Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN JOURNAL READING

“Policy Direction for AHP-Based Community Nutrition Management Post


Eruption of Dempo Volcano, Pagar Alam City - Indonesia”

BLOK WAHANA PENANGGULANGAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

Baiq Annisa Ramadany(017.06.003)


Kadek Indah Novita Rahayuni(017.06.0048)
Komang Nadya Fransisca(018.06.0017)
Baiq Sri Widya Astuti(018.06.0045)
Ni Nyoman Sulindri Intan Sari (018.06.0065)
Tutor:

Aena Mardiah, M.PH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZAHAR


MATARAM 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Jurnal
Reading ini dengan judul” Arah Kebijakan Pengelolaan Gizi Masyarakat Berbasis AHP
Pasca Erupsi Dempo” pada Blok Wahana Penanggulangan Bencana

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang menjadi tutor
atau fasilitator yang membimbing kami selama melaksanakan tugas ini, dan juga semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikannya
dengan hasil yang memuaskan bagi kami.
Dalam penyusunan jurnal ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya
sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan.

Mataram,2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Judul ................................................................................................................................ 1

1.2 Abstrak ............................................................................................................................ 1

1.3 Pendahuluan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN JURNAL......................................................................................... 5

2.1 Metode Penelitian ........................................................................................................... 5

2.2 Tinjauan kriteria ............................................................................................................ 6

2.3 Kesimpulan ................................................................................................................... 11

2.4 Pengakuan ..................................................................................................................... 12

BAB III TELAAH DAN KRITISI JURNAL ...................................................................... 13

3.1 Gambaran Umum ........................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
Arah Kebijakan Pengelolaan Gizi Masyarakat Berbasis AHP Pasca Erupsi
Dempo

1.2 Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model kebijakan tanggap
bencana pasca erupsi gunung api di Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan.
Arah kebijakan tersebut diperoleh dengan menggunakan data yang dikumpulkan
melalui wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Selanjutnya dianalisis
menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penyusunan arah
kebijakan tanggap gizi ada tiga kriteria yang terdiri dari sumber daya manusia,
pangan, dan kebijakan. Dari kriteria tersebut, delapan alternatif kebijakan
menghasilkan hierarki arah kebijakan dengan urutan prioritas sebagai berikut:
Distribusi pangan dilakukan tepat waktu, transparan dan aman, manusiawi dan
sesuai kondisi setempat; Pengawasan ketat terhadap dapur umum;
Profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi; Peningkatan
koordinasi lintas program dan sektoral; Pemeliharaan pangan dengan keadaan
darurat bencana; Pemberdayaan masyarakat tanggap gizi; alokasi dana siap pakai
untuk kebutuhan dasar; serta pemantauan dan evaluasi status gizi pengungsi.
Ketiga prioritas dengan strategi implementasi tersebut dapat dijadikan sebagai
solusi dalam penanggulangan bencana gizi masyarakat khususnya pada kelompok
rentan yaitu: bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lanjut usia.

1.3 Pendahuluan
Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak di garis
khatulistiwa, terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh Samudra
Pasifik dan Hindia. Di samping itu, Indonesia juga terletak pada pertemuan tiga
besar lempeng tektonik dunia. Letak negara di garis khatulistiwa menyebabkan
wilayah Indonesia memiliki kondisi iklim yang khas dengan musim hujan dan

1
kemarau yang sama panjang. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh terhadap
iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu terjadinya
bencana banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan. Pertemuan tiga lempeng yaitu
lempeng Philipina, Pasifik, dan Australia menyebabkan Indonesia berpotensi
terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor dan tsunami. Selain
bencana alam, Indonesia juga memiliki bencana sosial yang sangat kompleks,
karena penduduk dengan persebaran tidak merata, pengaturan tata ruang tidak
teratur, penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam, pengaruh globalisasi dan
masalah sosial lainnya, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara yang
sangat rentan terhadap bencana, baik bencana alam maupun yang disebabkan oleh
manusia.

Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif yang tersebar di Sumatera,


Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Banda, Halmahera, dan Utara Sulawesi. Salah satu
gunung berapi aktif di Sumatera adalah Dempo gunung berapi. Gunung Dempo
terletak di Pagar Alam Kota, Provinsi Sumatera Selatan dengan ketinggian 3159
mdpl, dan memiliki 2 puncak dengan status gunung aktif yang memiliki
mengalami letusan sebanyak 19 kali sejak tahun 1818 hingga tahun 1974.

Karakter letusan Gunung Dempo adalah freatik letusan danau kawah disertai
dengan banjir semburan lumpur/lava dan hujan abu. Setiap kali meletus keduanya
kecil maupun besar, Gunung Api Dempo selalu memuntahkan bebatuan dan
lumpur tebal. Sejak letusan gunung Merapi pada tahun 2010, membuat Volcano
Dempo kembali melakukan aktivitasnya, namun dengan status normal. Namun,
ancaman letusan atau erupsi di Gunung Dempo bisa kapan saja.

Jika Gunung Dempo mengalami erupsi maka dapat dipastikan masyarakat


yang berada di sekitar kawasan pegunungan harus mengungsi ke tempat yang
aman. Dalam jangka waktu tertentu atau dengan kondisi aman, pengungsi akan
tetap berada di tempat penampungan seperti tenda darurat, masjid atau lokasi yang
ditunjuk pemerintah. Akibatnya, krisis kesehatan akan terjadi karena banyaknya
orang yang berkumpul atau mengungsi dalam satu tempat, masalah sanitasi,
kesulitan kebersihan air, nutrisi yang tidak mencukupi, terjadinya pergerakan
2
penyakit akibat perubahan lingkungan pasca bencana, atau karena perpindahan
penduduk karena mengungsi. Selain itu, konsekuensi traumatis dari bencana juga
krisis kesehatan yang dapat mengakibatkan orang/korban bencana stres bahkan
gangguan kejiwaan.

Namun, krisis kesehatan yang yang sering menjadi masalah di


pengungsian adalah masalah gizi masyarakat/korban bencana yang tinggal di
lokasi pengungsian adalah sering diabaikan. Persediaan makanan yang tidak
mencukupi akan berdampak pada penurunan kesehatan jangka panjang dan secara
langsung mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan gizi. Namun, masalah
nutrisi tidak langsung muncul setelah bencana. Tetapi jika tidak ada tindakan
balasan yang baik, maka masalah ini akan memiliki potensi yang sangat besar,
terutama akan dirasakan lebih buruk oleh kelompok penduduk yang rentan.
Sebagai disebutkan dalam pasal 55 (2) UU No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, kelompok rentan meliputi a). Bayi, balita dan anak-
anak; B). Ibu yang sedang hamil atau menyusui; C). Dengan disabilitas; dan d)
orang lanjut usia. Selain empat kelompok masyarakat, dalam peraturan kepala
BNPB nomor 7 tahun 2008 tentang persyaratan dasar prosedur untuk memenuhi
kebutuhan orang sakit ditambahkan sebagai bagian dari kelompok rentan dalam
kondisi bencana.

Dalam upaya penanggulangan bencana, penggulingan krisis kesehatan


khususnya gizi masih menghadapi berbagai kendala, antara lain lainnya: sistem
informasi dan mekanisme koordinasi yang belum baik, mobilisasi bantuan kepada
lokasi bencana masih terhambat, dan pembiayaan sistem yang tidak mendukung.
Kendala tersebut menyebabkan kelegaan kepada korban bencana khususnya bayi
dan balita tidak optimal, sehingga bencana krisis kesehatan tidak terulang kembali
seperti sedini mungkin. Menghadapi masalah di atas, itu adalah perlu bagaimana
mencegah bencana dalam kesehatan gizi masyarakat/korban bencana, yang harus
disiapkan dan dilaksanakan ketika bencana itu sendiri belum terjadi. Pemangku
kepentingan harus beradaptasi dengan perspektif bencana sistem manajemen
bahwa bencana adalah bagian dari pembangunan program atau pelayanan publik

3
yang harus dilaksanakan secara teratur, mencakup semua aspek pengurangan
risiko bencana, bukan hanya dalam keadaan darurat bencana, termasuk bencana
lega. Oleh karena itu, perlu disusun dalam bentuk arah kebijakan sebagai langkah
mitigasi yang tepat dalam pencegahan bencana atau letusan gunung berapi Dempo
di sektor kesehatan merupakan respon gizi terhadap masyarakat/korban bencana,
sehingga pasca bencana erupsi, masalah krisis kesehatan khususnya gizi dapat
teratasi secara cepat, tepat, dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan model kebijakan tanggap bencana untuk letusan gunung berapi di
Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN JURNAL

2.1 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dalam 3
tahap. Tahap pertama, wawancara dengan masyarakat sekitar Gunung Api
Dempo, Pemerintah Kota Pagar Alam Kota, Dosen Gizi Kemenkes Poltekkes
Palembang, Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan Kota dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah tentang dampak yang ditimbulkan erupsi
Gunung Dempo dan solusi yang dibutuhkan masyarakat saat mengungsi agar
nutrisi tetap tercukupi. Selanjutnya, penentuan kriteria dan alternatif kebijakan
disusun dari hasil wawancara dan studi pustaka. Pada tahap ketiga dilakukan FGD
dengan para ahli di bidang gizi dan bencana letusan atau letusan gunung berapi.
Hasil FGD, dianalisis dengan metode AHP menggunakan Software Expert Choice
11. AHP merupakan suatu metode untuk membuat suatu keputusan peringkat
alternatif dalam memilih salah satu yang terbaik ketika pengambil keputusan dan
memiliki berbagai macam kriteria. Kriteria dan alternatifnya adalah penilaian
komparatif menggunakan skala perbandingan berpasangan (pairwise).

Tabel 1- Skala banding berpasangan

Nilai Keterangan

1 Sama pentingnya

3 Agak lebih penting satu dari yang lain

5 Cukup penting

7 Sangat penting

9 Kehalusan ekstrim

2,4,6,8 Nilai tengah antara dua keputusan yang


berdekatan

5
2.2 Tinjauan kriteria
Menurut Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Pertambangan
Umum, Direktorat Vulkanologi, pada tahun 1974 terjadi letusan Gunung Api
Dempo yang menyebabkan hujan belerang hampir di seluruh bagian Kota Pagar
Alam. Di sekitar Gunung Api Dempo, terdapat beberapa wilayah pemukiman
(perdesaan) yang termasuk ke dalam daerah rawan/siaga dengan radius 8 Km dari
kawah termuda, termasuk dengan lokasi kantor pemerintahan Kota Pagar Alam
yang termasuk dalam area bahaya jika terjadi erupsi.

Selain hujan belerang, bahaya Eflata juga terjadi yang diperkirakan


termasuk daerah di luar area bahaya yang hampir melingkar dengan radius 8 km,
dan pusatnya berada di tengah kawah. Bahaya ini termasuk aliran lava, awan
panas, serta lava dan meluas mengikuti lembah sungai utara dan barat laut. Aliran
lava dan lava panas mengalir melalui dua sungai yaitu Sungai Betung dan Sungai
Batunipis, yang mengalir ke pemukiman penduduk, seperti Tanjung Aro,
Pematang Bango, Beringin Jaya, Tanjung Cermin, Tanjung Payang, Pagar Agung,
hingga titik terjauh pada radius 15 Km dari kawah termuda. Area bahaya
berdasarkan penyebaran bom vulkanik dan flat lain yang keluar langsung dari titik
erupsi, meliputi kawasan lingkar model kebijakan penanggulangan gizi
pascabencana erupsi Gunung Api Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan,
radius 5 km berpusat di tengah kawah termuda, dimana pada radius ini terdapat
perkebunan teh dan sebagian hutan lindung.

Berdasarkan hasil di atas, diketahui jika terjadi ledakan atau letusan


Gunung Api Dempo lagi, kemungkinan besar akan ada banyak orang yang
mengungsi dan ini menjadi awal masalah gizi. Masalah gizi pascabencana
dimulai dengan pasokan pangan yang tidak mencukupi dalam jangka waktu
tertentu sehingga terjadi penurunan derajat kesehatan dalam jangka panjang akan
secara langsung mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan gizi pada korban
bencana.

6
Kondisi ini tentu dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk bila tidak
segera ditangani. Dengan demikian, pemerintah daerah yang telah disahkan oleh
pemerintah pusat harus cepat, tanggap dan efektif dalam mengatasi masalah
tersebut. Ada model kebijakan respons gizi publik pascabencana letusan atau
letusan yang dihasilkan gunung berapi, semoga dapat dipertimbangkan dan
menjadi solusi bagi pemerintah di daerah.

Berdasarkan hasil wawancara, FGD yang telah dilakukan, diperoleh


potensi masalah gizi yang akan terjadi jika Gunung Api Dempo mengalami
erupsi, yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah orang yang mengungsi atau menjadi korban bencana akan sulit
dalam data karena terkadang informasi yang diterima dari tokoh
masyarakat atau pemimpin daerah tidak valid.
2. Dalam penyaluran bantuan pangan, pihak-pihak tertentu tampak
memanfaatkan keadaan dengan memanfaatkan bantuan pangan yang
diberikan, sehingga terjadi penumpukan bantuan di satu daerah, sedangkan
daerah lain mengalami kekurangan karena data yang diberikan bukan oleh
keadaan yang sebenarnya.
3. Bantuan makanan yang berasal dari dalam dan luar negeri, cenderung
mendekati masa kedaluwarsa, kadang-kadang bahkan sampai waktu
kadaluwarsa, bahkan ketika tiba di tempat berlindung sudah dalam kondisi
yang mulai membusuk. Situasi tersebut membuat beberapa donatur
kecewa dan lebih memilih untuk menyalurkan barang langsung ke lokasi
terdekat. Kondisi seperti itu menyebabkan pengguliran bantuan menjadi
lumpuh dan tidak merata.
4. Masalah gizi cenderung terjadi pada kelompok rentan seperti bayi, balita,
ibu hamil dan orang tua, dan membutuhkan perawatan gizi khusus.
5. Ketidakmampuan petugas dapur untuk menyiapkan bayi dan balita,
menyiapkan makanan pendamping asi (MP-ASI), makanan ringan untuk
bayi dan balita.

7
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan masalah gizi pada pasca bencana
jika terjadi letusan gunung berapi sangat rentan terhadap bayi, balita dan lanjut
usia. Berikut informasi dari World Health Organization (WHO) bahwa kematian
terbesar terjadi pada kelompok usia 0-6 bulan. Apabila masalah gizi ini tidak
mendapat perhatian yang memadai pada saat evakuasi, bukan tidak mungkin bayi
dan balita akan mengalami gizi buruk, yang kemudian berlanjut menjadi gizi
buruk yang dapat menjadi generasi dengan kecerdasan sangat rendah dan The Lost
Generation. Selanjutnya usia lansia berhubungan dengan gizi karena
berkurangnya konsumsi makanan karena kurang nafsu makan, penurunan
gangguan gizi, diare dan meningkat karena status fisiologis. Selain status
fisiologis, kondisi mental juga sangat mempengaruhi asupan gizi lansia. Kondisi
mental sangat berkaitan dengan asupan gizi lansia. Stres yang berkepanjangan
dapat memperbesar penyakit baik fisik maupun mental dan tidak menutup
kemungkinan lansia akan mengalami putus cinta yang akhirnya berujung pada
depresi. Oleh karena itu, kebutuhan gizi yang cukup sangat penting bagi lanjut
usia melalui pemberdayaan pangan konsumsi gizi.

Kegiatan penanganan gizi pada keadaan darurat meliputi beberapa


kegiatan seperti pelayanan gizi, penyuluhan gizi, tenaga khusus atau sumber daya
manusia di bidang gizi, dan penyediaan pangan. Nutrisi pelayanan gizi dilakukan
oleh ahli gizi yang ditempatkan khusus di tempat pengungsian untuk menyiapkan
makanan darurat, kegiatan penyuluhan gizi yang bertujuan untuk mengubah
perilaku dan membangun mental pengungsi untuk mempertahankan dan
meningkatkan status gizi, dan ahli gizi diharapkan memperhatikan kebersihan dan
menu makanan yang akan disediakan termasuk penyiapan bahan makanan harus
dalam waktu sesingkat mungkin untuk memenuhi kebutuhan gizi para pengungsi.
Oleh karena itu, penanggulangan gizi khususnya pada bayi, balita, dan lanjut usia
pada situasi bencana menjadi penting untuk dilakukan secara cepat, tepat dan
efektif.

Dalam penyusunan arah kebijakan, ditetapkan kriteria atau indikator dasar


yang menjadi poin utama yang harus diperhatikan dalam pemerataan gizi. Dari

8
hasil wawancara, FGD dan studi kepustakaan ada dalam 3 kriteria, yaitu sumber
daya manusia, bahan makanan, dan kebijakan. Selanjutnya dari kriteria tersebut
disusun alternatif kebijakan sebagai berikut: 1. Memberdayakan Komunitas
Respon Gizi 2. Pengawasan ketat terhadap dapur umum dalam evakuasi 3.
Profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi 4. Alokasi
dana siap pakai untuk pemenuhan kebutuhan pokok 5. Pemeliharaan Pangan
dengan Keadaan Darurat Bencana 6. Pengiriman makanan dilakukan tepat waktu,
transparan, aman dan manusiawi 7. Peningkatan koordinasi lintas program dan
sektoral 8. Pemantauan dan evaluasi status gizi pengungsi. Tiga kriteria dan
delapan alternatif kebijakan, diolah menggunakan teknik AHP, dimana model
hierarki penanggulangan gizi pasca bencana erupsi Gunung Dempo di Kota Pagar
Alam Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar. 1. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa tujuan kebijakan berhubungan dengan setiap kriteria dan
setiap kriteria berhubungan dengan keseluruhan alternatif kebijakan. Hasil
pengolahan menggunakan expert choice diperoleh bobot dari tingkat kepentingan
pada tingkat kriteria dan tingkat alternatif kebijakan. Gambar 2, menunjukkan
bobot kepentingan antara kriteria yang jika diurutkan berdasarkan bobot tinggi ke
rendah diperoleh sumber daya manusia, makanan, dan kebidanan. Artinya dalam
penyusunan kebijakan penanggulangan gizi, permasalahan di lapangan dapat
diatasi jika sumber daya manusia lebih fokus dan tenaga kesehatan ditingkatkan.
Selanjutnya arah kebijakan memiliki nilai konsistensi < 0,1 yaitu 0,04 yang
menggambarkan bobot yang diberikan secara konsisten dalam menetapkan skala
perbandingan sepasang kriteria, sehingga solusi yang dihasilkan bermanfaat bagi
pengguna.

9
Dari hasil analisis berpasangan untuk kebijakan alternatif, diperoleh prioritas
kebijakan, dengan urutan sebagai berikut: distribusi pangan dilakukan tepat
waktu, transparan dan aman, manusiawi dan mengikuti kondisi setempat;
Pengawasan ketat terhadap dapur umum; Profesionalisme dari tenaga lapangan
untuk penanganan gizi pengungsi; Peningkatan koordinasi lintas program dan
sektoral; Pemeliharaan pangan dengan keadaan darurat bencana; Pemberdayaan
masyarakat tanggap gizi; alokasi dana siap pakai untuk kebutuhan dasar; serta
monitoring dan evaluasi status gizi pengungsi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Prioritas Kebijakan

Arah kebijakan pengelolaan Gizi Masyarakat di Kota Pagar Alam pasca bencana
erupsi Gunung Dempo diprioritaskan pada 3 kebijakan yang dapat dilaksanakan
dengan strategi sebagai berikut:

10
1. Distribusi pangan dilakukan tepat waktu, transparan dan aman, manusiawi
dan mengikuti kondisi setempat
2. Pengawasan ketat dari dapur umum
3. Profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi

Ketiga prioritas tersebut dengan strategi implementasi dapat dijadikan sebagai


solusi dalam penanggulangan bencana gizi masyarakat khususnya pada kelompok
rentan yaitu: bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia.
Penanggulangan gizi ini juga dilakukan bersama Dinas Sosial, PMI dan Pangdam
terkait penyediaan dapur umum dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi terkait
cepatnya bantuan kebutuhan pokok pengungsi (beras). Dengan demikian,
pemeliharaan pangan yang dilakukan pada saat terjadi bencana dapat memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi secara efektif.

2.3 Kesimpulan
Gunung Berapi Dempo merupakan gunung aktif yang terletak di Kota
Pagar Alam yang telah meletus dan dapat dipastikan jika terjadi letusan,
masyarakat yang berada di sekitar kawasan gunung harus mengungsi ke tempat
atau tempat yang aman. Salah satu krisis yang sering terjadi di pengungsian
adalah krisis kesehatan, khususnya masalah gizi masyarakat/korban bencana yang
sering diabaikan. Model penanggulangan gizi masyarakat pasca bencana erupsi
Gunung Dempo ini merupakan salah satu solusinya. Arah kebijakan tersebut
memiliki tiga kriteria dan delapan kebijakan alternatif dengan urutan prioritas
sebagai berikut: Pengiriman makanan dilakukan tepat waktu, transparan dan
aman, manusiawi dan mengikuti kondisi setempat; Pengawasan ketat terhadap
dapur umum; Profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi;
Peningkatan koordinasi lintas program dan sektoral; Pemeliharaan pangan dengan
keadaan darurat bencana; Pemberdayaan masyarakat tanggap gizi; alokasi dana
siap pakai untuk kebutuhan dasar; serta pemantauan dan evaluasi status gizi
pengungsi. Ketiga prioritas tersebut dengan strategi implementasi dapat dijadikan
sebagai solusi dalam penanggulangan bencana gizi masyarakat khususnya pada

11
kelompok rentan yaitu: bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan
lansia.

2.4 Pengakuan
Penelitian ini didukung oleh Universitas Negeri Padang (UNP) dan Pemerintah
Kota Pagar Alam. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua
Pascasarjana UNP dan Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian atas
dukungannya dalam penelitian ini.

12
BAB III
TELAAH DAN KRITISI JURNAL
3.1 Gambaran Umum
Sumber International Journal of Management and Humanities (IJMH) ISSN:
2394-0913, Volume-4 Issue-9, May 2020
Jurnal

Penulis Yessy Aprihatin, Dedi Hermon, Eri Barlian, Indang Dewata, Iswandi
Jurnal Umar

Judul jurnal Policy Direction for AHP-Based Community Nutrition


Management Post Eruption of Dempo Volcano, Pagar Alam City
- Indonesia

Judul jurnal ini sudah berhubungan dengan topik dan jelas dan
telah menggambarkan isi penelitian.

Waktu 2020
penerbitan

Abstrak Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam
jurnal satu paragraf. Abstrak dalam jurnal ini ditulis jelas dan mudah
dibaca dan infromatif hanya meliputi latar belakang dan tujuan,
serta jurnal ini sudah memenuhi syarat abstrak jurnal yaitu 200-
250 kata

Pendahuluan Pendahuluan dalam jurnal ini menjelaskan latar belakang


jurnal penelitian ini dan dilengkapi data studi pendahuluan yang
menguatkan penelitian ini dilakukan.dalam jurnal ini sudah
mencantukan tujuan jurnal model kebijakan tanggap bencana
untuk letusan gunung berapi di Kota Pagar Alam, Provinsi
Sumatera Selatan.

Metode Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, melalui 3 tahap


yaitu wawancara, penentuan kriteria dan alternative kebijakan,

13
Jurnal FGD,

Isi Jurnal Pada bagian isi jurnal dijelaskan secara rinci mengenai
permasalahan jurnal. hasil dijelaskan melalui tabel dan narasi
deskriptif sehingga memudahkan pembaca memahami isi dari
penelitian jurnal

Kesimpulan Pada jurnal ini kesimpulan nya telah menjawab tujuan


jurnal peneliti dengan mentapkan arah kebijkan dalam tiga kriteria dan
delapan kebijakan alternative dengan urutan menurut prioritas

Daftar Daftar pustaka dari jurnal dapat dicantumkan dengan metode


pustaka Vancover dan terdapat 22 refrensi dan Daftar pustaka yang
jurnal disajikan dalam artikel tersebut sudah sesuai dengan Penulisan
yang benar dan dikutip melalui sumber-sumber yang dapat
dibuktikan kebenaranya.

14
LAMPIRAN JURNAL ASLI

15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai