Askep Seminar - KLMPK IV - Icvcu
Askep Seminar - KLMPK IV - Icvcu
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK IV
NURZAHRA PO7120421073
MEGAFINI PO7120421078
MOHAMMAD RIZKI PO7120421070
INDRI PO7120421065
INDRIT FITRIANI PO7120421069
Di susun Oleh
Kelompok IV
Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada
Hari, Tanggal, Tahun 2021
(Wayan Supetran, S.Kep., Ns., M.Kes) (Ns. Abdul Rahman, S.Kep., MH)
Mengetahui
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Ketua
Palu, 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan…………………………………………………………..……i
Kata pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...2
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………..2
1.3 Tujuan umum……………………………………………………………….2
1.4 Tujuan khusus………………………………………………………………2
1.5 Waktu………………………………………………………………………2
1.6 Tempat……………………………………………………………………...3
BAB II Tinjauan Pustaka………………………………………………………….4
2.1 Definisi…………………………………………………………………….4
2.2 Etiologi…………………………………………………………………….4
2.5 Manifestasi klinis………………………………………………………….5
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….6
2.4 Pathway AMI……...………………………………………………………8
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………..….9
2.6 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………….10
2.9 Diagnosa, Intervensi……………………………………………………...12
BAB III Perkembangan kasus……………………………………………………23
3.1 Pengkajian………………………………………………………………..23
3.2 Identitas pasien………………………………………………….………..23
3.3 Riwayat Penyakit…………………………………………….…………..24
3.4 Genogram………………………………………………………………...25
3.5 Pengkajian Pola Fungsional……………………………………………...26
3.6 Pemeriksaan Fisik………………………………………………………..27
3.7 Data Penunjang……………………………………………………..……29
3.8 Penatalaksaan Terapi Medis……………………………………….…..…30
3.9 Pengumpulan Data……………………………………………………….30
4.0 Klasifikasi Data ………………………………………………………….32
ii
4.1 Analisa Data……………………………………………………………...33
4.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………….…..37
4.3 Intervensi…………………………………………………………………38
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan………………………………..45
BAB IV Pembahasan…………………………………………………………….64
BAB V Penutup……………………………………………………………….….68
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………68
5.2 Saran……………………………………………………………………...69
Daftar Pustaka……………………………………………………………………71
iii
BAB I
PENDAHULUAN
suplai darah adekuat karena penurunan aliran darah koroner. (Margareth &
Rendy, 2012). Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
pada tahun 2012 menunjukkan bahwa 17,5 juta dari orang di seluruh dunia
meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di
Infark miokard adalah salah satu manifestasi atau gejala dari penyakit jantung
koroner yang sering juga disebut Arteriosclerotic Heart Disease (ASHD) dan
4
Menurut WHO, 7.254.000 kematian di seluruh dunia (12,8% dari
semua kematian) disebabkan oleh SKA (syndrome Koroner Acut) pada tahun
2008. Di USA setiap tahun 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di
tertinggi dengan angka prevalensi 7,2% pada tahun 2007. Survei yang
5
1.6 Tempat
Asuhan keperawatan dilakukan diruangan ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah
Undata
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard
mengalami kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengurangi
suplai darah adekuat karena penurunan aliran darah koroner. (Margareth &
Rendy, 2012). Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran
darah ke jaringan otot jantung.(M. Black, Joyce, 2014).
Infark miokardium akut adalah oleh orang awam disebut serangan
jantung yaitu penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah coroner
sehingga aliran darah ke otot jantung tidak cukup sehingga menyebabkan otot
jantung mati. . (Margareth & Rendy, 2012).Infark Miokard Akut (IMA)
adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
(M.Black, Joyce, 2014).
2.2 Etiologi
1. Coronary Arteri Desease : aterosklerosis, arthritis, trauma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri
koroner.
2. Coronary Arteri Emboli : infective endokarditisc, cardiac myxoma,
cardiopulmonal.
3. Kelainan Kongenital : anomaly arteri koronaria.
4. Gangguan Hematologi : anemia, polisitemia vera, hipercoagulabity,
thrombosis.
5. Faktor Presdiposisi :
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah: umur lebih dari 40
tahun, jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
7
b. Faktor resiko yang dapat dirubah: hipertensi, obesitas, diabetes,
merokok, diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
6. Ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard : AMI terjadi
jika suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak tertangani dengan
baik, sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung.
Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya suplai O2 ke jantung
adalah:
a. Faktor pembuluh darah : hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh
darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang
bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
arterosklerosis, spasme, dan arteritis.
b. Faktor Sirkulasi : sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah
dari jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung sehingga
hal ini tidak akan lepas dari factor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi, stenosis, maupun isufisiensi yang terjadi
pada katup-katup jantung(aorta, mitralis, maupun trikuspidalis)
menyebabkan menurunnya cardiac output(COP). Penurunan COP yang
diikuti oleh penurunan sirkulasi menebabkan beberapa bagian tubuh
tidak tersuplai darah dengan adekuat.
c. Faktor Darah : darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh
bagian tubuh, jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apa
pun jalan (pembuluh darah) dan pemompa jantung maka hal tersebut
tidak cukup membantu. (Udjianti, 2010, 82)
8
napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dansakit kepala ringan,
mual, muntah dan perasaan takut. Keluhan yang khas adalah nyeridada
retrosternum, seperti diremas-remas atau tertekan. Perbedaan dengan nyeri
pada angina adalah nyeri pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30 menit,
sedangkan padaangina kurang dari itu. Disamping itu pada angina
biasanya nyeri akan hilang denganistirahat akan tetapi pada infark tidak.
Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke lengan
kiri, bahu, lehersampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit.Hal tersebut biasanya terjadi pada manula,
atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
2. Sesak nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolikventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilas. Pada infark yang tanpa gejala nyeri dan sesak nafas
merupakan tanda adanyadisfungsi ventrikel kiri yang bermakna
3. Gejala gastrointestinal
Peningkatan aktivitas menyebabkan mual dan muntah serta biasanya lebih
sering padainfark inferior. Stimulasi diafragma pada infark inferior juga
bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala lain
Takikardi, kulit yang pucat, dingin dan hipertensi ditemukan pada kasus
yang relativlebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang
tampak atau terabadidinding dada AMI anterior.
2.4 Patofisiologi
Nekrosis miokard akut, hampir selalu terjadi akibat penyumbatan
total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque aterosklerosis
yang tidak stabil. Proses terbentuknya plaque ( aterosklerosis ) banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kebiasaan hidup yang jelek, antara
lain : merokok, makan berlebihan ( obesitas ), latihan fisik yang kurang,
pengaruh psikososial, pada diit rendah serat, asupan natrium, alcohol.
9
Dari hal – hal tersebut di atas akan menimbulkan penumpukan
lemak yang berlebihan, sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila aktivitas
manusia rendah, kolesterol ini akan menumpuk di dalam lumen arteri
koronaria dan terbentuklah plaque ( aterosklerosis ). Plaque ini semakin lama
semakin menebal dan bisa sampai menutupi pembuluh darah koroner,
sehingga jantung tidak mendapatkan suplai O2 dan nutrisi, yang hasilnya
akan terjadi infark miokard akut, bersamaan dengan itu terjadi perubahan
metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob.
Hasil metabolisme anaerob ini berupa asam laktat. Dan apabila
metabolisme tersebut berlangsung lama maka akan terjadi penumpukan asam
laktat yang apabila terjadi di jantung maka mengakibatkan peningkatan
iskemic jantung yang kemudian akan terjadi nekrosis, di otak mengakibatkan
terganggunya keseimbangan natrium-kalium sehingga terjadilah kejang,
dan jika di otot maka terjadi kelelahan.
Gejala yang paling sering muncul adalah adanya nyeri dada yang
hebat. Dan dari nyeri dada yang hebat tersebut bisa terjadi syok kardiogenik.
Hemodinamik mengalami perubahan yangn menyebabkan berkurangnya
curah jantung. Meningkatkan tekanan ventrikel kiri, retensi air dan garam
sehingga dapat menimbulkan kelebihan cairan dalam tubuh. Perrubahan
dinamik yang berlangsung lama akan menyebabkan kematian (nekrosis) pada
otot jantung. (Arif Muttaqin, 2009).
10
2.5 Pathway Akut Miokard Infark
Iskemik miokard
Defisit perawatan
diri
11
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan penatalaksanaan
medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan
cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian oksigen, dan tirah baring
dilakukan secara bersamaan untuk mempertahankan jantung. Obat-obatan
dan oksigen digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen, sementara tirah
baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Tiga kelas obat-
obatan yang bisa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen yaitu :
1. Fasodilator
Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin
(NTG) intravena.
2. Antikoagulan
Antikoagulan heparin adalah antikoagualan pilihan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan
pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
3. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap thrombus yang telah
terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbata dan juga luasnya
infark. Agar efektif, obat ini harus diberikan pada awal awitan nyeri dada.
Tiga macam obat trombolitik yang terbukti bermanfaat melarutkan
trombus adalah: streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-PA =
tisue plasminogen aktifator) dan anistreplase. Pemberian oksigen. Terapi
oksigen dimulai saat awitan nyeri oksigen yang dihirup akan langsung
meningkatkan saturasi darah. efektifitas terapeutik oksigen ditentukan
dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernafasan, dan pasien
mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam dara secara
bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri. Pemberian analgetik dibatasi
12
hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan
antikoagulan. Analgetik pilihan masih tetap morfin sulfat yang diberikan
secara intravena dengan dosis meningkat 1-2 mg.
13
5. Analisa Gas Darah : Menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan
keseimbangan asam-basa darah.
6. Kadar elektrolit : Menilai abnormalitas kadar natrium, kalium, atau
kalsium yang membahayakan kontraksi otot jantung. (Wawan Juni
Udjianti, 2010:91)
14
2.8 Diagnosa keperawatan dan intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali Manajemen Nyeri (l.08238)
berhubungan 24 jam, maka diharapkan tingkat nyeri menurun dan Observasi
dengan agen kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera - Tidak mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis (iskemia) - Tidak meringis - Identifikasi skala nyeri
- Tidak bersikap protektif - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Tidak gelisah - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Tidak mengalami kesulitan tidur memperingan nyeri
- Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Tekanan darah membaik tentang nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
- Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat nyeri
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Kemampuan menggunakan teknik non- - Monitor keberhasilan terapi komplementer
farmakologis yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
15
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
16
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Manajemen jalan napas (l.01011)
berhubungan jam diharapkan inspirasi dan atau ekspirasi yang Observasi
dengan hambatan memberikan ventilasi adekuat membaik dengan - Monitor pola napas
upaya nafas kriteria hasil : - Monitor bunyi napas
- Disspnea menurun - Monitor sputum
- Penggunaan otot bantu napas menurun Terapeutik
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Ortopnea menurun - Posisikan semi-fowler
- Pernapasanpursed-lip menurun - Berikan minum hangat
- Pernapasan cuping hidung menurun - Lakukan fisioterafi dada
- Ventilasi semenit meningkat - Lakukan penghisapan lendir
- Kapasitas vital meningkat - Lakukan hiperoksigenasi
- Diameter thorax anterior-posterior meningkat - Keluarkan sumbatan benda padat dengan
- Tekanan ekspirasi meningkat forsep
- Tekanan inspirasi meningkat - Berikan oksigen jika perlu
- Frekuensinapas membaik Edukasi
- Kedalaman napas membaik - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Ekskursi dada membaik - Ajarkan Teknik batuk efektif
17
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, Manajemen Energi (l.05178)
berhubungan diharapkan toleransi aktivitas meningkat, dengan observasi
dengan ketidak kriteria hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
seimbangan antara - Frekuensi nadi menurun mengakibatkan kelelahan
suplai dan - Keluhan lelah menurun - Monitor kelelahan fisik dan emosional
kebutuhan oksigen - Dispnea saat aktivitas menurun - Monitor pola dan jam tidur
- Dispnea setelah aktivitas menurun - Monitor dan ketidaknyamanan selama
- Perasaan lemah menurun melakukan aktivitas
- Aritmia saat aktivitas menurun Terapeutik
- Aritmia setelah aktivitas menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Sianosis menurun stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
- Tekanan darah membaik - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
- EKG iskemia membaik aktif
- Berikan aktifitas distraksi yang menenagkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
18
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4. Resiko penurunan Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, Perawatan jantung (I.02075)
curah jantung diharapkan curah jantung meningkat, dengan kriteria Observasi
berhubungan hasil: - Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan
dengan perubahan 1. Kekuatan nadi perifer meningkat curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan,
kontraktilitas 2. Ejection fraction (EF) meningkat adema ortopnea paroxysmal nocturnal
3. Cardiac index (CI) meningkat dyspenea, peningkatan CPV)
4. Left ventricular stroke work index (LVSWI) - Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan
meningkat curah jantung (meliputi peningkatan berat
5. Stroke volume index (SVI) meningkat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis,
6. Palpitasi menurun palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
19
7. Bradikardia menurun pucat)
8. Takikardia menurun - Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
9. Gambaran EKG aritmia menurun ortostatik, jika perlu)
10. Lelah menurun - Monitor intake dan output cairan
