Anda di halaman 1dari 9

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL) PADA IBU USIA PERKAWINAN

KURANG DARI 18 TAHUN


(Di Wilayah Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri)

Dian Rahmawati1 Delialika Ady Meiferina2


Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri Jawa Timur

ABSTRAK
Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan virus dan kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir.
Perawatan BBL yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi
sampai kematian. Kesalahan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesiapan
ibu dalam perawatan BBL. Usia perkawinan ibu yang terlalu muda (kurang dari 18
tahun) memungkinkan kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL.
Di Jawa Timur (2015), remaja yang menikah di usia dini sebanyak 53 per 1000
pernikahan dan angka rata-rata nasional 48 per 1000 pernikahan. Hasil wawancara
terhadap 3 ibu BBL dengan usia kurang dari 18 tahun diketahui bahwa 2 orang
(66,67%) belum mengetahui cara merawat bayinya yang benar. Perawatan BBL yang
dimaksud antara lain perawatan tali pusat, memandikan bayi, memberi minum,
membersihkan telinga, membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan
menggunting kuku. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perawatan BBL pada ibu usia perkawinan kurang dari 18 tahun di wilayah Puskesmas
Tiron kabupaten Kediri.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan usia perkawinan ≤ 18 tahun
yang mempunyai BBL di wilayah puskesmas Tiron kabupaten Kediri. Dengan tehnik
total sampling didapatkan sampel sebanyak 30 respoden ibu dengan usia perkawinan ≤
18 tahun yang mempunyai BBL di wilayah puskesmas Tiron kabupaten Kediri.
Pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara dan observasi, kemudian dilakukan
editing, coding,scoring, dan tabulating, selanjutnya data dianalisis dengan persentase.
Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (17%) melakukan
perawatan BBL dengan kriteria baik, 19 responden (63%) melakukan perawatan BBL
dengan kriteria cukup, dan 6 responden (20%) melakukan perawatan BBL dengan
kriteria kurang.di Wilayah Puskesmas Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
Perawatan BBL pada ibu usia perkawinan ≤ 18 Tahun di wilayah Puskesmas
Tiron kabupaten Kediri secara keseluruhan menunjukkan sebagian besar cara
perawatannya cukup sebanyak 19 responden (63%).

Kata kunci :
Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL), Ibu Usia Perkawinan kurang ≤ 18Tahun

Korespondensi: RT.004 RW.002 Ds. Bangkok Kec. Gurah Kab. Kediri Jawa Timur HP: 085645076003 ,email:
lintangkayana31@gmail.com

47 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017


Dian Rahmawati; Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL) Pada Ibu Usia Perkawinan Kurang Dari 18 Tahun

PENDAHULUAN dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL.


Bayi baru lahir (BBL) sangat Di Jawa Timur (2015), remaja yang
rentan terhadap infeksi yang disebabkan menikah di usia dini sebanyak 53 per
oleh paparan virus dan kuman selama 1000 pernikahan dan angka rata-rata
proses persalinan maupun beberapa saat nasional 48 per 1000 pernikahan. Hasil
setelah lahir. BBL membutuhkan wawancara terhadap 3 ibu BBL dengan
perawatan dan perhatian karena bayi usia kurang dari 18 tahun diketahui
menjalani perubahan dari dunia dalam bahwa 2 orang (66,67%) belum
rahim ke dunia luar. Perawatan BBL mengetahui cara merawat bayinya yang
yang tidak tepat dapat menimbulkan benar. Perawatan BBL yang dimaksud
masalah kesehatan pada bayi sampai antara lain perawatan tali pusat,
kematian. memandikan bayi, memberi minum,
Kesalahan dalam perawatan bayi membersihkan telinga, membersihkan
yang dialami masyarakat dimungkinkan alat kelamin, mengganti popok bayi,
karena kurangnya pengetahuan dalam dan menggunting kuku.
perawatan bayi, pendidikan dan sosial Tujuan penelitian ini adalah
ekonomi yang masih rendah. Kesalahan untuk mengetahui bagaimana perawatan
dalam perawatan bayi terutama di BBL pada ibu usia perkawinan kurang
daerah desa dan pelosok banyak dari 18 tahun di wilayah Puskesmas
dijumpai ibu yang baru melahirkan Tiron kabupaten Kediri.
yang merawat bayinya dengan
menggunakan cara tradisional. Selain METODE
itu juga dipengaruhi oleh kurangnya Desain penelitian ini adalah
pengetahuan dan kesiapan ibu dalam deskriptif dengan pendekatan cross
perawatan BBL sectional. Penelitian dilakukan di
Perkawinan di bawah umur wilayah Puskesmas Tiron Kabupaten
semakin marak terjadi. Remaja desa Kediri pada bulan Mei 2016. Populasi
kebanyakan malu kalau menikah pada dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
umur 20 tahun ke atas terutama orang dengan usia perkawinan ≤ 18 tahun
tuanya. Ada anggapan bahwa yang mempunyai BBL di wilayah
perempuan yang berumur 20 tahun ke puskesmas Tiron kabupaten Kediri.
atas dan belum menikah tidak laku atau Dengan tehnik total sampling
disebut “perawan tua”. Pemikiran didapatkan sampel sebanyak 30
tersebut jelas sangat berbeda dengan respoden ibu dengan usia perkawinan ≤
keadaan sekarang. Saat ini pernikahan 18 tahun yang mempunyai BBL di
muda dapat terjadi karena kehamilan di wilayah puskesmas Tiron kabupaten
luar pernikahan. Seseorang yang sudah Kediri. Variabel penelitian ini adalah
melangsungkan pernikahan pada variabel tunggal yaitu perawatan bayi
umumnya berlanjut dengan kehamilan, baru lahir pada ibu usia perkawinan ≤
persalinan dan perawatan bayi. Remaja 18 tahun. Alat ukur yang digunakan
yang terpaksa menjadi orang tua adalah kuesioner, wawancara, dan
tentunya akan kesulitan merawat bayi observasi. Pengolahan data editing,
mereka sendiri. coding, scoring, dan tabulating,
Usia perkawinan ibu yang terlalu selanjutnya data dianalisis dengan
muda (kurang dari 18 tahun) persentase.
memungkinkan kurangnya pengetahuan

Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017 | 48


DISKUSI
A. Hasil Kuesioner
Tabel 1. Hasil analisis perawatan bayi baru lahir pada ibu usia perkawinan ≤ 18
tahun di wilayah puskesmas tiron kabupaten Kediri

Baik Cukup Kurang Persentase


No Variabel & Sub Variabel Total
f % f % f % (%)
Variabel
Perawatan BBL 5 17 19 63 6 20 30 100
Sub Variabel :
1 Perawatan tali pusat 8 27 12 40 10 33 30 100
2 Memandikan bayi 5 17 15 50 10 33 30 100
3 Memberi minum 6 20 11 37 13 43 30 100
4 Membersihkan telinga 4 13 11 37 15 50 30 100
5 Membersihkan alat
2 7 13 43 15 50 30 100
kelamin
6 Mengganti popok bayi 7 23 12 40 11 37 30 100
7 Menggunting kuku 0 0 17 57 13 43 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa 6. Cara mengganti popok bayi pada ibu


Perawatan bayi baru lahir (bbl) pada ibu usia perkawinan kuran dari 18 tahun
usia perkawinan ≤ 18 Tahun di wilayah mempunyai skor cukup yaitu
puskesmas Tiron kabupaten Kediri secara sebanyak 12 responden (40%).
keseluruhan menunjukkan sebagian besar 7. Cara menggunting kuku bayi pada
cara perawatannya cukup sebanyak 19 ibu usia perkawinan kurang dari 18
responden (63%). Dan untuk setiap sub tahun mempunyai skor cukup yaitu
variabel sebagai berikut : sebanyak 17 responden (57%).
1. Perawatan tali pusat bayi pada ibu B. Hasil wawancara
usia perkawinan kurang dari 18 tahun 1. Hasil wawancara pada 10
mempunyai skor cukup yaitu responden tentang perawatan tali
sebanyak 14 responden (47%). pusat sebagi berikut :
2. Cara memandikan bayi pada ibu usia Responden 1, 4, 9 : mengatakan
perkawinan kurang dari 18 tahun “menurut saya perawatan tali pusat
mempunyai skor cukup yaitu dengan memberi betadin pada kassa
sebanyak 15 responden (50%). kemudian tali pusatnya dibungkus
3. Cara memberi minum bayi pada ibu dengan kassa tersebut”
usi perkawinan kurang dari 18 tahun Responden 2, 3, 6, 8, 10 :
mempunyai skor kurang yaitu mengatakan “ menurut saya
sebanyak 14 responden (47%). perawatan tali pusat dengan cara
4. Cara membersihkan telinga bayi pada hanya dibungkus dengan kassa saja,
ibu usia perkawinan kurang dari 18 dijaga jangan sampai basah”
tahun mempunyai skor kurang yaitu Responden 5 : mengatakan “menurut
sebanyak 15 responden (50%). saya merawatnya hanya dibiarkan tali
5. Cara memberihkan alat kelamin bayi pusat itu kering, kalau basah segera
pada ibu usia perkawinan kurang dari dikeringkan dengan kain bersih”
18 tahun mempunyai skor kurang Responden 7 : mengatakan “menurut
yaitu sebanyak 15 responden (50%). saya dengan dikasih suruh agar cepat
kering”

49 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017


Dian Rahmawati; Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL) Pada Ibu Usia Perkawinan Kurang Dari 18 Tahun

2. Hasil wawancara pada 10 4. Hasil wawancara pada 10


responden tentang memandikan responden tentang membersihkan
bayi sebagai berikut : telinga bayi sebagai berikut :
Responden 1 & 5 : mengatakan “ Responden 1 & 3 : mengatakan
memandikan bayi dengan cara diberi “Dengan cara menggunakan
sabun keseluruh tubuh bayi, lalu cutembath dimasukan kedalam
dimasukkan dibak mandi yang berisi telinga dengan cara hati-hati”
air hangat, kemudian Responden 2, 4, 10 : mengatakan
membersihkannya di mulai dari “Saya biarkan saja,tidak saya
muka” bersihkan karena saya tidak berani”
Responden 2, 7, 9 : mengatakan “ Responden 5, 6, 8, 9 : mengatakan
memandikan bayi dengan cara bayi “Dengan cara menggunakan
dimasukkan ke dalam bak mandi yang cuttembath yangdiberi baby oil lalu
berisi air hangat, bayi dibersihkan di masukan ke dalam telinga”
dengan sabun dan dibilas didalam bak Responden 7 : mengatakan “Dengan
mandi tersebut” cara menggunakan tangan yang
Responden 3 : mengatakan diberi baby oil”
“Memandikan bayi dengan cara bayi 5. Hasil wawancara pada 10
diletakan di atas meja, mengambil responden tentang membersihkan
sedikit air di basuhkan keseluruh alat kelamin bayi:
tubuh bayi. Lalu bayi disabun seluruh Responden 1, 2, 7 : mengatakan
tubuh, dimulai dari muka di bilas “menurut saya dengan cara
dengan waslap yang dikasih air” membersihkan alat kelamin dengan
Responden 4, 6, 8, 10 : mengatakan tissu basah, lalu di bersihkan dengan
“Memandikan bayi dengan cara sabun juga”
meletakan bayi diatas meja dengan Responden 3, 9, 10 : mengatakan
disabun seluruh tubuh, bayi di “menurut saya caranya membasahi
masukan bak mandi untuk dibilas” kain bersih yang dibasahi dengan air
dingin saja”
3. Hasil wawancara pada 10 Responden 4, 5, 8 : mengatakan
responden tentang memberi minum “menurut saya dengan menggunakan
bayi sebagai berikut : air bersih dari bagian yang bersih ke
Responden 1, 4, 5, 10 : mengatakan bagian yang kotor. Lalu dikasih
“menurut saya dengan memberikan sabun dan dikeringkan dengan kain
susu lewat dot bisa juga lewat gelas kering yang bersih”
lalu disendok Responden 6 : mengatakan “menurut
Responden 2, 6, 9 : mengatakan saya dengan cara dibersihkan dengan
“menurut saya cara memberi minum kain yang dibasahi dengan air hangat
baru dengan dikasih ASI dengan lalu dikeringkan. Setelah dikeringkan
posisi ibunya duduk, kemudian bayi dikasih bedak sedikit”
dipangku.Setelah bayi selesai minum
bayi disendawakan di pundak” 6. Hasil wawancara pada 10
Responden 3, 7, 8 : mengatakan responden tentang mengganti
“menurut saya dengan cara menyusui popok bayi sebagai berikut :
posisi tidur miring. Kemudian badan Responden 1, 3 10 : mengatakan
bayi juga ikut miring menghadap ke “menurut saya dengan cara langsung
ibu”

Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017 | 50


mengganti popok ketika terlihat melakukan perawatan tali pusat
basah” cukup karena beberapa langkah
Responden 2 & 6 : mengatakan “Bayi tidak dilakukan. Sedangkan 10
saya memakai pampes, menggantinya responden (33%) tidak/kurang
pampers sesering mungkin, kalau dalam merawat tali pusat karena
kelihatan sudah penuh” banyak langkah yang tidak
Responden 4 & 8 : mengatakan “Bayi dilakukan.
saya memakai pampes, menggantinya
disaat anak saya nangis dan kelihatan 2. Memandikan bayi
tidak nyaman” 6 responden (20%) memandikan
Responden 5 : mengatakan “bayi bayi dengan baik. Sementara 14
saya memakai pampes, menggantinya responden (47%) memandikan
kalau bayi saya selesai mandi” bayi dengan cukup karena ada
Responden 7 & 9 : mengatakan beberapa langkah yang tidak
“Mengganti popok disaat bayi saya dilakukan. Sedangkan 10
bak atau bab” responden (33%) tidak/kurang
dalam memandikan bayi karena
7. Hasil wawancara pada 10 banyak langkah yang tidak
responden tentang menggunting dilakukan.
kuku bayi : 3. Memberi minum bayi
Responden 1,2,3,5,6,7 : mengatakan 6 responden (20%) memberikan
“Memotong kuku saat bayi tidur, dan minum dengan baik. Sementara
merapikan kuku agar tidak terkena 11 responden (37%) memberi
bagian tubuh yang lain” minum dengan cukup karena
Responden 4 & 8 : mengatakan beberapa langkah tidak dilakukan.
“Saya tidak berani memotong kuku Sedangkan 13 responden (43%)
bayi saya.takut kalau nanti melukai tidak/kurang dalam memberi
jari jari bayi saya” minum bayi karena ada banyak
Responden 9 : mengatakan “Saya langkah yang tidak dilakukan.
memotong kuku bayi saya setelah 4. Membersihkan telinga
bayi saya mandi,karena kukunya 6 responden (20%) membersihkan
menjadi lunak” telinga dengan baik. Sementara 10
responden (33%) membersihkan
telinga dengan cukup karena
C. Hasil observasi beberapa langkah tidak dilakukan.
Selain kuesioner dan wawancara, Sedangkan 14 responden (47%)
peneliti juga melakukan observasi. tidak/kurang dalam membersihkan
Dari 30 responden, observasi yang telinga karena ada banyak langkah
didapat yaitu : yang tidak dilakukan.
1. Perawatan tali pusat 5. Membersihkan alat kelamin
6 responden (17%) melakukan 7 responden (23%) membersihkan
perawatan tali pusat dengan baik. alat kelamin
Sementara 14 responden (47%)
dengan baik. Sementara 9 responden (47%) tidak/kurang
responden (30%) membersihkan dalam membershkan alat
alat kelamin cukup karena kelamin karena banyak langkah
beberapa langkah tidak yang tidak dilakukan.
dilakukan. Sedangkan 14 6. Mengganti popok bayi

51 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017


Dian Rahmawati; Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL) Pada Ibu Usia Perkawinan Kurang Dari 18 Tahun

7 responden (23%) dalam menggunting kuku tidak/kurang


mengganti popok bayi baik. karena banyak langkah yang
Sementara 15 responden (50%) tidak dilakukan.
mengganti popok bayi cukup
karena beberapa langkah tidak
dilakukan. Sedangkan 8 A. Perawatan tali pusat
responden (27%) mengganti Berdasarkan hasil penelitian, dari 30
popok bayi tidak/kurang karena responden diketahui bahwa sebanyak 12
banyak langkah yang tidak responden (40%) merawat tali pusat
dilakukan. bayinya dengan skor cukup. Dari hasil
7. Menggunting kuku bayi wawancara dengan 10 responden,
5 responden (17%) dalam responden tersebut sudah cukup
menggunting kuku bayi baik. mengerti cara perawatan tali pusat yang
Sementara 15 responden (50%) baik. Dan berdasarkan hasil observasi
dalam menggunting kuku bayi dari 30 responden, untuk skor baik
cukup karena beberapa langkah sebanyak 6 responden (20%), untuk
tidak dilakukan. Sedangkan 10 yang skor cukup sebanyak 14
responden (33%) dalam
responden (47%) dan untuk yang skor kesehatan dan kenyamanan (Wahyuni,
kurang sebanyak 10 responden (33%). 2011: 81). Bayi tidak perlu dimandikan
Sebelum melakukan perawatan dan dikeramas setiap hari. Dua sampai
tali pusat, ibu harus mencuci tangan tiga kali seminggu sudah cukup selama
terlebih dahulu dan jika tali pusat terkena area genital dan wajah tetap dibersihkan
kotoran, segera cuci dengan air bersih dan setiap hari. Keramas yang sering justru
sabun, lalu keringkan dengan kain bersih menyebabkan kulit kepala bayi kering
hingga benar-benar kering (Handy, 2011: (Kelly, 2010: 46).
20-21). Dalam penelitian ini sebagian Gunakan waslap lembut dan sabun
besar ibu dalam merawat tali pusat yang ringan, mulai dengan membersihkan
bayinya tidak mencuci tangan terlebih wajah bayi, telinga kemudian lehernya.
dahulu dan apabila tali pusat kotor setelah Pada saat memandikan, perhatikan lipatan
dibersihkan tidak dikeringkan dahulu leher dan sela-sela jari tangan dan jari
dengan kain bersih. kaki, demikian juga jika memandikan
dengan waslap saja kemudian bilas
B. Memandikan bayi sampai bersih. Pada penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 sebagian ibu dalam memandikan bayinya
responden diketahui bahwa sebanyak 15 tidak dimulai dari wajahnya tetapi
responden (50%) memandikan bayinya langsung ke badan bayi. Setelah badan
dengan skor cukup. Dari hasil wawancara kemudian baru ke wajah.
dengan 10 responden, responden tersebut
sudah cukup mengerti cara memandikanC. Memberi minum
bayi yang benar. Dan berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian, dari 30
observasi dari 30 responden, untuk skor responden diketahui bahwa sebanyak 13
baik sebanyak 6 responden (20%), skor responden (43%) mempunyai skor kurang
cukup sebanyak 14 responden (47%) dan dalam cara memberi minum bayinya. Dari
skor kurang sebanyak 10 responden hasil wawancara dengan 10 responden,
(33%). responden tersebut masih kurang mengerti
Memandikan bayi adalah salah satu cara memberi minum pada bayi yang
cara perawatan untuk memelihara benar. Dan berdasarkan hasil observasi

Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017 | 52


dari 30 responden, untuk skor kurang dibersihkan karena belum pernah
dalam memberi minum pada bayinya melakukannya sebelumnya.
sebanyak 13 responden (43%).
Berikan ASI sesering mungkin sesuaiE. Membersihkan alat kelamin
keinginan bayi atau sesuai keinginan ibu Berdasarkan hasil penelitian, dari 30
(jika payudara penuh) atau sesuai responden diketahui bahwa sebanyak 15
kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling responden (50%) mempunyai skor kurang
sedikit 4 jam), berikan secara bergantian. dalam cara membersihkan alat kelamin
(Rukiyah & Yulianti, 2012: 66). Pada bayinya. Dari hasil wawancara dengan 10
penelitian ini sebagian besar ibu memberi responden, responden tersebut masih
minum/ASI bayinya pada saat bayinya kurang mengerti cara membersihkan alat
menangis saja dan kelihatan lapar. kelamin bayinya yang benar. Dan
Kebanyakan pada saat bayinya tidur ibu berdasarkan hasil observasi dari 30
membiarkan tidak memberi minum sesuai responden, untuk skor kurang dalam cara
jadwalnya yaitu setiap 2 jam sekali. membersihkan telinga pada bayinya
sebanyak 14 responden (47%).
D. Membersihkan telinga Setiap kali bayi buang air besar,
Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 maka segera bersihkan daerah bokong
responden diketahui bahwa sebanyak 15 bayi, agar tidak lecet dan mengganggu
responden (50%) mempunyai skor kurang kenyamanan bayi, karena jika daerah
dalam cara membersihkan telinga bokong lembab dan kotor mudah
bayinya. Dari hasil wawancara dengan 10 mengalami lecet sehingga nantinya bayi
responden, responden tersebut masih akan rewel. Untuk membersihkan daerah
kurang mengerti cara membersihkan bokong, sebaiknya memakai air bersih
telinga bayi yang benar. Dan berdasarkan hangat dan sabun, kemudian segera
hasil observasi dari 30 responden, untuk keringkan dengan handuk secara lembut
skor kurang dalam cara membersihkan (Rukiyah & Yulianti, 2012: 70-71).
telinga pada bayinya sebanyak 13 Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu
responden (43%). masih belum mengerti dan masih belum
Menjaga kebersihan sangatlah penting bisa membersihkan alat kelamin bayinya
bagi kesehatan bayi, apalagi pada bagian dengan benar.
telinga. Selain bermanfaat untuk
mencegah menumpuknya kotoran,F. Mengganti popok bayi
membersihkan telinga juga bisa Berdasarkan hasil penelitian, dari 30
menghilangkan sel-sel mati yang telah responden diketahui bahwa sebanyak 12
menumpuk pada lipatan telinga responden (40%) mempunyai skor cukup
(Pondokibu, 2015). Telinga yang tidak dalam cara mengganti popok bayinya.
dijaga kebersihannya, akan menimbulkan Dari hasil wawancara dengan 10
infeksi pada telinga karena menumpuknya responden, responden tersebut cukup
kotoran pada telinga. Kotoran pada mengerti cara mengganti popok bayinya
telinga yang tidak rajin dibersihkan akan dengan benar. Dan berdasarkan hasil
mengganggu kesehatan telinga bayi. observasi dari 30 responden, untuk skor
Dalam penelitian ini sebagian besar ibu cukup dalam cara mengganti popok bayi
dalam membersihkan telinga bayinya sebanyak 15 responden (50%).
tidak masih takut, takut kalau nanti Waktu terbaik untuk mengganti popok
masuknya kapas batang terlalu dalam dan adalah setelah bayi BAB dan setelah bayi
ada juga yang takut sehingga tidak ngompol. Mengganti popok biasanya 10-
12 kali sehari. Akan tetapi, yang akan

53 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017


Dian Rahmawati; Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL) Pada Ibu Usia Perkawinan Kurang Dari 18 Tahun

membuat kewalahan untuk mengurusnya. mengerti cara menggunting kuku bayinya


Apabila bayi tidak mengalami masalah dengan benar. Dan berdasarkan hasil
ruam popok serius, tidak perlu selalu observasi dari 30 responden, untuk skor
mengganti popok pada malam hari. Jika kurang dalam cara mengganti popok bayi
bayi dapat tidur nyenyak, dapat dipastikan sebanyak 15 responden (50%).
bayi merasa nyaman (Kelly, 2010: 43). Menjaga agar kuku bayi baru lahir
Dalam mengganti popok bayi, harus tetap pendek adalah hal yang penting
selalu diganti apabila bayi BAB dan untuk perlindungan bayi itu sendiri.
BAK, karena kalau tidak segera diganti Selama bayi bermain dengan jari-jarinya,
akan membuat bayi rewel dan sering dengan mudah dapat mencakar wajahnya
menangis. Tidak segera mengganti popok sendiri jika kuku jarinya tidak pendek dan
pada saat bayi BAB atau BAK juga akan dipotong dengan rata. Seiring dengan
menyebabkan iritasi pada kulit bayi makin besarnya bayi, kuku jari yang
karena lembab. Dalam penelitian ini, pendek adalah untuk perlindungan ibu
sebagian ibu dalam mengganti popok (Kelly, 2010: 55-56).
bayinya dilakukan apabila bayi BAB dan Kuku bayi harus dijaga dengan baik
apabila tidak BAB hanya diganti waktu karena kuku yang panjang akan menjadi
sesudah mandi pagi dan sesudah mandi tempat bakteri. Kuku bayi juga harus
sore. selalu digunting apabila sudah terlihat
panjang karena kalau kuku bayi panjang
G. Menggunting kuku akan membahayakan bayi itu sendiri, bisa
Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 mencakar kulit wajah bayi. Pada
responden diketahui bahwa sebanyak 17 penelitian ini sebagian ibu yang takut
responden (57%) mempunyai skor cukup mengguting kuku bayinya, takut kalau
dalam cara meggunting kuku bayinya. terkena kulit jari bayinya. Sehingga hal
Dari hasil wawancara dengan 10 yang dilakukan ibu agar kuku bayi tidak
responden, responden tersebut cukup
melukai bagian tubuh bayinya yaitu secara keseluruhan menunjukkan
dengan mengenakan sarung tangan dan sebagian besar cara perawatannya
sarung kaki pada bayi cukup sebanyak 19 responden (63%).

KESIMPULAN
Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL) pada
Ibu Usia Perkawinan kurang dari 18
Tahun di Wilayah Puskesmas Tiron
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri
Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Utama
Departemen Kesehatan Republik
Ariani, Ayu Putri. (2014). Aplikasi Indonesia. (2009). Pelayanan
Metode Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Neonatal Esensial :
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pedoman Teknis Pelayanan
Nuha Medika Kesehatan Dasar. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. Handayani, Nina. (2011). Buku Pintar
(2008). Kamus Besar Bahasa Merawat Bayi. Jakarta: Dian Rakyat

Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017 | 54


Handy, Fransisca. (2011). Panduan Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metode
Cerdas Perawatan Bayi. Jakarta: Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Bunda PUSTAKABARUPRESS
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2009). Metode Wahyuni, Sari. (2011). Asuhan
Penelitian Keperawatan dan Teknik Neonatus, Bayi dan Balita: Penuntun
Analisis Data. Jakarta: Salemba Belajar Praktik Klinik. Jakarta: EGC
Medika Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2010). Metode Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Penelitian Kebidanan dan Teknik Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Analisis Data. Jakarta: Salemba Nuha Medika
Medika Undang-Undang Perkawinan dan
Kelly, Paula. (2010). Buku Saku Asuhan Administrasi Kependidikan
Neonatus dan Bayi. Jakarta: EGC Kependudukan, Kewarganegaraan.
Nursalam. (2014). Metode Penelitian (2015). Tim Permata Press
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Adi. (2014). BKKN Rekomendasikan
Medika Usia Minimal Perkawinan 20 tahun.
Rukiyah, Yeyeh. (2012). Asuhan Diakses pada 25 April 2016 jam
Neonatus Bayi dan Anak Balita. 15.15
Jakarta: TIM Anissa, Riski. (2015). Intensitas Orang
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Tua Dalam Pengambilan Keputusan
Acuan Nasional Pelayanan Untuk Melakukan Pernikahan Anak
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Di Bawah 20 Tahun. Diakses pada
Jakarta : YPB-SP 25 April 2016 jam 15.15
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Gustaman. (2015). Angka Pernikahan
Riset Keperawatan. Yogyakarta: Dini Di Jawa Timur Lebih Tinggi
Graha Ilmu Dari Rata-Rata. [Diakses pada 25
Setiyaningrum, Erna. (2015). Pelayanan April 2016 jam 16.00
Keluarga Berencana dan Kesehatan Majalah Pondokibu. (2015). Cara
Reproduksi Edisi Revisi. Jakarta: Membersihkan Telinga Bayi Bayi
TIM Baru Lahir Dengan Aman. Diakses
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian. pada 25 april 2016 jam 15.00
Bandung: Alfabeta

55 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 1 April 2017

Anda mungkin juga menyukai