(2.11) yaitu n s = g s e α + βEs . Secara fisis kita meyakini bahwa tidak mungkin ada sistem
yang memiliki energi tak berhingga. Oleh karena itu jika E s → ∞ maka haruslah n s → 0 .
Ini hanya mungkin terpenuhi jika parameter β bernilai negatif. Lalu, bergantung pada
besaran apakah β?
33
N1, T N2, T
E
N1, T N2, T
Gambar 4.1 Dua buah assembli terisolasi digabung setelah membuka masing-masing
satu sisinya. Pada batas dua assembli diijinkan pertukaran energi tetapi tidak diijinkan
pertukaran partikel
Setelah mengetahui bahwa nilai parameter β harus negatif mari kita mencari
bentuk ekspresi dari parameter tersebut. Untuk mempermudah mari kita tinjau dua
assembli terisolasi dan berada pada suhu yang sama T . Kesamaan suhu bermakna ke dua
assembli berada dalam kesetimbangan termal. Assembli pertama memiliki N 1 sistem dan
assembli kedua mengandung N 2 sistem. Kemudian salah satu sisi masing-masing
assembli dilepas dan dua assembli dikontakkan pada sisi yang dilepas tersebut. Setelah
dikontakkan dua assembli menjadi sebuah assembli baru yang tetap terisolasi dari
lingkungan. Misalkan pada permukan kontak dua assembli dipasang dinding sedemikian
rupa sehingga tidak ada pertukaran sistem antara dua assembli namun pertukaran energi
diperbolehkan. Akibatnya, sebelum dan sesudah dua assembli disatukan, jumlah partikel
di assembli kiri maupun assembli kanan tidak berubah. Tetapi energi yang dimiliki
masing-masing assembli awal bisa berubah (lihat Gbr. 4.1).
34
Karena assembli gabungan terisolasi dari lingkungan maka pertukaran energi
antar dua assembli awal tidak mengubah energi total assembli gabungan. Dengan
persyaratan di atas kita dapatkan beberapa konstrain berikut ini
N 2 = ∑ n2 s = konstan (4.2)
s
Apabila kita nyatakan dalam bentuk diferensial, persamaan (4.1) sampai (4.3) berbentuk
δN 1 = ∑ δn1s = 0 (4.4)
s
δN 2 = ∑ δn2 s = 0 (4.5)
s
⎛ g1ns1s ⎞
W1 = N1!∏ ⎜⎜ ⎟⎟ (4.7)
s ⎝ n1s ! ⎠
⎛ g n2 s ⎞
W1 = N 2 !∏ ⎜⎜ 2 s ⎟⎟ (4.8)
s ⎝ n2 s ! ⎠
W = W1W2
35
atau bila diungkapkan dalam notasi logaritma menjadi
ln W = ln W1 + ln W2 (4.9)
∂ ln W1 ∂ ln W2
δ ln W = δ ln W1 + δ ln W2 = ∑s ∂n1s
δn1s + ∑
s ∂n 2 s
δn2 s (4.11)
Substitusi persamaan (4.4), (4.5), (4.6), dan (4.11) ke dalam persamaan (4.10) diperoleh
∂ ln W1 ∂ ln W2 ⎡ ⎤
∑s ∂n1s
δn1s + ∑
s ∂n2 s
δn2 s + α 1 ∑ δn1s + α 2 ∑ δn2 s + β ⎢∑ E1s δn1s + ∑ E 2 s δn2 s ⎥ = 0
s s ⎣ s s ⎦
⎡ ∂ ln W1 ⎤ ⎡ ∂ ln W2 ⎤
∑⎢ + α 1 + βE1s ⎥δn1s + ∑ ⎢ + α 2 + β E 2 s ⎥δn 2 s = 0 (4.12)
s ⎣ ∂n1s ⎦ s ⎣ ∂n 2 s ⎦
Agar persamaan (4.12) selalu terpenuhi untuk variasi δn1s dan δn2 s berapa pun maka
suku dalam kurung pada harus nol, atau
36
∂ ln W1
+ α 1 + β E1s = 0 (4.13)
∂n1s
∂ ln W2
+ α 2 + βE 2 s = 0 (4.14)
∂n 2 s
