Anda di halaman 1dari 11

BAB I

GALAT DAN NILAI HAMPIRAN

1.1. Pengertian Galat

Dalam pelajaran matematika maupun terapannya, telah dikenal dua cara


perhitungan untuk memperoleh informasi jawab. Kedua cara yang dimaksudkan
itu adalah cara analisis dan cara numerik. Perhitungan secara analisis selalu
memberikan jawaban yang bernilai eksak. Sedangkan perhitungan secara
numerik tidak mengutamakan diperolehnya jawaban yang bernilai eksak, tetapi
biasanya menghasilkan suatu nilai hampiran yang berbeda dari jawaban eksak
sebesar suatu nilai yang dapat diterima berdasarkan pertimbangan praktis.
Perbedaan nilai inilah yang merupakan galat.
Perbedaan nilai biasanya timbul terutama pada bilangan yang diperoleh
dari hasil pengukuran. Semua pengukuran dengan sendirinya tidak eksak. Jadi
bagaimanapun telitinya dalam melakukan pengukuran, kita tidak akan dapat
menyatakan ukuran tepat yang sebenarnya, meskipun demikian kita dapat
membayangkan bahwa suatu ukuran yang demikian itu ada. Selisih antara
ukuran sebenarnya dan ukuran yang diperoleh dari pengukuran disebut
kekeliruan dan selanjutnya dinamakan galat. Dalam hubungan ini, maka galat
itu timbul karena adanya pemakaian hampiran pada proses perhitungan.
Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, perhitungan secara
numerik merupakan salah satu alternatif penyelesaian masalah matematika
yang rumit dan bahkan tidak dapat dipecahkan secara analisis dengan hasil
akhir yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam artian bahwa walaupun nilai
akhir yang diperoleh dari perhitungan secara numerik tidak eksak, namun kita
harus menganalisis galat atau kesalahan maksimum yang dapat ditenggang.
Analisis galat pada suatu hasil numerik merupakan dasar semua perhitungan
yang baik, apakah dikerjakan dengan tangan ataupun dengan menggunakan
komputer.
Perhitungan secara numerik dengan menggunakan komputer
memerlukan suatu rancangan algoritma yaitu urutan langkah-langkah hitung
yang dapat mentransformasikan himpunan data masukan menjadi data keluaran
yang mempunyai ciri-ciri:
1. Berakhir setelah sejumlah berhingga langkah.
2. Berbentuk seumum mungkin.
2

3. Setiap operasi mendefinisikan dengan jelas dan pasti, dalam arti tidak
menimbulkan keraguan.
Sasaran akhir dari perhitungan secara numerik adalah diperolehnya metode
yang terbaik untuk mendapatkan jawaban yang berguna dari persoalan
matematika yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk sederhana.
Menyatakan bentuk sederhana dalam matematika tidak boleh dilakukan
sembarangan. Seringkali kita menginginkan penulisan bilangan desimal dengan
memotong sampai beberapa angka (digit) dari bilangan itu sesuai kebutuhan.
Proses pemotongan bilangan itu disebut pembulatan. Pembulatan suatu bilangan
desimal harus memperhatikan aturan baku. Aturan membulatkan bilangan
desimal sampai ke 𝑛𝑛 angka signifikan adalah: Hilangkan setiap bilangan yang
ada di sebelah kanan angka ke 𝑛𝑛. Dan jika bilangan yang dihilangkan tersebut:
a. Kurang dari 5, maka angka ke 𝑛𝑛 tetap.
b. Lebih dari atau sama dengan 5, maka angka ke 𝑛𝑛 bertambah 1.
Bilangan yang dibulatkan dengan mengikuti aturan tersebut di atas disebut teliti
sampai 𝑛𝑛 angka signifikan.
Suatu contoh terkait dengan pembulatan di atas adalah nilai 𝜋𝜋 atau 22. Nilai
7

𝜋𝜋 = 3,141542. .., sementara nilai yang sering digunakan adalah 𝜋𝜋 ≈ 3,14. Selisih
antara 3,141542. .. dengan 3,14 adalah 0,001542… disebut galat. Contoh lain yang
sejenis adalah deret Taylor tak hingga dari 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 yang biasanya ditulis:

2𝑛𝑛+1
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 = �(−1)𝑛𝑛 𝑥𝑥 ; 𝑛𝑛 ∈ 𝑁𝑁
(2𝑛𝑛 + 1)!
𝑛𝑛=0
𝑥𝑥3 𝑥𝑥5 𝑥𝑥7
Jika bentuk 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 = 𝑥𝑥 − + − yang kita gunakan, maka selisih kedua nilai 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥
3! 5! 7!
9 𝑥𝑥 11
𝑥𝑥
di atas adalah − +. .. disebut galat. Kedua contoh pembulatan yang disajikan
9! 11!

ini, memberikan dua jenis galat yang berbeda dan akan dijelaskan secara rinci
pada uraian selanjutnya.

1.2. Jenis-jenis Galat

Memperhatikan secara seksama pengertian galat dan contoh-contoh


yang telah diuraikan pada uraian bagian 1.1 di atas, maka dapat dikatakan
bahwa galat itu timbul sebagai akibat penggunaan nilai hampiran untuk
menyatakan operasi dan besaran matematika yang eksak. Galat ini terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
3

1. Galat pembulatan
Galat ini diperoleh atau terjadi sebagai akibat dari pemakaian nilai hampiran
suatu bilangan untuk menyatakan bilangan eksak.
Contoh.
Nilai eksak 𝑥𝑥 =
1 atau 𝑥𝑥 = 0,3333333…
3

Nilai hampiran 𝑥𝑥 ≈ 0,33333


Galat pembulatan 𝐸𝐸 = 0,0000033…
2. Galat Pemotongan
Galat ini diperoleh atau terjadi sebagai akibat dari pemakaian nilai hampiran
suatu untuk menyatakan prosedur matematika.
Contoh.
𝑥𝑥2 𝑥𝑥4 𝑥𝑥6 (−1)𝑛𝑛𝑥𝑥2𝑛𝑛
Nilai eksak 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 = 1 − + − +. . . . + ; 𝑛𝑛 ∈ 𝑁𝑁.
2! 4! 2 6! 4 (2𝑛𝑛)!
𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑥𝑥 6
Nilai hampiran 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 = 1 − + − .
8 2! 𝑥𝑥 10 4! 6!
Galat pemotongan 𝐸𝐸 = 𝑥𝑥
− +. ..
8! 10!
3. Galat Bawaan.
Galat ini diperoleh sebagai akibat dari ketidak pastian dalam pengukuran
yang dapat berarti salah menyalin data, salah membaca skala dan
sebagainya. Suatu contoh dari galat ini adalah kekeliruan pengukuran fisik
misalnya pada jarak, voltase, priode waktu dan lain-lain yang sejenis.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa suatu pengukuran dan pembulatan
bilangan hasilnya tidak pernah eksak. Dan karena itu, kesalahan atau galat
tidak mungkin dihilangkan seluruhnya, namun tetap dapat diminimalisir.
Cara meminimalkan besarnya galat pembulataan dan galat pemotongan
di atas, dapat dilakukan dengan mengambil suku-suku deret di ruas kanan
sebanyak mungkin. Sedangkan galat bawaan dapat diminimalkan dengan cara
menggunakan data yang besar, pemeriksaan yang teliti setiap data dan
penggunaan alat komputasi dengan ketelitian yang tinggi.

1.3. Penulisan Galat

Berdasarkan pengertian galat dan jenis-jenis galat yang telah diuraikan


di atas, maka terdapat hubungan fungsional antara nilai eksak, nilai hampiran
dan galat. Hubungan itu adalah:
𝑁𝑁𝑠𝑠𝑁𝑁𝑁𝑁𝑠𝑠𝐸𝐸𝑁𝑁𝑠𝑠𝑁𝑁𝑁𝑁(𝑥𝑥) = 𝑁𝑁𝑠𝑠𝑁𝑁𝑁𝑁𝑠𝑠𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑠𝑠𝑁𝑁𝑁𝑁𝑛𝑛(𝑥𝑥 ! ) + 𝐺𝐺𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝐺𝐺(𝐸𝐸)
𝑥𝑥 = 𝑥𝑥! + 𝐸𝐸
𝐸𝐸 = 𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 ! ……………………….. (1.1)
4

Bentuk (1.1) di atas selanjutnya dinamakan galat mutlak disimbol 𝐸𝐸𝐴𝐴 . Sehingga
𝐸𝐸𝐴𝐴 = 𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 !. Sedangkan galat relatif disimbol 𝐸𝐸𝑅𝑅 didefinisikan sebagai hasil bagi
antara galat mutlak dengan nilai eksak yang dinyatakan:
𝐸𝐸 𝑥𝑥−𝑥𝑥 ! ………………………. (1.2)
=𝐴𝐴
𝐸𝐸 =
𝑅𝑅 𝑥𝑥 𝑥𝑥
Sedangkan prosentase galat ditulis:
𝐸𝐸𝑃𝑃 = 100𝐸𝐸𝑅𝑅 ……………………………… (1.3)
Istilah lain yang berhubungan dengan perhitungan galat di atas adalah ukuran
ketelitian mutlak disimbol dengan 𝛥𝛥𝑥𝑥. Jika 𝑥𝑥 adalah suatu bilangan real yang
dibulatkan ke 𝑛𝑛 tempat desimal, maka ukuran ketelitian mutlaknya adalah:
1
𝛥𝛥𝑥𝑥 = ⋅ 10−𝑛𝑛 ……………………………. (1.4)
2
Keberadaan pengertian ketelitian mutlak di atas, maka dapat ditafsirkan
adanya batas atas pengukuran disimbol 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 dan batas bawah pengukuran
yang disimbol 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 masing-masing didefinisikan:
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥
� = 𝑥𝑥 + ∆𝑥𝑥 ……………………………… (1.5)
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛
Sedangkan ukuran ketelitian relatif didefinisikan sebagai hasil bagi antara
ukuran ketelitian mutlak dengan nilai eksak yang dinyatakan:
𝛥𝛥𝑥𝑥 𝛥𝛥𝑥𝑥 ……………………………. (1.6)
|𝑥𝑥| ≈ �𝑥𝑥 !�

Dengan memperhatikan hubungan antara nilai eksak, nilai hampiran dan


galat yang telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai galat mutlak pada (1.1) di
atas dapat dihitung dengan rumus:
𝐸𝐸𝐴𝐴 = |𝑥𝑥 − 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 | = |𝑥𝑥 − 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 | ………… (1.7)
Selisih antara nilai 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 dengan nilai 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 disebut batas toleransi yaitu
selisih antara pengukuran terbesar dan pengukuran terkecil yang dapat diterima.
Berikut ini diuraikan beberapa contoh soal yang dapat memperjelas
penggunaan rumus di atas.
Contoh 1.
Suatu ruas garis diukur dengan panjang 6,3 cm. Tentukan besarnya galat mutlak
dan galat relatif dari hasil pengukuran tersebut.
Jawab.
Hasil pengukuran 𝑥𝑥 = 6,3 yang berarti dibulatkan sampai 1 tempat desimal
𝛥𝛥𝑥𝑥 = 1 ⋅ 10−1 = 0,05
2
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥
� = 6,3 + 0,05 = 6,35
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛
𝐸𝐸𝐴𝐴 = |6,3 − 6,25| = 0,05
5

𝐸𝐸 𝐸𝐸𝐴𝐴 0,05
= = = 0,0079
𝑅𝑅 𝑥𝑥 6,3

Contoh 2.
Satu butir kapsul obat anu ditimbang dengan berat 2,34 mg. Tentukan toleransi
dan prosentase galat dari hasil pengukuran tersebut.
Jawab.
Hasil pengukuran 𝑥𝑥 = 2,34 yang berarti dibulatkan sampai 2 tempat desimal
𝛥𝛥𝑥𝑥 = 1 ⋅ 10−2 = 0,005
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 2
� = 2,34 + 0,005 = 2,345
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛
𝑇𝑇𝑐𝑐𝑁𝑁𝑇𝑇𝑁𝑁𝑁𝑁𝑛𝑛𝑠𝑠𝑠𝑠 = 2,345 − 2,335 = 0,01
𝐸𝐸𝐴𝐴 = |2,34 − 2,235| = 0,005
𝐸𝐸 𝐸𝐸𝐴𝐴 0,005
= = = 0,0021
𝑅𝑅 𝑥𝑥 2,34
𝐸𝐸𝑃𝑃 = 100 × 0,0021 = 0,21

1.4. Perambatan Galat

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa galat itu timbul karena


adanya pemakaian hampiran pada proses perhitungan. Untuk itu, perlu kiranya
diperhatikan bahwa dalam melakukan operasi hitung dengan melibatkan
beberapa bilangan yang mengandung galat, maka hasilnya juga mengandung
galat yang besarnya tergantung dari galat masing-masing bilangan dan jenis
operasinya.
Perhatikan jumlah dua bilangan 𝑥𝑥 dan 𝑦𝑦 dimana keduanya mengandung
galat. Perambatan galat dalam proses penjumlahan kedua bilangan itu adalah:
𝑥𝑥 = 𝑥𝑥 ! + 𝐸𝐸𝑥𝑥
𝑦𝑦 = 𝑦𝑦 ! + 𝐸𝐸𝑦𝑦
+
𝑥𝑥 + 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥! + 𝐸𝐸𝑥𝑥 + 𝑦𝑦! + 𝐸𝐸𝑦𝑦
Pada operasi kali dua bilangan 𝑥𝑥 dan 𝑦𝑦 di atas, perambatan galatnya lebih cepat
dibanding pada operasi jumlah yaitu:
𝑥𝑥 ⋅ 𝑦𝑦 = (𝑥𝑥! + 𝐸𝐸𝑥𝑥)�𝑦𝑦! + 𝐸𝐸𝑦𝑦�
𝑥𝑥 ⋅ 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥!𝑦𝑦! + 𝑥𝑥!𝐸𝐸𝑦𝑦 + 𝑦𝑦!𝐸𝐸𝑥𝑥 + 𝐸𝐸𝑥𝑥𝐸𝐸𝑦𝑦
Uraian di atas menunjukkan bahwa semakin banyak operasi dalam suatu
perhitungan, maka semakin cepat galatnya merambat. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi perambatan galat misalnya mengubah
rumus perhitungan, mengubah urutan operasi dan meminimalkan banyaknya
operasi yang terlibat dalam proses perhitungan.
6

