 2
Rekan Editor: Gay Seidman.
Editor Pelaksana: Lola Busuttil, August Bagà. > WAWANCARA DARI SELURUH DUNIA
Editor Konsultasi: Nasib Mesir Pascarevolusi: Wawancara dengan Mona Abaza
Margaret Abraham, Markus Schulz, Sari Hanafi, Vineeta oleh Michael Burawoy, AS 4
Sinha, Benjamín Tejerina, Rosemary Barbaret, Izabela Mempertanyakan Realitas: Wawancara dengan Luc Boltanski
Barlinska, Dilek Cindoğlu, Filomin Gutierrez, John Holmwood,
oleh Laura Chartain dan Marine Jeanne Boisson, Prancis 9
Guillermina Jasso, Kalpana Kannabiran, Marina Kurkchiyan,
Simon Mapadimeng, Abdul-mumin Sa’ad, Ayse Saktanber, Lembaga yang Luar Biasa di Afrika Selatan: Wawancara dengan
Celi Scalon, Sawako Shirahase, Grazyna Skapska, Evangelia Sarah Mosoetsa
Tastsoglou, Chin-Chun Yi, Elena Zdravomyslova. oleh Michelle Williams, Afrika Selatan 12
Editor Wilayah Representasi Perempuan Amerika-Afrika: Wawancara dengan
Dunia Arab: Patricia Hill Collins
Sari Hanafi, Mounir Saidani. oleh Labinot Kunushevci, Kosovo 16
Argentina:
Juan Ignacio Piovani, Pilar Pi Puig, Martín Urtasun. > SOSIOLOGI SINGAPURA
Bangladesh: Setelah Lee Kuan Yew
Habibul Haque Khondker, Hasan Mahmud, Juwel Rana, oleh Vineeta Sinha, Singapura 18
US Rokeya Akhter, Toufica Sultana, Asif Bin Ali, Khairun
Nahar, Eashrat Jahan Eyemoon, Kazi Fadia Esha, Helal Setelah Multirasialisme
Uddin, Muhaimin Chowdhury. oleh Noorman Abdullah, Singapura 20
Brasil: Setelah Meritokrasi
Gustavo Taniguti, Andreza Galli, Ângelo Martins Júnior, oleh Youyenn Teo, Singapura 22
Lucas Amaral, Benno Alves, Julio Davies.
Setelah Sekularisme
India: oleh Francis Khek Gee Lim, Singapura 24
Ishwar Modi, Rashmi Jain, Jyoti Sidana,
Pragya Sharma, Nidhi Bansal, Pankaj Bhatnagar. Setelah Globalisasi
oleh Daniel P.S. Goh, Singapura 26
Indonesia: 3
Kamanto Sunarto, Hari Nugroho, Lucia Ratih Kusumadewi,
Fina Itriyati, Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Benedictus > PERJUANGAN UNTUK ABORSI DI POLANDIA
Hari Juliawan, Mohamad Shohibuddin, Dominggus Elcid Li, Menuju Masa Depan Iliberal: Anti-Genderisme dan Anti-Globalisasi
Antonius Ario Seto Hardjana. oleh Agnieszka Graff, Polandia dan Elżbieta Korolczuk, Swedia 29
Iran: Memperjuangkan Hak Reproduksi di Polandia
Reyhaneh Javadi, Abdolkarim Bastani, Niayesh Dolati, 32
oleh Julia Kubisa, Polandia
Marjan Namazi, Vahid Lenjanzade.
Jepang:
Satomi Yamamoto, Fuma Sekiguchi, Yutaro Shimokawa.
> KOLOM KHUSUS
Jaringan Sosiolog Muda ISA
Kazakhstan:
oleh Oleg Komlik, Israel 34
Aigul Zabirova, Bayan Smagambet, Adil Rodionov, Gani Madi.
Polandia: Menerjemahkan Global Dialogue ke dalam Bahasa Indonesia
Jakub Barszczewski, Paulina Domagalska, Adrianna oleh Kamanto Sunarto, Indonesia 36
Drozdrowska, Łukasz Dulniak, Anna Gańko, Krzysztof Memperkenalkan Tim Editorial Indonesia 37
Gubański, Kinga Jakieła, Justyna Kościńska, Kamil Lipiński,
Mikołaj Mierzejewski, Karolina Mikołajewska-Zając, Adam
Müller, Zofia Penza, Teresa Teleżyńska, Anna Wandzel,
Jacek Zych, Łukasz Żołądek.
Rumania:
Cosima Rughiniș, Raisa-Gabriela Zamfirescu, Costinel Anuța,
Maria-Loredana Arsene, Tatiana Cojocari, Florina Dincă,
Andrei Dobre, Diana Alexandra Dumitrescu, Iulian Gabor,
Rodica Liseanu, Mădălina Manea, Mihai-Bogdan Marian,
Anca Mihai, Andreea Elena Moldoveanu, Oana-Elena Negrea,
Mioara Paraschiv, Ion Daniel Popa, Susana Popa, Diana
Pruteanu Szasz, Ioana Silistraru, Adriana Sohodoleanu,
Andreea Vintilă.
Rusia:
Elena Zdravomyslova, Anna Kadnikova, Asja Voronkova, Lubov’
Chernyshova.
Taiwan:
Jing-Mao Ho.
Turki:
Gül Çorbacıoğlu, Irmak Evren.
Konsultan Media: Gustavo Taniguti.

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Nasib Mesir
Pascarevolusi
Wawancara dengan Mona Abaza
Mona Abaza adalah profesor sosiologi di
Universitas Amerika di Kairo. Beliau adalah
seorang ilmuwan terkenal mengenai Mesir
kontemporer, dan telah menulis banyak buku
termasuk Debates on Islam and Knowledge
in Malaysia and Egypt: Shifting Worlds
(2002), The Changing Consumer Culture of
Modern Egypt (2006), The Cotton Plantation
Remembered (2013). Beliau pernah menjabat
sebagai dosen tamu di berbagai penjuru
dunia: Swedia, Singapura, Jerman, Prancis,
Malaysia, Italia, dan Belanda. Dalam beberapa
tahun terakhir beliau telah menulis tentang
perubahan politik kontemporer di Mesir,
dua di antaranya telah diterbitkan dalam
Global Dialogue (GD1.4 and GD3.3). Dalam 4
wawancara dengan Michael Burawoy, beliau
merefleksikan pada tahun-tahun setelah
Revolusi 25 Januari 2011.

Mona Abaza.

MB: Anda telah banyak menulis, termasuk hari-hari awal Januari 2011 telah terjalin suatu bentuk
untuk Dialog Global, tentang peristiwa-peristiwa “persahabatan”1 antara “rakyat“ dan tentara, ada segu-
“revolusioner” 25 Januari (2011) yang mengakhiri dang perkiraan dan interpretasi mengenai memburuknya
30 tahun kekuasaan Presiden Hosni Mubarak, yang popularitas tentara seiring berjalannya waktu.
menggerakkan suatu proses politik yang mengarah
pada pemilihan presiden Mohammed Morsi dan Coba ingat beberapa gambar ikonik yang secara global
kekuasaan pemerintahan Islam yang singkat (2012- beredar pada tahun 2011, gambar dari para demonstran
2013). Morsi digulingkan pada bulan Juli 2013 dalam yang tidur di bawah tank, atau cercaan dan slogan-slogan
suatu perebutan kekuasaan, dan Jenderal El-Sisi anti-Mubarak yang ditulis pada tank, atau para perempuan
mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 2014 usia lanjut yang mencium tentara di Tahrir setelah Mubarak
dinyatakan sebagai Presiden Mesir. Bagaimana anda dilengserkan. Tapi kita tidak boleh lupa bahwa tank
sekarang menilai enam tahun penuh gejolak sejak tentara kuno yang sama (yang mungkin sama sekali tidak
revolusi 25 Januari, dan khususnya peran militer? praktis untuk melakukan suatu perang dalam kota) telah
mengambil alih dan mengepung gedung televisi di jalan
MA: Terdapat banyak kontroversi mengenai keterlibatan Maspero pada tanggal 28 Januari. Hal ini dapat diartikan
tentara sejak Revolusi tanggal 25 Januari, ketika tank-tank sebagai sebuah aksi cukup simbolis yang mengulang
militer turun ke jalan dan mengelilingi Lapangan Tahrir tindakan Free Officers [gerakan perwira di bawah Naguib
(Tahrir Square) sebelum tergulingnya Mubarak. Mereka se- dan Nasser] dalam mengambil alih stasiun penyiaran dan
harusnya melindungi para pengunjuk rasa terhadap para mengumumkan Kudeta/Revolusi Juli 1952 ketika mereka
preman dari rezim Mubarak. Kemungkinan terbesar, leng- menggulingkan Raja Farouk. Namun, setelah mengambil
sernya Mubarak akan sulit dibayangkan bila pihak angkat- alih SCAF (The Supreme Council of Armed Forces, Dewan
an bersenjata tidak menerima lampu hijau dari Washing- Tertinggi Angkatan Bersenjata), popularitas tentara
ton untuk tetap netral terhadap revolusi. Andaikatapun di terus menurun. Berkembangnya insiden-insiden seperti
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
Tembok Kasr al Aini yang kini telah dibongkar dan telah diganti dengan
sebuah gerbang. Grafiti oleh Alaa Awad.
Foto oleh Mona Abaza, 7 Desember 2012.

serangan terhadap para pengunjuk rasa di Tahrir pada bulan mana, nampak terutama dalam mengubah wajah kota.
Maret 2011, penyiksaan dan tes keperawanan terhadap Dalam memori kolektif, tank tentara terus muncul di jalan-
demonstran perempuan, pembantaian di Maspero bulan jalan di pusat kota, menghilang dan muncul kembali di
Oktober 2011 pembantaian Ultra Ahly di Port Said, dan jalan-jalan di pusat kota dari 2011 sampai 2014. Kami 5
kemudian insiden kekerasan di Jalan Muhammad Mahmud menyaksikan pembangunan dinding beton sebagai zona
pada bulan November dan Desember 2011, kesemuanya pemisah antara demonstran dan pasukan polisi, perusakan
menandakan bahwa tentara telah bergeser menjadi fihak dan pembongkaran dinding-dinding tersebut oleh
kontra revolusi. warga, pemblokiran seluruh area untuk langkah-langkah
keamanan; pengendalian vertikal terhadap kota melalui
Dengan menoleh ke belakang, kita harus mempertanyakan ancaman helikopter yang berputar di atas pada saat-
penafsiran bahwa pada bulan Januari tentara benar-benar saat puncak; banyaknya serangan, pengunduran diri, dan
berada di sisi para demonstran. Intervensi militer mungkin pembunuhan oleh pasukan polisi di jalan-jalan pusat kota
bukan terutama soal mendukung aspirasi kebebasan yang ramai yang berlangsung antara 2011 dan 2013; gas
dan demokrasi, melainkan bahwa adanya Lapangan air mata mematikan yang mengakibatkan banyak kematian
Tahrir membuka peluang emas untuk menyisihkan Hosni dan epilepsi; munculnya pasukan paramiliter yang baru
Mubarak dan calon ahli warisnya Gamal Mubarak beserta yang berbaris di dalam kota. Suatu episode puncak dalam
kelompok kapitalis kroninya (crony capitalists) yang perang perkotaan ini terjadi saat pembantaian Rabe'a al-
cengkeramannya atas perekonomian berbenturan dengan 'Adawiyya terhadap anggota Persaudaraan Muslimin pada
militer yang juga menguasai bagian penting perekonomian. bulan Agustus 2013. Serangan teroris yang semakin berciri
Namun digulingkannya Morsi oleh militer pada tahun 2013 militer oleh kelompok Islam memunculkan suatu serangan
merupakan suatu peristiwa yang berbeda sama sekali, militer yang disajikan sebagai suatu “perang melawan teror,”
sebab El-Sisi sekarang digambarkan sebagai seorang diikuti dengan pembangunan suatu dinding cekung raksasa
pahlawan nasionalis yang melawan jaringan Islam global (meniru Zona Hijau di Baghdad) di sekitar bangunan resmi
yang dipromosikan oleh Persaudaraan Muslimin [Ikhwanul pemerintah dan kedutaan di seluruh kota. Kami memiliki
Muslimin]. begitu banyak visualisasi yang jelas mengenai militerisasi di
kehidupan perkotaan sehari-hari, yang menimbulkan suatu
MB: Kita nanti akan ke membahas kembali ideologi cara hidup baru untuk menghadapi, menghindari, atau
nasionalis dan landasan ekonominya, namun bukan- menolak pengendalian militer.
kah militer juga terobsesi dengan pemulihan keter-
tiban? MB: Dan di balik tumbuhnya militerisasi kehidupan
perkotaan, apa yang terjadi pada kompetisi untuk
MA: Memang, setelah Januari 2011 militer ada di mana- pengendalian ekonomi?
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
Tembok cekung yang baru dibangun, didirikan di seberang gerbang
masuk ke Universitas Amerika di Kairo.
Foto oleh Mona Abaza, 21 September 2015.

MA: Karya yang sangat penting dari Zeinab Abul-Magd2 pada tahun 2014 Kementerian Pertahanan menandata-
mungkin merupakan salah satu studi pertama yang telah ngani suatu perjanjian dengan Emaar, perusahaan besar
menunjuk pada besarnya keterlibatan tentara dalam per- berbasis di UEA, untuk membangun Emaar Square rak-
6
ekonomian saat ini dan mengapa kegiatan mereka dibiar- sasa yang akan mencakup pusat perbelanjaan terbesar di
kan buram. Menurut Abul-Magd, angkatan bersenjata telah kawasan perkotaan Kairo, sebagai pesaing Lapangan Tah-
terlibat secara finansial selama beberapa dekade, dengan rir yang merupakan pasar neo-liberal dengan berorientasi
kontribusi yang diperkirakan sekitar 25% sampai 40% dari ke Dubai.
perekonomian Mesir. Ini termasuk mega proyek, pabrik-pab-
rik besar di industri makanan dan minuman, mengendalikan Suatu ekonomi pasar impian semacam ini dibayangkan di
kafetaria dan pompa bensin. Seperti yang saya katakan, ini bawah suatu kekuasaan otoriter militer di mana tentara me-
menjelaskan mengapa tentara memilih untuk mengusir Mu- ngendalikan pasar lahan yang luas tanpa transparansi terha-
barak dan kelompok kapitalis kroni anaknya karena mereka dap transaksi-transaksinya.5 Tentu saja, ini bukan pertama kali
merupakan suatu elit pesaing. suatu ekonomi pasar dengan impian neo-liberal bergandeng-
an tangan dengan rezim militerisme otoriter.
Tetapi di atas segalanya, berkat suatu undang-undang
yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan lahan MB: Anda telah menguraikan arti bangkitnya
dimanapun untuk tujuan komersial, militer telah mampu kekuasaan Jenderal El-Sisi bagi kaum elit ekonomi.
menguasai real estate dalam jumlah besar. Bukti nyata Apa arti hal tersebut bagi pihak rakyat, khususnya bagi
paling signifikan adalah keterlibatan tentara dalam pro- “jalanan” yang telah menjadi sedemikian terkenal
yek-proyek raksasa di gurun pasir di mana mereka telah dalam Arab Spring dan yang telah sedemikian banyak
mengembangkan usaha patungan dan spekulasi yang se- anda tulis?
cara finansial menguntungkan. Ini menjadi semakin nyata
dengan adanya Laporan Mada Masr yang mengungkap- MA: Setelah kekuasaan singkat dari kaum Islamis di bawah
kan bahwa Badan Pertanahan Angkatan Bersenjata (Ar- Morsi, 2012-2013, bagi banyak orang, pendudukan
med Forces Land Projects Agency) bersama-sama dengan tentara atas jalan-jalan berarti “pemulihan ketertiban,”
Sheikh Zayed dari Abu Dhabi telah mengambil alih 16.000 namun nampaknya juga berarti pengembalian tokoh-
hektar dan pengawasan terhadap pembangunan Ibuko- tokoh politik dan finansial besar dari rezim lama. Setelah
ta Baru (New Capital City) baru-baru ini.3 Setahun sebe- Januari 2011, rakyat di jalanan menyaksikan kekuasaan
lumnya, El-Sisi mengumumkan keterlibatan militer dalam para preman (walaupun mereka para preman rezim
pembangunan perumahan bersama dengan perusahaan lama) bersama-sama dengan peningkatan kejahatan dan
Arabtec dari Uni Emirat Arab, dengan nilai $ 40 miliar.4 Ke- kekerasan. Ribuan pedagang kaki lima menduduki ruang
mudian Cairobserver mengungkapkan kepada kami bahwa yang terbayangkan maupun tidak, menempati keseluruhan
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
jalanan, sudut-sudut di atas dan di bawah jembatan, jalan MA: Memang, ketika Morsi digulingkan oleh tentara pada
dan gang di sepanjang seluruh kota, dan dengan sendirinya tahun 2013, El-Sisi sering dibandingkan dengan Gamal
menghambat lalu lintas – bagi kelas-kelas menengah Abdel Nasser – El-Sisi berusaha keras untuk menekankan
kesemuanya ini melambangkan suatu “ketidakteraturan” retorika nasionalisme, yang bertentangan dengan jaringan
yang mengerikan. Tetapi kenyataan publik mengenai internasional Persaudaraan Muslimin (yang diduga teroris)
pedagang jalanan mengisahkan banyak hal kepada kita yang digambarkan berbahaya. Ketika peresmian pelebaran
mengenai konsekuensi kegagalan kebijakan neo-liberal “Terusan Suez Baru” (New Suez Canal) berlangsung pada
selama bertahun-tahun yang memiskinkan jutaan orang, bulan Agustus 2015, El-Sisi sekali lagi memunculkan
termasuk para lulusan universitas, yang menyisakan kepada pesan nasionalisme dalam simbolisme yang ia terapkan.
mereka berdagang di jalanan sebagai satu-satunya pilihan Armada yang digunakan untuk peresmian tersebut adalah
untuk dapat bertahan hidup. armada milik keluarga kerajaan yang telah digulingkan –
armada yang sama yang pernah mengusung Ratu Eugenie
Restorasi kota oleh El-Sisi ini berlangsung dengan suatu pada peresmian asli Terusan Suez pada tahun 1869.
kampanye besar-besaran untuk “membersihkan” pusat Upacara tersebut dapat ditafsirkan sebagai suatu keinginan
kota, melalui penggusuran paksa pedagang kaki lima yang untuk bergabung dalam kebanggaan nasional pada proyek
merupakan tumpuan sekitar lima juta orang yang bertahan infrastruktur megah dengan jalan merujuk pada budaya
hidup di sektor informal. kolonial/kosmopolitan yang menarik bagi sentimen neo-
liberal. Bahwa di antara para delegasi internasional
MB: Jadi, walaupun militer telah berhasil menegaskan yang hadir pada tahun 2015 tersebut Presiden François
kembali pengendalian atas jalanan, yang merupakan Hollande mendapat perhatian terbesar menandakan
suatu bentuk negatif dari kekuasaan, El-Sisi tetap adanya kesinambungan sejarah dengan Prancis. Menarik
berhasil mengamankan dukungan rakyat untuk peme- pula untuk diperhatikan bahwa nasionalisasi Terusan Suez
rintahan militer? di bawah Nasser pada tahun 1956 hampir tidak disebut-
sebut.
MA: Bertentangan dengan apa yang dipercayai beberapa
pakar dari Barat, El-Sisi mendapatkan popularitas dengan MB: Baik sekali, jadi anda menunjuk ke beberapa
wacana memulihkan “ketertiban” dan stabilitas, bahkan megaproyek yang berusaha menunjukkan sentimen
sebelum ia menjadi presiden. Bagaimana lagi kita bisa nasionalisme; tetapi bagaimana dengan pengaturan
menafsirkan suksesnya rezim penguasa dalam kampanye nasionalis dalam kehidupan sehari-hari? Saya tahu 7
partisipasi warga untuk pembelian saham dan obligasi da-
anda sangat tertarik pada arsitektur kota tersebut;
lam proyek Terusan Suez? Hanya dalam beberapa ming-
apa yang telah berubah di bidang ini?
gu, sekitar $ 8,5 milyar telah berhasil dikumpulkan dari
investor lokal. Kemampuan El-Sisi untuk menyentuh rasa
sentimen nasionalisme terbukti sangat efektif.6 MA: Di sini kita pun bisa melihat perubahan yang
mengingatkan pada nasionalisme masa lalu. Saat kita
David Harvey mengingatkan kita bagaimana restorasi Paris sedang berbicara ini, pusat kota Belle Époque, yang
oleh Louis Napoleon Bonaparte – Napoleon III yang me- dibangun pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
merintah antara 1852-1870 – sangat tergantung pada sedang mengalami perubahan wajah melalui pemutihan
penggalian nilai surplus (surplus value) melalui penguasa- tembok secara besar-besaran, misalnya, dari bangunan
an kapitalis terhadap kota. Transformasi Paris yang terja- di sekitar Talaat Harb Square. Hal ini persis seperti yang
di di bawah Napoleon berjalan bergandengan tangan de- pernah dilakukan di bawah Mubarak.8 Orabi Square yang
ngan mempraktikkan despotisme lanjut dan perampasan besar telah ditransformasi menjadi suatu zona pejalan kaki
hak – suatu analogi yang mencolok dengan rezim El-Sisi. sementara pemerintah terus menutup hampir semua kafe
Kedua rezim keteraturan (order) tersebut terpikat dengan populer di Sherifein Street. Sekali lagi, ini bisa ditafsirkan
proyek-proyek infrastruktur megah. Keduanya melihat Te- sebagai suatu langkah populis, meningkatkan sentimen
rusan Suez sebagai sebuah proyek pembangunan bangsa. keagungan nasionalisme, dan, di atas segalanya,
Napoleon membiayai penggalian Terusan, sementara El- "keteraturan" di jalanan.
-Sisi saat ini bekerja untuk memperbesarnya. Kedua “res-
torasi” sangat mirip: keduanya melihat bahwa perluasan MB: Dan di sinipun, apakah ada kepentingan ekonomi
infrastruktur sangat penting untuk mengambil alih sumber yang bersembunyi di balik gerakan populis tersebut?
daya kapitalis kota. Tentara Mesir, misalnya, saat ini se-
dang sangat sibuk membangun jalan raya dan jembatan MA: Ya, di sini pun ada kepentingan mapan (vested
ke kota-kota provinsi dan di sekitar Kairo. interests) dalam mengubah pusat kota Belle Époque yang
bangunan bersejarahnya telah menarik kaum kapitalis
MB: Perbandingan ini sangat menarik, tetapi jika kita dan pengusaha besar dengan maksud menguasai pusat
mencari kesamaan sejarah secara lebih dekat dengan kota dan nilai surplusnya. Perusahaan Real Estate Al-
keadaan setempat, bagaimanakah perbandingan Ismaelia telah berhasil menguasai sejumlah besar
antara proyek nasionalis El-Sisi dengan proyek bangunan bersejarah di pusat kota Kairo seperti Art
nasionalis Nasser? Deco Gharib Morcos Building (dibangun 1916), Kodak
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
Building (dibangun 1924), Davis Bryan Building, Abdel Seluruh korespondensi ditujukan kepada Mona Abaza <mona.abaza@gmail.com>

