SKRIPSI
Oleh
Bq. Dewi Sartika
C1M016025
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ii
Oleh
Bq. Dewi Sartika
C1M016025
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
iii
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
motivasi, do’a, dan dukungan finansial sehingga menjadi dorongan yang luar
biasa bagi Penulis dalam menyelesaikan studi. Serta nenek tercinta Sana’ah,
terimakasih atas doa tiap malam, makanan pendamping walaupun lebih sering
mubazir, bantuan tenaga yang selalu diselingi ocehan, dan restu yang selalu
ada hingga saat ini.
4. Adik-adik tercinta Lalu Syarif Hidayatullah dan Lalu Sayidi Rahmatullah;
paman Syahril dan bibi Rabitah, mamiq Mas’ud, mamiq Anas; serta semua
keluarga yang telah membantu memberikan tenaga, dorongan, bantuan yang
tak terbilang.
5. Sahabat seperjuangan Cahyati Ramdhani, Dea Putri Ramdani, Baiq Weni
Gunawan, dan Baiq Indah Rosita yang selalu menemani, memberikan
semangat, motivasi, hingga sebagai pendengar keluh kesah Penulis. Tanpa
adanya kalian, Penulis mungkin akan lebih sulit melewati pahit dan manis
perjuangan dalam percobaan lapangan dan pembuatan skripsi ini.
6. Kepada teman-teman Anggit, Guntur, Yudi, Yuni, Debby, Deni, Baban, Yuli,
Mila, Achim, serta semua teman-teman Kelas A AET 2016 dan Pemuliaan
Tanaman yang telah memberikan bantuan tenaga, motivasi, serta informasi
yang sangat membantu Penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat Penulis harapkan untuk penyempurnaan percobaan
selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya Penulis sendiri.
Mataram, 06 November 2020
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
RINGKASAN.................................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 LatarBelakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.3 Kegunaan Penelitian............................................................................... 4
1.4 Hipotesis Penelitian................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Seleksi Massa pada Jagung................................................................... 5
2.2 Seleksi Indeks pada Jagung.................................................................. 6
2.3 Pendugaan Komponen Ragam Genetik................................................ 7
2.4 Rancangan Persilangan North Carolina Design 1 (NC 1).................... 8
2.5 Heritabilitas........................................................................................... 9
III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 11
3.1 Metode Penelitian................................................................................ 11
3.2 Waktu Dan Tempat Percobaan............................................................ 11
3.3 Alat Dan Bahan Percobaan.................................................................. 11
3.4 Rancangan Percobaan.......................................................................... 11
3.5 Pelaksanaan Percobaan........................................................................ 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 20
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Model Anova Rancangan Persilangan NC 1 pada Salah Satu 17
Sifat yang Diamati................................................................................
4.1 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( )
Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) ............. 22
4.2 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( )
Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel II (20 Tetua Jantan)............. 22
4.3 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam
Aditif Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua
Jantan) dan Sampel II (20 Tetua Jantan)............................................... 23
4.4 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam
Dominan Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua
Jantan) dan Sampel II (20 Tetua Jantan)............................................... 24
4.5 Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit Seluruh Sifat Tanaman
Jagung Yang Diamati untuk Kedua Sampel......................................... 24
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1
pada jagung P8IS yang diuji.................................................................
21
4.2 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1
pada jagung P8IS yang tidak diuji........................................................
21
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Denah Penanaman Musim I (bahan persilangan dengan NC
I)..............................................................................................................
35
2. Denah Penanaman Musim II (Pengujian Hasil Persilangan)..................
37
3a. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan............................................................................................
39
3b. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..................
40
3c. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan............................................................................................
40
3d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..................
42
4a. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan............................................................................................
43
4b. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan.................
44
4c. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan............................................................................................
44
4d. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..................
46
5a. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
47
5b. Anova Jumlah Daun Per Tanaman Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan.............................................................................................
48
5c. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
48
5d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..................
50
6a. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..........................................................
51
6b. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
52
6c. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..........................................................
52
6d. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
54
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting bagi
sumber karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Selain dijadikan
sebagai bahan baku pangan, di Indonesia jagung juga dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak dan bahan baku industri olahan sehingga keberadaannya sangat vital
bagi masyarakat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan jagung
juga terus meningkat baik untuk bahan pangan, pakan ternak dan kebutuhan lainnya
(Helmiyanti et al., 2012).
Produksi jagung nasional pada tahun 2017 sebanyak 27,95 juta ton atau
meningkat sebesar 18,53 % dibandingkan tahun 2016 dengan produksi sebanyak
23,58 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2018 produksi jagung nasional akan
mencapai lebih dari 30 juta ton (BPS, 2017). Berdasarkan data dari Ditjen Industri
Agro, Kementrian Perindustrian (2018) total kebutuhan jagung untuk industri adalah
sebesar 30 juta ton yang terbagi menjadi industri pakan sebesar 8,3 juta ton (32%)
dan industri pangan sebesar 4,76 juta ton (12%) dari produksi nasional. Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan pangan dan pakan ternak semakin meningkat tiap
tahunnya. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada tahun 2018
Indonesia telah mengimpor jagung sebanyak 503 ribu ton (BPS, 2018). Impor jagung
tersebut menunjukkan bahwa produksi jagung nasional belum mencukupi kebutuhan
masyarakat di Indonesia.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi impor dan memenuhi
kebutuhan jagung nasional salah satunya adalah dengan cara meningkatkan produksi
jagung. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan pembentukan varietas unggul baru yang dapat menghasilkan
produksi yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam memperoleh varietas unggul
tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan sifat-sifat yang dapat mendukung
produksi tinggi pada tanaman melalui seleksi genotip yang tepat.
2
3. Untuk mengetahui nilai heritabilitas arti sempit pada sifat kuantitatif tanaman
jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi indeks dasar siklus kedelapan.
I.4 Hipotesis
Diduga jumlah sampel dengan tetua jantan 20 lebih tepat untuk pendugaan
ragam aditif dan ragam dominan dibanding 10 tetua jantan untuk satu atau lebih sifat
kuantitatif yang diamati.
Ho : sd 20 = sd 10, nilai simpangan baku ragam genetik sifat kuantitatif pada
sampel 20 tetua jantan sama dengan sampel 10 tetua jantan.
Hi : sd 20 < sd 10, nilai simpangan baku ragam genetik sifat kuantitatif pada
sampel 20 tetua jantan minimal dua kali lebih kecil dibandingkan dengan
sampel 10 tetua jantan.
5
Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan varietas jagung yang
unggul adalah dengan melakukan seleksi. Setyono (2016) adapun seleksi yang
digunakan terhadap satu atau lebih sifat tanaman adalah seleksi indeks. Helmiyanti et
al. (2012) menyatakan bahwa seleksi indeks adalah seleksi yang diperoleh dari hasil
kali (berat tongkol x bobot) + (berat berangkasan segar x bobot). Bobot setiap sifat
dikalikan dengan nilai sifat tersebut menghasilkan sejumlah skor yang disebut indeks
seleksi tanaman yang bersangkutan.
Metode ini memberikan informasi dari semua sifat atau karakter ke dalam
suatu indeks (Sutresna, 2013). Indeks merupakan angka yang digunakan untuk
menetapkan tanaman terpilih dimana seleksi dilakukan sekaligus terhadap daya hasil
dan berangkasan segar berdasarkan batas-batas minimum yang ditetapkan bagi
masing-masing sifat (Soemartono et al., 1992). Sangat penting untuk diperhatikan
bahwa masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang berbeda tergantung dari
nilai ekonominya. Nilai ekonomi sifat tersebut akan menentukan nilai indeks pada
sifat tanaman yang diuji. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sudika et al. (2014),
dimana seleksi indeks ditentukan dengan nilai penjualan tongkol kering panen
(BTKP) dan bobot brangkasan segar (BBS). Adapun parameter lain yang mendukung
BTKP diantaranya adalah panjang tongkol, diameter tongkol, berat pipilan biji, berat
100 biji, ataupun berat 1000 biji. Sedangkan parameter lain yang mendukung BBS
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, maupun diameter batang.
