Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aisya Diva Nurmalia

NIM : P1337420120346

Penyakit ISPA dan CODP

A. Infeksi Salauran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya
infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi
yang terjadi lebih sering disebabkan oleh virus meski bakteri juga bisa menyebabkan kondisi
ini.

Tanda dan gejala

1. Hidung tersumbat atau berair,


2. Sering bersin,
3. Para-Paru terasa terhambat,
4. Kerap merasa kelelahan dan timbul demam,
5. Batuk-batuk dan tenggorokan serta tubuh terasa sakit

Patofisiologi :

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain – lain. Infeksi virus primer pertama kali ini akan
menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi
sputum di jalan nafas. Pembengkakan mukosa dan produksi lendir yang meningkat ini akan
menghambat aliran udara melalui pipa-pipa dalam salur. Bakteri dapat berkembang dengan mudah
dalam mukosa yang sudah terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan terbentuknya
nanah dan memperburuk penyakit

Diagnosis

 CT-Scan, untuk melihat penebalan dinding nasal, penebalan konka dan penebalan mukosa
sinus yang menunjukkan common cold.
 Foto polos, untuk melihat perubahan pada sinus.
 Pemeriksaan sputum, untuk mengetahui organism penyebab penyakit

Penatalaksanaan :

Penatalaksanaa farmakologis yaitu istirahat total, peningkatan intakecairan jika tidak ada
kontraindikasi, simtomatik (sesuai dengan gejala yang muncul), sebab antibiotic tidak efektif untuk
infeksi firus, obat kumur, untuk menurunkan nyeri 16 Universitas Muhammadiyah Magelang
tenggorokan, vitamin C, dan vaksinasi. Penatalaksanaan non farmakologis yaitu fisioterapi dada,
batuk efektif dan inhalasi sederhana.
B. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)  atau chronic obstructive pulmonary
adalah peradangan pada paru-paru yang berkembang dalam jangka panjang. PPOK umumnya ditandai
dengan sulit bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek). Dua kondisi yang paling sering berkembang
menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema. Pada bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada
saluran bronkus, sedangkan pada emfisema kerusakan terjadi pada alveolus.

Patofisiologi :

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary


disease utamanya adalah perubahan pada saluran nafas, tapi dapat juga ditemukan perubahan pada
jaringan parenkim paru dan pembuluh darah paru. Sebagian besar kasus PPOK disebabkan karena
paparan zat berbahaya, paling sering disebabkan oleh asap rokok.

Tanda dan gejala

 Batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak


 Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
 Berat badan menurun
 Nyeri dada
 Mengi

Diagnosis :

 Tes darah, untuk mengukur kadar protein alpha-1-antitrypsin dalam darah dan menyingkirkan


kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti anemia atau polisitemia
 Pemindaian dengan foto Rontgen dan CT scan, untuk mendeteksi emfisema atau gangguan
lain di paru-paru
 Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, untuk mengetahui kondisi jantung
 Pemeriksaan sampel dahak, untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi bakteri atau jamu

Penatalaksanaan :

1. Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari PPOK.
Konseling dengan dokter secara signifikan meningkatkan angka berhenti merokok, konseling
selama 3 menit dapat menghasilkan angka berhenti merokok hingga 5-10%.
2. Terapi penggantian nikotin.
3. Terapi oksigen

Sumber :

Septiana, Laila. 2016. Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit ISPA Dengan Metode Certainty
Faktor Berbasis Android, vol.8, no.2. STMIK Nusa Mandiri Jakarta.
Paramartha Wijaya Putra, I Dewa Made Artika. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai