Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

Sosial Ekonomi Perbatasan dan Masyarakat Ekonomi ASEAN

OLEH ZULFIAN

DOSEN PENGAMPU
Prof. Syarif Ibrahim Alqadri, M.Sc., Ph.D.
ABSTRAK

Ajaran agama merupakan hal yang sangat dasar. Dari ajaran agama itu manusia akan dapat
membedakan hal baik dan buruk. Apa yang halal dan diharamkan agama sehingga ia mampu
untuk mematuhinya. Ajaran agama secara mutlak bersumber dari wahyu Tuhan. Dalam konsep
Islam, wahyu Tuhan adalah al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang
membawa kebenaran yang mutlak. Selain ajaran agamanya, seseorang itu dapat juga dipengaruhi
oleh etika akademis yang dimilikinya. Adanya nilai-nilai luhur yang wajib ditaati insan
akademik dalam berpikir, berperilaku, bersikap, bertindak, baik sebagai seorang intelektual guna
mengemban tugas yang dimilikinya. Ajaran agama dan etika akademis akan berpengaruh
terhadap pembentukan karakter seseorang dan sifat pembawaannya. Jika ia seorang pejabat yang
mengambil kebijakan, maka ini akan mempengaruhi kebijakan yang diambilnya. Apakah
memiliki tingkat maslahat dan manfaat atau sebaliknya, semakin merugikan dan mudhorot bagi
masyarakat dan orang di sekitarnya. Jika hal tersebut dinilai baik oleh orang banyak dan
bermanfaat, maka kinerjanya dapat dikatakan baik.
Agama dan etika akademis dianalogikan berada pada sebuah bangunan yang sama. Tapi
berada pada sisi yang berbeda. Untuk membangun kepercayaan agama seseorang harus
membangun hubungan baik dengan sang Pencipta (khaliq) atau hablum minallah. Dan
membangun harmonisasi hubungannya dengan sesama manusia (hablum minannas). Jika sudah
memiliki hubungan baik dengan Tuhan, seseorang juga harus memiliki hubungan baik dengan
sesamanya pada sisi etika akademis untuk membangunnya seseorang membutuhkan adanya
perspektif, teori dan paradigma. Muatan-muatan ini saling menguatkan untuk tumbuhnya etika
akademis seseorang.
RINGKASAN

MODEL GAMBAR I

Dalam kehidupan, manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi
(kholifatul ardhi) memiliki konsep dan tata caranya sendiri. Hal tersebut dapat disebabkan
karena ada hal yang mempengaruhinya. Di antaranya oleh ajaran agama. Seterusnya konsep
agama yang dia peroleh dan amalkan dalam kehidupannya sehari-hari akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap olah pikir, etika dan sifat yang mencerminkan keperibadian
manusia tersebut.

Ajaran agama merupakan hal yang sangat dasar. Dari ajaran agama itu manusia akan dapat
membedakan hal baik dan buruk. Apa yang halal dan diharamkan agama sehingga ia mampu
untuk mematuhinya. Ajaran agama secara mutlak bersumber dari wahyu Tuhan. Dalam konsep
Islam, wahyu Tuhan adalah al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang
membawa kebenaran yang mutlak. Selain al-Qur’an juga ada al-Hadits yang menguatkan dan
memperjelas apa yang terdapat dalam al-Qur’an.

Selain ajaran agamanya, seseorang itu dapat juga dipengaruhi oleh etika akademis yang
dimilikinya. Dengan adanya nilai-nilai luhur yang wajib ditaati insan akademik dalam berpikir,
berperilaku, bersikap, bertindak, baik sebagai seorang intelektual guna mengemban tugas yang
dimilikinya. Etika akademis mampu memberikan sumbangsih baik berupa ide, konsep dan
pemikiran seseorang.

Sejalan dengan itu, hal tersebut di atas juga dapat dipengaruhi oleh adanya perspektif,
teori-teori dan paradigma yang terjadi di masyarakat. Dapat juga dipengaruhi oleh adanya sistem
kearifan lokal (local wisdom), adat yang dipercaya dan diyakini suatu masyarakat. Sehingga hal
ini saling memiliki keterkaitan satu sama lain.

