Anda di halaman 1dari 66

I.

PENDAHULUAN

Islam secara bahasa (etimologi) adalah berserah diri, tunduk, atau patuh. Adapun menurut
syari’at (terminologi), definisi Islam berada pada dua keadaan:

 Pertama: Apabila Islam disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka
pengertian Islam mencakup keseluruhan agama, baik ushul (pokok) maupun furu’
(cabang), seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi
pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah pengakuan dengan lisan, meyakininya
dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah
ditentukan dan ditakdirkan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang
Nabi Ibrahim Alaihissallam:
َ‫ت لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ُ ‫ال لَهُ َربُّهُ َأ ْسلِ ْم ۖ قَا َل َأ ْسلَ ْم‬
َ َ‫ِإ ْذ ق‬
“Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku
tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.’” [Al-Baqarah: 131]

Ada juga yang mendefinisikan Islam dengan:

َ‫ك َوَأ ْهلِ ِه‬


ِ ْ‫اِإل ْستِ ْسالَ ُم ِهللِ بِالتَّوْ ِح ْي ِد َو ْاِإل ْنقِيَا ُد لَهُ باِلطَّا َع ِة َو ْالبَ َرا َءةُ ِمنَ ال ِّشر‬.ْ
“Berserah diri kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk patuh kepada-Nya
dengan melaksanakan ketaatan (atas segala perintah dan larangan-Nya), serta
membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.”

 Kedua: Apabila Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud
dengan Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang diri dan hartanya terjaga
dengan perkataan dan amal-amal tersebut, baik dia meyakini Islam ataupun tidak.
Sedangkan kalimat iman berkaitan dengan amalan hati. Sebagaimana firman Allah Azza
wa Jalla :
‫ت اَأْل ْع َرابُ آ َمنَّا ۖ قُلْ لَ ْم تُْؤ ِمنُوا َو ٰلَ ِك ْن قُولُوا َأ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل اِإْل ي َمانُ فِي قُلُوبِ ُك ْم‬
ِ َ‫قَال‬
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada
mereka): ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami telah tunduk,’ karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu...” [Al-Hujuraat: 14]

1
Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri serta menyempurna-kan agama-
Nya yang dianut ummat sebelumnya untuk para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai
agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima
Allah, agama (kepercayaan) selain Islam tidak akan diterima Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

‫ِإ َّن ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اِإْل ْساَل ُم‬


“Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam.” [Ali ‘Imran: 19]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


َ‫َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل ْساَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوه َُو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.”
[Ali ‘Imran: 85]

Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama
Islam karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk seluruh manusia.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

ُ ‫ض ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو يُحْ يِي َويُ ِم‬


ِ ‫يت ۖ فَآ ِمنُوا بِاهَّلل‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ك ال َّس َم‬ ُ ‫قُلْ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا الَّ ِذي لَهُ ُم ْل‬
•َ ‫َو َرسُولِ ِه النَّبِ ِّي اُأْل ِّم ِّي الَّ ِذي يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو َكلِ َماتِ ِه َواتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد‬
‫ُون‬

“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul (utusan) Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang memiliki keajaan langit dan bumi, tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang me-matikan.’ Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada Kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah ia, agar
kamu mendapat petunjuk.”[Al-A’raaf: 158]

Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

2
ُ ‫ت َولَ ْم يُْؤ ِم ْن بِالَّ ِذي ُأرْ ِس ْل‬
َّ‫ ِإال‬،‫ت بِ ِه‬ ٌّ ‫ الَ يَ ْس َم ُع بِ ْي َأ َح ٌد ِم ْن هَ ِذ ِه ْاُأل َّمـ ِة يَهُوْ ِد‬،‫َوالَّ ِذي نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه‬
ُ ْ‫ ثُ َّم يَ ُمو‬،‫ي َوالَ نَصْ َرانِ ٌّي‬
ِ ‫َكانَ ِم ْن َأصْ َحا‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬
“Demi (Rabb) yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah mendengar seseorang
dari ummat Yahudi dan Nasrani tentang diutusnya aku (Muhammad), kemudian ia mati
dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya ia
termasuk penghuni Neraka.”

Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, artinya membenarkan


dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh apa yang dibawanya, bukan
hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun ia membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia membenarkan pula bahwa Islam adalah agama yang
terbaik.

Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam agama-agama


terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai untuk setiap masa,
tempat dan kondisi ummat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِ•ه ِمنَ ْال ِكتَا‬


‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫َوَأ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْي‬

“Dan Kami turunkan Al-Qur-an kepadamu dengan membawa kebenaran, membenarkan


apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu
ujian terhadap Kitab-kitab yang lain...” [Al-Maa-idah: 48]

3
II. ALLAH
A. DZAT

Hakikat Tauhid. Sesungguhnya Allah  adalah nama zat dari Tuhan swt yang
diperkenalkan sendiri oleh-Nya. Selain sebagai nama bagi zat Tuhan swt,  Allah  adalah
tempat terkumpulnya atau terhimpunnya seluruh sifat yang dikandung zat-Nya, sehingga 
Allah  sebagai sebutan yang utama untuk Tuhan sudah meliputi Tuhan secara keseluruhan
yang terdiri dari zat dan sifat-Nya.

1. Sifat Nafsiah

Sifat nafsiyah adalah sifat yang melekat pada Zat Allah. Sifat nafsiyah ini mengakibatkan
lahirnya sifat-sifat yang lain. Sifat nafsiyah itu adalah Ujud yang berarti ada. Jika sifat Ujud
ini tidak ada pada Zat Allah, maka sifat-sifat yang lain pun menjadi tidak ada, sehingga
mustahil Allah itu tidak ada, karena adanya Allah dengan sifat Ujud ini. Jika sifat Ujud ini
tidak ada, maka Allah pun menjadi tidak ada.

2. Sifat Salbiyah

Salbiyah cendrung dikatakan sebagai sifat yang membedakan Allah dengan selain Allah,
tapi saya lebih memahami bahwa sifat salbiyah adalah sifat yang menerangkan sifat nafsiyah
karena apabila dinyatakan sebagai sifat yang membedakan antara Allah dengan selain Allah
tentunya sifat-sifat Allah yang lain selain sifat salbiyah bisa dipersamakan dengan sifat selain
Allah sedangkan zat, sifat dan perbuatan Allah tidak bisa disetarakan sesuatu apapun juga

Q.S Al-Ikhlas: 1-2

“Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu.”

Q.S Ash-Shuraa: 11

4
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Q.S Al-An’am: 103

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

B. SIFAT

Nilai yang diambil dari Asmaul Husna yang harus dijunujung tinggi sebagai bentuk
pengabdian manusia kepada sifat Allah:

1. Jujur, adalh wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Mukmin.


2. Tanggung Jawab, adalalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Wakiil
3. Disiplin, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Matiin
4. Kerjasama, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, al Jaami’
5. Adil, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al ‘Adl
6. Visioner, adalh wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah Al Aakhir
7. Peduli, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, As Sami’ dan Al Bashir

Q.S Al-A’raf: 180

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.”

5
Q.S Al-’Isra: 110

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu.”

Hikmah pengamalan asmaul husna :

1. Untuk kebahagiaan dunia dan akhirat


2. Untuk mencukupi segala hajat kita di dunia
3. Untuk pertahanan dan keselamatan
4. Untuk kesejahteraan anak cucu dan kelapangan rezeki kita
5. Ketenangan jiwa
6. Kesehatan jasmani dan rohani
7. Untuk kharisma dan pangkat jabatan

C. NAMA-NAMA

Q.S Al-’Isra: 110

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu.”

1. Wujud ( Ada )

Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu
ada dengan zat-Nya sendiri.

6
Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta
beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.

2. Qidam ( Dahulu atau Awal )

Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada
semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.

Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan
sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk
melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.

3. Baqa’ ( Kekal )

Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan. Manusia betapapun gagah
perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi tua dan mati. Demikian
halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan
mati. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.

4. Mukhalafatu lil hawadits (berbeda dengan Ciptaannya )

Berbeda dengan semua yang baru (mahluk). Yang dimaksud dengan tidak setara itu
adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun
dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.

5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )

Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa
membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan
sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.

6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun
perbuatannya.

Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan
perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain menjadi satu. Berbeda dengan

7
mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang,
daging, kulit dan seterusnya.

7. . Qudrat ( Berkuasa )

Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada
yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda
dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.

8. Iradat ( Berkehendak )

Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada
paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT
kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak
terjadi.

9. Ilmu ( Mengetahui )

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat. Allah
SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT
itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di
alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.

10. Hayat ( Hidup )

Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya
sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.

Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena
itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di
awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung
jawabkan.

11. Sama’ ( Mendengar )

Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang
terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara
bisikan hati dan jiwa manusia.

8
Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak
terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.

12. Basar ( Melihat )

Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah
bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi
oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun
besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.

13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )

Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama
dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah
dan mulut yang dimiliki oleh manusia.

14. Qadirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan. Hakikatnya iaitu
sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , yaitu lain
daripada sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.

15. Muridun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,yaitu
lain daripada sifat Iradat. Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha
Berkehendak.

16. Kaunuhu ‘Alimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya iaitu sifat
yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain
daripada sifat Al-Ilmu. Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah
mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat
mengetahui isi hati dan pikiran manusia.

9
17. Kaunuhu Hayyun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup. Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat. Allah adalah
Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.

18. Kaunuhu Sami’un

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud. Hakikatnya iaitu
sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, iaitu lain
daripada sifat Sama’. Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar
pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.\

19. Kaunuhu Basirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar. Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat
Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik
kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.

20. Kaunuhu Mutakallimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat
Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat. Sifat
Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-
ayat Al Quran.

D. AF’AL (PERBUATAN)

Dalam pandangan para filosof dan teolog muslim, Tuhan, di samping mempunyai sifat-
sifat kesempurnaan, juga Dia adalah sumber terjadinya perbuatan-perbuatan. Berdasarkan ini,
penciptaan, pemberian rezki, pengaturan perkara-perkara makhluk, pengampunan dan
sebagainya termasuk kategori perbuatan-perbuatan Tuhan. Dari sisi lain, alam eksistensi
merupakan wadah terjadinya perbuatan-perbuatan dan manifestasi efek-efek yang sangat
bermacam-macam yang sumbernya dalam tinjauan pertama, adalah makhluk-makhluk Tuhan.

10
Q.S Al-Buruj: 16

“Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”

Q.S Al-Anbya: 23

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.”

Cara musyahadah (menyaksikan) tauhid af’al yaitu :

Melakukan syuhud (memandang/menyaksikan) dan menanamkan keyakinan dalam hati


bahwa segala perbuatan yang menurut kita baik dan jahat itu semua dari Allah.

“Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (Q.S ash shoffat : 96)

Perbuatan yang terjadi digolongkan pada:

1. Baik pada bentuk (rupa) dan isi (hakekatnya) seperti iman dan taat.
2. Buruk pada bentuk (rupa) namun baik pada pengertian isi (hakekat) seperti kufur dan
maksiat.

Namun perlu digaris bawahi bahwa tidak akan ada perbuatan buruk pada diri manusia
jika manusianya sendiri tidak melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri.

11
III. MACAM-MACAM TAUHID

a. Pengertian Aqidah/Tauhid

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْق•د‬ ْ yang berarti ikatan, at-
ْ
tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( ‫)اِإل حْ َكا ُم‬
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ‫ )ال َّر ْبطُ بِقُ َّو ٍة‬yang berarti
mengikat dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan
segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari
Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma'
Salaf as-Shalih.

Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb
(Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha
Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan
setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala
sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-
nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.

b. Pembagian Tauhid

Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua :
1.   Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan :

Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb
SWT dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat, dan
perbuatan-Nya.

12
Pengertiannya : seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT sematalah
Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna
pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu,
Yang Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dia SWT mempunyai asma’ (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi. Dalam
QS. QS. Asy-Sura ayat 11 yang artinya :

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu.Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”(QS. Asy-Sura : 11)

2. Tauhid dalam tujuan dan permohonan, dinamakan

Tauhid uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah,
seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.

Pengertiannya : Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang
memiliki hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk
disembah, bukan yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari
jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap,
menyembelih, bernazar dan semisalnya  melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Siapa
yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah SWT maka dia adalah
seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah SWT Artinya :

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu
dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-Mukminun : 117)

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh
sebab itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-
kitab kepada mereka, agar mereka beribadah kepada Allah SWT saja dan meninggalkan
ibadah kepada selain-Nya

13
1. Firman Allah SWT Artinya :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku.”  (QS. Al-Anbiya` :25)

2. Firman Allah SWT Artinya :

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Pembagian tauhid menurut Ulama:

1. TAUHID RUBUBIYAH

Mengenai tauhid rububiyah ini firman Allah mengatakan :

“Allah yang Meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas Arasy. Dia Menundukkan matahari dan Bulan; masing-masing beredar
menurut waktu yang telah ditentukan. Dia Mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu”. (TQS.
Ar-Ra’d: 2)

Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’.
Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir
(penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-Wali
(wali). Dan dalam terminologi syariat Islam, istilah Tauhid Rububiyah berarti: “Percaya
bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan
takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya.” (DR. Ibrahim bin Muhammad, hal. 141-142)

2. TAUHID ASMA’ dan SIFAT

Firman Allah :

14
“Dan Allah memiliki Asma’ul Husna (Nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.” (TQS. al-A’raf: 180)

Pengertian dari Tauhid Asma’ dan Sifat adalah mempercayai bahwa hanya Allah yang
memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala
kekurangan. (Ensiklopedi Islam, jild. V, hal. 92) Atau menetapkan asma’ dan sifat Allah
berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an maupun
sunnah Rasul-Nya. (DR. Abdul Aziz, hal. 24).

3. TAUHID ULUHIYAH

Tauhid Uluhiyah merupakan salah satu cabang Tauhid dari tiga macam Tauhid yang ada,
yaitu mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah,
memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain. Makna
Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada
sekutu bagiNya. (DR. Abdul Aziz bin M. Alu Abdullatief, hal. 13).Tauhid Uluhiyah
merupakan ujung ruh Al Qur’an, yang karenanya para Rasul diutus, yang karenanya ada
pahala dan siksa, dan karenanya keikhlasan beragama kepada Allah terealisasi. (Ibnu
Taimiyah, Menghindari pertentangan Wahyu dan Akal, hal. 30). Ayat al Qur’an yang
menerangkan tentang Tauhid jenis ini adalah:

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak
menyembah setan, Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan hendaklah kamu
menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus.” (TQS. Yasin: 60 – 61)

4. TAUHID MULKIYYAH

Tauhid Mulkiyyah terambil dari kalimat Malikinnas. Maknanya, yakin hanya Allah swt. raja
atau penguasa yang sesungguhnya, penguasa yang paling berhak menentukan aturan hidup.
Aturan hidup-Nya termaktub dalam Al Qur’an dan sunah Rasul. Jadi, kalau kita mau
mempelajari dan mengamalkan aturan hidup itu, berarti kita telah melaksanakan Tauhid
Mulkiyyah.

15
Allah swt. mengecam orang-orang yang tidak mengimplementasikan Tauhid Mulkiyyah
dalam kehidupannya, “Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan ( hukum )
siapakah yang lebih baik daripada ( hukum ) Allah bagi orang-orang yang yakin?” ( Q.S. Al
Maidah 5: 50)

Ustadz Sayyid Qutub menjelaskan, yang dimaksud hukum jahiliyyah adalah aturan hidup
atau hukum produk manusia yang berseberangan atau bertentangan dengan nilai-nilai
Qur’ani. Misalnya, saat pembagian waris kita lebih suka menggunakan hukum waris adat
ketimbang hukum waris Islam, padahal hukum waris adat banyak yang bertentangan dengan
ajaran Islam. Ini kan pelanggaran terhadap tauhid mulkiyyah.

Adapun hukum atau aturan buatan manusia yang tidak bertentangan atau sejalan dengan
nilai-nilai Islam, tentu tidak disebut hukum jahiliyyah, dan kita pun wajib menaatinya untuk
kemashlahatan. Misalnya kita harus menghentikan kendaraan bila lampu merah menyala,
aturan ini harus kita taati karena tidak menyalahi aturan Islam dan bermanfaat untuk
kemaslahatan. Saat ujian kita tidak boleh nyontek, ini aturan yang wajib ditaati karena
senafas dengan ajaran Islam yang menekankan kejujuran dalam segala hal.

c. Hakekat dan Inti Tauhid

Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal
dari Allah SWT, dan  pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya SWT
tanpa sebab atau perantara. Seseorang  melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang
berbahaya dan semisalnya, semuanya  berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya
dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang
lain.

d. Keutamaan Tauhid

1. Firman Allah SWT :

Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.  (Al-An’aam: 82)

2.  Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan

16
sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah
hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-
Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar,
niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada”.
Muttafaqun‘alaih.

3.  Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah
SWT berfirman, ‘Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku,
niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya).
Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta
ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu).
Wahai keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi,
kemudian engkau datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun
dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi).” HR. at-
Tirmidzi.

e. Balasan Ahli Tauhid

Artinya : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,
bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap
mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.  (QS. Al-
Baqarah : 25)

Dari Jabir r.a, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai
Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa dipastikan?’ Beliau menjawab, ‘Siapa yang
meninggal dunia dan keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya
dia masuk dan siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan
Allah SWT, niscaya dia masuk neraka.” HR. Muslim.

f. Keagungan Kalimat Tauhid

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata
kepada anaknya, “Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan
kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu

17
dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah).
Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam  satu daun
timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah)
diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan
jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar,
niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci
Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia merupakan inti dari semua ibadah.
Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur…”
HR.Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.

g. Kesempurnaan Tauhid

Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada
sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT :

Artinya : Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya.

Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl :36). Thaghut adalah setiap perkara
yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti
seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka
masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.

Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:

1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),


2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.

18
IV. TERANGKUM DALAM KALIMAT LA ILAHA ILLALLAH
a. Allah sebagai kecintaan (Q.S. Al-baqarah:165 dan Al-Anfal : 2)

Al-Baqarah : 165

Artinya : Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai
tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat dzalim itu melihat
ketika mereka melihat adzab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah
dan bahwa Allah sangat berat adzabnya (niscaya mereka menyesal).

Ayat dalam surah Al-Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh
Allah dalam firman-Nya: “Dan mereka tidak akan dapat keluar dari neraka.”
Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka menyembah tandingan-tandingan selain Allah,
yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini menunjukkan bahwa
mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, akan tetapi kecintaan mereka itu
belum bisa memasukkan mereka ke dalam Islam.Dari ayat dalam surah Al-Baqarah ini dapat
diambil kesimpulan bahwa tafsiran “tauhid” dan syahadat “Laa ilaha illa Allah” yaitu:
pemurnian kecintaan kepada Allah yang diiringi dengan rasa rendah diri dan penghambaan
hanya kepada-Nya.

b. Rabb yang dimaksud (Q.S. Al-An’am : 162)

(Al-An’am : 162)

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh Alam.”

19
Dalam ayat diatas merupakan ayat yang menjelaskan tentang ikhlas beribadah. Ikhlas
berarti niat mengharap ridha Allah dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang
lain. Bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh
perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan
pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau
kemunduran.

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kita dituntut ikhlas dalam menjalankan
semua ibadah kepada Allah baik yang sifatnyat vertical maupun horizontal, ketika kita
hendak melasksanakanya niat kita haruslah lurus semata-mata karena Allah bukan karena
dilhat oleh orang atau lainya yang nantinya akan dapat merusak pahala dari ibadah kita,
ketika hendak melaksanakan shalat, ketika telah bertakbir maka seluruh aktifitas badan,
pikiran, dan perasaan haruslah tertuju kepada Allah, bukan kepada yang lain begitu juga
dengan ibadah yang lain seperti menolong sesama, puasa, dan ibadah yang lain hendaknya
hanyalah tertuju kepada Allah.

Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran disaat
kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah,
zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan
duniawi, kita hanya tertuju pada Allah. Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam
diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Rasakanlah Allah berada di
hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas kita dapat
mencapai rasa ikhlas dalam beribadah.

c. Raja yang ditaati (Q.S. An-nisa : 59)

Q.S. An-Nisa : 59

20
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu , lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.

Ayat ini menggariskan tiga aturan tentang hal yang berhubungan dengan kesejahteraan umat
Islam, teristimewa dengan urusan pemerintahan:

1) taat kepada Allah dan utusan,

2) taat kepada yang memegang kekuasaan di antara kaum muslim,

3) mengembalikan kepada Allah dan utusan-Nya jika terjadi perselisihan dengan pihak yang
berkuasa. Kata ulul amri menurut ahli tafsir berarti orang yang memegang kekuasaan. ini
mempunyai arti yang luas, sehingga perkara apa saja yang bertalian dengan kehidupan
manusia, mempunyai ulul amri sendiri-sendiri .

d. AIlah yang diabdi (Az-Zariyat : 56)

Q.S. Az-Zariyat : 56

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.

Kandungan Ayat Q.S Az-Zariyat ayat 56

a.     Tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah
ini harus dilakukan dngan penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt.

b.   Segala sesuatu yang bernilai baik menurut pandangan Allah swt. disebut ibadah. Allah
telah mengutus para Rasul-Nya, untuk mengajarkan melalui kitab-kitab yang diturunkan
Allah, tentang tata cara ibadah yang baik dan benar. Ibadah artinya taat, patuh, tunduk, dan
menurut Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya serta bertanggung jawab dengan tujuan
penciptaan itu.

21
c.    Tugas utama manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Jadi,
apaun yang dilakukan manusia harus diniatkan untuk beribadah kepada Allah swt semata.

Contoh Perilaku yang Menggambarkan Q.S Az-Zariyat ayat 56

     Selalu mengingat bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Allah swt. adalah untuk
beribadah kepada Allah swt. Oleh sebab itu, semua aktifitas manusia yang dilakukan
semestinya tidak dilakukan selain karena Allah swt. Semua pekkerjaan yang diniatkan karena
Allah swt, akan terasa mudah dan ringan.

22
V. TERCAPAI KEHIDUPAN YANG BAIK
a. Kehidupan yang Baik Menurut Islam
Al Quran adalah pedoman bagi manusia untuk menemukan makna hidup yang
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al-
Quran. Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah berkembang.
Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al Qur’an lah yang
dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya sehingga dapat dipahami oleh
setiap individu yang membutuhkannya. 

Kita hanya akan menyinggung arti hidup bagi manusia sendiri, kita tidak akan
menyinggung arti hidup bagi benda atau wujud lain. Bahwa hidup pertama ialah di dunia kini
dan hidup kedua berlaku di alam Akhirat. Kedua macam hidup itu berlaku dalam keadaan
konkrit. Banyak Ayat Suci yang menyatakan hidup dua kali di antaranya ayat 40/11.

‫قَالُوا َربَّنَاَأ َمتَّنَاا ْثنَتَ ْي ِن‬


‫سبِي ٍل‬
َ ‫وج ِّمن‬ ُ َ‫َوَأ ْحيَ ْيتَنَاا ْثنَتَ ْينِفَا ْعتَ َر ْفنَابِ ُذنُوبِنَافَ َهِإْل ل‬
ٍ ‫ىخ ُر‬

Artinya : “Mereka berkata: wahai Tuhan kami, Engkau matikan kami dua kali dan Engkau
hidupkan kami dua kali, dan kenallah kami pada dosa-dosa kami, Maka adakah garis hukum
untuk keluar?”

Berbagai macam doktrin telah berkembang di muka Bumi, namun tidak satupun yang
memberikan alasan kenapa adanya hidup kini. Masing-masingnya berbeda tentang pengertian
dan tujuan hidup, hanya Alquranlah yang dapat menjelaskan secukupnya hingga dapat
dipahami oleh setiap diri yang memerlukan. Alquran memberikan ajaran tentang arti hidup
bahwa orang hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara
melakukan hukum-hukum tertulis dalam Alquran, dan menghubungkan dirinya pada
masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amarmakrurnahimungkar. Hubungan
vertikal dan horizontal begitu akan menimbulkan daya juang untuk mencapai kemakmuran
bersama serta ketinggian martabat  dalam saluran rasa cinta bagaikan api yang tak kunjung
padam. Artinya hidup seperti itulah satu-satunya yang mungkin dipakai untuk memperoleh
keamanan dunia hingga seseorang bebas dari rasa takut, korupsi dan perkosaan.

Rasulullah SAW bersabda, “… Tidaklah aku tinggal di dunia melaikan seperti musyafir
yang berteduh bawah pohon dan beristirahat lalu musyafir tersebut pergi meninggalkannya.”
[HR. Tirmidzi].

23
Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi. Walaupun
Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan. Islam pada dasarnya
memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan
perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai
cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Beberapa nash syar'i telah menunjukkan hal ini:

ُ ‫ َولَ ُك ْم ِفي َها َج َما ٌل ِحينَ تُ ِر‬  َ‫َواَأْل ْن َعا َم َخلَقَ َها لَ ُك ْم فِي َها ِدفْ ٌء َو َمنَافِ ُع َو ِم ْن َها تَْأ ُكلُون‬
ْ َ‫يحونَ َو ِحينَ ت‬
َ‫س َر ُحون‬

"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.Dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang
dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6)

ِ ‫قُ ْل َمنْ َح َّر َم ِزينَةَ هَّللا ِ الَّتِي َأ ْخ َر َج لِ ِعبَا ِد ِه َوالطَّيِّبَا‬


ِ ‫ت ِمنَ ال ِّر ْز‬
‫ق‬

"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-
Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
(QS. Al-A'raf: 32)

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah
istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad).

Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh
karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki
budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

a. Kebahagiaan dunia

Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia.Hanya saja Islam menekankan
bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat.Sedangkan kehidupan yang
sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,

ً‫صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik."
(QS. An-Nahl: 97)

24
‫صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-
Qashshash: 77)

‫فَ َما َمتَا ُع ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل قَلِي ٌل‬

"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat


hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)

b. Kebahagiaan akhirat

Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal.Menjadi balasan atas


keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,

َ َ‫الَّ ِذينَ تَتَ َوفَّا ُه ُم ا ْل َماَل ِئ َكةُ طَيِّبِينَ يَقُولُون‬


َ‫ساَل ٌم َعلَ ْي ُك ُم اد ُْخلُوا ا ْل َجنَّةَ بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)

َ‫سنَةٌ َولَدَا ُر اآْل ِخ َر ِة َخ ْي ٌر َولَنِ ْع َم دَا ُر ا ْل ُمتَّقِين‬ َ ‫لِلَّ ِذينَ َأ ْح‬


َ ‫سنُوا فِي َه ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح‬

"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)

Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas
memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja
dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh
dan bersabar.Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan
orang.Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya,
atau sebaliknya.

Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar,
berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta
lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridla.

Allah Ta'ala berfirman,

25
ٌ‫صيبَة‬ َ ‫صابِ ِرينَ الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ‬
ِ ‫صابَ ْت ُه ْم ُم‬ َّ ‫ش ِر ال‬ ِّ َ‫ت َوب‬ ِ ُ‫ص ِمنَ اَأل ْم َوا ِل َواَأل ْنف‬
ِ ‫س َوالثَّ َم َرا‬ ٍ ‫وع َونَ ْق‬ ِ ‫ف َوا ْل ُج‬ ِ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم ِبش َْي ٍء ِمنَ ا ْل َخ ْو‬
ٌ‫صلَ َواتٌ ِمنْ َربِّ ِه ْم َو َر ْح َمة‬ َ ‫ ُأولَِئ َك َعلَ ْي ِه ْم‬  َ‫قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬

َ‫َوُأولَِئكَ ُه ُم ا ْل ُم ْهتَدُون‬

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ش َك َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا‬ َ ‫س َذاكَ َأِل َح ٍد ِإاَّل لِ ْل ُمْؤ ِم ِن ِإنْ َأ‬


َ ُ‫صابَ ْته‬
َ ‫س َّرا ُء‬ َ ‫ع ََجبًا َأِل ْم ِر ا ْل ُمْؤ ِم ِن ِإنَّ َأ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْي ٌر َولَ ْي‬

ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا لَه‬ َ ‫لَهُ َوِإنْ َأ‬


َ ُ‫صابَ ْته‬
َ ‫ض َّرا ُء‬

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.Seluruh urusannya bernilai baik.Jika


mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya.Dan jika tertimpa keburukan dia
bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)

b. Makna dan Tujuan Hidup Menurut Al – Quran dan Hadist


Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat tetapi
berlangsung dengan catatan atas semua gerak lahir dan batin yang menentukan nilai setiap
individu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, di mana kehidupan terpisah antara
yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan berlombalah kepada keampunan dari
Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan
untuk para muttaqien. (QS 3/133). Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang
lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali
orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. (QS
95/4-6). Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan
kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus
dicapai oleh setiap diri.  Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan
memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.

26
1. Hidup Adalah Ibadah

Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain
hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian
ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam
setiap aspek kehidupan kita.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS Adz Dzaariyaat:56)

Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad:

َ ‫ اَو َولَ ٍد‬,‫اريَ ٍةاَو ِع ْل ٍميُ ْنتَفَ ُعبِ ِه‬


ُ‫صالِ ٍحيَ ْدعُولَه‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ َ‫ إ َذا َماتَاإلن َسانُا ْنقَطَ َع َع َملُهُإالَّ ِم ْنثَال‬:‫ال‬
َ  •:‫ث‬ َ ‫َع ْنأبِىهُ َر ْي َرة (ر) أنَّ َرسُوالهلل‬
َ َ‫ ق‬.‫ص‬.
)‫(رواهابوداود‬

Artinya: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal :
Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang
mendo’akannya”.

2. Hidup Adalah Ujian

Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,

“(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujikamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah
[2]:155-156 sebagai berikut:

Artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahiwainnaailaihiraaji’uun”.”

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla
bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barang siapa bersabar maka bagi
nyamanfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya murka Allah. (HR.
Tirmidzi)

27
3. Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia

Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,

Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“

Yaa Allah, tak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. (HR. Bukhari)

QS AdhDhuha [93]:4,

“dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan).”

4. Hidup Adalah Sementara

Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“

Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35,

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamudi
kembalikan.“

Itulah keempat inti pemahaman tentang Makna Hidup yang dipaparkan oleh Al-Qur’an.
Mudah-mudahan usaha kita memahami makna hidup menjadikan hidup kita lebih berharga
dan berguna. Kebenaran Mutlak Dari dan Milik Allah AzzaWaJalla, jika ada kekurangan itu
dari kesalahan saya pribadi.

c. Cara Mencapai Kehidupan yang Baik Menurut Islam


1. Beriman dan beramal shalih.

Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi :

a. Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-
Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan
28
ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan
kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya dia akan
bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'. Ketundukan seorang mukmin
kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi pondasi awal untuk lebih giat bekerja
karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah
berfirman :

َ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم ُأولَِئ َك لَ ُه ُم اَأْل ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬


ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬

Artinya : "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)

b. Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk


diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang
mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan
meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk
masyarakat di mana dia tinggal. Ketika seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa
sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan
fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya
penuh nilai.
c. Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana
untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan
senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji keimanan,
maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah,
bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya.
Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia
dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah Ta'ala berfirman:

َ‫ِإنْ تَ ُكونُوا تَْألَ ُمونَ فَِإنَّ ُه ْم يَْألَ ُمونَ َك َما تَْألَ ُمونَ َوت َْر ُجونَ ِمنَ هَّللا ِ َما اَل يَ ْر ُجون‬

Artinya : "Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita
kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa
yang tidak mereka harapkan.Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al Nisaa': 104)

29
Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk
menghilangkan kesengsaraan.