Penelitian seleksi indeks yang telah dilakukan oleh Helmiyanti et al. (2012),
untuk memperbaiki sifat jagung agar tahan terhadap kekeringan dan berumur genjah
dengan menggunakan benih dari Populasi 0 (P0) hingga Populasi 1 (P1). Hasil yang
didapatkan adalah kemajuan seleksi yang dilihat dari berbagai sifat yang diamati
bersifat tidak nyata pada uji BNT 5%, namun untuk kemajuan P1 terhadap varietas
sukmaraga bersifat nyata untuk seluruh sifat yang diamati kecuali jumlah daun dan
brangkasan segar. Nilai heritabilitas yang terlihat memiliki rata-rata diatas 50%,
artinya kergaman sifat-sifat yang diamati itu dipengaruhi oleh faktor genetik.
7
menunjukkan bahwa pada sifat hasil analisis bobot biji menunjukkan bahwa ragam
aditi bersifat nyata, sedangkan ragam dominan tidak nyata. Dengan demikian
komponen ragam aditif bobot biji merupakan komponen yang besar kontribusinya
terhadap komponen ragam genetik dalam populasi varietas Bisma. Oleh karena itu
perbaikan populasi dapat dilakukan melalui seleksi berulang pada kondisi
pemupukan rendah.
II.5 Heritabilitas
menunjukkan bahwa hasil persilangan populasi jagung tersebut sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan.
12
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah hand traktor, cangkul,
sabit, timbangan semi analitik, mesin air, kamera untuk dokumentasi, alat tugal,
patok, penggaris, hand sprayer, steples, ember, karung, dan alat tulis menulis. Bahan-
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung komposit hasil
seleksi massa siklus kedelapan dengan teknik seleksi indeks (P8IS), benih jagung
hasil persilangan dengan NC 1 (E1.1IS – E30.3IS), kertas cassing, kantong plastik isi 2
kg, paper clips, pupuk Urea, pupuk Phonska, Furadan 3G, Saromyl 35 SD,
insektisida Prevathon, dan herbisida Calaris.
a. Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan bekas penanaman padi yang
dicangkul untuk dibuat petak-petak (plot). Pengolahan tanah tidak dilakukan
guna memanfaat air yang masih tersedia dalam tanah.
b. Persiapan Benih
Sebelum ditanam benih terlebih dahulu dicampur dengan fungisida
saromyl 35 SD dengan dosis 2 g/kg benih agar benih terhindar dari serangan
patogen penyebab penyakit.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm dengan
menggunakan jarak tanam 20 x 70 cm. Benih yang ditanam sebanyak dua butir
benih per lubang yang telah diberikan campuran abu dan Furadan 3 G, kemudian
lubang tanam ditutup dengan tanah.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu, bersamaan pada saat
penanaman dengan cara menugal disamping benih jagung sebanyak 1,4 g Urea
dan 2,1 g Phonska per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28 HST
dengan cara melarutkan pupuk kedua pupuk bersama air lalu disiram pada
tanaman tanpa mengenai daunnya. Total dosis pupuk yang digunakan dalam satu
kali penanaman untuk populasi 1000 tanaman adalah 1,4 kg/populasi pupuk Urea
dan 2,1 kg/populasi pupuk Phonska.
e. Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada bibit jagung yang tumbuh sebanyak dua bibit
dalam satu lubang. Cara yang digunakan adalah dengan mencabut satu tanaman
pada setiap lubang tanam sehingga tersisa satu tanaman per lubang. Cara
14
pencabutan yakni dengan menarik salah atu tanaman ke samping. Hal ini
dilakukan agar tanaman lain tidak ikut tercabut atau terangkat.
f. Pengairan
Pengairan dilakukan 10 hari sekali dengan cara tanaman jagung dialiri dari
sumur disamping lahan menggunakan mesin air. Air dialirkan melalui parit-
parit yang dibuat disekitar petak (plot).
h. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dua kali selama penanaman, yaitu pada
saat umur 14 HST dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.
Pengendalian kedua dilakukan secara kimiawi, yaitu penyemprotan herbisida
Calaris dengan 20 ml/16 liter air pada umur 19 HST.
i. Persilangan
Persilangan dilakukan pada saat bunga jantan dan bunga betina sudah
keluar mulai pada umur 42 HST dengan Rancangan persilangan I (North
Carolina 1). Pada sore hari, dipilih bunga betina yang sudah siap dibuahi.
Sebelumnya penentuan tetua betina untuk tiap jantan yaitu dengan memilih 3
tongkol yang sudah muncul dan sebelum keluar rambut jagung dikerodong
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyerbukan. Jumlah tetua jantan
yang akan disilangkan disesuaikan dengan jumlah tetua betina yang siap
disilangkan keesokan paginya. Persilangan dilakukan pada pagi hari pukul 09.00
– 11 WITA dengan menaburi benang sari satu bunga jantan terpilih pada tiga
bunga betina yang terpilih. Persilangan dilakukan selama 10 hari sehingga
menghasilkan 35 tetua jantan P8IS yang sudah disilangkan.
15
j. Panen
Panen dilakukan dengan catatan apabila jagung sudah memenuhi kriteria
panen yakni klobot berwarna kuning, rambut tongkol sudah mengering dan biji
yang mengkilap. Panen dilakukan saat tanaman 85 HST.
a. Persiapan Lahan
Sebelum penanaman lahan diolah sampai gembur dengan membajak
tanah menggunakan traktor, kemudian dibuat parit di sekeliling lahan. Lahan
dibuat menjadi 2 blok, dimana masing-masing blok terdiri 90 perlakuan. Satu
blok terdapat 5 set dan dalam setiap set berisi 18 perlakuan ( 6 tetua jantan).
b. Persiapan Benih
Sebelum ditanam, benih hasil persilangan terlebih dahulu dicampur
dengan fungisida Saromyl 35 SD dengan dosis 2 g/kg benih agar benih terhindar
dari serangan patogen penyebab penyakit.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm dengan
menggunakan jarak tanam 20 x 60 cm. Setiap perlakuan ditanam sebanyak satu
baris, dimana dalam satu baris terdiri dari 20 tanaman. Benih yang ditanam
sebanyak dua butir benih per lubang yang telah diberikan campuran abu dan
Furadan 3 G, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu, bersamaan pada saat
penanaman dengan cara menugal disamping benih jagung 1,2 g Urea dan 1,8 g
Phonska per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28 HST dengan
16
cara menaburkan pupuk tepat di samping tanaman jagung. Dosis pupuk yang
digunakan dalam satu kali penanaman untuk populasi 3600 tanaman adalah 4,3
kg/populasi pupuk Urea dan 6,5 kg/populasi pupuk Phonska.
e. Penjarangan
Penjarangan dilakukan umur 12 HST pada bibit jagung yang tumbuh
sebanyak dua bibit dalam satu lubang. Cara yang digunakan adalah dengan
mencabut satu tanaman pada setiap lubang tanam sehingga tersisa satu tanaman
per lubang. Cara pencabutan yakni dengan menarik salah atu tanaman ke
samping. Hal ini dilakukan agar tanaman lain tidak ikut tercabut atau terangkat.
f. Pengairan
Pengairan dilakukan satu kali yaitu pada fase generatif karena periode
penanaman percobaan kedua merupakan musim hujan. Pengairan dilakukan
dengan teknik irigasi parit dengan sumber air yang datang tiap seminggu sekali.
h. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dua kali selama penanaman, yaitu pada
saat umur 14 HST dengan cara mekanis, yaitu dengan mencabut gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman. Pengendalian kedua dilakukan secara kimiawi yaitu
penyemprotan herbisida Calaris dengan dosis 20 ml/ liter air pada umur 19 HST.
i. Panen
Panen dilakukan dengan catatan apabila jagung sudah memenuhi kriteria
panen yakni kelobot berwarna kuning, rambut tongkol sudah mengering dan biji
yang mengkilap. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 85 HST.