Selanjutnya, ajaran agama dan etika akademis akan berpengaruh terhadap pembentukan
karakter seseorang dan sifat pembawaannya. Dalam kehidupan, hal ini tentu akan terlihat dengan
jelas. Jika banyak hal positif, maka dampaknya akan positif. Demikian sebaliknya, jika lebih
banyak hal negatif, maka yang terlihat adalah negatifnya. Karakter dan sifat pembawaan akan
tercermin dari bagaimana dia mengejewantahkan ajaran agama dan etika akademis yang ada.
Lalu, semua hal di atas akan sangat mempengaruhi ketika seseorang membuat sebuah
kebijakan, perilaku, tindakan dan perbuatan. Jika dia seorang aparatur sipil negara, maka akan
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkannya. Jika ia seorang pejabat yang mengambil
kebijakan, maka ini akan mempengaruhi kebijakan yang diambilnya. Apakah memiliki tingkat
maslahat dan manfaat atau sebaliknya, semakin merugikan dan mudhorot bagi masyarakat dan
orang di sekitarnya. Jika hal tersebut dinilai baik oleh orang banyak dan bermanfaat, maka
kinerjanya dapat dikatakan baik.

MODEL GAMBAR 2

Dari model gambar ini dapat dipahami tentang bentuk bangun kepercayaan agama dengan etika
akademis. Agama dan etika akademis dianalogikan berada pada sebuah bangunan yang sama.
Tapi berada pada sisi yang berbeda. Sisi pertama sebagai kepercayaan agama, sisi kedua sebagai
etika akademis. Untuk membangun kepercayaan agama seseorang harus membangun hubungan
baik dengan sang Pencipta (khaliq) atau hablum minallah. Dan membangun harmonisasi
hubungannya dengan sesama manusia (hablum minannas).

Hubungan manusia dengan Penciptanya sangat penting untuk membentuk keyakinan


dalam beragama. Dengan menghadirkan Tuhan dalam kehidupan akan mampu menumbuhkan
kepercayaan diri untuk selalu bertindak yang baik, sesuai dengan aturan. Tidak melanggar, tidak
membangkang, dan selalu taat kapan dan di mana pun. Dalam istilah agama dapat dijabarkan
sebagai suatu sikap beriman kepada Tuhan.

Jika sudah memiliki hubungan baik dengan Tuhan, seseorang juga harus memiliki
hubungan baik dengan sesamanya. Karena hal ini merupakan hukum mutlak dan sudah ada
tuntunannya. Bahkan dalam sebuah hadis Nabi dikatakan “tidak beriman seseorang sebelum ia
mencitai saudaranya seperti mana ia mencintai dirinya sendiri”.

Sementara itu, pada sisi etika akademis untuk membangunnya seseorang membutuhkan
adanya perspektif, teori dan paradigma. Muatan-muatan ini saling menguatkan untuk tumbuhnya
etika akademis seseorang. Adanya perspektif yang dibangun dalam diri seseorang akan dapat
menumbuhkembangkan kekuatan akademis. Dikuatkan dengan adanya teori-teori untuk memberi
keyakinan akan sebuah nilai. Lalu adanya paradigma turut menentukan tentang sesuatu hal
positif (positivism) dan non-positivism. Dua hal yang bertolak belakang ini akan memberikan
warna dalam paradigma seseorang. Paradigma positif mampu mempengaruhi seseorang terhadap
sesuatu yang bersifat netral, bebas nilai dan universal. Sementara non-positif akan
mempengaruhi seseorang pada paradigma sebaliknya, tidak netral, tidak bebas nilai dan tidak
universal.

Dari suatu yang netral, bebas nilai dan universal tersebut mampu menghadirkan fakta
sosial. Tidak dipengaruhi oleh sesuatu apapun sehingga dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat. Pada tatanan masyarakat luas, hal ini dimungkinkan dengan adanya suatu rekayasa,
manipulasi atau dibuat, atau bahkan dihilangkan. Realitas sosial adalah buah dari sesuatu yang
bersifat tidak netral, tidak bebas nilai dan tidak universal. Fenomena sosial yang terjadi
cenderung memberikan dampak yang tidak baik (negatif).
KESIMPULAN

1. Dari gambar 1 dapat disimpulkan bahwa ajaran agama dan etika akademis saling adalah dua
hal yang saling mempengaruhi. Dari dua hal tersebut membutuhkan ide, konsep dan
pemikiran. Yang kemudian akan menentukan karakter dan sifat seseorang. Adanya
perspektif, teori dan paradigma memberikan pengaruh juga. Hal ini yang akan
mempengaruhi kebijakan, perilaku, tindakan dan perbuatan seseorang baik atau buruk. Atau
kinerjanya baik atau buruk.
2. Dari gambar 2 dapat dismpulkan bahwa kepercayaan agama dan etika akademis berada
dalam satu bangunan. Tiap sisinya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Pada tahap
akhirnya dapat menjadi sebuah fakta sosial atau realitas sosial.

Anda mungkin juga menyukai