11. Edema menurun - Monitor berat badan setiap hari pada waktu
12. Distensi vena jugularis menurun yang sama
13. Dyspnea menurun - Monitor saturasi oksigen
14. Oliguria menurun - Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
15. Pucat/sianosis menurun lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
16. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun mengurangi nyeri)
17. Ortopnea menurun - Monitor EKG 12 sadapoan
18. Batuk menurun - Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
19. Bunyi jantung S3 menurun - Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
20. Bunyi jantung S4 menurun Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
21. Murmur jantung menurun - Monitor fungsi alat pacu jantung
22. Berat badan menurun - Periksa tekanan darah dan frekwensi
23. Hepatomegaly menurun nadisebelum dan sesudah aktifitas
24. Pulmonary vascular resistance (PVR) menurun - Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
25. Systemic vascular resistance menurun sebelum pemberian obat (mis. Betablocker,
20
26. Tekanan darah membaik ACEinhibitor, calcium channel blocker,
27. Capillary refill time (CRT) membaik digoksin)
28. Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) Terapeutik
membaik - Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
29. Central venous pressure membaik dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk memepertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
21
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
5. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, Terapi oksigen (I.01026)
berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi diharapkan pertukaran gas meningkat, dengan kriteria Observasi
hasil: - Monitor kecepatan aliran oksigen
1. Tingkat kesadaran meningkat - Monitor posisi alat terapi oksigen
2. Dyspnea menurun - Monitor aliran oksigen secara periodic dan
3. Bunyi napas tambahan menurun pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Pusing menurun - Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
5. Penglihatan kabur menurun oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
6. Diaforesis menurun - Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
7. Gelisah menurun makan
22
8. Napas cuping hidung menurun - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
9. PCO² membaik - Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
10. PO² membaik dan atelectasis
11. Takikardia membaik - Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
12. pH arteri membaik oksigen
13. sianosis membaik - Monitor integritas mukosa hidung akibat
14. pola napas membaik pemasangan oksigen
15. warna kulit membaik Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengat tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
23
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
6. Dafisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Dukungan perawatan diri (l.11348)
dengan kelemahan
jam perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
1. Kemampuan mandi meningkat - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat sesuai usia
3. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat - Monitor tingkat kemandirian
4. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
meningkat diri, berpakaian, berhias, dan makan
5. Minat melakukan perawatan diri meningkat Terapeutik
6. Mempertahankan kebersihan diri meningkat - Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
7. Mempertahankan kebersihan mulut meningkat Suasana hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan mandi (mis. Parfum, sikat
gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
24
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan untuk melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
25
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal masuk : 12 Desember 2021
Jam masuk : 13.00 WITA
Ruang : ICVCU RSUD UNDATA PALU
No Register : 01022409
Dx.medis : AMI (Akut Miokard Infark)
Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
3.2 Identitas Pasien
1. Identitas klien
Nama : Tn.B
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Gunung Bale, Donggala
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.M
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Gunung Bale, Donggala
Hubungan dengan klien : Anak kandung
26
2. Riwayat keluhan utama : klien masuk IGD RSUD UNDATA PALU pada
tanggal 12 Desember 2021 pukul 13.00 WITA dengan keluahan nyeri
dada sebelah kiri tembus belakang 5 hari sebelum masuk RS, nyeri
dirasakan seperti tertindis batu, nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri
± 2 jam, skala nyeri 7.
3. Keluhan utama saat pengkajian : klien mengatakan nyeri dada tembus
belakang
4. Riwayat keluhan saat pengkajian : klien mengatakan nyeri dada tembus
belakang nyeri seperti tertindis batu, nyeri dirasakan hilang timbul, skala
nyeri 5, nyeri bertambah saat setelah beraktivitas atau berjalan dari tempat
tidur kekamar mandi, lama nyeri ± 1jam. Klien nampak meringis, klien
nampak gelisah
5. Keluhan lain yang menyertai : nafas terasa sesak, klien mengatakan mudah
lelah
6. Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah
dilakukan oprasi pemasangan cincin pada jantung
7. Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit menurun dan menular
8. Riwayat alergi (obat dan makanan) : tidak ada alergi terhadap obat dan
makanan
27
3.4 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal bersama
28
3.5 Pengkajian pola fungsional kesehatan :
No Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
1 Persepsi kesehatan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan bahwa
terlalu memperhatikan kesehatan sangat penting
kesehatannya dan kita harus selalu
menjaga kesehatan agar
selalu sehat
2 Pola metabolik
nutrisi
- frekuensi makan 3x/hari 3x/hari
Nafsu makan Baik Tidak nafsu makan
Porsi makan 1 piring dihabiskan ½ porsi
Pantangan makanan - -
- Pola minum
Jumlah cairan/hari 8 gelas/hari 8 gelas/hari
3 Pola istirahat /tidur :
±2jam ±2 jam tidak teratur
Siang ±8 jam ±7 kadang terbangun jika
Malam nyeri datang
- -
Gangguan tidur
4 Pola kebersihan diri
:
Mandi 2x/hari Selama dirawat klien
belum mandi
Sikat gigi 2x/hari Tidak sikat gigi
Cuci rambut 2x/hari Belum cuci rambut
Kebersihan kuku 1 minggu sekali Belum menggunting
kuku
5 Pola eliminasi :
BAB :
Frekuensi 2x/hari 2x/hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi BAK :
Frekuensi 6-7x/hari 6x/hari
Warna Kuning Kuning
Jumlah urine -
6 Pola aktivitas Klien mengatakan dirinya klien mengatakan semua
bisa melakukan aktivitas aktivitasnya dilakukan di
sehari hari atas tempat tidur dan
dibantu oleh keluarga
7 Pola persepsi diri Klien merasa jika dia Klin menganggap dirinya
(konsep diri) tidak akan sakit seperti bisa sembuh seperti sedia
sekarang ini karna kala
mnganggap dirinnya kuat
29
8 Pola hubungan Klien bisa melakukan Klien mengatakan tidak
peran kegiatan sehari-hari dan bisa melakukan banyak
biasa bersosialisasi aktivitas
dengan teman-teman
9 Pola koping- Klien senang bercerita Klien bercerita dengan
toleransi dengan teman dan anaknya untuk
stres keluarga tentang kegitan mengalihkan rasa bosan
yang dilakukannya dan stres dirawat di RS
10 Pola nilai- Klien melakukan ibadah Selama sakit klien belum
kepercayaan shalat setiap hari shalat, tapi klien selalu
spiritual berdoa untuk
kesembuhannya
30
Inspeksi : bibir nampak pucat tidak ada peradangan pada tonsil
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
7. Dada (jantung & Paru-paru)
Jantung
Inspeksi : tidak ada retraksi interkosta, iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba pada ics 4
Perkusi : terdengar suara pekak saat di perkusi, Left: ics 3, Right:
ics 4, Anterior : ics 3, Posterior: ics 5.
