Anda di halaman 1dari 2

Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah di bawah ini!

ARUS BALIK

                              Penulis: Pramoedya Ananta Toer

         Sinopsis

ARUS BALIK, adalah sebuah epos pasca kejayaan Nusantara sebagai kekuatan dan
kesatuan maritim pada awal abad 16.

Seperti yang dituliskan oleh Joesoef Isak (editor) dalam catatan Penerbit tahun 1995
yang diperbarui, Arus Balik adalah suatu epos pasca kejayaan Majapahit pada saat arus
zaman membalik, pada saat segalanya berubah – kekuasaan di laut menjadi kekuatan darat
yang mengkerut di pedalaman, kemuliaan menukik ke dalam kemerosotan, kejayaan berubah
ke kekalahan, kecemerlangan cendekia menjadi kedunguan dalam penalaran, kesatuan dan
persatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan.

Semasa jaya Gajah Mada di Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan
laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi. Arus bergerak dari Selatan ke
Utara, segalanya : kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatannya, cita-cita dan citranya,
semua bergerak dari Nusantara di Selatan ke “Atas Angin” di Utara.

Kekuatan dan kesatuan maritim Nusantara pernah mengimbak-imbak megah berpendaran


damai ke Utara.

Tapi zaman berubah ……

Arus berbalik, bukan lagi dari Selatan ke Utara tetapi sebaliknya dari Utara ke Selatan. Utara
kuasai Selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara. Perpecahan dan kekalahan demi
kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tiada hentinya sampai saat ini.

Arus raksasa menggelombang dari Utara menghempas Nusantara mundur ke Selatan – yang
tertinggal hanya negara/kota kecil-kecil di pesisir Utara Jawa, bahkan lebih jauh lagi mundur
sampai ke pedalaman, ke desa-desa di kaki-kaki pegunungan. Mundur, mundur terus sampai
ke pedalaman bukan hanya secara geografis, tetapi lebih-lebih lagi mundur ke pedalaman diri
sendiri, ke pedalaman nurani dan kenalurian yang mengganti nalar rasional. Merasuk dalam
ke pedalaman diri yang paling aman, pedalaman yang tak akan mampu disentuh oleh
siapapun, pedalaman dimana bisa dibangun kekuasaan paling perkasa dan bisa berbuat
segala-galanya. Akhirnya Arus Balik bukan hanya lagi kisah tentang para Sultan dan Adipati
Nusantara dan Jawa, tapi juga kisah tentang manusia Nusantara, manusia Jawa, kultur Jawa,
kisah tentang “Javanese mind” dengan berbagai perwatakannya. Kebesarannya, kearifannya,
kemunafikannya, dan eufemismenya.

Kejayaan Majapahit pernah hampir diulang oleh Adipati Unus dari Jepara, putera Sultan
Demak Raden Patah, dengan menyerang Portugis di Malaka. Walaupun kalah dan terluka,
Jepara sudah pernah mendatangi Portugis di Malaka. Kapal-kapal Jepara sudah pernah pernah
menyerang Portugis, dan akan mendatangi lagi kelak. Berbeda dengan Adipati Tuban Arya
Tumenggung Wilwatikta, keturunan Ranggalawe, teman seperjuangan Raden Wijaya. Tuban
pernah menjadi andal-andalnya Majapahit dengan armada kapal perang yang besar serta
kekuatan angkatan darat dengan pasukan gajah yang tak terkalahkan. Adipati Tuban
Wilwatikta tidak suka memerangi Portugis, melainkan lebih mengutamakan perdagangan
semata. Demikian juga dengan Sultan Trenggono, adik Adipati Unus yang menggantikannya
menjadi Raja di Demak, lebih suka memerangi tetangganya sendiri untuk menguasai Jawa
seluruhnya daripada bersatu guna memerangi Portugis.

Wiranggaleng, pemuda desa sederhana, menjadi tokoh protagonist dalam epos kepahlawanan
yang maha dahsyat ini. Dia bertarung sampai ke pusat kekuatan Portugis di Malaka, memberi
segala-galanya, walau hanya secauk pasir sekalipun, untuk membendung arus Utara,
“Sekarang orang tak mampu lagi membuat kapal besar. Kapal besar dibuat hanya oleh
kerajaan besar, kapal kecil oleh kerajaan kecil, menyebabkan arus tidak bergerak lagi dari
Selatan ke Utara. Atas angin sekarang unggul, membawa segalanya ke Jawa, termasuk
kehancuran, penindasan dan penipuan. Makin lama kapal-kapal kita makin kecil untuk
kemudian tidak mempunyai lagi”.

Kejayaan persatuan dan kesatuan Indonesia dilahirkan oleh gelora kebaharian, sebaliknya
kawasan-kawasan pedalaman agraris mengungkung wawasan berpikir, cenderung
membentuk watak kerdil dan kemunafikan akibat tiadanya sentuhan gemuruh gelombang
lautan. Maka benar sekali ucapan Pramoedya, Indonesia tak habis-habisnya dirundung
masalah integrasi dan tersendat perkembangannya, disebabkan sebagai kekuatan bahari
Indonesia sejak merdeka justru selalu diatur oleh kekuasaan di darat dengan watak khasnya
yang bukan saja tak kenal, malah meminggirkan masalah kebaharian.

Setelah selesai membaca teks tersebut kemudian analisislah struktur dan nilai-nilai
yang terdapat dalam teks tersebut.

Untuk memudahkan kalian mengerjakan isilah table berikut!

No Struktur Kalimat penjelasan


1 orientasi
2 komplikasi
3 klimaks
4 resolusi
5 koda
Untuk memudahkan kalian mengerjakan analisis nilai nilai pergunakanlah table
di bawah ini!

NO Nilai -nilai penjelasan


1
2
3
4
5
6

***** Selamat mengerjakan*****

Anda mungkin juga menyukai