PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
PDGK4406
TUTOR
Dr. WISULAH, M.Pd.
Oleh :
= 12
Kalau siswa sudah paham baru kita jelaskan yang negatifnya (-) di sebelah kanan. ( positif
dikali negatif)
3 x (-4) = (-4) + (-4) + (-4) Positif x Negatif = Negatif Pemahaman konsep 2
= (-12)
Selanjutnya, kita ubah negatifnya di sebelah kiri.
(-3) x 4 = ......?
Apakah bisa menggunakan konsep di atas? Tidak, karena akan sulit dimengerti. Karena
siswa akan berfikiran menjumlahkan empat sebanyak negatif tiga kali. Kita gunakan
pendekatan yang bisa memahamkan siswa dengan mengubah soal sebagai berikut:
(-3) x 4 = ...
(-3 + 3) x 4 =0 Dijadikan hasilnya 0
(-3 x 4) + (3 x 4) = 0
(-3 x 4) + 12 =0
(-3 x 4) = -12 Negatif x Positif = Negatif Pemahaman konsep 3
Amati bahwa pada pola bilangan sebelah kiri, terkali tetap (−4) sedangkan pengali
berkurang satu satu demi satu. Ternyata hasil kalinya bertambah empat demi empat. Pada
pola bilangan sebelah kanan, pengali tetap (−3) sedangkan terkali berkurang satu demi satu.
Ternyata hasil kalinya bertambah tiga demi tiga. Kedua pola bilangan memberikan hasil
yang sama yakni(−3) 𝑥 (−4)=12.
2. Buat definisi tentang Bilangan Rasional dan Irrasional serta berikan contoh dan non
contohnya.
a. Bilangan Rasional
Yang pertama kali akan kita bahas adalah bilangan rasional. Bilangan rasional
sendiri adalah sebuah bilangan yang dapat dinyatakan ke dalam bentuk sembarang
pecahan ab , dengan beberapa ketentuan seperti, a dan b adalah bilangan bulat di mana
bilangan a melambang kan pembilang dan b merupakan penyebut bilangan rasional,
dan juga b ≠ 0. Jika penyebut dari bilangan pecahan atau rasional ini bernilai 0, maka
bilangan ini menjadi tidak terdefinisi.
Jika diubah menjadi pecahan desimal, maka angkanya akan berhenti di suatu
bilangan tertentu yang akan membentuk pola pengulangan. Agar bisa lebih memahami
hal ini dengan baik, mari kita lihat contoh berikut ini:
Jika diubah menjadi pecahan desimal, maka angkanya akan berhenti di suatu
bilangan tertentu yang akan membentuk pola pengulangan. Agar bisa lebih memahami
hal ini dengan baik, mari kita lihat contoh berikut ini:
Contoh pecahan:
1 3
atau 4
2
Contoh desimal:
1 10
= 0,5 atau 11 = 0,90909090 …
2
𝑎 −1 𝑎 −1 𝑏
−( ) = dan ( ) = jika a≠0
𝑏 𝑏 𝑏 𝑎
𝑎 𝑐 𝑎.𝑑
𝑏
∶ 𝑑
= 𝑏.𝑐
memiliki hasil 1,57142… tidak memiliki pola apapun, sehingga memenuhi ciri-ciri
bilangan irasional.
4) √16: 8 = = Bilangan irasional, karena 16 dibagi 8 sama dengan 2, hasil dari √2
adalah 1,14213… tidak memiliki pola sehingga cocok menjadi bilangan irasional.
3. Buatlah langkah – langkah mengubah pecahan berikut.
a. Ubahlah pecahan biasa berikut ke bentuk pecahan decimal
2
1) 5
Untuk menyelesiakan soal seperti ini ubahlah bilangan pecahan biasa tersebut
menjadi bilangan pecahan desimal, dengan mengubah penyebutnya menjadi 10.
Maka:
2 2𝑥2 4
= 5𝑥2 = 10 = 0,4
5
3
2) 4
2
3) 3
5
4) 11
5
0,4545... jadi 11 = 0,4545 … atau dibulatkan manjadi 0,45
11 50
44
60
55
50
44
60
55
5
b. Ubahlah pecahan desimal berikut menjadi pecahan biasa
Bilangan pecahan desimal memiliki ciri menggunakan satu tanda koma pada barisan
angka-angkanya. Bilangan pecahan desimal adalah bilangan pecahan dalam bentuk
angka persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterusnya.
25 25:25 1
1) 0,25 = 100 = 100:25 = 4
2375 2375:125 19
2) 2,375 = 1000 = 1000:125 = 8
3) 0,111111111 ………..
a) Mengubah bentuk desimal berulang ke dalam pecahan biasa dengan
menggunakan konsep deret geometri tak hingga.
Misalkan A = 0,1111111... kemudian kita kalikan A dengan 10. Dihasilkan
10A = 1,111111...
A = 0,111111...
9A =1
1
A =9
1
Jadi 0,1111111 ... = 9
b) Dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan konsep dari deret geometri tak
hingga yang konvergen. Misalnya pada contoh di atas. Kita akan merubah
bentuk desimal 0,1111111... menjadi bentuk pecahan dengan menggunakan
konsep deret geometri tak hingga yang konvergen.
Misalkan A = 0,1111111... bisa kita tuliskan sebagai penjumlahan dari
1 1 1
0,1 + 0,01 + 0,001 + 0,0001 + ... = 10 + 100 + 1000 + ⋯
1 1
Bentuk tersebut adalah bentuk deret geometri dengan 𝐴 = 10 dan 𝑟 = 10
𝐴
Kita bisa menentukan jumlahnya yaitu dengan menggunakan rumus 𝑆 = 1−𝑟,
dengan A adalah suku pertama dan r adalah rasio. Dengan menggunakan rumus
tersebut didapatkan :
𝐴
𝑆 = 1−𝑟
1
10
𝑆= 1
1−( )
10
1
10
𝑆= 9
10
1
𝑆=9
Jadi 6+(−2)=4
2) Kelas tinggi
Sebuah kapal selam, mula-mula menyelam 120m di bawah permukaan laut.
Kemudian kapal bergerak ke bawah sejauh 60m.
Nyatakan posisi kapal selam dari permukaan laut dengan penjumlahan bilangan
bulat.
Penyelesaian:
Pada soal di atas, Permukaan laut dalam bilangan bulat kita umpamakan sebagai
bilangan 0.
Kemudian, terdapat informasi 120m di bawah permukaan laut, ini merupakan tanda
bilangan bulat negatif yaitu -120m.
Berikutnya, terdapat informasi bahwa kapal bergerak ke bawah sejauh 60m, ini juga
tanda bilangan bulat negatif, yaitu -60m.
Maka, -120 + (-60) = - 180
Sehingga, posisi kapal selam dari permukaan laut adalah -180m atau 180m di bawah
permukaan laut.
b. Bilangan pecahan untuk siswa kelas rendah dan kelas tinggi masing – masing minimal
satu soal.
Sebelumnya kita jelaskan konsep pecahan ke siswa terlebih dahulu. Pecahan berarti
memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau bagian dari keseluruhan.
Penulisan lambang pecahan meliputi 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang
1 2
dipisahkan oleh garis lurus (–) dan bukan garis miring (/). Contoh 2 , 3 dan seterusnya,
2) Kelas tinggi
3 1
Mawar membeli susu sapi 3 4 liter. Sebanyak 1 2 liter diberikan kepada nenek dan
sisanya dituang ke dalam beberapa gelas dengan isi yang sama. Setiap gelas berisi
3
susu sebanyak liter. Jumlah gelas yang dibutuhkan untuk wadah susu tersebut
8
adalah ….
Penyelesaian:
Jadi jumlah gelas yang dibutuhkan untuk wadah susu tersebut adalah 6 buah