Auskultasi : terdengar suara jantung tambahan murmur pada bunyi
jantung 4 , irama jantung tidak teratur
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada tidak teratur
Palpasi : vibrasi dinding dada
Perkusi : terdengar suara sonor.
Auskultasi : suara nafas vesikuler dan tidak terdengar suara nafas
tambahan,
8. Abdomen
Inspeksi : terlihat bersih, nampak datar, tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 10x/m
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
9. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
10. Ekstrimitas atas
Inspeksi : klien mampu menggerakkan tangan, jari-jari tangan
dengan kekuatan penuh, tampak terpasang IVFD RL 20tpm
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
11. Ekstrimitas bawah
Inspeksi : pergerakan kedua kaki baik, tampak edma pada kaki,
piting edma derajat I
31
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : refleks patela baik
12. Kulit
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, kuku berwarna merah jambu,
tidak ada kelainan pada kulit
Palpasi : turgor kulit baik, CRT ≤ 2 detik
32
3.8 Penatalaksana terapi medis
1. IVFD RL 20tpm
2. Dobutamin 5mg/KgBB/mut
3. Furosemid 1 amp/12 jam
4. Tanapres 5mg 0-0-1
5. Concor 2,5 mg 0-1-0
6. Aspilet 80mg 0-0-1
7. CPG 75mg 1-0-0
8. Atorvastatin 20mg 0-0-1
9. Aprazolam 0,5mg 0-0-1
33
17. klien tampak gelisah
18. TTV : TD: 102/62mhg R : 32x/m N: 77x/m S: 36,6oC
19. SPO2 96%
20. terdengar suara jantung tambahan murmur pada bunyi jantung 4
21. iktus cordis teraba pada ics 4
22. Hasil Rontgen : Cardiomegaly
23. Hasil EKG :
- Normal sinus rhythm
- Premature atrial complexes
- Left atrial enlargement
- High voltage (right ventricular)
- Inferior infarction (recent)
- Suspect anterior infarction
- T Abnormality
34
3.9 Klasifikasi data
Data subjek Data objek
1. klien mengatakan nyeri dada 1. irama jantung tidak teratur
tembus belakang 2. pergerakan dinding dada tidak
2. klien mengatakan nyeri seperti teratur
tertindis batu 3. terpasang IVFD RL 20tpm
3. klien mengatakan nyeri dirasakan 4. terpasang O2 nasal kanul 5
hilang timbul liter/menit
4. klien mengatakan nyeri bertambah 5. SPO2 96%
6. terdengar suara jantung
saat setelah beraktivitas atau
tambahan murmur pada bunyi
berjalan dari tempat tidur ke kamar
jantung 4
mandi
7. skala nyeri 5
5. klien mengatakan lama nyeri ±
8. klien tampak lemah
1jam.
9. Klien tampak meringis
6. klien mengatakan nafas terasa
10. klien tampak gelisah
sesak
11. iktus cordis teraba pada ics 4
7. klien mengatakan mudah lelah.
12. Hasil Rontgen : Cardiomegaly
8. klien mengatakan semua
13. TTV TD: 102/62mhg R : 32x/m
aktivitasnya dilakukan diatas
N: 77x/m S: 36,6oC
tempat tidur dan dibantu oleh
14. Hasil EKG :
keluarga
15. Normal sinus rhythm
9. Klien mengatakan tidak bisa
16. Premature atrial complexes
melakukan banyak aktivitas
17. Left atrial enlargement
18. High voltage (right ventricular)
19. Inferior infarction (recent)
20. Suspect anterior infarction
21. T Abnormality
35
4.0 Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
1. klien mengatakan nyeri Fisiologis ( Infark
dada tembus belakang Miokard)
2. klien mengatakan nyeri
seperti tertindis batu
3. klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
4. klien mengatakan nyeri
bertambah saat setelah
beraktivitas atau berjalan
dari tempat tidur ke
kamar mandi
5. klien mengatakan lama
nyeri ± 1jam.
DO :
1. klien tampak lemah
2. skala nyeri 5
3. Klien tampak meringis
4. klien tampak gelisah
5. Hasil Rontgen :
Cardiomegaly
6. Hasil EKG :
- Normal sinus rhythm
- Premature atrial
complexes
- Left atrial
enlargement
36
- High voltage (right
ventricular)
- Inferior infarction
(recent)
- Suspect anterior
infarction
- T Abnormality
2. DS : Hambatan upaya Pola nafas tidak
1. irama jantung tidak nafas (kelemahan) efektif
teratur
2. klien mengatakan
nyeri dada tembus
belakang
3. klien mengatakan
nafas terasa sesak
4. klien mengatakan
mudah lelah.
5. klien mengatakan
semua aktivitasnya
dilakukan diatas
tempat tidur dan
dibantu oleh keluarga
6. Klien mengatakan
tidak bisa melakukan
banyak aktivitas
DO :
1. pergerakan dinding dada
tidak teratur
2. terpasang O2 nasal kanul
5 liter/menit
3. SPO2 96%
37
4. skala nyeri 5
5. klien tampak lemah
6. Klien tampak meringis
7. TTV TD: 102/62mhg R :
32x/m N: 77x/m S:
36,6oC
38
11. Terdengar suara jantung
tambahan murmur pada
bunyi jantung 4
12. skala nyeri 5
13. klien tampak lemah
14. Klien tampak meringis
15. TTV TD: 102/62mhg R :
32x/m N: 77x/m S:
36,6oC
16. Hasil EKG :
- Normal sinus rhythm
- Premature atrial
complexes
- Left atrial
enlargement
- High voltage (right
ventricular)
- Inferior infarction
(recent)
- Suspect anterior
infarction
- T Abnormality
4. DS : Kelemahan Intoleransi Aktivitas
1. klien mengatakan
nafas terasa sesak
2. klien mengatakan
mudah lelah.
3. klien mengatakan
semua aktivitasnya
dilakukan diatas
tempat tidur dan
39
dibantu oleh keluarga
4. Klien mengatakan
tidak bisa melakukan
banyak aktivitas
5. Klien mengatakan
tidak nafsu makan
DO :
1. terpasang O2 nasal
kanul 5 liter/menit
2. SPO2 96%
3. klien tampak lemah
4. Klien tampak
meringis
5. klien tampak gelisah
6. R : 32x/m
40
4.2 Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut b/d Agen Setelah diberikan asuhan Observasi :
Pencedera Fisiologis ( Infark keperawatan selama 3x24 1. catat karakteristik nyeri, lokasi, 1. Variasi pemampilan
Miokard) jam, intensitas, lamanya dan penyebaran. dan perilaku pasien
diharapkan nyeri tidak karena nyeri
No. diagnosis : D.0077 ada, terjadi sebagai
Kategori : psikologis dengan kriteria hasil : temuan pengkajian.
Subkategori : nyeri dan - Pasien tampak tenang
kenyamanan - Skala nyeri 0 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
ambang nyeri yang
DS : dirasakan
1. klien mengatakan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Respon nyeri non
dada tembus belakang verbal sebagai
2. klien mengatakan nyeri indikasi tingkat
seperti tertindis batu kemampuan tubuh
3. klien mengatakan nyeri pasien dalam
dirasakan hilang timbul merespon nyeri
5. klien mengatakan nyeri Terapeutik :
bertambah saat setelah 1. Berikan teknik non farmakologis 1. . Sebagai alternative
beraktivitas atau berjalan untuk mengurangi rasa nyeri penatalaksanaan
dari tempat tidur ke kamar misal : hypnosis, akupressur, nyeri
mandi terapi musik, terapi pijat, dan
6. klien mengatakan lama lain – lain.
nyeri ± 1jam. 2. Kontrol lingkungan yang 2. Lingkungan dapat
memperberat nyeri misal : suhu berpengaruh
ruangan, pencahayaan, kebisingan. terhadap nyeri yang
dirasakan
41
DO : Edukasi :
1. klien tampak lemah 1. Anjurkan pasien memonitor
2. skala nyeri 5 nyeri secara mandiri 1. Melatih pasien
3. SPO2 96% mengontrol nyeri
4. Klien tampak meringis dan memberikan
5. klien tampak gelisah informasi tentang
6. Hasil Rontgen : nyeri yang
Cardiomegaly dialaminya kepada
7. Hasil EKG : 2. Ajarkan teknik non farmakologis perawat.
8. Normal sinus rhythm untuk mengurangi nyeri 2. Sebagai alternative
9. Premature atrial complexes penatalaksanaan
10. Left atrial enlargement Kolaborasi : nyeri
11. High voltage (right 1. Kolaborasi dengan dokter untuk
ventricular) pemberian analgetik 1. Untuk memberikan
12. Inferior infarction (recent) terapi
13. Suspect anterior infarction analgetik yang tepat
14. T Abnormality dan
efektif
2. Pola nafas tidak efektif b/d Setelah diberikan asuhan Observasi
hambatan upaya nafas keperawatan selama 3x24 1. monitor pola nafas (frekuensi 1. untuk mengetahui
(kelemahan) jam, diharapkan pola kedalaman dan upaya nafas) frekuensi kedalaman
nafas membaik dengan dan upaya nafas
No. diagnosis : D.0005 kriteria hasil : klien
Kategori : fisiologis - Frekuensi nafas 2. monitor bunyi nafas tambahan 2. untuk mengetahui
Subkategori : respirasi membaik adanya sumbatan
DS : - Kedalaman nafas pada jalan nafas
1. irama jantung tidak membaik klien
teratur Terapeutik
42
2. klien mengatakan nyeri 1. posisikan semi fowler atau fowler 1. Meningkatkan
dada tembus belakang ekspansi paru dan
3. klien mengatakan nafas memudahkan
terasa sesak 2. berikan oksigen pernafasan
4. klien mengatakan 2. Untuk mengencerkan
mudah lelah. produksi sputum
5. klien mengatakan 3. Untuk memberikan
semua aktivitasnya Edukasi tambahan oksigen
dilakukan diatas tempat 1. anjurkan asupan cairan 2000ml/hari agar tidak memburuk
tidur dan dibantu oleh keadaan klien
keluarga
6. Klien mengatakan tidak 1. Mencukupi
bisa melakukan banyak jumlah kebutuhan
aktivitas cairan tubuh dan
DO : mencegah terjadinya
1. pergerakan dinding dehidrasi
dada tidak teratur
2. terpasang O2 nasal
kanul 5 liter/menit
3. SPO2 96%
4. skala nyeri 5
5. klien tampak lemah
6. Klien tampak meringis
7. TTV TD: 102/62mhg R
: 32x/m N: 77x/m
S: 36,6oC
43
jantung b/d Perubahan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui
kontraktilitas jam diharapkan curah penurunan curah jantung tanda-tanda
jantung meningkat penurunan curah
No. diagnosis : D.0008 dengan kriteria hail : jantung
Kategori : fisiologis - Edema menurun 2. Monitor tekanan darah 2. Untuk mengetahuai
Subkategori : respirasi - lelah menurun tekanan darah klien
- Murmur jantung 3. Monitor saturasi oksigen 3. Untuk menegtahui
DS : menurun kadar oksigen
1. klien mengatakan nyeri dalam darah klien
dada tembus belakang 4. Monitor EKG 12 sadapan 4. Untuk mengetahui
2. klien mengatakan nafas kelainan pada irama
terasa sesak jantung
3. klien mengatakan Terapeutik
mudah lelah. 1. Posisikan pasien semi fowler atau 1. Untuk
4. klien mengatakan semua fowler dengan kaki kebawah atau memaksimalkan
aktivitasnya dilakukan posisi kebawah ekspansi paru dan
diatas tempat tidur dan pernafasan klien
dibantu oleh keluarga 2. Berikan oksigen untuk 2. Untuk memberikan
5. Klien mengatakan tidak mempertahankan saturasi oksigen > tambahan oksigen
bisa melakukan banyak 94% agar tidak
aktivitas rmemperburuk
keadaan klien
DO :
1. pergerakan dinding dada Edukasi 1. agar klien tidak
tidak teratur 1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai mudah lelah
2. iktus cordis teraba pada toleransi 2. agar klien tidak
ics 4 2. Anjurkan beraktivitas fisik secara mudah lelah
3. Hasil Rontgen : bertahap
44
Cardiomegaly Kolaborasi 1. sebagai mitra kerja
4. terpasang O2 nasal kanul 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia dalam proses
5 liter/menit kesembuhan klien
5. SPO2 96%
6. skala nyeri 5
7. klien tampak lemah
8. Klien tampak meringis
9. TTV TD: 102/62mhg
R : 32x/m N: 77x/m
S: 36,6oC
10. Hasil EKG :
- Normal sinus rhythm
- Premature atrial
complexes
- Left atrial
enlargement
- High voltage (right
ventricular)
- Inferior infarction
(recent)
- Suspect anterior
infarction
- T Abnormality
45
Kategori : fisiologis diharapkan toleransi 2. Untuk mengetahui
Subkategori : aktivitas/istirahat
aktivitas meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan tingkat toleransi
dengan kriteria hasil : emosional aktivitas fisik dan
DS : - kemudahan dalam emosional yang
1. klien mengatakan nafas melakukan aktivitas dialami
terasa sesak sehari-hari meningkat
2. klien mengatakan mudah - jarak berjalan Terapeutik 1. Lingkungan yang
lelah. meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman nyaman dapat
3. klien mengatakan semua - keluhan lelah menurun dan rendah stimulus ( misalnya memberikan
aktivitasnya dilakukan cahaya, suara, kunjungan ) stimulus ketenangan
diatas tempat tidur dan fisik dan emosional
dibantu oleh keluarga 2. Duduk disisi
4. Klien mengatakan tidak 2. Fasilitasi duduk disisi tempat tempat merupakan
bisa melakukan banyak tidur jika tidak dapat berpindah atau tahap awal dalam
aktivitas berjalan melakukan aktivitas
5. Klien mengatakan tidak yang dapat
nafsu makan ditoleransi oleh
tubuh
3. Untuk memenuhi
DO : aktivitas fisik yang
1. terpasang O2 nasal kanul 5 3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin tidak dapat
liter/menit ( misalnya ambulasi, mobilisasi, dan dilakukan secara
2. SPO2 96% perawatan diri ) mandiri
3. klien tampak lemah 4. Melibatkan keluarga
4. Klien tampak meringis dalam aktivitas
5. klien tampak gelisah 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien dapat
6. R : 32x/m meningkatkan
dukungan emosional
46
terhadap recovery
pasien
47
4.4 Implementasi dan evaluasi
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi
1 Senin Nyeri Akut 1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, 17.00 S:
13 b/d Agen intensitas, lamanya dan penyebaran 1) klien mengatakan nyeri bertambah
desember Pencedera Hasil : saat beraktivitas atau berjalan dari
2021 Fisiologis - klien mengatakan nyeri bertambah tempat tidur ke kamar mandi
( Infark saat beraktivitas atau berjalan dari 2) klien mengatakan nyeri seperti
Miokard) tempat tidur kekamar mandi tertindis batu
- klien mengatakan nyeri seperti 3) klien mengatakan nyeri dada
tertindis batu tembus belakang
- klien mengatakan nyeri dada tembus 4) klien mengatakan nyeri dirasakan
belakang hilang timbul, lama nyeri ± 1jam
- klien mengatakan nyeri dirasakan 5) klien mengatakan skala nyeri 5
hilang timbul, lama nyeri ± 1jam
O:
2. Mengidentifikasi skala nyeri 1) klien tampak lemah
Hasil : 2) Klien tampak meringis
Skala nyeri 5 3) klien tampak gelisah
48
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi musik, terapi pijat, dan
pemberian analgetik lain – lain.
Hasil : 4) Ajarkan teknik non farmakologis
- IVFD RL 20tpm untuk mengurangi nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter untuk
- Dobutamin 5mg/KgBB/mut
pemberian analgetik
- Furosemid 1 amp/12 jam
- Tanapres 5mg 0-0-1
- Concor 2,5 mg 0-1-0
- Aspilet 80mg 0-0-1
- CPG 75mg 1-0-0
- Atorvastatin 20mg 0-0-1
- Aprazolam 0,5mg 0-0-1
49
2. Memonitor bunyi nafas tambahan -SPO2 : 96%
Hasil :
suara nafas vesikuler dan tidak terdengar A : masalah belum teratasi
suara nafas tambahan.
P : pertahankan intervensi
3. Posisikan semi fowler atau fowler 1. Monitor pola nafas (frekuensi
Hasil : kedalaman dan upaya nafas)
Pasien diberi posisi semi fowler 2. Monitor bunyi nafas tambahan
3. Posisikan semi fowler atau
4. Memberikan oksigen fowler
Hasil : 4. Berikan oksigen
Pasien terpasang O2 nasal kanul 5 5. Anjurkan asupan cairan
liter/menit 2000ml/hari
50
Hasil : - Bunyi jantung murmur
Observasi TTV : - TD : 102/62mhg
TD : 102/62mhg N : 77x/m
N : 77x/m R : 32x/m
R : 32x/m S : 36,6oC
S : 36,6oC -SPO2 : 96%
51
6. Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen > 94%
Hasil :
Pasien terpasang O2 nasal kanul 5
liter/menit
52
d. Klien mengatakan tiidak nafsu makan
O:
2. melibatkan keluarga dalam aktivitas - terpasang O2 nasal kanul 5
hasil : klien mengatakan semua liter/menit
aktivitasnya dilakukan diatas tempat - klien tampak lemah
tidur dan dibantu oleh keluarga - Klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
3. menganjurkan tirah baring - R : 32x/m
hasil ; klien nampak baring ditempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
1) Identifikasi fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2) Libatkan keluarga dalam
aktivitas
3) Anjurkan tirah baring
53
Hari ke-2
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi
1 Selasa, Nyeri Akut 1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, 12.00 S:
14/12/2021 b/d Agen intensitas, lamanya dan penyebaran 1) klien mengatakan nyeri bertambah
Pencedera Hasil : saat beraktivitas atau berjalan dari
Fisiologis - klien mengatakan nyeri bertambah tempat tidur ke kamar mandi
( Infark saat beraktivitas atau berjalan dari 2) klien mengatakan nyeri seperti
Miokard) tempat tidur kekamar mandi tertindis batu
- klien mengatakan nyeri seperti 3) klien mengatakan nyeri dada
tertindis batu tembus belakang
- klien mengatakan nyeri dada tembus 4) klien mengatakan nyeri dirasakan
belakang hilang timbul, lama nyeri ± 30
- klien mengatakan nyeri dirasakan menit
hilang timbul, lama nyeri ± 30 menit 5) klien mengatakan skala nyeri 4
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : O:
Skala nyeri 4 1) klien tampak lemah
3. Memberikan teknik non farmakologis 2) klien tampak gelisah
untuk mengurangi rasa nyeri.
Hasil : A: masalah belum teratasi
Memberikan terapi pijat
4. Mengajarkan teknik non farmakologis P : lanjutkan intrvensi
untuk mengurangi nyeri 1) catat karakteristik nyeri, lokasi,
Hasil : intensitas, lamanya dan penyebaran.
Mengajarkan teknik relaksasi nafas 2) Identifikasi skala nyeri
dalam 3) Berikan teknik non farmakologis
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk untuk mengurangi rasa nyeri misal :
pemberian analgetik hypnosis, akupressur, terapi musik,
54
Hasil : terapi pijat, dan lain – lain.
- IVFD RL 20tpm 4) Ajarkan teknik non farmakologis
- Dobutamin 5mg/KgBB/mut untuk mengurangi nyeri
- Furosemid 1 amp/12 jam 5) Kolaborasi dengan dokter untuk
- Tanapres 5mg 0-0-1 pemberian analgetik
- Concor 2,5 mg 0-1-0
- Aspilet 80mg 0-0-1
- CPG 75mg 1-0-0
- Atorvastatin 20mg 0-0-1
- Aprazolam 0,5mg 0-0-1
2. Selasa, Pola nafas 1. Memonitor pola nafas (frekuensi S:
14/12/2021 tidak efektif kedalaman dan upaya nafas) - klien mengatakan mudah lelah
b/d Hasil : - klien mengatakan sesak napas
hambatan Observasi TTV :
upaya nafas TD : 102/62mhg O:
(kelemahan) N : 77x/m - Pasien terpasang O2 nasal kanul 5
R : 32x/m liter/menit
S : 36,6oC - TD : 102/62mhg
SPO2 : 96 N : 77x/m
R : 32x/m
2. Memonitor bunyi nafas tambahan S : 36,6oC
Hasil : -SPO2 : 96%
suara nafas vesikuler dan tidak terdengar
suara nafas tambahan. A : masalah belum teratasi
55
2. Monitor bunyi nafas tambahan
4. Memberikan oksigen 3. Posisikan semi fowler atau
Hasil : fowler
Pasien terpasang O2 nasal kanul 5 4. Berikan oksigen
liter/menit 5. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
5. Mengaanjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Hasil :
Keluarga klien mengatakan dalam sehari
pasien minum air putih sebanyak 4 gelas
sedang
56
3. Memonitor saturasi oksigen A : masalah belum teratasi
Hasil :
SPO2 : 96% P : pertahankan intervensi
1. Identifikasi tanda/gejala primer
4. Memonitor EKG 12 sadapan penurunan curah jantung
Hasil : 2. Monitor tekanan darah
Hasil EKG : 3. Monitor saturasi oksigen
- Normal sinus rhythm 4. Monitor EKG 12 sadapan
- Premature atrial complexes 5. Posisikan pasien semi fowler
- Left atrial enlargement atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi kebawah
- High voltage (right ventricular)
6. Berikan oksigen untuk
- Inferior infarction (recent) mempertahankan saturasi
- Suspect anterior infarction oksigen > 94%
- T Abnormality 7. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
5. Posisikan pasien semi fowler atau 8. Anjurkan beraktivitas fisik
fowler dengan kaki kebawah atau posisi secara bertahap
kebawah 9. Kolaborasi pemberian
Hasil : antiaritmia
Pasien diberi posisi semi fowler
57
7. Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
Hasil :
Klien mengatakan aktivitas makan dan
minum obat bisa dilakukan sendiri
mandiri
58
hasil ; klien nampak baring ditempat tidur - Klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
- R : 32x/m
P : pertahankan intervensi
1. Identifikasi fungsi tubuh yang
2. Mengakibatkan kelelahan
3. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
4. Anjurkan tirah baring
59
Hari ke-3
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi
1 Rabu, Nyeri Akut 1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, S:
15/12/2021 b/d Agen intensitas, lamanya dan penyebaran 1. klien mengatakan nyeri
Pencedera Hasil : bertambah saat beraktivitas atau
Fisiologis - klien mengatakan nyeri bertambah berjalan dari tempat tidur
( Infark saat beraktivitas atau berjalan dari kekamar mandi
Miokard) tempat tidur kekamar mandi 2. klien mengatakan nyeri seperti
- klien mengatakan nyeri seperti tertindis batu
tertindis batu 3. klien mengatakan nyeri dada
- klien mengatakan nyeri dada tembus tembus belakang
belakang 4. klien mengatakan nyeri
- klien mengatakan nyeri dirasakan dirasakan hilang timbul, lama
hilang timbul, lama nyeri ± 10 menit nyeri ± 10 menit
2. Mengidentifikasi skala nyeri 5. klien mengatakan skala nyeri 2
Hasil :
Skala nyeri 2 O:
3. Memberikan teknik non farmakologis 1) klien tampak lemah
untuk mengurangi rasa nyeri. 2) klien tampak gelisah
Hasil :
Memberikan terapi pijat A: masalah belum teratasi
4. Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri P : lanjutkan intrvensi
Hasil : 1) catat karakteristik nyeri, lokasi,
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam intensitas, lamanya dan penyebaran.
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk 2) Identifikasi skala nyeri
pemberian analgetik 3) Berikan teknik non farmakologis
Hasil : untuk mengurangi rasa nyeri misal :
60
- IVFD RL 20tpm hypnosis, akupressur, terapi musik,
- Dobutamin 5mg/KgBB/mut terapi pijat, dan lain – lain.
- Furosemid 1 amp/12 jam 4) Ajarkan teknik non farmakologis
- Tanapres 5mg 0-0-1 untuk mengurangi nyeri
- Concor 2,5 mg 0-1-0 5) Kolaborasi dengan dokter untuk
- Aspilet 80mg 0-0-1 pemberian analgetik
- CPG 75mg 1-0-0
- Atorvastatin 20mg 0-0-1
- Aprazolam 0,5mg 0-0-1
2. Rabu, Pola nafas 1. Memonitor pola nafas (frekuensi S:
15/12/2021 tidak efektif kedalaman dan upaya nafas) - klien mengatakan mudah lelah
b/d Hasil : - klien mengatakan sesak napas
hambatan Observasi TTV :
upaya nafas TD : 102/62mhg O:
(kelemahan) N : 77x/m - Pasien terpasang O2 nasal kanul 5
R : 32x/m liter/menit
S : 36,6oC - TD : 102/62mhg
SPO2 : 96% N : 77x/m
R : 32x/m
2. Memonitor bunyi nafas tambahan S : 36,6oC
Hasil : -SPO2 : 96%
suara nafas vesikuler dan tidak terdengar
suara nafas tambahan. A : masalah belum teratasi
61
4. Memberikan oksigen 3. Posisikan semi fowler atau
Hasil : fowler
Pasien terpasang O2 nasal kanul 5 4. Berikan oksigen
liter/menit 5. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
5. Mengaanjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Hasil :
Keluarga klien mengatakan dalam sehari
pasien minum air putih sebanyak 4 gelas
sedang
3. Rabu, Resiko 1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer S:
15/122021 penurunan penurunan curah jantung - klien mengatakan mudah lelah
curah Hasil : - klien mengatakan sesak napas
jantung b/d - klien mengatakan mudah lelah
perubahan - klien mengatakan sesak napas O:
kontraktilitas - bunyi jantung murmur - Pasien terpasang O2 nasal kanul
5 liter/menit
2. Memonitor tekanan darah - bunyi jantung murmur
Hasil : - TD : 102/62mhg
Observasi TTV : N : 77x/m
TD : 102/62mhg R : 32x/m
N : 77x/m S : 36,6oC
R : 32x/m -SPO2 : 96%
S : 36,6oC
A : masalah belum teratasi
3. Memonitor saturasi oksigen
Hasil : P : pertahankan intervensi
62
SPO2 : 96% - Identifikasi tanda/gejala primer
penurunan curah jantung
4. Memonitor EKG 12 sadapan - Monitor tekanan darah
Hasil : - Monitor saturasi oksigen
Hasil EKG : - Monitor EKG 12 sadapan
- Normal sinus rhythm - Posisikan pasien semi fowler
- Premature atrial complexes atau fowler dengan kaki
- Left atrial enlargement kebawah atau posisi kebawah
- Berikan oksigen untuk
- High voltage (right ventricular)
mempertahankan saturasi
- Inferior infarction (recent) oksigen > 94%
- Suspect anterior infarction - Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
- T Abnormality toleransi
5. Posisikan pasien semi fowler atau fowler - Anjurkan beraktivitas fisik
dengan kaki kebawah atau posisi secara bertahap
kebawah - Kolaborasi pemberian
Hasil : antiaritmia
Pasien diberi posisi semi fowler
63
Klien mengatakan aktivitas makan dan
minum obat bisa dilakukan sendiri
mandiri
64
klien nampak baring ditempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
1) Identifikasi fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
1) Libatkan keluarga dalam
aktivitas
2) Anjurkan tirah baring
65
66
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Masalah keperawatan yang peratama adalah nyeri akut Pada kasus Tn.B
diperoleh hasil Tn.B mengalami nyeri akut dikarenakan arteri koroner mengalami
penyempitan, sehingga aliran darah ke otot jantung jadi berkurang atau malah
berhenti seketika sehingga dapat menyebabkan rasa nyeri dada tembus belakang.
Pasien Tn.B mengalami rasa nyeri dengan skala nyeri 7 waktu pertama kali datang
penyakit AMI (Akut Miokard Infark) dua tahun yang lalu sehingga dilakukan
operasi pemasangan cincin pada jantung, nyeri akut pada pasien AMI (Akut
Miokard Infark) adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasien agar
infark dimulai dari iskemia miokad yang mengakibatkan sel tidak mampu
(Muttaqin, 2009)
Masalah keperawatan yang ke dua yaitu Pola nafas tidak efektif hal ini di
sehingga menyebabkan terjadinya pola nafas tidak efektif pada Tn. B di dapatkan
data subyektif irama jantung tidak teratur, klien mengatakan nyeri dada tembus
belakang, klien mengatakan nafas terasa sesak, klien mengatakan mudah lelah,
67
klien mengatakan semua aktivitasnya dilakukan diatas tempat tidur dan dibantu
terpasang O2 nasal kanul 5 liter/menit, SPO2 96%, skala nyeri 5, klien tampak
36,6oC.
Pada pasien yang mengalami sesak nafas tidak mampu untuk melakukan
normal secara bermakna. Dimana pada pasien infark miokard terjadi sumbatan
arteri coroner), sehingga suplai darah dan oksigen ke jaringan miokard yang
mempertahankan fungsi pompa ventrikel dan fungsi sistem secara umum sebagai
salah satu sistim transportasi oksigen yang menentukan saturasi oksigen (Budi
pada klien Tn. B dan di dapatkan data subyektif klien mengatakan nyeri dada
68
tembus belakang, klien mengatakan nafas terasa sesak, klien mengatakan mudah
lelah, klien mengatakan semua aktivitasnya dilakukan diatas tempat tidur dan
dibantu oleh keluarga, Klien mengatakan tidak bisa melakukan banyak aktivitas.
Kemudian hasil data obyektif di dapatkan pergerakan dinding dada tidak teratur,
iktus cordis teraba pada ics 4, Hasil Rontgen : Cardiomegaly, terpasang O2 nasal
kanul 5 liter/menit, SPO2 96%, skala nyeri 5, klien tampak lemah, Klien tampak
Normal sinus rhythm, Premature atrial complexes, Left atrial enlargement, High
T Abnormality, hal ini di perkuat dengan adanya hasil EKG yang abnormal.
Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada jantung
maka mekanisme kompensasi akan bekerja, sehingga jantung akan tetap dapat
pekerjaan pada keadaan – keadaan yang lebih sulit, mekanisme kompensasi ini
klien mengatakan nafas terasa sesak, mudah lelah, semua aktivitasnya dilakukan
di atas tempat tidur dan di bantu oleh keluarga, tidak bisa melakukan banyak
aktivitas, dan tidak nafsu makan, Data obyektif menunjukkan klien nampak
69
terpasang O2 nasal kanul 5 liter/menit, klien nampak lemah, klien nampak
meringis, klien nampak gelisah, dan Respirasi 32x/menit. Saat tubuh mengalami
kelelahan maka tubuh akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk memasok
oksigen lebih banyak. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap beban kerja jantung
yang semakin berat. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya kram otot dan kram
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pada Tn. B dengan kasus AMI (Akut Miokard Infark) di ruangan ICVCU di
dengan agen pencedera fisiologis pada kasus Tn. B diperoleh hasil Tn.B
mengatakan nyeri dada tembus belakang, nyeri seperti tertindis batu, nyeri
yang di rasakan hilang timbul, skala nyeri 7, nyeri bertambah saat setelah
beraktivitas atau berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, dan lama
subyektif irama jantung tidak teratur, klien mengatakan nyeri dada tembus
dan dibantu oleh keluarga, Klien mengatakan tidak bisa melakukan banyak
nyeri 5, klien tampak lemah, Klien tampak meringis, TTV TD: 102/62mhg
71
subyektif klien mengatakan nyeri dada tembus belakang, klien mengatakan
tempat tidur dan di bantu oleh keluarga, tidak bisa melakukan banyak
5.2 Saran
curah jantung, dan intoleransi aktivitas pada kasus AMI (Akut Miokard
Infark) pada kasus ini sangatlah penting dan harus diberikan perawatan yang
cepat dan tepat agar pasien dapat memenuhi kebutuhannya sehingga nyeri,
dirasakan tidak ada lagi dan pasien dapat beraktivitas seperti biasanya.
72
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009 .Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:EGC
Udjianti, Wawan Juni.2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba
Medika.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Tim Pokja SDKI PPNI. Januari 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI PPNI. Januari 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI PPNI. Januari 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
73