Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Tafsir Ibnu Katsir Surat An-Nisa ayat 48

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang
mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar."

Sehubungan dengan makna ayat ini banyak hadits yang berhubungan dengannya dalam
keterangan-keterangannya. Maka berikut ini kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah didapat,
yaitu: Hadis pertama. [:72] Kitab-kitab catatan amal perbuatan di sisi Allah ada tiga macam, yaitu: Kitab
catatan yang tidak diindahkan oleh Allah adanya barang sedikit pun, kitab catatan yang tidak dibiarkan
oleh Allah barang sedikit pun darinya, dan kitab catatan yang tidak diampuni oleh Allah. Adapun kitab
catatan yang tidak diampuni oleh Allah ialah perbuatan mempersekutukan Allah.

Adapun mengenai kitab Catatan yang tidak diindahkan oleh Allah barang sedikit pun, berkaitan
dengan perbuatan aniaya seorang hamba kepada dirinya sendiri menyangkut dosa antara dia dengan
Allah, seperti tidak berpuasa sehari atau meninggalkan suatu shalat; maka sesungguhnya Allah
mengampuni hal tersebut dan memaafkannya jika Dia menghendaki. Adapun mengenai kitab catatan
yang tidak dibiarkan oleh Allah barang sedikit pun darinya, maka menyangkut perbuatan aniaya
sebagian para hamba terhadap sebagian yang lain, hukumannya ialah qisas sebagai suatu kepastian.

Hadis kedua. [:13] Perbuatan aniaya (dosa) itu ada tiga macam, yaitu perbuatan aniaya yang
tidak diampuni oleh Allah, perbuatan aniaya yang diampuni oleh Allah, dan perbuatan aniaya yang tidak
dibiarkan begitu saja oleh Allah barang sedikit pun darinya. Adapun perbuatan aniaya yang tidak
diampuni oleh Allah ialah perbuatan syirik (mempersekutukan Allah). Allah telah berfirman,
"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Luqman: 13).
Adapun perbuatan aniaya yang diampuni oleh Allah ialah perbuatan aniaya para hamba terhadap dirinya
masing-masing menyangkut dosa antara mereka dengan Tuhan mereka. Dan adapun mengenai
perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan oleh Allah ialah perbuatan aniaya sebagian para hamba atas
sebagian yang lain, hingga Allah memperkenankan sebagian dari mereka untuk menuntut balas kepada
sebagian yang lain (yang berbuat aniaya).

Hadis ketiga.Semua dosa mudah-mudahan diampuni oleh Allah kecuali dosa seseorang yang
mati dalam keadaan kafir atau seseorang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Imam An-Nasai
meriwayatkannya melalui Muhammad ibnu Musanna, dari Safwan ibnu Isa dengan lafal yang sama.

Hadis keempat. Sesungguhnya Allah berfirman, "Wahai hamba-Ku, selagi kamu menyembah-Ku
dan berharap kepada-Ku, maka sesungguhnya Aku mengampuni kamu atas semua dosa yang telah kamu
lakukan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya jika kamu menghadap kepada-Ku dengan dosa-dosa yang
sepenuh bumi, kemudian kamu bersua dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan diri-Ku
dengan sesuatu pun. niscaya Aku membalasmu dengan ampunan sepenuh bumi." Hadis diriwayatkan
oleh Imam Ahmad secara munfarid bila ditinjau dari segi sanad ini.

Hadis kelima. Tidak sekali-kali seorang hamba mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain
Allah", kemudian ia meninggal dunia dalam keadaan seperti itu, niscaya ia masuk surga. Aku (Abu Zar)
bertanya, "Sekalipun dia telah berbuat zina dan mencuri?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
"Sekalipun dia berbuat zina dan sekalipun dia mencuri." Abu Zar bertanya lagi, "Sekalipun dia telah
berzina dan mencuri?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Sekalipun dia berbuat zina dan
sekalipun mencuri," sebanyak tiga kali, dan pada yang keempat kalinya beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, "Sekalipun hidung Abu Zar keropos."

Hadis keenam. dari Jabir yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan dua
perkara yang memastikan itu?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang mati
dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, pastilah ia masuk surga. Dan barang
siapa yang mati dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu, pastilah ia masuk neraka.

Hadis ketujuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Barang siapa yang
meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, niscaya masuk
surga.

Hadis kedelapan. Di suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menjumpai mereka
(para sahabat). Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya Tuhan kalian Yang Mahaagung lagi Mahatinggi
telah menyuruhku memilih antara tujuh puluh ribu orang masuk surga dengan cuma-cuma tanpa hisab
dan simpanan yang ada di sisi-Nya bagi umatku." Salah seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah Tuhanmu menyimpan hal tersebut?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (tidak menjawab),
lalu masuk (ke dalam rumah), kemudian ke luar lagi seraya bertakbir dan bersabda, "Sesungguhnya
Tuhanku memberikan tambahan kepadaku pada setiap seribu orang (dari mereka yang tujuh puluh ribu
itu) ditemani oleh tujuh puluh ribu orang lagi, dan (menyuruhku memilih antara itu dengan) simpanan di
sisi-Nya." Abu Rahm (perawi) bertanya, "Wahai Abu Ayyub, apakah yang dimaksud dengan simpanan
buat Rasulullah itu menurut dugaanmu? Agar tidak menjadi bahan pertanyaan orang-orang yang
nantinya mereka mengatakan, 'Apakah urusanmu dengan simpanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam?'." Akhirnya Abu Ayyub mengatakan, "Biarkanlah lelaki ini, jangan kalian hiraukan. Aku akan
menceritakan kepada kalian tentang simpanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu menurut
dugaanku bahkan dia mengatakan demikian seakan-akan merasa yakin. Sesungguhnya simpanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah sabda beliau yang mengatakan: 'Barang siapa yang
telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad
adalah hamba dan rasul-Nya, dengan lisannya yang dibenarkan oleh kalbunya, niscaya ia masuk surga'."

Hadis kesembilan dari Abu Ayyub yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang menghadap
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang keponakan
yang tidak pernah berhenti dari melakukan perbuatan yang diharamkan." Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya, "Apakah agama yang dipeluknya?" Ia menjawab, "Dia shalat dan mengesakan Allah
subhanahu wa ta’ala" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Agamanya kamu minta saja.
Apabila ia tidak mau memberikan, maka belilah darinya." Lelaki itu berangkat dan meminta hal tersebut
kepada keponakannya, tetapi si keponakan tetap menolaknya (tidak mau memberi, tidak mau pula
menjualnya). Maka lelaki itu datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal
tersebut seraya berkata, "Aku menjumpainya sangat teguh dengan agamanya." Abu Ayyub melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah itu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
(An-Nisa: 48)
Hadis kesepuluhdari Anas yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, aku tidak pernah membiarkan suatu
keperluan pun dan tidak pula seorang pun yang perlu ditolong melainkan aku memberinya." Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, "Bukankah kamu telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusan Allah?" Hal ini dikatakannya sebanyak tiga kali. Lelaki itu menjawab, "Ya."
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Maka sesungguhnya kesaksianmu itulah yang membuat
semuanya diterima."

Hadis kesebelas. dari Damdam ibnu Jausy Al-Yamami yang mengatakan bahwa Abu Hurairah
pernah berkata kepadanya, "Wahai Yamami, jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap seseorang,
'Semoga Allah tidak mengampunimu, atau semoga Allah tidak memasukkanmu ke dalam surga'." Aku
(Yamami) berkata, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya kalimat tersebut biasa dikatakan oleh seseorang
terhadap saudaranya dan temannya jika ia dalam keadaan marah." Abu Hurairah berkata, "Jangan kamu
katakan hal itu, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda," yaitu: Dahulu di kalangan umat Bani Israil terdapat dua orang lelaki; salah seorangnya rajin
beribadah, sedangkan yang lainnya zalim terhadap dirinya sendiri (tukang maksiat); keduanya sudah
seperti saudara. Orang yang rajin ibadah selalu melihat saudaranya berbuat dosa dan mengatakan
kepadanya, "Wahai kamu, hentikanlah perbuatanmu." Tetapi saudaranya itu menjawab, "Biarkanlah aku
dan Tuhanku, apakah kamu ditugaskan untuk terus mengawasiku?" Hingga pada suatu hari yang rajin
beribadah melihat saudaranya tukang maksiat itu melakukan suatu perbuatan dosa yang menurut
penilaiannya sangat besar. Maka ia berkata kepadanya, "Wahai kamu, hentikanlah perbuatanmu." Dan
orang yang ditegurnya menjawab, "Biarkanlah aku, ini urusan Tuhanku, apakah engkau diutus sebagai
pengawasku?" Maka yang rajin beribadah berkata, "Demi Allah, semoga Allah tidak memberikan
ampunan kepadamu, atau semoga Allah tidak memasukkanmu ke surga untuk selama-lamanya." Abu
Hurairah melanjutkan kisahnya: bahwa setelah itu Allah mengutus seorang malaikat untuk mencabut
nyawa kedua orang tersebut, dan keduanya berkumpul di hadapan Allah. Maka Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman kepada orang yang berdosa, "Pergilah, dan masuklah ke dalam surga karena rahmat-
Ku." Sedangkan kepada yang lainnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Apakah kamu merasa alim,
apakah kamu mampu meraih apa yang ada di tangan kekuasaan-Ku? Bawalah dia ke dalam neraka!"
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Demi Tuhan yang jiwa Abul Qasim berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya orang tersebut (yang masuk neraka) benar-benar
mengucapkan suatu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya

Hadis kedua belas dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang telah bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Barang siapa yang mengetahui bahwa Aku
mempunyai kekuasaan untuk mengampuni segala dosa, niscaya Aku memberikan ampunan baginya
tanpa peduli selagi dia tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu.

Hadis ketiga belas dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: Barang siapa yang dijanjikan suatu pahala oleh Allah atas suatu amal perbuatan, maka
Dia pasti menunaikan pahala itu baginya. Dan barang siapa yang diancam oleh Allah mendapat suatu
siksaan karena suatu amal perbuatan, maka Dia sehubungan dengan hal ini bersikap memilih (antara
memaafkan dan menghukum). Hadis ini diriwayatkan secara munfarid.

Anda mungkin juga menyukai