1.Dirawikan At Tirmidzi dari seorang laki-laki dari suku Bani Salim. Dan Ibnu Majah dari
Abi.Hurairah.
Kemudian, puasa itu memperoleh kedudukan yang istimewa, dengan disandarkan kepada Allah
Ta'ala, bila dibandingkan dengan rukun-rukun Islam lainnya. Karena firman Allah Ta'ala, menurut
yang diceritakan Nabi فإنه لي وأنا أجزي به، كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إال الصيام :.صلى هللا عليه وسلم
(Kullu hasanatin bi-'asyri amtsaalihaa ilaa sab'-i-mi-'ati dli'-fin illash shiyaamu fainnahuulii wa ana
ajzii bih).Artinya:'Tiap-tiap perbuatan baik,pahalanya sepuluh kali, sampai kepada
tujuh ratus kali, selain daripada puasa. Maka puasa itu adalah bagiKu dan Aku
akan membalasnya (1).
Berfirman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang yang berhati teguh (sabar) itu akan dibayar
pahalanya dengan tiada terbatas". (S. Az-Zumar, ayat 10).
Dan puasa itu, adalah setengah (nishfu) sabar. Maka pahalanya melampaui undang-undang
penentuan dan penghitungan. Cukuplah bagi anda untuk mengetahui kelebihannya, akan sabda
Nabi صلى هللا عليه وسلم "Demi Allah yang jiwaku didalam tanganNya! Sesungguhnya bau busuk mulut
orang yang berpuasa, akalah lebih harum pada sisi Allah daripada bau kesturi. Berfirman Allah
Ta'ala: "Sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan hawa nafsu, makanan dan minuman
karenaKu. Maka puasa itu untukKu dan Aku akan membalasinya". (2).
Bersabda Nabi زء44الى في ج44اء هللا تع44ود بلق44و موع44ائمون وه44ه إال الص44ه اللاير ال يدخل44ال ل44اب يق44ة ب44للجن :.ص لى هللا علي ه وس لم
صومه "Sorga itu mempunyai sebuah pintu, yang dinamakan "Ar-Rayyan", yang tidak memasuki pintu
itu, selain orang-orang yang berpuasa. Dan dijanjikan dengan menjumpai Allah Ta'ala pada balasan
puasanya". (3).
Bersabda Nabi وفرحة عند لقاء ربه، فرحة عند إفطاره : للصائم فرحتان.صلى هللا عليه وسلم "Orang yang berpuasa itu
mempunyai dua kesenangan: kesenangan ketika berbuka dan kesenangan ketika berjumpa denga
Tuhannya". (4).
Bersabda Nabi ص لى هللا علي ه وس لم.: 'Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai pintu. Dan pintu ibadah ialah
puasa". Bersabda Nabiصلى هللا عليه وسلم.: "Tidur orang yang berpuasa itu ibadah".
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi لم4صلى هللا عليه وس bersabda: "Apabila masuk bulan
Ramadlan, maka terbukalah segala pintu sorga dan terkuncilah segala pintu neraka dan dirantaikan
segala setan. Dan berserulah seorang penyeru: "Wahai orang yang ingin berbuat kebajikan! Marilah
kamu! Wahai orang yang ingin berbuat kejahatan! Hentikanlah dari kejahatan itu!" (5).
Berkata Waki tentang firman Allah Ta'ala: "Kuluu wasyrabuu hanii-an-bimaa aslaftum fil-ayyaamil
khaaliyah". Artinya:"Makan dan minumlah dengan penuh kepuasan, disebabkan (perbuatan baik)
yang telah kamu kirimkan lebih dahulu dihari yang lampau".—S. Al-Haqqah, ayat 24, adalah yang
dimaksudkan dengan hari yang lampau itu, ialah hari-hari puasa. Karena mereka telah
meninggalkan padanya makan dan minum.
Telah dikumpulkan oleh Rasulu'Iah صلى هللا عليه وسلم. dalam tingkatan membanggakan, diantara
zuhud didunia dan puasa, dengan sabdanya: "Bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala
membanggakan pada para malaikatNya dengan seorang pemuda yang beribadah
banyak dengan firmanNya: "Wahai pemuda yang meninggalkan hawa nafsunya
karenaKu, yang menyerahkan kemudaannya bagiKu! Engkau pada sisiKu adalah
seperti sebahagian para malaikatKu". (1).
Bersabda Nabi صلى هللا عليه وسلم. tentang orang yang berpuasa: "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:
"Lihatlah wahai para malaikatKu kepada hambaKu yang meninggalkan hawa nafsunya,
kesenangannya dan makan minumnya dari karenaKu".
Ada yang mengatakan tentang firman Allah Ta'ala:
َ ُفَال تَ ْعلَ ُم نَ ْفسٌ َما ُأ ْخفِ َي لَهُ ْم ِم ْن قُ َّر ِة َأ ْعيُ ٍن َج َزا ًء بِ َما َكانُوا يَ ْع َمل
ون
(Falaa ta'-lamu nafsun-maa ukhfia lahum min qurratt a'yunin jazaa-an bimaa kaanuu ya'-
maluun).Artinya:"Seorangpun tiada mengetahui cahaya mata yang disembunyikan
untuk mereka, sebagai pembalasan apa yang telah mereka kerjakan".—S. As-Sajadah,
ayat 17, bahwa amalan mereka itu, ialah puasa.Karena Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-
orang yang berhati teguh (sabar) itu akan dibayar cukup pahalanya dengan tiada
terbatas". (S.Az-Zumar, ayat 10). Maka dituangkan bagi orang yang berpuasa, pembalasannya dan
dilebihkan dengan kelebihan tanpa takaran. Dan yang demikian itu tidak masuk dibawah sangkaaan
dan taksiran.
Maka layaklah adanya yang demikian itu! Karena puasa adalah untukNya dan itu tanda kemuliaan,
dengan disangkutkan kepadaNya. Meskipun ibadah itu seluruhnya, adalah untukNya, sebagaimana
dimuiiakan sebuah rumah (al-bait), dengan disangkutkan kepadaNya (Baitu'llah), pada hal bumi
seluruhnya kepunyaanNya, adalah karena dua pengertian: Pertama: bahwa puasa itu mencegahkan
dan meninggalkan. Dan pada puasa itu sendiri ada rahasia. Tak ada padanya perbuatan yang
terlihat. Sedang segala amalan ta'at adplah dengan dipersaksikan dan dilihat oleh orang ramai. Dan
puasa itu tiada yang melihatnya selain AHah Azza wa Jalla.Dari itu, puasa adalah amalan pada batin
dengan kesabaran semata-mata.
Kedua: bahwa puasa itu adalah paksaan bagi musuh Allah 'Azza wa Jalla. Sesungguhnya jalan bagi
setan-dikutuk oleh Allah dia kiranya-ialah hawa-nafsu. Dan hawa-nafsu itu kuat dengan makan dan
minum. Karena itulah, bersabda Nabi صلى هللا عليه وسلم
إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
(Innasy-syai thaana layajri minibni Aadama majraddami fadlayyiquu majaariyahu bil-
ju).Artinya:'Bahwa setan berjalan dari anak Adam pada tempat jalan darahnya.
Maka sempitkanlah tempat jalannya dengan.lapar". (1) Karena itu, bersabda Nabi صلى هللا
عليه وسلم. kepada 'A'-isyah r.a:, داومي قرع باب الجنة Terus meneruslah mengetuk pintu sorga!" Bertanya
'A'-isyah r.a: : بماذا "Dengan apa?" Maka menjawab Nabi بالجوع :صلى هللا عليه وسلم "Dengan lapar!" (2).
Dan akan datang keutamaan lapar pada Kitab Kelobaan Makanan Dan Mengobatinya, dari bahagian
(rubu'): Yang Membinasakan. Tatkala puasa itu khususnya adalah pencegahan bagi setan,
penghambatan bagi tempat-tempat yang dilaluinya, penyempitan bagi tempat-tempat yang
ditempuhnya, maka berhaklah puasa itu dikhususkan penyangkutannya kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Maka pada mencegah musuh Allah itu, adalah menolong (agama) Allah s.w.t. Dan menolong Allah
Ta'ala adalah terhenti kepada menolongNya.
َ َوالَّذ
ِين َجا َه ُدوا فِي َنا َل َن ْه ِد َي َّن ُه ْم ُس ُب َل َنا
(walladziina jaa haduu fiina lanah diyannahum subulanaa).Artinya: "Dan orang-orang yang berjuang
dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami". (S. Al-Ankabut,
ayat 69)
PASAL PERTAMA: mengenai yang wajib dan sunat, yang dhahir serta yang harus dengan
merusakkan puasa. Adapun wajib yang dhahir, enam perkara:
Pertama: mengintip permulaan bulan Ramadlan. Dan yang demikian itu dengan melihat bulan
(ru'yah). Jikalau mendung, maka disempurnakan tiga puluh hari daripada bulan Sya'ban. Dan kami
maksudkan dengan ru'yah, ialah mengetahuinya. Dan hasil yang demikian itu dengan dikatakan oleh
seorang 'adil. Dan tidaklah tetap permulaan bulan Syawal (hilal Syawal), melainkan dengan
dikatakan oleh dua orang 'adil. Karena menjagakan (ihtiath)ibadah. Siapa yang mendengar dari
seorang 'adil dan ia percaya perkataannya itu, serta berat sangkanya benar, maka haruslah ia
berpuasa, walaupun kadli (penguasa atau pejabat Agama) tidak menjalankannya. Maka hendaklah
masing-masing hamba mengikuti tentang ibadahnya menurut berat dugaannya (dhannya). Apabila
dilihat bulan disebuah negeri dan tidak dilihat dinegeri yang lain dan diantara kedua negeri itu,
jauhnya kurang dari dua marhalah, maka wajiblah puasa atas semuanya. Dan kalau lebih dari dua
marhalah, niscaya bagi masing-masing negeri itu, hukumnya sendiri. Dan tidaklah kewajiban
berpuasa itu, melampaui kepada negeri yang tidak melihat bulan.
