Anda di halaman 1dari 22

KEMAMPUAN NUMERIK

Dalam sub soal NUMERIK akan selalu berhubungan dengan matematika dasar.
Matematika adalah ratu dari ilmu pengetahuan (Carl Friedrich Gauss - Matematikawan
Terbaik Jerman 1777 - 1855 M). Berikut beberapa dasar matematika yang perlu
diketahui agar dapat mengerjakan soal TIU lebih mudah.
Ada sebuah pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Sama halnya
dengan kalimat itu, kita harus mengetahui dulu dasar dari matematika agar kita lebih
mudah dalam mengenali dan memahaminya. Sebelum kita masuk kedalam sub materi
dari NUMERIK, hal yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah mengenal bilangan
dan operasi dari bilangan itu sendiri. Berikut beberapa bilangan dasar yang sedikit
banyak harus kita pahami dan ingat terlebih dahulu.
1. Bilangan Asli (1, 2, 3, 4, 5, … dst.)
2. Bilangan Bulat Positif dan Negatif (…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, … dst.)
3. Bilangan Ganjil (…, -9, -7, -5, -3, -1, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, … dst.)
4. Bilangan Genap (…, -10, -8, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, 8, 10, … dst.)
5. Bilangan Prima 1-100
2 3 5 7 11

13 17 19 23 29

31 37 41 43 47

53 59 61 67 71

73 79 83 89 97

6. Bilanga Desimal (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.)


7. Bilangan komposit (kebalikan dari bilangan prima)
8. Bilangan riil
a. Bilangan Rasional adalah sistem bilangan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan a/b dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0.
Misalnya: -1,25; 0; 23; 1,25; dan lain-lain.
b. Bilangan Irasional adalah sistem bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk pecahan a/b dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0,
namun dapat ditulis dalam bentuk desimal.
Misalnya : 3,14 atau 2,71 dan lain-lain.
Nah, sekarang kita akan masuk ke materi dari sub materi NUMERIK. Silahkan
pahami materi berikut.

a. Berhitung
Berhitung adalah salah satu cabang dari matematika yang mempelajari operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan dan kombinasi.
Dalam soal CPNS, semua operasi hitung akan dijumpai dari penjumlahan hingga
kombinasi.
1. Penjumlahan adalah landasan akademis dasar yang perlu dimiliki setiap orang.
Untuk menyelesaikan penjumlahan dengan cepat dapat dilakukan dengan
beberapa trik sebagai berikut tanpa membuat cakaran yang menghabiskan
waktu.
a. Dengan menjumlahkan terlebih dahulu angka menjadi 10.
Contoh : 6 + 2 + 5 + 4 = .....
Jawab: perhatikan angka 6 dan 4. kedua angka tersebut jika
dijumlahkan hasilnya 10. Lalu jumlahkan angka 2 dan 5 mendapatkan
hasil 7.
Jadi hasilnya adalah 17.

b. Menjumlahkan dengan menggenapkan angka menjadi 10, 20, 30,


dst.
Contoh : 29 + 26 = ...
Jawab : angka 29 tambahkan 1 dengan mengambilnya dari angka 26.
Hasilnya 29 + 1 = 30. Karena 26 telah dikurangi 1 untuk
dijumlahkan dengan 29 di atas, maka sisanya tinggal 25. Tambahkan
25 dengan 30. Hasilnya 25 + 30 = 55.
Jadi, 29 + 26 = 55.
c. Dengan menjumlahkan satuannya terlebih dahulu.
Contoh : 25 + 36 + 22 + 11 =...
Jawab: Pertama lakukan penjumlahan angka satuannya dari kiri ke
kanan, yaitu dengan menjumlahkan 5 + 6 + 2 + 1 (menajdi 11, 13, 14).
Selanjutnya lanjutkan dengan melakukan penambahan dengan
penambahan puluhannya, yaitu 14 + 20 + 30 + 20 + 10 (menjadi 14,
34, 64, 84, 94).
Jadi, 25 + 36 + 22 + 11 = 94.

d. Penjumlahan cepat dengan berurut dari kiri ke kanan atau


penjumlahan paling umum dilakukan.
Misal: 15 + 31 + 22 + 8 =...
Jawab: Awali dengan memikirkan angka 15. Selanjutnya tambahkan
31 (10 + 10 + 10 + 1) dengan menghitung 25, 35, 45, 46. Lanjutkan
dengan menambahkan 22 (10 + 10 + 2) dengan menghitung 56, 66,
68. Langkah terakhir tinggal menambahkan 8, diperoleh 68 + 8 = 76.
Jadi, 15 + 31 + 22 + 8 = 76.

"Ingat! Lakukan langkah-langkah ini dalam pikiran saja." Dengan banyak


berlatih dan konsentrasi maka cara diatas akan mudah dilakukan.

2. Pengurangan
Salah satu cara mengerjakan soal pengurangan selain mengurangkan
langsung pembilang dan pengurang adalah dengan meminjam angka ke
angka lainnya. Misal : 90 – 37 = …
Bulatkan dulu pengurangnya (37) ke atas menjadi 40.
90 – 37 = …
90 – 40 = 50 (37+3 = 40)
Lalu tambahkan pembulatannya 3, maka 50 + 3 = 53 (selesai).
Jadi, 90 – 37 = 50 + 3 = 53
3. Perkalian
Untuk soal perkalian, hal pertama yang harus dipahami adalah
menghapal tambel perkalian dasar 1 sampai dengan 10. Jika kita tidak dapat
menghapal seluruh atau sebagian dari table perkalian dasar, kita dapat
menulis table tersebut sebelum mengerjakan soal dan ingat, tulislah table
tersebut sebelum waktu ujian dimulai. Terdapat beberapa cara yang mudah
diikuti dalam operasi perkalian sebagai berikut.
a. Penguraian Sederhana
Misal : 2 x 123 = …
123 = 100 + 20 + 3
2 x 123 = 2 x (100 + 20 + 3)
= (2 x 100) + (2 x 20) + (2 x 3)
= 200 + 40 + 6
= 246
Untuk penguraian 2 digit atau lebih dapat dilakukan dengan cara
yang sama.

b. Perkalian Bersusun
Misal : 23 x 9 = …

Untuk perkalian bersusun 3 digit atau lebih dapat dilakukan dengan cara
yang sama.
4. Pembagian
Untuk soal pembagian, anda harus menulisnya di kertas cakaran karena
tidak dapat dilakukan hanya dengan memikirkannya saja, apalagi bila soal
yang ada dengan jumlah angka yang banyak. Selain itu, hapalkan table
perkalian dasar karena perkalian dan pembagian adalah dasar matematika
yang saling berhubungan. Gunakanlah cara yang paling mudah anda pahami.
Berikut cara pembagian umum yang biasa kita gunakan.
Misal 1 : 8 = …

Jadi, hasil pembagian 1 : 8 = 1,125


Contoh lainnya, misal 876 : 6 =

Jadi, hasil pembagian 876 : 6 = 146


Hal yang perlu diketahui dalam pembagian adalah mencari angka yang
mendekati dari dari nilai yang dibagi dan tidak boleh lebih dari nilai yang
dibagi. Salah satu cara mendapatkannya adalah melalu table perkalian.
Pembagian dengan menggunakan cara seperti diatas selalu sama baik itu
dengan bilangan 1 angka, 2 angka, 3 angka dan seterusnya.

5. Perpangkatan
an = a × a × a × … × a sebanyak n kali
a adalah bilangan yang dipangkatkan (bilangan pokok)
n adalah pangkat (eksponen)
dengan n adalah bilangan bulat positif

Contoh macam-macam perpangkatan adalah sebagai berikut.


1. Perkalian Bilangan Berpangkat (pm × pn = pm + n)
misal : 32 × 34 = 32 + 4 = 36 = 729

2. Pembagian Bilangan Berpangkat (pm : pn = pm – n)


misal : 34 : 32 = 34 - 2 = 32 = 9

3. Perpangkatan Bilangan Berpangkat (pm)n = pm × n)


misal : (42)3 = 42 × 3 = 46 = 4096

4. Bilangan Berpangkat Negatif


5. Bilangan Pangkat Pecahan

6. Perpangkatan Bilangan Pokok Negatif


Saat m ganjil, (-p)m = negatif
Saat m genap, (-p)m = positif

(-2)3 = (-2) × (-2) × (-2)


= 4 × (-2) = -8

contoh lain :
(-2)4 = (-2) × (-2) × (-2) × (-2)
= 4 × (-2) × (-2)
= (-8) × (-2)
= 16

7. Perpangkatan Bilangan Pokok Non-Negatif Berbentuk Negatif


Bilangan pokok non-negatif berbentuk negative
-b² = -1 × b²
= -1 × b × b
Bedanya dengan bilangan pokok negative adalah pada tanda kurungnya.
misal : (-3)² dan -3²
(-3)² = (-3) × (-3) = 9 (Terlihat bilangan pokok bentuk pangkat tersebut adalah
negatif)
-3² = -1 × 3²
= -1 × 3 × 3
= -9 (Terlihat bilangan pokok bentuk pangkat tersebut adalah positif (non-
negatif), nilai minus berfungsi sebagai pengali -1)
6. Aljabar

a. Penjumlahan dan Pengurangan Aljabar


misal : 2x + 3y + 7x - 2y?
maka, 2x + 3y + 7x - 2y = 2x + 7x + 3y - 2y
= (2x + 7x) + (3y - 2y)
= 9x + y
Jadi, bentuk sederhana dari 2x + 3y + 7x - 2y adalah 9x + y

b. Perkalian Aljabar
1. Perkalian dengan konstanta
Contoh 1 => 2y × 3 = 6y

Contoh 2 => (3y + x) × 4 = (3y × 4) + (x × 4)


= 12y + 4x

Contoh 3 => 3yz × 7 = 21yz

2. Perkalian dengan variable


Contoh 1 => y × y = y2 Contoh 2 => x2 × x = x2 + 1
= x3

Contoh 3 => 2yz × y = 2y2z


(2x + 1) y = (2x × y) + (1 × y)
= 2xy + y
c. Pembagian Aljabar
Contoh 1: Pembagian variabel dengan konstanta

Contoh 2: Pembagian variabel dengan variabel

Contoh 3: Pembagian variabel dengan variabel yang lebih


kompleks

d. Perpangkatan Aljabar
Contoh 1:

7. Pecahan dan Desimal


Untuk materi ini, yang akan kita bahas adalah cara mengubah pecahan
campuran ke desimal dan desimal ke pecahan. Untuk mengubah pecahan
desimal kita dapat memakai cara pembagian (lihat materi pembagian).
a. Pecahan Campuran Ke Desimal
misal : 3 ¹/8 = 3 + ¹/8

Dengan cara porogapit seperti di atas, pecahan ¹/8 dapat diubah ke


bentuk desimal.

3 ¹/8 = 3 + ¹/8
= 3 + 0,125
= 3,125
Jadi, 3 ¹/8 = 3,125
b. Desimal ke Pecahan
Untuk mengubah bentuk desimal ke pecahan dapat dilakukan dengan
mengubah ke bentuk sepersepuluh.
1 angka di belakang koma ke seper 10
2 angka di belakang koma ke seper 100
3 angka di belakang koma ke seper 1000 dan seterusnya.

 Angka desimal terakhir ≥ 5 dibulatkan ke atas


Contoh: 1,8 = 2
1,55 = 1,6
0,678 = 0,68

 Angka desimal terakhir < 5 dibulatkan ke bawah


Contoh: 3,2 = 3
3,23 = 3,23
4,572 = 4,57

 Contoh mengubah bentuk desimal ke pecahan


misal : 1,4 = …
1,4 = 1 + 0,4
(Bilangan 0,4 memiliki 1 angka di belakang
koma, sehingga penyebut yang digunakan
adalah 10)

(Penyederhanaan 4/10 diperoleh dari membagi


dengan FPB 4 dan 10 yaitu 2)

(Setelah didapat bentuk pecahan dari 0,4


dapat dihitung bentuk pecahan 1,4)
Jadi, bentuk pecahan dari 1,4 = 1
b. Deret Angka
Langkah awal mencari pola/irama suatu deret adalah dengan
memperhatikan perubahan dari satu bilangan ke bilangan yang lain, kemudian
ditentukan apakah aturan operasi tersebut berlaku untuk seluruh deret atau
tidak. Semakin sering anda mengerjakan soal pola bilangan, maka anda akan
semakin mahir dan mampu mengerjakan dengan cepat dari waktu ke waktu.
Deret bilangan yaitu jumlah dari suku – suku dari suatu barisan.
Jika U1, U2, U3, U4, . . . .Disebut dengan barisan bilangan , maka bentuk deret
bilangan adalah U1 + U2 + U3 +… Contoh : 3 + 7 + 11 + 15 + . . .
Adapun soal SKD deret angka, yang muncul dalam soal adalah deret angka
sederhana yaitu deret bilangan Aritmatika serta deret angka Fibonacci.
1. Deret bilangan aritmatika, yaitu suatu jumlah dari suku – suku barisan
bilangan aritmatika. Jika a , a+b , a+2b , a+3b , a+4b , . . . .a+(n-1)b adalah
barisan bilangan aritmatika maka bentuk dari deret aritmatika adalah a+
(a+b) + ( a+2b) + (a+3b) + (a+4b) + . . . .
Rumus Jumlah deret aritmatika suku ke n adalah :
Sn = 1/2 n ( a+ Un ) atau Sn = 1/2n [ 2a + ( n – 1 ) b ]
Keterangan :
Sn = jumlah suku ke n
n = Banyaknya suku
b = rasio atau beda

Contoh soal : 4 + 9 + 14 + 19 + . . .
Dari deret bilangan diatas, tentukan S30 = . . ?

Penyelesaian :
Diketahui : a = 4 , b = 5
Un = a + ( n – 1 ) b
U30 = 4 + ( 30 -1 ) 5
= 4 + 29.5
= 4 + 145
= 149
maka , S30 adalah :
Cara 1
Sn = 1/2 n ( a+ Un )
S30 = 1/2 . 30 ( 4 + 149 )
= 15 x 153
= 2295

Cara 2
Sn = 1/2n [ 2a + ( n – 1 ) b ]
S30 = 1/2 30 [ 2.4 + ( 30 – 1 ) 5 ]
= 15 [ 8 + 29 .5 ]
= 15 ( 8 + 145 )
= 15 ( 153 )
= 2295

2. Deret Angka Fibonacci adalah deret angka yang diperoleh dengan


menjumlahkan dua angka sebelumnya:
1, 1, 2, ...
1 + 2 = 3 => 1, 1, 2, 3, ...
2 + 3 = 5 => 1, 1, 2, 3, 5, ...
3 + 5 = 8 => 1, 1, 2, 3, 5, 8, ...
Selain menggunakan rumus di atas, deret angka sederhana dapat dikerjakan
hanya dengan mengetahui pola dari soal. Kita harus memahami operasi hitung
yang digunakan pada soal deret angka sederhana. Dengan mengetahui polanya,
kita akan lebih mudah menyelesaikan soal-soal serupa.

c. Perbandingan Kuantitatif
Perbandingan kuantitatif adalah upaya untuk membandingkan 2 atau lebih
objek yang sama dengan angka-angka.
Contoh 1: Membandingkan Umur
Umur Ahmad 10 tahun
Umur Made 30 tahun
Berapakah perbandingan umur Ahmad dan Made?
Penyelesaian:
Satuan = tahun
Ahmad : Made = 10 : 30
Jadi, perbandingan umur Ahmad dan Made adalah 10 : 30
FPB (Faktor Persekutuan terbesar) 10 dan 30 adalah 10

Perbandingan 10 : 30 dapat disederhanakan menjadi 1 : 3


Jadi, perbandingan umur Ahmad dan Made juga dapat ditulis sebagai 1 : 3

Contoh 2 : Membandingkan Berat


Berat Andi 1 kwintal
Berat Beni 45 kg
Berat Kristi 10.000 gram
Berapakah perbandingan berat Andi, Beni dan Kristi?
Penyelesaian:
Sebelum diubah ke bentuk perbandingan perlu disamakan jenis satuan
berat ketiga orang tersebut.
Andi 1 kwintal = 100 kg
Beni 45 kg
Kristi 10.000 gram = 10 kg
Andi : Beni : Kristi = 100 : 45 : 10

FPB 100, 45 dan 10 adalah 5


Dapat disederhanakan menjadi
Andi : Beni : Kristi = 100/5 : 45/5 : 10/5
Andi : Beni : Kristi = 20 : 9 : 2
Jadi, perbandingan berat Andi, Beni, dan Kristi adalah 20 : 9 : 2
1. Rumus Menghitung Hasil Perbandingan

Contoh : Menghitung Hasil


Perbandingan

Seorang pengusaha yang ingin bergerak di bisnis produksi makanan


mendapatkan modal dari seorang investor untuk membentuk suatu
perusahaan. Pengusaha dan investor setuju pembagian keuntungan
menggunakan perbandingan pengusaha : investor = 2 : 1. Bulan ini, keuntungan
bersih bisnis tersebut adalah Rp 90 juta. Berapakah masing-masing keuntungan
yang diterima pengusaha dan investor?
Diketahui :
Keuntungan perusahaan = Rp 90 juta
Pengusaha : investor = 2 : 1

Penyelesaian:
Bentuk perbandingan keuntungan dapat dijadikan menjadi 1 kesatuan, yang
diilustrasikan sebagai berikut :

Ilustrasi perbandingan pengusaha : investor = 2 : 1

Dari ilustrasi diketahui :


Total perbandingan = 2 + 1 = 3
Dalam bentuk pecahan dapat ditulis
Bagian pengusaha = 2/3
Bagian investor = 1/3
Kemudian dapat dihitung :

Jadi, pengusaha mendapat keuntungan Rp 60 juta dan Investor 30 juta


dari total keuntungan perusahaan.

2. Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai adalah jenis perbandingan dua atau lebih satuan,
saat salah satu nilai meningkat maka nilai lainnya ikut meningkat begitu juga
saat salah satu nilai menurun maka nilai lainnya ikut menurun.
Contoh kasus perbandingan senilai:
1. Waktu tempuh dan jarak tempuh suatu kendaraan
2. Waktu download dan besar file yang di download
3. Banyak bahan baku dan banyak produksi barang
4. Jumlah pekerja dan jumlah gaji yang dibayarkan perusahaan
5. Jumlah hewan ternak dan banyak makanan ternak

Rumus Perbandingan Senilai :


Dengan menggunakan konsep pembagian, dapat
ditulis :
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Contoh : Jumlah pekerja dan jumlah gaji yang
dibayarkan.
Sebuah rumah dikerjakan oleh 3 pekerja
membutuhkan biaya Rp 600.000,00. Untuk
meringankan beban pekerja, rumah akan
dikerjakan 4 orang. Berapa biaya yang
diperlukan untuk membayar pekerja?

Penyelesaian :
Kasus di atas akan dibentuk
menjadi perbandingan senilai karena secara
logika matematika jika pekerja ditambah,
maka gaji bertambah.
Dapat dibentuk perbandingan senilai dengan variable
a = pekerja
b = gaji
Sehingga dapat dibentuk perbandingan senilai
a1 = jumlah pekerja 3 orang
a2 = jumlah pekerja 4 orang
b1 = Rp 600.000,00
b2 = gaji saat pekerja 4 orang
Menghitung b2 yaitu gaji saat 4 pekerja

Jadi, jumlah gaji yang


dibayarkan saat
menggunakan 4 pekerja
adalah Rp 800.000,00
3. Perbandingan Berbalik Nilai :
Perbandingan berbalik nilai adalah jenis perbandingan dua atau lebih
satuan, saat salah satu nilai meningkat maka nilai lainnya menurun begitu
juga saat salah satu nilai menurun maka nilai lainnya meningkat.
Contoh kasus perbandingan berbalik nilai:
 Perbandingan jumlah pekerja dengan waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan
 Perbandingan kecepatan download dengan waktu untuk mendownload

Dengan menggunakan konsep pembagian, dapat ditulis

Rumus Menghitung Perbandingan Berbalik Nilai


Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Contoh: Jumlah pekerja dan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Seorang kontraktor mempekerjakan 12
orang untuk menyelesaikan bangun
jembatan selama 3 bulan. Jika kontraktor
tersebut mempekerjakan 18 orang.
Berapakah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan jembatan?

Penyelesaian:
Kasus di atas akan dibentuk
menjadi perbandingan berbalik
nilai karena secara logika matematika jika
pekerja ditambah, waktu menyelesaikan
pekerjaan berkurang.
Satuan perbandingan berbalik nilai :
Dapat dibentuk perbandingan berbalik nilai dengan variable
a = pekerja
b = waktu
Sehingga dapat dibentuk perbandingan senilai
a1 = 12 pekerja
a2 = 18 pekerja
b1 = 3 bulan
b2 = waktu saat 18 pekerja
Menghitung b2 yaitu waktu saat 18 pekerja

Jadi, waktu yang diperlukan


menyelesaikan jembatan saat
menggunakan 18 pekerja adalah 2
bulan.
d. Soal Cerita
1. Peluang Kejadian
Misalnya S adalah ruang sampel dari suatu percobaan dengan setiap anggota
S memiliki kesempatan muncul yang sama dan K adalah suatu kejadian
dengan K⊂S, maka peluang kejadian K adalah:

Sebuah dadu dilempar undi satu kali, peluang muncul angka


bilangan prima adalah...

Jawab :
Ruang sampel dadu (S) = {1, 2, 3, 4, 5, 6} maka n(S) = 6
Muncul angka prima (K) = {2, 3, 5} maka n(K) = 3
Sehingga peluang muncul angka bilangan prima yaitu:

2. JKW (JoKoWi) = Jarak, Kecepatan dan Waktu


Kecepatan = Jarak/Waktu
Jarak = Waktu x Kecepatan
Waktu = Jarak/Kecepatan
v=s/t
Keterangan :
v = Kecepatan (m/s, km/jam)
s = Jarak (m, km)
t = Waktu (jam, sekon)

contoh soal :
Karno mengendarai ssebuah mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.
Ia berangkat dari kota Jakarta menuju kota Bandung pukul 04.00. Andai
Karno sampai di kota Bandung Pukul 07.00. Berapa Km jarak yang telah
ditempuh Karno ?
Jawab :
Keterangan Rumus jarak tempuh s = v x t
Waktu yang ditempuh = waktu tiba – waktu berangkat
= Pukul 07.00 – Pukul 04.00
= 3 jam
Jarak yang ditempuh = kecepatan X waktu
= 60 km/jam X 3 jam
= 180 km
Maka, Karno sudah menempuh jarak 180 km

3. Kecepatan Rata-Rata
Keterangan:
v = kecepatan rata-rata (m/s)
x1 = titik awal (m)
x2 = titik akhir (m)
t1 = waktu awal (s)
t2 = waktu akhir (s)

4. Aritmatika Sosial
Persen (%) adalah sebuah tipografi penulisan berjenis simbol yang
berfungsi untuk menyatakan perbandingan per seratus dari angka yang
dimuatnya.
Contoh : 45%
Persentase adalah nilai bagian dari suatu pernyataan (keutuhan) yang
dinyatakan dalam persen (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012).
Contoh : Bunga tabungan suatu bank 6%
a. Untung dan Rugi
 Untung= harga penjualan - harga pembelian
 Harga penjualan= harga pembelian + untung
 Harga pembelian= harga penjualan - untung
 Rugi= Harga pembelian - Harga penjualan
 Harga penjualan= Harga pembelian - Rugi
 Harga pembelian= Harga penjualan + Rugi
b. Presentase Untung dan Rugi
 Presentase Untung= (Untung (dalam Rp)/Harga pembelian) x 100%
 Presentase Rugi= (Rugi (dalam Rp)/Harga pembelian) x 100%

c. Bunga Harian, Bunga Bulanan, dan Bunga Tahunan


 Bunga Harian = (Banyak hari menabung x Persen bunga x Modal) /
(360x100)
 Bunga Bulanan = (Banyak bulan menabung x Persen Bunga x Modal)/
12
 Bunga Tahunan= Persen Bunga x Modal

Anda mungkin juga menyukai