1.5. Nilai Hampiran dan Galat Fungsi Aljabar

Banyak nilai fungsi yang sangat sulit dan bahkan tidak bisa dicari melalui
fungsi asalnya. Untuk mencari nilai fungsi tersebut terpaksa dihampiri oleh suku
banyak atau polinom. Dan polinom tersebut dijadikan sebagai pengganti fungsi
asalnya. Polinom yang biasa digunakan untuk menghampiri sutu fungsi adalah
polinom Taylor.
Rumus polinom Taylor merupakan perluasan dari teorema Nilai Rata-rata
Taylor dalam Kalkulus yang menyatakan: Misal 𝑓𝑓 adalah suatu fungsi yang
mempunyai turunan ke n dan kontinu pada selang [𝑁𝑁, 𝑏𝑏]. Jika 𝑓𝑓(𝑛𝑛+1)(𝑥𝑥) ada untuk
setiap𝑥𝑥 ∈ (𝑁𝑁, 𝑏𝑏), maka terdapat 𝑐𝑐 ∈ (𝑁𝑁, 𝑏𝑏) sehingga:

f (b)  f (a)  1 𝑓𝑓 (2) (𝑚𝑚)(𝑏𝑏−𝑚𝑚)2 𝑓𝑓 (𝑛𝑛) (𝑚𝑚)(𝑏𝑏−𝑚𝑚)𝑛𝑛


f (a)(b  a)  2! + .....+ 𝑛𝑛!
𝑓𝑓 (𝑛𝑛+1)(𝑐𝑐)(𝑏𝑏−𝑚𝑚)(𝑛𝑛+1)
+ . ………………… (1.8)
(𝑛𝑛+1)!

Kedudukan bilangan 𝑏𝑏 pada teorema (1.8) di atas dapat digantikan oleh suatu
variable 𝑥𝑥 sehingga diperoleh rumus atau bentuk polinom yaitu:
f (x)  f (a)  1 𝑓𝑓 (2) (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)2 𝑓𝑓 (𝑛𝑛) (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)𝑛𝑛
f (a)(x  a)  2! + ....+ 𝑛𝑛!
𝑓𝑓 (𝑛𝑛+1)(𝑐𝑐)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)(𝑛𝑛+1)
+ . …………………. (1.9)
(𝑛𝑛+1)!

Bentuk (1.9) ini dikenal dengan nama Polinom Taylor derajat atau orde 𝑛𝑛 dari
fungsi 𝑓𝑓 disekitar 𝑥𝑥 = 𝑁𝑁. Khususnya jika kita mengambil𝑥𝑥 = 0, maka bentuk (1.9)
di atas menjadi:
1 𝑓𝑓(2)(0)𝑥𝑥2 𝑓𝑓(𝑛𝑛)(0)𝑥𝑥𝑛𝑛 𝑓𝑓(𝑛𝑛+1)(0)𝑥𝑥(𝑛𝑛+1)
f (x)  f (0)  f (0)x  +. . . . + + + … (1.10)
2! 𝑛𝑛! (𝑛𝑛+1)!

Bentuk yang dinyatakan oleh (1.10) ini dikenal dengan nama polinom Maclaurin.
Tentu saja ke 𝑛𝑛 turunan pertama dari fungsi 𝑓𝑓 di atas kontinu di 𝑥𝑥 = 0.
Selanjutnya, rumus polinom Taylor pada (1.9) di atas dapat dinyatakan
secara parsial yang terdiri atas dua komponen penting yaitu:

𝑃𝑃 (𝑥𝑥)  f (a) 
1 𝑓𝑓 (2) (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)2 𝑓𝑓 (𝑛𝑛) (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)𝑛𝑛
𝑛𝑛 f (a)(x  a)  2!
+ .....+ 𝑛𝑛!
.
(𝑛𝑛+1) (𝑛𝑛+1)
𝑓𝑓 (𝑐𝑐)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)
R x  ; 𝑐𝑐 ∈ (𝑁𝑁,
)n

𝑏𝑏 .
(𝑛𝑛+1)!

Bentuk 𝑃𝑛𝑛 (𝑥𝑥) di atas disebut Polinom Taylor derajat n dari fungsi 𝑓𝑓 disekitar 𝑥𝑥 =
𝑁𝑁. Dan bentuk polinom inilah yang digunakan untuk mencari nilai hampiran
suatu fungsi. Polinom Taylor ini dapat dituliskan secara singkat yaitu:
𝑓𝑓 𝑘𝑘 (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)𝑘𝑘
𝑃𝑃 (𝑥𝑥) = . ……………………….... (1.11)
∑𝑛𝑛
𝑛𝑛 𝑘𝑘=0 𝑘𝑘!
7

Sedangkan bentuk 𝑅𝑅𝑛𝑛(𝑥𝑥) di atas disebut suku sisa yang terjadi karena 𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑥𝑥)
mendekati fungsi 𝑓𝑓. Bentuk 𝑅𝑅𝑛𝑛(𝑥𝑥) inilah yang disebut galat pada perhitungan
nilai hampiran fungsi yaitu:
𝑓𝑓 (𝑛𝑛+1) (𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)(𝑛𝑛+1)
𝐸𝐸 = |𝑅𝑅𝑛𝑛 (𝑥𝑥)| = � �. ……………… (1.12)
(𝑛𝑛+1)!

Berdasarkan uraian di atas, maka hubungan fungsional antara nilai eksak, nilai
hampiran dan galat yang telah disebutkan pada uraian 1.3, nampaknya tetap
berlaku walaupun simbol yang digunakan agak berbeda. Nilai fungsi yang terdiri
dari nilai hampiran dan galat dapat ditulis menjadi:
𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑥𝑥) + 𝑅𝑅𝑛𝑛(𝑥𝑥)
Jarak antara nilai 𝑁𝑁𝑎𝑎𝑁𝑁𝑛𝑛𝑥𝑥 pada penggunaan bentuk 𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑥𝑥) dan 𝑅𝑅𝑛𝑛(𝑥𝑥) di atas,
biasanya diambil cukup kecil karena selalu ada nilai 𝑐𝑐 ∈ [𝑁𝑁, 𝑥𝑥]. Berikut ini
diberikan beberapa contoh soal yang dapat memperjelas situasi di atas.
Contoh 3
Gunakan Polinom Taylor orde tiga dari 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = √𝑥𝑥 disekitar 𝑥𝑥 = 9 untuk
menghampiri nilai √10. Taksir galat maksimum yang ditimbulkan.
Jawab.
Untuk mengurangi penggunaan Deret Taylor secara keseluruhan, maka kita
dapat memperoleh pengertian mengenai prilaku fungsi dengan membentuknya
suku demi suku sebagai berikut:

𝑓𝑓(𝑥𝑥) = √𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓(9) = 3


1 1
𝑓𝑓(1)(𝑥𝑥) = ⇒ 𝑓𝑓(1)(9) =
2√𝑥𝑥 6
−1 −1
𝑓𝑓 (𝑥𝑥) =
(2)
⇒ 𝑓𝑓(2)(9) =
4𝑥𝑥√𝑥𝑥 108
𝑓𝑓 (𝑥𝑥) = 3 ⇒ 𝑓𝑓(3)(9) = 3
(3)

1944
8𝑥𝑥2√𝑥 −15
𝑥 ⇒ 𝑓𝑓(4)(𝑐𝑐) =
−15 ; 9 ≤ 𝑐𝑐 ≤ 10
𝑓𝑓(4)(𝑥𝑥) =
16𝑥𝑥3√𝑥𝑥 16𝑐𝑐3√𝑐𝑐
Nilai-nilai turunan fungsi yang telah diperoleh di atas dimasukkan pada rumus
Polinom Taylor (1.11), sehingga diperoleh bentuk polinom yang menghampiri
fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = √𝑥𝑥disekitar 𝑥𝑥 = 9 yaitu:

𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 3 + (𝑥𝑥 − 9) (𝑥𝑥 − 9)+ 3(𝑥𝑥 − 9)3


2

− 108.2! 1944.3!
6
Nilai hampiran dari √10 adalah:

𝑓𝑓(10) = √10 ≈ 3 (𝑥𝑥 − 9) (𝑥𝑥 − 9)+ 3(𝑥𝑥 − 9)


2 3

+ − 108.2! 1944.3!
6
8

1 1 1
√10 ≈ 3 + − + .
6 216 3888

√10 ≈ 3,15586.
Sedangkan taksiran besarnya galat maksimum yang dapat ditimbulkan,
digunakan rumus (1.12) yaitu:
𝑓𝑓 (3+1)(𝑚𝑚)(𝑥𝑥−𝑚𝑚)(3+1)
|𝑅𝑅3 (𝑥𝑥)| = � (3+1)! �
−15(10−9)4
𝑅𝑅 (10) = � � ; 9 ≤ 𝑐𝑐 ≤ 10
3 16𝑐𝑐3√𝑐𝑐
Suatu pecahan membesar jika penyebutnya mengecil. Atas dasar ini, maka galat
maksimum terjadi untuk c = 9.
−15(10−9)4
𝑅𝑅 (10) = � � = 0,00042867
3 16.93√9

Contoh 4.
1
Gunakan polinom Maclaurin orde ketiga dari 𝑓𝑓(𝑥𝑥) =
√1+𝑥𝑥 ; 𝑥𝑥 ≠ −1 untuk menentukan
nilai hampiran 𝑓𝑓(−0,2) dan carilah taksiran minimum dari galatnya.
Jawab.
1
𝑓𝑓(𝑥𝑥) = = (1 + 𝑥𝑥) ⇒ 𝑓𝑓(0) = 1
√1+𝑥𝑥 −1
�2

1
𝑓𝑓 (1) (𝑥𝑥) = − (1 + 𝑥𝑥) ⇒ 𝑓𝑓(1)(0) = −
1
3
− �2 2
2 3
3 5� ⇒ 𝑓𝑓(2)(0) =
𝑓𝑓 (2) (𝑥𝑥) = (1 + 𝑥𝑥)− 2 4
4 15
15 ⇒ 𝑓𝑓 (0) = −
(3)

𝑓𝑓 (3) (𝑥𝑥) =− (1 + 𝑥𝑥) 8


−7� (4) 105
2 ⇒ 𝑓𝑓 (𝑐𝑐) = 9� ; −0,2 ≤ 𝑐𝑐 ≤ 0.
8 16(1+𝑐𝑐)
2
(4) 105 9
𝑓𝑓 (𝑥𝑥 ) = (1 + 𝑥𝑥 )− �2
16

Nilai-nilai yang diperoleh di atas dimasukkan pada Polinom Maclaurin (1.10)


1
sehingga diperoleh polinom yang menghampiri fungsi 𝑓𝑓(𝑥𝑥) =
√1+𝑥𝑥 yaitu:
f (x)  1
f (0)  f  𝑓𝑓(2)(0)𝑥𝑥2 𝑓𝑓(3)(0)𝑥𝑥3
 +
(0)x
2! 3!
3 15
𝑥 2
𝑥𝑥 3
𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 1 − 𝑥
+ 𝑥𝑥 −
0.2 2 3 8 48 15
𝑓𝑓(−0,2) ≈ 1 + + (−0,2)2 − (−0,2)3
2 8 48
𝑓𝑓(−0,2) ≈ 1 + 0,1 + 0,015 + 0,0025 = 1,1175
Taksiran galatnya adalah:

𝑅𝑅𝑛𝑛 (−0,2) = 105


(−0,2)4 =
0,168
9� 9 ; −0,2 ≤ 𝑐𝑐 ≤ 0.
16(1+𝑐𝑐) 2⋅ 384(1+𝑐𝑐) �
4! 2

Supaya galatnya minimum, maka diambil c = 0. Jadi galatnya adalah:


0,168
𝐸𝐸 = = 0,0004375.
384
9

1.6. Nilai Hampiran dan Galat Funsi Trigonometri

Nilai hampiran fungsi trigonometri yang perlu diketahui adalah nilai


hampiran dari 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 dan 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 atau kombinasi keduanya. Nilai-nilai 𝑥𝑥 pada 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥
dan
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 dalam uraian ini bukanlah sebagai sudut istimewa, karena nilai-nilai
sudut istimewa sudah merupakan bilangan rasional. Untuk maksud tersebut,
maka perlu ada beberapa batasan tentang sudut yang digunakan sebagai
berikut:
1. Kedudukan dan besaran sudut 𝑥𝑥 pada 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 atau/dan 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 diganti dengan
sudut 𝐺𝐺dimana 𝐺𝐺besaran dalam radian.
2. Walaupun rumus transformasi dari besaran derajat ke radian yang baku
𝑡𝑡.𝜋𝜋
adalah 𝐺𝐺 0 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑎𝑎𝑠𝑠𝑁𝑁𝑛𝑛, namun rumus transformasi yang digunakan adalah 𝐺𝐺 0 =
180
𝑘𝑘.𝜋𝜋
𝑛𝑛. 𝜋𝜋 ± 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑎𝑎𝑠𝑠𝑁𝑁𝑛𝑛, 𝑛𝑛 ∈ 𝑄𝑄, 𝑁𝑁 ∈ 𝑍𝑍𝑎𝑎𝑁𝑁𝑛𝑛𝑍𝑍 ∈{sudut istimewa yang sesuai }.
𝜃𝜃

Sebagai ilustrasi, transformasi 420, 1780dan 3310ke besaran radian adalah:


𝜋𝜋 𝜋𝜋 𝜋𝜋 11𝜋𝜋 𝜋𝜋
420 = − , 1780 = 𝜋𝜋 − 𝑎𝑎𝑁𝑁𝑛𝑛3310 = + .
4 60 90 180

Batasan di atas hanya berlaku pada transformasi sudut, sedangkan langkah-


langkah lainnya tetap mengikuti aturan yang ada sebagaimana diuraikan pada
contoh 3 dan contoh 4. Uraian pada contoh 5 berikut ini dapat memperjelas
penggunaan batasan-batasan di atas.
Contoh 5.
Gunakan Polinom Taylor orde tiga untuk menentukan nilai hampiran dari
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 420dan taksir galat maksimum yang terjadi.
Jawab.
Seperti pada contoh 3 di atas, kita dapat memperoleh pengertian mengenai
prilaku fungsi dengan membentuknya suku demi suku . Untuk membentuk nilai-
nilai fungsi dan turunannya khusus soal ini dan sejenisnya, maka harus
𝜋𝜋
diperhatikan bahwa 𝐺𝐺 = 420 mendekati 𝑍𝑍 = 450. Jadi diambil nilai 𝑁𝑁 = . Nilai-nilai
4

fungsi dan turunannya yang membentuk suku-suku deret Taylor adalah sebagai
berikut :
𝜋𝜋 1
𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓( ) = √2
4 2 𝜋𝜋 1
𝑓𝑓(1)(𝑥𝑥) = − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓(1)( ) = − √2
4 2
𝜋𝜋 1
𝑓𝑓 (𝑥𝑥) = − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓 ( ) = − √2
(2) (2)

4 2
𝜋𝜋 1
(3) (3)
𝑓𝑓 (𝑥𝑥) = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓 ( ) = √2
4 2
𝑓𝑓(4)(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 ⇒ 𝑓𝑓(4)(𝑐𝑐) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑐𝑐 ; |𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑐𝑐| ≤ 1
1
0
Nilai-nilai yang diperoleh tersebut di atas dimasukkan pada Polinom Taylor (1.11)
𝜋𝜋
sehingga diperoleh polinom yang menghampiri𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥 di 𝑥𝑥 = yaitu:
4
1 1 𝜋𝜋 1 2 √2(𝑥𝑥 −𝜋𝜋 2 1 𝜋𝜋 3
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠
) 𝑥𝑥 = √2 − √2(𝑥𝑥 − ) − )2 √2(𝑥𝑥 − + 𝑅𝑅 (𝑥𝑥).
4 4
+
2 2 4 2! 3! 3
𝜋𝜋 𝜋𝜋
Substitusi 𝑥𝑥 = 42 di ruas kiri dan gunakan 420 = −
0
sesuai batasan di ruas
4 60

kanan, maka diperoleh nilai hampiran 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥untuk 𝑥𝑥 = 420 adalah:


1 𝜋𝜋 2 1 𝜋𝜋 3
1 1
𝜋𝜋 √2(− ) √2(− )
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 42  √2 − √2(−
0

2 2 60) −2 2!
60
+2 60
3! .
0
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 42 ≈0,707106781 + 0,707106781 (0,052359877)
– 0,000969287 – 0,000016917 ≈ 0,743144822
Nilai hampiran yang diperoleh ini dapat diuji dengan Kalkulator tangan yaitu:
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 420 ≈ 0,743144825.
Sedangkan galat maksimumnya adalah:
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝑅𝑅 (𝑥𝑥) = �
𝑐𝑐
𝜋𝜋 4
3 �𝑥𝑥 − � �
4! 4
𝜋𝜋 𝜋𝜋 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑐𝑐 𝜋𝜋
𝑅𝑅 � − � = � �− �� ; −1 ≤ 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑐𝑐 ≤ 1
3 4 60 24 60
𝜋𝜋 𝜋𝜋 1 𝜋𝜋
𝑅𝑅 � − � = � �− �� = 0,0,000000313.
3 4 60 24 60

Proses sama dengan uraian di atas, maka dapat diperoleh 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 420 = 0,669130387.
Namun nilai ini sebenarnya sudah dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
identitas fungsi trigonometri yaitu 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛2 𝑥𝑥 + 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠2 𝑥𝑥 = 1𝑁𝑁𝐺𝐺𝑁𝑁𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥 = √1 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠2 𝑥𝑥
sehingga diperoleh :

𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 420 = �1 − (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 420)2

𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 420 = �1 − (0,7431448222)


𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 420 = 0,669130607.
Nilai hampiran di atas dapat dibandingkan dengan nilai hampiran yang ada
dalam daftar logaritma atau dapat diuji dengan menggunakan kalkulator
tangan.
Melalui proses perhitungan yang sama, nilai hampiran fungsi trigonometri
lainnya sudah dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus identitas
fungsi trigonometri sebagai berikut :
𝑐𝑐𝑚𝑚𝑛𝑛 𝑥𝑥
𝐺𝐺𝑁𝑁𝑛𝑛 𝑥𝑥 = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑥𝑥 .
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 𝑥𝑥
𝑐𝑐𝑐𝑐𝐺𝐺 𝑥𝑥 =
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛
1 𝑥𝑥
𝑠𝑠𝑇𝑇𝑐𝑐 𝑥𝑥 =
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠
1 𝑥𝑥
𝑐𝑐𝑠𝑠𝑐𝑐 𝑥𝑥 =
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝑥𝑥
1

Konsep perhitungan nilai hampiran fungsi trigonometri pada uraian di


atas tentu saja dapat digunakan pada fungsi transenden lainnya. Dan konsep
inilah yang dikembangkan dan digunakan untuk membuat nilai hampiran
berbagai fungsi dalam matematika dan terapannya, sebagaimana yang tertuang
dalam daftar matematika atau lebih dikenal dengan istilah daftar logaritma.
Walaupun semua nilai hampiran fungsi aljabar dan fungsi transenden
saat ini sudah bisa ditentukan melalui perhitungan teknologi modern dengan
program bahasa komputer, namun setiap pengajar matematika diharapkan
dapat memahami konsep dasarnya sebagaimana telah disajikan di atas. Konsep
dasar ini perlu diperkenalkan kepada peserta didik kita khususnya di Sekolah
Lanjutan Atas dan mahasiswa Matematika di Perguruan Tinggi.

LATIHAN SOAL – SOAL


Kerjakan soal-soal berikut dengan menggunakan lima tempat desimal.
1. Sebatang emas murni beratnya 17,054 gr. Tentukanlah toleransi dan
prosentase galat dari berat emas tersebut
2. Selembar kerta diukur dengan panjang 29,7 cm dan lebar 20,19 cm.
Taksirlah besar galat mutlak dan galat relatif luas kertas tersebut.
3. Tentukan toleransi dan prosentase galat dari luas kertas pada soal No.2.
4. Gunakan Polinom Taylor orde tiga pada 𝑁𝑁 = 1 untuk menghampiri 𝑓𝑓(0,8)
1
dari𝑓𝑓(𝑥𝑥) = .Tentukan taksiran maksimum dari galatnya.
3−2𝑥𝑥

5. Gunakan Polinom Taylor orde tiga pada 𝑁𝑁 = 1 untuk menghampiri 𝑓𝑓(0,9)


1
dari𝑓𝑓(𝑥𝑥) = .Tentukan taksiran maksimum dari galatnya.
√3−2𝑥𝑥

6. Gunakan Polinom Taylor orde tiga pada 𝑁𝑁 = 4 untuk menghampiri 𝑓𝑓(3,9)


dari𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 𝑥𝑥2√𝑥𝑥.Tentukan taksiran maksimum dari galatnya.

7. Gunakan Polinom Maclaurin orde empat dari𝑓𝑓(𝑥𝑥) = √1 − 𝑥𝑥; 𝑥𝑥 ≠ 1 untuk


menghampiri 𝑓𝑓(0,4).Tentukan taksiran maksimum dari galatnya.
8. Gunakan Polinom Taylor orde tiga untuk menentukan nilai hampiran dari
𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 620 dan taksir galat maksimum yang terjadi.
9. Gunakan Polinom Taylor orde empat untuk menentukan nilai hampiran
dari 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 1780 dan taksir galat maksimum yang terjadi.
10. Gunakan Polinom Taylor orde tiga untuk menentukan nilai hampiran dari
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 2730 dan taksir galat maksimum yang terjadi.
11. Gunakan Polinom Taylor orde tiga untuk menentukan nilai hampiran dari
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 3310 dan taksir galat maksimum yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai