Anda di halaman 1dari 4

Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut

Kreeeek...
Kubuka pintu kamar Andi pelan dan kulangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam...emhhhh tiba-
tiba hidungku mencium wangi semerbak, ohhh... Rupanya dari lemari baju yang pintunya lupa
Andi tutup.
Ck..ck Andi Andi ...kamu unik sekali, geram batinku sambil aku tersenyum sendiri
membayangkan kelakuan saudara satuku itu dengan penuh tanda tanya. Terlihat kamar ukuran
2.5 x 3 meter ini sudah seperti yang kuduga, saudaraku ini punya kebiasaan seperti perempuan,
terlihat dari kamarnya yang wangi dan caranya dia memasang sprai selimut begitu apik.
Andi adalah sosok yang rapi sangat berbeda denganku. Entah mengapa walaupun kami saudara
kandung, kami memiliki sifat yang berbeda. Banyak orang bilang kalau aku itu anak yang
periang, lucu dan supel, hehe emang aku badut ya…mungkin mereka melihat dari banyaknya
teman yang aku punya dan kebiasaan tertawaku yang keras mungkin yaaa….. Berbeda dengan
sosok Andi, saudaraku itu pendiam dan punya kepribadian tertutup.
Jadi aku sering merasa aneh pada sosok Andi, kenapa orangnya apik memakai sepatu butut. Jadi
aku bulatkan niatku untuk membuang sepatu itu, mungkin kalau sepatu itu hilang Andi tidak
akan pakai sepatu itu lagi, dan juga orangtua kami pasti akan membelikan sepatu baru buat Andi.
Dan aku tidak akan malu lagi jika jalan bersama Andi gara-gara sepatu bututnya.
Di kamar Andi aku celingukan seperti maling.
“Ketemu! Ops..maaf aku harus membuangmu hehe..” bisikku pada sepatu kesayangan Andi yang
kini berada digenggamanku.
Sedikit misterius juga walaupun itu sepatu butut semua orang rumah tau jika Andi selalu
menyimpannya di kamarnya dengan kotak tersendiri. Kuteliti sepatu itu tidak ada yang istimewa,
biasa saja.
“Aku harus cepat-cepat membawa sepatu ini,” ucapku pelan bicara sendiri.
Tapi tanganku menyenggol sesuatu yang ada di meja belajar Andi.
PRANGG!
Sorot mataku langsung terbelalak dengan alis yang mulai mengkerut. Sebuah bingkai foto jatuh
ke lantai, Kaca bingkai yang bersih seperti sudah dilap berkali-kali itu pecah seketika. Pecahan
kaca yang tersebar menimbulkan suara nyaring. Tanganku berkeringat dingin gemetaran. Apa
yang harus aku harus lakukan? pergi dari kamar ini dengan membawa sepatu butut itu dan
membuangnya? Atau … membereskan pecahan kaca bingkai foto dan menghadapi Andi yang
marah?.
Batinku bergejolak.
Namun rasa penasaranku pada foto yang ada pada bingkai itu, aku bergegas mengambil bingkai
foto itu karena ingin melihatnya lebih jelas. Ada bingkai foto yang asing, sebelumnya foto itu tak
ada disini. Terlihat gambar sepasang suami istri yang tersenyum bahagia dan perempuannya
sambil menggendong bayi. Siapa mereka? tanyaku dalam hati, aku perhatikan itu bukan gambar
orang tuaku, karena aku hapal betul muka ayah ibuku semasa muda karena foto-fotonya banyak
terpampang di album keluargaku. Tapi… bayi itu…emh iya itu Andi.. Ada apa dengan Andi ya
…. Pikirank u mulai berkecamuk dan mulai menebak-nebak. Ahhhh..tidak mungkin…
Tapi tiba-tiba ada sebuah tulisan di belakang foto itu…

Teruntuk Andi anakku sayang …

Selamat ulang tahun jagoan mama.


Dan semoga kamu suka sepatu pemberian mama.

Yang menyayangimu.
Mama.