17
j. Pengambilan Sampel
Setiap perlakuan ditetapkan sebanyak 4 tanaman sampel untuk dilakukan
pengamatan sesuai variabel pengamatan yang telah ditentukan.
l. Analisis Data
Data hasil pengamatan setiap jumlah sampel, dianalisa dengan analisis
sidik ragam sesuai rancangan percobaan dan mengikuti rancangan persilangan
NC I dengan model Anovanya disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Model Anova Rancangan Persilangan NC 1 pada Salah Satu Sifat yang
Diamati
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
NHKT
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
= (M4 – M5) / r
=4( )
=4( )
= + + σ2
Pengujian ketepatan hasil dugaan, dilakukan dengan membandingkan
simpangan baku penduga masing-masing ragam. Untuk mengetahui ketepatan
hasil dugaan antar jumlah sampel tanaman jagung yang disilangkan, maka telah
dihitung simpangan baku penduga ragam aditif dan ragam dominan setiap sifat
tanaman pada masing-masing sampel. Rumus simpangan baku dari penduga
ragam aditif, yaitu
Keterangan:
= Simpangan baku penduga ragam aditif
Keterangan :
= nilai duga heritabilitas arti sempit
Menurut Natera et al. (2012) nilai duga heritabilitas digolongkan sebagai berikut:
tongkol yang tidak baik dan terserang hama, dapat disebabkan oleh terlambatnya
tongkol tersebut keluar rambut; sementara tepung sari sangat terbatas sehingga
penyerbukan yang terjadi tidak sempurna. Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
menunjukkan, perbandingan antara tongkol hasil persilangan yang diuji dan yang
tidak diikutkan dalampengujian musim II.
Gambar 4.1 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1 pada jagung P8IS
yang diuji
Gambar 4.2 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1 pada jagung P8IS
yang tidak diuji
Tabel 4.1. Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( ) Seluruh Sifat
yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan)
No. Sifat Tanaman yang Diamati
1 Tinggi Tanaman -21,151 143,240
2 Diameter Batang 0,006 11,805
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,555 -0,432
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 2672,288 733,366
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman -56,563 539,835
6 Panjang Tongkol 3,481 0,305
7 Diameter Tongkol -0,011 0,045
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 41,136 20,969
9 Bobot 1.000 Butir Biji -20,000 2170,000
Keterangan: = = nilai duga ragam aditif, = nilai duga ragam dominan
Pada tabel 4.1 dilihat bahwa nilai duga ragam genetik masing-masing sifat
berbeda. Nilai duga ragam aditif yang negatif terdapat pada beberapa sifat, yaitu
tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter tongkol dan bobot
1.000 butir biji. Adapun nilai duga ragam dominan yang negatif terdapat hanya pada
sifat jumlah daun per tanaman. Nilai duga ragam yang negatif menandakan bahwa
nilai ragam tersebut bias atau sangat kecil. Pada sebagian sifat tanaman memiliki
nilai ragam aditif yang lebih besar dibandingkan nilai duga ragam dominan, yaitu
jumlah daun per tanaman, bobot berangkasan segar per tanaman, panjang tongkol,
dan bobot biji kering pipil per tanaman.
Tabel 4.2 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( ) Seluruh Sifat
yang Diamati pada Sampel II (20 Tetua Jantan)
No. Sifat Tanaman yang Diamati
1 Tinggi Tanaman 10,764 -6,901
2 Diameter Batang 0,007 0,006
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,419 -0,640
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 2571,910 -35,712
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 64,534 250,719
6 Panjang Tongkol 2,569 -0,417
7 Diameter Tongkol -0,011 0,022
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 60,220 -2,217
9 Bobot 1.000 Butir Biji 14,630 -113,809
Keterangan: = = nilai duga ragam aditif, = nilai duga ragam dominan
24
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat ragam aditif yang bernilai negatif
hanya pada satu sifat saja, yaitu diameter tongkol. Begitu pula dengan ragam
dominan yang memiliki nilai ragam negatif terdapat pada sebagian besar sifat, yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, bobot brangkasan segar per tanaman,
panjang tongkol, bobot biji kering pipil per tanaman dan bobot 1.000 butir biji. Nilai
negatif menandakan ragam tersebut memiliki nilai yang sangat kecil dan masih
terdapat bias. Pada sebagian besar sifat tanaman memiliki nilai ragam aditif yang
lebih besar dibandingkan nilai duga ragam dominan, kecuali pada bobot tongkol
kering panen per tanaman dan diameter tongkol.
Ketepatan hasil dugaan dapat diketahui dengan mencari nilai simpangan
baku penduga masing-masing komponen ragam genetik tersebut. Ketepatan dugaan
dapat ditentukan keakuratannya dengan menganalisis selisih perbedaan simpangan
baku pada tiap sampel. Hasil perhitungan simpangan baku penduga ragam aditif
disajikan pada Tabel 4.3 dan untuk ragam dominan disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam Aditif
Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) dan Sampel
II (20 Tetua Jantan)
Selisih
No. Sifat Tanaman
Sampel I Sampel II Perbedaan
1 Tinggi Tanaman 35,320 22,161 1,59
2 Diameter Batang 0,137 0,009 15,22 s
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,415 0,240 1,73
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 1791,280 1092,719 1,64
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 142,561 91,791 1,55
6 Panjang Tongkol 2,409 1,130 2,13 s
7 Diameter Tongkol 0,016 0,007 2,29 s
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 59,143 37,703 1,57
9 Bobot 1.000 Butir Biji 187,145 119,222 1,57
Keterangan: = simpangan baku ragam aditif, sampel I= 10 tetua jantan, sampel II= 20
tetua jantan
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai simpangan baku pada setiap sifat
tanaman berbeda dari masing-masing sampel. Pada semua sifat tanaman, dilihat
bahwa nilai simpangan baku ragam aditif pada sampel II lebih kecil dibandingkan
sampel I. Simpangan baku ragam aditif sampel II yang memiliki nilai 2 kali lebih
25
kecil dibanding simpangan baku sampel I, diperoleh pada diameter batang, panjang
tongkol dan diameter tongkol. Sifat-sifat lain memiliki simpangan baku 1,5 hingga <
2,0 lebih kecil pada sampel II dibanding sampel I.
Tabel 4.4 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam Dominan
Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) dan Sampel
II (20 Tetua Jantan)
Selisih
No. Sifat Tanaman Perbedaan
Sampel I Sampel II
1 Tinggi Tanaman 35,319 46,385 0,76
2 Diameter Batang 0,136 0,015 9,07 s
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,414 0,383 1,08
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 1791,279 1179,763 1,52
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 297,019 156,521 1,90
6 Panjang Tongkol 2,616 1,257 2,08 s
7 Diameter Tongkol 0,037 0,020 1,85
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 93,183 53,509 1,74
9 Bobot 1.000 Butir Biji 400,312 284,110 1,41
Keterangan: = simpangan baku ragam dominan, sampel I= 10 tetua jantan, sampel II=
20 tetua jantan
Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai duga ragam dominan,
sebagian besar sifat tanaman pada sampel II memiliki nilai simpangan baku yang
lebih kecil dibandingkan sampel I kecuali pada tinggi tanaman. Selisih perbedaan
simpangan baku; yang memiliki nilai ≥ 2 kali, diperoleh pada sifat diameter batang
dan panjang tongkol. Sifat-sifat lain selain tinggi tanaman, simpangan baku ragam
dominan sampel II lebih kecil 1,08 hingga 1,90 dibanding sampel I.
Tabel 4.5 Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit Seluruh Sifat Tanaman Jagung Yang
Diamati untuk Kedua Sampel
Kategori
Sampel Kategori Sampel
No. Sifat Tanaman h2 Sampel
I Sampel I II
II
1 Tinggi Tanaman 0,000 Rendah 0,130 Rendah
2 Diameter Batang 0,149 Rendah 0,227 Sedang
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,545 Tinggi 0,389 Sedang
4 Bobot Brangkasan Segar 0,724 Tinggi 0,815 Tinggi
5 Bobot Tongkol Kering Panen 0,000 Rendah 0,144 Rendah
6 Panjang Tongkol 0,743 Tinggi 0,762 Tinggi
7 Diameter Tongkol 0,000 Rendah 0,025 Rendah
8 Bobot Biji Kering Pipil 0,290 Sedang 0,492 Sedang
26
4.3 Pembahasan
aditif yang disebabkan oleh dominansi dan interaksi non alelik, serta efek interaksi
keduanya. Hal ini dikenal dengan ragam ragam aditif, ragam dominan, dan ragam
epistatik atau interaksi keduanya dengan lingkungan (Lindsey et al., 1962). Semua
ragam itulah yang berpengaruh terhadap penampakan fenotip tanaman, sehingga
diperlukan pendugaan ragam genetik beberapa sifat yang diamati guna melihat
seberapa besar pengaruh masing-masing ragam dalam menentukan kenampakan
fenotip. Terjadinya keragaman genetik tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan
genotip antar individu tanaman dalam populasi (Dahlan, 1988).
Nilai pendugaan komponen ragam genetik pada berbagai jumlah entress yang
diuji, sangat penting diketahui untuk menentukan penduga ragam mana yang
memiliki nilai dugaan paling tepat. Oleh karena itu, ketepatan dugaan komponen
ragam genetik tergantung dari jumlah sampel (jumlah tetua) yang diuji.
Tabel 4.3 menunjukkan semua sifat tanaman pada sampel II memiliki nilai
simpangan baku ragam aditif yang lebih kecil dibandingkan sampel I. Diameter
batang 15,22 kali lebih kecil; panjang tongkol 2,13 kali; dan diameter tongkol 2,29
kali lebih kecil pada sampel II dibanding simpangan baku sampel I. Demikian pula
untuk ragam dominan, simpangan baku sampel II lebih kecil dibanding sampel I;
kecuali tinggi tanaman. Simpangan baku diameter batang 9,07 kali lebih kecil dan
panjang tongkol 2,08 kali lebih kecil pada sampel II dibanding sampel I (Tabel 4.4).
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai pendugaan ragam aditif dan ragam dominan
sampel II lebih akurat atau mendekati nilai ragam sebenarnya dibandingkan sampel I
pada sifat-sifat di atas. Hal ini didukung oleh pernyataan Riduwan (2003), bahwa
nilai simpangan baku semakin kecil menunjukkan sampel data cenderung dekat
dengan nilai reratanya, begitu juga sebaliknya. Selain itu simpangan baku dapat
mengukur tingkat keakuratan pada penduga parameter dan semakin banyak sampel
yang digunakan, maka nilai simpangan bakunya semakin kecil (Sugiyono, 2010).
Ragam aditif maupun dominan sifat tanaman pada sampel II memiliki sebaran data
yang lebih mendekati nilai reratanya dibandingkan sampel I dikarenakan jumlah
tetua jantan yang digunakan pada sampel II lebih banyak dibandingkan sampel I.
Didukung dengan pernyataan Churchill (2005) yang menyatakan, bahwa besarnya
28
ukuran sampel atau jumlah sampel yang digunakan akan sangat berpengaruh
terhadap hasil kesimpulan generalisasi terhadap populasinya.
Selain itu, ketepatan hasil dugaan dapat pula dilihat dari ada tidaknya nilai
duga ragam aditif yang negatif. Nilai duga ragam aditif digunakan sebagai patokan
karena rancangan NC I lebih tepat digunakan untuk menduga ragam aditif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soemartono et al. (1992), bahwa ragam aditif diperoleh
langsung dari ragam tetua jantan, sehingga nilai duganya lebih tepat dibanding ragam
dominan.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai duga ragam aditif negatif diperoleh pada
sifat tinggi tanaman, (-21,151), bobot tongkol kering panen per tanaman (-56,563),
diameter tongkol (-0,011) dan bobot 1000 butir biji (-20,000) untuk sampel I. Pada
sampel II, hanya sifat diameter tongkol yang bernilai negatif; berarti nilai duga yang
bernilai negatif ragam aditif lebih sedikit pada sampel II dibanding sampel I. Hal ini
mengindikasikan, bahwa dugaan ragam aditif lebih akurat (lebih tepat) pada sampel
II dibanding sampel I. Adanya nilai negatif yang diperoleh pada sampel I dan sampel
II mengindikasikan, bahwa kedua sampel tersebut belum cukup untuk menduga
komponen ragam genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Searle (1971), bahwa pada
tanaman jagung, terdapat nilai ragam negatif disebabkan karena jumlah sampel yang
tidak memadai.
Pada sampel I juga terdapat nilai duga yang negatif pada ragam dominan
diperoleh pada sifat jumlah daun per tanaman. Sedangkan nilai duga ragam dominan
pada sampel II yang negatif terdapat pada sebagian besar sifat, kecuali diameter
batang, bobot tongkol kering panen per tanaman dan diameter tongkol. Adanya nilai
negatif pada ragam dominan terjadi karena kurang acaknya pengambilan tetua jantan
dan tetua betina untuk setiap tetua jantan. Hal yang sama diperoleh oleh Hadini et al.
(2015) pada penelitiannya, bahwa nilai duga ragam dominan negatif terdapat pada
sifat tinggi tanaman jagung. Selain itu Lindsey et al. (1962) menemukan bahwa
pendugaan dari ragam dominan lebih sering negatif dalam rancangan tersarang,
dimana perkiraan kuadrat rata-rata jantan meningkat tetapi perkiraan rata-rata
kuadrat betina dalam jantan menurun; sehingga ragam aditif ditaksir terlalu tinggi
dan ragam nonaditif (dominan dan epistasis) akan diremehkan. Sudika et al. (2007)
29
menyatakan, bahwa nilai duga ragam yang negatif menunjukkan bahwa pendugaan
ragam tersebut masih bias. Biasnya hasil dugaan kemungkinan dapat disebabkan oleh
perbandingan jantan dan betina yang kurang tepat, jumlah hasil persilangan yang
diuji sedikit, dan kurang acaknya penentuan tetua jantan dan tetua betina.
4.3.2 Kajian Perbandingan Nilai Duga Ragam Aditif dan Ragam Dominan
pada Populasi P8IS
apabila dilakukan seleksi. Hal ini disebabkan karena hanya ragam aditif yang
diturunkan ke generasi lanjut (Adriani et al., 2015).
Tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter tongkol
dan bobot 1.000 butir biji, heritabilitas arti sempitnya tergolong rendah. Sifat
tanaman yang heritabilitas arti sempit tergolong rendah mencerminkan bahwa
penampakan sifat tersebut sedikit dipengaruhi oleh faktor genetik aditif karena
sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan ragam dominan sehingga
akan lebih sulit dilakukan seleksi dalam perbaikannya. Nilai duga heritabilitasnya
yang tergolong rendah tidak efektif jika dilakukan seleksi (Ramdhani, 2020).
Sehingga untuk sifat-sifat di atas lebih diarahkan pada pembetukan varietas hibrida.
Sifat tanaman yang memiliki nilai duga heritabilitas arti sempit sedang,
diperoleh pada jumlah daun per tanaman, diameter batang dan bobot biji kering pipil
per tanaman. Nilai heritabilitas yang demikian, mencerminkan pengaruh genetik
aditif maupun non aditif termasuk faktor lingkungan sama-sama mempengaruhi
kenampakan sifat tanaman jagung tersebut. Syahputri et al. (2018) menyatakan
bahwa heritabilitas yang sedang dapat menunjukkan bahwa populasi tersebut
memiliki keanekaragaman yang tidak terlalu tinggi namun tetap memiliki
keanekaragaman yang digunakan sebagai sumber genetik.
32
5.1 Kesimpulan
5.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hill J., becker H.C., Tigersted P.M.A. 1998. Quantitative And Ecological Aspect Of
Plant Breeding. Champan And Hall, London.
Helmiyanti W., Idris, Uyek M.Y. 2012. Kemajuan Seleksi Indeks Terhadap Hasil
Dan Berangkasan Segar Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Lahan
Kering Kabupaten Lombok Utara. Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Kuswanto. 2012. Statistik Untuk Pemula & Orang Awam. Laskar Aksara. Jakarta.
Lindsey, M.F., J.H. Longquist, C.O. Gardner. 1962. Estimate of Genetik Variance in
Open Pollination of Cornbelt Corn. Crop sci.6: 330-332.
Lobus, Irma Junian. 2016. Pendugaan Ragam Genetik Populasi F1 Hasil
Persilangan PHRKL Vs Pionner 21. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Mataram.
Mangoendidjojo W. 2013. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta.
Maryenti T., Bermwai M., Prasetyo J. 2014. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik
Karakter Ketahanan Kedelai Generasi F2 Persilangan Tenggamus x B3570
Terhadap Soybean Mosaic Virus (SMV). Jurnal Kelitbangan. 02: 137-153.
Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Natera J.R.M., A. Rondon, J. Hernandes, J.F.M. Pinto. 2012. Genetik Studies in
Upland Cotton III Genetik Parameters, Correlation and Path Analysis.
Journal of Breeding and Genetiks 44: 112-128.
Petersen, R.G. 1994. Agricultural Field Experiment. Marcel Dekker, Inc. New York.
Phoelman J.M., Slepper D.A. 1995. Breeding Field Crops. New Delhi (IN). The
Avi Publishing Company Inc.
Ramdhani. C. 2020. Perubahan Komponen Ragam Genetik Pada Daya Hasil Dan
Bobot Berangkasan Segar Tanaman Jagung Akibat Delapan Siklus Seleksi
Massa Dengan Teknik Seleksi Indeks. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Mataram.
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta. Jakarta.
Ritonga, A.W. 2017. Parameter Genetik (Ragam, Heritabilitas dan Korelasi).
Universitas Trologi Press. Jakarta.
Searle, S.R. 1971. Topics in Variance Component Estimation. Biometric. 27: 1-74.
Setyono. 2016. Contoh Penggunaan Indeks Sederhana pada Seleksi Jagung (Zea
mays L.). Agronida. 2: 97-97.
Soemartono, Nasrullah, H. Hartiko, 1992. Genetika Kuantitatif Dan Bioteknologi
Tanaman. Pau Bioteknologi UGM. Yogyakarta.
35
Sudika I.W., B.E Listiana, Sumarjan. 2007. Perubahan Varian Genetik Akibat
Seleksi pada Tanaman Jagung Hasil Kultivar Lokal vs Arjuna dan Kajiannya
Melalui Seleksi Berulang Sederhana. Laporan Hasil Penelitian
Fudamental.Bappenas.http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?
file=digital/25590-[_Konten_]-Ir.%20I%20Wayan%20Sudika.pdf. [1
September 2020].
Sudika, I.W., Idris, Soemeinaboedhy. 2014. Pengembangan Varietas Unggul
Jagung Untuk Lahan Kering Dengan Umur Genjah (< 80 Hari), Hasil
Tinggi (> 6.00 T/Ha) Dan Berat Brangkasan Segar Tinggi (> 300
G/Tanaman). (Laporan Hasil Penelitian Insinas Ristek Tahun Ii).
Universitas Mataram. Mataram.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sutresna, I.W. 2008. Kajian Peran Gen pada Populasi Jagung (Zea mays L.). Crop
Agro. 1: 18-23.
Sutresna, I.W. 2013. Buah Pikiran Sang Professor. Pertanian Berkelanjutan Dalam
Kondisi Perubahan Iklim Menuju Ketahanan Pangan. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Mataram.
Sutoro. 2005. Pendugaan Parameter Genetik Jagung Dan Pemilihan Lingkungan
Seleksi untuk Pemupukan Rendah. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Syahputri, W.W., H. Setiodo, K. Lubis. 2018. Studi Karakteristik Jagung Introduksi
Dan Beberapa Varietas Jagung Lokal. Jurnal Agroekoteknologi FP-USU. 6:
209-214.
Syukur, M. 2005. Pendugaan Parameter Genetik pada Tanaman. Makalah Individu
Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Syukur M., S. Sujiprihati., R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ujianto, L., I.W. Sudika, I.G.P. Muliartha, A.A.K. Sudharmawan. 2020. Bahan Ajar
Teknik Analisis Rancangan Persilangan. Mataram University Press.
Mataram.
Umaharan P., Ariyanayagam, R.P., Haque, S.Q. 1997. Genetika analysis of yield and
his component in vegetable cowpea (vignauguiculata L. Walp). Eupgytica.
Warwick, E.J., J. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
35
LAMPIRAN-LAMPIRAN
20 cm parit
70 cm
X1 (1)
X1 (2)
parit
P8IS
parit
X200 (5)
X200 (1)
X200 (2)
X200 (3)
X200 (4)
X1 (3)
X1 (4)
X1 (5)
B200
B1
parit
36
Keterangan :
1. Ditanam populasi jagung P8IS sebanyak kurang lebih 1.000 tanaman dalam
satu petak sawah dengan jarak 20 x 70 cm, dimana ditanam 5 baris tanaman
pada jarak 70 cm dan 200 tanaman pada jarak 20 cm.
2. X1(1) - X1(5); merupakan baris pertama hingga baris kelima untuk tanaman
pertama.
3. X200(1) - X200(5); merupakan tanaman nomor 200 baris ke-1 hingga tanaman
ke-200 baris ke-5.
4. Rancangan persilangan yang digunakan adalah North Carolina I (NC I).
5. Sebanyak 35 jantan P8IS yang disilangkan dengan 3 tetua betina dalam tiap
jantan.
37
BLOK I BLOK II
40 cm 40 cm
4m 40 cm 4m
IS 8.1 IS 13.3 IS 2.2 IS 30.1 IS 18.2 IS 11.1 IS 5.3 IS 12.1 IS 30.1 IS 28.1
IS 8.3 IS 13.2 IS 2.1 IS 30.2 IS 18.1 IS 11.2 IS 5.2 IS 12.2 IS 30.2 IS 28.3
IS 8.2 IS 13.1 IS 2.3 IS 30.3 IS 18.3 IS 11.3 IS 5.1 IS 12.3 IS 30.3 IS 28.2
IS 11.1 IS 26.2 IS 15.2 IS 21.1 IS 6.1 IS 20.2 IS 13.3 IS 14.2 IS 21.1 IS 29.1
IS 11.2 IS 26.1 IS 15.1 IS 21.3 IS 6.2 IS 20.3 IS 13.2 IS 14.1 IS 21.3 IS 29.2
IS 11.3 IS 26.3 IS 15.3 IS 21.2 IS 6.3 IS 20.1 IS 13.1 IS 14.3 IS 21.2 IS 29.3
10,8 m
IS 20.2 IS 22.3 IS 24.1 IS 3.2 IS 7.3 IS 1.1 IS 26.2 IS 30.1 IS 3.2 IS 18.2
IS 20.3 IS 22.1 IS 24.2 IS 3.3 IS 7.2 IS 1.2 IS 26.1 IS 30.2 IS 3.3 IS 18.1
10,8 m
IS 20.1 IS 22.2 IS 24.3 IS 3.1 IS 7.1 IS 1.3 IS 26.3 IS 30.3 IS 3.1 IS 18.3
IS 1.1 IS 18.1 IS 16.2 IS 12.1 IS 19.2 IS 23.2 IS 18.1 IS 21.1 IS 12.1 IS 19.2
IS 1.2 IS 18.2 IS 16.3 IS 12.2 IS 19.3 IS 23.3 IS 18.2 IS 21.3 IS 12.2 IS 19.3
IS 1.3 IS 18.3 IS 16.1 IS 12.3 IS 19.1 IS 23.2 IS 18.3 IS 21.2 IS 12.3 IS 19.1
IS 23.2 IS 10.2 IS 25.1 IS 14.2 IS 28.1 IS 27.2 IS 10.2 IS 3.2 IS 14.2 IS 6.1
IS 23.3 IS 10.1 IS 25.2 IS 14.1 IS 28.3 IS 27.1 IS 10.1 IS 3.3 IS 14.1 IS 6.2
IS 23.2 IS 10.3 IS 25.3 IS 14.3 IS 28.2 IS 27.3 IS 10.3 IS 3.1 IS 14.3 IS 6.3
IS 27.2 IS 5.3 IS 9.2 IS 4.2 IS 29.1 IS 8.1 IS 13.3 IS 4.2 IS 4.2 IS 7.3
IS 27.1 IS 5.2 IS 9.3 IS 4.3 IS 29.2 IS 8.3 IS 13.2 IS 4.3 IS 4.3 IS 7.2
IS 27.3 IS 5.1 IS 9.1 IS 4.1 IS 29.3 IS 8.2 IS 13.1 IS 4.1 IS 4.1 IS 7.1
38
Keterangan:
1. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan jarak tanam 60 x 20 cm.
2. Terdiri dari 2 blok, terdapat satu blok yang terdiri dari 5 set yang diacak
posisinya
3. Satu set terdiri dari 6 entrees.
4. Satu entress terdiri dari 3 perlakuan yang diacak posisinya.
5. Perlakuan jagung P8IS diberi kode (E.IS1 – E.IS30)
39
Lanjutan
24 8.3 208.25 197.75 406.00 203.00
25 9.1 200.5 204.25 404.75 202.38
26 9.2 210.25 202.75 413.00 206.50
27 9.3 202.5 206.75 409.25 204.63
28 10.1 195.5 198.25 393.75 196.88
29 10.2 203.75 201.75 405.50 202.75
30 10.3 216.5 208.75 425.25 212.63
31 11.1 193.50 195.75 389.25 194.63
32 11.2 196.50 194.00 390.50 195.25
33 11.3 193.00 197.25 390.25 195.13
34 12.1 198.25 205.25 403.50 201.75
35 12.2 224.00 203.50 427.50 213.75
36 12.3 204.50 226.50 431.00 215.50
37 13.1 202.50 207.75 410.25 205.13
38 13.2 212.50 208.25 420.75 210.38
39 13.3 188.25 210.00 398.25 199.13
40 14.1 213.25 195.50 408.75 204.38
41 14.2 212.25 208.00 420.25 210.13
42 14.3 209.00 202.75 411.75 205.88
43 15.1 195.25 211.00 406.25 203.13
44 15.2 200.25 206.50 406.75 203.38
45 15.3 204.00 215.00 419.00 209.50
46 16.1 198.50 218.75 417.25 208.63
47 16.2 217.75 214.75 432.50 216.25
48 16.3 201.50 220.00 421.50 210.75
49 17.1 193.00 215.00 408.00 204.00
50 17.2 201.75 204.75 406.50 203.25
51 17.3 192.25 212.50 404.75 202.38
52 18.1 196.75 216.25 413.00 206.50
53 18.2 207.50 184.50 392.00 196.00
54 18.3 198.75 216.00 414.75 207.38
55 19.1 196.00 223.75 419.75 209.88
56 19.2 204.00 199.50 403.50 201.75
57 19.3 212.50 200.25 412.75 206.38
58 20.1 204.25 199.50 403.75 201.88
59 20.2 200.25 206.75 407.00 203.50
60 20.3 212.50 197.50 410.00 205.00
Lampiran 3d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
42
Lampiran 5a. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 11.1 12.75 12.25 25.00 12.50
2 11.2 11.25 13.75 25.00 12.50
3 11.3 12.75 12.75 25.50 12.75
4 12.1 10 11 21.00 10.50
5 12.2 11 12 23.00 11.50
6 12.3 10.25 13 23.25 11.63
7 13.1 11.75 11.5 23.25 11.63
8 13.2 10.75 11 21.75 10.88
9 13.3 10 11.75 21.75 10.88
10 14.1 9.75 11.75 21.50 10.75
11 14.2 11 11.25 22.25 11.13
12 14.3 11.75 11 22.75 11.38
13 15.1 11 10.75 21.75 10.88
14 15.2 11.75 11 22.75 11.38
15 15.3 10.75 10.25 21.00 10.50
16 16.1 10.25 10.5 20.75 10.38
17 16.2 10.75 12 22.75 11.38
18 16.3 11.5 11.25 22.75 11.38
19 17.1 10.5 10.75 21.25 10.63
20 17.2 11 11.5 22.50 11.25
21 17.3 11.75 11.75 23.50 11.75
22 18.1 11 11.25 22.25 11.13
23 18.2 11.25 11 22.25 11.13
24 18.3 11.25 11 22.25 11.13
25 19.1 10.75 11.5 22.25 11.13
26 19.2 11.5 10.5 22.00 11.00
27 19.3 11.25 11.5 22.75 11.38
28 20.1 11 10.75 21.75 10.88
29 20.2 10.5 10.75 21.25 10.63
30 20.3 11.75 10 21.75 10.88
Lampiran 5c. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 12.75 12.25 25.00 12.50
2 1.2 11.25 13.75 25.00 12.50
3 1.3 12.75 12.75 25.50 12.75
4 2.1 10 11 21.00 10.50
5 2.2 11 12 23.00 11.50
6 2.3 10.25 13 23.25 11.63
7 3.1 11.75 11.5 23.25 11.63
8 3.2 10.75 11 21.75 10.88
9 3.3 10 11.75 21.75 10.88
10 4.1 9.75 11.75 21.50 10.75
11 4.2 11 11.25 22.25 11.13
12 4.3 11.75 11 22.75 11.38
13 5.1 11 10.75 21.75 10.88
14 5.2 11.75 11 22.75 11.38
15 5.3 10.75 10.25 21.00 10.50
16 6.1 10.25 10.5 20.75 10.38
17 6.2 10.75 12 22.75 11.38
18 6.3 11.5 11.25 22.75 11.38
19 7.1 10.5 10.75 21.25 10.63
20 7.2 11 11.5 22.50 11.25
21 7.3 11.75 11.75 23.50 11.75
22 8.1 11 11.25 22.25 11.13
Lanjutan
23 8.2 11.25 11 22.25 11.13
24 8.3 11.25 11 22.25 11.13
49
Lampiran 6a. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 11.1 300.25 278.75 579.00 289.50
2 11.2 282.25 296.25 578.50 289.25
3 11.3 301.75 285.5 587.25 293.63
4 12.1 224.75 223.5 448.25 224.13
5 12.2 278.5 289.25 567.75 283.88
6 12.3 266 254 520.00 260.00
7 13.1 235 237.75 472.75 236.38
8 13.2 257.5 259.75 517.25 258.63
9 13.3 256.25 313.5 569.75 284.88
10 14.1 285.25 300.5 585.75 292.88
11 14.2 255.75 283.5 539.25 269.63
12 14.3 293.75 290 583.75 291.88
13 15.1 240 250.25 490.25 245.13
14 15.2 282.5 295 577.50 288.75
15 15.3 278 264.5 542.50 271.25
16 16.1 150 144.25 294.25 147.13
17 16.2 164.25 191.5 355.75 177.88
18 16.3 177 199.25 376.25 188.13
19 17.1 227 277.25 504.25 252.13
20 17.2 234 276.5 510.50 255.25
21 17.3 317.75 334.75 652.50 326.25
22 18.1 290.75 245.75 536.50 268.25
23 18.2 294.25 238.5 532.75 266.38
24 18.3 297.25 290.5 587.75 293.88
25 19.1 240.5 243.25 483.75 241.88
26 19.2 282.5 247.75 530.25 265.13
27 19.3 275.25 279 554.25 277.13
28 20.1 256.25 252.75 509.00 254.50
29 20.2 254.5 265.75 520.25 260.13
30 20.3 256.25 251.25 507.50 253.75
Derajat Jumlah
Sumber Keragaman Kuadrat Tengah
Bebas Kuadrat
Set 4 35978.760 8994.690
Blok dalam Set 5 2031.635 406.327
Pejantan dlm Set 5 24979.073 4995.815
Betina dlm Jantan dlm Set 20 19747.667 987.383
Galat 25 7166.615 286.665
Total 59 89903.750
Lampiran 6c. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300.25 278.75 579.00 289.50
2 1.2 282.25 296.25 578.50 289.25
3 1.3 301.75 285.5 587.25 293.63
4 2.1 224.75 223.5 448.25 224.13
5 2.2 278.5 289.25 567.75 283.88
6 2.3 266 254 520.00 260.00
7 3.1 235 237.75 472.75 236.38
8 3.2 257.5 259.75 517.25 258.63
9 3.3 256.25 313.5 569.75 284.88
10 4.1 285.25 300.5 585.75 292.88
11 4.2 255.75 283.5 539.25 269.63
12 4.3 293.75 290 583.75 291.88
13 5.1 240 250.25 490.25 245.13
14 5.2 282.5 295 577.50 288.75
15 5.3 278 264.5 542.50 271.25
16 6.1 150 144.25 294.25 147.13
17 6.2 164.25 191.5 355.75 177.88
18 6.3 177 199.25 376.25 188.13
19 7.1 227 277.25 504.25 252.13
20 7.2 234 276.5 510.50 255.25
21 7.3 317.75 334.75 652.50 326.25
22 8.1 290.75 245.75 536.50 268.25
Lanjutan
23 8.2 294.25 238.5 532.75 266.38
24 8.3 297.25 290.5 587.75 293.88
53
Lampiran 7a. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
(g) Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 162 149.5 311.50 155.75
2 1.2 167.5 161 328.50 164.25
3 1.3 148.25 148.5 296.75 148.38
4 2.1 128.25 138 266.25 133.13
5 2.2 164 183 347.00 173.50
6 2.3 186.5 125.5 312.00 156.00
7 3.1 161.25 161 322.25 161.13
8 3.2 132.25 154.5 286.75 143.38
9 3.3 141.75 158.75 300.50 150.25
10 4.1 165 156.5 321.50 160.75
11 4.2 158.5 153 311.50 155.75
12 4.3 171 158.5 329.50 164.75
13 5.1 135.75 142 277.75 138.88
14 5.2 156.75 159.75 316.50 158.25
15 5.3 156 160 316.00 158.00
16 6.1 132.25 133.75 266.00 133.00
17 6.2 143 134.75 277.75 138.88
18 6.3 162.75 180.75 343.50 171.75
19 7.1 163.5 169.25 332.75 166.38
20 7.2 164.5 162.75 327.25 163.63
21 7.3 159 205.25 364.25 182.13
22 8.1 170.5 166 336.50 168.25
23 8.2 142.25 131 273.25 136.63
24 8.3 120.75 127 247.75 123.88
25 9.1 150.75 145.25 296.00 148.00
26 9.2 162.5 153.25 315.75 157.88
27 9.3 146.75 152.5 299.25 149.63
28 10.1 123.5 140.65 264.15 132.08
29 10.2 150.75 152 302.75 151.38
30 10.3 160.25 169.5 329.75 164.88
Lampiran 7b. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
56
Lampiran 7c. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
(g) Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 162 149.5 311.50 155.75
2 1.2 167.5 161 328.50 164.25
3 1.3 148.25 148.5 296.75 148.38
4 2.1 128.25 138 266.25 133.13
5 2.2 164 183 347.00 173.50
6 2.3 186.5 125.5 312.00 156.00
7 3.1 161.25 161 322.25 161.13
8 3.2 132.25 154.5 286.75 143.38
9 3.3 141.75 158.75 300.50 150.25
10 4.1 165 156.5 321.50 160.75
11 4.2 158.5 153 311.50 155.75
12 4.3 171 158.5 329.50 164.75
13 5.1 135.75 142 277.75 138.88
14 5.2 156.75 159.75 316.50 158.25
15 5.3 156 160 316.00 158.00
16 6.1 132.25 133.75 266.00 133.00
17 6.2 143 134.75 277.75 138.88
18 6.3 162.75 180.75 343.50 171.75
19 7.1 163.5 169.25 332.75 166.38
20 7.2 164.5 162.75 327.25 163.63
21 7.3 159 205.25 364.25 182.13
22 8.1 170.5 166 336.50 168.25
Lanjutan
23 8.2 142.25 131 273.25 136.63
24 8.3 120.75 127 247.75 123.88
57
Lampiran 7d. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 2286.765 571.691
Blok dalam Set 5 1617.096 323.419
Pejantan dlm Set 15 5455.966 363.731
Betina dlm Jantan dlm Set 40 10677.199 266.930
Galat 55 7342.716 133.504
Total 119 27379.741
59
Lampiran 8c. Data Rata-Rata Panjang Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 12 12.5 24.50 12.25
2 1.2 13.75 12.65 26.40 13.20
3 1.3 12.5 12.13 24.63 12.31
4 2.1 12.63 13.90 26.53 13.26
5 2.2 14.75 13.2 27.95 13.98
6 2.3 12.38 11.38 23.75 11.88
7 3.1 14.88 13.175 28.05 14.03
8 3.2 14 12.43 26.43 13.21
9 3.3 13.63 15.43 29.05 14.53
10 4.1 15.5 14.13 29.63 14.81
11 4.2 14.88 12.63 27.50 13.75
12 4.3 16.75 13.75 30.50 15.25
13 5.1 13.63 11.75 25.38 12.69
14 5.2 13.5 12.925 26.43 13.21
15 5.3 13.13 13.18 26.30 13.15
16 6.1 12.13 12.38 24.50 12.25
17 6.2 13.5 13.8 27.30 13.65
18 6.3 14.38 17.38 31.75 15.88
19 7.1 14.63 14.08 28.70 14.35
20 7.2 15 14.58 29.58 14.79
21 7.3 14.75 15.6 30.35 15.18
22 8.1 13.75 12.38 26.13 13.06
Lanjutan
23 8.2 14.75 11.75 26.50 13.25
61
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 4.19 4.23 8.42 4.21
2 1.2 4.27 4.65 8.92 4.46
3 1.3 4.48 4.63 9.11 4.55
4 2.1 4.53 4.65 9.18 4.59
5 2.2 4.45 4.7975 9.25 4.63
6 2.3 4.49 4.2 8.69 4.35
7 3.1 4.34 4.67 9.01 4.50
8 3.2 4.28 4.6 8.88 4.44
9 3.3 4.25 4.44 8.69 4.34
10 4.1 4.31 4.51 8.82 4.41
11 4.2 4.28 4.79 9.07 4.53
12 4.3 4.49 4.41 8.90 4.45
13 5.1 4.26 4.43 8.68 4.34
14 5.2 4.53 4.63 9.16 4.58
15 5.3 4.42 4.64 9.06 4.53
16 6.1 4.48 4.43 8.91 4.45
17 6.2 4.47 4.31 8.78 4.39
18 6.3 4.46 4.5 8.96 4.48
19 7.1 4.28 4.6 8.88 4.44
20 7.2 4.47 4.55 9.02 4.51
21 7.3 4.27 5.03 9.29 4.65
22 8.1 4.8 4.87 9.67 4.84
23 8.2 4.48 4.35 8.83 4.41
24 8.3 4.27 4.42 8.68 4.34
25 9.1 4.23 4.52 8.74 4.37
26 9.2 4.31 4.63 8.93 4.47
27 9.3 4.30 4.56 8.87 4.43
28 10.1 4.81 4.6 9.41 4.71
29 10.2 4.08 4.6 8.68 4.34
30 10.3 4.70 5.1 9.80 4.90
Lampiran 9c. Data Rata-Rata Diameter Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 20 Tetua
Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 4.19 4.23 8.42 4.21
2 1.2 4.27 4.65 8.92 4.46
3 1.3 4.48 4.63 9.11 4.55
4 2.1 4.53 4.65 9.18 4.59
5 2.2 4.45 4.7975 9.25 4.63
6 2.3 4.49 4.2 8.69 4.35
7 3.1 4.34 4.67 9.01 4.50
8 3.2 4.28 4.6 8.88 4.44
9 3.3 4.25 4.44 8.69 4.34
10 4.1 4.31 4.51 8.82 4.41
11 4.2 4.28 4.79 9.07 4.53
12 4.3 4.49 4.41 8.90 4.45
13 5.1 4.26 4.43 8.68 4.34
14 5.2 4.53 4.63 9.16 4.58
15 5.3 4.42 4.64 9.06 4.53
16 6.1 4.48 4.43 8.91 4.45
17 6.2 4.47 4.31 8.78 4.39
18 6.3 4.46 4.5 8.96 4.48
19 7.1 4.28 4.6 8.88 4.44
20 7.2 4.47 4.55 9.02 4.51
21 7.3 4.27 5.03 9.29 4.65
22 8.1 4.8 4.87 9.67 4.84
Lanjutan
23 8.2 4.48 4.35 8.83 4.41
65
Lampiran 10a. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 92.75 85 177.75 88.88
2 1.2 98 106 204.00 102.00
3 1.3 98.5 87.5 186.00 93.00
4 2.1 89 89.75 178.75 89.38
5 2.2 96.75 101.75 198.50 99.25
6 2.3 96 81 177.00 88.50
7 3.1 93 106.5 199.50 99.75
8 3.2 86.25 104 190.25 95.13
9 3.3 80.75 115 195.75 97.88
10 4.1 95.5 107 202.50 101.25
11 4.2 105 104 209.00 104.50
12 4.3 109.25 101.75 211.00 105.50
13 5.1 80 96.25 176.25 88.13
14 5.2 96.25 102 198.25 99.13
15 5.3 90.25 98.5 188.75 94.38
16 6.1 84 95 179.00 89.50
17 6.2 97.5 86.25 183.75 91.88
18 6.3 91.75 101 192.75 96.38
19 7.1 94 109.75 203.75 101.88
20 7.2 105 107.25 212.25 106.13
21 7.3 87 124.5 211.50 105.75
22 8.1 110.75 111.5 222.25 111.13
23 8.2 102.5 86.75 189.25 94.63
24 8.3 80.5 80.75 161.25 80.63
25 9.1 102.25 99 201.25 100.63
26 9.2 90.75 102.75 193.50 96.75
27 9.3 114 95.25 209.25 104.63
28 10.1 88.5 90.5 179.00 89.50
29 10.2 83.75 91.75 175.50 87.75
30 10.3 106.75 103 209.75 104.88
Lampiran 10b. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua
Jantan
68
Lampiran 10c. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 92.75 85 177.75 88.88
2 1.2 98 106 204.00 102.00
3 1.3 98.5 87.5 186.00 93.00
4 2.1 89 89.75 178.75 89.38
5 2.2 96.75 101.75 198.50 99.25
6 2.3 96 81 177.00 88.50
7 3.1 93 106.5 199.50 99.75
8 3.2 86.25 104 190.25 95.13
9 3.3 80.75 115 195.75 97.88
10 4.1 95.5 107 202.50 101.25
11 4.2 105 104 209.00 104.50
12 4.3 109.25 101.75 211.00 105.50
13 5.1 80 96.25 176.25 88.13
14 5.2 96.25 102 198.25 99.13
15 5.3 90.25 98.5 188.75 94.38
16 6.1 84 95 179.00 89.50
17 6.2 97.5 86.25 183.75 91.88
18 6.3 91.75 101 192.75 96.38
19 7.1 94 109.75 203.75 101.88
20 7.2 105 107.25 212.25 106.13
21 7.3 87 124.5 211.50 105.75
22 8.1 110.75 111.5 222.25 111.13
Lanjutan
23 8.2 102.5 86.75 189.25 94.63
24 8.3 80.5 80.75 161.25 80.63
69
Lampiran 10d. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua
Jantan
Lampiran 11a. Data Rata-Rata Bobot 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan
10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300 330 630.00 315.00
2 1.2 330 340 670.00 335.00
3 1.3 320 320 640.00 320.00
4 2.1 290 330 620.00 310.00
5 2.2 320 330 650.00 325.00
6 2.3 310 350 660.00 330.00
7 3.1 320 320 640.00 320.00
8 3.2 300 390 690.00 345.00
9 3.3 340 350 690.00 345.00
10 4.1 320 320 640.00 320.00
11 4.2 350 330 680.00 340.00
12 4.3 370 340 710.00 355.00
13 5.1 330 320 650.00 325.00
14 5.2 300 320 620.00 310.00
15 5.3 320 370 690.00 345.00
16 6.1 340 340 680.00 340.00
17 6.2 340 310 650.00 325.00
18 6.3 300 320 620.00 310.00
19 7.1 330 340 670.00 335.00
20 7.2 320 330 650.00 325.00
21 7.3 330 340 670.00 335.00
22 8.1 380 350 730.00 365.00
23 8.2 300 330 630.00 315.00
24 8.3 320 310 630.00 315.00
25 9.1 330 360 690.00 345.00
26 9.2 340 350 690.00 345.00
27 9.3 350 320 670.00 335.00
28 10.1 300 300 600.00 300.00
29 10.2 310 350 660.00 330.00
30 10.3 330 310 640.00 320.00
Lampiran 11b. Anova Bobot 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
72
Lampiran 11c. Data Rata-Rata 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300 330 630.00 315.00
2 1.2 330 340 670.00 335.00
3 1.3 320 320 640.00 320.00
4 2.1 290 330 620.00 310.00
5 2.2 320 330 650.00 325.00
6 2.3 310 350 660.00 330.00
7 3.1 320 320 640.00 320.00
8 3.2 300 390 690.00 345.00
9 3.3 340 350 690.00 345.00
10 4.1 320 320 640.00 320.00
11 4.2 350 330 680.00 340.00
12 4.3 370 340 710.00 355.00
13 5.1 330 320 650.00 325.00
14 5.2 300 320 620.00 310.00
15 5.3 320 370 690.00 345.00
16 6.1 340 340 680.00 340.00
17 6.2 340 310 650.00 325.00
18 6.3 300 320 620.00 310.00
19 7.1 330 340 670.00 335.00
20 7.2 320 330 650.00 325.00
21 7.3 330 340 670.00 335.00
22 8.1 380 350 730.00 365.00
Lanjutan
23 8.2 300 330 630.00 315.00
24 8.3 320 310 630.00 315.00
73
Lampiran 11d. Anova 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
74
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Salah Satu Sifat yang Diamati, yakni
Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan Dan 20
Tetua Betina
Perhitungan Ragam Aditif dan Ragam Dominan untuk Tinggi Tanaman Tiap
Perlakuan Pada 10 Tetua Jantan
=4(
=4
= -21,151
=4( )
=4
= 143,420
= 0,000
= 35,320
=35,319
Perhitungan Ragam Aditif dan Ragam Dominan untuk Tinggi Tanaman Tiap
Perlakuan Pada 20 Tetua Jantan
=4(
=4
= 10,764
=4( )
=4
77
= -6,901
= 0,130
= 22,161
=
78
=46,386
79
Penulis bernama Bq. Dewi Sartika yang dilahirkan di Utan pada tanggal 21
Agustus 1997. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari orang tua
kandung ayah bernama Lalu Mustamar dan ibu yang bernama Baiq Ibnu Hajar.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Gelogor pada
tahun 2010. Kemudian melanjutkan Pendidikan menengah pertama di Pondok
Pesantren MTs. Putri Al-Ishlahuddiny Kediri dan lulus pada tahun 2013.
Selanjutnya Peenulis melanjutkan sekolah di pondok yang sama, yaitu MA. Putri
Al-Ishlahuddiny dan lulus pada tahun 2016. Setelah lulus, Penulis melanjutkan
pendidikan tinggi dan menjadi mahasiswi dengan mengambil Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian di Universitas Mataram.
Selama masa kuliah, Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum mata
kuliah Agroklimatologi pada semester gasal TA 2017/2018; mata kuliah Genetika
Tumbuhan, Fisiologi Tanaman, dan Biologi dasar pada Semester Gasal TA
2018/2019; dan mata kuliah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada
semester genap TA 2018/2019. Dalam organisasi, Penulis aktif sebagai pengurus
Himagrotek sebagai anggota di Devisi Humas Internal periode 2017/2018 dan
sebagai kepala devisi di Devisi Akademik bidang PPKSDM periode 2018/2019.
Selain itu, Penulis termasuk ke dalam mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2018 Penulis
dan anggota kelompok lolos dan mendapat pendanaan PKM-K Tingkat Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.
Tugas akhir yang Penulis selesaikan untuk meraih gelar Sarjana Strata-1 di
Fakultas Pertanian Universitas Mataram adalah sebuah Skripsi yang berjudul
“Kajian Ketepatan Hasil Pendugaan Ragam Genetik Pada Sifat Kuantitatif
Tanaman Jagung Hasil Seleksi Massa Dengan Teknik Seleksi Indeks Siklus
Kedelapan”.