Bab 1 Pendahuluan 1
3.6 Menentukan ns 30
dan laju 31
ii
5.2 Konfigurasi boson 47
iii
Bab 10 Aplikasi Statistik Bose-Einstein 119
iv
13.1 Ensembel 190
v
Bab 1 Pendahuluan
Persoalan yang sering muncul pada kuliah fisika statistik di perguruan tinggi
adalah ketidaktersediaan buku referensi bahasa Indonesia yang memadai. Buku terbitan
luar negeri yang biasa digunakan sebagai referensi umumnya tidak membahas topik
secara detail. Hal ini sering menyulitkan mahasiswa memahami mata kuliah terssbut.
Berathun-tahun kuliah ini diajarkan oleh dosen pada mahasiswa-mahasiswa fisika,
persoalan yang sama selalu muncul. Bahkan mata kuliah tersebut menjadi salah sato
“bottle neck” yang memperlambat kelulusan mahasiswa.
Cara pemahaman fisika statistik berbeda dengan mata kuliah fisika lain seperti
gelombang, termodinamik, dan mekanika. Dalam fisika statistik kita akan bearangkat dari
persoalan abstrak yang sebenarnya merupakan bahan kajian orang matematika seperti
permutasi dan kombinasi. Fisika statistik dapat dipandang sebagai persoalan statistik
matematik yang diberikan syarat batas fisis, sehingga persoalan matematika murni
menjadi memiliki interpretasi fisis. Diperlukan abstraksi yang cukup tinggi untuk
memahami persoalan tersebut. Dan tidak semua mahasiswa bisa melakukannya.
Sebenarnya ketika kita berhadapan dengan kumpulan partikel-partikel gas,
partikel atomik atau sub atomik lainnya, kita tidak bisa menghindari dari statistik. Sebab,
jumlah partikel yang kita kaji sangat besar, yaitu ordenya lebih dari 1020 partikel. Tiap
partikel memiliki enam variabel untuk mendeskripsikan dengan lengkap keadaan
geraknya, yaitu tiga koordinat ruang dan tiga komponen momentum. Sangat tidak
mungkin menjelaskan dinamika partikel tersebut satu per satu dengan jumlah partikel
yang luar biasa banyak, meskipun menggunakan semua komputer yang ada di dunia saat
ini. Pendekatan yang diberikan oleh fisika statistik adalah melihat sifat rata-rata dari
partikel-paerikel tersebut tanpa kita harus melihat partikel secara individual.
Karena berangkat dari peroslan statistik matematis, mahasiswa sering mengalami
kesulitan memulai memahami fisika statistik. Buku-buku yang tersedia sekarang kurang
memberikan penjelasan yang mendetil sehingga tidak memberikan bantuan yang cukup
berarti kepada para mahasiswa untuk memahami konsep-konsep tersebut. Dari tahun ke
tahun mahasiswa tetap mengalami kesulitan memahami mata kuliah ini, karena cara
analisis yang berbeda dengan mata kuliah fisika lainnya.
1
Tujuan penulisan buku ini adalah memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada
mahasiswa tentang penurunan persamaan-persamaan fisika statistik beserta beberapa
aplikasinya. Rumus-rumus diturunkan secara lengkap dengan penjelasan yang rinci pula
dengan harapan mahasiswa dapat memahami lebih jelas. Sampai saat ini kita kesulitan
menemukan referensi yang memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang penurunan
persamaan-persmaan tersebut. Mahasiswa terpaksa harus melakukan usaha yang luar
biasa untuk memahami konsep-konsep tersebut dan tidak jarang banyak yang apatis.
Karena materi buku ini hanya diperuntukkan bagi kuliah satu semester, maka
hanya dasar-dasar statistik yang dapat menjadi modal awal bagi mahasiswa untuk
mempelajari fisika statistik lanjut yang diberikan. Topik utama yang dibahas meliputi
penutunan fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann, Bose-einstein, dan Fermi Dirac. Contoh
aplikasi sederhana ke tiga macam statsitik tersebut juga diberikan. Konsep ruang fasa dan
kerapatan keadan dalam ruang fasa klasik serta ruang fasa kuantum juga diberikan,
karena keduanya digunakan untuk menghitung besaran-besaran termodinamika. Agar
mahasiswa memiliki pemahaman awal tentang ensembel, maka salah satu jenis ensembel
dibahas di sini, yaitu ensembel kanonik.
Pada langkah penurunan distribusi Maxwell-Boltzmann, Bose-Einsetin, dan
Fermi-Dirac, modal statistik yang dibutuhkan hanya permutasi. Oleh karena itu topik
yang membahas panjang lebar tentang permutasi dan kombinasi seperti yang dijumpai di
kulaih-kuliah statistik yang bersifat matematis tidak diberikan di sini. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi beban mahasiswa sehingga mereka bisa lebih terfokus
kepada aplikasi fisis dari statsitik tersebut.
Sebelum masuk ke penurunan berbagai fungsi distribusi masi kita definisikan
beberapa istilah yang digunakan dalam buku ini. Pertama kita mendefinsikan sistem.
Terminologi sistem yang digunakan pada buku ini mengacu kepada partikel-partikel.
Contohnya, jika kita membahas tentang gas maka sistem adalah atom atau molekul gas.
Untuk gas monotonik, sistem adalah atom gas dan untuk gas diatomik maka atau yang
mengandung atom lebih banyak maka sistem adalah molekul gas. Jika kita membahas
tentang elektron dalam logam maka sistem adalah elektron-elektron tersebut. Jika kita
bahas tentang radiasi benda hitam maka sistem adalah foton. Jika kita bahas getaran kisi
maka sistem adalah fonon.
2
Istilah kedua yang akan kita gunakan adalah assembli. Assembli adalah kumpulah
sistem-sistem. Jumlah sistem dalam assembli sangat banyak. Ordenya sekitar sama
dengan orde bilangan Avogadro. Jumlah sistem yang sangat besar ini memungkinkan
prediksi statistik untuk sifat assembli menjadi sangat akurat. Ingat, statistik makin teliti
jika sampel yang dilibatkan makin banyak.
3
Bab 2 Statistik Maxwell-Boltzmann
bahwa tingkat energi sistem klasik bersifat kontinu. Sistem menempati salah satu dari
keadaan energi di atas. Dalam sistem klasik juga tidak ada batasan jumlah sistem yang
dapat menempati satu keadaan energi. Satu keadaan energi dapat saja kosong, atau
ditempati oleh satu sistem, oleh dua sistem, dan seterusnya. Bahkan semua sistem berada
pada satu keadaan energi pun tidak dilarang.
4
εN
εN-1
εN-2
.
.
.
εr+1
εr
εr-1
.
.
.
ε4
ε3
ε2
ε1=0
Agar sifat fisis dari assembli dapat ditentukan maka kita harus mengetahui
bagaimana penyusunan sistem pada tingkat-tingkat energi yang ada serta probabilitas
kemunculan masing-masing cara penyusunan tersebut. Pemahaman ini perlu karena nilai
terukur dari besaran yang dimiliki assembli sama dengan perata-rataan besaran tersebut
terhadap semua kemungkinan penyusunan sistem pada tingkat-tingkat energi yang ada.
Cara menghitung berbagai kemungkinan penyusunan sistem serta probabilitas
kemunculannya menjadi mudah bila tingkat-tingkat energi yang dimiliki assembli dibagi
atas beberapa kelompok, seperti diilustrasikan pada Gbr 2.2. Tiap kelompok memiliki
jangkauan energi yang cukup kecil.
5
.
.
.
Kelompok ke-N memiliki jangkauan energi : ( N − 1)dε sampai Ndε
Energi EM Kelompok-M
.
.
.
Energi Es Kelompok-s
.
.
.
Energi E2 Kelompok-2
Energi E1 Kelompok-1
6
Jumlah keadaan pada kelompok ke-s : gs
.
.
.
Jumlah keadaan pada kelompok ke-N : gN
Energi keadaan yang berbeda dalam satu kelompok umumnya berbeda. Tetapi
karena perbedaan energi keadaan yang berbeda dalam satu kelompok sangat kecil
(mendekati nol) maka kita dapat mengasumsi bahwa energi dalam satu kelompok diwakili
oleh satu nilai energi saja. Energi tersebut dianggap sebagai energi rata-rata keadaan dalam
kelompok yang bersangkutan. Jadi,
Misalkan pada konfigurasi tertentu tiap-tiap kelompok energi telah ditempati oleh
sejumlah sistem sebagai berikut:
7
.
.
.
Jumlah sistem pada kelompok energi ke-s : ns
.
.
.
Jumlah sistem pada kelompok energi ke-M : nM
Jumlah total sistem dalam assembli adalah N . Karena N sistem tersebut terdistribusi
pada semua kelompok energi maka terpenuhi
M
N = ∑ ns
s =1 (2.1)
M
U = ∑ ns E s
s =1 (2.2)
Untuk menentukan nilai dari besaran-besaran yang dimiliki assembli kita harus
menentukan berapa probabilitas munculnya masing-masing konfigurasi dalam assembli.
Tiap penyusunan sistem dalam assembli mempunyai peluang kemunculan yang persis
sama. Dengan demikian, probabilitas kemunculan sebuah konfigurasi sebanding dengan
jumlah penyusunan sistem yang dapat dilakukan untuk membangun konfigurasi tersebut.
8
.
.
Ada ns sistem pada kelompok energi s
.
.
.
Ada nM sistem pada kelompok energi M
9
Proses I: Membawa N Buah Sistem ke Dalam Assembli
Mari kita hitung jumlah cara yang dapat ditempuh pada tiap proses pertama yaitu
membawa N buah sistem dari luar ke dalam assembli. Proses ini tidak bergantung pada
konfigurasi assembli. Yang terpenting adalah bagaimana membawa masuk N buah sistem
ke dalam assembli. Untuk menentukan jumlah cara tersebut, perhatikan tahap-tahap
berikut ini.
i) Ambil satu sistem dari daftar N buah sistem yang berada di luar assembli. Kita bebas
memilih satu sistem ini dari N buah sistem yang ada tersebut. Jadi jumlah cara pemilihan
sistem yang pertama kali dibawa masuk ke dalam assembli adalah N cara.
ii) Setelah sistem pertama dimasukkan ke dalam assembli maka tersisa N -1 sistem dalam
daftar di luar. Ketika membawa masuk sistem keduake dalam assembli kita dapat memilih
salah satu dari N -1 buah sistem dalam daftar. Jumlah cara pemilihan sistem ini adalah
N -1 cara.
iii) Begitu seterusnya.
iv) Akhirnya, ketika sistem ke- N akan dimasukkan ke dalam assembli hanya ada satu
sistem yang tersisa di luar. Tidak ada pilihan-pilihan yang mungkin sehingga jumlah cara
memasukkan sistem ke- N ke dalam asembli adalah hanya 1 cara.
v) Dengan demikian, jumlah total cara membawa masuk N buah sistem ke dalam
assembli adalah
N × ( N − 1) × ( N − 2) × ... × 2 × 1 = N !
1 2 3 N-1 N
10
Proses II: Penyusunan Sistem di Dalam Kelompok-Kelompok Energi
Selanjutnya kita tinjau proses kedua. Tahapan yang ditempuh sebagai berikut.
i) Tinjau kelompok 1 yang mengandung g1 keadaan dan ditempati oleh n1 sistem. Sebagai
ilustrasi lihat Gbr. 2.3
g1
g1-1
g1-2 .
.
. 1 2 3 n1-1 n1
4
3
2
1
Ambil partikel pertama. Kita dapat menempatkan partikel ini entah di keadaan ke-1,
keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke- g1 . Jadi jumlah cara
menempatkan partikel pertama pada kelompok-1 yang memiliki g1 keadaan adalah g1
cara. Setelah partikel-1 ditempatkan, kita ambil partikel 2. Partikel ini pun dapat
ditempatkan di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan
ke- g1 . Dengan demikian, jumlah cara menempatkan partikel kedua juga g1 cara. Hal yang
sama juga berlaku bagi partikel ke-3, partikel ke-4, dan seterusnya, hingga partikel ke- n1 .
Akhirnya, jumlah cara menempatkan n1 partikel pada g1 buah keadaan adalah
Sejumlah g1n1 cara di atas secara implisit mengandung makna bahwa urutan
pemilihan partikel yang berbeda menghasilkan penyusunan yang berbeda pula. Padahal
11
tidak demikian. Urutan pemilihan yang berbeda dari sejumlah n1 partikel yang ada tidak
berpengaruh pada penyusunan asalkan jumlah partikel pada tiap bangku tetap jumlahnya.
Urutan pemilihan sejumlah n1 partikel menghasilkan n1! macam cara penyusunan.
Dengan demikian, jumlah riil cara penyusunan n1 partikel pada g1 buah keadaan
seharusnya adalah
g1n1
n1!
Penjelasan yang sama juga berlaku bagi n 2 buah partikel yang disusun pada g 2 keadaan.
Jumlah cara penyusunan partikel tersebut adalah
g 2n2
n2 !
Secara umum jumlah cara menempatkan n s partikel di dalam kelompok energi yang
g sns
ns !
Dengan demikian, jumlah total cara menempatkan N buah sistem ke dalam konfigurasi
12