2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk
sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam
memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu
keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam, maka
pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi
dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan dan
membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian besar
terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam beberapa ayat dan
hadits berikut ini:

a. Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,


‫يم‬ ٍ ُ‫َوِإنَّ َك لَ َعلى ُخل‬
ٍ ‫ق ع َِظ‬

Artinya : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al
Qalam: 4)

‫ستَ ْغفِ ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي اَأْل ْم ِر‬


ْ ‫ضوا ِمنْ َح ْولِ َك فَاعْفُ َع ْن ُه ْم َوا‬ ِ ‫فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ا ْلقَ ْل‬
ُّ َ‫ب اَل ْنف‬

Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu.Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159).

b. Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َوا ْل ُع ْد َو‬
‫ان‬

Artinya : "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)

c. Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,

َ‫سنُ فَِإ َذا الَّ ِذي بَ ْينَ َك َوبَ ْينَهُ َعدَا َوةٌ َكَأنَّهُ َولِ ٌّي َح ِمي ٌم َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل الَّ ِذين‬
َ ‫سيَِّئةُ ا ْدفَ ْع بِالَّتِي ِه َي َأ ْح‬
َّ ‫سنَةُ َواَل ال‬
َ ‫ستَ ِوي ا ْل َح‬
ْ َ‫َواَل ت‬
‫يم‬
ٍ ‫ظ َع ِظ‬ ٍّ ‫صبَ ُروا َو َما يُلَقَّاهَا ِإاَّل ُذو َح‬ َ

30
Artinya : "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QSl
Fushshilat: 34-35)

d. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk


menyempurnakan akhlak mulia."
e. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang
beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka
adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh
juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)

3. Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah.

Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung.Dan Allah Dzat
yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-
Nya.Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan
dan menghindarkan dari mara bahaya.Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir
yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu
ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir
tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua
akibat kepada yang mentakdirkannya.

Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan
seorang hamba.

a. Firman Allah Ta'ala:


ُ ُ‫الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َوتَ ْط َمِئنُّ قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ َأاَل ِب ِذ ْك ِر هَّللا ِ تَ ْط َمِئنُّ ا ْلقُل‬
‫وب‬

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS.
Al Ra'du: 28)

b. Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.


‫ش ِّر َما َجبَ ْلتَ َها َعلَ ْي ِه‬ َ ْ‫سَألُ َك َخ ْي َرهَا َو َخ ْي َر َما َجبَ ْلتَ َها َعلَ ْي ِه َوَأعُو ُذ بِ َك ِمن‬
َ ْ‫ش ِّرهَا َو ِمن‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِّي َأ‬

31
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku
berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no
2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).

c. Doa ketika terjadi angin ribut:

ِ ‫ش ِّر َما ُأ ْر‬


‫س ْلتَ بِ ِه‬ َ ‫ش ِّرهَا َوش َِّر َما فِ ْي َها َو‬ ِ ‫سَألُ َك َخ ْي َرهَا َو َخ ْي َر َما فِ ْي َها َو َخ ْي َر َما ُأ ْر‬
َ ْ‫ َوَأع ُْو ُذ بِ َك ِمن‬،‫س ْلتَ بِ ِه‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ِإنِّ ْي َأ‬

Artinya: "Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini),
kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung
kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan
angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)

d. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha),


minta tolong kepada Allah, dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud.
"Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah,
dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya
berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah
menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’.Karena perkataan
‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim)

"Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan
jangan lemah. . ." al hadits.

32
VI. ISLAM DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walau etika
dan moral itu di perlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak
Islami). Hal ini disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia
saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk
menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh
etika dan moral.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak (Islami) menurut
Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan  terdahulu secara
mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan
dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak
ukur ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur
kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah
pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin  Allah menilai
kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya buruk.
Akhlak yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara
manusia dengan sesama maupun lingkungan.Sehingga orang-orang yang mampu
mewujudkan hubungan baik tersebut adalah orang-orang yang ruhnya bersih, yang konsisten
menunaikan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah.
Lingkungan merupakan sebuah wadah yang di dalamnya ditampung berbagai jenis
makhluk dan benda mati yang beraneka ragam seperti  manusia, hewan ,tumbuh-tumbuhan,
udara, air dan lain-lain. Di dalam lingkungan baik secara sadar maupun tidak, juga terdapat
berbagai kegiatan yang bersifat pendidikan maupun juga hanya bersifat sebatas interaksi
sesama.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan
alam adalah memperhatikan standart kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan
dan tanpa aturan serta tanpa pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis
lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif
yang terjadi terhadap lingkungan.
Kesadaran manusia dalam peranannya sebagai khalifah yang telah di tunjuk oleh Allah di
muka bumi sesungguhnya mulai bertindak arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan
alam dan bumi,sehingga terhindar dari kerusakan. Dalam hal ini, Allah telah mempermudah

33
manusia dengan memberikan petunjuk dalam Al-qur’an tentang apa yang harus dilakukan
oleh manusia terhadap alam lingkungan, yaitu: merenungkan, mempelajari, memanfaatkan,
dan memelihara.
a. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau dari Segi Agama
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti
pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptanya.

Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk
mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap
perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana
yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan
hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.

Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia
dengan alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep
dasar akhlak bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini
merupakan wujud kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah
yang tidak terbatas seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Maidah : 3)

Artinya : Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu
nikmat-Ku,dan aku ridlai Islam sebagai agamamu (Q.S Al-Maidah:3).

34
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak
mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan
sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari
kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup
mereka mulia, mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan manusia
baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut ini:

 Prinsip pertama,

Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia. Allah telah menundukkan
semua yang ada dilangit dan dibumi untuk memudahkan manusia seperti yang tercantum
dalam Q.S Al-Israa : 70

Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka
didaratan dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Q.S
Al-Israa:70).

Kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan
untuk berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan
dengan berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi
yang berlimpah berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal,
pikiran, wahyu, Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah.

 Prinsip kedua

Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:

o Belajar, mencari ilmu dan mengajar.


o Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
o Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.

35
o Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah
kepada Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta
mewujudkan kemaslahatan.
 Prinsip ketiga

Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa yang
ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan
yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga
memperoleh ridho-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan akal, pikiran, dan dalam
perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang telah digariskan oleh Allah.

 Prinsip keempat

Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,


meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia dan
lingkungannya.

 Prinsip kelima

Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun


peperangan.Akan tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah ketundukan alam
untuk membantu manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang menempatkan manusia
dan alam lingkungn pada posisinya masing-masing.

 Prinsip keenam

Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam


berakidah,beribadah,mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta
kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.

Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan dan


kebahagiaan bagi manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar akhlak dalam Islam
berasal dari Allah SWT, sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip dan nilai-nilai
tersebut sesuai bagi kehidupan manusia, baik didunia maupun diakhirat.

Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang fana’ ini, adalah beribadah
kepada Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai khalifah dimuka bumi yang
bertugas membangun, mengelola, memanfaatkan, serta menjaga kelestarian alam lingkungan
sesuai dengan petunjuk-Nya.
36
Manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat baik dan berusaha mendekati
kesempurnaan, karena bagaimanapun manusia tidak akan mampu mencapai derajat
kesempurnaan. Akan tetapi, jika tetap hidup dan selalu melakukan perbuatan baik maka harus
menambah kebaikannya. Sedangkan, jika perilakunya buruk maka kemungkinan dengan
hidupnya yang lebih panjang ia bisa meninggalkan keburukannya itu. Manusia terkadang
lalai atau bahkan berbuat salah, namun dosa atas kesalahannya dapat dihapus dengan cara
bertaubat.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majjah Alhakim dengan sanad
mereka dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Setiap anak adam pasti berbuat kesalahan,dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan
adalah mereka yang bertaubat”.

Jadi, Islam mengakui dan memperhatikan realitas umat manusia, lalu memberikan
petunjuk bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam kehidupan ini, demi mewujudkan
kebaikan dan kemaslahatan didunia dan diakhirat.

b. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau dari Segi Etika


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh
filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat
moral. Jadi jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain dikatakan bahwa
etika adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik dan buruk.

Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak 1953) arti etika
adalah:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

37
Secara singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral, yaitu perbuatan
yang mengandung unsur kebaikan dan manfaat.

Seperti telah dijabarkan di atas tentang pengertian etika, sebuah masyarakat bahkan
seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu lingkungan harus diperlakukan
dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan melestarikannya karena secara etika hal ini
merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya.
Dengan kata lain bahwa berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu
manifestasi dari etika itu sendiri.

Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa
saudara-saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu sendiri. Banyak
orang menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk mendapatkan sesuatu tanpa
memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.

Berbagai macam kasus tentang perusakan lingkungan telah banyak terjadi di Indonesia
diantaranya:

1. Pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan.Walaupun


hal ini dilakukan dalam rangka untuk menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi hal
ini terbukti tidak efektif karena penjalaran api yang begitu cepat menyebabkan
melebarnya lahan yang terbakar. Hal ini tentunya sangat berakibat buruk tidak hanya
bagi masyarakat setempat tetapi juga masyarakat dunia karena pulau Kalimantan
merupakan paru-paru dunia yang memproduksi banyak oksigen untuk kelangsungan
hidup manusia.
2. Membuang sampah sembarangan terutama di ibukota Jakarta yang menyebabkan
terhalangnya aliran air sungai yang menyebabkan sungai menjadi kotor dan bau
terlebih lagi mengakibatkan banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap tahunnya.
3. Belum lama ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang
limbahnya di sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk
dikarenakan ikan-ikan mati.
4. Kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang merupakan sebab dari kelalaian
P.T.Lapindo Brantas dalam menambang minyak bumi sehingga menyebabkan
keluarnya lumpur panas dari dalam bumi dan belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini
tentunya mengakibatkan penderitaan pada masyarakat karena mereka kehilangan
lahan, rumah serta mata pencahariannya.

38
Dari penjabaran di atas, tentunya kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebab dari
kelakuan kita yang buruk terhadap lingkungan akan berakibat sangat fatal. Lingkungan yang
seharusnya menjadi tempat hidup, justru menjadi penyebab sengsara dan kematian.
Dampaknya pun meluas tidak hanya pada masyarakat setempat yang terkena musibah tetapi
pada masyarakat luas pula.

