KALKULUS DIFERENSIAL
Mat Das - 1
BAB 1 KONSEP BILANGAN REAL
A. PENDAHULUAN
Mata kuliah (makul) dalam rumpun Kalkulus meliputi antara lain Kalkulus Diferensial,
Kalkulus Integral, Kalkulus Lanjut (Peubah Banyak). Kalkulus termasuk matematika bidang
ilmu (cabang) analisis dan merupakan fondasi utama ilmu dasar lain (biologi, fisika, dan kimia).
Segala sesuatu yang terkait dengan Kalkulus, dapat dirangkum dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan (5W+1H) sebagai berikut.
Apakah objek kajian pada Kalkulus? Apa saja yang dipelajari dalam Kalkulus?
Kapan mahasiswa belajar Kalkulus? Di bidang ilmu mana dibutuhkan Kalkulus?
Bagaimana (apa saja alat bantu yang digunakan) cara mudah belajar Kalkulus?
Mengapa mahasiswa harus belajar Kalkulus?
Apa saja target kemampuan mahasiswa, setelah belajar Kalkulus?
Bilangan-bilangan sudah diperkenalkan kepada siswa-siswa mulai dari jenjang SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA secara bertahap dan berjenjang. Pengenalan ini dilakukan
secara berturutan diawali dari himpunan semua bilangan asli ℕ, kemudian bilangan bulat ℤ,
bilangan rasional/pecahan ℚ, dan bilangan real ℝ. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kesulitan
di dalam memahami jenis-jenis bilangan tersebut. Hakekat bilangan adalah konsep abstrak dan
sering dipahami sebagai sesuatu yang mewakili kuantitas. Oleh karena itu, pengenalan bilangan
di SD dilakukan melalui banyak benda-benda nyata di sekitar anak.
Demikian juga operasi pada bilangan dipelajari siswa-siswa tersebut berturut-turut adalah
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, penarikan akar, dan logaritma.
Operasi bilangan juga merupakan konsep abstrak yang kurang disukai siswa. Jadi konsep
bilangan dan operasi bilangan menjadi tantangan yang dihadapi guru matematika. Operasi
bilangan sering direpresentasikan sebagai suatu sistem IPO (input-proses-output). Oleh karena
itu guru dapat membuat variasi soal berdasarkan konsep IPO. Konsep IPO lebih aplikatif, nyata,
dan menarik dibandingkan konsep operasi bilangan yang menggunakan simbol-simbol abstrak.
O
Pertanyaannya adalah apakah urutan materi bilangan dan urutan operasi bilangan ini ada
kaitannya? Untuk menjawab pertanyaan itu, perhatikan dengan seksama dan cobalah fokus
berpikir tentang pernyataan/kalimat di bawah ini.
1. Diketahui m dan n adalah dua bilangan asli.
2. Apakah operasi penjumlahan 𝑚 + 𝑛 juga selalu menghasilkan bilangan asli?
3. Jika 𝑚 + 𝑝 = 𝑛, yang sama artinya dengan 𝑝 = 𝑛 − 𝑚, apakah p juga selalu bilangan asli?
4. Kesimpulan apa yang diperoleh dari pertanyaan nomor 3?
5. Apa maksud/arti operasi perkalian × 𝑛 ? Apakah 𝑚 × 𝑛 pasti menghasilkan bilangan asli?
6. Jika 𝑚 × 𝑝 = 𝑛, yang sama artinya dengan 𝑝 = 𝑛: 𝑚, apakah p pasti juga bilangan asli?
7. Kesimpulan apa yang diperoleh dari pertanyaan nomor 6?
8. Apa maksud/arti operasi perpangkatan 𝑚𝑛 ? Apakah 𝑚𝑛 pasti menghasilkan bilangan asli?
Mat Das - 2
𝑚
9. Jelas 𝑝𝑚 = 𝑛 sama artinya dengan 𝑝 = √𝑛, apakah p juga selalu bilangan asli?
10. Kesimpulan apa yang diperoleh dari pertanyaan nomor 9?
11. Bagaimana Anda mengartikan operasi logaritma bilangan?
12. Cobalah lengkapi kotak kosong pada diagram di bawah ini, selanjutnya tulislah rangkuman
keterkaitan antara jenis bilangan dan operasi bilangan.
m,n ℕ
ℝ
ℚC
m+n p=n−m
ℚ
p=n:m pℚ
mn
Mat Das - 3
B. URUTAN PADA BILANGAN REAL DAN PERTIDAKSAMAAN
Bilangan real 𝑎 disebut bilangan positif, jika 𝑎 nilainya lebih dari 0, ditulis 𝑎 > 0.
Untuk sebarang bilangan real 𝑥 dan 𝑦 berlaku sifat trikotomi, yaitu sebagai berikut.
Jika x dan y bilangan real maka pasti tepat satu dari tiga pernyataan berikut yang benar yaitu
𝑥 < 𝑦 atau 𝑥 = 𝑦 atau 𝑥 > 𝑦.
Sifat urutan pada bilangan real, dinyatakan dalam definisi berikut.
Definisi 1.2
Untuk sembarang bilangan real 𝑥 dan 𝑦 didefinisikan 𝑥 < 𝑦, maksudnya nilai x kurang dari nilai
y atau dibaca x kurang dari y. Sering sekali ditulis 𝑥 < 𝑦 ⇔ 0 < 𝑦 − 𝑥.
Secara geometri, letak titik x di sebelah kiri dari titik y atau letak titik y di sebelah kanan dari
titik x pada garis bilangan real. Sebagai contoh 1 < 3 maksudnya 1 di sebelah kiri dari 3.
Teorema 1.3 (Sifat Transitif )
Untuk sebarang bilangan-bilangan real 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 berlaku
(i) Jika 𝑥 < 𝑦 dan 𝑦 < 𝑧 maka 𝑥 < 𝑧.
(ii) 𝑥 < 𝑦 bila dan hanya bila (bhb) 𝑥 + 𝑧 < 𝑦 + 𝑧.
(iii) Untuk 𝑧 positif, 𝑥 < 𝑦 bhb 𝑥𝑧 < 𝑦𝑧.
(iv) Untuk 𝑧 negatif, 𝑥 < 𝑦 bhb 𝑥𝑧 > 𝑦𝑧.
Contoh 2
(i) −1 < 3 dan 3 < 8 maka −1 < 8.
(ii) 3 < 7 bhb 3 + 4 < 7 + 4.
(iii) Diketahui 𝑧 positif, 2 < 5 bhb 2𝑧 < 5𝑧.
(iv) Untuk 𝑧 negatif, 2 < 5 bhb 2𝑧 > 5𝑧.
Interval atau Selang pada ℝ.
Interval atau selang pada ℝ, adalah himpunan bagian dari ℝ yang memuat paling sedikit 2
bilangan real berbeda dan semua bilangan real yang terletak di antara keduanya. Selang ini dapat
menjadi himpunan penyelesaian (HP) atas pertidaksamaan linear satu variabel.
Berikut ini adalah contoh-contoh selang.
(1) [𝑎, 𝑏] = {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏} disebut interval tertutup
(2) (a,b)= {𝑥|𝑎 < 𝑥 < 𝑏} disebut interval terbuka
(3) (𝑎, 𝑏] = {𝑥|𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏} dan [𝑎, 𝑏) = {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥 < 𝑏} disebut interval setengah tertutup
atau setengah terbuka.
Selain interval-interval di atas juga terdapat interval-interval tak hingga yaitu
1) (−∞, 𝑏] = {𝑥|𝑥 ≤ 𝑏} dan
2) [𝑎, ∞) = {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥}
3) (𝑎, ∞) = {𝑥|𝑎 < 𝑥}
Suatu pertidaksamaan linear dengan variabel x ditandai oleh adanya tanda <, ≤, > atau ≥ dan
juga memuat variabel x. Penyelesaian suatu pertidaksamaan linear dengan variabel x biasanya
berupa selang/interval. Perhatikan bahwa 𝑥 < 𝑦 < 𝑧 berarti 𝑥 < 𝑦 dan 𝑦 < 𝑧.
𝑛
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝
2
𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑛, 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑓(𝑛) = {1 − 𝑛
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙
2
Contoh 3
3 < 𝑦 < 12 berarti 𝑦 > 3 dan 𝑦 < 12.
Mat Das - 4
Cara menyelesaikan pertidaksamaan linear di antaranya adalah:
a. tambahkan bilangan yang sama pada kedua sisi,
b. kalikan kedua sisi dengan bilangan positif yang sama,
c. kalikan kedua sisi dengan bilangan negatif yang sama, tetapi tanda pertidaksaman berubah.
