Sifat Optik
Sifat optik adalah sifat yang berhubungan dengan hamburan cahaya. Ketika cahaya
dilewatkan pada koloid, cahaya tersebut akan dihamburkan oleh partikel-partikel
koloid. Partikel koloid ini tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat
diamati adalah hamburan cahayanya. Sifat optik koloid yang menghamburkan
cahaya ini menyebabkan terjadinya Efek Tyndall, yaitu suatu gejala penghamburan
berkas sinar oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan oleh ukuran molekul
koloid yang cukup besar untuk menghamburkan cahaya. Efek Tyndall kali pertama
diamati oleh Fisikawan Inggris, John Tyndall (1820-1893) sehingga dikenal sebagai
Efek Tyndall.
Gambar 7 menunjukkan saat larutan sejati (A1) disinari dengan cahaya, larutan
tersebut tidak menghamburkan cahaya, melainkan meneruskan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid (A2), cahaya akan dihamburkan. Penghamburan cahaya tersebut
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sulit
diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall
dijumpai pada peristiwa terlihatnya cahaya lampu kendaraan di jalanan yang
berdebu, cahaya proyektor di gedung bioskop, serta berkas cahaya dari suatu
panggung pertunjukan.
Gambar 7 Efek Tyndall menyebabkan terlihatnya berkas cahaya yang dihamburkan
oleh partikel koloid dalam cairan (A); dan oleh partikel koloid dalam udara
(B) (sumber:www.akiitians.com; www.courses.candelalearning.com)
Sifat Kinetik
Sifat kinetik adalah sifat koloid yang berkaitan dengan gerakan partikel koloid dalam
medium pendispersinya. Sifat kinetik koloid meliputi Gerak Brown, difusi,
sedimentasi, tekanan osmotik, dan viskositas. Yang akan kita pelajari lebih jauh
pada modul ini adalah sifat kinetik yang paling sering teramati pada partikel koloid, yaitu
Gerak Brown. Gerakan ini kali pertama diamati oleh Robert Brown (1827) yang
mengamati gerakan butir serbuk sari (pollen) tumbuhan dalam air.
Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu, semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fasa terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.
Sifat Elektrik
berikut:
Jika perak iodida (AgI) berada dalam larutan dengan ion iodida (I -) berlebih, maka
partikel koloid AgI akan bermuatan negatif. Demikian pula sebaliknya, jika yang ion
positif (Ag+) yang berlebih, maka partikel koloid akan bemuatan positif.
Selain dipengaruhi oleh muatan ion yang menempel di permukaan, muatan koloid juga
dipengaruhi oleh ionisasi dari gugus-gugus fungsi yang terdapat di permukaan koloid.
menggunakan penanda DNA. Selain itu, sifat elektrik koloid juga digunakan dalam
bidang kesehatan untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Proses cuci darah
Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penempelan suatu zat pada permukaan koloid karena adanya
tarik-menarik antara partikel koloid dengan partikel lainnya seperti tampak
pada Gambar 9. Dalam sistem koloid, muatan yang teradsorpsi selalu senama yang jika
berdekatan akan saling tolak menolak. Akibatnya, partikel koloid tidak terkoagulasi dan
bersifat stabil.
Contoh:
a. Koagulasi
a) Penambahan elektrolit
Elektrolit menghasilkan ion positif dan ion negatif. Salah satu ion ini akan diadsorpsi
oleh partikel sol yang bermuatan berlawanan(ion positif diadsorpsi oleh sol negatif,
sedangkan ion negatif diadsorpsi oleh sol positif). Menurut Hardly-Schulze, kekuatan
ion mengendapkan koloid bergantung pada besarnya muatan ion zat elektrolit.
Makin besar muatan ion, makin besar pula kekuatan mengendapkan koloid.
a) Elektroforesis
Dalam elektroforesis, partikel sol yang bermuatan bergerak ke arah elektrode yang
berlawanan muatannya. Sesampainya di elektroda, partikel menjadi tidak bermuatan
dan mengendap (Gambar 11).
b) Pendidihan
Sol seperti belerang dan perak halida yang terdispersi dalam air dapat diendapkan
dengan cara dididihkan.
Liofil dan Liofob
1) Koloid liofil
2) Koloid liofob
a) viskositas (kekentalan);
c) pengaruh elektrolit;
Koloid hidrofob distabilkan oleh adanya gugus hidrofil lainnya pada ujungnya.
Sebagai contoh, minyak yang diteteskan ke dalam air. Minyak tersebut akan
tetap berada di permukaan air dan tidak tersuspensi ke dalam air.
Penambahan detergen yang mengandung sodium stearat dengan struktur
mengandung gugus hidrofob (di bagian badan dan ekor) serta gugus hidrofil di
bagian kepala) akan mendispersikan minyak ke dalam air. Perbedaan antara koloid
liofil dan liofob disajikan dalam Tabel 1.4 berikut.