Anda di halaman 1dari 95

i

KAJIAN KETEPATAN HASIL PENDUGAAN RAGAM


GENETIK PADA SIFAT KUANTITATIF TANAMAN
JAGUNG HASIL SELEKSI MASSA DENGAN TEKNIK
SELEKSI INDEKS SIKLUS KEDELAPAN

SKRIPSI

Oleh
Bq. Dewi Sartika
C1M016025

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ii

KAJIAN KETEPATAN HASIL PENDUGAAN RAGAM


GENETIK PADA SIFAT KUANTITATIF TANAMAN
JAGUNG HASIL SELEKSI MASSA DENGAN TEKNIK
SELEKSI INDEKS SIKLUS KEDELAPAN

Oleh
Bq. Dewi Sartika
C1M016025

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Mataram

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Bq. Dewi Sartika
NIM : C1M016025
menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya yang belum pernah diajukan
untuk mendapat gelar atau diploma pada perguruan tinggi manapun, dan bukan
merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain yang
diterbitkan atau yang tidak diterbitkan, kecuali kutipan berupa data atau informasi
yang sumbernya dicantumkan dalam naskah dan Daftar Pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan
bertanggung jawab, dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi
apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap karya ilmiah lain yang sudah ada.

Mataram, 06 November 2020

Bq. Dewi Sartika


C1M016025
iv
v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Ilahi Rabbi yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagaimana yang diharapkan. Selawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam nabi Muhammad SAW,
seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Kajian Ketepatan Hasil Pendugaan Komponen
Ragam Genetik Pada Sifat Kuantitatif Tanaman Hasil Seleksi Massa Dengan
Teknik Seleksi Indeks Siklus Kedepalan” yang ditulis guna memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Strata-1 (S1) dalam Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Skripsi ini merupakan
hasil dari percobaan lapangan yang telah dilakukan penulis selama dua kali, yaitu
sejak bulan Agustus sampai bulan November 2019 dan sejak bulan Maret sampai
dengan bulan Juni 2020.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, kerjasama, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Sudika, MS. selaku Dosen Pembimbing Utama/Penguji
dan Bapak Ir. Uyek Malik Yakop, M. Sc., Ph. D. selaku Dosen Pembimbing
Pendamping/Penguji. Kedua pembimbing luar biasa yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi sejak Penulis
menyusun rencana penelitian, melakukan percobaan, hingga penulisan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Sutresna, MP. selaku dosen Penguji atas segenap
masukan yang berharga untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini melalui
kritik, pandangan dan saran yang diberikan selama ujian skripsi berlangsung.
3. Ketiga malaikat tanpa sayap, yaitu kedua orang tua saya Mamiq Lalu
Mustamar dan Inaq Baiq Ibnu Hajar, yang tidak henti-hentinya memberikan
vi

motivasi, do’a, dan dukungan finansial sehingga menjadi dorongan yang luar
biasa bagi Penulis dalam menyelesaikan studi. Serta nenek tercinta Sana’ah,
terimakasih atas doa tiap malam, makanan pendamping walaupun lebih sering
mubazir, bantuan tenaga yang selalu diselingi ocehan, dan restu yang selalu
ada hingga saat ini.
4. Adik-adik tercinta Lalu Syarif Hidayatullah dan Lalu Sayidi Rahmatullah;
paman Syahril dan bibi Rabitah, mamiq Mas’ud, mamiq Anas; serta semua
keluarga yang telah membantu memberikan tenaga, dorongan, bantuan yang
tak terbilang.
5. Sahabat seperjuangan Cahyati Ramdhani, Dea Putri Ramdani, Baiq Weni
Gunawan, dan Baiq Indah Rosita yang selalu menemani, memberikan
semangat, motivasi, hingga sebagai pendengar keluh kesah Penulis. Tanpa
adanya kalian, Penulis mungkin akan lebih sulit melewati pahit dan manis
perjuangan dalam percobaan lapangan dan pembuatan skripsi ini.
6. Kepada teman-teman Anggit, Guntur, Yudi, Yuni, Debby, Deni, Baban, Yuli,
Mila, Achim, serta semua teman-teman Kelas A AET 2016 dan Pemuliaan
Tanaman yang telah memberikan bantuan tenaga, motivasi, serta informasi
yang sangat membantu Penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat Penulis harapkan untuk penyempurnaan percobaan
selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya Penulis sendiri.
Mataram, 06 November 2020
Penulis

Bq. Dewi Sartika


C1M016025
vii

DAFTAR ISI

halaman
JUDUL............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
RINGKASAN.................................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 LatarBelakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.3 Kegunaan Penelitian............................................................................... 4
1.4 Hipotesis Penelitian................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Seleksi Massa pada Jagung................................................................... 5
2.2 Seleksi Indeks pada Jagung.................................................................. 6
2.3 Pendugaan Komponen Ragam Genetik................................................ 7
2.4 Rancangan Persilangan North Carolina Design 1 (NC 1).................... 8
2.5 Heritabilitas........................................................................................... 9
III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 11
3.1 Metode Penelitian................................................................................ 11
3.2 Waktu Dan Tempat Percobaan............................................................ 11
3.3 Alat Dan Bahan Percobaan.................................................................. 11
3.4 Rancangan Percobaan.......................................................................... 11
3.5 Pelaksanaan Percobaan........................................................................ 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 20
viii

4.1 Pembuatan Hubungan Kekerabatan.................................................... 20


4.2 Hasil Pengamatan pada Musim II....................................................... 21
4.3 Pembahasan......................................................................................... 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 31
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 31
5.2 Saran.................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
LAMPIRAN - LAMPIRAN........................................................................... 35
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... 78
ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Model Anova Rancangan Persilangan NC 1 pada Salah Satu 17
Sifat yang Diamati................................................................................
4.1 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( )
Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) ............. 22
4.2 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( )
Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel II (20 Tetua Jantan)............. 22
4.3 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam
Aditif Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua
Jantan) dan Sampel II (20 Tetua Jantan)............................................... 23
4.4 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam
Dominan Seluruh Sifat yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua
Jantan) dan Sampel II (20 Tetua Jantan)............................................... 24
4.5 Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit Seluruh Sifat Tanaman
Jagung Yang Diamati untuk Kedua Sampel......................................... 24
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
4.1 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1
pada jagung P8IS yang diuji.................................................................
21
4.2 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1
pada jagung P8IS yang tidak diuji........................................................
21
xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Denah Penanaman Musim I (bahan persilangan dengan NC
I)..............................................................................................................
35
2. Denah Penanaman Musim II (Pengujian Hasil Persilangan)..................
37
3a. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan............................................................................................
39
3b. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..................
40
3c. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan............................................................................................
40
3d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..................
42
4a. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan............................................................................................
43
4b. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan.................
44
4c. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan............................................................................................
44
4d. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..................
46
5a. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
47
5b. Anova Jumlah Daun Per Tanaman Hasil Pengamatan 10
Tetua Jantan.............................................................................................
48
5c. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
48
5d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..................
50
6a. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..........................................................
51
6b. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
52
6c. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..........................................................
52
6d. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
54

7a. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 55


xii

(g) Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan....................................................


7b. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
56
7c. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
(g) Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan....................................................
56
7d. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
58
8a. Data Rata-Rata Panjang Tongkol (cm) Hasil Pengamatan
10 Tetua Jantan........................................................................................
59
8b. Anova Panjang Tongkol Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan.................
60
8c. Data Rata-Rata Panjang Tongkol (cm) Hasil Pengamatan
20 Tetua Jantan........................................................................................
60
8d. Anova Panjang Tongkol Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan.................
62
9a. Data Rata-Rata Diameter Tongkol (cm) Hasil Pengamatan
10 Tetua Jantan........................................................................................
63
9b. Anova Diameter Tongkol Hasil Pengamatan 10 Tetua
Jantan.......................................................................................................
64
9c. Data Rata-Rata Diameter Tongkol (cm) Hasil Pengamatan
20 Tetua Jantan........................................................................................
64
9d. Anova Diameter Tongkol Hasil Pengamatan 20 Tetua
Jantan.......................................................................................................
66
10a. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan..........................................................
67
10b. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan...................................................................
68
10c. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan..........................................................
68
10d. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan...................................................................
70
11a. Data Rata-Rata Bobot 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan
10 Tetua Jantan........................................................................................
71
11b. Anova Bobot 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 10 Tetua
Jantan.......................................................................................................
72
11c. Data Rata-Rata 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan.............................................................................................
72
11d. Anova 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan....................
74
12. Contoh Perhitungan Salah Satu Sifat yang Diamati, yakni 75
xiii

Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan Dan 20


Tetua Betina............................................................................................
xiv

RINGKASAN

Bq. Dewi Sartika. Kajian Ketepatan Hasil Pendugaan Komponen


Ragam Genetik Sifat Kuantitatif Tanaman Hasil Seleksi Massa Dengan
Teknik Seleksi Indeks Siklus Kedepalan. Dibimbing oleh Dr. Ir. I Wayan
Sudika, MS. dan Ir. Uyek Malik Yakop, M.Sc., Ph.D.
Pendugaan komponen ragam genetik suatu populasi tanaman dapat
dilakukan dengan cara membentuk hubungan kekerabatan sebanyak komponen
genetik yang akan diduga. Adapun dalam membuat hubungan kekerabatan untuk
menduga komponen ragam aditif dan dominan adalah dengan menggunakan
rancangan persilangan I. Rancangan persilangan yang dilakukan untuk menduga
ragam genetik dilakukan dengan memilih tanaman secara acak dimana setiap tetua
jantan akan disilangkan dengan sekelompok tetua betina. Ketepatan dalam hasil
pendugaan ragam genetik sangat ditentukan oleh jumlah sampel (tetua jantan) dan
atau jumlah tetua betina dalam setiap tetua jantan yang disilangkan. Oleh karena
itu, dalam menduga ragam genetik perlu diuji ketepatannya dengan menggunakan
sampel yang berbeda dari pemilihan secara acak tadi serta menguji nilai
heritabilitasnya. Ketepatan hasil dugaan akan dikaji melalui kemajuan genetik
beberapa sifat pada populasi tanaman tersebut. Penggunaan sampel yang berbeda
dijadikan sebagai acuan dalam melihat sampel mana yang memiliki ketepatan
dugaan ragam genetik yang paling akurat.
Tujuan diadakan penelitian ini ada tiga, yaitu untuk mengetahui pengaruh
jumlah sampel terhadap ketepatan hasil dugaan beberapa sifat kuantitatif tanaman
jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi indeks siklus kedelapan;
mengetahui besarnya ragam aditif dan ragam dominan pada tanaman jagung hasil
seleksi massa dengan teknik seleksi indeks dasar siklus kedelapan; dan
mengetahui nilai heritabilitas arti sempit pada sifat tanaman jagung hasil seleksi
massa dengan teknik seleksi indeks dasar siklus kedelapan.
Kegiatan penelitian dilakukan selama dua kali musim tanam, yaitu musim
tanam I (pembuatan hubungan kekerabatan) dilaksanakan di Desa Kuranji Dalang,
xv

Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat dari bulan Agustus hingga


November 2019. Musim tanam II dilaksanakan di Desa Gelogor, Kecamatan
Kediri, Kabupaten Lombok Barat dari bulan Maret hingga bulan Juni 2020.
Musim tanam I dilakukan dengan menggunakan Rancangan Percobaan NC
1, sedangkan musim tanam II menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Musim tanam I dilakukan untuk membuat hubungan kekerabatan yang
menghasilkan 90 famili tanaman jagung saudara seayah, kemudian akan
digunakan sebagai bahan untuk pengujian musim tanam II. Sedangkan pada
musim tanam II dilakukan pengujian hasil persilangan menggunakan 90
perlakuan. Perlakuan ini didapatkan dari hasil pembuatan hubungan kekerabatan
30 tetua jantan, dimana tiap tetua jantan disilangkan dengan 3 tetua betina jagung
hasil seleksi massa dengan seleksi indeks siklus kedelapan (P8IS). Masing-masing
perlakuan dibagi menjadi 2 sampel, yaitu sampel I (10 tetua jantan) dan sampel II
(20 tetua jantan). Adapun tiap perlakuan diulang sebanyak dua kali sehingga
terdapat 180 unit percobaan. Selanjutnya hasil data yang didapatkan dianalisis
menggunakan rumus NC 1, ragam dari penduga ragam, dan rumus heritabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan, sampel dengan jumlah tetua jantan 20
lebih tepat untuk pendugaan ragam aditif dan ragam dominan dibanding 10 tetua
jantan untuk sifat diameter batang dan panjang tongkol. Nilai duga ragam aditif
lebih tinggi dibandingkan ragam dominan terdapat pada semua sifat yang diamati,
kecuali bobot tongkol kering panen per tanaman dan diameter tongkol pada
populasi P8IS. Nilai duga heritabilitas arti sempit tergolong tinggi diperoleh pada
bobot brangkasan segar per tanaman dan panjang tongkol; tergolong sedang
terdapat pada jumlah daun per tanaman, diameter batang dan bobot biji kering
pipil per tanaman (hasil); sedangkan tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen
per tanaman, diameter tongkol dan bobot 1.000 biji tergolong rendah. Dalam
pendugaan komponen ragam genetik menggunakan rancangan NC I, sebaiknya
diperbanyak jumlah tetua jantan yang akan diuji guna memperkecil galat dan
ketepatan dugaan akan lebih mendekati nilai komponen ragam genetik yang
sebenarnya pada sifat kuantitatif tanaman jagung.
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting bagi
sumber karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Selain dijadikan
sebagai bahan baku pangan, di Indonesia jagung juga dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak dan bahan baku industri olahan sehingga keberadaannya sangat vital
bagi masyarakat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan jagung
juga terus meningkat baik untuk bahan pangan, pakan ternak dan kebutuhan lainnya
(Helmiyanti et al., 2012).
Produksi jagung nasional pada tahun 2017 sebanyak 27,95 juta ton atau
meningkat sebesar 18,53 % dibandingkan tahun 2016 dengan produksi sebanyak
23,58 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2018 produksi jagung nasional akan
mencapai lebih dari 30 juta ton (BPS, 2017). Berdasarkan data dari Ditjen Industri
Agro, Kementrian Perindustrian (2018) total kebutuhan jagung untuk industri adalah
sebesar 30 juta ton yang terbagi menjadi industri pakan sebesar 8,3 juta ton (32%)
dan industri pangan sebesar 4,76 juta ton (12%) dari produksi nasional. Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan pangan dan pakan ternak semakin meningkat tiap
tahunnya. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada tahun 2018
Indonesia telah mengimpor jagung sebanyak 503 ribu ton (BPS, 2018). Impor jagung
tersebut menunjukkan bahwa produksi jagung nasional belum mencukupi kebutuhan
masyarakat di Indonesia.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi impor dan memenuhi
kebutuhan jagung nasional salah satunya adalah dengan cara meningkatkan produksi
jagung. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan pembentukan varietas unggul baru yang dapat menghasilkan
produksi yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam memperoleh varietas unggul
tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan sifat-sifat yang dapat mendukung
produksi tinggi pada tanaman melalui seleksi genotip yang tepat.
2

Setyono (2016) menyatakan bahwa seleksi pada prinsipnya terbagi menjadi


dua hal, yaitu memilih sifat yang baik atau membuang sifat yang buruk. Salah satu
seleksi yang dilakukan untuk memperbaiki sifat tanaman adalah dengan seleksi
massa. Seleksi massa dilakukan pada populasi tanaman berdasarkan fenotipe atau
sifat yang nampak yang bertujuan untuk memperbaiki penampilan populasi dengan
memilih berbagai genotipe yang unggul pada populasi tanaman. Adapun dalam
seleksi salah satu sifat, seperti daya hasil adalah dengan menggunakan seleksi massa
dengan teknik seleksi indeks. Seleksi indeks adalah salah satu prosedur seleksi yang
memberikan informasi dari semua karakter ke dalam suatu indeks (Beker, 1992).
Sebuah genotip memiliki beberapa sifat, dimana masing-masing sifat beragam
nilainya. Keragaman nilai suatu sifat inilah yang menjadi kunci dalam pemuliaan
tanaman.
Perbaikan genetik suatu populasi tanaman sangat ditentukan oleh keragaman
genetik dalam populasi tersebut melalui seleksi yang dilakukan. Keragaman genetik
adalah ukuran tentang besarnya perbedaan genetik pada tanaman. Semakin besar
keragaman genetik dari keragaman total atau heritabilitas, maka akan semakin
mudah dilakukannya seleksi. Sebaliknya semakin rendah heritabilitas, maka akan
semakin sulit untuk memperoleh kemajuan genetik (Adriani et al., 2015).
Perlunya pendugaan ragam genetik adalah untuk memecah komponen ragam
genetik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya ragam aditif dan dominan.
Besarnya kedua ragam tersebut dapat menjadi acuan dalam menentukan metode
pemuliaan tanaman yang akan digunakan dalam pembuatan varietas dan nilai
heritabilitasnya. Basuki (1995) menyatakan apabila nilai ragam aditif lebih besar
dibandingkan ragam dominan, maka populasi tanaman diperbaiki dengan melakukan
seleksi massa. Jika sebaliknya, nilai ragam aditif lebih kecil dibandingkan ragam
dominan maka populasi tersebut dapat diarahkan dalam pembentukan varietas
hibrida.
Heritabilitas merupakan pendugaan yang digunakan untuk mengukur fenotip
yang tampak sebagai akibat dari refleksi genotip atau hubungan antara ragam genetik
dan ragam aditif (Fehr, 1987). Jika besarnya nilai ragam digunakan dalam menduga
nilai heritabilitas, yaitu semakin tinggi nilai heritabilitas menunjukkan bahwa
3

kenampakan fenotif sebagian besar dipengaruhi oleh ragam genetik dibandingkan


lingkungan. Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas menunjukkan bahwa
kenampakan fenotip sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan.
Pendugaan komponen ragam genetik suatu populasi tanaman dapat dilakukan
dengan cara membentuk hubungan kekerabatan sebanyak komponen genetik yang
akan diduga. Adapun dalam membuat hubungan kekerabatan untuk menduga
komponen ragam aditif dan dominan ialah dengan menggunakan rancangan
persilangan I (Comstock dan Robinson, 1952). Rancangan persilangan yang
dilakukan untuk menduga ragam genetik dilakukan dengan memilih tanaman secara
acak dimana setiap tetua jantan akan disilangkan dengan sekelompok tetua betina.
Sampai saat ini, hanya terdapat sedikit penelitian yang membahas masalah
ketepatan pendugaan ragam genetik pada tanaman. Ketepatan dalam hasil pendugaan
ragam genetik sangat ditentukan oleh jumlah sampel (tetua jantan) dan atau jumlah
tetua betina dalam setiap tetua jantan yang disilangkan. Oleh karena itu, dalam
menduga ragam genetik perlu diuji ketepatannya dengan penggunaan sampel yang
berbeda dari pemilihan secara acak tadi serta menguji nilai heritabilitasnya.
Penggunaan sampel yang berbeda dijadikan sebagai acuan dalam melihat sampel
mana yang memiliki ketepatan dugaan ragam genetik paling akurat. Untuk dapat
mengkajinya, maka telah dilakukan penelitian ini yang berjudul “Kajian Ketepatan
Hasil Pendugaan Ragam Genetik pada Sifat Kuantitatif Tanaman Jagung
Hasil Seleksi Massa Dengan Teknik Seleksi Indeks Siklus Kedelapan”.