Kemudian di tempat tidak jauh dari bingkai ada sebuah kertas tulisan Andi.
Kerinduan begitu membelai jiwa
Mengantarkan sanubari pada asa yang hilang ditelan waktu
Tanpa pernah tahu engkau namun begitu dekat
Karena sesuatu terindah menemaniku dimanapun ku berada
Aku kan selalu menjaga dan menyimpannya sebagai pelipur ruang kerinduan padamu.
Tuhan jagalah mereka di tempat terindahMu.
Dan sampaikan bahwa kuberada di tempat yang tepat
Dengan penuh cinta yang tulus.
Ya Allah apa ini…dan baca tulisan ini dadaku sesak banget…ops tidak…tidak Bayu kamu itu
bukan anak cengeng, tapiiii kenapa kali ini seorang Bayu bisa meneteskan air matanya.
Berarti tebakan aku selama ini benar…oh tidak…tidak…batinku mulai berkecamuk tidak
menentu.
Tapi tiba-tiba tanpa kusadari ada seseorang yang masuk ke kamar.
“Bayu… sedang apa kamu di kamar adikmu?” tanya ibuku. Rupanya ibu datang ke kamar Andi
untuk mencari kegaduhan dari suara bingkai yang aku pecahkan.
“emh…ti-ti-dak,” jawabku terbata.
“Bayu , kamu mencari sepatu itu?. Ibu sudah menduga kamu sudah punya niat tidak baik untuk
membuangnyakan?” tanya ibu mengintrogasiku membuatku semakin merasa bersalah.
“Bu…apa be-be-nar Andi ,?” tanyaku terbata karena tak sanggup lagi untuk berkata-kata.
“Rupanya kamu sudah tau ya nak,” ucap ibu pelan sambil mengambil foto itu dan kemudian
duduk diatas Kasur Andi.
“Mungkin sekarang kamu sudah menginjak dewasa, jadi sudah waktunya kamu mengetahui
tentang siapa Andi. Betul nak, Andi adalah bukan anak darah daging ayah ibu. Tapi kami sangat
menyayangi Andi seperti ibu menyayangi kamu Bayu.” Seloroh ibu pelan sambil mengusap
tetesan bening yang kini jatuh ke pipinya.
“Ibunya Andi adalah sahabat baik ibu nak. Andi yang malang ibu bapaknya kecelakaan pesawat
ketika sedang bertugas ke Kalimantan, Dan bersyukurnya Andi yang saat itu umurnya 8 bulan,
tidak ikut pergi dan dititipkan di rumah kita dengan alasan ketika itu ibu juga sedang menyusui
kamu Bayu, jadi jika Andi ingin susu bisa menyusui Andi juga. Jadi walaupun Andi bukan anak
yang dilahirkan ibu, namun darah ibu mengalir di tubuh Andi. Jadi itulah alasannya ibu adopsi
Andi jadi bagian keluarga ini ketika Andi sebatang kara.”
Penjelasan ibu seperti menusuk jantungku, mengunci kelu bibir ini.
“Sebelum pergi ke Kalimantan, mamanya menitipkan Andi dan membawa sepatu yang kamu
bilang sepatu butut itu”.
“Jadi sepatu butut itu pemberian dari …?” tanyaku kaget.
“Iya .. mamanya bilang sebelum ke rumah kita, dia ke pasar dan melihat sepatu itu. Entah
kenapa dia ingin membelinya. Ibu pikir seperti sudah firasat begitulah.” Jawab ibu dengan suara
berat.
“Pantas saja …., “ ucapku pelan merasa bersalah.
Andi maafkan aku yang salah menilai kamu, ternyata kamu orang yang hebat, sangat menghargai
pemberian apalagi itu ibumu. Dan mulai saat ini masa bodo orang mau bilang apa tentang sepatu
bututmu itu, dan aku tidak akan malu lagi jalan sama kamu.
Mulai sekarang aku akan lebih perhatian dan menyayangi kamu Andi.

Anda mungkin juga menyukai