β = β (T ) (4.15)
dQ
37
Energi dalam yang dimiliki assembli adalah U . Jika ke dalam assembli diberikan
tambahan kalor dQ maka kalor akan mengubah energi dalam assembli dan melakukan
kerja pada assembli tersebut. Hubungan antara perubahan energi dalam, kalor yang
diberikan dan kerja yang dilakukan memenuhi hukum II termodinamika, yaitu
dU = dQ + dW . Dengan menggunakan definisi dW = − pdV maka
dU = dQ − pdV (4.16)
Karena ada kemungkinan volum assembli berubah ketika menyerap kalor maka
tingkat energi dalam assembli juga mungkin berubah. Akibatnya, energi rata-rata sistem
dalam satu kelompok energi, yaitu E s , juga mungkin berubah sehingga secara umum
δU = ∑ E s δn s + ∑ n s δE s (4.17)
s s
Bagaimana hubungan persaman (4.16) dan (4.17)? Masih ingat pelajaran fisika
modern saat membahas partikel kuantum yang terperangkap dalam kotak (sumur
potensial)? Di situ dibahas bahwa tingkat energi partikel dalam kotak bergantung pada
ukuran kotak. Makin besar ukuran kotak maka tingkat-tingkat energi makin rapat dan
menjadi kontinu ketika ukuran kotak menuju tak berhingga. Kelakuan serupa juga dapat
diterapkan di sini. Ketika dalam asembli disuplai kalor, perubahan tingkat energi dalam
assembli semata-mata disebabkan perubahan ukuran spasial assembli. Jadi, perubahan
tingkat energi dalam assembli, yaitu δE s merupakan kontribusi dari perubahan ukuran
assembli. Dengan demikian, korelasi antara persamaan (4.16) dan (4.17) menjadi sebagai
berikut:
Suku pertama pada persamaan (4.17) merupakan kontribusi dari pemberian kalor
38
Suku kedua dalam persamaan (4.17) merupakan kontribusi dari perubahan volum
assembli.
∑ E δn
s
s s = δQ (4.18)
∑ n δE
s
s s = − pdV (4.19)
Jika kita menganggap bahwa dinding assembli sangat tegar sehingga tidak terjadi
perubahan volum pada saat penyerapan kalor δQ maka
δU = δQ (4.20)
Untuk assembli yang terisolasi, jumlah sistem tidak berubah sehingga δN = 0 . Akibat
dari pembatasan tersebut maka persamaan (4.21) menjadi δ ln W + βδQ = 0 atau
δ ln W = − βδQ (4.22)
39
diferensial sejati. Di termodinamika dibahas bahwa δQ / T merupakan sebuah besaran
termodinamika yang bernama entropi. Dengan demikian, agar ruas kanan persamaan
(4.22) menjadi diferensial sejati maka haruslah β ∝ 1 / T . Dan karena kita menunjukkan
bahwa β berharga negatif, maka bentuk umum β sebagai fungsi suhu manjadi
1
β =− (4.23)
kT
dengan k sebuah konstanta. Nanti akan kita buktikan bahwa k tidak lain daripada
konstanta Boltzmann.
3
E= kT (4.24)
2
dengan T suhu mutlak dan k konstanta Boltzmann. Kita bisa mendapatkan energi rata-
rata tersebut dengan menggunakan kosep kerapatan keadaan yang telah kita pelajari pada
bab terdahulu. Mari kita lakukan di sini.
Dalam Bab 3 kita sudah menurunkan jumlah partikel yang berada dalam
jangkauan energi antara E sampai E + dE adalah
n( E )dE = 2πVB(2m ) e α + βE E 1 / 2 dE
3/ 2
40
∞
∫ En( E )dE
E= 0
∞
∫ n( E )dE
0
∞ ∞
∫ E × 2πVB(2m) e α + βE E 1 / 2 dE 2πVB(2m ) e α ∫ e βE E 3 / 2 dE
3/ 2 3/ 2
= 0
∞
= 0
∞
∫ 2πVB(2m) e α + βE E 1 / 2 dE 2πVB(2m ) eα ∫
3/ 2 3/ 2 βE
E 1 / 2 dE
0 0
∫e
βE
E 3 / 2 dE
= 0
∞
(4.25)
∫
βE 1/ 2
E dE
0
Mari kita selesaikan integral pada pada persamaan (4.25) dengan melihat
pembilang terlebih dahulu. Untuk menyelesaikan integral tersebut kita misalkan
e βE dE = dx (4.26a)
E 3/ 2 = y (4.26b)
1
x= e βE
β
3 1/ 2
dy = E dE
2
Selanjunta kita menggunakan aturan rantai untuk integeral ∫ ydx = xy − ∫ xdy . Dengan
aturan ini maka kita dapat menulis bagian pembilang persamaan (4.25) sebagai
41
∞ ∞ ∞
⎡ 1 βE 3 / 2 ⎤ ⎛1 ⎞⎛ 3 ⎞
∫e dE = ⎢ e E ⎥ − ∫ ⎜⎜ e βE ⎟⎟⎜ E 1 / 2 dE ⎟
βE 3/ 2
E
0 ⎣β ⎦0 0 ⎝ β ⎠⎝ 2 ⎠
∞
⎡1 1 ⎤ 3
= ⎢ e β ×∞ ∞ 3 / 2 − e β ×0 0 3 / 2 ⎥ −
⎣ β β ⎦ 2 β ∫
0
E 1 / 2 e βE dE (4.27)
∞ ∞
3
∫e ∫
βE
E 3/ 2
dE = − E 1 / 2 e βE dE (4.28)
0
2β 0
∞ ∞
∫e ∫e
βE 3/ 2 βE
E dE E 1 / 2 dE
3 3
E= 0
=− 0
=−
∞
2β ∞
2β
∫ ∫
βE βE
E 1 / 2 dE E 1 / 2 dE
0 0
Karena energi rata-rata ini harus sama dengan 3kT / 2 maka − 3 / 2β = 3kT / 2 sehingga
diperoleh ungkapan untuk β
1
β =−
kT
42
yang persis sama dengan persamaan (4.23). Hasil ini pun membuktikan bahwa k benar-
benar merupakan konstanta Boltzmann karena berasal dari ungkapan energi rata-rata
system.
∑ n = ∑ g eα
s
s
s
s
+ βEs
= e α ∑ g s e βE s
s
N = e α ∑ g s e βE s (4.29)
s
Mari kita fokuskan pada suku penjumlahan di ruas kanan persamaan (4.29). Kita
ganti g s dengan bentuk kontinu yang diberikan oleh persamaan (3.13). Penjumlahan
selanjutnya diganti dengan integral pada semua jangkaiau energi yang mungkin, yaitu
daru E = 0 sampai E = ∞ . Bentuk integral yang dimaksud adalah
∞
N = e α ∫ 2πVB(2m ) e βE E 1 / 2 dE
3/ 2
∞
= 2πVB(2m ) e α ∫ e βE E 1 / 2 dE
3/ 2
(4.30)
0
y
E=− , (4.31a)
β
43
1
dE = − dy , (4.31b)
β
dan
1/ 2 1/ 2
⎛ y⎞ ⎛ 1⎞
E 1/ 2
= ⎜⎜ − ⎟⎟ = ⎜⎜ − ⎟⎟ y1/ 2 (4.31c)
⎝ β⎠ ⎝ β⎠
Dengan mensubstitusi persamaan (4.31a) sampai (4.31c) maka suku integral di ruas
kanan persamaan (4.30) menjadi
∞ ∞ 1/ 2
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞
∫e dE = ∫ e ⎜⎜ − ⎟⎟
βE −y
E 1/ 2
y 1 / 2 ⎜⎜ − ⎟⎟dy
0 0 ⎝ β⎠ ⎝ β⎠
3/ 2 ∞ 3/ 2
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛3⎞
∫e
−y
= ⎜⎜ − ⎟⎟ y 1/ 2
dy = ⎜⎜ − ⎟⎟ Γ⎜ ⎟
⎝ β⎠ 0 ⎝ β⎠ ⎝2⎠
di mana Γ(x) adalah fungsi gamma. Dapat dibuktikan secara analitik (walaupun agak
∞ 3/ 2
⎛ 1⎞ π
∫e
βE
E 1/ 2
dE = ⎜⎜ − ⎟⎟ (4.32)
0 ⎝ β⎠ 2
3/ 2
⎛ 1⎞ π
N = 2πVB(2m ) α
e ⎜⎜ − ⎟⎟
3/ 2
(4.33)
⎝ β⎠ 2
π
N = 2πVB(2m ) e α (kT )
3/ 2 3/ 2
44
= VB(2πmkT ) eα
3/ 2
sehingga parameter α
N
eα =
VB(2πmkT )
3/ 2
atau
⎡ N ⎤
α = ln ⎢ ⎥ (4.34)
⎣VB(2πmkT )
3/ 2
⎦
45
Bab 14 Soal dan Penyelesaian
Statistik Maxwell-Boltzmann
1. Soal :
Solusi :
al = wl exp(−α − βε l )
Statistik Fermi-Dirac berlaku untuk sistem yang terdiri atas fermion, partikel-partikel
tak dapat terbedakan dan memenuhi prinsip larangan Pauli. Satu keadaan hanya dapat
diisi maksimal dua partikel dengan arah spin berlawanan. Jumlah rata-rata partikel
yang mengisi tingkat energi εl adalah
w
al = l
(α + βε l )
e +1
Statistik Bose-Einstein berlaku untuk sistem yang terdiri atas boson, partikel-partikel
tak dapat terbedakan. Satu keadaan kuantum dapat diisi oleh partikel dalam jumlah
berapa pun. Jumlah rata-rata partikel yang mengisi tingkat energi εl adalah
216
w
al = l
(α + βε l )
e −1
b. Dari jawaban sebelumnya, pada e α >> 1 , atau e −α << 1 , fungsi statistik Bose-
Einstein dan Fermi-Dirac menjadi
w w
l
(α + βε l )
≈ l
(α + βε l )
= wl e (α + βε l )
e ±1 e
Dengan demikian pada kondisi tersebut ke tiga tipe statistik tersebut menjadi sama.
3
−α ⎛ h2 ⎞ 2
Menghingat e = n⎜ ⎟ , dengan n adalah kerapatan partikel maka kondisi di
⎝ 2π mkT ⎠
n1 / 2 h 2
di atas terpenuhi pada T >> . Dengan demikian, perbedaan antara ketiga tipe
2πmk
statistik tersebut menjadi tak penting pada limit temperatur tinggi di atas.
2. Soal :
a. Gas He4 termasuk boson sehingga memenuhi statistik Bose-Einstein. Namun pada
keadaan STP kita dapat mempergunakan statistik Maxwell-Boltzmann karena
terpenuhi e −α << 1 . Mari kita cek
1/ 2
−α ⎛ h2 ⎞
e = n⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2πmkT ⎠
Kita menggunakan persamaan gas ideal pV = NkT , atau n = N / V = p / kT . Dengan
demikian
217
1/ 2 1/ 2
−α ⎛ h2 ⎞ p ⎛ h2 ⎞
e = n⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜ ⎟
⎝ 2πmkT ⎠ kT ⎜⎝ 2πmkT ⎟⎠
Pada STP maka T ≈ 300 K, P = 1 atm ≈ 105 Pa. Dengan memasukkan nilai tersebut dan
massa atom helium maka diperoleh e −α ≈ 3 × 10 −6 << 1
b. Elektron dan hole adalah fermion sehingga memenuhi fungsi distribusi Fermi-
[ ]
Dirac 1 / e (ε − µ ) / kT + 1 . Dalam semikonduktor, parameter µ disebut tingkat energi fermi.
Untuk kebanyakan semikonduktor, lebar celah pita energi di atas 1 eV dan lokasi energi
Fermi sekitar tengah-tengah celah pita energi. Dengan demikian ( ε − µ ) ≈ 0,5 eV. Pada
STP nilai energi termal kT ≈ 0,025 eV. Dengan demikian (ε − µ ) / kT ≈ 0,5 / 0,025 = 20
sehingga e (ε − µ ) / kT >> 1 atau fungsi distribusi Fermi-Dirac untuk elektron dan hole dalam
semikonduktor dapat diaprokasimasi dengan 1 / e (ε − µ ) / kT = e ( µ −ε ) / kT yang merupakan fungsi
distribusi Maxwell-Boltzmann.
3. Soal :
Tunjukkan bahwa λ = exp ( µ kT ) = nVQ untuk gas ideal adalah valid untuk λ << 1 ; µ
kuantum.
Solusi :
3
h
sehingga
218