I.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah sampel terhadap ketepatan hasil dugaan
beberapa sifat kuantitatif tanaman jagung hasil seleksi massa dengan teknik
seleksi indeks siklus kedelapan.
2. Untuk mengetahui besarnya ragam aditif dan ragam dominan pada sifat
kuantitatif tanaman jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi indeks dasar
siklus kedelapan.
4

3. Untuk mengetahui nilai heritabilitas arti sempit pada sifat kuantitatif tanaman
jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi indeks dasar siklus kedelapan.

I.3 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam


melaksanakan kegiatan pemuliaan berikutnya guna memperoleh varietas unggul dan
sebagai informasi bagi peneliti berikutnya pada tanaman jagung.

I.4 Hipotesis

Diduga jumlah sampel dengan tetua jantan 20 lebih tepat untuk pendugaan
ragam aditif dan ragam dominan dibanding 10 tetua jantan untuk satu atau lebih sifat
kuantitatif yang diamati.
Ho : sd 20 = sd 10, nilai simpangan baku ragam genetik sifat kuantitatif pada
sampel 20 tetua jantan sama dengan sampel 10 tetua jantan.
Hi : sd 20 < sd 10, nilai simpangan baku ragam genetik sifat kuantitatif pada
sampel 20 tetua jantan minimal dua kali lebih kecil dibandingkan dengan
sampel 10 tetua jantan.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Seleksi Massa pada Jagung

Seleksi adalah kegiatan dalam pemuliaan tanaman yang meliputi identifikasi


dan perbanyakan suatu gen atau populasi tanaman hasil persilangan. Dimana
keberhasilannya tergantung pada keragaman genetik suatu populasi. Tujuan seleksi
adalah memilih sifat tertentu yang diinginkan guna mendapatkan sifat yang memiliki
genotip lebih baik dari sebelumnya. Menurut Syukur (2005) pengetahuan tentang
perkembangbiakan tanaman dapat menentukan metode seleksi yang digunakan. Hasil
seleksi ini bisa dilepas menjadi varietas baru setalah melalui sistematika pengujian
dimana varietas yang dihasilkan biasanya adalah varietas lokal. Salah satu metode
seleksi yang biasa digunakan adalah seleksi massa.
Seleksi massa adalah bentuk yang paling sederhana dalam seleksi pemilihan.
Seleksi massa merupakan seleksi yang dilakukan dengan memilih individu tanaman
tertentu dengan maksud mendapatkan tanaman yang lebih baik dari campuran
populasi dimana masing-masing individu memiliki sifat atau karakter yang berbeda.
Mangoendidjojo (2013) menyatakan bahwa metode seleksi massa adalah didasarkan
dari kenampakan sifat (fenotip), yaitu dengan memilih tanaman yang berpenampilan
baik dan menghilangkan tanaman yang berpenampilan kurang baik dari populasi hail
random mating (persilangan acak). Semakin banyak sifat tanaman yang baik terpilih,
maka keragaman genetik akan semakin luas (Syukur et al., 2012).
Seleksi massa memiliki kekurangan dan kelebihan di dalam pelaksanaanya.
Kekurangan seleksi massa yaitu tanaman yang dipilih mungkin tidak homozigot dan
dapat bersegregasi pada generasi berikutnya, penampilan tanaman kurang menarik
karena tidak seragam, dan lingkungan mempengaruhi hasil tanaman. Sedangkan
kelebihan seleksi massa yaitu pelaksanaannya relatif mudah, biaya yang dikeluarkan
murah, dan dapat dilakukan pada populasi besar serta efektif dalam menaikkan
frekuensi gen untuk sifat yang mudah dilihat atau diukur
(Nasir, 2001).
6

II.2 Seleksi Indeks pada Jagung

Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan varietas jagung yang
unggul adalah dengan melakukan seleksi. Setyono (2016) adapun seleksi yang
digunakan terhadap satu atau lebih sifat tanaman adalah seleksi indeks. Helmiyanti et
al. (2012) menyatakan bahwa seleksi indeks adalah seleksi yang diperoleh dari hasil
kali (berat tongkol x bobot) + (berat berangkasan segar x bobot). Bobot setiap sifat
dikalikan dengan nilai sifat tersebut menghasilkan sejumlah skor yang disebut indeks
seleksi tanaman yang bersangkutan.
Metode ini memberikan informasi dari semua sifat atau karakter ke dalam
suatu indeks (Sutresna, 2013). Indeks merupakan angka yang digunakan untuk
menetapkan tanaman terpilih dimana seleksi dilakukan sekaligus terhadap daya hasil
dan berangkasan segar berdasarkan batas-batas minimum yang ditetapkan bagi
masing-masing sifat (Soemartono et al., 1992). Sangat penting untuk diperhatikan
bahwa masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang berbeda tergantung dari
nilai ekonominya. Nilai ekonomi sifat tersebut akan menentukan nilai indeks pada
sifat tanaman yang diuji. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sudika et al. (2014),
dimana seleksi indeks ditentukan dengan nilai penjualan tongkol kering panen
(BTKP) dan bobot brangkasan segar (BBS). Adapun parameter lain yang mendukung
BTKP diantaranya adalah panjang tongkol, diameter tongkol, berat pipilan biji, berat
100 biji, ataupun berat 1000 biji. Sedangkan parameter lain yang mendukung BBS
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, maupun diameter batang.
Penelitian seleksi indeks yang telah dilakukan oleh Helmiyanti et al. (2012),
untuk memperbaiki sifat jagung agar tahan terhadap kekeringan dan berumur genjah
dengan menggunakan benih dari Populasi 0 (P0) hingga Populasi 1 (P1). Hasil yang
didapatkan adalah kemajuan seleksi yang dilihat dari berbagai sifat yang diamati
bersifat tidak nyata pada uji BNT 5%, namun untuk kemajuan P1 terhadap varietas
sukmaraga bersifat nyata untuk seluruh sifat yang diamati kecuali jumlah daun dan
brangkasan segar. Nilai heritabilitas yang terlihat memiliki rata-rata diatas 50%,
artinya kergaman sifat-sifat yang diamati itu dipengaruhi oleh faktor genetik.
7

II.3 Pendugaan Komponen Ragam Genetik

Perbaikan genetik suatu populasi tanaman sangat ditentukan oleh keragaman


genetik dalam populasi tersebut. Keragaman genetik adalah ukuran tentang besarnya
perbedaan genetik pada tanaman. Komponen ragam genetik yang dimaksud adalah
ragam aditif, ragam dominan, dan ragam interaksi keduanya yang menggambarkan
peran masing-masing gen (Sutoro, 2005). Keseluruhannya berpengaruh terhadap
fenotip, sehingga dalam pemilihan genotip superior atas dasar peragaan fenotip
diperlukan pendugaan ragam genetik untuk sifat yang diminati. Pendugaan ini dapat
dijadikan sebagai dasar perbaikan genetik melalui metode terterntu tergantung dari
tindak gen yang terlihat. Tipe tindak gen ini menempati urutan penting dalam studi
tentang ragam genetik (Lindsey et al., 1962).
Ragam genetik aditif merupakan penyebab utama kesamaan diantara kerabat
(antara tetua dengan turunannya). Ragam ini merupakan efek rata-rata gen, dimana
mempengaruhi sebagian besar fenotipe, karena terjadinya seleksi. Ragam genetik
dominan merupakan penyebab utama ketidaksamaan diantara kerabat. Ragam ini
merupakan basis utama bagi heterosis dan kemampuan daya gabung (combining
ability) (Syukur, 2005).
Ragam aditif dan ragam dominan merupakan sejumlah sumbangan dari setiap
lokus. Apabila terjadi lebih dari satu lokus dan timbul simpangan interaksi maka
akan menimbulkan komponen ragam lain, yaitu ragam interaksi atau ragam
simpangan interaksi. Jadi ragam genetik total suatu populasi merupakan penjumlahan
dari ragam genetik aditif, ragam dominan dan ragam interaksi/epistasi (Hallauer dan
Miranda, 1982). Pengaruh ragam epistasi sangat keil terhadap keragaman genetik
serta tidak dapat menyebabkan perbedaan nyata tehadap ragam genetik total untuk
sebagian besar karakter tanaman, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan
(Soemartono et al., 1992).
Penelitian yang dilakukan oleh Sutoro (2005) adalah menduga ragam genetik
sifat kuantitatif tanaman dalam populasi jagung varietas Bisma guna mendapatkan
varietas jagung yang toleran lingkungan pemupukan rendah. Untuk menduga
parameter genetiknya dilakukan 3 kegiatan dasar, yaitu pembentukan galur S1,
persilangan antar galur S, dan evaluasi hasil persilangan. Hasil penelitian
8

menunjukkan bahwa pada sifat hasil analisis bobot biji menunjukkan bahwa ragam
aditi bersifat nyata, sedangkan ragam dominan tidak nyata. Dengan demikian
komponen ragam aditif bobot biji merupakan komponen yang besar kontribusinya
terhadap komponen ragam genetik dalam populasi varietas Bisma. Oleh karena itu
perbaikan populasi dapat dilakukan melalui seleksi berulang pada kondisi
pemupukan rendah.

II.4 Rancangan Persilangan North Carolina Design 1 (NC 1)

Pendugaan komponen ragam genetik suatu populasi dapat dilakukan dengan


jalan membentuk hubungan kekerabatan sebanyak komponen ragam genetik yang
akan diduga. Dengan mengabaikan komponen epistasi, hubungan kekerabatan untuk
menduga komponen aditif dan dominan sering menggunakan Rancangan Genetik 1
yang sederhana (Comstock dan Robinson, 1952).
Penduga komponen ragam genetik populasi tanaman dapat diperoleh melalui
serangkaian persilangan antar individu tanaman. Maksudnya adalah pendugaan
ragam genetik dapat dilakukan dengan beberapa rancangan persilangan.
Rancangan persilangan dimaksudkan guna membentuk suatu hubungan
kekerabatan di antara keturunannya dari hasil persilangan tersebut. Berdasarkan
berbagai ragam kekerabatan ini maka dapat diperoleh penduga ragam genetik yang
terdiri dari ragam aditif, ragam dominan, dan epistasis. Adapun rancangan
persilangan yang dapat digunakan diantaranya rancangan persilangan I, II, dan III
atau North Carolina Design (NCD) I, NCD II, dan NCD III (Hill et al., 1998). Pada
ketiga rancangan persilangan tersebut, tetua yang digunakan adalah tanaman generasi
F2 dari persilangan dua galur murni. Khususnya pada NCD I, setiap tetua betina
tidak disilangkan dengan lebih dari satu tetua jantan sehingga disebut juga rancangan
tersarang (Hallauer dan Miranda, 1982).
Rancangan persilangan I biasanya digunakan pada tanaman berumah satu
dimana tetua jantan dan tetua betinanya terpisah. Salah satu contoh tanamannya
adalah jagung. Dalam hal ini tetua jantan menyerbuki sejumlah tetua betina dimana
tetua betina hanya untuk jantan tersebut, tidak untuk jantan yang lain (Ujianto et al.,
2020).
9

Pada tanaman jagung dengan rancangan NC I akan menghasilkan keturunan


dengan struktur genetik saudara sekandung antar biji dalam satu tongkol. Setiap
pejantan yang dikawinkan dengan sekelompok betina yang berbeda akan
menghasilkan famili saudara seayah. Kemiripan diantara famili saudara seayah

(CovHS), kemiripan diantara saudara sekandung (CovFS), keragaman tetua jantan (

), keragaman tetua betina untuk satu tetua jantan ( ) saling berhubungan

(Soemartono et al., 1992).


Rancangan persilangan NC I digunakan pada penelitian Ramdhani (2020)
digunakan untuk menduga komponen ragam genetik pada sifat bobot berangkasan
segar dan bobot tongkol kering panen. Nilai duga ragam aditif lebih tinggi
dibandingkan ragam dominan pada sifat bobot berangkasan segar, sedangkan pada
bobot tongkol kering panen didapatkan nilai duga ragam dominan lebih tinggi
dibandingkan ragam aditif sehingga dalam perbaikannya dilakukan dengan
pembentukan varietas hibrida.

II.5 Heritabilitas

Heritabilitas adalah parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu


genotip dalam suatu populasi tanaman untuk mewariskan karakter yang dimiliki atau
suatu pendugaan yang mengukur sampai sejauh mana variabilitas penampilan suatu
genotype dalam suatu populasi tanaman yang disebabkan oleh peranan faktor
genetik. (Phoelman dan Sleeper, 1995).
Heritabilitas dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kemajuan seleksi
(genetik gain) dari populasi hasil seleksi, menentukan metode seleksi yang akan
digunakan, dan menentukan waktu pelaksanaan seleksi pada generasi awal atau
generasi tertentu. (Kuswanto, 2012). Sesuai dengan komponen ragam genetiknya,
heritablitas dibedakan menjadi heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability)
dan heritablitas dalam arti sempit (narrow sense heritability). Heritabilitas dalam arti
luas merupakan perbandingan antara ragam genetik total dan ragam fenotipe (H 2(BS)
10

= / ). Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan

antara ragam aditif dan ragam fenotipe (h2(BS) = / ) (Syukur, 2005).

Umumnya heritabilitas dalam arti sempit banyak mendapatkan perhatian


karena pengaruh aditif dari tiap alelnya diwariskan dari tetua kepada keturunannya.
Hal ini disebabkan varian aditif yang digunakan untuk mendapat nilai heritabilitas
arti sempit menggambarkan variasi antar alel dan semakin tinggi variasi tersebut,
maka akan semakin mudah memisahkan alel-alel yang berkenan dengan alel yang
tidak berkenan melalui metode seleksi (Ujianto et al., 2020).
Nilai heritabilitas dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu heritabilitas
rendah (<20%), heritabilitas sedang (20%-50%) dan heritabilitas tinggi (50% <h≤
100%) (Petersen, 1994). Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat tanaman, maka
makin tinggi dipengaruhi oleh faktor genetiknya dan sebaliknya, makin rendah nilai
heritabilitasnya artinya sifat tanaman tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh
lingkungan dibandingkan faktor genetiknya. Nilai heritabilitas arti sempit yang
sedang menunjukkan bahwa faktor genetik memberi pengaruh yang sama dengan
faktor lingkungan. Oleh karena itu pewarisan sifat-sifat tersebut sangat penting
diketahui agar dapat dilakukan seleksi tanaman yang tepat (Umaharan et al., 1997).
Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa nilai heritabilitas negatif atau lebih
dari satu secara biologis tidak mungkin. Tapi tidak tertutup kemungkinan terjadi hal
tersebut di lapangan. Bila hal tersebut ditemukan, kemungkinan disebabkan oleh: (1)
keseragaman yang disebabkan oleh lingkungan yang berbeda untuk famili yang
berbeda; (2) metode statistik yang digunakan tidak tepat sehingga tidak dapat
memisahkan antara ragam genetik dan ragam lingkungan yang efektif; dan (3)
kesalahan dalam pengambilan contoh.
Penelitian yang dilakukan oleh Lobus (2016) dalam menduga ragam
genetik populasi F1 jagung hasil persilangan PHKRL vs PIONNER 21 dengan
rancangan persilangan NC 1, dimana didapatkan bahwa dalam semua sifat yang
diamati menunjukkan nilai heritabilitas yang rendah dibandingkan dengan nilai
ragam aditif maupun ragam dominan. Dengan adanya nilai heritabilitas yang rendah
disebabkan oleh faktor lingkungan dan ragam dominan yang relatif besar. Hal ini
11

menunjukkan bahwa hasil persilangan populasi jagung tersebut sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan.
12

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental


yang dilaksanakan di lapangan.

3.2 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan dilaksanakan selama dua musim, yaitu musim I (Pembuatan


Hubungan Kekerabatan) dan musim II (Pengujian Hasil Persilangan). Musim I
dilaksanakan di lahan sawah irigasi ½ teknis di desa Kuranji Dalang, kecamatan
Labuapi, Kabupaten Lombok Barat yang dimulai pada bulan Agustus – November
2019; sedangkan musim II dilaksanakan di lahan tegalan di desa Gelogor, kecamatan
Kediri, kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada bulan Maret – Mei
2020.

3.1 Alat dan Bahan Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah hand traktor, cangkul,
sabit, timbangan semi analitik, mesin air, kamera untuk dokumentasi, alat tugal,
patok, penggaris, hand sprayer, steples, ember, karung, dan alat tulis menulis. Bahan-
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung komposit hasil
seleksi massa siklus kedelapan dengan teknik seleksi indeks (P8IS), benih jagung
hasil persilangan dengan NC 1 (E1.1IS – E30.3IS), kertas cassing, kantong plastik isi 2
kg, paper clips, pupuk Urea, pupuk Phonska, Furadan 3G, Saromyl 35 SD,
insektisida Prevathon, dan herbisida Calaris.

3.3 Rancangan Percobaan

Percobaan musim pertama digunakan rancangan persilangan NC 1;


sedangkan musim kedua untuk pengujian hasil persilangan, digunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Perlakuan pada musim kedua berjumlah 90 perlakuan (hasil
pembuatan hubungan kekerabatan) yang diulang sebanyak 2 kali.
13

3.5. Pelaksanaan Percobaan

Percobaan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu:

3.5.1 Pembuatan Hubungan Kekerabatan dengan NC 1 (Musim I)

a. Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan bekas penanaman padi yang
dicangkul untuk dibuat petak-petak (plot). Pengolahan tanah tidak dilakukan
guna memanfaat air yang masih tersedia dalam tanah.

b. Persiapan Benih
Sebelum ditanam benih terlebih dahulu dicampur dengan fungisida
saromyl 35 SD dengan dosis 2 g/kg benih agar benih terhindar dari serangan
patogen penyebab penyakit.

c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm dengan
menggunakan jarak tanam 20 x 70 cm. Benih yang ditanam sebanyak dua butir
benih per lubang yang telah diberikan campuran abu dan Furadan 3 G, kemudian
lubang tanam ditutup dengan tanah.

d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu, bersamaan pada saat
penanaman dengan cara menugal disamping benih jagung sebanyak 1,4 g Urea
dan 2,1 g Phonska per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28 HST
dengan cara melarutkan pupuk kedua pupuk bersama air lalu disiram pada
tanaman tanpa mengenai daunnya. Total dosis pupuk yang digunakan dalam satu
kali penanaman untuk populasi 1000 tanaman adalah 1,4 kg/populasi pupuk Urea
dan 2,1 kg/populasi pupuk Phonska.

e. Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada bibit jagung yang tumbuh sebanyak dua bibit
dalam satu lubang. Cara yang digunakan adalah dengan mencabut satu tanaman
pada setiap lubang tanam sehingga tersisa satu tanaman per lubang. Cara
14

pencabutan yakni dengan menarik salah atu tanaman ke samping. Hal ini
dilakukan agar tanaman lain tidak ikut tercabut atau terangkat.

f. Pengairan
Pengairan dilakukan 10 hari sekali dengan cara tanaman jagung dialiri dari
sumur disamping lahan menggunakan mesin air. Air dialirkan melalui parit-
parit yang dibuat disekitar petak (plot).

g. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian penyakit terutama penyakit bulai pada tanaman jagung
menggunakan saromyl 35 SD pada saat persiapan benih. Pengendalian hama
dengan cara diberikan Furadan 3G bersamaan pada saat penanaman. Selanjutnya
pengendalian hama ulat dan belalang dilakukan dengan penyemprotan pestisida
Prevathon dengan konsentrasi 30 ml/16 liter air pada umur 35 HST.

h. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dua kali selama penanaman, yaitu pada
saat umur 14 HST dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.
Pengendalian kedua dilakukan secara kimiawi, yaitu penyemprotan herbisida
Calaris dengan 20 ml/16 liter air pada umur 19 HST.

i. Persilangan
Persilangan dilakukan pada saat bunga jantan dan bunga betina sudah
keluar mulai pada umur 42 HST dengan Rancangan persilangan I (North
Carolina 1). Pada sore hari, dipilih bunga betina yang sudah siap dibuahi.
Sebelumnya penentuan tetua betina untuk tiap jantan yaitu dengan memilih 3
tongkol yang sudah muncul dan sebelum keluar rambut jagung dikerodong
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyerbukan. Jumlah tetua jantan
yang akan disilangkan disesuaikan dengan jumlah tetua betina yang siap
disilangkan keesokan paginya. Persilangan dilakukan pada pagi hari pukul 09.00
– 11 WITA dengan menaburi benang sari satu bunga jantan terpilih pada tiga
bunga betina yang terpilih. Persilangan dilakukan selama 10 hari sehingga
menghasilkan 35 tetua jantan P8IS yang sudah disilangkan.
15

j. Panen
Panen dilakukan dengan catatan apabila jagung sudah memenuhi kriteria
panen yakni klobot berwarna kuning, rambut tongkol sudah mengering dan biji
yang mengkilap. Panen dilakukan saat tanaman 85 HST.

a. Pemilihan Tongkol Jagung dan Pengeringan


Jagung terpilih yang digunakan adalah hasil persilangan yang utuh, yaitu
dalam satu tetua menghasilkan 3 tongkol yang penuh. Tongkol yang sudah
dipanen dijemur, kemudian disiapkan untuk penanaman selanjutnya guna
pengujian hasil persilangan.

3.5.2 Pengujian Hasil Persilangan (Musim II)

a. Persiapan Lahan
Sebelum penanaman lahan diolah sampai gembur dengan membajak
tanah menggunakan traktor, kemudian dibuat parit di sekeliling lahan. Lahan
dibuat menjadi 2 blok, dimana masing-masing blok terdiri 90 perlakuan. Satu
blok terdapat 5 set dan dalam setiap set berisi 18 perlakuan ( 6 tetua jantan).

b. Persiapan Benih
Sebelum ditanam, benih hasil persilangan terlebih dahulu dicampur
dengan fungisida Saromyl 35 SD dengan dosis 2 g/kg benih agar benih terhindar
dari serangan patogen penyebab penyakit.

c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm dengan
menggunakan jarak tanam 20 x 60 cm. Setiap perlakuan ditanam sebanyak satu
baris, dimana dalam satu baris terdiri dari 20 tanaman. Benih yang ditanam
sebanyak dua butir benih per lubang yang telah diberikan campuran abu dan
Furadan 3 G, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah.

d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu, bersamaan pada saat
penanaman dengan cara menugal disamping benih jagung 1,2 g Urea dan 1,8 g
Phonska per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 28 HST dengan
16

cara menaburkan pupuk tepat di samping tanaman jagung. Dosis pupuk yang
digunakan dalam satu kali penanaman untuk populasi 3600 tanaman adalah 4,3
kg/populasi pupuk Urea dan 6,5 kg/populasi pupuk Phonska.

e. Penjarangan
Penjarangan dilakukan umur 12 HST pada bibit jagung yang tumbuh
sebanyak dua bibit dalam satu lubang. Cara yang digunakan adalah dengan
mencabut satu tanaman pada setiap lubang tanam sehingga tersisa satu tanaman
per lubang. Cara pencabutan yakni dengan menarik salah atu tanaman ke
samping. Hal ini dilakukan agar tanaman lain tidak ikut tercabut atau terangkat.

f. Pengairan
Pengairan dilakukan satu kali yaitu pada fase generatif karena periode
penanaman percobaan kedua merupakan musim hujan. Pengairan dilakukan
dengan teknik irigasi parit dengan sumber air yang datang tiap seminggu sekali.

g. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian penyakit terutama penyakit bulai pada tanaman jagung
menggunakan saromyl 35 SD pada saat persiapan benih. Pengendalian hama
dengan cara diberikan Furadan 3G bersamaan pada saat penanaman. Selanjutnya
pengendalian hama ulat dan belalang dilakukan dengan penyemprotan pestisida
Prevathon dengan konsentrasi 30 ml/16 liter air pada umur 35 HST.

h. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dua kali selama penanaman, yaitu pada
saat umur 14 HST dengan cara mekanis, yaitu dengan mencabut gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman. Pengendalian kedua dilakukan secara kimiawi yaitu
penyemprotan herbisida Calaris dengan dosis 20 ml/ liter air pada umur 19 HST.

i. Panen
Panen dilakukan dengan catatan apabila jagung sudah memenuhi kriteria
panen yakni kelobot berwarna kuning, rambut tongkol sudah mengering dan biji
yang mengkilap. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 85 HST.
17

j. Pengambilan Sampel
Setiap perlakuan ditetapkan sebanyak 4 tanaman sampel untuk dilakukan
pengamatan sesuai variabel pengamatan yang telah ditentukan.

k. Sifat-sifat yang Diamati


Pengamatan pada petak percobaan musim II, dilakukan pada tanaman
sampel yang ditentukan secara systematic random sampling pada tiap unit
percobaan. Sifat-sifat yang diamati dan cara pengamatannya, sebagai berikut:
1) Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari
pangkal batang hingga buku terakhir pada tanaman sampel. Pengukuran
dilakukan bersamaan dengan waktu panen, yaitu pada umur 85 HST.
2) Diameter batang (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter batang setinggi ±30 cm
dari pangkal batang tanaman dengan jangka sorong pada umur 85 HST.
3) Jumlah daun total per tanaman (helai)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh daun per tanaman baik
daun yang masih hijau dan daun yang sudah mongering mulai dari pangkal
batang hingga ujung pada umur 85 HST.
4) Diameter tongkol (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter tongkol pada bagian yang
paling besar setelah kelobot dibersihkan. Pengukuran dilakukan sehari setelah
panen.
5) Panjang tongkol (cm)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang tongkol dari pangkal
hingga ujung tongkol berisi yang dilakukan sehari setelah panen setelah
kelobot dibersihkan.
6) Bobot 1.000 butir biji (g)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang 1.000 butir biji pada setiap
perlakuan setelah mencapai kering pipil. Pengamatan dilakukan setelah
proses penjemuran selama 10 hari.
18

7) Bobot tongkol kering panen per tanaman (g)


Pengamatan dilakukan dengan menimbang tongkol kering pada saat
dipanen. Sebelum ditimbang, kelobot jagung dikupas terlebih dahulu
kemudian rambut tongkol juga dibersihkan.
8) Bobot biji kering pipil per tanaman (g)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang pipilan biji kering tiap tanaman
sampel menggunakan timbangan semi analitik. Sebelumnya tongkol dijemur
guna mengurangi kadar air dalam biji jagung selama 10 hari.
9) Bobot brangkasan segar per tanaman (g)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang brangkasan segar atau sisa-sisa
bagian tanaman. Tanaman dipotong pada pangkal batang, kemudian dilipat
untuk ditimbang. Sebelum ditimbang, tongkol jagung harus dipetik dari
batang tanaman jagung dan daun-daun kering dihilangkan. Pengamatan
dilakukan pada saat panen umur 85 HST.

l. Analisis Data
Data hasil pengamatan setiap jumlah sampel, dianalisa dengan analisis
sidik ragam sesuai rancangan percobaan dan mengikuti rancangan persilangan
NC I dengan model Anovanya disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Model Anova Rancangan Persilangan NC 1 pada Salah Satu Sifat yang
Diamati
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
NHKT
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Set s-1 JKS M1


Blok / set s(r-1) JKBL M2
Pejantan / set s(m-1) JKP M3 σ2 + r.σ2f /m + rf.σ2m
Betina / pejantan /
sm(f-1) JKBP M4 σ2 + r.σ2f/m
set
Galat percobaan s(m.f-1) (r-1) JKE M5 σ2
Total (s.r.m.f)-1 JKT
Keterangan: s, jumlah set; r, jumlah blok; m, jumlah tetua jantan dalam satu set; f,
jumlah tetua betina yang disilangkan dengan tiap tetua jantan; σ 2, keragaman antar
tanaman dalam set yang sama; σ2m, ragam keturunan yang disebabkan oleh perbedaan
genetik di antara tetua jantan dan σ 2f/m, ragam keturunan yang disebabkan oleh perbedaan
genetik di antara tetua betina
19

Berdasarkan anova di atas, maka pendugaan tetua jantan, ragam tetua


betina setiap jantan, ragam aditif, ragam dominan, dan ragam fenotip dilakukan
dengan rumus-rumus, sebagai berikut:

= (M3 – M4) / (r.f)

= (M4 – M5) / r

Nilai duga ragam aditif diperoleh dari rumus:

= (4(M3 – M4) / (r.f)) atau

=4( )

Nilai duga ragam dominan diperoleh dari rumus:

=4( )

Nilai duga ragam fenotip diperoleh dari rumus:

= + + σ2
Pengujian ketepatan hasil dugaan, dilakukan dengan membandingkan
simpangan baku penduga masing-masing ragam. Untuk mengetahui ketepatan
hasil dugaan antar jumlah sampel tanaman jagung yang disilangkan, maka telah
dihitung simpangan baku penduga ragam aditif dan ragam dominan setiap sifat
tanaman pada masing-masing sampel. Rumus simpangan baku dari penduga
ragam aditif, yaitu

Sedangkan simpangan baku penduga ragam dominan mengikuti rumus, sebagai


berikut:
20

Keterangan:
= Simpangan baku penduga ragam aditif

= Simpangan baku penduga ragam dominan

Untuk mengetahui proporsi ragam genetik pada fenotip setiap sifat


tanaman diduga dengan analisis heritabilitas dalam arti sempit (Sutresna, 2008).

Nilai duga heritabilitas arti sempit ( ) diperoleh dari rumus :

Keterangan :
= nilai duga heritabilitas arti sempit

= nilai duga ragam aditif

= nilai duga ragam fenotip,


σ2 = ragam lingkungan

Menurut Natera et al. (2012) nilai duga heritabilitas digolongkan sebagai berikut:

1. Heritabilitas rendah: h2 0,2

2. Heritabilitas sedang: 0,2 h2 0,5

3. Heritabilitas tinggi: h2 0,5


21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Hubungan Kekerabatan

Suatu populasi tanaman dapat diduga komponen ragam genetiknya dengan


jalan membentuk hubungan kekerabatan paling tidak sebanyak komponen ragam
genetik yang akan diduga. Hubungan kekerabatan untuk menduga komponen ragam
aditif dan dominan, menggunakan rancangan genetik I (Comstock dan Robinson,
1952). Rancangan persilangan tersebut, menghasilkan keturunan dengan struktur
genetik saudara sekandung di antara biji dalam satu tongkol yang ditetapkan secara
acak. Menurut Soemartono et al. (1992), setiap tetua jantan yang dikawinkan dengan
beberapa betina yang berbeda yang telah dikelompokkan akan menghasilkan famili
saudara seayah.
Adapun populasi tanaman jagung yang digunakan pada musim tanam I ini
adalah Populasi Siklus Kedelapan Hasil Seleksi Indeks (P8IS). Pada pembuatan
hubungan kekerabatan ini digunakan 30 tetua jantan yang dibedakan menjadi sampel
yang berbeda, yaitu sampel pertama ada digunakan 10 tetua jantan dan sampel kedua
digunakan 20 tetua jantan. Setiap tetua jantan disilangkan dengan 3 tetua betina yang
berbeda.
Hasil dari pembuatan hubungan kekerabatan adalah dalam setiap jantan
menghasilkan 3 keturunan tanaman jagung yang berbeda, yaitu akan menghasilkan 3
famili jagung yang saudara seayah (saudara tiri). Oleh karena itu dalam 30 tetua
jantan menghasilkan 90 famili jagung yang memiliki hubungan saudara tiri.
Mengingat dua sampel yang diuji, maka famili jagung yang diuji dibagi menjadi 30
famili untuk sampel pertama dan 60 famili untuk sampel kedua.
Semua famili tanaman jagung P8IS hasil pembuatan hubungan kekerabatan
atau hasil persilangan yang diuji dengan syarat memiliki tongkol dengan biji yang
penuh, sedangkan tongkol jagung yang tidak memenuhi syarat tidak dapat diuji pada
penanaman selanjutnya. Tongkol yang dimaksud adalah tongkol yang tidak memiliki
biji yang penuh atau pertumbuhan tongkol yang tidak baik. Menurut Sudika et al.
(2007), penyebab tongkol tidak terisi penuh adalah selain disebabkan pertumbuhan
22

tongkol yang tidak baik dan terserang hama, dapat disebabkan oleh terlambatnya
tongkol tersebut keluar rambut; sementara tepung sari sangat terbatas sehingga
penyerbukan yang terjadi tidak sempurna. Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
menunjukkan, perbandingan antara tongkol hasil persilangan yang diuji dan yang
tidak diikutkan dalampengujian musim II.

Gambar 4.1 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1 pada jagung P8IS
yang diuji

Gambar 4.2 Tongkol hasil pembuatan hubungan kekerabatan dengan NC 1 pada jagung P8IS
yang tidak diuji

4.2 Hasil Pengamatan pada Musim II


Pengujian hasil persilangan dilakukan pada musim II dengan data hasil
pengamatan disajikan pada Lampiran 3 – 11. Contoh perhitungan lengkap salah satu
sifat yang diamati disajikan pada Lampiran 12. Hasil perhitungan ragam aditif dan
ragam dominan untuk sampel I dan II disajikan pada tabel 4.1 dan 4.2.
23

Tabel 4.1. Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( ) Seluruh Sifat
yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan)
No. Sifat Tanaman yang Diamati
1 Tinggi Tanaman -21,151 143,240
2 Diameter Batang 0,006 11,805
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,555 -0,432
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 2672,288 733,366
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman -56,563 539,835
6 Panjang Tongkol 3,481 0,305
7 Diameter Tongkol -0,011 0,045
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 41,136 20,969
9 Bobot 1.000 Butir Biji -20,000 2170,000
Keterangan: = = nilai duga ragam aditif, = nilai duga ragam dominan

Pada tabel 4.1 dilihat bahwa nilai duga ragam genetik masing-masing sifat
berbeda. Nilai duga ragam aditif yang negatif terdapat pada beberapa sifat, yaitu
tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter tongkol dan bobot
1.000 butir biji. Adapun nilai duga ragam dominan yang negatif terdapat hanya pada
sifat jumlah daun per tanaman. Nilai duga ragam yang negatif menandakan bahwa
nilai ragam tersebut bias atau sangat kecil. Pada sebagian sifat tanaman memiliki
nilai ragam aditif yang lebih besar dibandingkan nilai duga ragam dominan, yaitu
jumlah daun per tanaman, bobot berangkasan segar per tanaman, panjang tongkol,
dan bobot biji kering pipil per tanaman.

Tabel 4.2 Nilai Duga Ragam Aditif ( ) dan Ragam Dominan ( ) Seluruh Sifat
yang Diamati pada Sampel II (20 Tetua Jantan)
No. Sifat Tanaman yang Diamati
1 Tinggi Tanaman 10,764 -6,901
2 Diameter Batang 0,007 0,006
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,419 -0,640
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 2571,910 -35,712
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 64,534 250,719
6 Panjang Tongkol 2,569 -0,417
7 Diameter Tongkol -0,011 0,022
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 60,220 -2,217
9 Bobot 1.000 Butir Biji 14,630 -113,809
Keterangan: = = nilai duga ragam aditif, = nilai duga ragam dominan
24

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat ragam aditif yang bernilai negatif
hanya pada satu sifat saja, yaitu diameter tongkol. Begitu pula dengan ragam
dominan yang memiliki nilai ragam negatif terdapat pada sebagian besar sifat, yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, bobot brangkasan segar per tanaman,
panjang tongkol, bobot biji kering pipil per tanaman dan bobot 1.000 butir biji. Nilai
negatif menandakan ragam tersebut memiliki nilai yang sangat kecil dan masih
terdapat bias. Pada sebagian besar sifat tanaman memiliki nilai ragam aditif yang
lebih besar dibandingkan nilai duga ragam dominan, kecuali pada bobot tongkol
kering panen per tanaman dan diameter tongkol.
Ketepatan hasil dugaan dapat diketahui dengan mencari nilai simpangan
baku penduga masing-masing komponen ragam genetik tersebut. Ketepatan dugaan
dapat ditentukan keakuratannya dengan menganalisis selisih perbedaan simpangan
baku pada tiap sampel. Hasil perhitungan simpangan baku penduga ragam aditif
disajikan pada Tabel 4.3 dan untuk ragam dominan disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam Aditif
Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) dan Sampel
II (20 Tetua Jantan)
Selisih
No. Sifat Tanaman
Sampel I Sampel II Perbedaan
1 Tinggi Tanaman 35,320 22,161 1,59
2 Diameter Batang 0,137 0,009 15,22 s
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,415 0,240 1,73
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 1791,280 1092,719 1,64
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 142,561 91,791 1,55
6 Panjang Tongkol 2,409 1,130 2,13 s
7 Diameter Tongkol 0,016 0,007 2,29 s
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 59,143 37,703 1,57
9 Bobot 1.000 Butir Biji 187,145 119,222 1,57
Keterangan: = simpangan baku ragam aditif, sampel I= 10 tetua jantan, sampel II= 20
tetua jantan

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai simpangan baku pada setiap sifat
tanaman berbeda dari masing-masing sampel. Pada semua sifat tanaman, dilihat
bahwa nilai simpangan baku ragam aditif pada sampel II lebih kecil dibandingkan
sampel I. Simpangan baku ragam aditif sampel II yang memiliki nilai 2 kali lebih
25

kecil dibanding simpangan baku sampel I, diperoleh pada diameter batang, panjang
tongkol dan diameter tongkol. Sifat-sifat lain memiliki simpangan baku 1,5 hingga <
2,0 lebih kecil pada sampel II dibanding sampel I.

Tabel 4.4 Selisih Perbedaan Nilai Simpangan Baku Nilai Duga Ragam Dominan
Seluruh Sifat Yang Diamati pada Sampel I (10 Tetua Jantan) dan Sampel
II (20 Tetua Jantan)
Selisih
No. Sifat Tanaman Perbedaan
Sampel I Sampel II
1 Tinggi Tanaman 35,319 46,385 0,76
2 Diameter Batang 0,136 0,015 9,07 s
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,414 0,383 1,08
4 Bobot Brangkasan Segar Per Tanaman 1791,279 1179,763 1,52
5 Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman 297,019 156,521 1,90
6 Panjang Tongkol 2,616 1,257 2,08 s
7 Diameter Tongkol 0,037 0,020 1,85
8 Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman 93,183 53,509 1,74
9 Bobot 1.000 Butir Biji 400,312 284,110 1,41
Keterangan: = simpangan baku ragam dominan, sampel I= 10 tetua jantan, sampel II=
20 tetua jantan

Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai duga ragam dominan,
sebagian besar sifat tanaman pada sampel II memiliki nilai simpangan baku yang
lebih kecil dibandingkan sampel I kecuali pada tinggi tanaman. Selisih perbedaan
simpangan baku; yang memiliki nilai ≥ 2 kali, diperoleh pada sifat diameter batang
dan panjang tongkol. Sifat-sifat lain selain tinggi tanaman, simpangan baku ragam
dominan sampel II lebih kecil 1,08 hingga 1,90 dibanding sampel I.

Tabel 4.5 Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit Seluruh Sifat Tanaman Jagung Yang
Diamati untuk Kedua Sampel
Kategori
Sampel Kategori Sampel
No. Sifat Tanaman h2 Sampel
I Sampel I II
II
1 Tinggi Tanaman 0,000 Rendah 0,130 Rendah
2 Diameter Batang 0,149 Rendah 0,227 Sedang
3 Jumlah Daun Per Tanaman 0,545 Tinggi 0,389 Sedang
4 Bobot Brangkasan Segar 0,724 Tinggi 0,815 Tinggi
5 Bobot Tongkol Kering Panen 0,000 Rendah 0,144 Rendah
6 Panjang Tongkol 0,743 Tinggi 0,762 Tinggi
7 Diameter Tongkol 0,000 Rendah 0,025 Rendah
8 Bobot Biji Kering Pipil 0,290 Sedang 0,492 Sedang
26

9 Bobot 1.000 Butir Biji 0,000 Rendah 0,030 Rendah


Keterangan: h2 = heritabilitas arti sempit, sampel I = 10 tetua jantan, sampel II = 20
tetua jantan
Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa kategori nilai heritabilitas arti sempit
berkisar dari rendah sampai tinggi dengan berpatokan pada angka 0-1. Beberapa
sifat memiliki nilai heritabilitas negatif dan dapat dianggap nol, sehingga kategorinya
tergolong rendah.
Pada sampel I, sifat tanaman yang memiliki nilai duga heritabilitas arti sempit
yang termasuk kedalam kategori rendah terdapat pada tinggi tanaman, diameter
batang, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter tongkol, dan bobot 1.000
butir butir biji. Adapun nilai duga heritabilitas yang sedang terdapat pada bobot biji
kering pipil per tanaman. Nilai duga heritabilitas arti sempit tergolong tinggi terdapat
pada sifat jumlah daun, bobot berangkasan segar per tanaman dan panjang tongkol.
Pada sampel II menunjukkan nilai duga heritabilitas arti sempit yang rendah
dimiliki oleh tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter
tongkol, dan bobot 1.000 butir biji. Adapun sifat tanaman yang memiliki nilai duga
heritabilitas sedang yaitu jumlah daun per tanaman, diameter batang dan bobot biji
kering pipil per tanaman. Sifat bobot berangkasan segar per tanaman dan panjang
tongkol memiliki nilai duga heritabilitas arti sempit tergolong tinggi.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kajian Ketepatan Hasil Dugaan Komponen Ragam Genetik

Keragaman sifat dalam suatu populasi tanaman disebabkan oleh keragaman


genetik dan keragaman lingkungan serta interaksi keduanya; yang besarnya diukur
dan dinyatakan sebagai ragam atau varian (Lobus, 2016). Keragaman genetik yang
didapatkan sangat menentukan perbaikan genetik suatu populasi tanaman dapat
digunakan sebagai dasar pemilihan metode pemuliaan. Keragaman genetik adalah
ukuran tentang besarnya perbedaan komponen genetik pada tanaman, dimana
semakin besar keragaman genetik dari keragaman total dibandingkan keragaman
lingkungan, maka akan semakin mudah dilakukan seleksi (Adriani et al., 2015).
Menurut Falconer (1981), ragam yang timbul dalam populasi hasil
persilangan tanaman disebabkan oleh tiga faktor, yaitu efek genetik aditif, efek non
27

aditif yang disebabkan oleh dominansi dan interaksi non alelik, serta efek interaksi
keduanya. Hal ini dikenal dengan ragam ragam aditif, ragam dominan, dan ragam
epistatik atau interaksi keduanya dengan lingkungan (Lindsey et al., 1962). Semua
ragam itulah yang berpengaruh terhadap penampakan fenotip tanaman, sehingga
diperlukan pendugaan ragam genetik beberapa sifat yang diamati guna melihat
seberapa besar pengaruh masing-masing ragam dalam menentukan kenampakan
fenotip. Terjadinya keragaman genetik tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan
genotip antar individu tanaman dalam populasi (Dahlan, 1988).
Nilai pendugaan komponen ragam genetik pada berbagai jumlah entress yang
diuji, sangat penting diketahui untuk menentukan penduga ragam mana yang
memiliki nilai dugaan paling tepat. Oleh karena itu, ketepatan dugaan komponen
ragam genetik tergantung dari jumlah sampel (jumlah tetua) yang diuji.
Tabel 4.3 menunjukkan semua sifat tanaman pada sampel II memiliki nilai
simpangan baku ragam aditif yang lebih kecil dibandingkan sampel I. Diameter
batang 15,22 kali lebih kecil; panjang tongkol 2,13 kali; dan diameter tongkol 2,29
kali lebih kecil pada sampel II dibanding simpangan baku sampel I. Demikian pula
untuk ragam dominan, simpangan baku sampel II lebih kecil dibanding sampel I;
kecuali tinggi tanaman. Simpangan baku diameter batang 9,07 kali lebih kecil dan
panjang tongkol 2,08 kali lebih kecil pada sampel II dibanding sampel I (Tabel 4.4).
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai pendugaan ragam aditif dan ragam dominan
sampel II lebih akurat atau mendekati nilai ragam sebenarnya dibandingkan sampel I
pada sifat-sifat di atas. Hal ini didukung oleh pernyataan Riduwan (2003), bahwa
nilai simpangan baku semakin kecil menunjukkan sampel data cenderung dekat
dengan nilai reratanya, begitu juga sebaliknya. Selain itu simpangan baku dapat
mengukur tingkat keakuratan pada penduga parameter dan semakin banyak sampel
yang digunakan, maka nilai simpangan bakunya semakin kecil (Sugiyono, 2010).
Ragam aditif maupun dominan sifat tanaman pada sampel II memiliki sebaran data
yang lebih mendekati nilai reratanya dibandingkan sampel I dikarenakan jumlah
tetua jantan yang digunakan pada sampel II lebih banyak dibandingkan sampel I.
Didukung dengan pernyataan Churchill (2005) yang menyatakan, bahwa besarnya
28

ukuran sampel atau jumlah sampel yang digunakan akan sangat berpengaruh
terhadap hasil kesimpulan generalisasi terhadap populasinya.
Selain itu, ketepatan hasil dugaan dapat pula dilihat dari ada tidaknya nilai
duga ragam aditif yang negatif. Nilai duga ragam aditif digunakan sebagai patokan
karena rancangan NC I lebih tepat digunakan untuk menduga ragam aditif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soemartono et al. (1992), bahwa ragam aditif diperoleh
langsung dari ragam tetua jantan, sehingga nilai duganya lebih tepat dibanding ragam
dominan.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai duga ragam aditif negatif diperoleh pada
sifat tinggi tanaman, (-21,151), bobot tongkol kering panen per tanaman (-56,563),
diameter tongkol (-0,011) dan bobot 1000 butir biji (-20,000) untuk sampel I. Pada
sampel II, hanya sifat diameter tongkol yang bernilai negatif; berarti nilai duga yang
bernilai negatif ragam aditif lebih sedikit pada sampel II dibanding sampel I. Hal ini
mengindikasikan, bahwa dugaan ragam aditif lebih akurat (lebih tepat) pada sampel
II dibanding sampel I. Adanya nilai negatif yang diperoleh pada sampel I dan sampel
II mengindikasikan, bahwa kedua sampel tersebut belum cukup untuk menduga
komponen ragam genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Searle (1971), bahwa pada
tanaman jagung, terdapat nilai ragam negatif disebabkan karena jumlah sampel yang
tidak memadai.
Pada sampel I juga terdapat nilai duga yang negatif pada ragam dominan
diperoleh pada sifat jumlah daun per tanaman. Sedangkan nilai duga ragam dominan
pada sampel II yang negatif terdapat pada sebagian besar sifat, kecuali diameter
batang, bobot tongkol kering panen per tanaman dan diameter tongkol. Adanya nilai
negatif pada ragam dominan terjadi karena kurang acaknya pengambilan tetua jantan
dan tetua betina untuk setiap tetua jantan. Hal yang sama diperoleh oleh Hadini et al.
(2015) pada penelitiannya, bahwa nilai duga ragam dominan negatif terdapat pada
sifat tinggi tanaman jagung. Selain itu Lindsey et al. (1962) menemukan bahwa
pendugaan dari ragam dominan lebih sering negatif dalam rancangan tersarang,
dimana perkiraan kuadrat rata-rata jantan meningkat tetapi perkiraan rata-rata
kuadrat betina dalam jantan menurun; sehingga ragam aditif ditaksir terlalu tinggi
dan ragam nonaditif (dominan dan epistasis) akan diremehkan. Sudika et al. (2007)
29

menyatakan, bahwa nilai duga ragam yang negatif menunjukkan bahwa pendugaan
ragam tersebut masih bias. Biasnya hasil dugaan kemungkinan dapat disebabkan oleh
perbandingan jantan dan betina yang kurang tepat, jumlah hasil persilangan yang
diuji sedikit, dan kurang acaknya penentuan tetua jantan dan tetua betina.

4.3.2 Kajian Perbandingan Nilai Duga Ragam Aditif dan Ragam Dominan
pada Populasi P8IS

Mengingat lebih tepatnya pendugaan dengan menggunakan sampel II, maka


kajian perbandingan besar ragam aditif dan ragam dominan diarahkan sesuai dengan
hasil analisis pada sampel II. Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa semua sifat tanaman
memiliki nilai duga ragam aditif lebih tinggi dibandingkan ragam dominan kecuali
pada bobot tongkol kering panen per tanaman dan diameter tongkol. Nilai duga
ragam aditif yang lebih tinggi menandakan bahwa ragam aditif tersebut memiliki
pengaruh yang lebih besar dibandingkan ragam dominan dalam membentuk atau
menampilkan suatu fenotip tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut
dapat ditingkatkan dengan seleksi. Varietas yang dibentuk melalui seleksi adalah
varietas bersari bebas, baik berupa komposit maupun sintetik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Basuki (2005), bahwa hasil pendugaan yang menunjukkan nilai ragam
aditif tinggi maka perbaikan populasi dapat dilakukan dengan seleksi, yakni seleksi
massa. Nilai ragam aditif yang tinggi juga menunjukkan bahwa kenampakan
tanaman sebagian besar diturunkan dari tetuanya. Ragam aditif dapat menerangkan
perbedaan antara alel yang homozigot pada beberapa lokus tunggal. Komponen ini
merupakan penyebab utama kemiripan antar kerabat (Allard, 1992).
Nilai ragam dominan pada diameter tongkol adalah 0,022 yang lebih tinggi
dibandingkan nilai ragam aditif sebesar -0,011; yang dianggap nol. Demikian pula
pada bobot tongkol kering panen per tanaman, yaitu 64,534 untuk ragam aditif dan
250,719 untuk ragam dominan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sifat tersebut
dapat diarahkan untuk pembentukan varietas hibrida (Basuki, 2005). Selanjutnya
Ritonga (2017), menyatakan bahwa ragam dominan lebih tinggi menggambarkan
sifat tersebut tersusun oleh genotip dengan lokus-lokus yang heterozigot sehingga
masih terdapat segregasi dalam turunannya, sehingga dalam perbaikannya lebih baik
diarahkan untuk pembentukan hibrida.
30

4.3.3 Kajian Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit

Semakin besar proporsi keragaman genetik dari keragaman total atau


heritabilitas, maka makin mudah dilakukannya seleksi, begitupun sebaliknya.
Pendugaan heritabilitas sangat penting dilakukan karena heritabilitas menunjukkan
proporsi keragaman fenotip yang disebabkan oleh pengaruh genetik atau nisbah
keragaman genetik terhadap total keragaman yang dinyatakan secara kuantitatif
(Ujianto et al., 2020). Heritabilitas dibedakan menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam
arti luas dan heritabilitas dalam arti sempit. Mengingat sampel II lebih tepat dalam
menduga komponen ragam genetik, maka kajian heritabilitas arti sempit diarahkan
pada sampel II.
Tabel 4.5 menunjukkan nilai duga heritabilitas arti sempit tergolong tinggi
pada sampel II diperoleh pada bobot berangkasan segar per tanaman sebesar 0,824
dan panjang tongkol sebesar 0,846. Sifat yang memiliki heritabilitas arti sempit
tinggi menunjukkan, bahwa keragaan sifat tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh
faktor genetik aditif dibandingkan ragam dominan dan ragam lingkungan. Hal sama
untuk bobot brangkasan segar diperoleh oleh Ramdhani (2020), bahwa nilai duga
heritabilitas arti sempit bobot brangkasan segar per tanaman populasi siklus
kedelapan hasil seleksi indeks memiliki nilai duga ragam aditif yang lebih besar
dibandingkan ragam dominan dan lingkungannya; berarti heritabilitas arti sempit
tergolong tinggi. Apabila dilakukan seleksi terhadap sifat tersebut, akan memberikan
kemajuan seleksi lebih besar.
Nilai heritabilitas arti sempit yang tinggi tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam seleksi tanaman. Hal ini sesuai dengan Maryenti et al. (2014) dalam
Syahputri et al. (2018) yang menyatakan efektif tidaknya seleksi tentunya tidak
terlepas dari beberapa parameter genetik tanaman, dimana mudah atau tidaknya
pewarisan suatu karakter dapat diketahui dari besaran nilai heritabilitasnya. Menurut
Basuki (2005), nilai ragam aditif akan lebih bermakna apabila proporsinya terhadap
keragaman genetik total relatif besar; yang berarti sifat tersebut memiliki nilai
heritabilitas arti sempit yang tinggi. Sifat demikian akan lebih mudah diperbaiki
karena dapat diharapkan menghasilkan kemajuan genetik yang besar terutama
31

apabila dilakukan seleksi. Hal ini disebabkan karena hanya ragam aditif yang
diturunkan ke generasi lanjut (Adriani et al., 2015).
Tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per tanaman, diameter tongkol
dan bobot 1.000 butir biji, heritabilitas arti sempitnya tergolong rendah. Sifat
tanaman yang heritabilitas arti sempit tergolong rendah mencerminkan bahwa
penampakan sifat tersebut sedikit dipengaruhi oleh faktor genetik aditif karena
sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan ragam dominan sehingga
akan lebih sulit dilakukan seleksi dalam perbaikannya. Nilai duga heritabilitasnya
yang tergolong rendah tidak efektif jika dilakukan seleksi (Ramdhani, 2020).
Sehingga untuk sifat-sifat di atas lebih diarahkan pada pembetukan varietas hibrida.
Sifat tanaman yang memiliki nilai duga heritabilitas arti sempit sedang,
diperoleh pada jumlah daun per tanaman, diameter batang dan bobot biji kering pipil
per tanaman. Nilai heritabilitas yang demikian, mencerminkan pengaruh genetik
aditif maupun non aditif termasuk faktor lingkungan sama-sama mempengaruhi
kenampakan sifat tanaman jagung tersebut. Syahputri et al. (2018) menyatakan
bahwa heritabilitas yang sedang dapat menunjukkan bahwa populasi tersebut
memiliki keanekaragaman yang tidak terlalu tinggi namun tetap memiliki
keanekaragaman yang digunakan sebagai sumber genetik.
32

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan telah dilakukan maka dapat


ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Sampel dengan jumlah 20 tetua jantan lebih tepat untuk pendugaan ragam aditif
dan ragam dominan dibanding 10 tetua jantan pada sifat diameter batang dan
panjang tongkol pada populasi jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi
indeks.
2. Nilai duga ragam aditif lebih tinggi dibandingkan ragam dominan terdapat pada
semua sifat yang diamati, kecuali bobot tongkol kering panen per tanaman dan
diameter tongkol pada populasi jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi
indeks.
3. Nilai duga heritabilitas arti sempit tergolong tinggi diperoleh pada bobot
brangkasan segar per tanaman dan panjang tongkol; tergolong sedang terdapat
pada jumlah daun per tanaman, diameter batang dan bobot biji kering pipil per
tanaman (hasil); sedangkan tinggi tanaman, bobot tongkol kering panen per
tanaman, diameter tongkol dan bobot 1.000 butir biji tergolong rendah pada
populasi jagung hasil seleksi massa dengan teknik seleksi indeks.

5.1 Saran

Dalam pendugaan komponen ragam genetik menggunakan rancangan NC 1,


sebaiknya diperbanyak jumlah tetua jantan yang akan diuji guna memperkecil galat
atau bias, sehingga ketepatan dugaan akan lebih mendekati nilai komponen ragam
genetik yang sebenarnya pada sifat kuantitatif tanaman jagung.
33

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1992. Pemuliaan Tanaman. (Terjemahan dari Principles of Plant


Breeding). Jilid I. Cetakan Kedua. Rinneka Cipta. Jakarta.
Adriani A, M. Azrai, W. B. Suwarno,, S. H. Sutjahjo. 2015. Pendugaan Keragaman
Genetik Dan Heritabilitas Jagung Hibrida Silang Puncak Pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Jl. Dr. Ratulangi
No. 274. Maros.
Badan Pusat Statistik. 2017. Data Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Pusat Data Statistik Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Pusat Data Statistik Pertanian. Jakarta.
Basuki. 1995. Pendugaan Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Basuki. 2005. Genetika Kuantitatif. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Beker, W.T. 1992. Manual of Quantitative Genetiks. Fisrt Edition. Academic
Enterprices. USA.
Churchill, G.A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. (Terjemahan oleh Andriani
dkk). Edisi IV. Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Comstock, R.E. and H.F. Robinson. 1952. Estimation of Average Dominance of
Genes. In. J.W. Gowen (ed.) Heterosis. Iowa State College Press. Ames,
Iowa.
Dahlan, M. 1988. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Bersari Bebas. Dalam
Subandi, Mahyuddin Syam dan Adiwisono (ed). Jagung Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Direktorat Jendral Industri Agro. Kementrian Perindustrian RI. 2018. Kebutuhan
Jagung di Indonesia. http://www.kemenperin.go.id. [28 September 2019].
Falconer, D.S. 1981. Introduction to Quantitative Genetiks. Longman, London and
New York.
Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Depelovment. Mac. Milan Publishing
Company. New York.
Hadini H., Nasrullah, Taryono, Panjisakti B. 2015. Estimation of Genetic Variance
of an Equilibrium Population of Corn. Agrivita. 37: 45-50.
Hallauer A.R. dan J.B. Miranda. 1982. Quantitative Genetiks in Maize Breeding.
Iowa State Univ. Press. Ames.
34

Hill J., becker H.C., Tigersted P.M.A. 1998. Quantitative And Ecological Aspect Of
Plant Breeding. Champan And Hall, London.
Helmiyanti W., Idris, Uyek M.Y. 2012. Kemajuan Seleksi Indeks Terhadap Hasil
Dan Berangkasan Segar Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Lahan
Kering Kabupaten Lombok Utara. Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Kuswanto. 2012. Statistik Untuk Pemula & Orang Awam. Laskar Aksara. Jakarta.
Lindsey, M.F., J.H. Longquist, C.O. Gardner. 1962. Estimate of Genetik Variance in
Open Pollination of Cornbelt Corn. Crop sci.6: 330-332.
Lobus, Irma Junian. 2016. Pendugaan Ragam Genetik Populasi F1 Hasil
Persilangan PHRKL Vs Pionner 21. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Mataram.
Mangoendidjojo W. 2013. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta.
Maryenti T., Bermwai M., Prasetyo J. 2014. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik
Karakter Ketahanan Kedelai Generasi F2 Persilangan Tenggamus x B3570
Terhadap Soybean Mosaic Virus (SMV). Jurnal Kelitbangan. 02: 137-153.
Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Natera J.R.M., A. Rondon, J. Hernandes, J.F.M. Pinto. 2012. Genetik Studies in
Upland Cotton III Genetik Parameters, Correlation and Path Analysis.
Journal of Breeding and Genetiks 44: 112-128.
Petersen, R.G. 1994. Agricultural Field Experiment. Marcel Dekker, Inc. New York.
Phoelman J.M., Slepper D.A. 1995. Breeding Field Crops. New Delhi (IN). The
Avi Publishing Company Inc.
Ramdhani. C. 2020. Perubahan Komponen Ragam Genetik Pada Daya Hasil Dan
Bobot Berangkasan Segar Tanaman Jagung Akibat Delapan Siklus Seleksi
Massa Dengan Teknik Seleksi Indeks. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Mataram.
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta. Jakarta.
Ritonga, A.W. 2017. Parameter Genetik (Ragam, Heritabilitas dan Korelasi).
Universitas Trologi Press. Jakarta.
Searle, S.R. 1971. Topics in Variance Component Estimation. Biometric. 27: 1-74.
Setyono. 2016. Contoh Penggunaan Indeks Sederhana pada Seleksi Jagung (Zea
mays L.). Agronida. 2: 97-97.
Soemartono, Nasrullah, H. Hartiko, 1992. Genetika Kuantitatif Dan Bioteknologi
Tanaman. Pau Bioteknologi UGM. Yogyakarta.
35

Sudika I.W., B.E Listiana, Sumarjan. 2007. Perubahan Varian Genetik Akibat
Seleksi pada Tanaman Jagung Hasil Kultivar Lokal vs Arjuna dan Kajiannya
Melalui Seleksi Berulang Sederhana. Laporan Hasil Penelitian
Fudamental.Bappenas.http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?
file=digital/25590-[_Konten_]-Ir.%20I%20Wayan%20Sudika.pdf. [1
September 2020].
Sudika, I.W., Idris, Soemeinaboedhy. 2014. Pengembangan Varietas Unggul
Jagung Untuk Lahan Kering Dengan Umur Genjah (< 80 Hari), Hasil
Tinggi (> 6.00 T/Ha) Dan Berat Brangkasan Segar Tinggi (> 300
G/Tanaman). (Laporan Hasil Penelitian Insinas Ristek Tahun Ii).
Universitas Mataram. Mataram.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sutresna, I.W. 2008. Kajian Peran Gen pada Populasi Jagung (Zea mays L.). Crop
Agro. 1: 18-23.
Sutresna, I.W. 2013. Buah Pikiran Sang Professor. Pertanian Berkelanjutan Dalam
Kondisi Perubahan Iklim Menuju Ketahanan Pangan. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Mataram.
Sutoro. 2005. Pendugaan Parameter Genetik Jagung Dan Pemilihan Lingkungan
Seleksi untuk Pemupukan Rendah. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Syahputri, W.W., H. Setiodo, K. Lubis. 2018. Studi Karakteristik Jagung Introduksi
Dan Beberapa Varietas Jagung Lokal. Jurnal Agroekoteknologi FP-USU. 6:
209-214.
Syukur, M. 2005. Pendugaan Parameter Genetik pada Tanaman. Makalah Individu
Pengantar Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Syukur M., S. Sujiprihati., R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ujianto, L., I.W. Sudika, I.G.P. Muliartha, A.A.K. Sudharmawan. 2020. Bahan Ajar
Teknik Analisis Rancangan Persilangan. Mataram University Press.
Mataram.
Umaharan P., Ariyanayagam, R.P., Haque, S.Q. 1997. Genetika analysis of yield and
his component in vegetable cowpea (vignauguiculata L. Walp). Eupgytica.
Warwick, E.J., J. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
35

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penanaman Musim I (bahan persilangan dengan NC I)

20 cm parit
70 cm

X1 (1)

X1 (2)

parit
P8IS
parit

X200 (5)
X200 (1)

X200 (2)

X200 (3)

X200 (4)
X1 (3)

X1 (4)

X1 (5)

B200
B1

parit
36

Keterangan :
1. Ditanam populasi jagung P8IS sebanyak kurang lebih 1.000 tanaman dalam
satu petak sawah dengan jarak 20 x 70 cm, dimana ditanam 5 baris tanaman
pada jarak 70 cm dan 200 tanaman pada jarak 20 cm.
2. X1(1) - X1(5); merupakan baris pertama hingga baris kelima untuk tanaman
pertama.
3. X200(1) - X200(5); merupakan tanaman nomor 200 baris ke-1 hingga tanaman
ke-200 baris ke-5.
4. Rancangan persilangan yang digunakan adalah North Carolina I (NC I).
5. Sebanyak 35 jantan P8IS yang disilangkan dengan 3 tetua betina dalam tiap
jantan.
37

Lampiran 2. Denah Penanaman Musim II (Pengujian Hasil Persilangan)

BLOK I BLOK II
40 cm 40 cm
4m 40 cm 4m

IS 8.1 IS 13.3 IS 2.2 IS 30.1 IS 18.2 IS 11.1 IS 5.3 IS 12.1 IS 30.1 IS 28.1
IS 8.3 IS 13.2 IS 2.1 IS 30.2 IS 18.1 IS 11.2 IS 5.2 IS 12.2 IS 30.2 IS 28.3
IS 8.2 IS 13.1 IS 2.3 IS 30.3 IS 18.3 IS 11.3 IS 5.1 IS 12.3 IS 30.3 IS 28.2
IS 11.1 IS 26.2 IS 15.2 IS 21.1 IS 6.1 IS 20.2 IS 13.3 IS 14.2 IS 21.1 IS 29.1
IS 11.2 IS 26.1 IS 15.1 IS 21.3 IS 6.2 IS 20.3 IS 13.2 IS 14.1 IS 21.3 IS 29.2
IS 11.3 IS 26.3 IS 15.3 IS 21.2 IS 6.3 IS 20.1 IS 13.1 IS 14.3 IS 21.2 IS 29.3

10,8 m
IS 20.2 IS 22.3 IS 24.1 IS 3.2 IS 7.3 IS 1.1 IS 26.2 IS 30.1 IS 3.2 IS 18.2
IS 20.3 IS 22.1 IS 24.2 IS 3.3 IS 7.2 IS 1.2 IS 26.1 IS 30.2 IS 3.3 IS 18.1
10,8 m

IS 20.1 IS 22.2 IS 24.3 IS 3.1 IS 7.1 IS 1.3 IS 26.3 IS 30.3 IS 3.1 IS 18.3
IS 1.1 IS 18.1 IS 16.2 IS 12.1 IS 19.2 IS 23.2 IS 18.1 IS 21.1 IS 12.1 IS 19.2
IS 1.2 IS 18.2 IS 16.3 IS 12.2 IS 19.3 IS 23.3 IS 18.2 IS 21.3 IS 12.2 IS 19.3
IS 1.3 IS 18.3 IS 16.1 IS 12.3 IS 19.1 IS 23.2 IS 18.3 IS 21.2 IS 12.3 IS 19.1
IS 23.2 IS 10.2 IS 25.1 IS 14.2 IS 28.1 IS 27.2 IS 10.2 IS 3.2 IS 14.2 IS 6.1
IS 23.3 IS 10.1 IS 25.2 IS 14.1 IS 28.3 IS 27.1 IS 10.1 IS 3.3 IS 14.1 IS 6.2
IS 23.2 IS 10.3 IS 25.3 IS 14.3 IS 28.2 IS 27.3 IS 10.3 IS 3.1 IS 14.3 IS 6.3
IS 27.2 IS 5.3 IS 9.2 IS 4.2 IS 29.1 IS 8.1 IS 13.3 IS 4.2 IS 4.2 IS 7.3
IS 27.1 IS 5.2 IS 9.3 IS 4.3 IS 29.2 IS 8.3 IS 13.2 IS 4.3 IS 4.3 IS 7.2
IS 27.3 IS 5.1 IS 9.1 IS 4.1 IS 29.3 IS 8.2 IS 13.1 IS 4.1 IS 4.1 IS 7.1
38

Keterangan:
1. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan jarak tanam 60 x 20 cm.
2. Terdiri dari 2 blok, terdapat satu blok yang terdiri dari 5 set yang diacak
posisinya
3. Satu set terdiri dari 6 entrees.
4. Satu entress terdiri dari 3 perlakuan yang diacak posisinya.
5. Perlakuan jagung P8IS diberi kode (E.IS1 – E.IS30)
39

Lampiran 3a. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 10


Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 220.75 208 428.75 214.38
2 1.2 213.5 227.5 441.00 220.50
3 1.3 231 222.75 453.75 226.88
4 2.1 196.25 182.25 378.50 189.25
5 2.2 212 218.25 430.25 215.13
6 2.3 202 204.75 406.75 203.38
7 3.1 209.5 211 420.50 210.25
8 3.2 204.25 205 409.25 204.63
9 3.3 195.5 221.5 417.00 208.50
10 4.1 210.25 214.5 424.75 212.38
11 4.2 210.75 198.5 409.25 204.63
12 4.3 218.72 213.25 431.97 215.99
13 5.1 206.25 206.5 412.75 206.38
14 5.2 212.5 219.25 431.75 215.88
15 5.3 200.25 210 410.25 205.13
16 6.1 201.5 204.25 405.75 202.88
17 6.2 191.75 214.25 406.00 203.00
18 6.3 217.75 221.5 439.25 219.63
19 7.1 201.5 208.75 410.25 205.13
20 7.2 208.75 212.5 421.25 210.63
21 7.3 220 228.75 448.75 224.38
22 8.1 212 193.5 405.50 202.75
23 8.2 211 202 413.00 206.50
24 8.3 208.25 197.75 406.00 203.00
25 9.1 200.5 204.25 404.75 202.38
26 9.2 210.25 202.75 413.00 206.50
27 9.3 202.5 206.75 409.25 204.63
28 10.1 195.5 198.25 393.75 196.88
29 10.2 203.75 201.75 405.50 202.75
30 10.3 216.5 208.75 425.25 212.63
40

Lampiran 3b. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 1213.259 303.315
Blok dalam Set 5 517.050 103.410
Pejantan dlm Set 5 387.975 77.595
Betina dlm Jantan dlm Set 20 2186.429 109.321
Galat 25 1008.629 40.345
Total 59 5313.343

Lampiran 3c. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Hasil Pengamatan 20


Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 220.75 208 428.75 214.38
2 1.2 213.5 227.5 441.00 220.50
3 1.3 231 222.75 453.75 226.88
4 2.1 196.25 182.25 378.50 189.25
5 2.2 212 218.25 430.25 215.13
6 2.3 202 204.75 406.75 203.38
7 3.1 209.5 211 420.50 210.25
8 3.2 204.25 205 409.25 204.63
9 3.3 195.5 221.5 417.00 208.50
10 4.1 210.25 214.5 424.75 212.38
11 4.2 210.75 198.5 409.25 204.63
12 4.3 218.72 213.25 431.97 215.99
13 5.1 206.25 206.5 412.75 206.38
14 5.2 212.5 219.25 431.75 215.88
15 5.3 200.25 210 410.25 205.13
16 6.1 201.5 204.25 405.75 202.88
17 6.2 191.75 214.25 406.00 203.00
18 6.3 217.75 221.5 439.25 219.63
19 7.1 201.5 208.75 410.25 205.13
20 7.2 208.75 212.5 421.25 210.63
21 7.3 220 228.75 448.75 224.38
22 8.1 212 193.5 405.50 202.75
23 8.2 211 202 413.00 206.50
41

Lanjutan
24 8.3 208.25 197.75 406.00 203.00
25 9.1 200.5 204.25 404.75 202.38
26 9.2 210.25 202.75 413.00 206.50
27 9.3 202.5 206.75 409.25 204.63
28 10.1 195.5 198.25 393.75 196.88
29 10.2 203.75 201.75 405.50 202.75
30 10.3 216.5 208.75 425.25 212.63
31 11.1 193.50 195.75 389.25 194.63
32 11.2 196.50 194.00 390.50 195.25
33 11.3 193.00 197.25 390.25 195.13
34 12.1 198.25 205.25 403.50 201.75
35 12.2 224.00 203.50 427.50 213.75
36 12.3 204.50 226.50 431.00 215.50
37 13.1 202.50 207.75 410.25 205.13
38 13.2 212.50 208.25 420.75 210.38
39 13.3 188.25 210.00 398.25 199.13
40 14.1 213.25 195.50 408.75 204.38
41 14.2 212.25 208.00 420.25 210.13
42 14.3 209.00 202.75 411.75 205.88
43 15.1 195.25 211.00 406.25 203.13
44 15.2 200.25 206.50 406.75 203.38
45 15.3 204.00 215.00 419.00 209.50
46 16.1 198.50 218.75 417.25 208.63
47 16.2 217.75 214.75 432.50 216.25
48 16.3 201.50 220.00 421.50 210.75
49 17.1 193.00 215.00 408.00 204.00
50 17.2 201.75 204.75 406.50 203.25
51 17.3 192.25 212.50 404.75 202.38
52 18.1 196.75 216.25 413.00 206.50
53 18.2 207.50 184.50 392.00 196.00
54 18.3 198.75 216.00 414.75 207.38
55 19.1 196.00 223.75 419.75 209.88
56 19.2 204.00 199.50 403.50 201.75
57 19.3 212.50 200.25 412.75 206.38
58 20.1 204.25 199.50 403.75 201.88
59 20.2 200.25 206.75 407.00 203.50
60 20.3 212.50 197.50 410.00 205.00
Lampiran 3d. Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
42

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 1754.974 438.743
Blok dalam Set 5 525.955 105.191
Pejantan dlm Set 15 1291.391 86.093
Betina dlm Jantan dlm Set 40 2797.867 69.947
Galat 55 3962.849 72.052
Total 119 10333.036
43

Lampiran 4a. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 10


Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 11.1 1.76 1.75 3.51 1.75
2 11.2 1.69 1.68 3.37 1.69
3 11.3 1.88 1.70 3.58 1.79
4 12.1 1.47 1.3 2.77 1.38
5 12.2 1.80 1.64 3.43 1.72
6 12.3 1.69 1.6 3.29 1.65
7 13.1 1.55 1.52 3.07 1.54
8 13.2 1.57 1.54 3.11 1.55
9 13.3 1.15 1.78 2.93 1.46
10 14.1 1.5 1.58 3.08 1.54
11 14.2 1.56 1.51 3.06 1.53
12 14.3 1.94 1.68 3.62 1.81
13 15.1 1.32 1.61 2.93 1.47
14 15.2 1.60 1.9 3.50 1.75
15 15.3 1.51 1.67 3.19 1.59
16 16.1 1.30 1.12 2.42 1.21
17 16.2 1.48 1.54 3.02 1.51
18 16.3 1.61 1.41 3.02 1.51
19 17.1 1.39 1.65 3.04 1.52
20 17.2 1.58 1.475 3.05 1.53
21 17.3 1.85 1.775 3.63 1.81
22 18.1 1.65 1.35 3.00 1.50
23 18.2 1.69 1.305 2.99 1.50
24 18.3 1.66 1.41 3.07 1.53
25 19.1 1.67 1.36 3.03 1.52
26 19.2 1.46 1.52 2.97 1.49
27 19.3 1.56 1.35 2.91 1.45
28 20.1 1.51 1.28 2.79 1.39
29 20.2 1.55 1.46 3.01 1.50
30 20.3 1.73 1.38 3.10 1.55
44

Lampiran 4b. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan


Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 0.301 0.075
Blok dalam Set 5 0.185 0.037
Pejantan dlm Set 5 0.192 0.038
Betina dlm Jantan dlm Set 20 0.590 0.029
Galat 25 -146.844 -5.874
Total 59 -145.577

Lampiran 4c. Data Rata-Rata Diameter Batang (cm) Hasil Pengamatan 20


Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 1.76 1.75 3.51 1.75
2 1.2 1.69 1.68 3.37 1.69
3 1.3 1.88 1.70 3.58 1.79
4 2.1 1.47 1.3 2.77 1.38
5 2.2 1.80 1.64 3.43 1.72
6 2.3 1.69 1.6 3.29 1.65
7 3.1 1.55 1.52 3.07 1.54
8 3.2 1.57 1.54 3.11 1.55
9 3.3 1.15 1.78 2.93 1.46
10 4.1 1.5 1.58 3.08 1.54
11 4.2 1.56 1.51 3.06 1.53
12 4.3 1.94 1.68 3.62 1.81
13 5.1 1.32 1.61 2.93 1.47
14 5.2 1.60 1.9 3.50 1.75
15 5.3 1.51 1.67 3.19 1.59
16 6.1 1.30 1.12 2.42 1.21
17 6.2 1.48 1.54 3.02 1.51
18 6.3 1.61 1.41 3.02 1.51
19 7.1 1.39 1.65 3.04 1.52
20 7.2 1.58 1.475 3.05 1.53
21 7.3 1.85 1.775 3.63 1.81
22 8.1 1.65 1.35 3.00 1.50
23 8.2 1.69 1.305 2.99 1.50
24 8.3 1.66 1.41 3.07 1.53
Lanjutan
45

25 9.1 1.67 1.36 3.03 1.52


26 9.2 1.46 1.52 2.97 1.49
27 9.3 1.56 1.35 2.91 1.45
28 10.1 1.51 1.28 2.79 1.39
29 10.2 1.55 1.46 3.01 1.50
30 10.3 1.73 1.38 3.10 1.55
31 11.1 1.45 1.40 2.85 1.42
32 11.2 1.37 1.37 2.73 1.37
33 11.3 1.33 1.33 2.65 1.33
34 12.1 1.68 1.68 3.35 1.68
35 12.2 1.50 1.39 2.89 1.44
36 12.3 1.78 1.74 3.51 1.76
37 13.1 1.28 1.56 2.84 1.42
38 13.2 1.70 1.58 3.28 1.64
39 13.3 1.54 1.40 2.94 1.47
40 14.1 1.73 1.35 3.08 1.54
41 14.2 1.74 1.31 3.05 1.52
42 14.3 1.74 1.61 3.35 1.68
43 15.1 1.29 1.60 2.90 1.45
44 15.2 1.36 1.63 2.99 1.49
45 15.3 1.50 1.68 3.18 1.59
46 16.1 1.56 1.43 2.99 1.49
47 16.2 1.75 1.69 3.44 1.72
48 16.3 1.54 1.53 3.07 1.53
49 17.1 1.68 1.55 3.24 1.62
50 17.2 1.77 1.53 3.30 1.65
51 17.3 1.53 1.47 3.00 1.50
52 18.1 1.53 1.55 3.07 1.54
53 18.2 1.75 1.31 3.06 1.53
54 18.3 1.63 1.59 3.22 1.61
55 19.1 1.39 1.60 2.98 1.49
56 19.2 1.50 1.70 3.20 1.60
57 19.3 1.49 1.58 3.07 1.53
58 20.1 1.62 1.65 3.27 1.64
59 20.2 1.54 1.49 3.03 1.52
60 20.3 1.58 1.55 3.13 1.57
Lampiran 4d. Anova Diameter Batang Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
46

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 0.260 0.065
Blok dalam Set 5 0.176 0.035
Pejantan dlm Set 15 0.522 0.035
Betina dlm Jantan dlm Set 40 0.935 0.023
Galat 55 1.043 0.019
Total 119 2.937
47

Lampiran 5a. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 11.1 12.75 12.25 25.00 12.50
2 11.2 11.25 13.75 25.00 12.50
3 11.3 12.75 12.75 25.50 12.75
4 12.1 10 11 21.00 10.50
5 12.2 11 12 23.00 11.50
6 12.3 10.25 13 23.25 11.63
7 13.1 11.75 11.5 23.25 11.63
8 13.2 10.75 11 21.75 10.88
9 13.3 10 11.75 21.75 10.88
10 14.1 9.75 11.75 21.50 10.75
11 14.2 11 11.25 22.25 11.13
12 14.3 11.75 11 22.75 11.38
13 15.1 11 10.75 21.75 10.88
14 15.2 11.75 11 22.75 11.38
15 15.3 10.75 10.25 21.00 10.50
16 16.1 10.25 10.5 20.75 10.38
17 16.2 10.75 12 22.75 11.38
18 16.3 11.5 11.25 22.75 11.38
19 17.1 10.5 10.75 21.25 10.63
20 17.2 11 11.5 22.50 11.25
21 17.3 11.75 11.75 23.50 11.75
22 18.1 11 11.25 22.25 11.13
23 18.2 11.25 11 22.25 11.13
24 18.3 11.25 11 22.25 11.13
25 19.1 10.75 11.5 22.25 11.13
26 19.2 11.5 10.5 22.00 11.00
27 19.3 11.25 11.5 22.75 11.38
28 20.1 11 10.75 21.75 10.88
29 20.2 10.5 10.75 21.25 10.63
30 20.3 11.75 10 21.75 10.88

Lampiran 5b. Anova Jumlah Daun Per Tanaman Hasil Pengamatan 10


Tetua Jantan
48

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 7.483 1.871
Blok dalam Set 5 4.271 0.854
Pejantan dlm Set 5 5.750 1.150
Betina dlm Jantan dlm Set 20 6.354 0.318
Galat 25 11.604 0.464
Total 59 35.462

Lampiran 5c. Data Rata-Rata Jumlah Daun Per Tanaman (Helai) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 12.75 12.25 25.00 12.50
2 1.2 11.25 13.75 25.00 12.50
3 1.3 12.75 12.75 25.50 12.75
4 2.1 10 11 21.00 10.50
5 2.2 11 12 23.00 11.50
6 2.3 10.25 13 23.25 11.63
7 3.1 11.75 11.5 23.25 11.63
8 3.2 10.75 11 21.75 10.88
9 3.3 10 11.75 21.75 10.88
10 4.1 9.75 11.75 21.50 10.75
11 4.2 11 11.25 22.25 11.13
12 4.3 11.75 11 22.75 11.38
13 5.1 11 10.75 21.75 10.88
14 5.2 11.75 11 22.75 11.38
15 5.3 10.75 10.25 21.00 10.50
16 6.1 10.25 10.5 20.75 10.38
17 6.2 10.75 12 22.75 11.38
18 6.3 11.5 11.25 22.75 11.38
19 7.1 10.5 10.75 21.25 10.63
20 7.2 11 11.5 22.50 11.25
21 7.3 11.75 11.75 23.50 11.75
22 8.1 11 11.25 22.25 11.13
Lanjutan
23 8.2 11.25 11 22.25 11.13
24 8.3 11.25 11 22.25 11.13
49

25 9.1 10.75 11.5 22.25 11.13


26 9.2 11.5 10.5 22.00 11.00
27 9.3 11.25 11.5 22.75 11.38
28 10.1 11 10.75 21.75 10.88
29 10.2 10.5 10.75 21.25 10.63
30 10.3 11.75 10 21.75 10.88
31 11.1 10.50 10.50 21.00 10.50
32 11.2 10.00 11.25 21.25 10.63
33 11.3 9.75 11.00 20.75 10.38
34 12.1 11.25 11.25 22.50 11.25
35 12.2 10.00 11.50 21.50 10.75
36 12.3 11.25 11.00 22.25 11.13
37 13.1 10.50 11.50 22.00 11.00
38 13.2 11.00 11.00 22.00 11.00
39 13.3 10.00 11.00 21.00 10.50
40 14.1 11.75 10.00 21.75 10.88
41 14.2 10.25 11.50 21.75 10.88
42 14.3 10.00 11.00 21.00 10.50
43 15.1 9.50 11.50 21.00 10.50
44 15.2 10.25 11.75 22.00 11.00
45 15.3 9.00 12.25 21.25 10.63
46 16.1 11.00 11.00 22.00 11.00
47 16.2 12.00 10.25 22.25 11.13
48 16.3 11.00 10.50 21.50 10.75
49 17.1 10.50 11.25 21.75 10.88
50 17.2 12.00 10.25 22.25 11.13
51 17.3 11.00 10.50 21.50 10.75
52 18.1 10.75 11.25 22.00 11.00
53 18.2 10.50 10.50 21.00 10.50
54 18.3 11.00 11.00 22.00 11.00
55 19.1 10.75 10.50 21.25 10.63
56 19.2 11.25 14.00 25.25 12.63
57 19.3 11.00 11.75 22.75 11.38
58 20.1 11.00 14.00 25.00 12.50
Lanjutan
59 20.2 10.75 10.50 21.25 10.63
60 20.3 11.00 11.50 22.50 11.25

5.1 Anova Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan


50

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 5.620 1.405
Blok dalam Set 5 7.247 1.449
Pejantan dlm Set 15 15.273 1.018
Betina dlm Jantan dlm Set 40 15.583 0.390
Galat 55 36.159 0.657
Total 119 79.883
51

Lampiran 6a. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 11.1 300.25 278.75 579.00 289.50
2 11.2 282.25 296.25 578.50 289.25
3 11.3 301.75 285.5 587.25 293.63
4 12.1 224.75 223.5 448.25 224.13
5 12.2 278.5 289.25 567.75 283.88
6 12.3 266 254 520.00 260.00
7 13.1 235 237.75 472.75 236.38
8 13.2 257.5 259.75 517.25 258.63
9 13.3 256.25 313.5 569.75 284.88
10 14.1 285.25 300.5 585.75 292.88
11 14.2 255.75 283.5 539.25 269.63
12 14.3 293.75 290 583.75 291.88
13 15.1 240 250.25 490.25 245.13
14 15.2 282.5 295 577.50 288.75
15 15.3 278 264.5 542.50 271.25
16 16.1 150 144.25 294.25 147.13
17 16.2 164.25 191.5 355.75 177.88
18 16.3 177 199.25 376.25 188.13
19 17.1 227 277.25 504.25 252.13
20 17.2 234 276.5 510.50 255.25
21 17.3 317.75 334.75 652.50 326.25
22 18.1 290.75 245.75 536.50 268.25
23 18.2 294.25 238.5 532.75 266.38
24 18.3 297.25 290.5 587.75 293.88
25 19.1 240.5 243.25 483.75 241.88
26 19.2 282.5 247.75 530.25 265.13
27 19.3 275.25 279 554.25 277.13
28 20.1 256.25 252.75 509.00 254.50
29 20.2 254.5 265.75 520.25 260.13
30 20.3 256.25 251.25 507.50 253.75

Lampiran 6b. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil


Pengamatan 10 Tetua Jantan
52

Derajat Jumlah
Sumber Keragaman Kuadrat Tengah
Bebas Kuadrat
Set 4 35978.760 8994.690
Blok dalam Set 5 2031.635 406.327
Pejantan dlm Set 5 24979.073 4995.815
Betina dlm Jantan dlm Set 20 19747.667 987.383
Galat 25 7166.615 286.665
Total 59 89903.750

Lampiran 6c. Data Rata-Rata Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman (g)
Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300.25 278.75 579.00 289.50
2 1.2 282.25 296.25 578.50 289.25
3 1.3 301.75 285.5 587.25 293.63
4 2.1 224.75 223.5 448.25 224.13
5 2.2 278.5 289.25 567.75 283.88
6 2.3 266 254 520.00 260.00
7 3.1 235 237.75 472.75 236.38
8 3.2 257.5 259.75 517.25 258.63
9 3.3 256.25 313.5 569.75 284.88
10 4.1 285.25 300.5 585.75 292.88
11 4.2 255.75 283.5 539.25 269.63
12 4.3 293.75 290 583.75 291.88
13 5.1 240 250.25 490.25 245.13
14 5.2 282.5 295 577.50 288.75
15 5.3 278 264.5 542.50 271.25
16 6.1 150 144.25 294.25 147.13
17 6.2 164.25 191.5 355.75 177.88
18 6.3 177 199.25 376.25 188.13
19 7.1 227 277.25 504.25 252.13
20 7.2 234 276.5 510.50 255.25
21 7.3 317.75 334.75 652.50 326.25
22 8.1 290.75 245.75 536.50 268.25
Lanjutan
23 8.2 294.25 238.5 532.75 266.38
24 8.3 297.25 290.5 587.75 293.88
53

25 9.1 240.5 243.25 483.75 241.88


26 9.2 282.5 247.75 530.25 265.13
27 9.3 275.25 279 554.25 277.13
28 10.1 256.25 252.75 509.00 254.50
29 10.2 254.5 265.75 520.25 260.13
30 10.3 256.25 251.25 507.50 253.75
31 11.1 234.00 225.00 459.00 229.50
32 11.2 256.00 261.50 517.50 258.75
33 11.3 263.50 284.75 548.25 274.13
34 12.1 270.00 271.00 541.00 270.50
35 12.2 280.00 267.00 547.00 273.50
36 12.3 276.00 245.00 521.00 260.50
37 13.1 253.25 250.25 503.50 251.75
38 13.2 256.25 221.50 477.75 238.88
39 13.3 186.00 190.25 376.25 188.13
40 14.1 258.00 203.25 461.25 230.63
41 14.2 221.00 232.75 453.75 226.88
42 14.3 205.50 258.75 464.25 232.13
43 15.1 208.00 217.25 425.25 212.63
44 15.2 174.50 172.50 347.00 173.50
45 15.3 124.00 241.25 365.25 182.63
46 16.1 209.75 218.25 428.00 214.00
47 16.2 268.25 249.50 517.75 258.88
48 16.3 242.75 244.00 486.75 243.38
49 17.1 255.00 210.50 465.50 232.75
50 17.2 267.00 216.50 483.50 241.75
51 17.3 250.00 187.75 437.75 218.88
52 18.1 289.00 179.25 468.25 234.13
53 18.2 263.00 167.25 430.25 215.13
54 18.3 282.75 262.25 545.00 272.50
55 19.1 198.75 188.25 387.00 193.50
56 19.2 245.75 191.25 437.00 218.50
57 19.3 251.25 246.25 497.50 248.75
58 20.1 233.50 256.00 489.50 244.75
Lanjutan
59 20.2 239.00 250.00 489.00 244.50
60 20.3 226.00 270.00 496.00 248.00
54

Lampiran 6d. Anova Bobot Berangkasan Segar Per Tanaman Hasil


Pengamatan 20 Tetua Jantan
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 34028.347 8507.087
Blok dalam Set 5 1944.206 388.841
Pejantan dlm Set 15 71178.430 4745.229
Betina dlm Jantan dlm Set 40 35494.542 887.364
Galat 55 32105.201 583.731
Total 119 174750.724
55

Lampiran 7a. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
(g) Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 162 149.5 311.50 155.75
2 1.2 167.5 161 328.50 164.25
3 1.3 148.25 148.5 296.75 148.38
4 2.1 128.25 138 266.25 133.13
5 2.2 164 183 347.00 173.50
6 2.3 186.5 125.5 312.00 156.00
7 3.1 161.25 161 322.25 161.13
8 3.2 132.25 154.5 286.75 143.38
9 3.3 141.75 158.75 300.50 150.25
10 4.1 165 156.5 321.50 160.75
11 4.2 158.5 153 311.50 155.75
12 4.3 171 158.5 329.50 164.75
13 5.1 135.75 142 277.75 138.88
14 5.2 156.75 159.75 316.50 158.25
15 5.3 156 160 316.00 158.00
16 6.1 132.25 133.75 266.00 133.00
17 6.2 143 134.75 277.75 138.88
18 6.3 162.75 180.75 343.50 171.75
19 7.1 163.5 169.25 332.75 166.38
20 7.2 164.5 162.75 327.25 163.63
21 7.3 159 205.25 364.25 182.13
22 8.1 170.5 166 336.50 168.25
23 8.2 142.25 131 273.25 136.63
24 8.3 120.75 127 247.75 123.88
25 9.1 150.75 145.25 296.00 148.00
26 9.2 162.5 153.25 315.75 157.88
27 9.3 146.75 152.5 299.25 149.63
28 10.1 123.5 140.65 264.15 132.08
29 10.2 150.75 152 302.75 151.38
30 10.3 160.25 169.5 329.75 164.88

Lampiran 7b. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
56

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 1494.489 373.622
Blok dalam Set 5 682.307 136.461
Pejantan dlm Set 5 1630.361 326.072
Betina dlm Jantan dlm Set 20 8218.324 410.916
Galat 25 3701.723 148.069
Total 59 15727.205

Lampiran 7c. Data Rata-Rata Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
(g) Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 162 149.5 311.50 155.75
2 1.2 167.5 161 328.50 164.25
3 1.3 148.25 148.5 296.75 148.38
4 2.1 128.25 138 266.25 133.13
5 2.2 164 183 347.00 173.50
6 2.3 186.5 125.5 312.00 156.00
7 3.1 161.25 161 322.25 161.13
8 3.2 132.25 154.5 286.75 143.38
9 3.3 141.75 158.75 300.50 150.25
10 4.1 165 156.5 321.50 160.75
11 4.2 158.5 153 311.50 155.75
12 4.3 171 158.5 329.50 164.75
13 5.1 135.75 142 277.75 138.88
14 5.2 156.75 159.75 316.50 158.25
15 5.3 156 160 316.00 158.00
16 6.1 132.25 133.75 266.00 133.00
17 6.2 143 134.75 277.75 138.88
18 6.3 162.75 180.75 343.50 171.75
19 7.1 163.5 169.25 332.75 166.38
20 7.2 164.5 162.75 327.25 163.63
21 7.3 159 205.25 364.25 182.13
22 8.1 170.5 166 336.50 168.25
Lanjutan
23 8.2 142.25 131 273.25 136.63
24 8.3 120.75 127 247.75 123.88
57

25 9.1 150.75 145.25 296.00 148.00


26 9.2 162.5 153.25 315.75 157.88
27 9.3 146.75 152.5 299.25 149.63
28 10.1 123.5 140.65 264.15 132.08
29 10.2 150.75 152 302.75 151.38
30 10.3 160.25 169.5 329.75 164.88
31 11.1 159.5 150 309.50 154.75
32 11.2 164 168.75 332.75 166.38
33 11.3 171.75 178.25 350.00 175.00
34 12.1 152.75 155.75 308.50 154.25
35 12.2 156.5 161 317.50 158.75
36 12.3 153.25 148.5 301.75 150.88
37 13.1 172.5 190 362.50 181.25
38 13.2 181 168.75 349.75 174.88
39 13.3 182.5 155.25 337.75 168.88
40 14.1 141.25 180.75 322.00 161.00
41 14.2 141.5 149.25 290.75 145.38
42 14.3 143.75 157 300.75 150.38
43 15.1 168.75 161.5 330.25 165.13
44 15.2 151.25 152 303.25 151.63
45 15.3 163.25 154.75 318.00 159.00
46 16.1 162.75 181.75 344.50 172.25
47 16.2 167.25 154.75 322.00 161.00
48 16.3 147.75 158.25 306.00 153.00
49 17.1 171 158.5 329.50 164.75
50 17.2 155.25 177.5 332.75 166.38
51 17.3 151 142.5 293.50 146.75
52 18.1 168.5 146.75 315.25 157.63
53 18.2 175 172 347.00 173.50
54 18.3 171.75 152.25 324.00 162.00
55 19.1 140 132.25 272.25 136.13
56 19.2 154.25 152 306.25 153.13
57 19.3 154.75 149.25 304.00 152.00
58 20.1 188.75 150.25 339.00 169.50
Lanjutan
59 20.2 185.25 155.25 340.50 170.25
60 20.3 172 147 319.00 159.50
58

Lampiran 7d. Anova Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 2286.765 571.691
Blok dalam Set 5 1617.096 323.419
Pejantan dlm Set 15 5455.966 363.731
Betina dlm Jantan dlm Set 40 10677.199 266.930
Galat 55 7342.716 133.504
Total 119 27379.741
59

Lampiran 8a. Data Rata-Rata Panjang Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 10


Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 12 12.5 24.50 12.25
2 1.2 13.75 12.65 26.40 13.20
3 1.3 12.5 12.13 24.63 12.31
4 2.1 12.63 13.90 26.53 13.26
5 2.2 14.75 13.2 27.95 13.98
6 2.3 12.38 11.38 23.75 11.88
7 3.1 14.88 13.175 28.05 14.03
8 3.2 14 12.43 26.43 13.21
9 3.3 13.63 15.43 29.05 14.53
10 4.1 15.5 14.13 29.63 14.81
11 4.2 14.88 12.63 27.50 13.75
12 4.3 16.75 13.75 30.50 15.25
13 5.1 13.63 11.75 25.38 12.69
14 5.2 13.5 12.925 26.43 13.21
15 5.3 13.13 13.18 26.30 13.15
16 6.1 12.13 12.38 24.50 12.25
17 6.2 13.5 13.8 27.30 13.65
18 6.3 14.38 17.38 31.75 15.88
19 7.1 14.63 14.08 28.70 14.35
20 7.2 15 14.58 29.58 14.79
21 7.3 14.75 15.6 30.35 15.18
22 8.1 13.75 12.38 26.13 13.06
23 8.2 14.75 11.75 26.50 13.25
24 8.3 12.75 11.58 24.33 12.16
25 9.1 15.38 12.5 27.85 13.93
26 9.2 13.5 13.2 26.70 13.35
27 9.3 13.125 12.25 25.38 12.69
28 10.1 13.75 14.3 28.05 14.03
29 10.2 14.25 17.025 31.28 15.64
30 10.3 15.03 14.43 29.45 14.73
60

Lampiran 8b. Anova Panjang Tongkol Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan


Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 4.347 1.087
Blok dalam Set 5 15.206 3.041
Pejantan dlm Set 5 33.534 6.707
Betina dlm Jantan dlm Set 20 29.706 1.485
Galat 25 22.443 0.898
Total 59 105.236

Lampiran 8c. Data Rata-Rata Panjang Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 12 12.5 24.50 12.25
2 1.2 13.75 12.65 26.40 13.20
3 1.3 12.5 12.13 24.63 12.31
4 2.1 12.63 13.90 26.53 13.26
5 2.2 14.75 13.2 27.95 13.98
6 2.3 12.38 11.38 23.75 11.88
7 3.1 14.88 13.175 28.05 14.03
8 3.2 14 12.43 26.43 13.21
9 3.3 13.63 15.43 29.05 14.53
10 4.1 15.5 14.13 29.63 14.81
11 4.2 14.88 12.63 27.50 13.75
12 4.3 16.75 13.75 30.50 15.25
13 5.1 13.63 11.75 25.38 12.69
14 5.2 13.5 12.925 26.43 13.21
15 5.3 13.13 13.18 26.30 13.15
16 6.1 12.13 12.38 24.50 12.25
17 6.2 13.5 13.8 27.30 13.65
18 6.3 14.38 17.38 31.75 15.88
19 7.1 14.63 14.08 28.70 14.35
20 7.2 15 14.58 29.58 14.79
21 7.3 14.75 15.6 30.35 15.18
22 8.1 13.75 12.38 26.13 13.06
Lanjutan
23 8.2 14.75 11.75 26.50 13.25
61

24 8.3 12.75 11.58 24.33 12.16


25 9.1 15.38 12.5 27.85 13.93
26 9.2 13.5 13.2 26.70 13.35
27 9.3 13.125 12.25 25.38 12.69
28 10.1 13.75 14.3 28.05 14.03
29 10.2 14.25 17.025 31.28 15.64
30 10.3 15.03 14.43 29.45 14.73
31 11.1 13.25 14.43 27.68 13.84
32 11.2 14.38 14.25 28.63 14.32
33 11.3 15.5 14.45 29.95 14.98
34 12.1 13.75 15.225 28.98 14.49
35 12.2 13.75 15.58 29.33 14.67
36 12.3 14.75 13.65 28.40 14.20
37 13.1 15.63 16.58 32.21 16.11
38 13.2 14.83 14.95 29.78 14.89
39 13.3 14.88 13.3 28.18 14.09
40 14.1 14.5 12.25 26.75 13.38
41 14.2 14.13 13.5 27.63 13.82
42 14.3 14.5 13.3 27.80 13.90
43 15.1 14.38 15.35 29.73 14.87
44 15.2 13.5 15.55 29.05 14.53
45 15.3 14.63 14.7 29.33 14.67
46 16.1 13.33 14.8 28.13 14.07
47 16.2 12.75 12.45 25.20 12.60
48 16.3 14.13 13.35 27.48 13.74
49 17.1 14.88 13.4 28.28 14.14
50 17.2 15.08 12.78 27.86 13.93
51 17.3 14.5 13.15 27.65 13.83
52 18.1 14 16.25 30.25 15.13
53 18.2 16.38 16.13 32.51 16.26
54 18.3 16.13 15.75 31.88 15.94
55 19.1 12.38 12.45 24.83 12.42
56 19.2 14 11.75 25.75 12.88
57 19.3 12.88 12.13 25.01 12.51
58 20.1 14.25 12.68 26.93 13.47
Lanjutan
59 20.2 14.25 13.25 27.50 13.75
60 20.3 14.63 11.2 25.83 12.92
62

Lampiran 8d. Anova Panjang Tongkol Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan


Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 14.634 3.659
Blok dalam Set 5 20.349 4.070
Pejantan dlm Set 15 73.509 4.901
Betina dlm Jantan dlm Set 40 40.249 1.006
Galat 55 48.967 0.890
Total 119 197.709
63

Lampiran 9a. Data Rata-Rata Diameter Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 10


Tetua Jantan

Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 4.19 4.23 8.42 4.21
2 1.2 4.27 4.65 8.92 4.46
3 1.3 4.48 4.63 9.11 4.55
4 2.1 4.53 4.65 9.18 4.59
5 2.2 4.45 4.7975 9.25 4.63
6 2.3 4.49 4.2 8.69 4.35
7 3.1 4.34 4.67 9.01 4.50
8 3.2 4.28 4.6 8.88 4.44
9 3.3 4.25 4.44 8.69 4.34
10 4.1 4.31 4.51 8.82 4.41
11 4.2 4.28 4.79 9.07 4.53
12 4.3 4.49 4.41 8.90 4.45
13 5.1 4.26 4.43 8.68 4.34
14 5.2 4.53 4.63 9.16 4.58
15 5.3 4.42 4.64 9.06 4.53
16 6.1 4.48 4.43 8.91 4.45
17 6.2 4.47 4.31 8.78 4.39
18 6.3 4.46 4.5 8.96 4.48
19 7.1 4.28 4.6 8.88 4.44
20 7.2 4.47 4.55 9.02 4.51
21 7.3 4.27 5.03 9.29 4.65
22 8.1 4.8 4.87 9.67 4.84
23 8.2 4.48 4.35 8.83 4.41
24 8.3 4.27 4.42 8.68 4.34
25 9.1 4.23 4.52 8.74 4.37
26 9.2 4.31 4.63 8.93 4.47
27 9.3 4.30 4.56 8.87 4.43
28 10.1 4.81 4.6 9.41 4.71
29 10.2 4.08 4.6 8.68 4.34
30 10.3 4.70 5.1 9.80 4.90

Lampiran 9b. Anova Diameter Tongkol Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan


64

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 0.114 0.029
Blok dalam Set 5 0.540 0.108
Pejantan dlm Set 5 0.168 0.034
Betina dlm Jantan dlm Set 20 0.996 0.050
Galat 25 0.719 0.029
Total 59 2.537

Lampiran 9c. Data Rata-Rata Diameter Tongkol (cm) Hasil Pengamatan 20 Tetua
Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 4.19 4.23 8.42 4.21
2 1.2 4.27 4.65 8.92 4.46
3 1.3 4.48 4.63 9.11 4.55
4 2.1 4.53 4.65 9.18 4.59
5 2.2 4.45 4.7975 9.25 4.63
6 2.3 4.49 4.2 8.69 4.35
7 3.1 4.34 4.67 9.01 4.50
8 3.2 4.28 4.6 8.88 4.44
9 3.3 4.25 4.44 8.69 4.34
10 4.1 4.31 4.51 8.82 4.41
11 4.2 4.28 4.79 9.07 4.53
12 4.3 4.49 4.41 8.90 4.45
13 5.1 4.26 4.43 8.68 4.34
14 5.2 4.53 4.63 9.16 4.58
15 5.3 4.42 4.64 9.06 4.53
16 6.1 4.48 4.43 8.91 4.45
17 6.2 4.47 4.31 8.78 4.39
18 6.3 4.46 4.5 8.96 4.48
19 7.1 4.28 4.6 8.88 4.44
20 7.2 4.47 4.55 9.02 4.51
21 7.3 4.27 5.03 9.29 4.65
22 8.1 4.8 4.87 9.67 4.84

Lanjutan
23 8.2 4.48 4.35 8.83 4.41
65

24 8.3 4.27 4.42 8.68 4.34


25 9.1 4.23 4.52 8.74 4.37
26 9.2 4.31 4.63 8.93 4.47
27 9.3 4.30 4.56 8.87 4.43
28 10.1 4.81 4.6 9.41 4.71
29 10.2 4.08 4.6 8.68 4.34
30 10.3 4.50 4.55 9.05 4.52
31 11.1 4.38 4.77 9.15 4.58
32 11.2 4.44 4.56 9.00 4.50
33 11.3 4.4 4.71 9.11 4.56
34 12.1 4.25 4.48 8.73 4.37
35 12.2 4.42 4.5 8.92 4.46
36 12.3 4.49 4.62 9.11 4.56
37 13.1 4.5 4.62 9.12 4.56
38 13.2 4.51 4.32 8.83 4.42
39 13.3 4.7 4.26 8.96 4.48
40 14.1 4.37 4.81 9.18 4.59
41 14.2 4.21 4.33 8.54 4.27
42 14.3 4.21 4.33 8.54 4.27
43 15.1 4.2 4.49 8.69 4.35
44 15.2 4.2 4.83 9.03 4.52
45 15.3 4.28 4.53 8.81 4.41
46 16.1 4.55 5 9.55 4.78
47 16.2 4.43 4.64 9.07 4.54
48 16.3 4.31 4.805 9.12 4.56
49 17.1 4.45 4.41 8.86 4.43
50 17.2 4.9 4.58 9.48 4.74
51 17.3 4.41 4.21 8.62 4.31
52 18.1 4.3 4.58 8.88 4.44
53 18.2 4.38 4.38 8.76 4.38
54 18.3 4.46 4.55 9.01 4.51
55 19.1 4.45 4.55 9.00 4.50
56 19.2 4.22 4.23 8.45 4.23
57 19.3 4.38 4.22 8.60 4.30
58 20.1 4.5 4.2 8.70 4.35
Lanjutan
59 20.2 4.38 4.31 8.69 4.35
60 20.3 4.58 4.5 9.08 4.54
66

Lampiran 9d. Anova Diameter Tongkol Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan


Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 0.196 0.049
Blok dalam Set 5 0.843 0.169
Pejantan dlm Set 15 0.294 0.020
Betina dlm Jantan dlm Set 40 1.437 0.036
Galat 55 1.456 0.026
Total 119 4.225
67

Lampiran 10a. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g) Hasil
Pengamatan 10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 92.75 85 177.75 88.88
2 1.2 98 106 204.00 102.00
3 1.3 98.5 87.5 186.00 93.00
4 2.1 89 89.75 178.75 89.38
5 2.2 96.75 101.75 198.50 99.25
6 2.3 96 81 177.00 88.50
7 3.1 93 106.5 199.50 99.75
8 3.2 86.25 104 190.25 95.13
9 3.3 80.75 115 195.75 97.88
10 4.1 95.5 107 202.50 101.25
11 4.2 105 104 209.00 104.50
12 4.3 109.25 101.75 211.00 105.50
13 5.1 80 96.25 176.25 88.13
14 5.2 96.25 102 198.25 99.13
15 5.3 90.25 98.5 188.75 94.38
16 6.1 84 95 179.00 89.50
17 6.2 97.5 86.25 183.75 91.88
18 6.3 91.75 101 192.75 96.38
19 7.1 94 109.75 203.75 101.88
20 7.2 105 107.25 212.25 106.13
21 7.3 87 124.5 211.50 105.75
22 8.1 110.75 111.5 222.25 111.13
23 8.2 102.5 86.75 189.25 94.63
24 8.3 80.5 80.75 161.25 80.63
25 9.1 102.25 99 201.25 100.63
26 9.2 90.75 102.75 193.50 96.75
27 9.3 114 95.25 209.25 104.63
28 10.1 88.5 90.5 179.00 89.50
29 10.2 83.75 91.75 175.50 87.75
30 10.3 106.75 103 209.75 104.88

Lampiran 10b. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua
Jantan
68

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 320.494 80.123
Blok dalam Set 5 782.807 156.561
Pejantan dlm Set 5 785.099 157.020
Betina dlm Jantan dlm Set 20 1906.313 95.316
Galat 25 1992.224 79.689
Total 59 5786.936

Lampiran 10c. Data Rata-Rata Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman (g) Hasil
Pengamatan 20 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 92.75 85 177.75 88.88
2 1.2 98 106 204.00 102.00
3 1.3 98.5 87.5 186.00 93.00
4 2.1 89 89.75 178.75 89.38
5 2.2 96.75 101.75 198.50 99.25
6 2.3 96 81 177.00 88.50
7 3.1 93 106.5 199.50 99.75
8 3.2 86.25 104 190.25 95.13
9 3.3 80.75 115 195.75 97.88
10 4.1 95.5 107 202.50 101.25
11 4.2 105 104 209.00 104.50
12 4.3 109.25 101.75 211.00 105.50
13 5.1 80 96.25 176.25 88.13
14 5.2 96.25 102 198.25 99.13
15 5.3 90.25 98.5 188.75 94.38
16 6.1 84 95 179.00 89.50
17 6.2 97.5 86.25 183.75 91.88
18 6.3 91.75 101 192.75 96.38
19 7.1 94 109.75 203.75 101.88
20 7.2 105 107.25 212.25 106.13
21 7.3 87 124.5 211.50 105.75
22 8.1 110.75 111.5 222.25 111.13

Lanjutan
23 8.2 102.5 86.75 189.25 94.63
24 8.3 80.5 80.75 161.25 80.63
69

25 9.1 102.25 99 201.25 100.63


26 9.2 90.75 102.75 193.50 96.75
27 9.3 114 95.25 209.25 104.63
28 10.1 88.5 90.5 179.00 89.50
29 10.2 83.75 91.75 175.50 87.75
30 10.3 106.75 103 209.75 104.88
31 11.1 94.50 98.50 193.00 96.50
32 11.2 102.00 109.50 211.50 105.75
33 11.3 106.50 113.50 220.00 110.00
34 12.1 88.75 89.75 178.50 89.25
35 12.2 89.00 96.75 185.75 92.88
36 12.3 86.25 87.75 174.00 87.00
37 13.1 101.25 108.00 209.25 104.63
38 13.2 86.50 94.50 181.00 90.50
39 13.3 81.00 99.50 180.50 90.25
40 14.1 92.50 104.50 197.00 98.50
41 14.2 86.50 93.50 180.00 90.00
42 14.3 81.00 95.75 176.75 88.38
43 15.1 92.50 89.00 181.50 90.75
44 15.2 89.50 85.25 174.75 87.38
45 15.3 98.75 85.50 184.25 92.13
46 16.1 94.75 96.25 191.00 95.50
47 16.2 95.50 95.25 190.75 95.38
48 16.3 91.75 99.25 191.00 95.50
49 17.1 102.75 101.50 204.25 102.13
50 17.2 105.75 101.75 207.50 103.75
51 17.3 92.25 107.75 200.00 100.00
52 18.1 96.75 114.50 211.25 105.63
53 18.2 104.50 102.50 207.00 103.50
54 18.3 100.50 114.00 214.50 107.25
55 19.1 94.25 99.75 194.00 97.00
56 19.2 86.75 94.50 181.25 90.63
57 19.3 82.25 88.75 171.00 85.50
58 20.1 102.50 99.00 201.50 100.75
Lanjutan
59 20.2 112.00 80.00 192.00 96.00
60 20.3 96.75 92.50 189.25 94.63
70

Lampiran 10d. Anova Bobot Biji Kering Pipil Per Tanaman Hasil Pengamatan 20 Tetua
Jantan

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 791.205 197.801
Blok dalam Set 5 1023.508 204.702
Pejantan dlm Set 15 2384.867 158.991
Betina dlm Jantan dlm Set 40 2746.458 68.661
Galat 55 3423.336 62.242
Total 119 10369.374
71

Lampiran 11a. Data Rata-Rata Bobot 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan
10 Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300 330 630.00 315.00
2 1.2 330 340 670.00 335.00
3 1.3 320 320 640.00 320.00
4 2.1 290 330 620.00 310.00
5 2.2 320 330 650.00 325.00
6 2.3 310 350 660.00 330.00
7 3.1 320 320 640.00 320.00
8 3.2 300 390 690.00 345.00
9 3.3 340 350 690.00 345.00
10 4.1 320 320 640.00 320.00
11 4.2 350 330 680.00 340.00
12 4.3 370 340 710.00 355.00
13 5.1 330 320 650.00 325.00
14 5.2 300 320 620.00 310.00
15 5.3 320 370 690.00 345.00
16 6.1 340 340 680.00 340.00
17 6.2 340 310 650.00 325.00
18 6.3 300 320 620.00 310.00
19 7.1 330 340 670.00 335.00
20 7.2 320 330 650.00 325.00
21 7.3 330 340 670.00 335.00
22 8.1 380 350 730.00 365.00
23 8.2 300 330 630.00 315.00
24 8.3 320 310 630.00 315.00
25 9.1 330 360 690.00 345.00
26 9.2 340 350 690.00 345.00
27 9.3 350 320 670.00 335.00
28 10.1 300 300 600.00 300.00
29 10.2 310 350 660.00 330.00
30 10.3 330 310 640.00 320.00

Lampiran 11b. Anova Bobot 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan
72

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 1223.333 305.833
Blok dalam Set 5 2750.000 550.000
Pejantan dlm Set 5 2250.000 450.000
Betina dlm Jantan dlm Set 20 9600.000 480.000
Galat 25 9350.000 374.000
Total 59 25173.333

Lampiran 11c. Data Rata-Rata 1000 Butir Biji (g) Hasil Pengamatan 20
Tetua Jantan
Blok
No Perlakuan Total Rata-rata
I II
1 1.1 300 330 630.00 315.00
2 1.2 330 340 670.00 335.00
3 1.3 320 320 640.00 320.00
4 2.1 290 330 620.00 310.00
5 2.2 320 330 650.00 325.00
6 2.3 310 350 660.00 330.00
7 3.1 320 320 640.00 320.00
8 3.2 300 390 690.00 345.00
9 3.3 340 350 690.00 345.00
10 4.1 320 320 640.00 320.00
11 4.2 350 330 680.00 340.00
12 4.3 370 340 710.00 355.00
13 5.1 330 320 650.00 325.00
14 5.2 300 320 620.00 310.00
15 5.3 320 370 690.00 345.00
16 6.1 340 340 680.00 340.00
17 6.2 340 310 650.00 325.00
18 6.3 300 320 620.00 310.00
19 7.1 330 340 670.00 335.00
20 7.2 320 330 650.00 325.00
21 7.3 330 340 670.00 335.00
22 8.1 380 350 730.00 365.00

Lanjutan
23 8.2 300 330 630.00 315.00
24 8.3 320 310 630.00 315.00
73

25 9.1 330 360 690.00 345.00


26 9.2 340 350 690.00 345.00
27 9.3 350 320 670.00 335.00
28 10.1 300 300 600.00 300.00
29 10.2 310 350 660.00 330.00
30 10.3 330 310 640.00 320.00
31 11.1 330 320 650.00 325.00
32 11.2 290 370 660.00 330.00
33 11.3 330 340 670.00 335.00
34 12.1 300 350 650.00 325.00
35 12.2 330 300 630.00 315.00
36 12.3 350 340 690.00 345.00
37 13.1 340 340 680.00 340.00
38 13.2 350 320 670.00 335.00
39 13.3 300 330 630.00 315.00
40 14.1 320 340 660.00 330.00
41 14.2 290 340 630.00 315.00
42 14.3 300 360 660.00 330.00
43 15.1 320 350 670.00 335.00
44 15.2 320 300 620.00 310.00
45 15.3 320 380 700.00 350.00
46 16.1 320 350 670.00 335.00
47 16.2 360 340 700.00 350.00
48 16.3 360 380 740.00 370.00
49 17.1 330 340 670.00 335.00
50 17.2 360 310 670.00 335.00
51 17.3 340 330 670.00 335.00
52 18.1 320 310 630.00 315.00
53 18.2 330 320 650.00 325.00
54 18.3 330 300 630.00 315.00
55 19.1 320 310 630.00 315.00
56 19.2 300 320 620.00 310.00
57 19.3 340 310 650.00 325.00
58 20.1 360 310 670.00 335.00
Lanjutan
59 20.2 300 300 600.00 300.00
60 20.3 350 340 690.00 345.00

Lampiran 11d. Anova 1000 Butir Biji Hasil Pengamatan 20 Tetua Jantan
74

Derajat Jumlah Kuadrat


Sumber Keragaman
Bebas Kuadrat Tengah
Set 4 2358.333 589.583
Blok dalam Set 5 2541.667 508.333
Pejantan dlm Set 15 6691.667 446.111
Betina dlm Jantan dlm Set 40 16966.667 424.167
Galat 55 26358.333 479.242
Total 119 54916.667
75

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Salah Satu Sifat yang Diamati, yakni
Tinggi Tanaman Hasil Pengamatan 10 Tetua Jantan Dan 20
Tetua Betina
 Perhitungan Ragam Aditif dan Ragam Dominan untuk Tinggi Tanaman Tiap
Perlakuan Pada 10 Tetua Jantan

=4(

=4

= -21,151

=4( )

=4

= 143,420

 Perhitungan Heritabilitas arti Sempit untuk Tinggi Tanaman Tiap Perlakuan


Pada 10 Tetua Jantan

= 0,000

 Perhitungan Simpangan Baku Ragam Aditif dan Dominan Tinggi Tanaman


Tiap Perlakuan Pada 10 Tetua Jantan
76

= 35,320

=35,319

 Perhitungan Ragam Aditif dan Ragam Dominan untuk Tinggi Tanaman Tiap
Perlakuan Pada 20 Tetua Jantan

=4(

=4

= 10,764

=4( )

=4
77

= -6,901

 Perhitungan Heritabilitas arti Sempit untuk Tinggi Tanaman Tiap Perlakuan


Pada 20 Tetua Jantan

= 0,130

 Perhitungan Simpangan Baku Ragam Aditif dan Dominan Tinggi Tanaman


Tiap Perlakuan Pada 20 Tetua Jantan

= 22,161

=
78

=46,386
79

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bq. Dewi Sartika yang dilahirkan di Utan pada tanggal 21
Agustus 1997. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari orang tua
kandung ayah bernama Lalu Mustamar dan ibu yang bernama Baiq Ibnu Hajar.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Gelogor pada
tahun 2010. Kemudian melanjutkan Pendidikan menengah pertama di Pondok
Pesantren MTs. Putri Al-Ishlahuddiny Kediri dan lulus pada tahun 2013.
Selanjutnya Peenulis melanjutkan sekolah di pondok yang sama, yaitu MA. Putri
Al-Ishlahuddiny dan lulus pada tahun 2016. Setelah lulus, Penulis melanjutkan
pendidikan tinggi dan menjadi mahasiswi dengan mengambil Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian di Universitas Mataram.
Selama masa kuliah, Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum mata
kuliah Agroklimatologi pada semester gasal TA 2017/2018; mata kuliah Genetika
Tumbuhan, Fisiologi Tanaman, dan Biologi dasar pada Semester Gasal TA
2018/2019; dan mata kuliah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada
semester genap TA 2018/2019. Dalam organisasi, Penulis aktif sebagai pengurus
Himagrotek sebagai anggota di Devisi Humas Internal periode 2017/2018 dan
sebagai kepala devisi di Devisi Akademik bidang PPKSDM periode 2018/2019.
Selain itu, Penulis termasuk ke dalam mahasiswa penerima beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2018 Penulis
dan anggota kelompok lolos dan mendapat pendanaan PKM-K Tingkat Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.
Tugas akhir yang Penulis selesaikan untuk meraih gelar Sarjana Strata-1 di
Fakultas Pertanian Universitas Mataram adalah sebuah Skripsi yang berjudul
“Kajian Ketepatan Hasil Pendugaan Ragam Genetik Pada Sifat Kuantitatif
Tanaman Jagung Hasil Seleksi Massa Dengan Teknik Seleksi Indeks Siklus
Kedelapan”.

Anda mungkin juga menyukai