Kedua: niat. Dan tak boleh tidak bagi tiap-tiap malam, berniat diwaktu malam (mubayyatah) yang
tentu, lagi yakin. Kalau diniatkan berpuasa bulan Ramadlan sekali niat niscaya tidak mencukupi.
Dan itulah yang kami maksudkan dengan perkataan kami: tiap-tiap malam. Dan kalau diniatkan
pada siang hari, niscaya tidak memadai bagi puasa Ramadlan dan puasa fardlu lainnya, kecuali bagi
puasa sunat. Dan itulah kami maksudkan dengan perkataan kami: diwaktu malam (mubayyatah).
Kalau diniatkan berpuasa secara mutlak atau diniatkan fardlu secara mutlak, niscaya tidak
memadai. Berniatlah: fardlu daripada Allah Azza wa Jalla puasa Ramadlan.
Kalau diniatkan pada malam diragukan (malam syak, apakah ia masih bulan Ramadlan), akan
berpuasa besok, jikalau ia dari bulan Ramadlan, niscaya tidak memadai. Karena malam syak itu,
tidak yakin. Kecuali disandarkan niatnya kepada perkataan seorang saksi yang 'adil. Dan
kemungkinan salah atau bohongnya saksi itu, tidaklah membatalkan keyakinan. Atau disandarkan
kepada penyertaan suatu keadaan seperti syak hati pada malam penghabisan dari pada Ramadlan.
Maka yang demikian itu, tidak mencegah keyakinan niat. Atau disandarkan kepada ijtihad, seperti
orang yang ditahan didalam lubang tanah, apabila berat dugaannya akan masuknya Ramadlan
dengan ijtihadnya. Maka keraguannya itu tidaklah mencegahnya daripada niat. Manakala ia ragu
pada malam syak, niscaya tidak bermanfa'at akan yakinnya niat denga lisan. Karena niat itu,
tempatnya hati dan tidaklah tergambar keteguhan maksud serta keraguan itu. Sebagaimana kalau ia
mengatakan dipertengahan bualan Ramadlan: Saya akan puasa esok hari, jika besok itu daripada
bulan Ramadlan. Maka yang demikian itu, tidak memberi melarat kepadanya, karena itu merupakan
keraguan kata-kata. Dan tempat niat tidaklah tergambar padanya keraguan. Tapi ia yakin, bahwa
esok itu daripada bulan Ramadlan.
Siapa yang meniatkan pada malam hari, kemudian ia makan, maka tidaklah merusakkan niatnya.
Kalau berniat seorang wanita didalammasa berkain kotor, (didalam haid), kemudian ia suci (habis
haidnya), sebelum terbit fajar, niscaya sahlah puasanya.
Ketiga: menahan diri daripada menyampaikan sesuatu kedalam rongga, dengan sengaja, serta
teringat puasa. Maka rusaklah puasa dengan makan, minum, memasukkan sesuatu dalam hidung
dan memasukkannya dalam lobang dubur (tempat keluar air besar). Dan tidaklah rusak puasa
dengan membetik, berbekam, bercelak, memasukkan alat pemakaian celak kedalam telinga dan
kedalam al-ihlil (tempat keluar air kecil dari laki-laki atau lobang kecil dari tempat keluar susu
wanita). Kecuali diteteskan kedalam al-ihlil, sesuatu yang sampai ketempat air kecil dari seseorang.
Dan apa yang sampai kedalam rongga badan, tanpa sengaja, dari debu jalan atau lalat yang masuk
kedalam rongganya atau apa yangmasuk kedalam rongganya dalam berkumur-kumur, maka
tidaklah membukakan puasa. Kecuali apabila ia bersangatan dalam berkumur-kumur, maka
membukakan puasa. Karena ia teledor salah sendiri. Dan itulah yang kami maksudkan dengan
perkataan kami: sengaja.
Adapun teringat puasa, maka kami maksudkan, diluar dari orang yang lupa. Maka tidaklah
membukakan puasa bagi orang yang tupa. Orang yang makan dengan sengaja pada dua tepi siang,
kemudian ternyata baginya, bahwa ia telah makan pada siang hari dengan sebenarnya, maka
haruslah ia meng-qadla-kan puasa itu. Dan jikalau masih dalam hukum dhan dan ijtihadnya, maka
tidak wajib qadla. Dan tidak seyogialah memakan pada dua tepi siang, selain dengan
memperhatikan dan ijtihad.
Keempat; menahan diri daripada bersetubuh. Dan batas bersetubuh ialah masuknya ujung
kemaluan laki-laki (al-hasyafah). Jikalau bersetubuh karena lupa maka tidak membukakan puasa.
Jika bersetubuh pada malam hari atau bermimpi (ber-ihtilam), lalu datang waktu subuh sedang ia
berjanabah (berhadats-besar) itu, maka tidak membukakan puasa. Dan kalau terbit fajar, dimana ia
sedang bercampur dengan isterinya, lalu terus dilariknya, sahlah puasanya. Tetapi jika ia bertahan,
niscaya rusaklah puasanya dan wajib ia memberikan kafarat puasa.
Kelima: menahan diri daripada mengeluarkan mani (al-istimna'). Yaitu mengeluarakan mani
dengan sengaja, dengan bersetubuh atau tanpa bersetubuh. Maka yang demikian itu membukakan
puasa. Dan tidaklah membukakan puasa dengan memeluk isterinya dan tidak pula dengan tidur
bersama, selama tidak inzal (keluar mani karena dorongan syahwat). Tetapi yang demikian itu
makruh, kecuali ia orang tua atau dapat mengendalikan dirinya. Maka dalam hai yang demikian,
tidak mengapa berpelukan. Dan meninggalkannya, adalah lebih utama. Apabila ia takut dari
berpelukan akan inzal, maka berpeluk ia dan keluarlah maninya maka yang demikian itu
membukakan pjiasa,karena salahnya sendiri (taqshir)
Keenam: menahan diri daripada mengeluarkan muntah. Maka mengeluarkan muntah itu,
merusakkan puasa. Dan jika termuntah, maka tidaklah merusakkan puasanya. Apabila ia menelan
dahak dari kerongkongannya atau dadanya, niscaya tidaklah merusakkan puasanya. Karena
merupakan suatu kelapangan (rukhshah), lantaran meratanya bahaya yang demikian itu. Kecuali
ditelannya, setelah sampai kemulutnya, maka yang demikian itu membukakan puasa.
Adapun yang harus dilaksanakan dengan terbukanya puasa itu, empat perkara: men-qadlakan,
memberi kafarat, memberi fid-yah dan menahan diri pada siang hari itu, untuk nenyerupakan diri
dengan orang yang berpuasa.
Tentang qadla, maka wajibnya adalah umum atas tiap-tiap muslim mukallaf, yang meninggalkan
puasa dengan halangan ('udzur) atau tanpa halangan.
Wanita yang berkain kotor (ber-haidl), meng-qadla-kan puasa. Dan begitu pula orang yang murtad
(orang yang keluar dari agama Islam, kemudian kembali kedalam Islam, maka haruslah meng-
qadlakan puasanya). Adapun orang kafir, anak dibawah umur dan orang gila, maka tak adalah qadla
diatas mereka. Dan tidaklah disyaratkan berturut-turut dalam neng-qadla-kan puasa Ramadlan.
Tetapi di-qadla-kan menurut kehendak dari yang meng-qadla-kan, bercerai-cerai atau berkumpul
berturut-turut. Tentang kafarat, maka tidak wajib, kecuali disebabkan oleh bersetubuh. Adapun
mengeluarkan mani, makan, minum dan. selain daripada bersetubuh, maka tidaklah wajib kafarat.
Kafarat, ialah memerdekakan seorang budak. Jika sukar, maka berpuasa dua bulan berturut-turut.
Dan jika tidak sanggup, maka memberikan makanan enam puluh orang miskin, satu mud (secupak)
untuk seorang. Tentang menahan diri dari siang hari itu yang masih ada, maka haruslah terhadap
orang yang berdosa dengan berbuka itu atau bersalah pada berbuka. Dan tidaklah harus atas wanita
yang berhaid, apabila datang sucinya, menahan diri dari sisa harinya itu. Dan tidak pula atas orang
musafir, apabila tiba kembali dari bermusafir yang sampai dua marhalah itu dalam keadaan berbuka
(tidak berpuasa).
Dan wajiblah menahan diri, apabila naik saksi melihat bulan, seorang adil pada hari-syak. Berpuasa
dalam bermusafir adalah lebih utama daripada berbuka, kecuali apabila tidak sanggup. Dan jangan
berbuka pada hari keluar bermusafir, dimana ia tadinya bermukim pada permulaan safarnya
(perjalanannya). Dan jangan pula berbuka pada hari kedatangan kembali, apabila ia datang dari
perjalan itu dengan berpuasa.
Tentang fid-yah, maka wajiblah atas wanita hamil dan wanita yang menyusukan, apabila
keduanya berbuka, lantaran takut membawa melarat kepada anaknya. Fid-yah itu diwajibkan untuk
tiap-tiap hari satu mud gandum (atau beras) untuk seorang miskin, serta meng-qadta-kannya. Dan
orang yang sudah terlalu tua, apabila tidak berpuasa, maka bersedekah tiap-tiap hari satu mud.
Adapun sunat, maka enam perkara: mengemudiankan sahur, menyegerakan berbuka dengan tamar
atau air sebelum shalat, meninggalkan menggosok gigi(bersugi) sesudah zawal (gelincir matahari),
bermurah hati didalam bulan Ramadlan, karena keutamaan-keutamaan yang telah diterangkan pada
zakat dahulu. Bertadarus AI-Quran dan ber-i'tikaf dalam masjid, lebih-lebih pada sepuluh yang
akhir daripada bulan Ramadlan. Karena yang demikian, adalah kebiasaan Rasulullah صلى هللا عليه وسلم.
"Adalah Rasul صلى هللا عليه وسلم. apabila masuk sepuluh yang akhir, lalu melipatkan tikar,
mengikatkan pinggang dan telah membiasakan dirinya dan keluarganya yang
demikian (untuk melakukan ibadah)". (1). Artinya: berkekalan menegakkan ibadah.
Karena pada sepuluh yang akhir itu, terdapat malam Lailatul-qadar. Dan yang lebih kerap-kali,
Lailatul-qadar itu pada malam yang ganjil dari sepuluh yang akhir. Dan malam yang ganjil yang
lebih mendekati, ialah malam satu (21), malam tiga (23), malam lima (25) dan malam tujuh (27).
Dan berturut-turut dalam ber-i'tikaf ini adalah lebih utama. Jika bemadzar (berhajat) akan
mengerjakan i'tikaf berturut-turut atau meniatkan berturut-turut, niscaya putuslah berturut-
turutnya dengan. keluar dari masjid, tanpa ada kepentingan. Seperti kalau ia keluar untuk
berkunjung pada orang sakit (iyadah) atau menjadi saksi atau mengantarkan janazah (mayat) atau
berziarah atau membaharukan bersuci. Dan jikalau keluar untuk membuang air, niscaya tidak putus
i'tikaf. Dan boleh ia berwudlu' dirumah dan tidak seyogianya ia meningkat kepada urusan lain.
"Adalah Nabi لم4444ه وس4444لى هللا علي4444ص. tidak keluar, kecuali untuk keperluan manusia
(membuang air besar atau air kecil). Dan ia tidak menanyakan dari hal orang sakit,
kecuali melaluinya saja". (2).
فمن تركها خوفا من هللا آتاه هللا عز، النظرة سهم مسموم من سهام إبليس لعنه هللا
وجل إيمانا يجد حالوته في قلبه
(Annadhratu sahmun masmuumunmin sihaami Ibliisa la"-anahu!laahu faman tarakahaa khaufan
minalluuh: iiataahullaahu "Azza wa Jalla iimaanan yajidu halaawatahu fiiqalbih), Artinya:
"Pandangan itu adalah panah yang beracun dari panah-panah Iblis yang telah kena kutukan Allah.
Maka barangsiapa meninggalkan pandangan, karena takut kepada Allah, niscaya didatangkan oleh
Allah 'Azza wa Jalla kepadanya keimanan, yang diperolehnya kemanisan didalam hatinya". (1).
Diriwayatkan oleh Jabir dari Anas, dari Rasulu llah ص لى هللا علي ه وس لم. bahwa ia bersabda:
الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة: خمس يفطرن الصائم
(Khamsun yufthirnash shaa-ima al-kadzibu wal-ghfi-batu wan namiimatu wal yamiinul kaadzibatu
wannadhrubi syah-wah).Artinya: "Lima perkara membukakan puasa dari orang yang berpuasa:
berdusta, mengupat, menjadi lalat-merah. bersumpah palsu dan memandang dengan nafsu". (2).
Kedua: menjaga lidah daripada perkataan yang sia-sia, berdusta, mengupat, menjadi lalat-merah,
berkata keji,berkata yang merenggangkan hubungan, kata permusuhan, kata yang mengandung ria.
Dan mengharuskan berdiam diri serta menggunukan waktu untuk berzikir kepada Allah s.w.t. dan
membaca Al-Quran.
Ketiga: mencegah pendengaran daripada mendengar tiap-tiap yang makruh. Karena tiap-tiap yang
haram diucapkan maka haram mendengarnya. Karena itulah, disamakan oleh Allah Ta'ala antara
orang yang mendengar dan yang makan haram. Berfirman Allah Ta'ala:
َ ُب َأ َّكال
ِ ْون لِلسُّح
ت ِ ُون ل ِْل َك ِذ
َ َسمَّاع
(Sammaa-'uuna lilkadzibi akkaaluuna lissuht).Artinya: "Mereka orang-orang yang suka mendengar
untuk berdusta dan memakan yang haram. (S. Al-Maidah, ayat 42). Dan berfirman Allah Ta'ala:
Maka berdiam diri mendengar upatan adalah haram. Berfirman Allah Ta'ala: "Bahwa kamu, jadinya
seperti mereka". (S. An-Nisa, ayat 104). Dan karena itulah, bersabda Nabi لم4صلى هللا عليه وس: "Yang
mengupat dan yang mendengar, adalah berserikat dalam dosa". (1).
Keempat: mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari segala dosa. Dari tangan dan kaki dan
dari segala yang makruh serta mencegah perut dari segala harta syubhat, waktu berbuka. Maka tidak
ada arti puasa, yaitu ia mencegah daripada makanan yang halal, kemudian berbuka dengan
makanan yang haram. Lalu serupalah orang yang berpuasa ini, seperti orang yang membangun
sebuah istana dan meruntuhkan kota. Bahwa makanan yang halal itu, sesunggguhnya memberi
melarat dengan banyaknya, bukan disebabkan macamnya. Maka berpuasa itu, adalah
menyedikitkannya. Dan orang yang meninggalkan memperbanyak obat karena takut daripada
kemelaratannya, maka apabila beralih kepada memakan racun, adalah dungu. Dan yang haram itu,
adalah racun yang membinasakan agama. Dan yang halal adalah obat, yang bermanfaat sedikitnya
dan memberi melarat banyaknya. Dan maksud dari berpuasa itu, ialah menyedikitkannya.
Telah bersabda Nabi كم من صائم ليس له من صومه إال الجوع والعطش : صلى هللا عليه وسلم
(Kammin shaa-imin laisa lahuumin shaumihi illal ju-'u wal'athasyu). Artinya: "Banyaklah orang
yang berpuasa, yang tidak ada baginya daripada puasanya itu, selain lapar dan
haus". (2).
Maka ada orang yang mengatakan yaitu: orang yang berbuka dengan yang haram. Dan ada yang
mengatakan, yaitu: yang menahan diri daripada makanan yang halal dan berbuka dengan daging
manusia dengan pengupatan. Dan itu, adalah haram. Dan ada yang menyatakan, yaitu: orang yang
memelihara anggotanya dari dosa.
Kelima: bahwa tidak membanyakkan makanan yang halal waktu berbuka, dimana rongganya
penuh melimpah. Maka tidak adalah karung yang lebih dimarahi Allah 'Azza wa Jalla daripada perut
yang penuh dengan yang halal. Bagaimanakah dapatnya memperoleh faedah daripada puasa,
memaksakan musuh Allah dan menghancurkan hawa nafsu, apabila diperoleh oleh yang berpuasa
ketika berbuka, apa yang tidak diperolehnya pada siang hari? Kadang-kadang bertambah lagi,
dengan berbagai macam warna makanan, sehingga berjalanlah kebiasaan dengan menyimpan segala
macam makanan itu untuk bulan Ramadlan. Maka dimakanlah segala makanan itu didalam bulan
Ramadlan, apa yang tidak dimakan dalam bulan-bulan ini.
Dan dimaklumi, bahwa maksud dari berpuasa, ialah mengosongkan perut dan menghancurkan
hawa-nafsu, untuk menguatkan jiwa kepada bertaqwa. Apabila perut ditolak daripada makanan, dari
pagi hari sampai sorenya, sehingga periit itu bergolak keinginannya dan bertambah kuat
kegemarannya, kemudian disuguhkan dengan makanan yang lazat-lazat dan kenyang, niscaya
bertambahlah kelazatan dan berlipatgandalah kekuatannya serta membangkitlah dari nafsu syawat
itu, apa yang diharapkan tadinya tenang, jikalau dibiarkan diatas kebiasaannya. Maka jiwa dan
rahasia puasa, ialah melemahkan kekuatan yang menjadi jalan setan dalam mengembalikan kepada
kejahatan. Dan yang demikian itu, tidak akan berhasil, selain dengan menyedikitkan makanan.
Yaitu: memakan makanan yang dimakan tiap-tiap malam jikalau tidak berpuasa.
Apabila dikumpulkan apa yang dimakan pada pagi hari, kepada apa yang dimakan pada malam,
maka tidaklah- bermanfaat dengan puasanya itu. Bahkan sebahagian daripada adab berpuasa, tidak
membanyakkan tidur pada siang hari, sehingga dirasainya lapar dan haus. Dan dirasainya lemahnya
kekuatan. Maka jernihlah ketika itu hatinya serta bcrkekalanlah pada tiap-tiap malam sekedar
kelemahan, sehingga ringanlah mengerjakan sholat tahajjud dan wirid-wiridnya. Maka semoga setan
tidak mengelilingi hatinya, lalu dapat ia memandang kealam tinggi.
Dan malam Lailatu'l-qadar, adalah malam yang terbuka padanya sesuatu dari alam malakut. Dan
itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah Ta'ala:
Adapun ulama akhirat, maka mereka bersungguh-sungguh dengan sahnya itu akan diterima. Dan
dengan diterima, akan sampai kepada yang dimaksud. Mereka memahami, bahwa yang
dimaksudkan dengan puasa, ialah berakhlak dengan salah satu dari akhlak Allah 'Azza wa Jalla,
yaitu: tempat meminta dan mengikuti malaikat, tentang pencegahan dari hawa-nafsu sedapat
mungkin. Para malaikat itu, suci dari segala hawa nafsu. Dan manusia, derajatnya adalah diatas
derajat hewan, karena kesanggupannya degan nur-akal, menghancurkan hawa-nafsunya. Dan
kurang dari derajat malaikat, karena berkuasa hawa-nafsunya padanya. Serta ia dicoba dengan
perjuangan menghadapi hawa-nafsu itu. Sewaktu manusia itu terjerumus kedalam hawa-nafsu maka
ia menurun ketingkat yang paling bawah dan berhubungan dengan lumuran hewan. Dan sewaktu ia
mencegah diri dari hawa-nafsu, niscaya terangkatlah ia ketingkat yang paling inggi dan
berhubunganlah ia dengan tingkatan malaikat. Dan malaikat itu berdekatan dengan Allah 'Azza wa
Jalla. Dan yang mengikuti para malaikat serta menyerupakan diri dengan peri-lakunya maka
berdekatanlah ia dengan Allah 'Azza wa Jalla, sebagaimana dekatnya para malaikat itu. Karena
menyerupai dengan orang yang dekat itu, maka menjadi dekat. Dan tidaklah dimaksudkan dengan
dekat disitu, dengan tempat, tetapi dengan sifat. Apabila inilah rahasia puasa pada para ahli akal dan
ahli hati, maka apakah faedahnya mengemudiankan su^tu makan dan mengumpulkan dua makan
ketika malam. serta membenamkan diri didalam hawa-nafsu yang lain sepanjang hari? Dan kalaulah
bagi yang seperti ini, ada faedahnya, maka apakah artinya sabda Nabi لم44ه وس44لى هللا علي4ص.: "Berapa
banyak orang yang berpuasa, yang tak ada puasanya, selain daripada lapar dan haus?" (1)"
Karena inilah, berkata Abu'd-Darda': "Alangkah baiknya tidur dan berbuka orang-
orang yang pandai! Bagaimanakah mereka tidak mencela puasa dan tidak tidur malam
orang-orang jahil? Sebiji sawi dari orang yang berkeyakinan dan bertaqwa, adalah
lebih utama dan lebih kuat dari pada seperti berbukit ibadah daripada orang-orang
yang tertipu dengan dirinya. Dan karena itulah. berkata sebagian ulama: "Berapa
banyak orang yang berpuasa, berbuka dan berapa banyak orang yang berbuka,
berpuasa? Orang yang berbuka berpuasa, ialah orang yang meniaga segala anggota
tubuhnya dari dosa. ia makan dan minum. Dan orang yang berpuasa berbuka, ialah
orang yang lapar dan haus dan melepaskan segala anggota tubuhnya. Dan barang
siapa memahami akan arti dan rahasianya puasa, niscaya mengetahui, bahwa
seumpama orang yang mencegah dirinya dari makan dan bersetubuh dan berbuka
dengan bercampur aduk dengan dosa, adalah seperti orang yang menyapu salah satu
dari pada anggotanya pada wudlu', dengan tiga kali. Maka sesungguhnya telah sesuai
pada dhahir bilangannya, kecuali ia telah meninggalkan yang penting, yaitu:
membasuh. Maka shalatnya tertolak lantaran kejahilanannya. Dan seumpama orang
yang berbuka puasa dengan makan dan ia mengerjakan puasa dengan segala anggota
tubuhnya daripada segala yang makruh, adalah seperti orang yang membasuh segala
anggota wudlu'nya sekali-sekali, maka shalatnya diterima insya Allah, Karena nya ia
berpegang pada pokok, meskipun ia meninggalkan taman. Dan seumpama orang yang
mengumpulkan diantara keduanya, adalah seperti orang yang membasuh tiap-tiap anggota
wudlu'nya, tiga-tiga kali, maka ia telah mengumpulkan diantara pokok dan kelebihan. Dan itu,
adalah kesempurnaan namanya. Bersabda Nabi صلى هللا عليه وسلم.: "Bahwa puasa itu amanah, maka
hendaklah dipelihara oleh seseorang kamu akan amanahnya". (1) Sewaktu Nabi ه444لى هللا علي444ص
وسلم. membaca firman Allah 'Azza wa Jalla:
Bersabda Nabi لم44ه وس44لى هللا علي44ص.: "Puasa sehari dari bulan haram, adalah lebih utama daripada
tigapuluh hari bulan lainnya. Dan puasa sehari dari bulan Ramadlan, adalah lebih utama dari
tigapuluh hari dari bulan haram".(2)
Pada hadits tersebut: "Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan haram yaitu:
Kamis, Jum'at dan Sabtu, niscaya dituliskan oleh Allah baginya tiap-tiap hari,
sebagai ibadah sembilanratus tahun".(3).
Pada hadits tersebut: "Apabila telah berada senishfu (lebih dari limabelas hari) dari
bulan Sya'ban, maka tak ada puasa lagi, sehingga Ramadlan" (4).
Karena itulah disunatkan berbuka (tidak berpuasa) sebelum Ramadlan beberapa hari. Kalau
disambungkannya Sya'ban dengan Ramadlan, maka boleh (jaiz) juga. Dikerjakan yang demikian,
oleh Rasulu'llah صلى هللا عليه وسلم sekali dan dipisahkannya diantara Sya'ban dan Ramadlan (dengan
tiada berpuasa) banyak kali. Dan tiada jaiz, dimaksudkan menerima Ramadlan, dengan dua atau tiga
hari puasa, kecuali bertepatan dengan wiridnya. Dimakruhkan oleh sebagian Shahabat diambil
bulan Rajab untuk berpuasa seluruhnya sehingga tiada menyerupai dengan bulan Ramadlan. Maka
bulan-bulan yang utama itu, ialah bulan Zulhjjah, Muharram, Rajab dan Sya'ban dan bulan haram,
yaitu: Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rajab. Satu tunggal dan tiga berturut-turut. Dan yang
lebih utama dari bulan haram itu, ialah bulan Zulhijjah, karena padanya ibadah hajji, beberapa hari
yang dimaklumi dan yang dikirakan. Bulan Zulkaedah, adalah sebagian dari bulan haram dan
sebagian dari bulan-bulan hajji. Dan bulan Syawal, adalah sebahagian dari bulan-bulan hajji dan
tidaklah ia termasuk bulan haram. Bulan Muharam dan bulan Rajab, tidaklah sebahagian dari
bulan-bulan hajji. Dalam hadits tersebut:
"Tiadalah dari hari-hari yang berbuat amalan padanya, yang lebih utama dan lebih dikasihi Allah
'Azza wa Jalla, dari hari-hari sepuluh Zulhijjah. Bahwa berpuasa sehari padanya, adalah menyamai
dengan puasa setahun. Berbuat ibadah shalat satu malam daripadanya, menyamai dengan
mengerjakan ibadah shalat pada malam Lailatu'l-qadar. Lalu orang bertanya: "Dan tiadakah jihad
pada jalan Allah Ta'ala?"
1.Dirawikan Ibnu Majah dari Abu Hurairah (2) Dirawikan At Tirmidzi dariAbi
Amamah
Bersabda Nabi صلى هللا عليه وسلم.: "Yang lebih utama puasa, ialah puasa saudaraku Daud.
Adalah ia berpuasa sehari dan berbuka sehari". (1). Dan daripada itulah "turun tangan
Nabi صلى هللا عليه وسلم. pada Abdullah bin Umar r.a. mengenai puasa, dimana Abdullah mengatakan:
"Bahwa saya sanggup lebih banyak dari itu". Maka menjawab Nabi لم44ه وس44لى هللا علي44ص: "Puasalah
sehari dan berbukalah sehari!" Lalu Abdullah menyambung; "Bahwa aku bermaksud lebih
baik dari itu!" Maka bersabda Nabi صلى هللا عليه وسلم: "Tidak ada yang lebih baik dari itu!" (2).
Diriwayatkan "bahwa Nabi صلى هللا عليه وسلم . tiada berpuasa sekalikali sebulan penuh, selain daripada
bulan Ramadlan". (3).
Dan siapa yang tiada sanggup berpuasa setengah masa itu maka tak apalah dengan sepertiganya.
Yaitu, dia berpuasa sehari dan berbuka duahari. Dan apabila berpuasa tiga hari dari awal bulan, tiga
hari ditengah dan tiga hari dipenghabisannya, maka itu adalah sepertiga dan jatuh dalam waktu-
waktu yang utama. Dan jika berpuasa Senin, Kamis dan Jum'at, maka itu mendekati dengan
sepertiga.
Apabila telah jelas waktu-waktu keutamaan, maka yang sempurana ialah dipahami oleh orang
banyak akan pengertian puasa. Dan bahwa maksudnya, ialah membersihkan hati dan
menuangkan segala cita-cita bagi Allah "Azza wa Jalla.Orang yang memahami dengan yang
halusnya dari kebatinan, melihat ia akan segala hal-ikhwalnya. Kadang-kadang dikehendaki oleh
keadaannya akan berkekalan puasa dan kadang-kadang dikehendaki akan berkekalan berbuka. Dan
kadang-kadang dikehendaki niencampurkan berbuka dengan puasa.
Apabila telah dipahami akan artinya dan telah dipastikan akan batasnya dalam menempuh jalan
akhirat dengan muraqabah hati, niscaya tiada tersembunyi kepadanya kebaikan hatinya. Dan itu.
tidak mengharuskan tertib yang terus-menerus.
Dan karena itulah, diriwayatkan, bahwa Nabi لم44ه وس44لى هللا علي44ص.: "Adalah berpuasa, sehingga
dikatakan orang, ia tiada berbuka. Dan ia berbuka, sehingga ia dikatakan orang
tiada berpuasa. Dan ia tidur, sehingga dikatakan orang ia tiada bangun dan ia
bangun, sehingga dikatakan orang ia tiada tidur".(4). Dan adalah yang demikian itu,
menurut apa yang terbuka baginya dengan nur kenabian, dari pada menunaikan segala hak waktu.
Para ulama memandang makruh membuat berturut-turut diantara berbuka lebih banyak daripada
empat hari, karena penghargaan dengan hari raya dan hari-hari tasyriq.
Ulama-ulama itu, menyebutkan, bahwa yang demikian mengkesatkan hati, melahirkan keburukan
adat kebiasaan dan membukakan pintu-pintu hawa-nafsu. Dan demi umurku, benarlah seperti yang
demikian pada pihak kebanyakan manusia, lebih-lebih orang yang memakan sehari semalam dua
kali.Inilah yang kami maksudkan menyebutkannya dari tertib susunan puasa sunat.
Wa'llahu A'lam bish-shawab?
Allah yang mahatahu dengan kebenaran! Telah tammat Kitab Rahasia-Rahasia Puasa. Dan segala
pujian bagi Allah dengan segala tempat pujiannNya semuanyaa, apa yang kita ketahui dari padanya
dan apa yang tidak kira ketahui diatas segala ni'matNya seluruhnya, apa yang kita ketahui
daripadanya dan apa yang tidak kita ketahui.
Rahmat Allah kepada penghulu kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya,serta sejahtera dan
mulia dan kepada tiap-tiap hamba pilihan dari penduduk bumi dan langit.
Akan diiringi insya Allah Ta'ala dengan Kitab Rahasia-Rahasia Hajji. Dan Allah yang menolong, tak
ada Tuhan lain daripadaNya.
Dan tak adalah taufik bagiku, selain dari Allah. Mencukupilah bagi kami Allah dan sebaik-baik
tempat menyerahkan diri.