Teorema 1.4
Untuk sembarang bilangan real 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ berlaku
1 1
a. 0 < 𝑥 ≤ 𝑦 𝑥 2 ≤ 𝑦 2 b. 0 < 𝑥 ≤ 𝑦 ≤𝑥
𝑦
1 1
c. 𝑥 ≤ 𝑦 < 0 𝑦 2 ≤ 𝑥 2 d. 𝑥 ≤ 𝑦 < 0 ≤𝑥
𝑦
Contoh 4
Carilah nilai-nilai x yang memenuhi masing-masing pertidaksamaan di bawah ini
a) 5 − 2𝑥 < 11 b) 2(𝑥 − 7) ≥ 14 − 5𝑥
c) 25 + 𝑥 > 3(𝑥 − 11) d) 2(𝑥 2 + 1) ≥ 6 − 2𝑥.
Penyelesaian
a) 5 − 2𝑥 < 11 − 2𝑥 < 6 − 𝑥 < 3 𝑥 > −3. Jadi 𝐻𝑃 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 > −3}.
c) 25 + 𝑥 > 3(𝑥 − 11) 25 + 33 > 3𝑥 − 𝑥 2𝑥 < 58 𝑥 < 29.
Jadi 𝐻𝑃 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 < 29}.
Cobalah Anda selesaikan soal b) dan d) sebagai latihan.
Mat Das - 5
Contoh 5
a. |−2019| = |2019| b. |12 − 3| = |3 − 12|
c. |6. −8| = |6|. |−8| d. |−1 + 9| ≤ |−1| + |9|
−1 |−1|
e. | 3 | = |3|
f. |−6|2 = (−6)2
Teorema 1.7
Untuk setiap bilangan real 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ dan sebarang konstanta 𝑎 ∈ ℝ berlaku:
a. |𝑥| < 𝑎 − 𝑎 < 𝑥 < 𝑎 b. |𝑥| > 𝑎 𝑥 > 𝑎 atau 𝑥 < −𝑎
c. |𝑥| < |𝑦| 𝑥 2 < 𝑦 2.
Perhatikan penjelasan untuk b. melalui contoh di bawah ini.
Contoh 6
|𝑥| < 3 berarti bahwa bilangan real x terhadap bilangan 0, mempunyai jarak kurang dari 3.
Ini berarti bahwa 𝑥 < 3 dan 𝑥 > −3. 𝐻𝑃 = {𝑥 ∈ ℝ|−3 < 𝑥 < 3}
|𝑥| > 3 berarti bahwa bilangan real x terhadap bilangan 0, mempunyai jarak lebih dari 3.
Ini berarti bahwa 𝑥 > 3 atau 𝑥 < −3. 𝐻𝑃 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 < −3 atau 𝑥 > 3}.
Anda dapat periksa kembali penyelesaian pertidaksamaan linear yang melibatkan nilai mutlak,
dengan cara substitusi nilai, agar Anda yakin terhadap kebenaran penyelesaian yang sudah Anda
peroleh.
Latihan 1.1
1. Carilah 𝑥 ∈ ℚ pada persamaan berikut.
1 3 7
− + 2
2 4 8
a. 1 3 7 −1=𝑥 b. 𝑥 = 1 − 3 c. 2𝑥 = (√2 + √3)(√2 − √3)
+ − 2+
2 4 8 4
𝑥 3 −8 18 4 6 1
d. −1=5 e. − 𝑥 + 𝑥+3 = 3
𝑥−2 𝑥 2 +3𝑥
𝑚
2. Ubahlah bilangan desimal berulang berikut menjadi bilangan pecahan 𝑛 .
a. 0, ̅̅̅̅̅
123 ̅̅̅̅
b. 0,217 ̅̅̅̅̅
c. 1,90312
𝑚
3. Ubahlah bilangan pecahan berikut menjadi bilangan desimal berulang.
𝑛
7 3 11
a. b. c.
8 20 3
4. Carilah himpunan penyelesaian (HP) dari pertidaksamaan berikut ini.
a. 10𝑥 + 1 > 8𝑥 + 5 b. −2 < 1 − 5𝑥 ≤ 3
c. 2 + 3𝑥 < 5𝑥 + 1 < 16 d. 3𝑥 2 − 11𝑥 − 4 ≤ 0
𝑚
5. Pertidaksamaan berikut ini merupakan bentuk 𝑛 , tentukan HP yang memenuhi.
2𝑥−3 𝑥+5 𝑥−2
a. >0 b. ≤0 c. <2
𝑥+1 2𝑥−1 𝑥+4
6. Pertidaksamaan berikut ini melibatkan nilai mutlak, carilah HP nya.
5 𝑥
a. |3𝑥 + 4| < 8 b. |2 + 𝑥| > 1 c. |𝑥−3|
<0
D. SISTEM KOORDINAT
Pada kuliah ini dibahas sistem koordinat Cartesius dan sistem koordinat kutub. Sistem koordinat
Cartesius digambarkan dalam bidang datar, yaitu ditandai adanya garis mendatar (horizontal
line) dan garis tegak (vertical line). Garis mendatar disebut sumbu X dan garis tegak disebut
sumbu Y. Dua garis ini berpotongan di satu titik yaitu titik O atau titik asal (origin) sehingga
Mat Das - 6
bidang datar terbagi menjadi empat daerah (kuadran). Pada sumbu X di sebelah kanan titik O
adalah bagian positif, sebelah kiri titik O adalah bagian negatif. Pada sumbu Y di sebelah atas
titik O adalah bagian positif, sebelah bawah titik O adalah bagian negatif.
Menurut perjanjian, setiap daerah diberi label I,II,III, dan IV dengan ketentuan sebagai berikut.
Kuadran I merupakan daerah dengan 𝑥 > 0 dan 𝑦 > 0,
Kuadran II merupakan daerah dengan 𝑥 < 0 dan 𝑦 > 0,
Kuadran III merupakan daerah dengan 𝑥 < 0 dan 𝑦 < 0,
Kuadran IV merupakan daerah dengan 𝑥 > 0 dan 𝑦 < 0.
Contoh 7
Sekarang sebarang titik (misalnya titik A dan titik B) dapat diketahui posisinya di kuadran yang
mana. Posisi atau letak titik A dapat ditentukan, yaitu diukur jarak titik A terhadap sumbu X (2
satuan di atas sumbu X) dan terhadap sumbu Y (4 satuan di kanan sumbu Y), sehingga ditulis
koordinat titik 𝐴(4,2). Demikian juga sebaliknya, koordinat titik 𝐵(−3, −3) berarti letak titik B
adalah 3 satuan di bawah sumbu X dan 3 satuan di kiri sumbu Y (lihat gambar di bawah).
Y Y
Kuadran I
Kuadran II x >0, y >0 A
2
x <0, y >0
X −3 X
4
Kuadran IV
x >0, y <0
Kuadran III −3
x <0, y <0 B
Dengan menggunakan koordinat Cartesius, dapat diperkenalkan rumus sederhana untuk jarak
dua titik pada bidang yang didasarkan kepada teorema Pythagoras.
Teorema 1.8 (Teorema Pythagoras)
Misalkan 𝑎 dan 𝑏 adalah ukuran panjang dua sisi yang tegaklurus pada segitiga siku-siku, maka
ukuran panjang sisi miring (𝑐) segitiga siku-siku tersebut, adalah 𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 .
Jadi 𝑐 = √𝑎2 + 𝑏 2 .
Pada contoh 7, diperoleh bahwa jarak titik A ke O = 𝑑𝐴𝑂 = √42 + 22 = 2√5,
jarak titik B ke O = 𝑑𝐵𝑂 = √(−3)2 + (−3)2 = 3√2, dan
jarak titik A ke B = 𝑑𝐴𝐵 = √72 + 52 = √74.
Selanjutnya konsep jarak dua titik ini dapat dijadikan dasar mendefinisikan lingkaran.
Definisi 1.9
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tetap. Titik tetap
ini disebut titik pusat lingkaran sedangkan jarak yang sama disebut jari-jari (radius).
Pengembangan konsep lingkaran melahirkan konsep sistem koordinat kutub.
Sistem koordinat kutub juga digambarkan dalam bidang datar, yaitu ditandai adanya garis lurus
yang menyatakan jarak serta besarnya sudut yang dibentuk oleh garis lurus tersebut dan garis
tertentu. Pada koordinat Cartesius, setiap titik P mempunyai koordinat 𝑃(𝑥𝑃 , 𝑦𝑃 ) dengan 𝑥𝑃
Mat Das - 7
disebut absis dan 𝑦𝑃 disebut ordinat. Pada koordinat kutub, setiap titik P mempunyai koordinat
𝑃(𝑟, 𝛼) dengan r disebut radius dan disebut sudut. Pengukuran besar sudut yang lazim
digunakan (dalam navigasi) adalah garis yang menunjukkan arah utara sebagai pedoman,
selanjutnya diukur berlawanan arah jarum jam. Ada juga yang searah jarum jam.