Khalek Tharwat Building (dibangun 1920), dan Cinema 1


Lihat Ketchley, N. (2014) “The people and the army are one hand!” Comparative
Radio (dibangun 1930-an).9 Bangunan-bangunan Kodak, Studies in Society and History 56(1): 155-186.

termasuk bagian-bagian yang lebar di sekitar sinagoga 2


Abul-Magd, Z. (2016) “The Army and the Economy in Egypt.” Midan Masr,
Yahudi, telah direnovasi dengan cara yang sangat canggih. Agustus 7, 2016, http://www.midanmasr.com/en/article.aspx?ArticleID=222

3
Sawaf, L. (2016) “The Armed Forces and Egypt’s Land.” Mada Masr, April 26, 2016,
MB: Jadi proyek nasionalis menyembunyikan kepen- http://www.madamasr.com/en/2016/04/26/feature/economy/the-armed-forces-and-
tingan ekonomi; tetapi, adakah kepentingan lain yang -egypts-land/

bermain di balik populisme El-Sisi? 4


Saba, J. (2014) “The military and the state: The role of the armed forces in post-30
June Egypt.” September 27, 2014, http://www.dailynewsegypt.com/2014/09/27/
military-state-role-armed-forces-post-30-june-egypt/
MA: Benar. Wacana kembalinya “ketertiban” dan stabilitas
telah menutupi keprihatinan perihal pelanggaran hak asasi 5
“From Tahrir Square to Emaar Square,” Cairobserver, Februari 23, 2014,
http://cairobserver.com/post/77533681187/from-tahrir-square-to-emaar-square#.
manusia, pemenjaraan dan penghilangan secara massif WHN1ptLhCM8
terhadap para aktivis. Semua ini tampaknya kurang men-
6
Oakford, S. (2014) “Egypt’s Expansion of the Suez Canal Could Ruin the Medi-
dapat perhatian dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. terranean Sea,” Oktober 9, 2014, https://news.vice.com/article/egypts-expansion-
Namun, masalah yang menentukan tetaplah krisis ekono- -of-the-suez-canal-could-ruin-the-mediterranean-sea (diakses Desember 2, 2016).
mi yang belum terselesaikan dan akut, korupsi sistematis 7
Abaza, M. (2014) “Post January Revolution Cairo: Urban Wars and the Reshaping
di lingkaran pejabat dan represi berkelanjutan oleh polisi, of Public Space.” Theory, Culture & Society, September 30, 2014.
seolah-olah tidak pernah terjadi revolusi. Meningkatnya 8
Ibid.
ketidakpuasan di kalangan mereka yang selama ini masih
merupakan mayoritas senyap (silent majority) mengun- 9
http://al-ismaelia.com/buildings/, diakses Desember 2, 2016.

dang prediksi mengenai akan adanya suatu ledakan sosi-


al lain, meskipun biaya kemanusiaan suatu kemungkinan
pemberontakan terhadap tentara pasti sangat tinggi kare-
na pasti akan melibatkan kekerasan lebih lanjut.

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Mempertanyakan
Realitas
Wawancara dengan Luc Boltanski
Luc Boltanski tergolong salah seorang sosiolog masa kini yang paling terkemuka. Pernah menjadi
mitra kerja Pierre Bourdieu, beliau adalah Direktur Penelitian di Ecole des Hautes Etudes en Sciences
Sociales (EHESS) – Sekolah Tinggi Ilmu-ilmu Sosial di Paris. Pada tahun 1990-an, beliau mengkaji
organisasi kapitalisme dan bentuk-bentuk baru dominasinya dalam sebuah buku sangat terkenal
yang ditulis bersama Eve Chiapello, Le nouvel esprit du capitalisme (Semangat Baru Kapitalisme) yang
diterbitkan di dalam Bahasa Prancis pada tahun 1999. Penelitian beliau kemudian bergeser ke arah
kajian terhadap tindakan-tindakan yang kritis dan sosiologi negara. Publikasi De la critique pada tahun
2009 – diluncurkan dalam bahasa Inggris pada tahun 2011 dengan judul De la critique (Mengenai
Kritik) – ditandai suatu titik balik dalam refleksiya mengenai hubungan antara institusi-institusi dan
realitas. Pada tahun 2012, beliau menerbitkan Énigmes et complots (Teka-teki dan Komplotan), sebuah
buku tentang asal-usul dan difusi novel-novel detektif sejak abad ke-19.

Para pewawancara, Laura Chartain dan Marine Jeanne Boisson, adalah kandidat doktor di EHESS
Paris, Prancis. Dengan fokus pada proses yang ditempuh Luc Boltanski dalam bukunya, Énigmes
et complots, mereka mengeksplorasi penggunaan perangkat dan pendekatan sosiolog dalam
mempertanyakan dan mengkritik institusi. Diskusi di bawah ini merupakan ringkasan dari suatu
wawancara lebih panjang yang diterbitkan dalam Global Express. 9

dapat tidur, tetapi pada dasarnya saya ingin memahami


mengapa genre sastra seperti ini yang khususnya tidak
selalu mempesona dan yang menyampaikan suatu gam-
baran yang cukup konservatif mengenai masyarakat me-
miliki daya tarik sejak awal. Memang, novel detektif telah
menjadi sebuah genre kunci karya naratif, dalam bentuk
buku dan kemudian film atau film seri televisi. Itu sungguh
menarik.

Karena memiliki karir yang melibatkan penyelidikan dan,


selain itu, secara biografis, memiliki seorang anak laki-laki
yang menjadi wartawan, saya ingin mempelajari berbagai
jenis penyelidikan. Ketika saya sedang menulis buku ini,
“peristiwa” dan “skandal politik” sedang melanda Prancis
di bawah Presiden Nicolas Sarkozy. Peristiwa dan skandal
politik ini melibatkan penyelidikan dan kontra penyelidikan.
Saya bertanya pada diri sendiri mengapa “penyelidikan”
telah mengambil peran sedemikian penting dalam dunia
Barat abad dua puluh. Pertanyaan ini menuntun saya untuk
menjajaki persamaan dan perbedaan antara berbagai jenis
penyelidikan dan berbagai cara untuk melaksanakannya.

Luc Boltanski. LC & MJB: Apakah anda bermaksud untuk mempelajari


asal-usul novel detektif?
LC & MJB: Pertama-tama, bagaimana anda sampai
pada ide untuk mengkaji novel-novel detektif? LB: Ini merupakan suatu pendekatan lama Durkheim
maupun, dengan cara lain, pendekatan Foucault, yang
LB: saya sama sekali bukan, atau nyaris sama sekali bu- dikenal sebagai “arkeologi.” Kita memahami suatu
kan seorang pembaca novel-novel detektif! Seperti orang fenomena dengan lebih baik ketika kita memegangnya
lain, saya cenderung untuk membacanya ketika saya tidak dari asal-usulnya, maksudnya sebelum sesuatu tersebut
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda melalui Penting untuk memulai dengan suatu postulat mengenai
“effets de champ,” mengikuti garis-garis yang dipopulerkan ketidakpastian yang mengelilingi tindakan. Tetapi, tentu
oleh Pierre Bourdieu. Pertama, sebuah genre baru saja, pengalaman kita juga untuk sebagian berlabuh
diciptakan dan kemudian berbagai produsen berinovasi dalam realitas! Untuk memberikan suatu contoh yang
dan mencoba untuk membedakan diri dari satu sama lain sangat sederhana, ketika anda menunggu bus, anda
dalam bidang ini. Dengan cara itu mereka memodifikasi berharap agar bus datang setiap 15 menit; ini adalah suatu
genre. Dalam jangka waktu lebih dari satu abad, telah ada pengalaman yang berlabuh di format realitas. Ada sebuah
sejumlah besar novel detektif atau mata-mata dengan gaya halte bus, ada perusahaan bus dan kemudian ada kota
yang berbeda-beda. Saya sedang mencoba untuk kembali yang membangun halte bus dan mengatur jadwal. Namun,
ke periode ketika genre ini pada awalnya muncul. Saya bus mungkin tidak datang dengan berbagai alasan tak
ingin menerapkan suatu metode kuasi struktural untuk terduga yang datang dari dunia. Oleh karena itu, sebagian
mengkaji novel detektif dan menginterogasi kekhususan besar pengalaman kita juga berlabuh di dunia dan ditandai
sejarah pada masa genre baru ini muncul. Tetapi saya dengan ketidakpastian. Pengalaman-pengalaman ini jauh
menganggap buku ini sebuah sketsa, atau lebih tepatnya lebih sulit untuk dibuat eksplisit.
suatu gudang masalah, ketimbang seperangkat jawaban!
Bingkai-bingkai dari aksi yang dibentuk oleh institusi-
LC & MJB: Dalam Énigmes et complots, anda me- institusi mudah digambarkan dan dijumlahkan karena
ngembangkan ide bahwa setiap penyelidikan dapat mereka sudah diobyektifkan dalam karya-karya penulisan
dipimpin oleh aktor sosial sendiri ketika mereka me- dan akuntansi yang dicapai untuk sebagian, tetapi bukan
lihat suatu kesenjangan antara “realitas” yang di- hanya, oleh karya negara yang memilih elemen untuk
bentuk oleh institusi-institusi dan “dunia” yang me- diekstraksikan dari dunia. Dunia tidak dapat dijumlahkan
reka alami tiap hari. Kesenjangan ini kemudian dapat karena bersifat tidak pasti, variabel, dan jamak. Kita dengan
memicu ketidaksepakatan, keraguan, dan saling demikian dapat medeskripsikan bagaimana aktor sosial
mempertanyakan di antara para aktor. Dalam buku dihadapkan dengan format realitas yang dibentuk oleh
ini, anda menunjukkan bahwa “teka-teki terdiri atas institusi, bagaimana mereka mengkritiknya, bagaimana
sesuatu yang memanifestasikan dirinya dalam peng- mereka berdebat tentangnya, dan bekerja untuk format
operasian tatanan sosial yang mungkin dapat meng- baru yang rumit. Kritik, untuk sebagian besar, membantu
hancurkan realitas.” untuk menjelaskan genre pengalaman ini.

LB: Memang, enigma (teka-teki) merupakan novel detektif Oleh karena itu, saya ingin mempertimbangkan bagaimana
khas seperti yang diciptakan oleh Edgar Allen Poe. Para konstruksi realitas dikaitkan dengan institusi yang mengatur
psikolog gestalt juga menangani gagasan enigma ini, yang perangkat sosial yang bertujuan untuk mengurangi 10
berasal dari sesuatu yang mengganggu apa yang dianggap ketidakpastian semacam itu. Dalam Énigmes et complots,
stabil dan tampaknya sudah jelas. Dasar konseptual buku saya melihat sebuah proyek khas dari negara-negara Eropa,
bergantung pada suatu perbedaan yang saya kembangkan terutama bentuk-bentuk demokratis mereka di paruh kedua
dalam karya saya sebelumnya, De la critique, antara rea- abad kesembilan belas, sebagai upaya untuk benar-benar
litas dan dunia. Perbedaan ini memainkan suatu bagian menstrukturkan realitas atau membuat tindakan dapat
yang sangat penting dalam karya saya. Singkatnya, reali- diprediksi, dengan merujuk baik pada hukum – maksudnya,
tas mengacu pada suatu tatanan stabil yang dibentuk oleh perangkat penertiban – dan pada ilmu-ilmu sosial dan ilmu
institusi sedangkan dunia merujuk kepada semua yang pengetahuan alam. Ide tersebut untuk sebagian besar
dapat muncul tak terduga dalam pengalaman aktor sosial berasal dari gagasan Foucault mengenai biopolitik.
dan yang dapat mempertanyakan realitas.
Mari saya beri anda suatu contoh lain yang sangat saya
Pembedaan ini bertujuan untuk menjawab beberapa sukai. Ketika kami masih muda di tahun 70-an saya mem-
pertanyaan yang diajukan oleh paradigma konstruksi punyai seorang teman berhaluan kiri dan feminis yang ber-
sosial realitas. Masalah ini dirumuskan di dalam buku komitmen. Dia ikut gerakan ultra-kiri bersama perempuan
yang terkenal oleh Ian Hacking, The Social Construction dan laki-laki lain dari kelompok minoritas. Suatu hari, para
of What? Jika semuanya dikonstruksi, bagaimana, dari gadis saling memandang dan menyadari bahwa mereka,
sudut pandang apa, kita dapat menangkap konstruksi ini? para perempuan, yang mengisi amplop dengan selebaran,
Bukankah dekonstruksi, yang dihasilkan dari penentuan bahwa merekalah yang membuat kopi, dll. Lalu apa yang
bahwa fakta adalah “konstruksi sosial,” selalu memerlukan kemudian mereka lakukan? Mereka mengusir para pemu-
suatu konstruksi baru? Apakah pendekatan ini tidak akan da, mengunci diri mereka di kantor dan berbicara bersa-
menyebabkan suatu relativisme umum yang pada akhirnya ma selama dua puluh empat jam terus-menerus. Dan itu
akan menjadikan karya sosiolog benar-benar sewenang- adalah sebuah peristiwa kunci dalam kelahiran feminisme
wenang juga? Oleh karena itu, saya ingin menganggap di Prancis! Sebelumnya, kebanyakan di antara mereka
ide konstruksi sosial realitas ini benar-benar serius, telah memiliki pengalaman dalam analisis, psikoanalisis,
melacaknya ke cara-cara institusi sosial membentuk sehingga mereka tidak mulai dari nol. Saya pikir gerakan-
realitas. Dengan membedakan dunia dari realitas, kita -gerakan ini berkembang melalui pembelajaran – melalui
dapat menemukan suatu titik acuan yang memungkinkan sosiologi, psikoanalisis, tindakan berorganisasi, dapat je-
kita untuk membedakan konstruksi realitas dengan nis pembelajaran apa saja – untuk menangkap pengalam-
pengalaman yang berlabuh di dunia. Oleh karena itu, kita an dan mencoba untuk berbaginya.
harus menyisihkan teori-teori “akal sehat” – yang diwarisi
dari pencerahan Skotlandia, dari Moore, dan dengan cara LC & MJB: Bagaimana para sosiolog menjelaskan
tertentu dari Schütz. pengalaman para aktor?
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
LB: Untuk mengejar objektivitas, para sosiolog perlu terdiri atas menghubungkan deskripsi jenis pekerjaan
menghubungkan instrumen deskripsi dengan titik-titik ini dengan suatu penilaian normatif. Dalam buku saya
acuan yang memungkinkan kita untuk mengambil suatu De la critique, saya menjelaskan bagaimana operasi-
pandangan kritis mengenai realitas ini. Ini tidak dapat operasi semacam ini telah dilaksanakan dengan berbagai
dikaitkan dengan moral tertentu, karena titik-titik referensi cara sepanjang sejarah sosiologi. Tesis saya ini masih
kritis ini malah harus mengklaim universalitas tertentu, belum merupakan sebuah “hipotesis” mengingat sangat
seperti yang telah saya jelaskan dalam De la critique. sulit untuk memperagakannya secara empiris. Saya
Salah satu cara untuk melangkah ialah dengan mengikuti menganggap bahwa proyek stabilisasi realitas kurang
para aktor di kala mereka mengkritik. Para aktor ini realis. berpeluang untuk dapat berhasil dalam kerangka negara-
Mereka mempertimbangkan situasi di mana mereka bangsa karena proyek tersebut terus-menerus terganggu
bertindak sehingga mereka dapat memanfaatkan berbagai oleh arus yang terkait dengan perkembangan kapitalisme.
konteks untuk keuntungan mereka, mengatakan hal Aliran ini mengancam upaya-upaya yang bertujuan
yang berbeda di tiap situasi, misalnya. Sehingga seorang untuk menyeragamkan realitas dalam suatu wilayah dan
pekerja dapat sangat sopan kepada atasannya namun populasi. Banyak penelitian, khususnya oleh Gérard Noiriel
sangat kritis di rumah. – yang mengerjakan isu tentang penguatan perbatasan,
dokumen-dokumen identitas, dan penyatuan linguistik
Saya pikir kita harus mengikuti proses konstruksi sosial, – menganalisis upaya negara untuk menyeragamkan
bagaimana cara orang-orang sendiri mengkonstruksikan wilayah dan populasi. Di Prancis, sebuah studi yang luar
dunia. Pada awalnya, setiap pengalaman bersifat khusus, biasa oleh Jacques Revel, Dominique Julia dan Michel de
di dunia hanya ada pengalaman tunggal. Orang kemudian Certeau berfokus pada topik ini 30 tahun yang lalu. Studi
akan berbagi pengalaman tersebut, menjadikannya seta- ini mengacu sebagian apa yang disebut Deleuze sebagai
ra, memberikan bahasa kepadanya, mengubahnya menja- pertentangan antara teritori dan arus, semenjak proyek
di tuntutan, dan berupaya untuk mengkonstruksikan usul- negara-bangsa terus-menerus mengalami destabilisasi
an dan klaim, serta modifikasi realitas dan format yang oleh arus yang digunakan demi berfungsinya kapitalisme.
menjadi landasan realitas. Sangat menarik untuk meng- Dalam konteks sosial di mana novel-novel detektif atau
ikuti sedekat mungkin operasi kualifikasi dan kritik ma- mata-mata lahir, yang paling utama negara-bangsalah
upun cara berbagai elemen realitas dikonstruksikan dan yang mampu, dan bertujuan mengkonstruksi realitas.
didekonstruksikan. Anda mengikutinya dengan membaca
novel, anda mengikutinya dengan melakukan wawancara, LC & MJB: Apakah ini mengharuskan para sosiolog
dan anda mengikutinya dengan mengamati perbedaan untuk melampaui konteks negara-bangsa untuk
pendapat. Pekerjaan sosiologi harus mengikuti konstruk- menciptakan modalitas baru dari penjumlahan, yang
si dan dekonstruksi, dan upaya untuk mendirikan format mampu menangkap penciptaan dan destabilisasi 11
realitas baru. kerangka ini?

LC & MJB: Apakah menurut anda sosiolog harus LB: Ya, memang. Mengapa saya tertarik pada sejarah no-
melangkah lebih jauh dan berangkat dari rencana vel-novel detektif dalam kaitannya dengan pembentukan
aksi para aktor dan institusi-institusi untuk mencoba negara-bangsa? Mengapa saya dapat melaksanakan hal
menganalisis kerangka yang menjadi sandaran me- ini? Saya pikir saya dapat melaksanakan hal ini karena
reka? kerangka ini saat ini berada dalam krisis berat. Pada saat
yang sama, kita dapat mengamati kerangka ini dari luar,
LB: Saya sekarang berpikir tidak mungkin untuk sekalipun sulit untuk menggambarkan sisi luarnya. Dengan
melaksanakan sosiologi yang sepenuhnya pragmatis, satu eksperimen pikiran, setidaknya kita dapat melampaui
seluruhnya didasarkan pada analisis situasi. Kebetulan, kerangka nasional dan negara. Saya pikir masalah utama
para aktor sendiri tidak melakukannya! Mereka tahu untuk para sosiolog masa kini adalah bahwa arsitektur sosi-
lingkungan hidup mereka tergantung pada keputusan ologi, khususnya di Prancis, walaupun bukan hanya di Pran-
terhadap mana kontrol mereka sangat terbatas, cis, tergantung pada negara-bangsa yang didirikan pada
sebagai individu, dan terutama, terhadap institusi yang akhir abad kesembilan belas. Itulah sebabnya mengapa kita
mengatakan apa adalah apa, membentuk situasi yang memiliki sosiologi Inggris, sosiologi Jerman, sosiologi Pran-
ada. Tetapi mereka dapat memanfaatkan kontradiksi cis... Mengingat bahwa kita saat ini mengalami penurunan
yang selalu mengancam cara institusi mengkonstruksikan yang signifikan dan transformasi pada kerangka berpikir ini,
realitas demi keuntungan mereka sendiri. Kembali ke banyak alat-alat analisis sosiologi tidak lagi bekerja dan ha-
contoh awal saya mengenai bus, mereka dapat, misalnya, rus dikonstruksikan kembali untuk memahami cara-cara di
menunjukkan bahwa, meskipun bus seharusnya tepat mana kerangka berpikir baru tentang stabilisasi realitas dan
waktu, dalam praktek hal ini hampir tidak pernah terjadi. kritik muncul terlepas dari batas-batas nasional. Bagi anda
yang memasuki bidang keahlian sosiologis ini, itulah yang
Untuk mengkritik penciptaan format realitas, sosiolog tidak anda harus laksanakan!
mengandalkan pada klaim moral tertentu tetapi pada
Seluruh korespondensi ditujukan kepada Luc Boltanski <boltansk@ehess.fr>,
pekerjaan aktor sosial yang mempertanyakannya dan Laura Chartain <laurachartain@gmail.com> dan Marine Jeanne Boisson
yang mencoba untuk menetapkan format yang lebih adil. <boisson.marine@hotmail.fr>
Tetapi sosiolog mungkin mencoba untuk melangkah lebih
jauh ketimbang mengikuti para aktor dalam upaya mereka
untuk menetapkan format realitas yang baru. Mereka harus
menggunakan alat-alat penjumlahan yang mengobyektifkan
apa yang mendasari stabilisasi pengalaman aktor. Mereka
harus melaksanakan suatu operasi yang hampir mustahil,

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Lembaga Luar Biasa
di Afrika Selatan
Wawancara dengan Sarah Mosoetsa

Universitas-universitas Afrika Selatan telah


mengalami tantangan berat dalam mengatasi
warisan apartheid. Kami menyaksikan betapa
mendalam dan kompleksnya warisan tersebut
dalam gerakan mahasiswa belakangan ini –
#RhodesMustFall dan #FeesMustFall – tetapi
hal-hal tersebut seharusnya tidak mengalihkan
perhatian dari berbagai eksperimen baru
yang terjadi pada pendidikan tinggi Afrika
Selatan. Di antaranya, Lembaga Nasional Ilmu-
ilmu Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial (National
Institute of the Humanities and Social Sciences,
NIHSS) yang secara khusus dikenal karena
keberhasilannya. Dalam jangkauan dan
ambisinya, NIHSS tergolong unik di seluruh
Afrika. Dengan dibiayai oleh Departemen
Pelatihan dan Pendidikan Tinggi (Department
of Higher Education and Training), Lembaga 12
ini telah sibuk membina generasi penerus
dosen universitas dengan mensponsori
ratusan mahasiswa program doktor (PhD),
menyebarluaskan beasiswa penting kepada
masyarakat lebih luas, dan mempromosikan
dialog mengenai masa lalu dan masa depan
Afrika Selatan. Lembaga ini dipimpin dan
terinspirasi Sarah Mosoetsa, seorang Profesor
Sosiologi di Universitas Witwatersrand. Beliau
adalah penulis Eating from One Pot (2012) yang
dipuji secara luas – suatu uraian mengenai
strategi kelangsungan hidup keluarga dalam
menghadapi penutupan pabrik. Di sini, beliau
diwawancarai Michelle Williams, rekannya di
Universitas Witwatersrand, mengenai tantangan
dan pencapaian NIHSS.

MW: Ceritakan kepada kami mengenai asal-usul NIH-


SS.

Sarah Mosoetsa. SM: Izinkan saya memulai dengan konteks sejarahnya.


Pada tahun 2010 saya diajak oleh Profesor Ari Sitas dan
Dr. Bonginkosi Nzimande, Menteri Departmen Pendidikan
Tinggi dan Pelatihan (DHET), untuk menjadi bagian dari su-
atu tim kerja beranggota dua orang untuk meneliti keadaan
ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu sosial (HSS) dalam sistem
pendidikan tinggi kita. Menteri prihatin akan ilmu-ilmu bu-
daya dan ilmu-ilmu Sosial yang dikesampingkan dengan
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
mengutamakan disiplin-disiplin ilmu STEM [sains, tekno- MW: Itu menarik. Jadi anda juga membiayai mahasis-
logi, teknik, dan matematika]. Ada kesan bahwa ilmu-ilmu wa dari bagian lain dari Afrika?
budaya dan ilmu-ilmu sosial tidak berada di depan dalam
tranformasi nasional. Mandat tim kerja luas dan mencakup SM: Ya, kami memiliki suatu program khusus African
misi mencari-fakta berdasarkan pembahasan dengan aka- Pathways Programme (APP), berdasarkan pengakuan
demisi di seluruh negara. Profesor Sitas merupakan Direk- bahwa Afrika Selatan menerima banyak mahasiswa pro-
tur, dan saya menjabat sebagai wakilnya. gram doktor lintas benua ini. Melalui APP kami tiap tahun
menawarkan 37 beasiswa tiga tahun. Idenya adalah me-
Sebagai satuan tugas Menteri, kami mengunjungi seluruh nengok ke sisi lain dari benua kita untuk mendapatkan
universitas dan terlibat dengan para akademisi, dekan, inspirasi, sambil bekerjasama untuk menumbuhkan dan
kepala sekolah dan departemen bidang ilmu-ilmu budaya memberikan energi kepada NIHSS. Kami secara spesifik
dan ilmu-ilmu sosial. Apa yang kami peroleh mengung- ingin bergerak melampaui warisan-warisan sejarah dan
kapkan berbagai hal. Walaupun ilmu-ilmu alam penting, mempromosikan lebih banyak kolaborasi dengan para
pertumbuhannya terjadi dengan mengorbankan ilmu-ilmu mitra sebenua.
budaya dan ilmu-ilmu sosial. Menjadi jelaslah bahwa pen-
didikan tinggi terbelah dua. Tetapi kami juga memperoleh MW: Dapatkah anda ceriterakan lebih banyak menge-
kisah-kisah menakjubkan mengenai keberhasilan dalam nai kolaborasi ini?
bidang ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu sosial.
SM: Sebagai suatu Lembaga yang muda, kami perlu be-
MW: Jadi ini merupakan asal-usul Lembaga? kerja dengan entitas lain di benua ini, di mana sebagian
besar belum pernah bereksperimen dengan suatu lem-
SM: Ya. Satuan tugas menghasilkan suatu laporan, “Pia- baga seperti NIHSS. Jadi kami mengidentifikasi Council
gam untuk Ilmu-ilmu Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial” (Char- for the Development of Social Science Research in Africa
ter for Humanities and Social Sciences), yang menjabar- (CODESRIA) sebagai mitra untuk membantu memilih ma-
kan tantangan, dan yang terpenting bagaimana ilmu-ilmu hasiswa dan untuk mengembangkan kerja kolaboratif di
budaya dan ilmu-ilmu sosial dapat dipacu kembali dan di- benua ini. Kemitraan ini berjalan dengan baik.
beri semangat baru. Piagam merekomendasikan pendirian
Lembaga Nasional Ilmu-ilmu Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial NIHSS juga memprakarsai African Pathways Mobility. Ini
(Institute of the Humanities and Social Sciences, NIHSS). terinspirasi oleh model European Erasmus Mundus, tetapi
Menteri mengadopsi Piagam, dan kami segera bekerja un- dengan gaya Afrika Selatan. Inisiatif ini mendorong dosen
tuk pembentukannya, yang secara formal ditetapkan pada dan mahasiswa untuk menjelajah benua dalam rangka 13
bulan Desember 2013. Setelah diangkatnya Dewan saya menemukan ide dan wilayah penelitian baru di benua
diminta menjabat sebagai Wakil Kepala Eksekutif (CEO) tersebut. Kami membiayai perjalanan penelitiannya untuk
pada bulan Mei 2014. Dengan demikian, bersama Dewan membantu menjalin kontak baru, membentuk jaringan
saya mulai merencanakan Lembaga ini, menentukan pro- penelitian, maupun untuk mengejar kerjasama pendidikan
gram intinya dan selanjutnya. dan penelitian.

MW: Setahu saya NIHSS memiliki berbagai program. MW: Kembali ke Afrika Selatan: apakah ada masalah
Dapatkah anda menceriterakannya? dalam memperoleh sedemikian banyak mahasiswa
program doktor?
SM: Sebenarnya terdapat tujuh program utama. Saya
mulai penjelasan saya dengan Beasiswa Program Doktor SM: Itu pertanyaan yang bagus. Memang, untuk dua
(Doctoral Scholarship Program), yang merupakan inti dari tahun pertama kami (2013-5), kami harus menunjukkan
Lembaga. Tiap tahun kami memberikan 150 beasiswa bahwa ada mahasiswa yang akan dibiayai dan kami
tiga-tahun untuk mahasiswa warga negara Afrika Selatan dapat benar-benar memasukkan mereka ke dalam sistem
yang terdaftar untuk program doktor. Dalam memberikan pembiayaan. Sekarang fokus kami adalah bagaimana
beasiswa, kami bekerjasama erat dengan para dekan untuk menjamin kualitas para mahasiswa yang kami
ilmu-ilmu budaya di seluruh universitas publik Afrika sponsori dan mereka benar-benar meraih gelarnya. Di
Selatan. Para dekan membuat rekomendasi beasiswa Afrika Selatan kami memiliki tingkat gagal kuliah yang
dengan menyediakan kepada kami daftar mahasiswa mirip dengan program mahasiswa internasional, di mana
yang mereka inginkan untuk dibiayai (berdasarkan hanya sekitar 50% memperoleh gelar doktor. Oleh sebab
proses hukum internalnya masing-masing), dan, dengan itu kami mengembangkan Mentorship Program untuk
menggunakan kriterianya sendiri, NIHSS membiayai mencoba memastikan tingkat kelulusan yang lebih baik.
mahasiswa dari daftar para dekan. Prosesnya transparan,
dimulai dengan suatu pengumuman tiap tahun kepada MW: Kedengarannnya sangat penting; apakah anda
mahasiswa semua universitas untuk mengajukan usulan. dapat menceriterakan lebih banyak mengenai pro-
Penerimanya orang Afrika Selatan Kulit Hitam 80% dan gram mentorship ini?
perempuan 60%. Pada akhir tahun 2016 telah diberikan
451 beasiswa program doktor. Sebagai tambahan, SM: Duapuluh satu orang profesor aktif dan pensiun telah
terdapat 111 beasiswa untuk mahasiswa warga negara ditunjuk untuk bekerja dengan mahasiswa di berbagai
non-Afrika Selatan dari benua Afrika. provinsi. Sebagai contoh, di Cape Barat kami telah
membentuk suatu sekolah doktor regional dengan dua
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
orang mentor. Para mentor ini berhubungan secara rutin telah memberikan enam penghargaan untuk berbagai jenis
dengan mahasiswa, menyediakan bimbingan dan suasana karya: buku non-fiksi dan fiksi, antologi (edited volumes),
komunitas. Mereka menawarkan lokakarya yang luas dan media digital maupun seni yang terbaik. Penghargaan hanya
menyeluruh dan mencakup tema metodologi, teori, dan terbuka untuk ilmuwan yang berbasis universitas-universitas
penulisan. Mentor merupakan jangkar dan mereka berbagi Afrika Selatan. Penghargaan pertama adalah untuk buku-
pengalaman yang luas, tetapi mahasiswa juga saling buku yang diterbitkan pada tahun 2013 dan 2014 dan
belajar. Kami pandang belajar dari rekan sebagai hal yang kami kewalahan dengan banyaknya naskah yang diajukan,
vital. Menjalani program doktor merupakan suatu proses memperlihatkan bahwa ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu
penuh kesendirian, sehingga program ini membantu sosial kami benar-benar berkembang dengan baik. Kami
menciptakan kelompok dan perasaan solidaritas di akan adakan rangkaian ajang penghargaan lagi pada bulan
antara para mahasiswa. Para mentor sangat bermurah Maret 2017.
hati dan telah berbuat banyak untuk membantu proses
transformasi di universitas kami. Kami telah berhasil MW: Afrika Selatan memiliki sejarah panjang
memperoleh keterampilan dan pengalaman dari para keterlibatan akademisi dalam kegiatan publik.
Profesor Emeritus, sehingga dengan jalan itu kami juga Apakah anda memiliki rencana untuk mendorong
memberikan mereka kesempatan untuk menjadi bagian para ilmuwan untuk membawa ide dan penelitian
dari proses transformasi ini. mereka ke ruang publik?

MW: Apakah NIHSS mendorong penelitian-penelitian SM: Sebenarnya, kami memiliki Humanities Hub
di samping memberi dukungan kepada mahasiswa Program, yang mensponsori penelitian di luar lingkup
program doktor? akademik normal dan menumbuhkan beberapa tempat
yang tidak konvensional untuk menghasilkan ilmu. Kami
SM: Ya, benar, kami memiliki apa yang kami namakan sedang mengarahkannya di Liliesleaf Farm, yang kaya
Catalytic Research Program yang membiayai penelitian akan sejarah, karena pernah menjadi tempat gerakan
inovatif dan mutakhir, mendorong para ilmuwan untuk kemerdekaan di bawah tanah pada tahun 1960-an
bergerak melampaui permasalahan-permasalahan/proyek- dan di mana para Rivonia Trialists [Nelson Mandela
proyek penelitian lama yang sama dan menjajaki cara dan perjuang kemerdekaan lain] ditangkap. Merupakan
berpikir yang baru, metodologi baru dan jaringan baru. suatu realita menyedihkan bahwa banyak akademisi
Proyek-proyek sejenis itu mungkin tidak biasa menerima dan mahasiswa tidak tahu mengenai tempat ini. Proyek
pembiayaan dari penyandang dana tradisional, sedangkan ini mengubah situs warisan seperti ini menjadi gudang
NIHSS mendukung penelitian dengan perspektif baru ilmu dan cara berpikir yang berbeda mengenai peristiwa- 14
(outside the box). Kami juga mengetahui bahwa ilmuwan peristiwa sejarah. Sebagai bagian dari hal ini, Liliesleaf
di bidang ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu Sosial menulis Farm menyelenggarakan suatu kolokium yang dipusatkan
buku, tetapi penyandang dana arus utama lebih memilih di Piagam Kemerdekaan (Freedom Charter), dengan
proyek jurnal. Melalui program- program katalis kami ini, menawarkan suatu platform untuk sudut pandang berbeda
kami juga mendukung penelitian oleh mahasiswa program mengenai sejarah dan mempromosikan percakapan di
Honors [setara sarjana] dan Master. antara akademisi, praktisi, dan lain-lain. Seperti yang
dikatakan orang, kita tahu dari gerakan kemerdekaan
MW: Penelitian yang dilaksanakan “outside the box” bahwa ide hebat dapat datang dari keterlibatan akademisi
mungkin dapat mengalami kesulitan dalam mencari dengan kaum intelektual awam.
penerbit. Apakah anda mampu mengatasi hal ini
juga? MW: Dapatkah anda memberikan kami beberapa
contoh mengenai penjelajahan ke ranah publik ini?
SM: Seperti yang sudah saya katakan, kami membiayai,
memprakarsai dan bekerjasama dalam proyek yang tidak SM: “Pusat kegiatan ilmu-ilmu budaya” kami bertujuan
hanya mengenai penelitian dan beasiswa doktor. Kami sadar membuat anak sekolah tertarik pada ilmu-ilmu budaya
bahwa beberapa hasil karya yang baik tidak diterbitkan ka- dan ilmu-ilmu sosial . Sebagai contoh, anak sekolah me-
rena penerbit menganggap hasil karya tersebut sangat baik, nengah atas diantar dengan bis ke Liliesleaf Farm untuk
namun “tidak layak secara finansial.” Lembaga tidak mem- memperlihatkan kepada mereka sejarah yang diperagakan
beritahu penerbit tentang apa yang harus diterbitkan, tetapi di sana. Ini merupakan suatu cara baru untuk mengajar-
kami mendukung penerbitan naskah yang sehaluan dengan kan dan menujukkan sejarah kami kepada mahasiswa.
mandat kami. Ini masih harus melewati berbagai proses te- Tetapi tidak semua orang dapat datang ke Liliesleaf Farm,
laah mitra bestari penerbit yang ketat, tetapi kami mensub- sehingga kami membentuk suatu pameran bergerak yang
sidi biaya penerbitan baik dengan jaminan untuk membeli membawa “mini Liliesleaf” ke tempat lain seperti Unver-
sejumlah bukunya ataupun menyumbang secara langsung sitas Afrika Selatan, Universitas Venda, dan Universitas
dengan membiayai proses produksi. Kami juga membiayai Limpopo.
publikasi yang berasal dari konferensi.
Ini merupakan cara baru dalam menceritakan ilmu-ilmu
Salah satu inisiatif kami yang paling saya banggakan adalah budaya dan ilmu-ilmu sosial kepada kami sendiri maupun
penghargaan buku dan kreatifitas nasional untuk ilmu-ilmu kepada seluruh dunia. Cara ini memungkinkan berbagai
budaya dan ilmu-ilmu Sosial, yang menyelenggarakan ajang dialog berbeda seputar sejarah, tentang kami sendiri, dan
penghargaan pertamanya pada bulan Maret 2016. Kami tentang Piagam Kemerdekaan. Kami mengembangkan
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
suatu tabel Piagam Kemerdekaan dengan sebuah kotak Menteri Pendidikan Tinggi kekuasaan atas ilmu-ilmu
saran. Kepada khalayak kami menanyakan dua hal: i) Se- budaya dan ilmu-ilmu sosial. Seluruh kekhawatiran
andainya anda menulis ulang Piagam Kemerdekaan, apa ini diakui dan ditindaklanjuti, dan banyak di antara
yang akan anda cakup? Dan ii) Ayat mana dalam Piagam mereka yang pada awalnya mengkritik kami kini menjadi
Kemerdekaan yang anda paling sukai? Orang telah me- pendukung terbesar kami. NIHSS merupakan suatu badan
nulis banyak hal yang menakjubkan. Dan banyak isu yang hukum yang bertanggung jawab pada suatu dewan yang
akan muncul, seperti isu seputar pengangguran, kemis- mandiri. Kami telah menyampaikan dengan sangat jelas
kinan, dan seterusnya. Liliesleaf merupakan suatu proyek bahwa Lembaga tidak akan bersaing dengan badan-badan
perintis dan kami berencana untuk menyelenggarakan yang ada, namun lebih memilih untuk melengkapi hasil
“Pusat kegiatan ilmu-ilmu budaya” serupa di tempat-tem- kerja mereka.
pat lain.
Beberapa di antara tantangan sehari-hari terkait dengan
MW: Apakah Lembaga anda memiliki program inter- berfungsinya program kami semata-mata. Kami masih
nasional? menyusun sistem internal. Sebagai contoh, kami
bereksperimen dengan suatu aplikasi baru untuk program
SM: Melalui jaringan Selatan-Selatan kami, kami telah bimbingan (mentorship) untuk memfasilitasi komunikasi di
memprakarsai dan sedang membiayai suatu program pe- antara pembimbing (mentor) dan mahasiswa. Kami telah
nelitian India-Afrika Selatan dengan bermitra dengan Indi- belajar banyak sebagai suatu organisasi yang muda. Saya
an Council for Social Sciences Research (ICSSR). Kami se- pikir diperlukan tiga hingga lima tahun untuk benar-benar
dang menjajaki kemitraan penelitian serupa dengan Brasil menata dan memantapkan sistem-sistem. Kami senang
dan negara-negara lain. dengan apa yang telah kami capai.

Kami juga mengkoordinasikan wadah pemikir (think tank) MW: Apa masa depan NIHSS?
Afrika Selatan untuk BRICS – asosiasi lima perekonomi-
an berkembang utama: Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan SM: Saya kira menakjubkan bahwa dalam jangka waktu
Afrika Selatan. Terdapat beberapa divisi berbeda – bisnis, yang sedemikian singkat kami telah berhasil menjadikan
akademis, masyarakat sipil – dan kami mengatur divisi NIHSS sesuatu yang nyata. Menteri telah memegang
akademis, yang mencakup mengoordinasi forum akade- peranan penting dalam hal ini, tetapi ia bukan satu-
mis dengan lima negara, diikuti BRICS Council and Sum- satunya. Dukungan Menteri memungkinkan Lembaga
mit tiap tahun. Tahun ini forum akademis diselenggarakan untuk berkembang. Ia benar-benar membaca dokumen-
di Tiongkok dan pada tahun 2018 Afrika Selatan akan dokumen kami, mengikutsertakan kami, menantang, dan 15
menjadi tuan rumah. Inisiatif ini berfokus pada pekerjaan mendukung kami. Ini merupakan anugerah besar bagi
kebijakan dan menasehati pemerintah. Tema utama untuk NIHSS. Beberapa bertanya-tanya apa yang akan terjadi
forum akademis beragam (contohnya jaminan sosial, ke- jika Menteri tersebut tidak ada lagi. Di mana-mana politik
sehatan, pendidikan, energi) dan ditentukan oleh negara adalah cair dan ini memprihatinkan, tetapi kami sedang
penyelenggara. Forum-forum menginformasikan ke BRICS bekerja keras untuk mandiri dan membuktikan nilai kami
summit dan menyediakan saran kebijakan kepada para yang berkesinambungan dengan jalan bekerja secara
kepala negara dari kelima negara tersebut. Kami melihat sangat baik. Kami telah mengamankan pembiayaan
ini sebagai suatu area penting yang menciptakan tatap sepanjang 2019/20. Kini kami berharap dapat meluluskan
muka dekat antara akademisi dan pembuatan kebijakan. minimal 300 mahasiswa doktor, menyelenggarakan
minimal empat ajang penghargaan, dan secara finansial
MW: Saya anggap hal yang menakjubkan bahwa anda mendukung publikasi dari minimal 40 buku. Jika kesemua
telah mencapai begitu banyak dalam waktu yang se- ini tercapai, maka kami telah menyelesaikan tugas kami.
singkat ini. Apa yang telah menjadi tantangan terbe- Dalam kurun waktu sedemikian singkat kami akan berbuat
sar anda? lebih banyak daripada badan lain manapun.

SM: Saya pikir kami telah berjalan jauh. Lembaga ini baru Saya merasa senang, berendah hati, dan bersemangat
berusia tiga tahun dan telah mencapai banyak sekali. mengingat bagaimana ilmu-ilmu budaya dan ilmu-ilmu
Seluruh Lembaga ini dibiayai penuh oleh Departmen sosial di Afrika Selatan telah merangkul Lembaga kami.
Pendidikan dan Pelatihan (DHET). Namun bekerja Saya mendapatan kejutan yang menyenangkan dengan
dalam suatu departemen pemerintahan merupakan adanya tanggapan para akademisi terhadap banyaknya
suatu tantangan sangat besar. Sepanjang perjalanan permintaan untuk menelaah usulan, berperan sebagai juri,
ini kami mengandalkan para pemain kunci dalam DHET menjadi pembimbing untuk mahasiswa doktor, dan sete-
yang menggerakan segala sesuatunya melalui birokrasi. rusnya. Belum ada seorangpun yang pernah mengecewa-
Tanpa dukungan mereka kami tidak akan dapat meraih kan kami. Komunitas akademis memandang kami sebagai
apapun. Hal tersebut juga merupakan suatu proses suatu aset utama.
yang sangat kolektif, dengan bekerja secara erat dengan
Dewan NIHSS. Seluruh korespondensi ditujukan kepada Sarah Mosoetsa <mosoetsa@nihss.ac.za>
dan Michelle Williams <Michelle.Williams@wits.ac.za>

Awalnya kami menghadapi perlawanan dari beberapa


akademisi dan universitas, yang takut bahwa kami akan
menggantikan badan-badan yang sudah ada, mengalihkan
dana dari universitas, dan itu akan memberikan kepada

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Representasi Perempuan
Amerika-Afrika
Wawancara dengan Patricia Hill Collins

Patricia Hill Collins adalah seorang Profesor


Guru Besar Terkemuka (Distinguished Professor)
Sosiologi di Universitas Maryland dan mantan
Presiden Asosiasi Sosiologi Amerika. Sebagai
seorang ahli teori terkemuka di Amerika Serikat,
beliau terkenal karena mengembangkan ide-
ide yang terkait dengan “penindasan berlapis”
(multiple oppressions), “interseksionalitas”
(intersectionality), dan “orang luar di dalam”
(outsider within), untuk kali pertama dalam
buku klasiknya Black Feminist Thought (1990)
dan kemudian dalam Fighting Words (1998) dan
Black Sexual Politics (2006). Berikut kami sajikan
inti sari dari wawancara yang lebih panjang yang
dilakukan oleh Labinot Kunushevci, mahasiswa
program MA di Universitas Prishtina, Kosovo.

16

Patricia Hill Collins.

LK: Dari perspektif anda, apa metodologi teoritis perempuan Kulit Hitam merupakan pintu masuk bagi
dan empiris yang paling tepat untuk penelitian studi pertanyaan-pertanyaan yang lebih besar dari kekuasaan
kesenjangan sosial? dan pengetahuan, tapi pengalaman perempuan Amerika-
Afrika ini bukan titik akhir.
PHC: Bagi saya, saya mulai dengan studi mengenai
“wacana dominan”, dan wacana dominan tersebut di Barat Dalam pendekatan saya perempuan Amerika-Afrika
terdiri dari konstelasi proyek-proyek pengetahuan yang menghadapi serangkaian masalah sosial yang dibangun di
bersama-sama membentuk perangkat ide dan praktek interseksi beberapa sistem kekuasaan. Ambil kekerasan,
yang hegemonik. Wacana dominan ini menetapkan misalnya. Kekerasan dalam rumah tangga berbasis gender
persyaratan perdebatan - apa yang dianggap pertanyaan terhadap perempuan Kulit Hitam yang dilakukan oleh pacar-
penting, apa yang dianggap sebagai bukti, serta apa pacar mereka, suami, dan ayah terjadi dalam konteks
yang dapat diabaikan sebagai hal sekunder. Di Amerika kekerasan ras oleh negara terhadap orang-orang Kulit
Serikat, wacana dominan dibentuk oleh interseksi dari Hitam yang merupakan bagian dari warisan perbudakan dan
ras, kelas, gender, seksualitas, dan bangsa sebagai sistem diskriminasi ras. Kedua bentuk dari kekerasan menemukan
kekuasaan. Dalam pekerjaan saya, saya telah meneliti maknanya satu sama lain - mereka saling berhubungan.
bagaimana rasisme, seksisme, eksploitasi kelas, dan Pekerjaan saya mengenai feminisme Kulit Hitam meneliti
heteroseksisme beroperasi untuk membentuk pengalaman bagaimana intelektual dan aktivis perempuan Kulit Hitam
hidup dari kelompok sosial yang berbeda. Pengalaman seperti Angela Davis, Juni Jordan, dan Kimberlé Crenshaw,
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
telah secara konsisten menunjukkan bahwa masalah- berbagai kombinasi ras, identitas gender, etnis, kelas dan
masalah sosial yang dihadapi oleh perempuan Kulit Hitam status kewarganegaraan. Perempuan heteroseksual kulit
tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan hanya melihat putih kelas menengah yang memegang kewarganegaraan
satu sistem penindasan saja. Dengan menggunakan AS diangkat sebagai tipe ideal bagi perempuan dari kelom-
kekhasan pengalaman perempuan Amerika-Afrika, pok lain. Ini adalah suatu ideal, suatu representasi, suatu
intelektual feminis Kulit Hitam mengemukakan pertanyaan konstruksi sosial, bukan kategori orang yang sebenarnya.
mengenai simultanitas penindasan, yang pada gilirannya Secara tradisional, ideal feminin ini disajikan dalam citra
membuka area yang kuat bagi pengetahuan dan politik mengenai ibu yang tinggal di rumah, tetapi baru-baru ini
yang kita kenal sekarang sebagai interseksionalitas citra tersebut telah diperbarui dengan menyertakan pe-
(intersectionality). rempuan pekerja yang mempunyai kekuasaan besar da-
lam pekerjaannya. Dalam suatu masyarakat multikultural,
Kombinasi sistem kekuasaan yang membentuk wacana jika kelompok perempuan lain semakin mendekati ideal
dominan suatu masyarakat tertentu mungkin berbeda- tersebut, semakin baik penilaian terhadap mereka.
-beda. Sebagai contoh, sistem kekuasaan yang berkelin-
dan yang saya amati di AS - ras, kelas, gender, seksualitas, Dalam Black Feminist Thought, saya mengkaji bagaimana
dan kewarganegaraan - mencerminkan sejarah khusus perempuan Amerika-Afrika menghadapi empat stereotipe
dari AS. Saya rasa suatu bangsa yang masih sangat baru utama: (1) keledai (the mule), perempuan yang bekerja
seperti bangsa anda sendiri yang baru saja berdiri mem- seperti seekor binatang tanpa mengeluh; (2) jezebel
bawa interseksi yang berbeda, misalnya etnisitas, kelas, [seorang ratu di kisah dalam Kitab Injil], perempuan
dan agama, memiliki arti-penting khusus dalam sejarah sangat seksual yang sering digambarkan sebagai pelacur;
Kosovo. Penting untuk diingat bahwa, terlepas dari seja- (3) mammy [pengasuh Kulit Hitam di AS bagian Selatan
rah yang berbeda yang mencerminkan berbagai konstelasi masa lalu], perempuan pekerja rumah tangga Kulit Hitam
hubungan kekuasaan, kelompok elit mengontrol baik se- yang kesetiaannya pada majikannya tanpa cela; dan (4)
luruh wacana dominan maupun pengetahuan yang mun- The Black Lady, wanita Kulit Hitam berpendidikan yang
cul. Kelompok dapat bervariasi antara suatu masyarakat mengorbankan kehidupan keluarganya demi karir. Tetapi
dengan masyarakat lain, tetapi hubungan kekuasaan dari representasi tersebut tidak sekedar representasi yang
ketimpangan sosial berarti bahwa tidak semua orang me- halus, tetapi merupakan anakronisme praktek rasisme,
miliki akses dalam membentuk wacana dominan, meski- seksisme, dan eksploitasi kelas di masa lalu. Malah, hal-
pun semua orang dalam masyarakat dipengaruhi oleh hal hal tersebut penggambaran yang mengontrol kesan karena 17
tersebut melalui berbagai cara. mereka menyajikan naskah sosial tentang bagaimana
orang diharapkan untuk memandang dan memperlakukan
Pertanyaan mengenai mana metodologi teoritis dan empiris perempuan Kulit Hitam. Lebih penting lagi, representasi
yang paling tepat mencerminkan di mana posisi seseorang tersebut adalah naskah sosial terhadap mana perempuan
dalam relasi kuasa produksi pengetahuan secara umum, Kulit Hitam diharapkan bisa menginternalisasikannya.
dan dengan disiplin pengetahuan spesifik yang mana
dirimu ingin terlibat. Dalam kasus saya, saya memilih Feminisme dan gerakan hak-hak perempuan yang lebih luas
untuk terlibat dalam kajian teoritis, dengan alasan bahwa ditujukan untuk mematahkan baik representasi ini maupun
ketika anda memperhatikan landasan epistemologis dari relasi kuasa yang diwakilinya. Ketika perempuan menolak
pengetahuan, anda lebih dekat ke jantung kekuasaan. representasi diri mereka sebagai ibu rumah tangga yang
Kajian teoritis saya menyelidiki berbagai dimensi dari menganggur atau sebagai keledai yang menerima upah
interseksi relasi kuasa, dengan perhatian khusus pada rendah dan tidak memperoleh jaminan kerja, atau sebagai
bagaimana mereka membentuk pengetahuan. Dalam hal pembantu yang setia bagi majikan laki-laki dan perempuan
ini, kerangka interseksionalitas telah menjadi alat analisis lintas ras dan etnis, mereka memasuki ranah publik dengan
yang berguna untuk membahas kesenjangan sosial, baik kesadaran yang sangat berubah. Dalam hal ini, ide-ide dan
di dalam wacana akademis maupun dalam politik. aktivisme sangat erat berhubungan. Mengubah representasi
dapat mengubah perilaku, dan perubahan perilaku pada
LK: Apa peran representasi media dalam penindasan gilirannya menumbuhkan anggapan yang berbeda mengenai
dan pembebasan perempuan, dan bagaimana hal perempuan di ranah publik.
tersebut mempengaruhi partisipasi perempuan di
ruang publik dan politik? Seluruh korespondensi ditujukan kepada Patricia Hill Collins <collinph@umd.edu>
dan Labinot Kunushevci <labinotkunushevci@gmail.com>
PHC: Semua perempuan mempunyai pengalaman ten-
tang representasi media yang menyajikan naskah sosial
tentang bagaimana menjadi feminin. Namun karena ma-
syarakat berbeda secara dramatis, gambaran mengenai
wanita yang ideal juga berbeda-beda. Di Amerika Serikat
dan masyarakat multikultural yang serupa, representasi
media mengenai perempuan berbeda tergantung pada

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


SOSIOLOGI SINGAPURA

> Setelah Lee Kuan Yew


oleh Vineeta Sinha, Universitas Nasional Singapura, Wakil Presiden ISA bidang Publikasi,
2014 - 2018

Para jemaah Tionghoa mempersembahkan


dupa di Kelenteng Guanyin yang bersebe-
lahan dengan Pura Sri Krishnan. Foto oleh
Daniel Goh.

gungjawab terhadap […] pengelolaan


dan pengawasan masyarakat secara
total.” Chua Beng Huat dan Kwok
Kian Woon juga mencatat bahwa di
Singapura pascakemerdekaan, “per-
luasan intervensi negara dan […]
suatu pemusatan kekuasaan dalam
lembaga negara” telah semakin me-
ngurangi otonomi dalam berbagai ru-
ang kehidupan sehari-hari.

Baik wacana akademik maupun ob-


rolan sehari-hari secara sangat baik

S
dan tepat menghubungkan Singapura
osok menjulang mendi- terkandung dalam suatu meritokrasi dengan Lee Kuan Yew dan ciri poli-
ang Lee Kuan Yew, Perda- yang terukur (lihat esai Youyenn Teo tik otoriter khasnya yang tidak kenal
na Menteri Singapura yang “Setelah Meritokrasi” dalam edisi ini). kompromi yang melekat pada sosok-
pertama sesudah kemer- nya. Warga Singapura secara khas
dekaan, tampaknya telah sungguh- Gaya politik Singapura dalam ma- digambarkan sebagai konservatif,
-sungguh menentukan hakikat dan najemen dan pemerintahan telah penakut, patuh dan pasif. Meskipun 18
identitas negara pulau tersebut. Gaya mengutamakan perencanaan, efisi- demikian, masyarakat Singapura su-
pemerintahan Singapura yang diiden- ensi, kontrol dan regulasi. Berfung- dah lama kritis terhadap pendekatan
tikkan dengan, dan sesungguhnya sinya kehidupan sehari-hari masya- pemerintahan dari atas ke bawah
merupakan kepanjangan sosok Lee rakat Singapura dibingkai oleh suatu (top-down) yang “memakai palu go-
Kuan Yew, diberi julukan “otoriteris- birokrasi yang dipandang bersih dari dam untuk memecahkan buah kena-
me pragmatis,” “otoriterisme lunak,” korupsi dan segala praktik tidak jujur, ri” – suatu bagian yang utuh namun
“despotisme luhur,” dan bahkan serta berfungsi secara efisien, malah kadang-kadang membosankan dalam
“kediktatoran budiman.” Narasi po- mungkin terlalu efisien. Sebagai wa- wacana publik di Singapura.
kok tentang negara ini menjunjung risan Inggris, “infrastruktur” ini telah
prinsip meritokrasi, multikulturalisme diasah dan diproduksi ulang secara Dan seperti apakah hubungan
dan kedaulatan hukum yang telah cermat oleh para pemimpin Singa- struktur politik dengan ilmu sosial?
melahirkan pemerintahan yang ber- pura untuk terus memperkuat keta- Sosiologi Singapura pun sudah lama
sih, birokrasi yang efisien, moder- atan yang cermat pada pengaturan dilihat secara terus-menerus me-
nisasi, pembangunan ekonomi dan perilaku melalui peraturan – suatu lalui kacamata Lee Kuan Yew. Para
kemakmuran, serta salah satu ne- hal yang akan mengesankan dan pemimpin Singapura pasca-kolonial
gara dengan pendapatan per kapita mengkhawatirkan bagi Max Weber. memprioritaskan pertumbuhan eko-
tertinggi di dunia. Penerapan suatu Prinsip utamanya yang menekankan nomi – mencerminkan kebutuhan
ideologi yang mengakui keragaman pada sentralisasi tata kelola dan in- suatu negara yang baru merdeka di
sosio-budaya dalam masyarakat- teraksi yang melekat dengan semua mana pembangunan ekonomi dan
nya dan memberi tempat “kesetara- ranah masyarakat membutuhkan su- perubahan sosial secara terukur nam-
an” bagi semua (lihat esai Noorman atu aparatur negara yang ekspansif paknya mendesak untuk dilakukan.
Abdullah “Setelah Multirasialisme” dengan dukungan jejaring organisasi Penelitian ilmu sosial (sebagian besar
dalam edisi ini), narasi ini tidak me- birokratis. Justru melalui lembaga- dibiayai negara) diharapkan bersifat
nekankan pada kesetaraan dalam -lembaga perantara inilah negara “relevan,” ikut mendukung proyek
jumlah melainkan pada kesetaraan berusaha menegakkan kebijakan pembangunan bangsa atau setidak-
dalam hal kesempatan, dengan me- yang berdampak pada kehidupan se- nya menyumbang secara langsung
nolak pelembagaan diskriminasi etnis hari-hari warganya di bawah cakupan pada proses modernisasi. Dari tahun
melalui pemberian hak istimewa yang payung ideologi otoriter yang sekali- 1970 hingga masa 1990an, produk-
dianggap patut. Tetapi kredo yang gus pragmatis. Ketika menggambar- si ilmu pengetahuan sosial ditujukan
kuat ini sangat membatasi, bahkan kan “budaya kontrol” Singapura, Carl untuk mendapatkan informasi ten-
hampir tidak memungkinkan artiku- Trocki berpendapat bahwa negara tang perubahan-perubahan cepat
lasi wacana mengenai perbedaan pasca-kolonial ini benar-benar men- pada bidang sosio-budaya, ekonomi
ras dan rasisme; kredo ini menutup- jalankan tingkatan wewenang yang dan politik Singapura yang mencer-
-nutupi politik dan kontradiksi yang lebih besar dan “mengambil tang- minkan prioritas suatu negara-bang-
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

sa yang harus menata penduduk (tempat-tempat suci yang terletak dengan kisah yang biasa diceritakan
yang beragam etnis dan agamanya. di ruang tersembunyi untuk meng- mengenai kehidupan beragama di
hindari pengawasan penguasa) serta Singapura, dan bertentangan dengan
Namun akhir-akhir ini keterkaitan alam perayaan keagamaan dan tem- wacana hegemonis mengenai suatu
antara para ilmuwan sosial berbasis pat-tempat ibadah – mengungkapkan negara Singapura yang bersifat
universitas dengan kepentingan saling berjalinnya kehidupan keaga- mengendalikan, yang berfungsi
nasional – yang sebenarnya tidak maan sehari-hari warga biasa Singa- mengatur kehidupan pribadi warga
pernah mutlak – telah menjadi lebih pura yang beragama Hindu, Tao, Bud- secara berlebihan, sekurang-
renggang. Para sosiolog Singapura ha, dan Katolik. Ketika para pemeluk kurangnya membentuk perilaku yang
telah mempersoalkan narasi resmi agama menciptakan wilayah-wilayah patuh, mudah ditebak, dan, yang
negara mengenai multikulturalisme, dan kesadaran sakral dalam suasana terburuk, menghasilkan kelumpuhan
meritokrasi, keluarga, neoliberalisme, yang serba terbatas, wajah Singapura serta ketiadaan inisiatif.
globalisasi, sejarah Singapura, perkotaan memperlihatkan “kericuh-
keragaman agama dan kerukunan an” dan “ketidakteraturan” alam ke- Karena sudut pandang mengenai
antar umat, tiadanya kemiskinan dan hidupan beragamanya: prosesi kea- suatu negara otoriter sudah mapan,
ketimpangan sosial, dan sebagainya. gamaan bahkan pernah dilaksanakan wacana akademik (dan pembicaraan
Dalam suatu perkembangan lain, di gedung olahraga sementara pe- sehari-hari) sering diwarnai oleh suatu
negara Singapura sekarang sedang rayaan keagamaan dilakukan di ko- keyakinan pasti bahwa kisah tentang
mengembangkan kemampuan lam renang. “Pengabaian” terhadap Singapura sudah sangat dikenal, atau
melakukan penelitian secara mandiri batas-batas antara “sakral/sekuler” bahwa apapun yang akan disampai-
di dalam berbagai kementeriannya, dan “pribadi/publik” yang telah dite- kan itu mudah ditebak dan membo-
suatu langkah yang dapat mengurangi tapkan secara hati-hati itu menjadi sankan. Kajian mengenai Singapura
ketergantungan negara terhadap ciri kehidupan beragama di Singa- secara umum masih harus terus ber-
penelitian yang dilakukan universitas. pura selama masa pemerintahan Lee hadapan dengan sudut pandang me-
Kuan Yew yang otoriter. Cara pandang ngenai kehidupan sosial budaya dan
Tidaklah mengherankan jika kema- alternatif mengenai ruang keagama- politik Singapura yang disampaikan
tian Lee Kuan Yew pada tahun 2015 an dan keterkaitannya dengan politik melalui suatu pandangan politik yang
memicu reaksi mendalam dari ba- ini menantang pandangan yang do- sudah kadaluwarsa mengenai Singa-
nyak warga Singapura, ketika bang- minan mengenai Singapura sebagai pura. Ketika menyampaikan pan-
sa itu berduka dengan meninggalnya kota yang tersanitasi, steril dan ter- dangan alternatif mengenai masyara-
sang arsitek dan nahkoda negara lalu diatur. kat Singapura, saya kadang-kadang
Singapura modern. Menariknya, ke- dipahami sebagai seorang pembela
sempatan itu sekaligus merupakan Kalau begitu apa yang bisa negara otoriter atau sebagai seorang
suatu momentum yang bersifat mem- dikatakan mengenai kemampuan naif yang senang dengan penggam- 19
bebaskan, semacam perasaan lepas sehari-hari untuk tawar-menawar baran tema kemenangan-kemenang-
dari larangan dan peraturan yang ber- dengan struktur kekuasaan yang an sehari-hari yang bersifat “mikro”
lebihan, dan gerakan menuju kebe- resmi? Meskipun berhadapan dengan oleh warganegara/pelaku non-peme-
basan, termasuk kebebasan politik. kehadiran tegas struktur birokratis rintah (non-actor) yang tertindas, tan-
dan suatu sikap yang intervensionis, pa mempertimbangkan bahwa apara-
Akan tetapi suasana yang nyaris suatu hasrat yang kuat untuk tur politik makro tetaplah memegang
bernada euforia ini perlu diimbangi melakukan eksperimen keagamaan hegemoni.
dengan sejumput imajinasi sosiologis. merupakan kekhasan ranah
Sebagai seorang ahli etnografi yang keagamaan di Singapura. Walaupun Jadi, sosiologi Singapura sangat
bekerja di Singapura, penelitian intervensi semacam itu mengubah sibuk. Ia tidak semata-mata harus
saya tentang praktek agama-agama ruang untuk beragama, namun menghasilkan kajian alternatif ter-
berakar pada keutamaan dan inovasi dan kreativitas keagamaan hadap wacana dan kisah resmi dan
pentingnya kehidupan sehari-hari. tidak dihilangkan. Pengaturan hegemonis mengenai masyarakat
Mengingat organisasi kehidupan terhadap agama tanpa sengaja justru Singapura, tetapi juga harus terus-
sosial dan politik masyarakat yang telah membuka ruang-ruang baru -menerus menanggapi tafsir-tafsir
lebih luas, ruang-ruang sakral di bagi kebebasan beragama. Dalam sinis tentang masyarakat Singapura
pulau ini juga berakar pula pada suatu praktiknya, belantara birokrasi yang maupun kajian sosiologisnya. Perge-
mentalitas yang sangat rasional, yang rumit ini menyisakan ruang untuk seran dari wacana yang klise dan mu-
dibingkai dalam kerangka birokratis, tawar-menawar seperti kelihatan dah ditebak semacam itu ke kajian
administratif dan legislatif. Kekhasan ketika para pemeluk agama secara alternatif mengenai kehidupan sosial
lanskap kehidupan beragama di strategis memanfaatkan peraturan dan politik Singapura perlu diterima
Singapura, khususnya budaya untuk mendapatkan hasil yang sebagai suatu tantangan dan sekali-
birokratisnya dan dampaknya bagi mereka inginkan sehari-hari. gus cita-cita. Struktur sosial tidak di-
ekspresi religiusitas, perlu penjelasan buat oleh individu; ia juga tidak hilang
lebih lanjut (lihat esai Francis Lim, Etnografi saya tentang lanskap sosio- dalam semalam. Pertanyaan yang se-
“Sesudah Sekularisme” dalam edisi politik dan keagamaan Singapura sungguhnya barangkali adalah: apa
ini). yang rumit ini mendorong saya untuk yang akan terjadi dengan lanskap
mempersoalkan ciri stereotip sebagai politik Singapura setelah kekuasaan
Bahwa negara Singapura bersifat warga tak bersemangat, pasif dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong
intervensionis merupakan titik awal tertindas yang menghadapi suatu berakhir?
penelitian saya, yang memetakan pemerintah yang sangat otoriter,
“kekacauan” lanskap keagamaan Si- terutama dalam masa pemerintahan Seluruh korespondensi ditujukan kepada Vineeta
Sinha <socvs@nus.edu.sg>
ngapura, mengungkap keberadaan Lee Kuan Yew. Narasi yang saya
“kuil-kuil di hutan” (jungle temples) sampaikan memang tidak sejalan

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


SOSIOLOGI SINGAPURA

> Setelah Multirasialisme


Oleh Noorman Abdullah, Universitas Nasional Singapura, dan anggota Kelompok Tematik
ISA mengenai Perasaan dan Masyarakat (TG07)

ganisasian kehidupan sosial dan politik berasal dari model


multirasialisme Singapura; kategori-kategori “Tionghoa”
(Chinese), “Melayu” (Malay), “India” (Indian) dan “Lain-
nya” (Others) – secara resmi disingkat CMIO – menetap-
kan budaya dan bahasa masing-masing bagi tiap kategori
ras

