Pengertian iman
IMAN (amana - yu’minu - imanan) secara harfiyah (etimologis) artinya percaya dengan yakin. Iman
adalah akidah Islamiyah, yakni sistem keyakinan atau kepercayaan dalam Islam. Akidah (‘aqoda -
ya’qidu - ‘aqdan/aqad) artinya ikatan, yakni ikatan hati atau jiwa alias keyakinan atau kepercayaan.
Secara maknawi (terminologis) iman adalah percaya dengan yakin akan adanya Allah SWT, para
Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhirat, serta Qadha dan Qadar. Percaya dengan
yakin kepada keenam hal itu disebut Arkanul Iman atau Rukun Iman. Sebutan untuk orang yang
percaya dengan yakin atas Arkanul Iman itu disebut mukmin (mu’min, orang beriman).
“Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang
diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan
Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya” (Q.S. 4:136)
Iman adalah masalah mendasar dalam Islam. Iman menjadi titik-tolak permulaan seseorang
menjadi pemeluk Islam (Muslim). Seseorang yang menyatakan diri memeluk Islam harus
mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul-
Nya.
“Dan sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka untuk mendapatkan keridaan Allah...”
(Q.S. al-Baqarah:107)
Mukmin yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap menyerahkan segala yang ada
padanya pada Allah SWT. Ia siap melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian dari-Nya, untuk menunjukkan
kesungguhan keimanannya.
Jadi, setiap mukmin harus siap melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi
segala larangan-Nya (ajaran Islam). Mukin sejati mempunyai sikap dasar sami'na wa atho'na (kami
dengar dan kami patuh).
Diantaranya adalah
“Allah lah yang menciptakan kamu sekalian dan semua perbuatan kamu.” (Q.S As-Shaffat:96)
Dalam ayat di tadi Allah menjelaskan bahwa perbuatan kita itu pada hakikatnya oleh-Nya dan
ditentukan oleh-Nya pula. Maksudnya apabila kita mempunyai sesuatu tujuan tertentu yang baik
atau jelek pelaksanaannya pada hakikatnya oleh Allah, hanya lahiriah oleh kita, dimana pada
hakikatnya seluruh gerak anggota kita ini laksana golek yang digerakkan oleh dalang sebab buktinya
tidak semua rencana kita yang menurut dugaan akan berhasil atau tercapai, akan tetapi sering gagal
karena adanya halangan atau bencana yang tidak terduga duga.
Dan kita mengetahui bahwa Allah pula yang mengatur malam dan siang yang kadang-kadang
lamanya tidak sama, akan tetapi perbedaannya itu tepat pada saatnya. Allah yang mengatur
perjalanan matahari, bulan, bintang, dan. Lain-lainnya yang penuh disiplin, tidak berubah sejak
zaman dahulu. Firman Allah :
“Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam,
(kadang-kadang lebih lama malam daripada siang da sebaliknya). Dan Dia lebih mengetahui setiap
isi hati.” (Q.S Al-Hadid : 6)
“Dia (Allah) mengetahui setiap perkara yang masuk ke dalam bumi yang keluar dari padanya,
dan mengetahui setiap perkara yang turun dari langit dan yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama
kamu sekalian dimana saja kamu berada. Dan Allah maha melihat setiap apa yang kamu kerjakan.”
• Firman Allah tadi menjelaskan bahwa Allah senantiasa berada dimanapun dan kapanpun.
Sehingga seorang mu’min tidak akan berbuat sekehendaknya karena ia mera Allah selalu
berada di dekatnya dan mengawasinya. Begitu pula ketika seorang mu’min berada dalam
musibah, ia tidak akan berputus asa karena ia senantiasa merasa Allah berada di dekatnya.
Pokok pertama mengenai tauhid itu ialah mengakui dengan keyakinan yang bulat, bahwa hanya
Allah sendirilah yang berhak disembah dan diibadati oleh hambanya, Itikad dan pengakuan bulat
yang demikian seharusnya mencakup dalam segala keadaan dan semua bidang kehidupan.
Diantaranya mengitikadkan bahwa Allah itu esa dalam menciptakan alam ini, esa dalam pemeliharan
Dari kalimat syshadat di atas dapat kita lihat terdiri dari 4 pokok kata. La yang artinya tidak, Ilaha
artinya Tuhan, Illa artinya kecuali, dan Allah artinya Allah (sebutan nama Tuhan menurut ajaran
islam). Dalam kalimat tersebut ditemui kata engkar dan dibelakangnya dijumpai kata istisna yang
berarti maksudnya adalah istbat. Jadi dlama kalimat syahadat itu mutlak dan positif nahwa Tuhan
ialah Allah, tidak ada yang lain.
Malaikat adalah mahluk Allah yang mulia. Mereka sangat dipercaya. Malaikat selalu melakukan
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan selalu mengerjakannya hingga tuntas. Kepercayaan yang
diberikan langsung oleh Tuhan dan malaikat secara sungguh-sungguh mampu menjaga kepercayaan
yang diberikan kepadanya, sehingga menjadi suatu kepercayaan yang abadi.
Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum adalah, kepercayaan yang
dimilikinya, loyalitas, dan integritasnya yang sangatb mengagumkan.
Malaikat adalah makhluk halus yang tidak nampak dan mempunyai fungsi-fungsi yang
tertentu. Sebagai konsekuensi beriman kepada Allah, maka orang islam harus beriman kepada
malaikat. Malaikat diciptakan dari nur dan jin diciptakan dari nar.
Fungsi malaikat