Ketika kata “etika” hanya dijadikan simbol oleh masyarakat tanpa peduli pada aspek
untuk mengamalkannya, maka jelaslah bahwa masyarakat itu telah mengalami kerusakan.
Oleh karena itu aspek “etika” dalam masyarakat harus dikedepankan dan dilaksanakan karena
etika di dalam sebuah masyarakat merupakan dasar bagi perbuatan manusia karena etika
mencakup baik, buruk, benar, salah dan juga mencakup aspek moral atau akhlak. Oleh karena
itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat dan
melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera dan hal itu
tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat baik berbangsa maupun
bernegara.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau dari Segi Budaya


Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut mempunyai
dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita, dasar pengetahuan
itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah
yang menurut kita menjadi awal mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat.
Mereka menciptakan sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam
kehidupannya. Budaya itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya,
berdasarkan nilai, norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.

Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada generasi
penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk tercipta dari ulah
sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif yang terkandung dalam
masyarakat.

Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di
pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri bangun pagi,
mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang

39
berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup
perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada
kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara dimensi
spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah bergeser kearah
materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap masa bodoh (permisif).
Pola hidup yang seperti itu pada akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat,
kejahatan dan perilaku yang menyimpang.

Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan
oleh tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas, disamping
oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal dengan istilah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan
terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga
presiden tanpa ada orang yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang
sama, berbagai bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian,
perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai
bentuk kedzoliman semakin merajalela

Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas
berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya. Hatinya
tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat matanya menjadi
gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga selain yang lebih menambah kepuasan
hatinya. Dikala orang telah mencapai kemerosotan sepeti itu putuslah ia sebagai manusia
yang sewajarnya.

Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain kecuali
menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk kepribadian
yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang gemah ripah loh jinawe
tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an
disebut baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin
harus menunjukkan jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah
(pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya.

40
d. Akhlak terhadap Lingkungan

Manusia dianugerahi Allah SWT  karunia yang yang melimpah diseluruh penjuru bumi
ini berupa kekayaan alam untuk dimanfaatkan sebaik mungkin bagi kepentingan dan
kesejahteraan seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya. Semua benda yang ada dibumi
pada dasarnya boleh dimakan kecuali yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah SWT. Misi
agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada
alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah SWT.

Artinya : Tidaklah Kami mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk menjadi rahmat
bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya’ 21: 107).
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah dimuka
bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan
alam.Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya alam  sehingga dapat memberi
manfaatbagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan
bumi yang subur untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengolah dan
memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi, sebagaimana firman-Nya :

Artinya :….Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai
pemakmurnya.” (QS.Hud 11:61).
Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil
dan memberi manfaat dar dan kepada alam serta melarang segala bentuk perbuatan yang
merusakan alam. Firman Allah :

41
Artinya : ....dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashas 28:77)
Pengelolaan alam dan lingkungan dengan baik akan dapat memberi manfaat yang
berlipat-lipat, begitu pula sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya diambil manfaat
secara berlebihan akan mendatangkan malapetaka bagi kehidupan itu sendiri. Pemanfaatan
sumber daya alamyang hanya mengejar keuntungan ekonomis yang bersifat sementara akan
mendatangkan kerusakan alam yang parah dan tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan
bahkan ratusan tahun. Dalam islam ada aturan yang mungkin dapat dianggap sebagai latihan
atau cetak biru untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu ketika
sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu binatang.
Rasullullah pernah mengaskan tidak boleh dirusaknya tumbuhan tanpa ditanam kembali, dan
siapa saja yang boleh menanam pohon untuk kelestarian alam ini atau untuk tempat berteduh
manusia, dia akan mndapatkan nilai kebajikan yang begitu besar.
Nabi bersabda : “ Tidak seorangpun menanam tanaman kecuali ditulis baginya pahala
sesuai dengan buah yang dihasilkan oleh tanaman itu.” (HR.Ahmad). Dari hadist tersebut
bisa dipahami bahwa setiap orang yang menanam pohon untuk kelestarian alam,
keseimbangan alam, kesejukan hawa, dan berbagai fungsi positif lainnya, demi menjalankan
fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, maka dia akan mendapatkan nilai kebajikan dari
setiap perbuatannya itu.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan
hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya . pada intinya, etika islam terhadap alam
semesta hanya mengajarkan satu hal saja yaitu erintah jangan membuat kerusakan dimuka
bumi. Namun, perintah ini mempunyai derivasi  yang cukup luas mulai dari menjaga
kebersihan bumi, tidak bersikap sewenang-wenang terhadap alam, tidak mengeksploitasi
sumber daya alam untuk kepentingan sendiri  , dan himbauan untuk memperbaiki kembali
sumber daya  alam yang telah rusak oleh ulah pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan didaratan terjadi akibaat manusia tidak sadar,
sombong , egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan
sangat tidak terpuji. Seorang ilmuwan pernah mengatakan, “ Bumi ini akan cukup memenuhi
kebutuhan bermiliar-miliar manusia, akan tetapi tidak cukup memenuhi keserakahan satu
orang saja.”

42
Firman Allah  SWT :

Artinya : Telah tampak kerusakandidarat dan dilaut disebabkan karena perbuatn tangan
manusia manusia supaya Allah merasakan (memberi cobaan) kepada merekan sebagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar’. ( QS. Ar-Rum : 41)
Islam mengingatkan, sekalipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun
semua yang ada ini adalah milik Allah SWT. Hal ini akan mengantarkan manusia kepada
kesadaran bahwa apapun yang berada didalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali
amanat yang harus dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar dibumi,
setiap angin sepoi yang berhembus diudara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit
akan dimintakan pertanggungjawabkan manusia menyangkutpemeliharaan dan
pemanfaatannya” demikian kandungan penjelasan Nabi Muhammad SAW tentang firman-
Nya yang berbunyi:

Artinya : Kamu sekalian pasti akan


diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat ( yang kamu peroleh “. ( QS. At-Takatsur
102:8)
Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap
sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh pemiliknya (Tuhan) menyangkut apa yang berada disekitar
manusia. Firman Allah :

Artinya : Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada diantara keduanya,
kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan “.( QS. Al-Ahqaf 46:3)
Pernyataan Tuhan dalam ayat diatas mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok atau bangsa, dan jenisnya  saja, melainkan

43
juga harus berpikir dan bersikap demikian kemaslahatan semua semua pihak. Manusia tidak
boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadap lingkungan
alam.

44
VII. RUKUN IMAN
a. IMAN KEPADA MALAIKAT

Pengertian iman

IMAN (amana -  yu’minu -  imanan) secara harfiyah (etimologis) artinya percaya dengan
yakin. Iman adalah akidah Islamiyah, yakni sistem keyakinan atau kepercayaan dalam Islam.
Akidah (‘aqoda - ya’qidu - ‘aqdan/aqad) artinya ikatan, yakni ikatan hati atau jiwa alias
keyakinan atau kepercayaan.

Secara maknawi (terminologis) iman adalah percaya dengan yakin akan adanya Allah SWT,
para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhirat, serta Qadha dan Qadar.
Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut Arkanul Iman atau Rukun Iman.
Sebutan untuk orang yang percaya dengan yakin atas Arkanul Iman itu disebut mukmin
(mu’min, orang beriman).

“Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab
yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya
terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan
sejauh-jauhnya” (Q.S. 4:136)

Iman adalah masalah mendasar dalam Islam. Iman menjadi titik-tolak permulaan seseorang
menjadi pemeluk Islam (Muslim). Seseorang yang menyatakan diri memeluk Islam harus
mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai
Rasul-Nya.

45
Al-Quran menggambarkan, orang yang menyatakan beriman (mukmin) ibarat melakukan
transaksi jual-beli dengan Allah SWT. Orang tadi "membeli" surga dengan jiwa-raganya, atau
"menjual" jiwa, raga, dan hartanya pada Allah SWT dengan bayaran keridaan-Nya.

"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberi imbalan surga pada mereka." (Q.S. at-Taubah:111)

“Dan sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka untuk mendapatkan keridaan
Allah...” (Q.S. al-Baqarah:107)

Mukmin yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap menyerahkan segala yang ada
padanya pada Allah SWT. Ia siap melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian dari-Nya, untuk
menunjukkan kesungguhan keimanannya.

Jadi, setiap mukmin harus siap melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi
segala larangan-Nya (ajaran Islam). Mukin sejati mempunyai sikap dasar sami'na wa atho'na
(kami dengar dan kami patuh).

• Rukun Iman sebagai Sistem Kepercayaan

46
Untuk mengetahui dzat pencipta dan penuntun

nasib kita itu Allah SWT telah

Memproklamasikan dzat-Nya melalui firmannya

Diantaranya adalah

“Allah lah yang menciptakan kamu sekalian dan semua perbuatan kamu.” (Q.S As-
Shaffat:96)

Dalam ayat di tadi Allah menjelaskan bahwa perbuatan kita itu pada hakikatnya oleh-Nya
dan ditentukan oleh-Nya pula. Maksudnya apabila kita mempunyai sesuatu tujuan tertentu
yang baik atau jelek pelaksanaannya pada hakikatnya oleh Allah, hanya lahiriah oleh kita,
dimana pada hakikatnya seluruh gerak anggota kita ini laksana golek yang digerakkan oleh
dalang sebab buktinya tidak semua rencana kita yang menurut dugaan akan berhasil atau
tercapai, akan tetapi sering gagal karena adanya halangan atau bencana yang tidak terduga
duga.

Dan kita mengetahui bahwa Allah pula yang mengatur malam dan siang yang kadang-kadang
lamanya tidak sama, akan tetapi perbedaannya itu tepat pada saatnya. Allah yang mengatur
perjalanan matahari, bulan, bintang, dan. Lain-lainnya yang penuh disiplin, tidak berubah
sejak zaman dahulu. Firman Allah :

“Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam,
(kadang-kadang lebih lama malam daripada siang da sebaliknya). Dan Dia lebih mengetahui
setiap isi hati.” (Q.S Al-Hadid : 6)

Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 4

“Dia (Allah) mengetahui setiap perkara yang masuk ke dalam bumi yang keluar dari
padanya, dan mengetahui setiap perkara yang turun dari langit dan yang naik kepada-Nya.
Dan Dia bersama kamu sekalian dimana saja kamu berada. Dan Allah maha melihat setiap
apa yang kamu kerjakan.”

47
• Firman Allah tadi menjelaskan bahwa Allah senantiasa berada dimanapun dan
kapanpun. Sehingga seorang mu’min tidak akan berbuat sekehendaknya karena ia
mera Allah selalu berada di dekatnya dan mengawasinya. Begitu pula ketika seorang
mu’min berada dalam musibah, ia tidak akan berputus asa karena ia senantiasa merasa
Allah berada di dekatnya.

• Rukun Iman Sebagai Sistem Pandangan Hidup

Pokok pertama mengenai tauhid itu ialah mengakui dengan keyakinan yang bulat, bahwa
hanya Allah sendirilah yang berhak disembah dan diibadati oleh hambanya, Itikad dan
pengakuan bulat yang demikian seharusnya mencakup dalam segala keadaan dan semua
bidang kehidupan. Diantaranya mengitikadkan bahwa Allah itu esa dalam menciptakan alam
ini, esa dalam pemeliharan

Esa menghidupkan dan atau mematikan, esa membuat ketentuan-ketentuan peraturan-


peraturan dan peraundang-undangan, esa dalam memberi rezeki, esa dalam memberikan
manfaat dan mudarat dan lain-lain sebagainya. Kalimat tauhid itu tersimpul dalam
serangkaian kalimat yang disebut kalimat syahadat, bunyinya “tidak ada tuhan yang lain
selain Allah”. Kalimat tersebut terdiri dari 4 kata-kata yaitu:

Dari kalimat syshadat di atas dapat kita lihat terdiri dari 4 pokok kata. La yang artinya tidak,
Ilaha artinya Tuhan, Illa artinya kecuali, dan Allah artinya Allah (sebutan nama Tuhan
menurut ajaran islam). Dalam kalimat tersebut ditemui kata engkar dan dibelakangnya
dijumpai kata istisna yang berarti maksudnya adalah istbat. Jadi dlama kalimat syahadat itu
mutlak dan positif nahwa Tuhan ialah Allah, tidak ada yang lain.

Hikmah Beriman Kepada Malaikat

Malaikat adalah mahluk Allah yang mulia. Mereka sangat dipercaya. Malaikat selalu
melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan selalu mengerjakannya hingga tuntas.
Kepercayaan yang diberikan langsung oleh Tuhan dan malaikat secara sungguh-sungguh

48
mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, sehingga menjadi suatu
kepercayaan yang abadi.

Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum adalah, kepercayaan yang
dimilikinya, loyalitas, dan integritasnya yang sangatb mengagumkan.

Malaikat adalah makhluk halus yang tidak nampak dan mempunyai fungsi-fungsi yang
tertentu. Sebagai konsekuensi beriman kepada Allah, maka orang islam harus beriman
kepada malaikat. Malaikat diciptakan dari nur dan jin diciptakan dari nar.

Fungsi malaikat

• Sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu Allah kepada rasul-rasul-Nya


• Bertindak sebagai perantara untuk memperkuat para nabi dan kaum muslimin
• Mendandangkan azab pada umat yang dzalim serta mengingkari ayat-ayat Tuhan
• Menolong dengan memintakan ampun bagi mereka yang ada di bumi
• Meningkatkan kehidupan rohaniyah manusia di dunia maupun di akhirat
• Mencatat segala perbuatan-perbuatan manusia
b. Cara Mengimani Al-Qur’an

Beriman kepada Al-Qur’an

Beriman kepada Al-Qur’an, berarti ia juga harus mengimani kitab-kitab terdahulu sebelum
datangnya Al-Qur’an.

Belum dikatakan beriman kepada Al-Qur’an sebelum ada 3 hal dalam dirinya, ciri-ciri nya
adalah :

1.    Berhukum dengan Al-Qur’an (At-Tahkim)

2.    Tidak ada paksaan dalam mengamalkan isi Al-Qur’an (‘Adamul Haraj)

3.    Pasrah pada semua perintah Al-Qur’an (Taslim).

Ada 5 hal yang harus dilakukan terhadap Al-Qur’an sehingga nantinya ia bisa menguasai Al-
Qur’an dengan baik dan benar. 5 hal itu bisa disingkat menjadi 5-M:

 Membaca
 Mempelajari
 Mentadabburi

49
 Menjaga
 Mengamalkan

. Mempelajari Al-Qur’an dapat dimulai dengan mempelajari ilmu-ilmu dasarnya. Diantara


ilmu-ilmu tersebut adalah:

1)    Ilmu tetang cara membaca Al-Qur’an (Tajwid)

2)    Ilmu Bahasa Al-Qur’an (bahasa Arab)

3)    Ilmu Kaidah tulisan Al-Qur’an (Khat)

4)    Ilmu tentang seni membaca Al-Qur’an (Tilawah)

5)  Ilmu tentang perbedaan cara-cara membaca Al-Qur’an (Gharaibul Ayat dan Qira’ah
Sab’ah)

6)    Ilmu tentang sebab-sebab turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)

Dengan mempelajari beberapa ilmu dasar di atas, diharapkan setiap muslim siap dalam
membaca Al-Qur’an dengan baik, benar, fasih, serta berpengetahuan luas.

2.  Membaca

dengan membacanya setiap hari seperti seduah shalat atau saat waktu luang agar hati menjadi
tenang

3.    Mentadabburi

Tidak hanya dengan membacanya tetapi juga harus menterjemahkannya

4. Mengamalkan

Ada 2 hal yang harus melandasi amalan setiap muslim, yaitu:

1)    Taslim. Artinya seluruh amalnya harus karena Allah semata, tidak karena orang tua,
guru, teman, dan lain sebagainya.

2)    Ittiba’. Artinya amalan itu harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Tidak boleh membuat amalan sendiri yang tidak berdasar jelas.

50
Mengamalkan berarti juga mengajarkannya kepada teman-teman, seluruh muslimin yang
belum bisa Al-Qur’an, sehingga ilmu kita bisa terus terpelihara.

5.  Menjaga

Setelah semua dilakukan, tugas kita adalah menjaga Al-Qur’an agar tidak disalah gunakan,
disalah tafsirkan oleh orang-orang yang kurang ilmu Al-Qur’annya. Jangan sampai Islam
dirusak oleh orang Islam sendiri. Kita harus mendakwahkannya supaya Al-Qur’an selalu
terjaga kemurnian ilmunya sampai hari kiamat kelak

c. Hari akhir merupakan hari perhitungan amal yang telah


dilakukan selama hidup di dunia. Selanjutnya, amal tersebut akan
dibalas dengan balasan yang sesuai.

Terdapat banyak sekali ayat yang menyatakan wajibnya beriman dengan hari akhir. Bahkan
di dalam banyak ayat pula, Allah menyebutkan keimanan kepada Allah dan keimanan kepada
hari akhir secara bergandengan.

Adapun cakupan keimanan kepada hari akhir secara umum dikategorikan sebagai berikut:

1. Beriman dengan Tanda-tandanya

Wajib hukumnya bagi seorang muslim untuk beriman pada tanda-tanda kiamat yang telah
dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “maka tidaklah yang
mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan
tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya” (QS Muhammad: 18).

2. Beriman dengan hari akhir/kiamat itu sendiri

Setelah berbagai tanda kiamat besar terjadi maka seluruhnya akan berakhir pada terjadinya
kiamat itu sendiri yang akan terjadi pada hari Jumat. Sebagaimana dalam sebuah hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada
hari Jum’at” (HR. Muslim). Namun hari jumat di pekan, bulan, dan tahun kapankah
terjadinya, hanya Allahlah yang mengetahuinya, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari
kiamat itu adalah di sisi Allah” (QS Al A’raf : 187).

MACAM-MACAM KIAMAT

51
 Kiamat Sugra adalah kiamat kecil, yaitu rusaknya sebagian makhluk, misalnya
kematian dan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir
dan sebagainya. 

 Kiamat Kubra adalah kiamat besar, yaitu hancurnya alam semesta dengan segala
isinya secara serempak, atau berakhirnya seluruh kehidupan makhluk alam ini secara
serempak.

Tanda-tanda hari kiamat diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syibah, Muslim dan Turmudzi. Tanda-tanda hari kiamat adalah sebagai
berikut:

 Tanda-tanda kiamat kecil, antara lain :

Hamba sahaya perempuan melahirkan Tuannya.

Ilmu agama dianggap tidak penting

Perzinaan, Minuman keras, Fitnah, Pembuhan meraja rela dimana mana.

Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan 50:1

Banyak terjadi gempa bumi / Musibah / Bencana Alam

Lahirnya Dajjal (tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah swt

 Tanda-tanda kiamat besar , anatara lain :

Matahari terbit dari barat

Munculnya binatang ajaib yang dapat berbicara

Rusaknya Ka’bah dengan sendirinya

Seluruh manusia menjadi kafir dan lenyapnya Al- Qur’an

Berkuasanya Bangsa Ya’juj dan Ma’juj di muka bumi.

Gambaran hari kiamat menurut Al- Qur’an

Datangnya hari kiamat ditandai dengan tiupan sang sakala. ( Q.S.An- Naml : 87

52
Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang dikandungnya  (QS. Al-
Zalzalah : 1 – 5)

Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir  (QS. Al-  Haqqah : 14)

Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1 – 3)

Peristiwa yang berhubungan dengan Hari Akhir :

Yaumul Barzah / Alam Kubur, Masa / waktu antara sesudah meninggal nya seseorang sampai
menunggu datangnya hari kiamat. “ (Q.S.Al Khafi ayat 99 )

Yaumul Baats, Masa dibangkitkannya manusia dari alam kubur mulai dari manusia pertama
sampai manusia terakhir ( Q.S. Al Zalazalah ayat 6 )

Yaumul Mahsyar : Masa dikumpulkannya manusia dipadang mahsyar untuk dihisab amal
kebaikan dan keburukanya. (Q.S. Ibrahim : 48)

Yaumul Hisab/ Mizan : Masa diperhitungkan / ditimbang amal kebaikan dan keburukan
manusia“ ( Q.S. Yasin : 65 )

Syirot : Jembatan / jalan yang menghubungkan / mengantarkan manusia kesurga atau neraka.

Surga : Tempat balasan bagi orang yang beriman kepada Allah SWT..(Q.S. Al Hajj : 23 )

Neraka : Tempat balasan bagi orang yang ingkar kepada Allah SWT.“  (Q.S. Az Zumar : 32 )

Hikmah Beriman kepada Hari Kiamat

• Menjadikan manusia bersikap hati-hati dalam hidup di dunia sehingga akan selalu
taat kepada petunjuk-petunjuk agam dan membatasi diri terhadap kesenangan hidup di
dunia.

Berusaha menjadi manusia yang baik selama hidup di dunia, yakni berbakti kepada
Allah swt, orang tua, dan berbuat baik terhadap sesama manusia.

• Menyadarkan manusia akan adanya hari akhir sebagai kehidupan yang hakiki bagi
manusia.

• Menyadarkan manusia bahwa kehidupan di hari akhir adalah tujuan setiap manusia
yang hidup di dunia.

53
• Mendorong manusia untuk memperbanyak amal sholeh dan meninggalkan segala
larangan-larang-Nya.

d. TAQDIR

Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga
akhir zaman. (Terj. Al Wajiiz fii ‘Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 95)

Tingkatan Takdir

Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara yang disebut
tingkatan takdir atau rukun-rukun takdir. Keempat perkara ini adalah pengantar untuk
memahami masalah takdir.

Tingkatan Pertama: al-’Ilmu (Ilmu)

Yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali mengenai apa-apa yang
telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi, baik secara global maupun
terperinci, di seluruh penjuru langit dan bumi serta di antara keduanya

Tingkatan Kedua: al-Kitaabah (Penulisan)

Yaitu, mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menuliskan apa yang telah
diketahui-Nya berupa ketentuan-ketentuan seluruh makhluk hidup di dalam al-Lauhul
Mahfuzh

Tingkatan Ketiga: al-Iraadah dan Al Masyii-ah (Keinginan dan Kehendak)

Yaitu, bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah sesuai dengan
keinginan dan kehendak (iraadah dan masyii-ah) Allah yang berputar di antara rahmat dan
hikmah. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya,
dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan hikmah-Nya.

Tingkatan Keempat: al-Khalq (Penciptaan)

Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segala sesuatu yang tidak ada pencipta selain-
Nya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dan segala sesuatu selain Allah adalah makhluk.

Hikmah Beriman Kepada Takdir

54
Beriman kepada takdir akan mengantarkan kita kepada sebuah hikmah penciptaan yang
mendalam, yaitu bahwasa nya segala sesuatu telah ditentukan. Sesuatu tidak akan menimpa
kita kecuali telah Allah tentukan kejadiannya, demikian pula sebaliknya. Apabila kita telah
faham dengan hikmah penciptaan ini, maka kita akan mengetahui dengan keyakinan yang
dalam bahwa segala sesuatu yang datang dalam kehidupan kita tidak lain merupakan
ketentuan Allah atas diri kita. Sehingga ketika musibah datang menerpa perjalanan hidup
kita, kita akan lebih bijak dalam memandang dan menyikapinya.

Demikian pula ketika kita mendapat giliran memperoleh kebahagiaan, kita tidak akan lupa
untuk mensyukuri nikmat Allah yang tiada henti.

Manusia memiliki keinginan dan kehendak, tetapi keinginan dan kehendaknya mengikuti
keinginan dan kehendak Rabbnya. Golongan Ahlus Sunnah menetapkan dan meyakini bahwa
segala yang telah ditentukan, ditetapkan dan diperbuat oleh Allah memiliki hikmah dan
segala usaha yang dilakukan manusia akan membawa hasil atas kehendak Allah.

e. Strategi dan Tipu Daya Setan Dalam Menyesatkan Manusia

Sumpah iblis saat menggoda Adam,

"Demi Allaah, kami benar-benar orang yang memberi nasihat" (QS Al-A'raf: 21)
Iblis berpura-pura menjadi orang yang memberi nasihat kebaikan, padahal apa yang ia
lakukan hanyalah menjerumuskan manusia pada kesesatan.

Strategi Setan Dalam Menyesatkan Manusia

1. Manusia dibuat lupa dalam beribadah kepada Allaah


2. Manusia dibuat lupa pada hal-hal tertentu yang menjerumuskannya pada kema'siyatan
dan kesesatan

Kiat-kiat agar tidak terjerumus pada godaan setan:

1. Dzikrullaah
2. Iman dan tawakkal
3. Ikhlas dan mutaba'ah
4. Taqwa dan istighfar
5. Banyak membaca Al Qur'an
6. Isti'adzah (ta'awudz)

55
7. Menjauhi jalan dan langkah setan
8. Menjauhi diri dari mudahnya setan menggoda kita

Dalam surat  fatih 35 : 6  Allah SWT berfirman “Sesunguhnya SETAN itu adalah musuh yang
nyata bagimu maka jadikanlah ia musuh mu karna sesungguhnya Setan-setan itu hanya
mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.

Perintah Allah untuk menjadikan SETAN sebagai musuh adalah peringatan agar
manusiamengerahkan segala kemampuan memerangi dan melawan setan. Setan adalah
musuh yang selalu melancarkan berbagai tipu yang ditujukan kepada seluruh keturunan adam

Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya SETAN itu mendatangi salah seorang dari kamu
sedang melakukan shalat hingga membuka  anggota duduknya maka diperkirakan bahwa dia
tidak berhadas padahal belum, bila salah seorang perkirakan bahwa dia telah berhadas
padahal belum, bila salah seorang kamu mendapatkan itu jangan lah meninggalkan sholat
sampai terdengar suaranya dengan telinganya  atau merasakan bau dengan hidungnya”

“hadist ini menujukan bahwa”

1.     SETAN tidak pernah berhenti menggoda hamba Allah dimanapun dan kapanpun kita
berada

2.     Sholat seorang hamba tidak akan menghalangi program setan menyesatkan manusia

3.     Orang yang sedang sholat selalu membaca doa permohonan agar dilindungi dari
kejahatan SETAN , namun seakan-akan  dapat masuk kedalam diri seorang yang sedang
sholat dengan cara yang sangat halus.

“Bagaimana cara melawan SETAN..??” Setidaknya kita harus mengetahui starategi setan
dalam mengoda manusia Diantaranya :

1. WASWASAH

Waswasah artinya mebisik-bisikan keraguan kepada manusia ketika melakukan kebaikan


atau amal shaleh

2. TAZTIN

56
Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan eknikmatan, segala yang berbau maksiat
terlihat indah

3. TAMANI

Tarmani artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan

4. ADAWAH

Adawah artinya berusaha menanamkan permusuhan, SETAN berikhtiar akan menumbuhkan


permusuhan diantara manusia

5. SADDUN

Saddun artinya Berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah swt


dengan menggunakan berbagai hambatan .

6. TAKHWIF’

Artinya “Menakut-nakuti”

7. WA’DUN

Artinya “janji palsu”

8. KAIDUN

Artinya tipu daya   karna SETANN berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah  perangkap
agar manusia tercebak.

Demikianlah sebagian cara dan strategi SETAN untuk dapat merayu manusia masuk kedalam
api neraka yg menyala-nyala bersama setan abadi dineraka, yang patut kita ketahui ingat”
Hanya hambaah Allah swt hanya hamba ‘ Allah lah yang benar-benar beramal shaleh diri
padanya  akan sulit tuk digoda karna Allah sendiri yagn jadi penjaganya
Dengan berlindung kepada Allah, setan tidak akan punya kekuatan

Muqaddimah

Setan adalah tentara Iblis yang secara terus-menerus, halus, dan terselubung akan
menyesatkan manusia dari jalan kebenaran (Islam), sehingga banyak manusia yang terjebak

57
bujuk rayunya. Manusia akan digiring untuk suka kepada yang haram. Gemar berzina,
korupsi, kolusi, nepotisme, dan tindak kejahatan lain-lainnya.

Melalui perkembangan teknologi (internet, hp, facebook) Setan kian hari kian canggih,
bahkan kian agressif dalam menggiring manusia beramai-ramai melawan syariah Allah SWT.

Padahal hukuman bagi manusia yang suka kepada makanan yang haram akan membuat
doanya tertolak dan akan selalu dikalahkan oleh bujuk rayu Setan. Kemudian di hari akhir
nanti, harus menerima siksa di dalam neraka.

Strategi Manusia untuk Menang

Melawan Setan bukan perkara mudah, karena selain wujudnya tidak bisa dijangkau
indera, ia juga bisa menjelma dalam bentuk jin dan manusia. Namun demikian bukanlah hal
mustahil kita bisa mengalahkan Setan.

Pertama, kita harus mengenali tipu daya Setan. Dengan begitu kita akan mudah
menghindarinya. Sebaliknya, selama kita buta dengan informasi, pergerakan, rencana, dan
metode musuh sendiri, maka bahaya besar sedang mengincar dan akan mendatangkan bahaya
besar.

• Umar bin Khattab pernah berkata, “Sesungguhnya pintu Islam akan hancur satu per
satu jika dalam Islam lahir generasi yang tidak mengenal apa itu jahiliyah
(kebodohan).

• Kedua, ikhlas dan senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT. Untuk bisa ikhlas dan
tawakkal juga tidak gampang. Dibutuhkan latihan dan ilmu yang memadai, sehingga
kita mampu seperti orang-orang sholeh yang berpikir, berbicara, dan bergerak hanya
dalam rangka mendapat ridha Allah SWT.

• Akan tetapi jika kita mampu merasakan nikmatnya ikhlas dan tawakkal maka
selamanya kita akan selamat dari tipu daya Setan. Sebaliknya jika gagal, lalu berputus
asa untuk bisa menjadi Muslim yang Mukhlish. Kemudian menuruti hawa nafsu maka
hidup akan selalu berada dalam bayang-bayang Setan. Naudzubillahi min dzalik.

• Firman-Nya, Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang
beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan)

58
hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang
yang mempersekutukannya dengan Allah. (QS. 16 Al-Nahl : 99 – 100).

• Ketiga, senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT agar diberikan


keistiqomahan dalam menapaki jalan-Nya. Utsman bin ‘Ash pernah mengadu kepada
rasulullah saw terkait Setan yang selalu menghalanginya ketika sholat.

Rasulullah saw pun bersabda, “Itulah Setan yang bernama Khanzab; jika engkau
merasakannya, mohonlah perlindungan Allah daripadanya dan meludahlah ke arah kirimu
tiga kali”. Utsman pun berkata, “Aku lalu mengamalkannya, Allah pun menghilangkannya
dariku.” (HR. Muslim).

Menarik ilustrasi yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim terkait pentingnya kita berlindung
kepada Allah SWT. “Jika kita sedang berjalan di sebuah jalan dan dihadang seekor anjing
milik penggembala kambing, cara paling baik agar selamat dari gangguannya adalah meminta
tolong sang penggembala (pemilik anjing). Hanya dengan isyaratnya anjing itu akan diam
dan kita pun akan selamat dari gangguannya.

Ilustrasi tersebut relevan dengan salah satu firman Allah SWT. “Sesungguhnya hamba-
hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut
kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (QS. 15 Al-Hijr : 42).

Menang Melawan Setan

Setelah iblis laknatullah ditetapkan sesat oleh Allah dan dia diberi tangguh sehingga
tidak akan mati melainkan pada hari kiamat, maka mulailah ia membuat planing dan
menentukan target – targetnya. Setan memiliki rencana jangka panjang dan jangka pendek.
Adapun rencana jangka panjang mereka adalah: dijelaskan didalam firman Allah swt.

• ِ) 6 : ‫س ِع ْي ِر ( فاطير‬
َّ ‫ب ال‬ ْ ‫إنَّ َما يَ ْدع ُْوا ِح ْزبَهُ لِيَ ُك ْونُ ْوا ِمنْ َأ‬
ِ ‫ص َحا‬

“sesungguhnya setan – setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
Penghuni neraka yang menyala – nyala (Qs. Father : 6)

59
VIII. KARAKTER AJARAN ISLAM
a. Harkat dan Martabat Manusia

Dalam Islam manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dengan
sebaik-baiknya penciptaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya . (At-Tin ayat 4)

Hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal
dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan
dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih
dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang
menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan
harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harkat dan martabat :

 Berusaha keras dalam mencapai suatu tujuan


 Terus berusaha belajar dan menggapai cita-cita
 Tidak merendahkan orang lain
 Penerapan sains yang benar dan tepat sasaran yang dilandasi oleh nilai Islam sebagai
agama “Rahmatan lil alamin” sudah pasti memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan serta mengangkat harkat dan martabat manusia lebih baik dan tinggi
disisi Allah.
 Salat pula pula mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi terpuji dan luhur,
sehingga mampu mewujudkan kemaslahatan, keselamatan dan kesejahteraan dalam
kehidupan manusia, baik di bumi ini hingga memasuki kehidupan di akhirat nanti
 Tidak merasa sebagai yang terbaik, terbagus ataupun pemenang
 Meningkatkan mutu atau tingkat pendidikan yang dimiliki
 Mengetahui dan memahami perkembangan IPTEK

Harkat dan Martabat Manuasia membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di


seluruh alam semesta, dimana Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yang mengandung
butir-butir bahwa manusia adalah:

a) makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya;

60
b) makhluk yang tertinggi derajatnya;

c) makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa;

d) khalifah dimuka bumi; dan

e) pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM). 

Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu :

1) Demensi kefitrahan;
2) Dimensi keindividualan;
3) Dimensi kesosialan;
4) Dimensi kesusilaan; dan
5) Dimensi keberagamaan.

Kata kunci untuk dimensi kefitrahan adalah kebenaaran dan keluhuran,

 dimensi keindividualan adalah potensi danperbedaan,


 dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan,
 dimensi kesusilaan adalahnilai dan moral, dan
 dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. 

b. Konsep Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat

Keseimbangan dalam Islam disebut dengan istilah  wasathaniyyah  dantawazzun. Secara


harfiah wasathanniyah berarti moderat atau ditengah-tengah/pertengahan
dan tawazzun berarti seimbang.Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Karakteristik
Dienul Islam; dua unsur ini adalah salah satu ciri utama dan yang memungkinkan manusia
dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun.

Prinsip keseimbangan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 143,
bahwa Allah telah menjadikan umat Islam adalah ummatan wasathan “umat yang moderat,
ditengah-tengah” dan agar bisa mengambil setiap ibrah dan hikmah yang ada kapanpun dan
dimanapun serta ummat yang bisa memadukan akal dan hati, ilmu dan ‘amal serta
kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Allah berfirman :Wakadzalika ja’alnakum
ummatan wasathan “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat
pertengahan” (Q.S.Al-Baqarah : 143).

61
Kata “ummatan wasathan”  dalam ayat di atas dipahami dalam arti pertengahan dalam
pandangan Islam tentang kehidupan. Pandangan Islam tentang hidup adalah  di samping ada
di dunia juga ada di akhirat. Keberhasilan di akhirat ditentukan oleh iman dan amal shalih di
dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak juga membumbung tinggi
dalam spritualisme dengan mengenyampingkan duniawi.

Umat Islam dituntut untuk mengimplementasikan prinsip keseimbangan antara dunia dan
akhirat. Sebab  jika hanya berorientasi untuk mengejar dunia, maka manusia akan seperti
mayat hidup dan terjebak dalam rutinitas hidup yang bisa membuat seseorang mudah stress
dan cahaya hatinya akan redup dan tidak mampu mengemban amanah. Akan tetapi juga tidak
dianjurkan jika berlebihan hanya menyibukkan diri dengan urusan akhirat sehingga berpaling
dari kehidupan dunia. Karena itulah konsep prinsip tawazun sangat diperlukan.

Tiga orientasi hidup manusia :

Pertama, golongan yang secara khusus mengonsentrasikan dirinya untuk ukhrawi


sehingga ia tidak peduli dengan urusan-urusan duniawi. Kehidupan mereka hanya digunakan
untuk beribadah, berzikir, memohon ampun kepada Allah Swt. Tidak ada urusan yang
mereka lakukan kecuali yang berhubungan dengan ibadah mahdhah dan kehidupan akhirat.
Bahkan golongan ini cenderung memusuhi dunia. Harta benda dipandang sebagai penghalang
dan melalaikan ibadah. Karena kekhusyukannya dalam beribadah, mereka tidak lagi sempat
mencari nafkah hidup. Bukan hanya tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dengan cukup, untuk kebutuhan dirinya pun seadanya.

Kedua, golongan yang terlalu disibukkan dengan urusan duniawi. Mereka lupa ibadah
kepada Allah. Urusan-urusan duniawi telah melalaikannya berzikir. Karena orientasinya
duniawi, maka tidak ada yang dipikirkan kecuali urusan untung rugi,
berapa income/pendapatan , dan lain sebagainya. Setiap peluang tak pernah disia-siakan tanpa
memperdulikan halal-haram. Tidak peduli hasil korupsi atau manipulasi. Semua dijalani
hanya untuk menumpuk-numpuk harta, demi kemegahan hidup dan menggapai kekaguman
orang lain terhadap dirinya.

Ketiga, golongan yang memilih keseimbangan “waktu” untuk urusan duniawi dan
ukhrawi. Mereka sadar bahwa hidup ini akan ada akhirnya, dan tidak ada yang bisa dijadikan
bekal hidup di alam yang kekal itu kecuali amal shaleh. Mereka juga sadar apa yang mesti
dijalani selama hidup di dunia ini. Mereka tahu bahwa Allah memerintahkan agar mencari

62
karunia dunia dan bekal akhirat sehingga ia bisa merasakan bahagianya hidup di dunia dan
kenikmatan di akhirat kelak. Hari-hari mencari duniawi dijalani dengan penuh kesabaran dan
ketawakkalan. Mereka sangat hati-hati, sehingga bisa membedakan mana yang halal dan
mana yang haram. Kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya,
menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-harinya. Dalam mengekspresikan
keberagamaan, Islam sangat menekankan kewajaran. Islam tidak menyukai hal-hal yang
berlebihan. Rasulullah sendiri sebagai panutan agung kaum Muslimin memberikan contoh
yang wajar dan sederhana dalam menjalani hidup. Sikap wajar dan sederhana dicontohkan
Rasulullah SAW itu sesuai dengan anjuran dan ajaran Qur’ani.

Dalam Q.S. Al-Qashash ayat 77 ditegaskan dengan jelas mengenai prinsip keseimbangan
meraih kebahagian dunia dan akhirat : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi”. Prinsip keseimbangan pada ayat ini senada dengan Q.S.Al-
Baqarah ayat 201  berikut; “Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami,
Anugerahkanlah kami hasanah/kebaikan  di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
lindungilah  kami dari azab neraka.

c. Tujuan Akhir Manusia

Selama ini kita sering mendengar dari ulama-ulama yang menjelaskan bahwa tujuan
hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat QS51:56
menjelaskan.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-
Ku” Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu
pemakmurnya. (QS.11:61).

(menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau mengingkari
perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama dengan kehidupan
bintang.).

Perintah bekerja untuk memakmurkan bumi, sudah diperintahkan sebelumnya oleh


ALLAH kepada Nabi Adam yang diberitahukan kepada Nabi Musa (Taurat) seperti berikut
ini;

God said to Adam.

63
•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce
anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were made
from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.).

Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah sama
yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh-sungguh untuk
memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masarakat dan umat. Nanti setiap
manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin bekerja untuk ALLAH dan
siapa-siapa yang malas malas bekerja untuk ALLAH. Manusia-manusia yang tidak
mempunyai ilmu, tidak mempunyai (Diin) buku pedoman hidup dari ALLAH, seperti
manusia-manusia yang tinggal di hutan-hutan.

Baju mereka masih terbuat dari daun-daun untuk menutupi auratnya, dan tempat tinggal
juga terbuat dari daun-daun untuk melindungi dari hujan dan panas.

Sampai hari ini kita masih dapat melihat manusia-manusia yang tidak mendapat ilmu di
hutan-hutan. Dari satu generasi ke negerasi berikutnya. Sudah ribuan tahun mereka tetap
tidak mempunayi ilmu untuk membangun pradapan yang islam yang maju,modern.

Perintah-perintah ALLAH berikutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan-


bahan baku yang ada dalam bumi yang telah ALLAH sediakan berlimpah limpah agar bisa
menjaga agama ALLAH.Perintah ini penting sekali,kalau tidak dilakukan maka umat islam
mudah dikalahkan atau ditunduki atau di jajah oleh musuh-musuh islam.

”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-
olah), dan supaya ALLAH swt mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam)
dan Rasul-Rasul padahal ALLAH swt. Tidak dilihatnya.(QS..57:25).

Inilah perintah ALLAH berikutnya;

“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang
orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.58:11)

Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu .

Kemudian perintah ALLAH berikutnya adalah menjadi seorang Khalifah.

64
Orang-orang yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH yaitu
memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masarakat.

Dia mengajak dan membimbing masarakat untuk bekerja rajin memakmurkan bumi
ALLAH artinya memakmurkan masarakat, memberikan lapangan kerja kepada pemuda2 dan
pemudi-pemudi, mendirikan sekolah-sekolah bermacam disiplin ilmu agar setiap muslim bisa
pula menjadi seorang khalifah atau pemimpin dalam kelompok-kelompoknya.

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (QS.35:39.)

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi


ini”QS.2:30

65
DAFTAR PUSTAKA

https://annafiz.wordpress.com/hakikat-zat-pada-sifat-allah/

http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah

http://manchesterunitedisneverdie.blogspot.com/2013/04/aklhlaq-terpuji-kepada-allah-
swt.html

http://spupe07.wordpress.com/2012/01/01/surah-al-anam-ayat-162-163-tentang-keikhlasan/

http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/03/27/4436/kebahagiaan-hidup-menurut-islam-
1/

http://pemilik2cahaya.blogspot.com/2012/05/kebahagiaan-hidup-menurut-islam-1.html

http://rahmanfile.wordpress.com/artikel-3/

http://suksescoid.blogspot.com/2012/12/mengenal-akhlak-dalam-islami.html

http://tpq-darussalam-asshiddiq.blogspot.com/2011/12/cara-beriman-terhadap-al-quran.html

http://islamagamaallahnomor01.blogspot.com/2014_03_01_archive.html

66

Anda mungkin juga menyukai