Multirasialisme CMIO dan meritokrasi, yang dibangun


di atas jejak peninggalan kolonialisme Britania, merupa-
kan kunci landasan ideologis yang mendefinisikan nega-
ra yang pada tahun 1965 secara tidak sengaja terben-
tuk (accidental state) ketika Singapura dilepaskan dari
Malaysia – sebuah pelepasan yang merupakan hasil dari
sengketa komunal antara Malaysia dan Singapura terkait
hak perlindungan atas etnis Tionghoa dan minoritas-mino-
ritas lainnya. Kerangka ini menjadi acuan nation-building
di era pascakemerdekaan Singapura: dalam upayanya
Patung pedagang Melayu dan India di situs sejarah Telok Ayer di
untuk perlindungan dan legitimasi keberlanjutan Singa-
kawasan Chinatown masa kini di Singapura. Foto oleh Daniel Goh.
pura sebagai sebuah negara-kota yang kecil, pemerintah
telah menekankan pada pemberian dan penjaminan ke-
20

P
setaraan status, perlakuan, pemberian kesempatan, dan
ada waktu berbicara dalam rapat umum Hari hormat kepada kelompok-kelompok etnis dan keagama-
Nasional pada bulan Agustus 2016, Perdana an yang berbeda. Keterlibatan dengan ras yang hadir di
Menteri Singapura Lee Hsien Loong membahas mana-mana semacam itu diterjemahkan ke dalam berba-
hubungan antar ras di Singapura dan himbauan gai kebijakan pendidikan dan bahasa, kelompok swadaya,
agar ada perwakilan minoritas di jenjang tertinggi jabatan alokasi perumahan rakyat, pengendalian penduduk, dan
politik. Perwakilan minoritas di sini diartikan secara khu- representasi politik.
sus terkait masalah ras – bukan gender, bukan seksua-
litas atau kategori sosial lain yang memiliki makna sosial Mengingat bahwa Singapura mengklaim menggunakan
berbeda atau berhimpitan. Menariknya, dahulu di tahun pendekatan ras yang nampaknya netral, negara digam-
1989, ayah Lee, mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, barkan sebagai pelindung yang menjaga kesetaraan dan
menekankan bahwa Singapura belum siap untuk meneri- ketidakberpihakan dalam hubungan ras dalam batasan
ma seorang Perdana Menteri yang bukan Tionghoa; hingga kepentingan nasional. Di saat yang sama, seperangkat ke-
akhir tahun 2008, Lee muda menyatakan bahwa suatu bijakan memperbolehkan negara untuk mereproduksi pro-
perkembagan demikian “dimungkinkan terjadi tetapi ti- porsi ras spesifik dari penduduk. Paradoks dari aritmetika
dak dalam waktu dekat” (The Straits Times, 9 November ras ini menjamin dan mempertahankan suatu mayoritas
2008). Ironisnya, dua minggu setelah rapat umum tahun dan dominasi etnis Tionghoa, meskipun ada penekankan
2016 tersebut, harian utama Singapura, The Strait Times, pada kesetaraan. Lalu Deputi Perdana Menteri dan kemu-
mempublikasikan satu halaman penuh berjudul Siapa dian Presiden terpilih, Presiden Ong Teng Cheong, meng-
Yang akan Memimpin Singapura Kelak? (Who Will Lead Si- klaim bawa preferensi perlakuan kepada kelompok-kelom-
ngapore Next?), dengan menawarkan profil para kandidat pok tertentu tidak bertentangan dengan apa yang tersurat
potensial untuk menggantikan Lee (4 September 2016) dalam dan semangat Konstitusi. Faktanya suatu wacana
yang kesemuanya menteri etnis Tionghoa yang merupakan tentang multikulturalisme yang memberikan kesetaraan
mayoritas dalam kabinet. kepada seluruh budaya secara implisit memperbolehkan
beberapa budaya untuk menjadi lebih setara (more equal)
Pidato-pidato Lee menunjukkan masih bertahannya ra- daripada budaya lain.
sialisasi dalam masyarakat Singapura. Alih-alih diredam,
mencolok dan kasat-matanya ras malah digarisbawahi dan Lebih penting lagi, multirasialisme CMIO sebagai cara
diperkuat melalui kebijakan sosial, politik dan budaya, dan organisasi sosial wajib untuk mengatur perbedaan budaya,
tetap menjadi hal yang bermakna dalam kehidupan se- cenderung mengaburkan dan menghapuskan pengertian
hari-hari di Singapura. Ekspresi hegemonik dalam pengor- sosial terkait perbedaan-perbedaan etnis, regional, lingu-
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

istik, keagamaan, dan budaya dalam kategori-kategori Demikian pula, makanan-makanan khas etnis di Singa-
yang dibatasi secara resmi tersebut. Ini juga menanam- pura – laksa, nasi ayam, rujak, mie goreng, dan lainnya
kan dan memperkuat batas-batas ras melalui pengakuan, – menunjukan saling meminjam dan hibridisasi kuliner,
perayaan dan involusi perbedaan antara masing masing meskipun makanan sering kali secara resmi “disalahkate-
kelompok ras dalam CMIO. Ras dan, secara lebih luas, gorikan” dengan makanan yang dianggap sebagai “wakil”
budaya, dianggap sebagai kategori politik dan administratif dari kelompok-kelompok “ras” berbeda dalam CMIO1.
yang diperlakukan, diklasifikasi, dan diinstitusionalisasikan
dalam istilah-istilah yang bersifat esensialis, terikat, dan Dalam ruang bahasa, kemunculan alami dan pengguna-
homogen secara internal. an sehari-hari Singlish mengganggu peleburan sederhana
kategori ras dan bahasa CMIO. Sebagai sebuah bahasa
Selanjutnya, diskusi kritis tentang praktik-praktik tidak resmi kaum kreol dan patois berbasis Bahasa Ing-
budaya sering dibatasi demi kepentingan untuk menjaga gris yang menyerap dialek Tionghoa, Bahasa Melayu, Tamil
toleransi ras dan harmoni. Toleransi dipertahankan dan bahasa-bahasa lokal lain, ambivalensi negara terha-
dengan menjaga jarak dan mencakup penerimaan hal dap Singlish tampak dalam kampanye “Gunakan Bahasa
yang dianggap tidak nyaman. Di lain pihak, minim sekali Inggris yang Baik” (Speak Good English).
penekanan pada dialog antarbudaya, saling menghormati,
pencarian kebersamaan, dan perhatian multikultur serta Para sosiolog dan antropolog telah mengkaji ikatan,
keingintahuan yang menjangkau ke pengertian mendalam, pertemuan, dan pengalaman yang terjadi pada berbagai
pengetahuan, apresiasi, dan penerimaan apa yang perjumpaan di sepanjang Singapura. Hal ini berwujud ke-
berharga dan bernilai dari perbedaan-perbedaan. Hasil agamaan yang hidup sehari-hari, makanan dan budaya
yang dicapai ialah suatu harmoni ras yang tak melangkah makan, bahasa, rasa, film dan pertunjukan. Praktik buda-
jauh-jauh dari perbedaan budaya yang dipaparkan dalam ya semacam ini mengganggu batas esensialis dan saling
kampanye-kampanye resmi. ekslusi yang ditetapkan dalam kategor-kategori ras yang
ditegakkan secara resmi. Suatu kajian kritis yang mem-
Namun di saat bersamaan, kemungkinan-kemungkinan pertanyakan soal ras, multirasialisme CMIO, dan hak-hak
alternatif dan imajinasi dalam kehidupan sehari-hari, dan istimewa yang muncul bersamaan dengan kuasa dan do-
pelibatan yang lebih kompleks dengan ras, perbedaan, minasi mencerminkan kemungkinan-kemungkinan untuk
dan multikulturalisme di periode pasca-kemerdekaan membayangkan Singapura melampaui wacana dan kontrol
Singapura menunjukkan adanya banyak sekali potensi (appropriation) yang negara-sentris.
untuk bergerak melampaui intervensi-intervensi negara
dan insiatif-insiatif top-down lainnya. Praktik-praktik Pada waktu ini, Singapura berhadapan dengan kuat- 21
antarbudaya dalam hidup sehari-hari ini muncul secara nya arus masuk penduduk (influx), bersamaan dengan
organik, tanpa intervensi, gangguan, dan campur tangan pertautan dengan identitas-identitas kosmopolitan dan
dari luar, dengan melalui proses lintas budaya lintas aspirasi-aspirasi baru dalam dunia yang semakin timpang.
batas dan batas-batas kelompok yang lebih lentur dan Ketimbang mengejar suatu visi ideal yang utopis tentang
saling menyerap (permeable). Sebagai produsen budaya, harmoni rasial, atau secara liberal sama sekali mengha-
warga yang terlibat dalam berbagai pertukaran biasa puskan ras sebagai suatu kategori, para sosiologi dan
saling menyetujui, bernegosiasi, dan berinteraksi dengan antropolog seharusnya menghimbau berbagai kelompok
perbedaan dan perubahan budaya. dalam masyarakat Singapura untuk melakukan kritik pri-
badi secara jujur dan reflektif serta sadar terhadap kondisi,
Kayanya tekstur kehidupan sehari-hari merupakan bukti batas, dan alternatif dari ras, perbedaan, dan multikultu-
mengenai praktik budaya yang melawan dan melampaui ralisme. Melalui upaya-upaya ini individu dan komunitas
butiran kategori ras dan budaya yang diakui secara insti- mungkin dapat diajak untuk memikirkan, mendebat, beri-
tusional, yang tidak membutuhkan intervensi yang sifatnya majinasi, membayangkan, dan mengkonstruksikan identi-
top-down dari negara. Di bidang keagamaan, negosiasi tas-identitas Singapura yang secara khas bermakna yang
tentang batas-batas tersebut dimengerti sebagai proses dimiliki bersama (shared) dan juga pada waktu bersamaan
yang mencakup “sinkretisme”, “hibridisasi dan transfigu- berbeda. Visi ini membutuhkan dirajutnya baik pengakuan
rasi”, dan “mencampurkan dan memasangkan”. Hinduis- maupun aksi, baik rasa hormat maupun keraguan, dan
me bercampur dengan Taoisme dalam dimensi keyakinan, konsensus maupun perjuangan untuk menajamkan kewar-
praktik, ruang, dan obyek-obyek ritual; tempat-tepat iba- ganegaraan yang semakin memiliki informasi kritis, kreatif
dah tidak mudah digolongkan sebagai Taois atau Hindu, dan multikulturalis.
sedangkan rumahtangga Hindu dapat mencakup repre-
sentasi Krishna, Murugan, dan Ganesha, bersama Yesus
Seluruh korespondensi ditujukan kepada Noorman Abdullah
Kristus, Maria, dan Dewi Guan Yin, dan Buddha yang Ter- <socnoorm@nus.edu.sg>
tawa di altar-altar mereka. Pencampuran dan pemasangan
seperti itu menunjukkan bahwa dalam praktik beragama
1
Chua Beng Huat and Ananda Rajah (2001). “Hybridity, Ethnicity and Food in
Singapore” pp. 161-197 in David Y.H. Wu and Tan Chee-Beng (eds.) Changing Chi-
mereka sehari-hari para penganut secara aktif melakukan nese Foodways in Asia, Hong Kong: The Chinese University Press; Low, Kelvin E.Y.
seleksi dari berbagai agama berbeda. Ketika berada da- (2015). “Tasting Memories, Cooking Heritage: A Sensuous Invitation to Remember”
pp. 61-82 in Lily Kong and Vineeta Sinha (eds.) Food, Foodways and Foodscapes:
lam fase kegamangan spiritual etnis Muslim-Melayu dan Culture, Community, and Consumption in Post-Colonial Singapore, Singapore: Wor-
Tionghoa mungkin mencari tuntunan praktisi spiritual dari ld Scientific Publishing.

kedua sisi.

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


SOSIOLOGI SINGAPURA

> Setelah Meritokrasi


Oleh Youyenn Teo, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura

dan pusat-pusat pengayaan/pembelajaran menyasar


segala usia dan tingkatan. Sekolah tergantung pada
ujian-ujian standar, sehingga semua jenis kegiatan yang
ditawarkan disalurkan melalui dan dijual berkaitan dengan
“kesiapan menghadapi ujian.” Akhirnya, taruhannya tinggi
dan persaingan sedemikian ketat, sehingga pusat-pusat
pembelajaran itu menyasar tidak hanya siswa-siswa
yang gagal tetapi mereka yang ingin mencapai puncak.
Di masyarakat Singapura kontemporer, dianggap wajar
untuk memandang bimbingan/pengayaan ekstra kurikuler
sebagai “kebutuhan” untuk mempertahankan atau meraih
capaian.

Kritik yang paling umum terhadap meritokrasi di Singa-


pura adalah bahwa hal itu tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Orang tua mengeluh tentang terlalu banyaknya
pekerjaan rumah dan terlalu banyaknya ujian. Para kriti-
kus yang khawatir tentang ketidaksetaraan merujuk pada
adanya kebutuhan untuk memastikan bahwa anak-anak
dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki kesempatan
juga. Tapi tidak banyak yang merujuk pada pelatihan eks-
tra kurikuler sebagai hasil logis daripada sebagai penyim-
pangan meritokrasi.
22
Dalam literatur sosiologis, meritokrasi secara luas
diakui sebagai suatu sistem yang menyeleksi, membeda-
bedakan, dan kemudian melegitimasi para pemenangnya.
Hal ini bergantung pada pengertian sempit mengenai
apa yang layak mendapat imbalan dan apa yang tidak,
Di Singapura masa kini, pusat-pusat “pengayaan” dan “pembelajaran” dan sistem itu bekerja dengan baik ketika ada apa yang
merupakan suatu pemandangan yang semakin lazim. Foto oleh oleh Pierre Bourdieu disebut sebagai “misrecognition” - di
Youyenn Teo.
mana masyarakat percaya bahwa sistem ini didasarkan

M
pada seperangkat prinsip, tetapi dalam kenyataan
asuklah ke dalam mal manapun di Si- sebenarnya bekerja pada prinsip lain. Dalam hal ini, sistem
ngapura dan anda akan menjumpai pu- Singapura memberikan imbalan pada modal ekonomi
sat-pusat “pengayaan” (enrichment) dan dan budaya yang diturunkan dari orang tua kepada anak-
“pembelajaran” (tuition), yang menawar- anak, bukan semata-mata kerja keras individu. Dengan
kan bantuan untuk anak-anak yang ingin “berhasil di “misrecognition” mengenai prinsip dan mekanisme
sekolah dan kehidupan” dan pelatihan bagi siswa da- sebenarnya dari stratifikasi, meritokrasi melegitimasi
lam hal “Seni untuk Mempelajari Cara Belajar.” Bebe- pemenang, menyajikan mereka sebagai individu yang
rapa menawarkan untuk mengajarkan mata pelajaran telah berhasil berkat kerja keras dan kecerdasan mereka
yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah – bahasa sendiri daripada melalui kelebihan yang secara tidak adil
Inggris, bahasa Mandarin, Matematika, Sains, Fisika, diwariskan. Dan meritokrasi menunjukan pada kita sebuah
Ekonomi - sementara yang lain lebih berpusat pada cerita khusus tentang kegagalan, dalam mana kegagalan
hobi, seperti catur dan robotika. Baik secara akade- tersebut dihubungkan dengan atribut individu, bukan
mik ataupun non-akademik, mereka bertujuan, seba- dengan ketertinggalan sistemik.
gaimana disampaikan oleh suatu pusat pembelajaran,
untuk membuat anak-anak itu “siap-diuji.” Secara sosiologis, sistem pendidikan Singapura
bekerja persis seperti yang telah direkayasakan. Selain
Adanya pusat-pusat pembelajaran di mana-mana itu mempromosikan serangkaian sifat yang sempit dan
merefleksikan ciri-ciri pokok sistem pendidikan Singapura, memilah siswa dalam kategori yang tepat, masyarakat
dan cara penstratifikasiannya di tahap awal serta pencarian umum percaya begitu saja bahwa sifat-sifat yang dihargai
kedewasaan dini memaksa orang tua mencari “pengayaan” adalah cerminan dari kapasitas dan usaha individu. Orang
bagi anak-anak bahkan sampai ke yang masih berumur yang dinilai memiliki keterampilan memadai maju melalui
tiga tahun. Stratifikasi yang umumnya dilakukan tetap “jurusan” yang benar dan sekolah yang “baik” untuk meraih
memberi tekanan sepanjang masa sekolah anak-anak, kualifikasi formal, memperoleh pekerjaan dalam profesi,
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

bidang akademik, pegawai negeri, atau pemerintah, dan pu melawannya enggan mengkritik suatu sistem yang telah
secara luas dipandang berhak atas status dan gaji yang melegitimasi posisi sosial dan rasa berharga mereka sendiri.
mereka peroleh. Pusat-pusat pengayaan dan pembelajaran
tampaknya tidak berbuat banyak untuk mengguncang Harga yang harus dibayar akibat meritokrasi begitu tinggi.
kepercayaan orang-orang pada logika umum dari sistem. Orang tua berpenghasilan rendah, yang tidak bisa membe-
Batas capaiannya dianggap tinggi, kadang-kadang terlalu rikan sumberdaya bagi anak-anak mereka untuk meraih
tinggi, tetapi imbalannya tidak dipandang sebagai hal yang kualitas yang dianggap sebagai capaian, membayar suatu
sewenang-wenang. harga yang tinggi dalam nilai material dan simbolik (ke-
kurangan, lessness). Seiring dengan meningkatnya keti-
Wawasan sosiologi kritis tentang pendidikan dan meri- daksetaraan di masyarakat, orang yang lebih tinggi pada
tokrasi sukar memperoleh perhatian. Untuk memahami spektrum pendapatan juga harus membayar harga, kare-
mengapa, kita harus mencari dua fitur dari masyarakat na ketakutan bahwa mobilitas ke bawah walau sedikitpun
Singapura: pelembagaan individualisme dan arti-penting akan berarti adanya biaya riil. Bayang-bayang bisnis pen-
narasi teleologis. didikan yang masif dan mahal, depresi dan kecemasan di
kalangan pemuda, stres yang dialami oleh orang tua dan
Logika yang mendasari meritokrasi dijalin di dalam ke- waktu yang terbuang untuk mengawasi pekerjaan rumah,
hidupan sehari-hari, melalui beberapa lembaga negara dan tertanamnya ketidaksetaraan melalui tidak meratanya
dan kebijakan yang kompleks yang mempengaruhi pilihan permainan sistem - inilah biaya yang harus ditanggung
dan cara pernikahan, cara melahirkan dan membesarkan oleh masyarakat.
anak, manajemen rumah tangga, dan perawatan orang
usia lanjut atau sakit. Logikanya, secara terang-terangan, Apa yang harus dilakukan sosiolog? Kita membutuhkan
adalah: individu harus mengurus diri sendiri dan keluarga baik sebuah program penelitian maupun sebuah agenda
mereka sendiri. Negara Singapura, meskipun sangat inter- aktivis.
vensionis dalam menggiring orang Singapura ke cara-cara
tertentu dalam mengatur kehidupan mereka, dengan te- Di barisan depan penelitian, semakin jelas bahwa sosiologi
gas menentang ketentuan kesejahteraan universal. Pero- pendidikan tidak dapat dipisahkan dari studi tentang keluarga,
lehan individu berupa keterampilan dan ijazah, pekerjaan kesejahteraan, hubungan negara-masyarakat, dan politik.
berkelanjutan, dan kemitraan heteroseksual, merupakan Untuk menjelajahi meritokrasi, kita membutuhkan semua
prasyarat untuk dapat memperoleh barang publik dan alat-alat analisis dalam metode penelitian kita, termasuk
kesejahteraan - perumahan, pelayanan kesehatan, peng- penghargaan yang lebih dalam tentang cara-cara apa yang
asuhan anak, perawatan usia lanjut, dukungan pensiun. tampaknya tidak rasional dari satu sisi (misalnya investasi
Kegagalan untuk mencapai prakondisi - ijazah, pekerjaan, pribadi yang mahal dalam pendidikan) masuk akal ketika 23
pernikahan, keturunan (yang mereproduksi siklus) - berarti kita memahami dinamika lain (misalnya rezim familialis
eksklusi dari keamanan, kesejahteraan, dan keanggotaan anti-kesejahteraan). Kita perlu melakukan pendekatan
sosial. Diraihnya capaian (merit) individu dengan demikian terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya dalam hal
merupakan suatu aspek penting untuk dapat memperoleh pendidikan, tetapi juga sebagai suatu agenda luas untuk
kesempatan, sementara keluarga inti tetap menjadi unit mempertanyakan ketidaksetaraan dan situs reproduksinya
sosial ekonomi yang menjadi dasar pembuatan kebijakan yang majemuk dan saling terjalin.
dan tata kelola - dengan kesalingtergantungan lintas gene-
rasi. Dengan demikian, investasi keluarga dalam peraihan Lebih dari itu semua, jika metode sosiologi akan diguna-
capaian menjadi masuk akal, dan bahkan diperlukan. kan untuk memperoleh perhatian dalam percakapan pub-
lik tentang meritokrasi, kita perlu mempertanyakan narasi
Kedua, meritokrasi didukung oleh narasi teleologis yang dominan. Mempertanyakan narasi dominan membutuh-
begitu kuat mengenai bangsa dan mengena pada diri sen- kan, sebagai prasyarat, refleksivitas diri. Para akademisi
diri. Meritokrasi Singapura dipertentangkan dengan favo- harus bersedia untuk tidak hanya memikirkan meritokra-
ritisme etno-rasial dan diskriminasi di Malaysia, tetangga si dan ketidaksetaraan sebagai masalah yang hanya di-
terdekatnya. Meritokrasi - rasional, sistematis, dan imper- hadapi oleh subyek penelitian mereka, tetapi juga untuk
sonal - telah dinilai sebagai sumber keberhasilan ekonomi meneliti hak istimewa (privilege) kita sendiri dan cara kita
fenomenal Singapura, sebagai bangsa yang secara menak- melanggengkan ketidaksetaraan melalui praktik dan waca-
jubkan berhasil bertahan hidup. Narasi mengenai kemaju- na sehari-hari. Mengguncang narasi dominan juga mem-
an bangsa menemukan konsekuensi dalam narasi biografi butuhkan keterlibatan dengan khalayak di luar akademisi.
orang Singapura yang telah “berhasil.” Seperti dalam ma- Jika, sebagai sebuah disiplin, kita sudah memiliki alat pen-
syarakat Prancisnya Pierre Bourdieu, “bangsawan negara” - ting untuk memahami reproduksi hak istimewa dan keter-
mereka yang dinobatkan sebagai “berjasa” oleh universitas pinggiran, kita harus melakukan pekerjaan yang lebih baik
terunggul di dunia - duduk dalam posisi dari mana mereka dari menyebarluaskan ide-ide ini di luar bidang akademi
dapat berbicara dan didengar. Dari kantor elit politik dan - melalui tulisan yang disebarluaskan secara publik, me-
pengambil kebijakan, meja wartawan dan profesor univer- lalui pembicaraan dan diskusi dengan berbagai khalayak
sitas, individu melihat sistem melalui lensa narasi biografi yang bervariasi, dan melalui keterlibatan strategis dengan
mereka yang terbatas: sebagai suatu sistem yang mungkin masyarakat sipil, pendidik, pembuat kebijakan, dan orang
tidak bekerja dengan sempurna, namun telah jelas beker- tua.
ja, karena, bagaimanapun juga, mereka atau kita berada
di situ, di atas atau dekat dengan yang teratas. Mereka Seluruh korespondensi ditujukan kepada Youyenn Teo <yyteo@ntu.edu.sg>

yang dianggap gagal dibungkam, terisolasi, dan jinak dalam


narasi kegagalan individu. Yang penting meritokrasi dilihat
sebagai suatu sistem yang baik, karena mereka yang mam-

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


SOSIOLOGI SINGAPURA

> Setelah Sekularisme


Oleh Francis Khek Gee Lim, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura

Para jemaah beribadah di suatu kelenteng rumahan di suatu flat


perumahan rakyat. Foto oleh Francis Lim.

D
alam banyak hal, menjadi orang Singapura di Singapura, persoalan ras, bahasa dan agama sangat
berarti terus-menerus berhadapan dengan erat berkaitan dan bermuatan politik.
sistem klasifikasi sosial yang dipaksakan oleh
negara, baik dalam kehidupan pribadi mau- Bagi pemerintah Singapura, sekularisme dinilai penting 24
pun kehidupan publik. Tentu saja, semua negara-bangsa bagi kerukunan di antara kelompok-kelompok masyara-
modern terlibat dalam pendefinisian, pembatasan, dan kat yang berbeda etnis dan agama. Penelitian sosiologis
dengan cara itu mengatur kelompok-kelompok sosial dan apapun mengenai persoalan yang terkait dengan etnisitas
budaya berbeda yang berada di bawah naungannya; ba- dan agama pasti bergumul dengan fakta bahwa Singapura
gaimanapun juga semua ini merupakan alat-alat utama merupakan suatu masyarakat yang beraneka agamanya
dalam pemerintahan dan pembangunan negara-bangsa tetapi secara resmi negaranya sekuler. Keragaman agama
yang modern. Menjadi orang Singapura berarti berurusan di Singapura pada dasarnya merupakan produk dari faktor
secara terus-menerus dengan tiga penanda identitas uta- sejarah, termasuk statusnya sebagai bekas koloni dagang
ma yang dirumuskan oleh negara. Ras, bahasa dan aga- penting yang menarik kehadiran komunitas lain dari ka-
ma adalah tema-tema yang penting dalam mitos pendirian wasan Asia dan dari luarnya. Namun promosi sekularisme
bangsa Singapura, sekaligus juga alat pemerintahan pen- muncul dari upaya ideologis yang dengan sadar dilakukan
ting yang dipakai negara untuk menjalankan kontrol sosial negara sejak pendiriannya – suatu upaya gigih yang terka-
dan politik. it erat dengan situasi seputar pemisahan Singapura dari
Federasi Malaysia tahun 1965, dan upaya para pemim-
Ketika setiap siswa sekolah tiap hari mengucapkan pin politik dan warga Singapura untuk membangun suatu
“Sumpah” Singapura untuk menjadi bangsa yang bersa- identitas nasional yang sangat berbeda dengan budaya
tu, “tanpa mempertimbangkan bahasa, ras dan agama;” Islam yang kuat pada para tetangganya, Malaysia dan In-
ketika setiap warganegara wajib menyatakan “rasnya” donesia.
pada kartu tanda penduduk; ketika Dewan Kepresidenan
untuk Hak-Hak Kaum Minoritas (Presidential Council for Untuk suatu negara yang mengaku sekuler, cukup men-
Minority Rights) dan Undang-Undang Kerukunan Beraga- colok sebenarnya bahwa Singapura mempunyai seorang
ma (the Maintenance of Religious Harmony Act, 1991) Menteri Urusan Islam. Pada hari raya Idul Adha (hari raya
dianggap inti multikulturalisme Singapura; ketika beberapa Qurban) tahun 2016, Menteri ini mengingatkan warga Si-
orang Kristen dihukum karena dianggap melakukan pem- ngapura agar menolak gagasan-gagasan yang merusak
berontakan sebab terlalu bersemangat melakukan penyi- integrasi dan mengingatkan mereka bahwa perayaan ke-
aran agama, sementara beberapa orang Muslim “radikal agamaan ini “juga menjadi saat yang baik untuk mere-
otodidak” ditangkap berdasar Undang-Undang Keamanan nungkan arti integrasi keagamaan dan ras di Singapura.”
Dalam Negeri (Internal Security Act) karena dicurigai me- Dalam wacana publik tentang politik di Singapura, Islam
rencanakan serangan teroris; orang mudah melihat bahwa seringkali digambarkan sebagai yang Liyan – baik dalam
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

hubungannya dengan persepsi diri Singapura sebagai su- Seperti banyak negara modern, Singapura melakukan
atu negara sekuler maupun sebagai suatu bahaya laten sertifikasi hukum terhadap tempat-tempat ibadah bagi
terhadap kerukunan masyarakat yang dikaitkan dengan macam-macam kelompok agama, memakai konsep te-
dugaan penyebaran ideologi-ideologi “ekstremis” di dunia. ritorial yang fungsional yang didasari oleh ideologi pem-
bangunan dan modernisasi. Sebagai negara kota yang
Dalam suatu konteks di mana suatu negara yang kuat yang menghadapi keterbatasan lahan, aparat berwenang
mengkotak-kotakkan warganya ke dalam kategori-kategori menerapkan pendekatan perencanaan perkotaan yang
yang rapi, di mana “ras” didefinisikan melalui perbedaan sangat utilitarian dan intervensionis. Ketika Otoritas Per-
budaya seperti bahasa dan agama, penelitian sosiologis tanahan Singapura (Singapore Land Authority) mengambil
mengenai etnisitas dan agama cenderung memakai dua lahan yang semula digunakan oleh suatu organisasi kea-
pendekatan yang berbeda. Pendekatan pertama, dalam gamaan, kelompok-kelompok keagamaan telah dipaksa
tradisi yang lebih positivistik, memakai “ras” dan “agama” pindah, tutup atau bahkan bergabung dengan jemaah lain.
sebagai variabel penentu. Pendekatan kedua memeriksa Kelenteng Tionghoa yang semula terletak di tempat-tem-
secara kritis bagaimana kekuasaan menentukan proses pat berbeda, misalnya, telah disatukan menjadi “kelen-
penciptaan kotak-kotak identitas, meneliti bagaimana teng gabungan,” di mana altar-altar yang berbeda dari ke-
batasan etnis dan agama dapat bergeser dan menjadi lenteng-kelenteng yang semula terpisah ditampung dalam
kabur di lapangan, menghasilkan identitas yang ambigu, satu bangunan tunggal. Belum lama ini, pemerintah telah
campuran atau majemuk yang menolak pengelompokan mengusulkan pembangunan gedung bertingkat di mana
secara rapi. Jadi, penelitian mengenai pluralisme agama berbagai kelompok keagamaan dapat menyewa ruangan
di Singapura mengungkapkan bahwa banyak pemeluk untuk menjalankan ibadah.
Hinduisme dan Taoisme yang populer (dari komunitas
“India” dan “Tionghoa”) menyembah dewa-dewi seperti Banyak peneliti mengenai agama di Singapura
Muneeswaran, Tua Pek Kong, Tai Seng, Sang Krishna, telah mengkaji strategi negara dalam mengelola dan
dan Hanuman, yang berasal dari dua tradisi keagamaan. mengatur agama, tetapi lebih sedikit penelitian mengenai
Sebagian dewa-dewi ini bahkan ditaruh di kompleks bagaimana beberapa kelompok keagamaan menemukan
tempat ibadah yang sama. cara yang inovatif untuk menyiasati kebijakan yang
sekuler itu. Terence Chong, Daniel Goh and Mathew
Kajian kritis terhadap sekulerisme menunjukkan bahwa Mathews, misalnya, telah meneliti bagaimana beberapa
sekulerisme mungkin telah membantu melegitimasi mul- orang Kristen evangelis berusaha untuk secara diam- 25
tirasialisme di Singapura demi mewujudkan kerukunan diam mempengaruhi proses pembuatan kebijakan dan
masyarakat, tetapi kajian itu juga menekankan peran se- wacana politik dengan mengkooptasi pemimpin-pemimpin
kulerisme dalam upaya untuk menanamkan pertimbangan- politik, dan menunjukkan dukungan terhadap kebijakan-
-pertimbangan “objektif” dan “rasional” dalam proses poli- kebijakan konservatif negara dalam hal-hal yang terkait
tik dan penentuan kebijakan. Sekulerisme gaya Singapura seksualitas dan keluarga. Kajian-kajian mengenai
bukanlah versi anti-tuhan yang militan yang pernah ada Hinduisme populer termasuk karya Vineeta Sinha tentang
di beberapa negara komunis; sekulerisme Singapura itu ibadah Muneeswaran, menggambarkan kegiatan ritual
mengakui pentingnya agama dalam kehidupan masyara- yang dilakukan di kawasan hutan, jauh dari pengamatan
kat, dan pada prinsipnya memperlakukan semua agama negara. Penelitian saya mengkaji bagaimana Yiguan Dao,
secara setara. Terpisah dari jaminan konstitusi terhadap suatu “agama keselamatan” transnasional yang berasal
kebebasan beragama, negara menganjurkan berbagai ke- dari Tiongkok, telah mengubah apartemen milik negara
lompok agama untuk menyumbang bagi kepentingan ma- (resminya adalah tempat “sekuler”) menjadi kelenteng-
syarakat, terutama dalam hal menyediakan layanan kese- kelenteng. Demikian pula, orang-orang Kristen telah
jahteraan sosial dan dalam menegakkan nilai-nilai moral menyelenggarakan pertemuan-pertemuan “kelompok sel”
dan budaya. di rumah mereka, sementara para perantara roh Tionghoa
dan para pendeta Tao membuat “kelenteng rumahan.”
Sekularisme Singapura mengandung dua hal pokok. Di
satu pihak negara berkeras untuk memisahkan agama dari Kasus-kasus ini menunjukkan adanya kemungkinan
politik, terutama dengan melarang organisasi keagamaan keterbatasan pada tata kelola agama oleh negara
untuk menggerakkan anggotanya dalam kegiatan politik. Singapura, sebagai akibat dari pembedaan sekuler antara
Di lain pihak, negara bertujuan mengontrol dan mengatur ruang keagamaan “pribadi” dan “publik” – satu pembedaan
komunitas-komunitas keagamaan dengan menempatkan yang mungkin membatasi kemampuan negara dalam
perwakilan negara sebagai “penasihat” dalam organisasi- melakukan kontrol secara total terhadap agama, dan
organisasi keagamaan seperti Majelis Islam Singapura sekaligus menciptakan ruang bagi kelompok-kelompok
(MUIS), kelenteng, masjid atau kelompok-kelompok keagamaan tertentu untuk berkegiatan di luar jangkauan
relawan layanan sosial berbasis agama. Para “penasihat” tangan-tangan resmi negara.
ini bertindak selaku pengawas di lapangan, membentuk
wacana keagamaan supaya sejalan dengan agenda Seluruh korespondensi ditujukan kepada Francis Khek Gee Lim
negara. <fkglim@ntu.edu.sg>

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


SOSIOLOGI SINGAPURA

> Setelah Globalisasi


Oleh Daniel P.S. Goh, Universitas Nasional Singapura

yang umumnya terdapat dalam kedua cerita tersebut


adalah bahwa globalisasi bukan hanya bagian penting
dari keberhasilan Singapura, tetapi juga amat penting
bagi keberlangsungan hidupnya. Jadi, bahkan ketika ada
dorongan untuk menempa sebuah komunitas nasional
yang dibayangkan (imagined national community) di tahun
1965 setelah Singapura secara terpaksa dipisahkan
dari Federasi Malaysia, ideolog partai yang berkuasa S.
Rajaratnam yang mempunyai peran sentral bagi upaya-
upaya membangun bangsa dari negara yang berusia muda
tersebut, menyatakan Singapura sebagai sebuah Kota
Global di tahun 1972. Pernyataan ini sekarang dielukan
sebagai sebuah pidato presiden, karena saat ini Singapura
dipuji atas keberhasilan transformasinya dari ekonomi
perdagangan dan ekonomi industri menjadi kota global
Latihan untuk Parade Hari Nasional di platform terapung Marina Bay. pasca-industrial yang berperan menjadi suatu pusat jasa
Foto oleh Daniel Goh. dan keuangan kunci di Asia yang mengglobal.

A
da dua kisah temuan yang diungkapkan pada Tetapi pandangan Rajaratnam bukan merupakan sebuah
museum-museum nasional dan buku-buku argumen yang sembarang tentang kebutuhan ekonomi politik
teks sejarah di Singapura. Yang pertama dan Singapura untuk menjadi sebuah kota global. Mengutip dari
terus menerus diceritakan sejak kemerdekaan Arnold Toynbee, Rajaratnam menegaskan pentingnya apa 26
di tahun 1965 adalah didirikannya pemukiman Inggris di yang dipijak pada pemikiran tentang pencerahan pasca-
pulau tersebut pada tahun 1819 oleh Sir Stamford Raffles Hegelian bahwa Singapura adalah suatu kota global.
dari Perusahaan India Timur. Dalam cerita ini, sang jenius Singapura harus bertahan dan berkembang sebagai suatu
Raffles dianggap mengakui strategisnya lokasi geografis dari kota global sesuai hakekatnya dan memenuhi cita-citanya
Singapura, yang terletak di ujung Semenanjung Melayu, te- dalam sejarah. Pembangunan bangsa dan industrialisasi
pat di persimpangan arah perdagangan antara Lautan Hin- nasional tidak boleh berjalan dalam cara yang bertentangan
dia dan Asia Timur. Dengan tata kelola yang baik dan imigra- dengan pembangunan berkelanjutan dari Singapura sebagai
si yang terbuka, pemukiman tumbuh dari sebuah kampung sebuah kota global. Oleh sebab itu, keputusan-keputusan
nelayan Melayu menjadi sebuah kawasan metropolis multi untuk membuat ekonomi selalu menarik bagi perusahaan-
ras yang modern. Cerita kedua yang baru-baru ini diakui perusahaan multinasional dan membuat masyarakat
adalah tentang pemukiman yang diketahui sejak awal di pu- terbuka terhadap arus pendatang bukan merupakan
lau tersebut, yaitu Temasek. Berdasarkan temuan-temuan kewajiban pragmatis bagi keberlangsungan ekonomi, tetapi
arkeologis dan catatan-catatan tentang penjelajah Asia di untuk mempertahankan karakter utama Singapura sebagai
masa silam, Temasek merupakan sebuah kota benteng dan sebuah kota global.
pelabuhan dagang kosmopolitan yang didirikan di abad 14
oleh seorang pangeran dari kerajaan Sriwijaya yang sedang Departemen Sosiologi di Universitas Nasional Singapura
merosot. Wilayah tersebut kemudian dikuasai oleh Kesul- didirikan pada tahun 1965 sebagai bagian dari upaya-
tanan Malaka di abad 15. Setelah Malaka jatuh ke tangan upaya modernisasi. Selama 50 tahun terakhir, khususnya
Portugis di tahun 1511, kota tersebut ditinggalkan dan pada dekade-dekade awal, para antropolog dan sosiolog
tempat tersebut beralih menjadi nama pulau dalam bahasa di Departemen tersebut, yang kebanyakan memperoleh
Sansekerta: yakni Singapura. pendidikan pascasarjana di universitas-universitas terbaik
di negara-negara Barat, terlibat dalam perancangan
Titik akhir bersama dari kedua kisah temuan tersebut dan kadang implementasi kebijakan-kebijakan sosial
adalah kejeniusan dari Partai Aksi Rakyat (People’s Action pemerintah. Hal ini termasuk membantu mayoritas luas
Party), partai yang berkuasa di Singapura sejak 1959 penduduk untuk menyesuaikan diri dengan [sistem]
ketika hak memilih yang universal dan pemerintahan perumahan umum, pengelolaan pluralisme etnis dan
mandiri dibentuk pertama kali bagi koloni Inggris, dengan agama, menangani isu-isu perkawinan dan fertilitas,
demikian mengakui corak-corak kota yang kemudian dan isu-isu lain yang berkaitan dengan kampanye-
membawa pada keberhasilan. Rangkaian gambaran
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

kampanye rekayasa sosial intensif dari pemerintah untuk yang digunakan bersama dengan kata penghubung “dan”.
memodernisasikan perilaku dan cara pandang satu Warga-warga disebut sebagai orang “kosmopolitan” dan
generasi. “heartlander,” [warga yang tinggal di suatu wilayah yang
vital secara ekonomi politik] merujuk pada kegiatan mereka
Sarjana-sarjana kritis masa kini mungkin melihat ini yang lintas dunia dan secara nyaman berakar pada dunia
sebagai keterlibatan para sosiolog dalam pembentukan kehidupan “lokal” di pemukiman umum. Keragaman yang
ideologi hegemonik dan dominasi otokratis dari partai diperluas melalui percepatan imigrasi menjadi bersifat
yang berkuasa. Tetapi ini merupakan tuduhan yang terlalu multiras maupun multikultural. Pada tahun 1989, Institut
mudah untuk ditinjau ulang. Dalam tahun-tahun sekarang Kajian Asia Tenggara (Institute of Southeast Asian Studies)
ini setelah kemerdekaan, setiap orang Singapura atau menerbitkan tonggak Management of Success: The
warga asing yang bersimpati kepada aspirasi-aspirasi Moulding of Modern Singapore (Manajemen Keberhasilan:
pascakolonial tentang bangsa yang baru merdeka akan Pembentukan Singapura yang Modern), yang disunting
berhimpun di balik visi menarik tentang partai yang oleh dua ahli geografi, yang memuat artikel-artikel yang
berkuasa, khususnya ketika visi tersebut diartikulasikan ditulis oleh banyak ilmuwan sosial generasi pertama
dengan mendalam oleh para ideolog dan pemikir Singapura untuk memperingati keberhasilan masuknya
seperti Rajaratnam. Bahkan terlebih lagi ketika terjadi Singapura ke dalam sistem kapitalis global sebagai
kekurangan diskursus dan narasi alternatif mengenai sebuah Macan Asia. Pada tahun 2010, Institut yang
bagaimana Singapura dapat menjadi nyata sesuai dengan sama menerbitkan Management of Success: Singapore
sifat kosmpolitannya dan keduniawiannya, [khususnya] Revisited (Manajemen Keberhasilan: Singapura Ditinjau-
setelah kekalahan kamu Kiri selama dekolonisasi dan ulang), yang disunting oleh sosiolog Terence Chong, yang
setelah pemanfaatan secara selektif gagasan-gagasan saat ini dengan artikel-artikel berupaya untuk memahami
dan kebijakan sosialis, elemen-elemen yang berkaitan ketegangan-ketegangan yang dibawa oleh globalisasi
dengan komunisme internasional dipangkas oleh partai neoliberal.
penguasa.
Jika globalisasi adalah Singapura, maka apa yang mem-
Pergeseran penting dalam sosiologi Singapura muncul bentuk sosiologi Singapura setelah globalisasi? Ada tiga
pada tahun 1990an. Titik baliknya dapat dikatakan adalah kemungkinan: distopia, utopia, dan apokaliptis (kehan-
publikasi yang ditulis Chua Beng Huat yang berjudul curan). Dalam tinjauan ulang, saya melihat artikel saya
Communitarian Ideology and Democracy in Singapore pada di Management of Success terbitan tahun 2010 sebagai 27
tahun 1995, ketika ia mematahkan ideologi dominan dari pendekatan yang cenderung distopian. Tulisan itu memba-
partai yang berkuasa. Ini diikuti oleh buku tulisan Chua has upaya-upaya pemerintah untuk merajut multikultura-
tentang perumahan umum yang diterbitkan pada tahun lisme baru ke dalam multirasialisme lama guna mengelola
1997, dimana ia berargumentasi bahwa perumahan keragaman yang dihasilkan oleh imigrasi dan memecah-
umum, di mana lebih dari empat per lima orang Singapura kan ketegangan-ketegangan antar etnis yang disebabkan
tinggal, adalah perwujudan dari ideologi komunitarian yang oleh ketimpangan-ketimpangan ekonomi seraya tetap
membuat setiap warga menjadi pemangku kepentingan memelihara pengendalian politik. Ketegangan-ketegangan
di dalam sistem ekonomi politik yang diselenggarakan globalisasi neoliberal yang terjadi saat ini berlapis-lapis ke
bersama partai yang berkuasa. Ini bukan otokrasi yang dalam kontradiksi-kontradiksi modernisasi yang sedemiki-
menopang dominasi yang berkelanjutan dari partai yang an rupa sehingga tidak ada jalan keluar untuk dipecahkan
berkuasa, tetapi dalam pemikiran teori Gramcian, hegemoni kecuali untuk selalu bergantung kepada pemerintahan
dari gagasan-gagasan ini terwujud dalam kehidupan yang kuat untuk mengelolanya. Itu jelas merupakan sebu-
sehari-hari dari orang-orang yang dinaturalisasikan oleh ah kerangka Durkheimian, yang dimulai dengan masalah
kekuasaan tunggal partai. Sebuah generasi baru para solidaritas dalam sebuah masyarakat yang majemuk dan
antropolog dan sosiolog Singapura menanggapi kenyataan berakhir dengan pesimisme di mana ketergantungan pada
yang mengejutkan ini dengan mencari narasi-narasi dan negara untuk integrasi sosial dan peraturan tak terhindar-
praktik-praktik alternatif untuk didokumentasikan dan dikaji, kan. Implikasinya adalah bahwa pencarian praktik-praktik
sebagaimana empat esai sebelumnya yang ditunjukkan dan narasi-narasi alternatif yang menjadi lazim dalam so-
dalam seri dialog ini. siologi Singapura hanya bermanfaat dengan cara meng-
gunakan praktik-praktik dan narasi-narasi alternatif ini ke
Sangat penting untuk diperhatikan, pergeseran ini dalam dalam repertoar budaya karena negara perlu memperbarui
sosiologi Singapura muncul pada masa di mana Kota pedoman-pedoman moralnya.
Global gagasan Rajaratnam dengan cepat menjadi apa
yang tampak seperti Saskia Sassen katakan tentang kota Kemungkinan kedua adalah bahwa pendekatan utopia
global. Pemerintah menyambut globalisasi neoliberal dan dan kita mendapatkan ini dalam esai-esai yang ditulis di sini.
menata ulang ekonomi guna melancarkan akselerasi modal, Pendekatan ini membangkitkan semangat Utopia Thomas
komoditas, dan arus-arus migrasi. Sebuah perbendaharaan More dalam mencari kebiasaan-kebiasaan sosial, politik
kata baru muncul yang kemudian ditandai oleh dikotomi dan religius dari sebuah negara republik yang ideal pada

>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
SOSIOLOGI SINGAPURA

sebuah pulau yang amat padat yang ditandai oleh demokrasi surgawi yang telah lama diimpikan oleh para nabi dan
dan kesetaraan. Penekanan terletak pada ketergantungan peramal” (The Straits Times, 7 Februari, 1972). Garis
minimal pada pemerintah, dan harapan ditujukan untuk asal-usul pendekatan utopia tersebut dapat ditelusuri
menciptakan ruang yang dapat diperluas bagi otonomi sejak Augustine dari Hippo hingga More.
perorangan dan pemenuhan kebutuhan personal yang
tidak dikendalikan oleh negara. Masyarakat menjadi kreatif Kemungkinan terakhir adalah pendekatan apokaliptis.
secara ekonomi, sadar secara sosial, dan terlibat secara Adalah hal yang tak dapat dipertahankan secara politik
politik. Bagi beberapa antropolog dan sosiolog, penemuan untuk menulis dengan menggunakan pendekatan ini di
dan analisis tentang ruang-ruang harapan ini di Singapura, masyarakat Singapura yang konservatif, tetapi barangkali
yang kadang muncul keberadaanya berkat dukungan yang secara intelektual dan politis perlu untuk berpikir
ironis dari globalisasi neoliberal, termasuk sudah cukup. melalui pertanyaan-pertanyaan yang akan diangkat oleh
Kepercayaannya adalah bahwa kisah-kisah alternatif seperti pendekatan seperti ini. Jika globalisasi adalah Singapura,
itu akan menginspirasi pada mahasiswa di ruang-ruang maka kemudian apa yang akan terjadi jika globalisasi
kelas universitas, sehingga mereka pada gilirannya akan mulai berbalik, yakni ketika sistem dunia mulai mengalami
keluar dan mengubah dunia. Bagi beberapa di antaranya, deglobalisasi? Ini sudah pernah terjadi suatu kali di tahun
mereka akan bergerak lebih lanjut dan memetakan secara 1920an dan 1930an, dan hal ini merupakan periode
eksplisit aktivisme masyarakat awam maupun orang-orang yang hiruk-pikuk di mana kaum Kiri dan mobilisasi
biasa dalam mengubah keadaan-keadaan dunia kehidupan politik kalangan etno-nasionalis di tanah Melayu yang
mereka. Tetapi, bagi yang lain, seperti yang ditulis Youyenn dikuasai oleh Inggris meletakkan landasan politik bagi
Teo dalam esai yang diterbitkan di edisi ini, mereka akan terjadinya konflik-konflik kekerasan dekolonisasi setelah
menyerukan aktivisme akademis yang sadar diri untuk Perang Dunia kedua. Pada gilirannya, konflik-konflik
membawa alternatif-alternatif seperti itu keluar menuju tersebut mengarah pada tiga entitas nasional yang tidak
audiens yang lebih luas sehingga sosiolog menjadi seorang terbayangkan separuh abad sebelumnya, yakni: pertama,
agen perubahan. negara Federasi Melayu, kemudian negara Federasi
Malaysia dan akhirnya Republik Singapura. Entitas-
Penting untuk diperhatikan, pendekatan utopia tidak entitas ini mentransformasikan masyarakat-masyarakat
bersifat menentang maupun radikal secara politik, lokal melampaui apa yang dipikirkan sebagai kemungkinan
meskipun hal itu cenderung disalahkenali demikian oleh oleh generasi awal. Masa depan apa yang tidak dapat
elit-elit yang berkuasa yang cemburu terhadap dominasi dibayangkan dan dipikirkan saat ini? Ke mana masyarakat 28
ideologi mereka. Pendekatan utopia sangat sejalan dengan Singapura jika apa yang tidak terbayangkan itu terjadi?
visi Kota Global Rajaratnam. Ia mengakhir pidatonya Akan jadi seperti apa Singapura setelah globalisasi, ketika
di tahun 1972 dengan mendesak para koresponden negara tersebut berhenti menjadi Kota Global?
media untuk membantu para audiensnya [memahami]
“lengkapilah masyarakat kita secara intelektual dan Seluruh korespondensi ditujukan kepada Daniel PS Goh <dsong@nus.edu.sg>
spiritual untuk membangun kota global […] menjadi kota

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Menuju Masa
Depan Iliberal
Anti-Genderisme and Anti-Globalisasi
Oleh Agnieszka Graff, Universitas Warsaw, Poland dan Elzbieta Korolczuk, Universitas
Södertörn, Swedia, dan anggota Komite Penelitian ISA tentang Perempuan dan Masyarakat
(RC32) dan Kelas Sosial dan Gerakan Sosial (RC47)

29

G
Spanduk di Rapat Umum Anti-Gender, 30 ender merupakan per- (homo) seksualitas dan reproduksi.
Agustus 2015. Foto oleh Elżbieta Korolczuk. soalan penting dalam Dari suatu negara ke negara lain,
politik global. Setelah kritik terhadap apa yang oleh kaum
pemilihan presiden di konservatif (terutama Katolik) di-
AS kita jauh lebih tahu mengenai sebut “gender” atau “genderisme”
hal tersebut daripada sebelumnya: - kebijakan kesetaraan gender,
daya tarik massa terhadap keben- pendidikan seks, LGBTQ dan hak-
cian Trump terhadap perempuan -hak reproduksi - telah membantu
secara terang-terangan hanya me- untuk memobilisasi laki-laki mau-
rupakan bagian dari masalah. Po- pun perempuan, untuk membuka
pulisme di AS dan di tempat lain ti- jalan bagi pemimpin populis. Mes-
dak hanya dilandasi ketidakstabilan kipun oposisi terhadap feminisme
ekonomi dan ketakutan, tetapi juga dan kebijakan kesetaraan gender
kecemasan sekitar relasi gender, bukanlah hal yang baru, namun

>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
kebangkitan saat ini menandai per- yang berkuasa pada saat itu, Platform ma di negara itu (pada kenyataannya,
alihan dari paradigma neo-konser- Kewargaan (Civic Platform) yang libe- 53% dari perempuan Amerika Kulit
vatif sebelumnya: konservatisme ral konservatif, sering digambarkan Putih memilih Trump). Apa hubungan
sosial saat ini secara eksplisit ter- sebagai bagian dari ekstrim kiri, dan antara bangkitnya populisme sayap
kait dengan permusuhan terhadap dituduh berusaha untuk menghan- kanan dan anti-genderisme? Kedua
modal global. curkan keluarga “tradisional” dan ideologi tersebut menyatu tidak ha-
Bangsa Polandia, atas permintaan nya dalam promosi visi sosial-kon-
Di Polandia, kemenangan pemilu lembaga-lembaga asing, seperti Uni servatif dari relasi gender, tetapi juga
tahun 2015 dari Partai Hukum dan Eropa. dalam membidik elit liberal sebagai
Keadilan dari kelompok populis sa- penanggung jawab atas merosotnya
yap kanan didahului, dan bisa dibi- Dalam serangan konservatif ini, ekonomi dan sosial penduduk secara
lang dimungkinkan, melalui kampa- “gender” bukanlah label yang digu- umum.
nye melawan “genderisme” di media nakan untuk membahas perbedaan
yang konservatif dan melalui wacana jenis kelamin atau untuk menganali- Kami telah mengembangkan
keagamaan. Sejak 2012, Gereja Ka- sis konstruksi maskulinitas dan femi- analisis kami melalui partisipasi dalam
tolik Polandia dan kelompok konser- ninitas. Sebaliknya, “gender” secara beberapa proyek kolaboratif yang
vatif telah melakukan banyak inisiatif, konsisten disajikan sebagai suatu merespon kampanye anti-gender
menentang penggunaan istilah “gen- konspirasi internasional, yang ber- baru-baru ini di Eropa, maupun melalui
der” dalam dokumen kebijakan dan asal dari revolusi seksual dan/atau pengalaman kami selaku aktivis, yang
wacana publik, melawan pendidik- kesetaraan gender yang ditegakkan meliputi partisipasi dalam beberapa
an dan undang-undang kesetaraan dengan gaya komunis. Didukung oleh inisiatif yang dijadikan sasaran oleh
gender (misalnya ratifikasi Konvensi badan-badan transnasional seperti kampanye anti-gender Polandia.
Istanbul mengenai pencegahan dan PBB dan modal global, para “gende- Kami telah menganalisis berbagai
pemberantasan kekerasan terhadap ris” diduga bertujuan untuk mempro- teks: buku dan artikel yang ditulis
perempuan dan kekerasan dalam mosikan aborsi, dekadensi moral dan oleh suara-suara kunci di sirkuit anti-
rumah tangga), dan berusaha untuk penyimpangan, maupun individualis- gender; wawancara dan pernyataan
membatasi hak-hak seksual dan re- me tak terkendali yang menghancur- publik oleh para pendukung kunci
produksi. Kampanye ini melibatkan kan komunitas dan keluarga tradisi- anti-genderisme (termasuk dua
pemimpin agama Katolik, politisi kon- onal. Penegakan perubahan kelamin Paus, pemimpin Katolik lokal dan 30
servatif, tim pemikir sayap kanan dan pada anak-anak yang tidak bersalah intelektual); liputan media kegiatan
kelompok anti-pilihan (anti-choice). secara tidak bertanggung jawab didu- anti-gender; dan berbagai bahan yang
Kelompok lainnya bergabung; mi- ga menjadi salah satu tujuan gerakan dipublikasikan di situs gerakan dan
salnya, gerakan massa akar rumput ini; konsep “gender” secara konsisten organisasi, seperti jaringan Polandia
orangtua “Ratujmy Maluchy!” (“Sela- dikaitkan dengan penghapusan per- www.stopgender.pl dan platform
matkan Si Kecil!”), yang muncul se- bedaan jenis kelamin maupun keka- internasional seperti www.citizengo.org
kitar tahun 2009 untuk menentang cauan dalam ranah seksualitas ma- atau www.lifesitenews.com.
reformasi pendidikan, bergabung nusia, yang mengarah ke de-populasi
dalam memerangi Konvensi Istanbul di beberapa bagian dunia. Semua teks “anti-gender” menam-
dengan alasan bahwa tindakan yang pilkan kesan ancaman bahaya dari
dirancang untuk melawan kekerasan Anti-genderisme bukan hanya me- elit liberal, termasuk feminis, yang
dalam rumah tangga menjadi ancam- rupakan suatu kekhasan Polandia. digambarkan berbahaya dan berku-
an bagi otoritas orangtua. Organisasi Sebuah wacana serupa juga bisa asa. Penentang kesetaraan gender
dan jaringan akar rumput telah mem- ditemukan di tempat lain. Di Rusia dan hak-hak gay, sebaliknya, meng-
bantu dalam memobilisasi sejumlah kontemporer, klaim bahwa para ho- klaim mewakili rakyat kecil, yang
besar orang, terutama orang tua yang moseksual dan promotor kesetaraan digambarkan sebagai pekerja keras
prihatin, yang khawatir mengenai gender mengancam nilai-nilai tradi- dan mengabdi kepada keluarga me-
ancaman terhadap anak-anak mere- sional lokal telah memperkuat du- reka. Yang penting, yang mendasari
ka yang dilakukan oleh “lobi homo- kungan rakyat terhadap rezim Putin; perasaan menjadi korban memiliki
seksual” dan para pendidik seksual. di Prancis, mobilisasi massa menen- baik dimensi budaya maupun eko-
Kaum anti-gender mengklaim bahwa tang pernikahan gay jelas memberi- nomi: para “genderis” dipandang
mereka melindungi anak-anak dan kan kontribusi bagi popularitas Front mempunyai pendanaan yang baik
keluarga, serta nilai-nilai budaya dan Nasional. Di AS, kebencian terbuka dan dan terhubung secara baik ke
agama Polandia dari kaum feminis, Donald Trump terhadap perempuan elit global; rakyat kecil dipandang
LGBTQ dan aktivis hak asasi manu- (misogyny) tidak menghalangi keme- sebagai pembayar harga globalisasi.
sia, yang diduga didukung oleh politi- nangannya, pemilih tampaknya juga Dinamika budaya dan ekonomi yang
si liberal dan fihak Barat yang korup. tidak termobilisasi oleh kemungkinan saling berhubungan ini jelas tercer-
Dalam wacana anti-gender ini, partai memilih presiden perempuan perta- min dalam strategi diskursif pilihan

>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
anti-genderisme: penggunaan versi sional. Di Polandia, sebagian besar satu organisasi anti-pilihan (anti–cho-
konservatif dari kerangka anti-kolo- aktivis menunjuk ke Uni Eropa; tetapi ice) tertua di dunia. Walaupun me-
nial. Genderisme secara konsisten badan-badan internasional lain, ya- miliki koneksi transnasional, kaum
disajikan sebagai suatu pemaksaan yasan dan asosiasi dibidik juga, ter- anti-genderis secara rutin mengguna-
asing, disamakan dengan kolonisasi, masuk Dana Global untuk memerangi kan wacana anti-elitis, merujuk pada
dan dibandingkan dengan totaliteris- AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, WHO, martabat rakyat biasa dan identitas
me abad kedua puluh dan terorisme PBB atau UNICEF, dan Bank Dunia. mereka sebagai suatu mayoritas yang
global. Argumen ini terputus dari per- Dalam konteks Polandia, anti-gende- tertindas untuk memobilisasi pendu-
debatan yang sebenarnya mengenai ris juga membidik struktur masyara- kung, dengan berhasil menarik per-
dominasi sejarah kolonial oleh Barat, kat sipil yang dibentuk pada 1990-an hatian pada kecemasan yang masuk
tetapi ini sering digunakan bahkan di oleh donor Barat, khususnya kelom- akal mengenai masa depan keluarga
negara-negara yang tidak memiliki pok hak LGBTQ seperti Kampanye dan anak-anak mereka.
riwayat kolonial yang nyata, seperti melawan Homofobia (KPH). Kelom-
Polandia. Seperti dalam semua na- pok ini digambarkan sebagai agen elit Aktor-aktor konservatif telah ber-
rasi populis, retorika ini menentang asing yang korup. Sebagai otoritas hasil memanfaatkan tumbuhnya
elit internasional yang korup, yang kunci anti-genderis Eropa, Gabrielle kecemasan dan ketidakstabilan eko-
mengeksploitasi rakyat kecil dan Kuby memasukkannya ke dalam se- nomi yang disebabkan oleh ideologi
“rakyat” itu sendiri, yang ditampilkan buah wawancara untuk Laporan Du- dan kebijakan neoliberal. Sentimen
sebagai lokal, otentik dan dimusuhi. nia Katolik (Catholic World Report): tersebut disalurkan ke dalam kema-
rahan terhadap elit dekaden, digam-
Sebuah contoh penting mengenai Revolusi seksual global sekarang di- barkan di Polandia sebagai “pemu-
wacana anti-gender semacam ini laksanakan oleh elit kekuasaan. Ini ja Eropa” (salah satu slogan sayap
berasal dari Menteri Kehakiman termasuk organisasi internasional kanan ekstrim adalah: “Pedofil dan
Polandia Jaroslaw Gowin, yang pada seperti PBB dan Uni Eropa, dengan Penyodomi, ini adalah pemuja Ero-
tahun 2012 secara keras menentang jaringan sub-organisasi mereka yang pa!”) yang secara moral rusak, atau
ratifikasi Konvensi Istanbul. Dia tak diketahui; perusahaan-perusa- diwakili di Amerika Serikat dengan
mengklaim bahwa Konvensi tersebut haan global seperti Amazon, Google, mengacu kepada “Hillary Penipu.”
adalah “pengusung ideologi gender,” dan Microsoft; yayasan-yayasan be- Gelombang baru anti-genderisme
sebuah ideologi Kuda Troya yang sar seperti Rockefeller dan Guggen- membangun oposisi terhadap ke- 31
agenda tersembunyinya adalah heim; individu-individu yang sangat bijakan dan wacana kesetaraan
pembongkaran keluarga tradisional kaya seperti Bill dan Melinda Gates, gender sejak akhir 1970-an, tetapi
dan nilai-nilai budaya lokal. Demikian Ted Turner, Georges Soros, dan War- juga mencerminkan kebangkitan po-
pula, pada bulan Januari 2016, Paus ren Buffett; dan organisasi-organisa- pulisme illiberal transnasional dan
Francis memperingatkan umatnya si non-pemerintah seperti Federasi nasionalisme lokal. Dengan menya-
terhadap “ideologi gender” yang Keluarga Berencana Internasional jikan dirinya sebagai sebuah gerakan
merupakan suatu pemaksaan yang dan Asosiasi Lesbian dan Gay Inter- membela nilai-nilai lokal “otentik”
berbahaya oleh negara-negara Barat nasional. dan rakyat umum terhadap kekuatan
yang kaya, suatu bentuk penjajahan global asing dan elit kaya yang ko-
ideologis tetapi juga ekonomi. Meskpun menitikberatkan pada ni- rup, dengan menyamakan “gender”
Menurut Paus, bantuan luar negeri lai-nilai “lokal” dan “otentik,” gerak- dengan individualisme yang tak ter-
dan pendidikan secara rutin terkait an anti-gender diperkuat oleh suatu kendali dan eksploitasi budaya dan
dengan kebijakan kesetaraan gender, jaringan transnasional, termasuk or- ekonomi, strategi ini membuka jalan
tetapi “keluarga yang baik dan kuat” ganisasi-organisasi seperti Kongres bagi keberhasilan politik populisme
dapat mengatasi ancaman ini. Keluarga Dunia dan memobilisasi illiberal. Anti-genderisme telah men-
program seperti CitizenGO. Misalnya, jadi suatu bahasa konservatif baru
Dalam deskripsi “genderisme” me- Polandia Ordo Iuris Institute beker- dari perlawanan terhadap globalisasi
reka, pemimpin Gereja Katolik, fun- jasama erat dengan Aliansi Pemuda neoliberal.
damentalis sayap kanan dan pakar Dunia Eropa, Keluarga Katolik Serikat
gerakan anti gender menghubungkan dan Institut Hak Asasi Manusia yang
Seluruh korespondensi ditujukan kepada:
penjajahan ideologis dengan kekuat- berbasis di Amerika, Penjaga Marta- Elżbieta Korolczuk <bekorol@gmail.com>
an ekonomi – suatu kekuatan yang bat Eropa yang berbasis di Brussels, Agnieszka Graff <abgraff@go2.pl>
secara krusial digambarkan terletak dan Masyarakat Inggris untuk Perlin-
di lembaga dan perusahaan transna- dungan Anak yang Belum Lahir, salah

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Memperjuangkan
Hak Reproduksi
di Polandia
Oleh Julia Kubisa, Universitas Warsawa, Polandia

D
i musim gugur 2016, pecah gelombang
protes baru kaum perempuan melawan
rencana kriminalisasi aborsi di Polandia.
Para feminis Polandia telah bertarung me-
lawan Undang-Undang Anti Aborsi di Polandia sejak
Undang-undang yang keras tersebut diundangkan
pada tahun 1993. Undang-Undang Aborsi Polandia,
salah satu undang-undang yang paling ketat di Uni
Eropa, hanya memperbolehkan aborsi dalam kasus
incest atau perkosaan, ancaman terhadap kesehatan 32
dan hidup seorang perempuan, dan kelainan genetik
pada janin.

Seperti yang sudah dikemukakan oleh para aktivis


Polandia, pembatasan legal ini telah menghidupkan
jaringan aborsi bawah tanah di negeri ini, namun isu
ini belum mendapatkan momentumnya hingga tahun
2016. Setelah pemilihan umum parlemen Polandia
tahun 2015 memenangkan kelompok sayap kanan
Partai Hukum dan Keadilan sebagai mayoritas dalam
parlemen, usul pembatasan hak reproduksi sebenarnya
hanya menunggu waktu saja. Di awal tahun 2016 para
pemimpin pemerintahan, termasuk di dalamnya Perdana
Menteri Ny. Beata Szydlo, memberi sinyal dukungan pada
larangan menyeluruh terhadap aborsi, dan Ordo Iuris,
sebuah organisasi nonpemerintah yang sangat konservatif,
mulai mengumpulkan tanda tangan untuk mendukung
hukuman penjara kepada perempuan dan ginekolog, dan
menuntut agar otoritas yang ada melakukan investigasi
terhadap kasus-kasus keguguran untuk menjamin bahwa
keguguran tersebut tidak disebabkan oleh aborsi medis
dengan menggunakan obat.

Gelombang kemarahan yang dipicu oleh kampanye


terbaru Ordo Iuris secara cepat menjelma ke dalam dua
kelompok aktivis: Girls for Girls, sebuah kelompok aktivis
akar rumput dengan agenda feminis, dan Save the Wo-
men, insiatif legislatif yang diangkat oleh kelompok femi-
nis sosial demokrat yang berkampanye untuk liberalisasi
Undang-Undang anti aborsi di Polandia.
Kaum perempuan Polandia di Warsawa memprotes undang-undang
baru tentang aborsi, 3 Oktober 2016. Foto oleh Elżbieta Korolczuk.
Pada pertengahan 2016 Ordo Iuris mengumumkan
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
bahwa mereka telah mengumpulkan lebih dari 500.000 aborsi – salah satu dari sejumlah kecil kekalahan terbaru
tanda tangan yang mendukung usulan mereka, sementa- oleh partai yang berkuasa di Polandia.
ra Save the Women telah mengumpulkan 250.000 tanda
tangan. Kedua usulan diserahkan ke Parlemen. Beberapa Pemerintah kemudian membuang retorika konfrontatifnya,
organisasi Katolik sayap kanan telah menyerahkan bebe- dan sebagai gantinya menganut suatu pendekatan yang
rapa usulan serupa dalam versi-versi sebelumnya, tetapi lebih mengena dan lunak. Perdana Menteri mengumumkan
dikalahkan dalam pemungutan suara; tidak ada satu pun bahwa perempuan Polandia yang mengalami suatu
insiatif pro-liberalisasi yang diserahkan sejak awal 1990- “kehamilan yang sulit” (difficult pregnancy) – sebuah
an, ketika suatu petisi pro-liberalisasi yang ditandatangani ungkapan eufemisme, di mana “sulit” mengacu pada
oleh 1,2 juta warga ditolak. kasus-kasus penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan
kelainan janin yang ditemukan selama kehamilan – akan
Kali ini parlemen langung menolak proyek Save the Wo- menerima bantuan yang sifatnya hanya satu kali sebesar
men, sebaliknya malah melanjutkan diskusi tentang usul- sekitar 1.000 Euro, yang pada dasarnya merupakan
an soal kriminalisasi – sebuah langkah yang memicu de- bantuan bagi persalinan seorang anak yang akan cepat
monstrasi oleh Save the Women, dan oleh kelompok sayap meninggal setelah lahir. Bantuan ini sudah diterapkan,
kiri Partai Razem, yang menghimbau para pendukungnya meskipun muncul kritik bahwa ini menjadikan perempuan
untuk menggunakan kostum hitam dan bersama melaku- sebagai obyek.
kan protes atau mengunggah foto di media sosial dengan
hashtag #blackprotest. Ketika salah seorang artis yang Banyak di antara aktivis yang terlibat dalam pengorga-
sangat dihormati di Polandia menyarankan pemogokan nisasian Pemogokan Protes Hitam Perempuan Se-Polan-
perempuan se-Polandia, meniru model pemogokan tahun dia memutuskan untuk berjalan terus agar pemerintah
1975 oleh perempuan di Islandia, para aktivis media sosi- masih tetap merasakan tekanan. Dua minggu kemudian,
al mendukung ide tersebut, mengumumkan bahwa tang- mereka melancarkan satu aksi pemogokan lain yang lebih
gal 3 Oktober (2016) menjadi tanggal untuk Pemogokan kecil, namun membawa sebelas butir agenda tuntutan,
Protes Hitam Perempuan Se-Polandia (All-Poland Women mempromosikan martabat dan kebebasan perempuan,
Black Protest Strike). Seruan aksi ini tidak diprakarsai oleh menolak agresi seksual, kekerasan dalam rumah tangga,
organisasi perempuan tertentu, meskipun banyak aktivis dan militerisasi masyarakat, serta menyerukan adanya
gerakan feminis menyokong inisiatif ini dengan mena- kebijakan lebih berorientasi pada perempuan. Protes Hi-
warkan waktu dan sumber daya mereka untuk usaha ini. tam (Black Protest) menginsipirasi sekurang-kurangnya
Beberapa hari menjelang pemogokan, banyak pengguna dua orang selebriti untuk mendiskusikan aborsi mereka
tenaga kerja swasta individual, dan pejabat dari pemerin- sendiri di hadapan publik, yang mendobrak sesuatu yang
tah setempat menyatakan dukungan terhadap para pe- tabu diwacanakan secara publik. Protes Hitam menda-
33
rempuan yang ingin melakukan pemogokan, dengan cara patkan dukungan publik yang bermakna, dengan 58%
mereka secara langsung memberitahu para pekerja untuk orang Polandia menyatakan dukungan mereka. Mereka
mengambil cuti pada tanggal 3 Oktober. Beberapa dosen juga mendapatkan pengakuan internasional secara luas,
universitas meniadakan kegiatan perkuliahan. memberikan inspirasi kepada kaum perempuan di Argen-
tina, Islandia, dan Korea Selatan untuk mengorganisir
Meskipun terhalang, seperti misalnya oleh status le- protes serupa. Barbara Nowacka dari Save the Women
gal pemogokan, aksi ini terbukti sukses besar, dengan dan Agnieszka Dziemianowicz-Bąk dari Razem menda-
mobilisasi dalam jumlah besar yang belum pernah terja- patkan penghargaan Global Thinkers 2016 Award dari
di sebelumnya. Tidak seperti demonstrasi yang biasanya Majalah Foreign Policy sebagai wakil dari Gerakan Pemo-
hanya terjadi di ibukota negara dan kota-kota besar lain, gokan Protes Hitam Perempuan.
Pemogokan Perempuan mendapatkan dukungan sung-
guh-sungguh dari seluruh Polandia. Para perempuan dan Sejak pemogokan Pemerintah Polandia melanjutkan terus
gadis, dengan dukungan segelintir pria, mengorganisir pendekatan lebih lunaknya, membuang segala rujukan ke
aksi di sedikitnya 142 kota dan desa di seluruh negeri, pembatasan lebih lanjut terhadap aborsi, dan sebaliknya
yang melibatkan sekitar 150 ribu orang – yang kesemu- mempromosikan suatu wacana dukungan untuk anak-
anya berpakaian hitam. Slogan-slogannya mengacu pada anak yang lahir cacat meskipun belum mengambil langkah
hak-hak dasar perempuan, pilihan reproduksi, dan marta- nyata terkait peningkatan pendanaan untuk hal ini.
bat perempuan, yang kesemuanya akan terkena dampak Namun aktivisme feminis yang menghasilkan pemogokan
dengan pelarangan total terhadap aborsi. Karena hujan tingkat nasional pada bulan Oktober terus menggaung:
deras pada saat pemogokan, kebanyakan peserta berdiri baru-baru ini, ketika Menteri Kesehatan menurunkan
dan berjalan dengan berpayung yang secara tak disengaja standar nasional untuk kelahiran dan perawatan ibu usai
menjadi simbol protes. melahirkan di rumah sakit, dan ketika Partai Hukum dan
Keadilan yang berkuasa mengungkapkan bahwa mereka
Skala dan energi protes jelas mengagetkan partai yang berencana untuk menolak keputusan Konvensi Istanbul
berkuasa dan para wakil dari Gereja Katolik. Tanggapan yang dihasilkan Dewan Eropa terhadap perlindungan dan
pertama yang muncul secara eksplisit merupakan ungkap- perlawanan atas kekerasan terhadap perempuan dan
an prasangka terhadap perempuan (misogynist): seorang kekerasan dalam rumah tangga, para perempuan yang
Uskup Katolik menyatakan bahwa perempuan “tidak dapat tergabung dalam Pemogokan Perempuan Se-Polandia
mengandung selama diperkosa”, seorang politikus populer menyatakan bahwa mereka “tidak akan melipat payung-
menekankan bahwa “perempuan berganti-ganti pasangan payung mereka.”
seks” dan harus dikontrol, dan Menteri Luar Negeri me-
nyebutkan bahwa perempuan sama sekali tidak bertang-
gungjawab. Meskipun demikian, tiga hari setelah protes, Seluruh korespondensi ditujukan kepada Julia Kubisa <juliakubisa@gmail.com>
parlemen menolak usulan larangan menyeluruh terhadap

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Jaringan
Sosiolog Muda
ISA
Oleh Oleg Komlik, Universitas Ben-Gurion, Israel dan Ketua Jaringan Sosiolog Muda, ISA

34

J
Ilustrasi oleh Arbu
aringan Sosiolog Muda (Ju- wa program doktor, Kompetisi Sosio-
nior Sociologists Network, log Muda ISA (ISA Junior Sociologists
JSN) dari Asosiasi Sosiologi Competition) dan kongres-kongres
Internasional memperte- ISA. Para anggota komunitas kami
mukan para mahasiswa, akademisi secara bersamaan berakar di tingkat
pemula dan para praktisi, yang meli- lokal dan terhubung secara global –
batkan dirinya dalam sosiologi dan di- suatu kondisi yang menarik dan se-
siplin terkait, dalam lintas ketertarikan kaligus menantang. Menyadari po-
tema dan pendekatan ilmiah. Untuk tensi ini, maka misi JSN adalah untuk
menggambarkan tugas dan kegiatan mengaktualisasikan potensi tersebut.
JSN saat ini, saya melalui tulisan ini Tujuan dari JSN dengan demikian
berharap dapat menunjukkan bagai- adalah menyediakan bagi para sosi-
mana komunitas internasional yang olog muda suatu platform yang ber-
unik ini mempromosikan jalur profesi- guna dan mendukung untuk berbagi
onal dari para anggotanya dan secara informasi, bertukar ide dan menyi-
lebih luas lagi, memupuk sosiologi se- apkan kolaborasi untuk memajukan
bagai sebuah panggilan hidup. karir mereka, dan menciptakan, me-
nyebarkan serta menerapkan penge-
Dimulai pada tahun 2006 dan didu- tahuan dan wawasan sosiologis.
kung oleh para Presiden ISA dan Ko-
mite Eksekutif, JSN berkembang dari Dalam dua setengah tahun terakhir,
pengalaman pemberdayaan peserta kami telah menyaksikan perkem-
di Laboratorium ISA untuk mahasis- bangan menarik dari JSN. Menyusul
>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
upaya proaktif komprehensif untuk ini sudah ada sekitar 650 abstrak. ini saya ingin mencatat bahwa JSN
menyebarluaskan berita tentang JSN, Dengan membantu peserta mene- selalu terbuka untuk saran baru; seti-
terutama di Selatan Global, keang- mukan orang lain yang mempelajari ap inisiatif dan bantuan akan sangat
gotaan jaringan telah jauh berkem- topik yang sama, platform JSN me- dihargai.
bang, dengan menyertakan lebih dari munculkan kolaborasi antar para pe-
2.500 mahasiswa MA, kandidat Dok- neliti. Selain itu, para penerbit sudah Seiring dengan proyek-proyek pen-
tor, dosen junior dan bahkan dosen mulai menelusuri pangkalan data ting dari ISA dan komite-komite pe-
senior. Meskipun sebagian besar pe- JSN ini, dan kadang-kadang mereka nelitiannya, JSN membantu memba-
serta adalah para akademisi, praktisi menghubungi orang-orang yang telah ngun suatu komunitas global sosiolog
dan aktivis juga telah diundang untuk mengirimkan abstrak. yang mantap, yang lebih siap untuk
bergabung dengan jaringan; kami mengungkap labirin morfologis so-
menyambut semua orang yang me- Ketiga, sejak JSN meluncurkan sial-politik. Sebagai sosiolog muda,
mandang sosiologi sebagai jangkar halaman Facebook dan Twitter dua sambil membuka jalan kita yang
dari pekerjaan mereka. setengah tahun yang lalu, ribuan terjal di tengah-tengah realitas neo-
pengikut dan pengunjung telah dapat liberal dan terpaan kekuatan pasar
Kegiatan JSN didasarkan pada mengambil manfaat dari efek berli- (marketization) serta dalam bayang-
empat pilar yang saling melengkapi. patganda dan tersebarnya informasi -bayang kecenderungan otoriter dan
Pertama-tama, sebuah daftar di media sosial, dengan mengakses nasionalistis, kami tetap sadar akan
alamat (mailing list) JSN yang baru dan mengunggah (posting) pengu- tugas penting dan esensi sosiologi
telah secara cepat menjadi sumber muman online, abstrak disertasi dan sebagai sebuah panggilan. Selama
populer dari informasi untuk para tautan menarik. dalam perjalanan bersama ini, de-
sosiolog muda. Setiap dua minggu, ngan didukung oleh rekan-rekan yang
laporan berkala (newsletter) JSN Terakhir namun tak kalah penting, telah mapan, kami berharap untuk
memberikan informasi terkini yang JSN dengan bangga mempertahankan maju bersama-sama, mengarak obor
bermanfaat, menarik dan relevan: tradisi mengorganisir bersama intelektual sosiologi yang begitu ber-
undangan untuk membuat makalah, konferensi internasional tahunan harga.
posisi post-doc, pemberitahuan Ilmu-ilmu Sosial Slovenia dan
tentang hibah, lowongan pekerjaan, mensponsori pertemuan akademik
dan artikel dengan pemikiran yang lainnya, mempertemukan akademisi Seluruh korespondensi ditujukan kepada Oleg Komlik 35
<komlik@gmail.com>
menantang mengenai sosiologi dan muda dari berbagai negara dan
kehidupan akademik. kawasan.

Kedua, abstrak-abstrak disertasi ISA Saya mengucapkan terima kasih


adalah pangkalan data dengan akses saya kepada para anggota dewan
terbuka (open-access database) yang JSN Dolores Modic dan Tamara B.
memungkinkan sosiolog muda untuk Valic atas keterlibatan mereka, dan
menyajikan abstrak disertasi doktor kepada sekretariat ISA untuk bantu-
mereka, bersama dengan biografi an mereka yang yang cepat dan ber-
singkat dan rincian kontak; sekarang kesinambungan. Pada kesempatan

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Menerjemahkan
Global Dialogue
ke dalam Bahasa Indonesia
Oleh Kamanto Sunarto, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

P “Banyak konsep dasar


ada bulan April tahun 2015 sekelompok
sosiolog Indonesia membentuk tim
editorial Indonesia. Dialog Global Volume
5 edisi 3, edisi pertama Global Dialogue belum secara resmi
(GD) dalam bahasa Indonesia, yang pada waktu itu
merupakan bahasa keenambelas, diterbitkan pada
bulan September 2015.
diterjemahkan ”
Tim terdiri atas sembilan orang sosiolog yang bekerja 6.3 (September 2016). Selain perbedaan mendasar an-
pada lima universitas di empat kota: Universitas Indonesia tara struktur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, banyak
di Depok, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sanata konsep-konsep dasar dalam ilmu sosial, terutama yang
Dharma di Yogyakarta, Institut Pertanian Bogor di Bogor, mutakhir, belum secara resmi diterjemahkan sehingga ba- 36
dan Universitas Nusa Cendana di Kupang. Pada saat ini nyak akademisi cenderung membiarkan konsep-konsep
empat orang anggota di antaranya merupakan kandidat dasar dalam bahasa Inggris tanpa diterjemahkan. Selain
doktor di Universitas Nasional Australia, Ecole des Hautes merujuk pada kamus dan publikasi akademik serta profe-
en Sciences Sociales (EHESS) di Paris, Universitas Amster- sional, dan mendiskusikan isu-isu spesifik terjemahan di
dam, dan Universitas Leiden. antara kami sendiri, anggota dewan kadang-kadang ha-
rus berkonsultasi dengan profesional terkait, dan sesekali
Tiga orang anggota merupakan dewan editor yang bertugas mencari klarifikasi dari para penulis artikel GD yang sedang
menelaah terjemahan artikel selaku mitra bestari. Anggota diterjemahkan.
dewan ikut serta pula dalam merjemahkan artikel, terutama
di kala jumlah penerjemah yang tersedia terbatas, dan me- Setelah menelaah semua terjemah artikel termasuk
reka melakukan telaah mitra bestari terhadap terjemahan yang mereka terjemahkan sendiri dan berkomunikasi satu
sesama anggota. Selain itu, seorang anggota dewan ber- sama lain untuk memecahkan masalah-masalah terje-
fungsi sebagai ketua dewan editor, anggota kedua bertindak mahan yang masih tersisa, para anggota dewan melang-
sebagai penghubung dewan dengan anggota tim yang terli- kah ke tahap tata letak. Langkah-langkah ditempuh untuk
bat dalam penerjemahan artikel, sementara anggota ketiga memastikan bahwa GD telah diterjemahkan dan disusun
bertugas sebagai penghubung dewan dengan tim manajer sesuai dengan pedoman ISA, sebelum rancangan akhir di-
GD. Seorang alumni program sarjana membantu dewan da- sampaikan kepada editor Global Dialogue.
lam mengedit, merancang, dan menata GD dalam bahasa
Indonesia. Setelah publikasi Global Dialogue di situs Web ISA,
dewan mengirim tautan GD ke Ikatan Sosiologis Indonesia
Satu bulan sebelum ISA menerbitkan GD, dewan editor (ISI), Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI),
mengundang tiap anggota tim untuk menerjemahkan satu berbagai departemen dan program studi sosiologi, perpus-
atau dua artikel, tergantung pada ketersediaan mereka. takaan, pusat penelitian, dan ikatan mahasiswa sosiologi
Karena jarak antara universitas para anggota – berkisar serta sosiolog perorangan dari berbagai universitas.
antara 65 dan 2.770 kilometer – semua komunikasi dila-
kukan melalui surat elektronik atau media sosial.
Seluruh korespondensi ditujukan kepada Kamanto Sunarto
<kamantos@yahoo.com>
Tantangan yang dihadapi tim Indonesia dalam proses
penerjemahan lebih kurang sama dengan pengalaman
tim editorial Rumania sebagaimana diuraikan dalam GD

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017


> Memperkenalkan
Tim Editorial
Indonesia
Kamanto Sunarto adalah Guru Besar Emeritus Sosiologi di Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Ia memperoleh gelar
PhD dalam bidang pendidikan dari Universitas Chicago pada tahun 1980. Minat
penelitiannya saat ini adalah tentang pendidikan tinggi dan sejarah sosiologi. Ia
adalah anggota Komite Penelitian ISA bidang Sosiologi Pendidikan (RC04) dan
Sejarah Sosiologi (RC08).

Hari Nugroho saat ini adalah mahasiswa program doktor pada Institut Antropologi
Kebudayaan dan Sosiologi Pembangunan, Universitas Leiden, Belanda dan dosen pada
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Ia
memperoleh gelar MA pada Institut Studi-studi Sosial (ISS), Universitas Erasmus, di
Den Haag, Belanda. Minat penelitiannya adalah pada kajian perburuhan, gerakan- 37
gerakan sosial, politik lokal dan ketidaksetaraan sosial. Hari adalah anggota Komite
Penelitian ISA bidang Gerakan-gerakan Perburuhan (RC44), Kelas-kelas Sosial dan
Gerakan Sosial (RC47), dan Gerakan Sosial, Aksi Kolektif dan Perubahan Sosial (RC48).

Lucia Ratih Kusumadewi adalah mahasiswa program doktor pada Centre


d’Analyse et d’Intervention Sociologique (CADIS), École des hautes études en
sciences sociales (EHESS), Paris, Perancis. Ia menyelesaikan Diplôme d’Études
Approfondies (DEA) dari EHESS pada tahun 2006. Saat ini ia adalah dosen di
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Minat penelitian utamanya adalah pada tema gerakan-gerakan sosial, identitas,
agama, kelompok muda, dan pendidikan. Lucia adalah anggota Komite Penelitian
ISA bidang Sosiologi Agama (RC22) dan Kelas-kelas Sosial dan Gerakan Sosial
(RC47).

Fina Itriyati adalah dosen dan peneliti pada Departmen Sosiologi, Fakultas Ilmu-ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Saat ini ia sedang
menyelesaikan PhD di College of Arts and Social Sciences (CASS), Universitas Nasional
Australia. Proyek penelitiannya berjudul The Biosociality and Redefinition of Identity
of Newly Disabled Women in Post-Earthquake Indonesia yang menggunakan metode
etnografi untuk memahami kehidupan sosial perempuan disabilitas dalam bencana.
Ia tertarik pada isu-isu gender, kebudayaan dan masyarakat, ketubuhan, disabilitas,
bencana, dan hak-hak asasi manusia. Fina adalah anggota Ikatan Sosiologi Indonesia
dan Komite Penelitian ISA bidang Tubuh dan Ilmu-ilmu Sosial (RC54).

>>
DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017
Indera Ratna Irawati Pattinasarany adalah dosen pada Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Bidang studi yang
diminatinya adalah stratifikasi dan mobilitas sosial, ketidaksetaraan sosial,
kemiskinan, dan sosiologi pendidikan. Indera memperoleh gelar Doktor dalam bidang
sosiologi dari Universitas Indonesia dan Master of Arts dari Universitas Negara Bagian
Michigan, AS. Ia adalah anggota Komite Penelitian ISA bidang Sosiologi Pendidikan
(RC04) dan Stratifikasi Sosial (RC28). Ia juga anggota Ikatan Sosiologi Indonesia.

Benedictus Hari Juliawan adalah dosen di Program Pascasarjana Kajian Religi


dan Budaya, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta, Indonesia. Ia juga peneliti di
Sahabat Insan, sebuah Organisasi non-pemerintah lokal yang bergerak dalam isu-isu
buruh migran. Ia menyelesaikan Master of Philosophy pada tahun 2007 dan PhD
di Studi Pembangunan pada Universitas Oxford, Inggris Raya di tahun 2011. Minat
penelitian utamanya adalah gerakan perburuhan, pekerja migran, politik identitas,
dan ekonomi informal.

Mohamad Shohibuddin adalah mahasiswa program doktor pada Departemen


Sosiologi dan Antropologi, Universitas Amsterdam, Negeri Belanda. Ia adalah dosen
pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Komunitas, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Ia pernah menjadi Direktur Eksekutif
Institut Sajogyo, sebuah lembaga penelitian yang berfokus pada isu-isu seputar
kemiskinan, pembangunan pedesaan, dan perubahan agraria. Minat penelitianya
adalah tentang kebijakan pembaharuan agraria, studi konflik dan perdamaian, dan 38
gerakan-gerakan sosial di pedesaan.

Dominggus Elcid Li adalah Direktur Eksekutif sekaligus peneliti pada Lembaga


Tata Kelola Sumber Daya dan Perubahan Sosial (IRGSC). Ia memperoleh PhD dari
Universitas Birmingham, Inggris Raya pada tahun 2014 dan mengikuti program
pascadoktor antara tahun 2014-2015 di Sekolah Kennedy Harvard di Boston, AS.
Ia saat ini adalah dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa
Cendana di Kupang, Indonesia Timur. Minat penelitiannya adalah dalam bidang
migrasi, perdagangan manusia, partisipasi demokrasi, dan sosiologi pedesaan.

Antonius Ario Seto Hardjana menyelesaikan gelar doktornya dari Institut Etnologi,
Universitas Goethe Frankfurt, Jerman. Ia memperoleh MA di Universitas Passau,
Jerman, pada bidang Studi Asia Tenggara. Saat ini ia adalah dosen di Departemen
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Minat
penelitiannya adalah dalam bidang studi kebudayaan, media sosial, dan jaringan
sosial.

DG VOL. 7 / # 1 / MARET 2017

Anda mungkin juga menyukai