Contoh 8
Misalkan garis sumbu N menyatakan sumbu arah utara yang berpangkal di titik O sebagai garis
tertentu, dan titik D dapat dinyatakan sebagai 𝐷(7, 450 ), maka letak titik D adalah sejauh 7 dari
titik O dan besar sudut NOD adalah 450 . Jadi titik 𝐷(7, 450 ) dalam koordinat kutub, sama
7 7
artinya dengan 𝐷(− 2 √2, 2 √2) dalam koordinat Cartesius. Misalkan O adalah titik tempat kita
berdiri dan kita tahu persis arah utara pada mata angin, maka titik D dapat digambarkan sebagai
titik yang berjarak 7 dan pada arah barat laut.
Mat Das - 8
d. melalui titik 𝐴(6,8) dan sejajar garis 𝑦 = 2𝑥 − 3.
e. melalui titik 𝐴(1, −2) dan tegaklurus garis 𝑦 = −3𝑥 + 1.
Mat Das - 9
BAB 2 FUNGSI, LIMIT FUNGSI, FUNGSI KONTINU
A. DEFINISI FUNGSI DAN JENIS FUNGSI
Persamaan garis lurus 𝑦 = 2𝑥 + 3 akan melalui titik-titik dengan koordinat (0,3), (1,5), (2,7),
(3,9), (−1,1), (−2, −1), dan lain-lainnya. Persamaan garis 𝑦 = 2𝑥 + 3 ini dapat ditulis sebagai
𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3 yang dikenal sebagai fungsi 𝑓 dengan variabel 𝑥.
Daerah asal / daerah definisi / domain dari fungsi 𝑓 dapat dituliskan sebagai
𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℤ|−3 < 𝑥 ≤ 3} atau 𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|−3 < 𝑥 ≤ 3}.
Sedangkan daerah hasil / kodomain / range fungsi 𝑓 dapat dinyatakan sebagai
𝑅𝑓 = {𝑥 ∈ ℤ|−2 < 𝑥 ≤ 9} atau 𝑅𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|−3 < 𝑥 ≤ 9}.
Definisi 2.1
Suatu fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 adalah aturan yang memetakan setiap objek 𝑥 anggota himpunan 𝐴 ke
suatu objek tunggal 𝑦 anggota himpunan 𝐵.
Dalam kalkulus, dipelajari hanya fungsi dengan satu variabel dan domain maupun range fungsi
merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan real.
Pada contoh di atas, dapat dituliskan secara lengkap 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dengan rumus 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3.
Cara membacanya fungsi 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐵 dengan rumus 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3.
Contoh 11
Perhatikan beberapa contoh fungsi beserta namanya pada tabel di bawah ini.
NO RUMUS FUNGSI NAMA FUNGSI KETERANGAN
1. 𝑓(𝑥) = 3 fungsi konstan nomor 1,2,3 dikategorikan fungsi
2. 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 4 fungsi linear polinomial (sukubanyak)
2
3. 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 2𝑥 − 3 fungsi kuadrat grafiknya berupa parabola
4. 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 fungsi trigonometri grafiknya punya periodisasi
5. 𝑓(𝑥) = |1 − 2𝑥| fungsi nilai mutlak grafiknya simetris
6. 𝑓(𝑥) = ⟦𝑥⟧ fungsi bilangan bulat grafiknya melompat (tangga)
𝑥
7. 𝑓(𝑥) = 𝑒 fungsi eksponensial
Untuk melukis grafik fungsi atau sketsanya, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Substitusikan beberapa titik 𝑥 sehingga diperoleh nilai 𝑓(𝑥) dan titik (𝑥, 𝑓(𝑥)), yang dapat
ditulis di dalam tabel.
2. Titik-titik dari tabel yang berurutan, digambar pada bidang koordinat Cartesius, selanjutnya
dihubungkan sedemikian hingga menjadi kurva mulus (smooth curve).
Misalnya untuk fungsi dengan rumus 𝑓(𝑥) = |2𝑥|, tabelnya adalah
𝑥 −2 −1 0 1 2
𝑓(𝑥) = |2𝑥| 4 2 0 2 4
(𝑥, 𝑓(𝑥)) (−2,4) (−1,2) (0,0) (1,2) (2,4)
Untuk fungsi 𝑓(𝑥) = ⟦𝑥⟧ maksudnya adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama
dengan 𝑥. Jadi ⟦3.2⟧ = 3, ⟦2⟧ = 2, dan ⟦−3.2⟧ = −4. Tabelnya adalah
𝑥 −2.1 −2 −1 0 1.7 2 2.4
𝑓(𝑥) = ⟦𝑥⟧ −3 −2 −1 0 1 2 2
(𝑥, 𝑓(𝑥)) (−2.1, −3) (−2, −2) (−1, −1) (0,0) (1.7,1) (2,2) (2.4,2)
Mat Das - 10
Berdasarkan tabel di atas, sketsa grafik untuk fungsi dengan rumus 𝑓(𝑥) = |2𝑥| akan simetris
dengan sumbu simetrinya adalah sumbu Y. Sedangkan sketsa grafik untuk fungsi dengan rumus
𝑓(𝑥) = ⟦𝑥⟧ mirip seperti anak tangga.
Anda dapat berlatih membuat tabel dan melukis sketsa grafik fungsi dengan rumus
1 1
𝑓(𝑥) = |−2𝑥|, 𝑔(𝑥) = ⟦2 𝑥⟧ dan ℎ(𝑥) = ⟦2 𝑥 − 3⟧.
Contoh 12
Lukis sketsa grafik dari fungsi-fungsi dengan rumus di bawah ini.
1. 𝑓(𝑥) = 3
2. 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 4
3. 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 2𝑥 − 3
4. 𝑓(𝑥) = sin 𝑥
B. LIMIT FUNGSI
Definisi 2.2
Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 sama dengan ℓ bhb untuk setiap bilangan positif 𝜀 dapat
ditemukan bilangan positif 𝛿 sedemikian hingga jika 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 berakibat |𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀.
Penulisan yang lazim digunakan (dengan simbol) dalam matematika adalah
lim 𝑓(𝑥) = ℓ ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 > 0 ∋ (0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 ⟹ |𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀)
𝑥→𝑐
Definisi 2.3
a. Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan sama dengan ℓ bhb untuk setiap bilangan
positif 𝜀 dapat ditemukan bilangan positif 𝛿 sedemikian hingga jika 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿
berakibat |𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀.
lim+ 𝑓(𝑥) = ℓ ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 > 0 ∋ (0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝛿 ⟹ |𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀)
𝑥→𝑐
b. Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri sama dengan ℓ bhb untuk setiap bilangan positif
𝜀 dapat ditemukan bilangan positif 𝛿 sedemikian hingga jika 0 < 𝑐 − 𝑥 < 𝛿 berakibat
|𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀.
lim− 𝑓(𝑥) = ℓ ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃𝛿 > 0 ∋ (0 < 𝑐 − 𝑥 < 𝛿 ⟹ |𝑓(𝑥) − ℓ| < 𝜀)
𝑥→𝑐
Perhatikan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 + 1. Tabel untuk nilai 𝑥 dan nilai 𝑓(𝑥) adalah sebagai berikut.
𝑥 −1 −0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 ...
𝑓(𝑥) 2 1,25 1 1,25 2 3,25 5 7,25 ...
Diketahui fungsi 𝑓. Jika limit kanan tidak sama dengan limit kiri di satu titik tertentu (misal di
titik 𝑐) maka dikatakan limit fungsi 𝑓 di titik 𝑐 tidak ada. Perhatikan contoh-contoh berikut.
Contoh 13
1.a. Sketsakan grafik dari
Mat Das - 11
𝑥 2 jika 𝑥 ≤ 0
𝑓(𝑥) = { 𝑥 jika 0 < 𝑥 < 1
1 + 𝑥 2 jika 1 ≤ 𝑥
b. Carilah lim 𝑓(𝑥), lim 𝑓(𝑥) , lim+ 𝑓(𝑥) , lim− 𝑓(𝑥) jika ada.
𝑥→0 𝑥→1 𝑥→1 𝑥→1
1
2. Lukis sketsa grafik 𝑓(𝑥) = ⟦2 𝑥 − 3⟧ dan carilah lim 𝑓(𝑥) , lim 𝑓(𝑥) , lim 𝑓(𝑥).
𝑥→1 𝑥→2 𝑥→3
Penyelesaian
1. a. Coba Anda latihan membuat tabel dan melukis sketsa grafik fungsi yang diminta.
b. Jelas lim 𝑓(𝑥) = 0; lim+ 𝑓(𝑥) = 2; lim− 𝑓(𝑥) = 1; lim 𝑓(𝑥) tidak ada, dan 𝑓(1) = 2.
𝑥→0 𝑥→1 𝑥→1 𝑥→1
Teorema di bawah ini sangat bermanfaat untuk mencari dan menyelesaikan berbagai soal atau
pertanyaan yang terkait dengan limit fungsi. Teorema ini menyangkut sifat linear limit fungsi
(bagian c dan d), limit perkalian fungsi, limit pembagian fungsi, dan limit perpangkatan fungsi,
sehingga teorema ini cukup lengkap.
Teorema 2.3
Diketahui 𝑛 ∈ ℕ, 𝑘 suatu konstanta, serta 𝑓 dan 𝑔 masing-masing fungsi yang mempunyai limit
di 𝑐, maka berlaku
a. lim 𝑘 = 𝑘 b. lim 𝑥 = 𝑐
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
c. lim 𝑘. 𝑓(𝑥) = 𝑘. lim 𝑓(𝑥) d. lim[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) + lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
e. lim[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) − lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
f. lim[𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) . lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
𝑓(𝑥) 𝑥→𝑐 lim 𝑓(𝑥)
𝑔. lim = , asalkan lim 𝑔(𝑥) ≠ 0.
𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) lim 𝑔(𝑥) 𝑥→𝑐
𝑥→𝑐
𝑛
h. lim[𝑓(𝑥)]𝑛 = [lim 𝑓(𝑥)]
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
Teorema 2.4
Jika 𝑓 fungsi polinomial (suku banyak) atau fungsi rasional maka lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐) asalkan
𝑥→𝑐
dalam kasus fungsi rasional, nilai penyebutnya tidak nol.
Contoh 14
Perhatikan contoh proses mencari nilai limit fungsi menerapkan 8 butir di atas.
𝑥 2 + 8𝑥 + 7 (𝑥 + 7)(𝑥 + 1) lim (𝑥 + 7)
(𝑥 + 7) 𝑥→−1 6
1. lim 2 = lim = lim = = = −1.
𝑥→−1 𝑥 − 4𝑥 − 5 𝑥→−1 (𝑥 − 5)(𝑥 + 1) 𝑥→−1 (𝑥 − 5) lim (𝑥 − 5) −6
𝑥→−1
Pertama, jika disubstitusikan akan berakibat penyebut (dan pembilang) bernilai nol maka
diubah terlebih dahulu sehingga jika nanti disubstitusikan, penyebutnya tidak bernilai nol.
Kedua, menggunakan butir 𝑔, selanjutnya butir 𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑒.
𝑡 2 + 3𝑡 − 10 (𝑡 + 5)(𝑡 − 2) (𝑡 + 5) 2 + 5 7
2. lim 2 = lim = lim = = .
𝑡→2 𝑡 + 𝑡 − 6 𝑡→2 (𝑡 − 2)(𝑡 + 3) 𝑡→2 (𝑡 + 3) 2+3 5
Variabel yang digunakan, tidak harus 𝑥.
Latihan 2.1
1. Carilah limit fungsi-fungsi berikut ini, gunakan teorema di atas.
𝑥 4 − 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 1 𝑡14 − 3𝑡 11 + 2𝑡 2 − 6 𝑥 2 + 7𝑥 + 10
𝑎. lim 𝑏. lim 𝑐. lim
𝑥→3 3𝑥 2 − 5𝑥 + 7 𝑡→−1 3𝑡 9 + 2𝑡 + 1 𝑥→−2 𝑥+2
2. Carilah limit fungsi-fungsi di bawah ini, gunakan teorema di atas.
Mat Das - 12
1
4𝑦 2 + 8𝑦 3 1
𝑎. lim (2𝑡 3
+ 15) 13
𝑏. lim ( ) 𝑐. lim (2𝑤 4 − 9𝑤 3 + 19)−2
𝑡→−2 𝑦→2 𝑦+4 𝑤→5
3. Carilah limit fungsi-fungsi berikut dan jika tidak ada nilai limitnya, beri alasannya.
𝑢2 − 2𝑢 (𝑤 + 2)(𝑤 2 − 𝑤 − 6) 𝑦 2 − 2𝑦 + 1
𝑎. lim 2 𝑏. lim 𝑐. lim
𝑢→2 𝑢 − 4 𝑤→−2 𝑤 2 + 4𝑤 + 4 𝑦→2 𝑦2 − 4
C. FUNGSI KONTINU
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kontinu (continuous) bermakna suatu aktivitas/proses yang
berkelanjutan, berkala, dan tidak terputus (bahasa jawa ajeg). Konsep ini dipakai untuk
mendefinisikan fungsi kontinu dalam matematika.
Definisi
a. Fungsi 𝑓 kontinu di titik 𝑐 jika beberapa selang terbuka di sekitar 𝑐 termuat di dalam daerah
asal fungsi 𝑓 (𝐷𝑓 ) dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐
𝑓 kontinu di titik 𝑐 ⟺ (1) lim 𝑓(𝑥) ada; (2) 𝑓(𝑐) ada; dan (3) lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
b. Fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] jika fungsi 𝑓 kontinu di setiap titik 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏].
Contoh 15
1. Fungsi yang tepat untuk menggambarkan kekontinuan fungsi adalah fungsi 𝑓 dengan rumus
𝑥 2 jika 𝑥 ≤ 0
𝑓(𝑥) = { 𝑥 jika 0 < 𝑥 < 1
1 + 𝑥 2 jika 𝑥 ≥ 1
Anda perhatikan dengan seksama limit fungsi 𝑓 di titik 0 dan di titik 1.
Jelas fungsi 𝑓 kontinu di titik 𝑥 = 0 karena (1) lim 𝑓(𝑥) = 0, jadi ada; (2) 𝑓(0) = 0, jadi
𝑥→0
ada; dan (3) lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(0).
𝑥→0
Namun fungsi 𝑓 tidak kontinu (diskontinu) di titik 𝑥 = 1 karena (1) lim 𝑓(𝑥) tidak ada
𝑥→1
(ingat bahwa limit kanan tidak sama dengan limit kiri); (2) 𝑓(1) = 2, jadi ada; dan (3)
lim 𝑓(𝑥) ≠ 𝑓(1). Jadi ada dua syarat yang tidak dipenuhi.
𝑥→1
Mudah difahami bahwa fungsi 𝑓 kontinu pada selang [−2,0] karena fungsi 𝑓 kontinu di
setiap titik 𝑥 ∈ [−2,0].
2. Sekarang perhatikan modifikasi fungsi 𝑓 menjadi fungsi 𝑓1 berikut ini.
𝑥 2 jika 𝑥 < 0
1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = 0
𝑓1 (𝑥) =
𝑥 jika 0 < 𝑥 < 1
{1 + 𝑥 2 jika 𝑥 ≥ 1
Jelas fungsi 𝑓1 tidak kontinu di titik 𝑥 = 0 karena (1) lim 𝑓1 (𝑥) = 0, jadi ada; (2) 𝑓1 (0) = 1,
𝑥→0
jadi ada; dan (3) lim 𝑓1 (𝑥) ≠ 𝑓1 (0).
𝑥→0
Perhatikan bahwa fungsi 𝑓1 tidak kontinu pada selang [−2,0] karena meskipun fungsi 𝑓
kontinu di setiap titik 𝑥 ∈ [−2,0) tetapi tidak kontinu di titik 𝑥 = 0. Jadi fungsi 𝑓 kontinu
pada selang [−2,0).
1
3. Lukis sketsa grafik 𝑔(𝑥) = ⟦2 𝑥 + 3⟧ untuk 𝑥 ∈ [−3,5].
Berdasarkan pengamatan terhadap grafik fungsi 𝑔 ada berapa banyak titik diskontinu ?
Mat Das - 13
Dapatkah Anda menambahkan titik diskontinu ? Bagaimana caranya ?
Ujian Tengah Semester ke-1 tanggal 07 Oktober 2019.
Mat Das - 14
BAB 3 TURUNAN SUATU FUNGSI
1 1 𝑐 − (𝑐 + ℎ)
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐) [ ]−[ ] −1
2(𝑐 + ℎ) 2(𝑐) 2(𝑐 + ℎ). 𝑐
𝑚 = lim = lim = lim = lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 2𝑐(𝑐 + ℎ)
−1 1
= lim 2 = − 2.
ℎ→0 2𝑐 + 2𝑐ℎ 2𝑐
1
Jadi gradien garis singgung pada kurva 𝑦 di titik di titik (2 , 1) adalah 𝑚 = −2 dan gradien
1 1
garis singgung pada kurva 𝑦 di titik di titik (2, 4). adalah 𝑚 = − 8.
Mat Das - 15
Sekarang perhatikan ketika Anda naik sepeda motor di jalan yang menurun. Jika gigi pada posisi
netral dan Anda tidak melakukan pengereman maka kecepatan sepeda motor akan bertambah,
yang dapat dilihat pada speedo meter. Demikian juga saat Anda menjatuhkan suatu benda. Jelas
kecepatan awal benda adalah 𝑣0 = 0 dan pada saat 𝑡 kecepatannya bertambah menjadi 𝑣𝑡 . Jadi
kecepatan pada saat 𝑡 = 0,5 detik lebih kecil dibandingkan kecepatan pada saat 𝑡 = 1 detik, atau
𝑣0,5 < 𝑣1 .
Misalkan saja benda 𝑃 jatuh dan jarak yang dilalui dirumuskan dengan 12𝑡 2 meter dalam waktu
𝑡 detik. Artinya benda jatuh sejauh 12 𝑚 dalam detik pertama, dan jatuh sejauh 48 𝑚 dalam dua
detik pertama. Jelas bahwa dari 𝑡 = 1 sampai 𝑡 = 2 jarak yang ditempuh sejauh 36 𝑚.
Kecepatan benda 𝑃 pada saat 𝑡 dirumuskan sebagai berikut.
𝑓(𝑡 + ℎ) − 𝑓(𝑡) 12(𝑡 + ℎ)2 − 12(𝑡)2 24𝑡ℎ + 12ℎ2
𝑣𝑡 = lim = lim = lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
24𝑡 + 12ℎ
= lim = lim (24𝑡 + 12ℎ) = 24𝑡.
ℎ→0 1 ℎ→0
Diperoleh kecepatan benda 𝑃 pada saat 𝑡 = 1 adalah 𝑣1 = 24 𝑚/𝑑𝑒𝑡 dan kecepatan pada saat
𝑡 = 2 adalah 𝑣2 = 48 𝑚/𝑑𝑒𝑡. Anda dapat menghitung kecepatan benda 𝑃 untuk nilai-nilai 𝑡
yang tidak bulat, misalnya pada saat 𝑡 = 1,5 adalah 𝑣1 = 36 𝑚/𝑑𝑒𝑡.
Gradien garis singgung suatu kurva di satu titik dan kecepatan sesaat benda yang bergerak telah
menunjukkan satu ide yang sama. Ide ini didasarkan kepada nilai limit selisih fungsi 𝑓untuk 𝑐 +
ℎ dan 𝑐, dengan nilai ℎ → 0. Ide ini juga digunakan pada pertumbuhan laju organisme (biologi),
keuntungan marjinal (ekonomi), kepadatan kawat (fisika), dan lain-lain.
Latihan 3.1
1. Gunakan teorema-teorema di atas untuk mencari 𝑓′ jika diketahui rumus fungsi 𝑓 adalah
𝑎. 𝑓(𝑥) = 11𝑥 4 − 3𝑥 + 9 𝑏. 𝑓(𝑦) = 3𝑦 −5 + 2𝑦 −3
2 1 2 1
𝑐. 𝑓(𝑧) = + 2 𝑑. 𝑓(𝑡) = − 4
𝑧 𝑧 3𝑡 𝑡
2. Gunakan teorema-teorema di atas untuk mencari 𝑔′ jika diketahui
𝑎. 𝑔(𝑥) = (𝑥 2 + 2)(𝑥 3 + 1) 𝑏. 𝑔(𝑣) = (5𝑣 2 − 7)(3𝑣 2 − 2𝑣 + 1)
2𝑤 2 − 1 𝑢2 − 2𝑢 + 5
𝑐. 𝑔(𝑤) = 𝑑. 𝑔(𝑢) = 2
3𝑤 + 5 𝑢 + 2𝑢 − 3
Mat Das - 17
3. Carilah persamaan garis singgung pada kurva 𝑦 = 3𝑥 2 − 6𝑥 + 1 di titik (1, −2).
4. Carilah semua titik pada kurva 𝑦 = 𝑥 3 − 𝑥 2 yang garis singgungnya mendatar.
5. Sebuah bola di atas tanah mempunyai ketinggian 𝑠 = −16𝑡 2 + 40𝑡 + 100 pada saat 𝑡 detik.
Hitung kecepatan sesaat bola tersebut pada waktu 𝑡 = 2.
Mat Das - 18
Diketahui komposisi fungsi 𝑓(𝑔(𝑥)) = (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥), 𝑔 terdiferensialkan di 𝑥, dan juga 𝑓
terdiferensialkan di 𝑔(𝑥); maka (𝑓 ∘ 𝑔)′(𝑥) = 𝑓 ′ (𝑔(𝑥))𝑔′(𝑥).
Memahami simbol-simbol pada teorema 3.8 memang lebih sukar dibandingkan menerapkan
langsung dalam mencari turunan.
Contoh 19
Carilah 𝑓′ jika diketahui rumus fungsi 𝑓 adalah
𝑎) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)24 .
𝑏) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)15 . sin 2𝑥.
Penyelesaian
𝑎) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)24 = (𝑔(𝑥))24 dengan 𝑔(𝑥) = 𝑥 2 − 1. Diperoleh 𝑔′(𝑥) = 2𝑥 sehingga
𝑓 ′ (𝑥) = 24(𝑥 2 − 1)23 . 2𝑥 = 48𝑥(𝑥 2 − 1)23 .
𝑏) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)15 . sin 2𝑥 = 𝑔(𝑥)15 ℎ(𝑥) maka 𝑔′(𝑥) = 30𝑥(𝑥 2 − 1)14 dan
ℎ′ (𝑥) = 2 cos 2𝑥. Jadi 𝑓 ′ (𝑥) = 30(𝑥 2 − 1)14 sin 2𝑥 + (𝑥 2 − 1)15 2 cos 2𝑥
Penulisan fungsi turunan yang berbeda dikemukakan oleh Wilhelm Leibniz. Leibniz dan Isaac
Newton termasuk penemu utama kalkulus. Leibniz menggunakan penulisan fungsi turunan yaitu
𝑑𝑓 𝑑𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
dengan penekanan (stressing) dan membacanya turunan fungsi 𝑓 terhadap 𝑥. Dengan penulisan
ini maka aturan rantai dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑑(𝑓 ∘ 𝑔) 𝑑𝑓 𝑑𝑔
𝑓(𝑔(𝑥)) = (𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) ⟹ = . = 𝑓′(𝑔(𝑥))
𝑑𝑥 𝑑𝑔 𝑑𝑥
Mat Das - 19
2. Diketahui ketinggian bola pada waktu 𝑡 adalah 𝑆𝑡 = −9𝑡 2 + 36𝑡 + 81 maka
𝑑𝑆𝑡 𝑑2 𝑆𝑡
𝑣𝑡 = = 36 − 18𝑡 dan 𝑎 = = −18
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
Bola mencapai ketinggian maksimum pada saat berbalik arah dan kecepatannya nol.
Diperoleh 𝑣𝑡 = 0 = 36 − 18𝑡 ⟹ 𝑡 = 2 dan 𝑆2 = −9. 22 + 36.2 + 81 = 117 𝑚.
Selanjutnya 𝑆𝑡 = −9𝑡 2 + 36𝑡 + 81 ⟺ 0 = 𝑡 2 − 4𝑡 − 9
4 ± √16 + 36
⇔ 𝑡1.2 = = 2 ± √13. Karena 𝑡 > 0 maka 𝑡 = 2 + √13 ≈ 5,6.
2
Jadi ketinggian maksimum bola 117 𝑚 setelah 2 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 dilempar. Bola menyentuh tanah
pertama kali setelah 5,6 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 bola dilemparkan.
Diketahui 𝑚 = gradien garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25. Jelas 𝑚 selalu melibatkan
dua titik pada lingkaran, karena pasti ada dua garis sejajar yang menyinggung lingkaran. Contoh
gradien garis singgung pada lingkaran 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25 adalah 1, maka pasti dapat dicari dua titik
singgungnya. Bagaimana Anda mencari gradien garis singgung kurva 4𝑥 2 𝑦 − 3𝑦 = 𝑥 3 − 1 ?
Dua masalah ini dapat diselesaikan dengan pendiferensialan implisit berikut ini.
Contoh 21
1. Pada lingkaran dengan persamaan 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25 ⇔ 𝑦 2 = 25 − 𝑥 2 ,
diperoleh 𝑦1 = √25 − 𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦2 = −√25 − 𝑥 2 .
Dengan demikian untuk gradien garis singgungnya adalah sebagai berikut.
−𝑥
2 2 2 2
𝑑(𝑥 + 𝑦 ) 𝑑25 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑦 −𝑥 2
= ⇔ + = 0 ⇔ 2𝑥 + 2𝑦 =0⇔ = = {√25𝑥− 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑦
√25 − 𝑥 2
2. Pada kurva 4𝑥 2 𝑦 − 3𝑦 = 𝑥 3 − 1, dapat diselesaikan dengan dua cara sebagai berikut.
𝑥3 − 1 𝑑𝑦 3𝑥 2 (4𝑥 2 − 3) − 8𝑥(𝑥 3 − 1)
𝐼. (4𝑥 2 − 3)𝑦 = 𝑥 3 − 1 ⇔ 𝑦 = 2 , maka = .
4𝑥 − 3 𝑑𝑥 (4𝑥 2 − 3)2
𝑑(4𝑥 2 𝑦 − 3𝑦) 𝑑(𝑥 3 − 1) 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝐼𝐼. = ⇔ 4𝑥 2 + 𝑦. 8𝑥 − 3 = 3𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 3𝑥 2 − 8𝑥𝑦 3𝑥 2 (4𝑥 2 − 3) − 8𝑥(𝑥 3 − 1)
⇔ (4𝑥 2 − 3) = 3𝑥 2 − 8𝑥𝑦 ⇔ = = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 4𝑥 2 − 3 (4𝑥 2 − 3)2
Latihan 3.2
1. Determine the derivative of these trigonometri functions
𝑎. 𝑓(𝑥) = tan 𝑥 𝑏. 𝑔(𝑥) = cot 𝑥
𝑐. 𝑓(𝑥) = sec 𝑥 𝑑. 𝑔(𝑥) = csc 𝑥 .
2. Carilah 𝑓′ jika diketahui rumus fungsi 𝑓 adalah
𝑎) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 4)27 𝑏) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)15 . sin 2𝑥 𝑐) 𝑓(𝑥) = sin 2𝑥 . cos 2𝑥.
(𝑛)
3. Carilah nilai 𝑛 sehingga 𝑓 (𝑥) = 0 jika diketahui rumus fungsi 𝑓 adalah
𝑎) 𝑓(𝑥) = 𝑥 7 + 2𝑥 5 − 3𝑥 3 − 17𝑥
𝑏) 𝑓(𝑥) = (𝑥 3 − 1)7
𝑐) 𝑓(𝑥) = (𝑥 2 − 1)3 (𝑥 4 − 7𝑥 2 + 100𝑥)
𝑑𝑦
4. Carilah 𝑑𝑥 dari persamaan-persamaan berikut ini.
Mat Das - 20
𝑎) 𝑥 + 7 = 𝑥 2 + 5𝑦 3 𝑏) 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 − 17𝑦 4 = 0
Mat Das - 21
BAB 4 TERAPAN TURUNAN
Mat Das - 22
2. Carilah nilai ekstrim fungsi 𝑓 dan titik stasionernya jika 𝑓(𝑥) = −2𝑥 3 + 3𝑥 2 dengan 𝐷𝑓 =
[−1,2].
3. Adik akan membuat suatu balok dari kertas berukuran panjang 24 𝑐𝑚 dan lebar 9 𝑐𝑚. Adik
membuat irisan dan melipat pada bagian pojok kertas, sehingga irisan dan lipatan ini
berbentuk persegi. Carilah ukuran balok yang dibuat Adik sehingga volumnya maksimum
dan hitung juga volumnya.
Penyelesaian
1. Penyelidikan dilakukan di titik-titik batas domain fungsi atau titik stasioner, diperoleh:
𝑓(−1) = 1 − 1 − 2 = −2; 𝑓(3) = 9 + 3 − 2 = 10; 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 + 𝑥 − 2 ⇒ 𝑓 ′ (𝑥) = 2𝑥 + 1
1 1 9
dan 𝑓 ′ (𝑥) = 2𝑥 + 1 = 0 ⇔ 𝑥 = − ; jadi 𝑓 (− ) = − .
2 2 4
1 1
Jadi fungsi 𝑓 mempunyai nilai minimum 𝑓 (− 2) = −2 4 dan nilai maksimum 𝑓(3) = 10.
2. Penyelidikan di titik-titik batas: 𝑓(𝑥) = −2𝑥 3 + 3𝑥 2 ⇒ 𝑓(−1) = 2 + 3 = 5;
𝑓(2) = −16 + 12 = −4; dan 𝑓 ′ (𝑥) = −6𝑥 2 + 6𝑥 untuk 6𝑥(1 − 𝑥) = 0 ⇔ 𝑥 = 0 ∨ 𝑥 = 1.
Diperoleh titik-titik stasioner (0,0) 𝑑𝑎𝑛 (1,1). Jadi nilai ekstrim fungsi 𝑓 adalah 5 dan −4.
3. Gambar situasi kertas dan balok kertas adalah sebagai berikut.
Setelah dilipat dengan sisi persegi berukuran panjang 𝑥, akan diperoleh balok dengan volum
𝑉 = (24 − 2𝑥)(9 − 2𝑥)𝑥 = 216𝑥 − 66𝑥 2 + 4𝑥 3 . Jelas 𝑉 ′ (𝑥) = 216 − 132𝑥 + 12𝑥 2 = 0
⟺ 12(𝑥 − 9)(𝑥 − 2) = 0 ⇔ 𝑥 = 9(tidak mungkin) ∨ 𝑥 = 2.
Jadi ukuran balok adalah 𝑝 = 20𝑐𝑚, 𝑙 = 5𝑐𝑚, 𝑡 = 2𝑐𝑚 dan 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = 20.5.2 = 200 𝑐𝑚3.
B. NILAI HAMPIRAN
Penulisan fungsi turunan oleh Leibniz, yaitu turunan fungsi 𝑓 terhadap 𝑥 dituliskan sebagai
𝑑𝑓 𝑑𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Tetapi penulisan tersebut belum memberi makna.
Definisi 4.4
Diketahui fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) terdiferensialkan di 𝑥 dan 𝑑𝑥 adalah diferensial dari variabel 𝑥 yang
menyatakan pertambahan dari 𝑥. Diferensial yang bersesuaian dengan 𝑑𝑦 dari variabel tak bebas
𝑦 didefinisikan oleh 𝑑𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥)𝑑𝑥.
𝑑𝑦
Anda harus dapat membedakan bahwa berarti turunan 𝑦 terhadap 𝑥, sedangkan 𝑑𝑦 berarti
𝑑𝑥
diferensial 𝑦. Berdasarkan definisi ini maka diperoleh tabel turunan dan diferensial di bawah ini,
dengan mengingat bahwa 𝑢 = 𝑓1 (𝑥) dan 𝑣 = 𝑓2 (𝑥) dan 𝑛 bilangan asli.
Aturan turunan Aturan diferensial
𝑑𝑘 1. 𝑑𝑘 = 0
1. = 0 dengan 𝑘 suatu konstanta
𝑑𝑥
𝑑(𝑘𝑢) 𝑑𝑢 2. 𝑑(𝑘𝑢) = 𝑘 𝑑𝑢
2. =𝑘
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(𝑢 + 𝑣) 𝑑𝑢 𝑑𝑣 3. 𝑑(𝑢 + 𝑣) = 𝑑𝑢 + 𝑑𝑣
3. = +
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Mat Das - 23
𝑑(𝑢𝑣) 𝑑𝑣 𝑑𝑢 4. 𝑑𝑢𝑣 = 𝑢𝑑𝑣 + 𝑣𝑑𝑢
4. =𝑢 +𝑣
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑢 𝑣𝑑𝑢 − 𝑢𝑑𝑣
𝑑 𝑣 𝑣 𝑑𝑥 − 𝑢 𝑑𝑥 5. 𝑑 ( ) =
5. = 𝑣 𝑣2
𝑑𝑥 𝑣2
𝑛
𝑑(𝑢 ) 𝑑𝑢 6. 𝑑(𝑢𝑛 ) = 𝑛. 𝑢𝑛−1 𝑑𝑢
6. = 𝑛. 𝑢𝑛−1
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Diketahui 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 diberikan tambahan sebesar ∆𝑥, maka pasti 𝑦 menerima tambahan
sebesar ∆𝑦. Tambahan ∆𝑦 nilainya dapat dihampiri (hampir sama) oleh 𝑑𝑦. Jadi diperoleh
𝑓(𝑥 + ∆𝑥) ≈ 𝑓(𝑥) + 𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥) + 𝑓 ′ (𝑥). ∆𝑥
Contoh 22
1. Tanpa alat hitung (kalkulator atau tabel akar bilangan) hitunglah nilai dari √4,5 dan √8,3.
2. Pengukuran panjang rusuk kubus adalah 12,4𝑐𝑚 dengan kemungkinan galat (error) sebesar
0,04𝑐𝑚. Berapakah volum kubus tersebut dan berapakah taksiran galatnya ?
Penyelesaian
1. Bilangan bulat yang terdekat dengan √4,5 dan √8,3 adalah 2 = √4 dan 3 = √9 sehingga
1
dipilih 𝑓(𝑥) = √𝑥 = 𝑥 1/2 dan 𝑓 ′ (𝑥) = . 𝑥 −1/2 . Diperoleh 4,5 = 𝑥 + ∆𝑥 = 4 + 0,5 dan
2
1 1
𝑓(4,5) = √4,5 = 𝑓(4) + 𝑓 ′ (𝑥). 0,5 = 2 + . . 0,5 = 2 + 0,125 = 2,125.
2 √4
Analog dengan mencari nilai √4,5 diperoleh
1 1
𝑓(8,3) = √8,3 = 𝑓(9) − 𝑓 ′ (𝑥). 0,7 = 3 − . . 0,7 = 3 − 0,11667 = 2,88333
2 √9
Jika kita hitung dengan kalkulator, nilai dari √4,5 = 2,12132 dan √8,3 = 2,88097.
2. Volum kubus dengan panjang rusuk 𝑠 adalah 𝑉 = 𝑠 3 , maka 𝑓(𝑠) = 𝑠 3 ⇒ 𝑓 ′ (𝑠) = 3𝑠 2 dan
𝑑𝑉 = 3𝑠 2 𝑑𝑠. Jelas 𝑠 = 12,4; 𝑑𝑠 = 0,04; 𝑉 = 12,43 = 1906,624 dan 𝑑𝑉 = 3. 12,42 . 0,04
= 18,4512. Jadi 𝑉𝑘𝑢𝑏𝑢𝑠 = (1907 ± 18)𝑐𝑚3 .
Mat Das - 25
BAB 5 KETAKBERHINGGAAN, FUNGSI INVERS, FUNGSI TRIGONOMETRI
A. KETAKBERHINGGAAN (INFINITY)
Untuk menuliskan himpunan {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 > 4} digunakan selang terbuka (4, ∞) dan himpunan
{𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≤ 10} ditulis sebagai selang setengah terbuka (−∞, 10]. Himpunan semua bilangan
asli ℕ = {1,2,3,4, … } memiliki anggota sebanyak tak berhingga (infinite), yang dinyatakan
dengan 𝑛(ℕ) = ∞. Lambang atau simbol ∞ bukanlah mewakili bilangan dan bukan suatu
bilangan. Kita boleh mengatakan bahwa simbol ∞ merupakan sesuatu yang tak berhingga,
sesuatu yang di luar jangkauan akal manusia.
Jelas bahwa ℤ = {0,1, −1,2, −2,3, −3, … } memiliki anggota sebanyak tak berhingga, dan dapat
ditulis dengan 𝑛(ℤ) = ∞. Kita yakini bahwa 𝑛(ℤ) = 1 + 2[𝑛(ℕ)] = 1 + 2∞ = ∞. Simbol ∞
merupakan sesuatu bentuk ekspresi ketaatan kepada Tuhan YME, pengakuan diri manusia akan
keterbatasan akal pikirannya. Secara matematis kita dapat membuat fungsi korespondensi satu-
satu dari ℕ ke ℤ untuk memberikan argumentasi atau justifikasi bahwa ∞ + ∞ = 2. ∞ = ∞.
Dalam subbab ini kita akan mempelajari limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati tak berhingga dan
juga nilai limit fungsi 𝑓 yang sama dengan tak berhingga.
B. LIMIT FUNGSI
B.1 LIMIT FUNGSI UNTUK 𝑥 → ∞ ATAU 𝑥 → −∞
Perhatikan contoh fungsi 𝑓 berikut ini.
1 𝑥
𝑓(𝑥) = dan 𝑔(𝑥) =
𝑥 1 + 𝑥2
Tabel nilai-nilai 𝑥 dan nilai-nilai fungsi 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) adalah sebagai berikut.
𝑥 1 2 3 5 10 100 1.000 500.000 106 ...
1 1 1 1 1 1 1 1
𝑓(𝑥) 1 ...
2 3 5 10 100 1.000 500.000 106
𝑥 1
𝑥 lim 0
𝑥 2 𝑥→∞ 𝑥
1) lim 𝑔(𝑥) = lim = lim = = = 0.
𝑥→∞ 𝑥→∞ 1 + 𝑥 2 𝑥→∞ 1 + 𝑥 2 1 0+1
lim + 1
𝑥2 𝑥→∞ 𝑥 2
2 − 3𝑥 + 𝑥 2 2 3
2 − 3𝑥 + 𝑥 2 lim − lim 𝑥 + lim 1 0 + 0 + 1 1
𝑥 2 𝑥→∞ 𝑥 2 𝑥→∞ 𝑥→∞
2) lim = lim = = = − .
𝑥→∞ 7 + 4𝑥 − 5𝑥 2 𝑥→∞ 7 + 4𝑥 − 5𝑥 2 7 4 0+0−5 5
lim + lim − lim 5
𝑥2 𝑥→∞ 𝑥 2 𝑥→∞ 𝑥 𝑥→∞
Selanjutnya definisi nilai limit sama dengan +∞ atau −∞ adalah sebagai berikut.
Definisi 5.2
Diketahui fungsi 𝑓 terdefinisi pada selang (𝑎, 𝑏) dan 𝑎 < 𝑐 < 𝑏 . Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kanan, sama dengan +∞ bhb untuk setiap bilangan positif 𝜀 dapat ditemukan
bilangan positif 𝑀 (yang cukup besar) sedemikian hingga jika 0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝜀 berakibat 𝑓(𝑥) >
𝑀.
Penulisan yang biasa digunakan dalam matematika adalah
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃𝑀 > 0 ∋ (0 < 𝑥 − 𝑐 < 𝜀 ⟹ 𝑓(𝑥) > 𝑀).
𝑥→𝑐
Diketahui fungsi 𝑓 terdefinisi pada selang (𝑎, 𝑏) dan 𝑎 < 𝑐 < 𝑏 . Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kiri, sama dengan −∞ bhb untuk setiap bilangan positif 𝜀 dapat ditemukan
bilangan negatif 𝑀 sedemikian hingga jika 0 < 𝑐 − 𝑥 < 𝜀 berakibat 𝑓(𝑥) < 𝑀.
Penulisan yang biasa digunakan dalam matematika adalah
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃𝑀 > 0 ∋ (0 < 𝑐 − 𝑥 < 𝜀 ⟹ 𝑓(𝑥) < 𝑀).
𝑥→𝑐
Latihan 5.1
A. Carilah nilai limit dari soal-soal di bawah ini.
3 − 2𝑥 2 + 4𝑥 2𝑥 2 − 𝑥 + 5
1. lim 2. lim 3. lim 2
𝑥→∞ 12 + 𝑥 𝑥→−∞ 𝑥 − 1 𝑥→∞ 5𝑥 + 6𝑥 − 1
17 + 2𝑥 3𝑥 √𝑥 + 3𝑥 + 1 3 1 + 8𝑥 2
4. lim 5. lim 6. lim √
𝑥→∞ 𝑥 2 − 𝑥 𝑥→∞ 11 − 𝑥 + 𝑥 2 𝑥→∞ 𝑥2 + 4
3+𝑥 3+𝑥 1 + 4𝑥
7. lim+ 8. lim− 9. lim −
𝑥→3 3−𝑥 𝑥→3 3−𝑥 3
𝑥→( ) 2𝑥 − 3
2
1 + 2𝑥 2𝑥 2𝑥
10. lim + 11. lim 12. lim
3
𝑥→( )
2𝑥 2 − 𝑥 − 3 𝑥→3 𝑥 2 − 6𝑥 + 9 𝑥→3 𝑥 − 3
2
B. Gambarlah sketsa grafik fungsi beserta asymtotnya, untuk soal-soal A nomor 3,6,9,12.
𝑓(𝑥) 0
B. 3 KASUS lim YANG NILAINYA
𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) 0
𝑓(𝑥) 0
Sejauh ini kita kesulitan menyelesaikan limit fungsi berbentuk pecahan lim 𝑔(𝑥) yang nilainya 0.
𝑥→𝑐
Tahun 1696 ada aturan Guillaume Francois Antoine de l’Hopital yang diperoleh dari gurunya
Johann Bernoulli. l’Hopital menerbitkan buku kalkulus diferensial yang di antaranya memuat
hal tersebut.
𝑓′(𝑥) 𝑓(𝑥) 𝑓′(𝑥)
Jika lim 𝑓(𝑥) = 0; lim 𝑔(𝑥) = 0; dan lim ada maka lim = lim
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑔′(𝑥) 𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) 𝑥→𝑐 𝑔′(𝑥)
Mat Das - 28
𝑓(𝑥) 0
Berdasarkan aturan l’Hopital ini maka limit fungsi berbentuk pecahan lim 𝑔(𝑥) yang nilainya 0
𝑥→𝑐
dapat diselesaikan dengan mencari nilai limit turunan fungsi 𝑓 dan 𝑔.
Mudah difahami bahwa kita dapat menggunakan aturan l’Hopital lebih dari satu kali, asalkan
tiga syarat di atas harus dipenuhi. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.
Contoh 5.3
sin 𝑥 cos 𝑥 1
𝑎) lim = lim = = 1.
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 1 1
2
𝑥 −9 2𝑥 6
𝑏) lim 2 = lim = .
𝑥→3 𝑥 − 𝑥 − 6 𝑥→3 2𝑥 − 1 5
−𝑥 + sin 𝑥 −1 + cos 𝑥 −sin 𝑥 − cos 𝑥 −1
𝑐) lim = lim = lim = lim = .
𝑥→0 𝑥3 𝑥→0 3𝑥 2 𝑥→0 6𝑥 𝑥→0 6 6
1 − cos 𝑥 sin 𝑥 cos 𝑥 1
𝑑) lim 2 = lim = lim = .
𝑥→0 𝑥 + 3𝑥 𝑥→0 2𝑥 + 3 𝑥→0 2 2
Penyelesaian contoh 5.3 bagian 𝑑) adalah salah, mengapa ?
C. FUNGSI INVERS
Fungsi yang memetakan (mengawankan) setiap titik ke dirinya sendiri disebut fungsi identitas.
Jadi fungsi 𝑖 dengan rumus 𝑖(𝑥) = 𝑥 ∀𝑥 ∈ ℝ adalah fungsi identitas. Pengembangan dari
pemahaman fungsi identitas yaitu fungsi invers. Perhatikan definisi berikut ini.
Definisi 5.3
Diketahui 𝐴, 𝐵 ⊂ ℝ dan fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 . Jika terdapat fungsi 𝑔: 𝑅𝑓 → 𝐴 sedemikian hingga
𝑔(𝑓(𝑥)) = 𝑥 ∀𝑥 ∈ 𝐴 maka fungsi 𝑔 disebut fungsi invers dari 𝑓, biasa ditulis 𝑔 = 𝑓 −1.
Mudah difahami bahwa jika 𝑔 = 𝑓 −1 maka ∀𝑥 ∈ 𝐴 berlaku 𝑦 = 𝑓(𝑥) ⇔ 𝑔(𝑦) = 𝑓 −1 (𝑦) = 𝑥.
1
Ingat bahwa 𝑓 −1 ≠ 𝑓.
Dengan demikian 𝑔(𝑓(𝑥)) = 𝑓 −1 (𝑓(𝑥)) = (𝑓 −1 . 𝑓)(𝑥) = 𝑥 = 𝑖(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐴.
A B
f -1
Contoh
Diketahui 𝐴 = {𝑥 ∈ ℕ|𝑥 ≤ 10} dan 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ|1 ≤ 𝑥 ≤ 31} da 𝑖𝑥) = 𝑥
Jelas 𝑖(1) = 1; 𝑖(2) = 2; 𝑖(3) = 3; … ; 𝑖(10) = 10 dan 𝑅𝑖 = 𝐴.
1
Untuk fungsi-fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan 𝑔: 𝐴 → 𝐵 dengan rumus 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 1 dan 𝑔(𝑥) = 5 − 3 𝑥
14 13
maka 𝑓(1) = 4; 𝑓(2) = 7; 𝑓(3) = 10; … ; 𝑓(10) = 31; dan 𝑔(1) = ; 𝑔(2) = ; 𝑔(3) =
3 3
5 14 13 11 5
4; … ; 𝑓(10) = 3. Diperoleh 𝑅𝑓 = {4,7,10,13, … ,31} ⊂ 𝐵 dan 𝑅𝑔 = { 3 , , 4, , … , 3} ⊂ 𝐵.
3 3
Invers dari 𝑓 adalah 𝑓 −1 , dapat dicari dengan cara sebagai berikut.
1
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 3𝑥 + 1 dan 𝑔(𝑥) = 𝑧 = 5 − 3 𝑥 maka
𝑦−1 1
𝑦 − 1 = 3𝑥 ⟺ 𝑥 = = 𝑓 −1 (𝑦) dan 𝑧 − 5 = − 𝑥 ⟺ 𝑥 = 15 − 3𝑧 = 𝑔−1 (𝑧).
3 3
Jadi
Mat Das - 29
𝑥−1
𝑓 −1 (𝑥) = ; 𝑔−1 (𝑥) = 15 − 3𝑥.
3
D. FUNGSI TRIGONOMETRI
Penjelasan sederhana mengenai fungsi trigonometri adalah menggunakan lingkaran yang berjari-
jari satu (lingkaran satuan). Konsep fungsi trigonometri merupakan perbandingan dua sisi pada
segitiga siku-siku.
1
y
Pada gambar di atas, terdapat segitiga siku-siku di dalam lingkaran satuan. Ukuran sisi-sisi
segitiga siku-siku tersebut adalah 1 (sisi miring), 𝑥 , 𝑦 . Pada segitiga tersebut berlaku dalil
Phitagoras yaitu 𝑥 2 + 𝑦 2 = 1.
Definisi 5.4
Diketahui ukuran sudut yang di hadapan sisi 𝑦 adalah 𝛼 maka didefinisikan
𝑦 1 1 𝑥
𝑎) sin 𝛼 = 𝑦; 𝑏) cos 𝛼 = 𝑥; 𝑐) tan 𝛼 = ; 𝑑) csc 𝛼 = ; 𝑒) sec 𝛼 = ; 𝑓) cot 𝛼 = .
𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
Dengan demikian berlaku
𝑥 2 + 𝑦 2 = 1 ⟺ (sin 𝛼)2 + (cos 𝛼)2 = 𝑠𝑖𝑛2 𝛼 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 = 1.
𝑦 sin 𝛼 1 1 cos 𝛼
tan 𝛼 = = ; csc 𝛼 = ; sec 𝛼 = ; cot 𝛼 = ;
𝑥 cos 𝛼 sin 𝛼 cos 𝛼 sin 𝛼
Tabel berikut ini menyajikan nilai sin 𝛼 dan cos 𝛼 untuk beberapa sudut istimewa.
𝛼 0𝑜 30𝑜 45𝑜 60𝑜 90𝑜
1 1 1
sin 𝛼 0 √2 √3 1
2 2 2
cos 𝛼 1 1 1
1 √3 √2 0
2 2 2
Selanjutnya diberikan rumus-rumus dalam teorema berikut ini.
Teorema 5.5
𝑎) sin(𝛼 + 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 + sin 𝛽 . cos 𝛼 ; 𝑏) cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛼 . sin 𝛽
𝑐) sin(𝛼 − 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛽 . cos 𝛼 ; 𝑑) cos(𝛼 − 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 + sin 𝛼 . sin 𝛽
Contoh penggunaan rumus di atas, menghitung nilai sinus atau cosinus sudut tanpa bantuan
tabel / kalkulator.
1 1 1 1 1
𝑎) sin 15𝑜 = sin(45𝑜 − 30𝑜 ) = √2. √3 − . √2 = (√6 − √2).
2 2 2 2 4
1 1 1 1 1
𝑏) cos 15𝑜 = cos(45𝑜 − 30𝑜 ) = √2. √3 + . √2 = (√6 + √2).
2 2 2 2 4
Latihan 5.2
1. Carilah fungsi invers dari 𝑓 jika diketahui rumus fungsi 𝑓 adalah
𝑎) 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 3 𝑏) 𝑓(𝑥) = 2 − 5𝑥 𝑐) 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 + 1 , untuk 𝑥 > 0
2. Buktikan persamaan trigonometri di bawah ini.
𝑎) 𝑠𝑒𝑐 2 𝛼 − 𝑡𝑎𝑛2 𝛼 = 1 𝑏) 𝑐𝑠𝑐 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑡 2 𝛼 = 1
Mat Das - 30
3. Tanpa bantuan tabel / kalkulator, hitunglah nilai-nilai dari
𝑎) cos 75𝑜 𝑏) sin 75𝑜 𝑐) cos 7,5𝑜 𝑑) sin 7,5𝑜
Tugas
1. Kerjakan enam nomor pada bagian A Latihan 5.1
2. Kerjakan semua bagian B Latihan 5.1
3. Kerjakan semua nomor Latihan 5.2
Tugas diserahkan paling lambat hari Selasa 13 November 2018 pukul 10.00 WIB (bisa ditaruh di
loker)
1 x
2
√1 − 𝑥 2
gambar 1
Mat Das - 31