Anda di halaman 1dari 11

Bab 3 Ruang Fasa

Isi Bab Ini


Bab ini berisi diskusi tentang ruang fasa, yaitu ruang yang mengandung koordinat
posisi dan momentum. Keadaan gerak sebuah benda sebenarnya lebih lengkap
dinyatakan dalam koordinar ruang fasa karena koordinat tersebut sekelagus memberikan
informasi tentang posisi dan momentum partikel sekaligus.

Tujuan Bab Ini


Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami apa itu ruang fasa, bagaimana
mencari volum ruang fasa, dan menentukan kerapatan keadaan dalam ruang fasa.
Mahasiswa juga mahir dalam melakukan transformasi kerapatan keadaan dari variable
momentum ke variable energi.

Apa Yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu


Tidak ada pengetahuan pendahuluan yang lebih khusus untuk memahami isi bab
ini.

3.1 Definisi Ruang Fasa


Sebelum masuk lebih jauh untuk mencari besaran-besaran fisis suatu assembli,
mari kita diskusikan satu jenis ruang yang dinamakan ruang fasa. Ruang fasa adalah
ruang yang dibentuk oleh ruang spasial dan ruang momentum atau ruanh spasial dan
ruang kecepatan. Kita perlu memahami ruang fasa karena sebenarnya keadaan system
statistik yang telah dan akan kita bahas adalah keadaan system tersebut dalam ruang fasa.
Misalkan kita memiliki sebuah partikel. Posisi partikel dapat diterangkan dengan
lengkap oleh tiga koordinat ruang, yaitu x , y , dan z . Tetapi posisi saja tidak lengkap
mendeskripsikan dinamika partikel. Kita juga memerlukan informasi tentang kecepatan
partikel tersebut. Kecepatan partikel dapat didefinisikan dengan lengkap oleh tiga
koordinat kecepatan, yaitu v x , v y , dan v z . Dengan demikian, dinamika sebuah partikel

dapat dijelaskan secara lengkap oleh enam buah koordinat, yaitu tiga koordinat ruang: x,

22
y, dan z, serta tiga koordinat kecepatan: v x , v y , dan v z . Kita dapat menggabungkan

enam koordinat tersebut dalam satu ungkapan, yaitu ( x, y, z , v x , v y , v z ) .


r v
Karena momentum merupakan perkalian massa dan kecepatan, yaitu p = mv
maka alternatif lain untuk mendeskripsikan dinamikan partikel secara lengkap adalah
memberikan tiga koordinat spasial dan tiga koordinat momentum. Dalam deskripsi ini,
dinamika partikel dapat dijelaskan dengan lengkap jika tiga koordinat spasial dan tiga
koordinat momentum dapat ditentukan. Keenam koordinat tersebut digabung dalam satu
ungkapan ( x, y, z , p x , p y , p z ) .

z
pz

py

px

Gambar 3.1 Ilustrasi koordinat ruang fasa.

Ruang yang direpsentasikan oleh koordinat posisi saja disebut ruang spasial.
Ruang yang diungkapkan oleh koordinat momentum saja disebut ruang momentum.
Ruang yang direpresentasikan oleh gabungan koordinat ruang dan dan momentum
disebut ruang fasa.

3.2 Elemen volum ruang fasa


Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial tiga dimensi dan ruang momentum
tiga dimensi maka:
Elemen volum ruang spasial adalah: dVs = dxdydy

23
Elemen volum ruang momentum adalah: dV p = dp x dp y dp z

Elemen volum ruang fasa menjadi: dΓ = dVs dV p = dxdydzdp x dp y dp z

Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial dua dimensi dan ruang momentum dua
dimensi maka:
Elemen volum ruang spasial adalah: dS s = dxdy

Elemen volum ruang momentum adalah: dS p = dp x dp y

Elemen volum ruang fasa menjadi: dΓ = dS s dS p = dxdydp x dp y

Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial satu dimensi dan ruang momentum satu
dimensi maka:
Elemen volum ruang spasial adalah: dX s = dx

Elemen volum ruang momentum adalah: dPp = dp x

Elemen volum ruang fasa adalah: dΓ = dX s dPp = dxdp x

Perhatikan bahwa yang dimaksud elemen volum pada penjelasan di atas bisa
bermakna umum. Untuk kasus tiga dimensi, yang dimaksud elemen volum adalah elemen
volum yang umumnya kita kenal. Untuk kasus dua dimensi, yang dimaksud elemen
volum adalah elemen luas, sedangkan untuk kasus satu dimensi, yang dimaksud elemen
volum adalah elemen panjang.

3.3 Energi Kinetik


Tinjau elemen kecil volum dalam ruang fasa yang dibatasi oleh kordinat-
koordinat berikut ini:
Antara x sampai x + dx
Antara y sampai y + dy
Antara z sampai z + dz
Antara p x sampai p x + dp x

Antara p y sampai p y + dp y

24
Antara p z sampai p z + dp z

Volum ruang fasa elemen tersebut adalah

dΓ = dxdydzdp x dp y dp z (3.1)

Di dalam elemen volum tersebut, komponen momentum partikel adalah p x , p y , dan p z .

Dengan demikian, energi kinetik partikel yang berada dalam elemen volum tersebut
adalah

E=
1 2 1
2
(
mv = m v x2 + v y2 + v z2 =
2
1
2m
) (
[mv x ] 2 + [mv y ] 2 + [mv z ] 2 )
=
1
2m
(
p x2 + p y2 + p z2 ) (3.2)

3.4 N Sistem Dalam Ruang Fasa


Di atas kita bahas hanya satu sistem dalam ruang fasa. Bagaimana jika terdapat
N sistem? Tiap sistem akan memiliki 6 koordinat fasa yang bebas yang terdiri dari 3
koordinat ruang dan 3 koordinat momentum.
Koordinat sistem pertama ( x1 , y1 , z1 , p1x , p1 y , p1z )

Koordinat system kedua (x 2 , y 2 , z 2 , p 2 x , p 2 y , p 2 z )

.
.
.
dan seterusnya.
Jika system pertama berada pada elemen volum yang dibatasi oleh kordinat-
koordinat berikut ini
Antara x1 sampai x1 + dx1
Antara y1 sampai y1 + dy1
Antara z1 sampai z1 + dz1

25
Antara p1x sampai p1x + dp1x

Antara p1 y sampai p1 y + dp1 y

Antara p1z sampai p1z + dp1z


maka volum elemen ruang fasa yang menjadi lokasi sistem tersebut adalah

dΓ1 = dx1 dy1 dz1 dp1x dp1 y dp1z

Dengan cara yang sama maka akan kita peroleh elemen volum ruang fasa yang ditempati
sistem kedua adalah

dΓ2 = dx 2 dy 2 dz 2 dp 2 x dp 2 y dp 2 z

dan seterusnya. Dari hasil ini maka kita dapatkan elemen total ruang fasa yang ditempati
oleh N buah sistem adalah

dΓ = dx1 dy1 dz1 dp1x dp1 y dp1z dx 2 dy 2 dz 2 dp 2 x dp 2 y dp 2 z ...dx N dy N dz N dp Nx dp Ny dp Nz


N
= ∏ dxi dy i dz i dpix dpiy dpiz
i =1

N
= ∏ dΓi (3.3)
i =1

Di dalam elemen ruang fase tersebut, energi masing-masing sistem adalah

E1 =
1
2m
(
p12x + p12y + p12z )
E2 =
1
2m
(
p 22x + p 22 y + p 22z )
.
.
.

26
EN =
1
2m
2
p Nx(+ p Ny
2
+ p Nz
2
)

Dengan demikian energi total N system yang menempati ruang fasa dalam persaman
(3.3) adalah

E = E1 + E 2 + ... + E N
N
= ∑ Ei
i =1

( )
N
1
=∑ pix2 + piy2 + piz2 (3.4)
i =1 2m

3.5 Menghitung Jumlah Keadaan


Pada penurunan fungsi distribusi kita sudah membagi energi atas kelompok-
kelompok energi dari kemlompok ke-1 hingga kelompok ke- M . Tinjau sebuah sistem
dengan energi E = ( p x2 + p y2 + p z2 ) / 2m . Penulisan energi di atas dapat dibalik sebagai

berikut

p x2 + p y2 + p z2 = ( 2mE )
2
(3.5)

Bandingkan persamaan (3.5) dengan persamaan untuk bola berikut ini

X 2 + Y 2 + Z 2 = R2 (3.6)

Persamaan (3.5) dan (3.6) persis sama. Pada persamaan (3.5), yang berperan
sebagai jari-jari adalah 2mE . Ini berarti, dalam koordinat momentum, nilai-nilai p x ,

p y , dan p z yang memberikan E yang konstan adalah yang berada pada permukaan bola

dengan jari-jari 2mE . Satu kulit bola mewakili satu nilai energi. Makin besar jari-jari
bola maka makin besar energi yang dimiliki sistem yang berada pada kulit bola
momentum tersebut.

27
pz

2mE
py

px

Gambar 3.1 Bola pada ruang momentum. Jari-jari bola adalah 2mE

Jika kita bagi energi assembli atas kelompok-kelompok energi maka tiap
kelompok akan diwakili oleh kulit bola dengan ketebalan tertentu. Mari kita ambil
elemen volum pada kulit bola dengan jari-jari 2mE dan ketebalan d ( 2mE ) . Luas
kulit bola tersebut adalah

S p = 4π ( 2mE )
2
= 8πmE (3.7)

Tebal kulit bola adalah

d ( )
2mE = 2m d ( E )= 1
2m × E −1 / 2 dE =
2
2m −1 / 2
2
E dE (3.8)

Dengan demikian, volum kolit bola adalah

dV p = S p d ( 2mE )

28
E dE = 2π (2m ) E 1 / 2 dE
2m −1 / 2
= 8πmE
3/ 2
(3.9)
2

pz

d ( 2mE )

2mE
py

px

Gambar 3.2 Elemen volum dalam ruang momentum berupa kulit bola

Volum ruang fasa yang ditempati oleh sistem yang berada pada kulit bola
momentum serta dalam elemen volum spasial dVs = dxdydz adalah

dΓ = dxdydz 2π (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.10)

Volum ruang fasa yang ditempati oleh sistem pada semua ruang spasial, tetapi tetap
berada dalam kulit bola momentum diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (3.10)
pada elemen ruang spasial. Hasilnya adalah

∆Γ p = ∫ dxdydz 2π (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE

= 2πV (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.11)

29
dengan V = ∫ dxdydz adalah volum total ruang spasial yang tidak lain merupakan volum

assembli itu sendiri.


Kita belum mengetahui berapa kerapatan keadaan dalam ruang fasa. Untuk
sementara kita menganggao kerapatan keadaan tersebut adalah B . Jumlah keadaan dalam
elemen ruang fasa ∆Γ p sama dengan volum ruang fasa dikali kerapatannya, yaitu

B∆Γ p = 2πVB(2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.12)

Jika kelompok-kelompok energi yang kita bangun di dalam assembli diwakili oleh kulit
bola maka kita dapat menyamakan g s dalam persamaan (2.11) dengan B∆Γ p pada

persamaan (3.12). Akhirnya, kita dapatkan ungkapan untuk g s sebagai

g s = 2πVB(2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.13)

3.6 Menentukan n s

Setelah mengetahui bentuk g s dalam fungsi kontinu yaitu yang tertuang dalam

persamaan (3.13), selanjutnya kita akan menentukan n s dalam bentuk kontinu juga.

Dalam bentuk diskrit, hubungan antara n s dan g s adalah

n s = g s e α + βEs (2.11)

Pada persamaan di atas, n s adalah jumlah sistem di dalam assembli. Sekarang kita
mendefisikan karapat sistem, yaitu jumlah sistem per satuan energi. Untuk kerapatan
system kita gubakan symbol n( E ) . Dengan demikian, jumlah sistem dalam kulit bola
yang dibatasi oleh energi E dan E + dE adalah n( E )dE . Dengan mengganti n s dengan

n( E )dE dan g s dengan persamaan (3.13) kita dapatkan hubungan antara jumlah sistem
dan kerapatan keadaan dalam bentuk kontinu sebagai berikut

30
n( E )dE = 2πVB(2m ) E 1 / 2 dE × e α + βE
3/ 2

= 2πVB(2m ) e α + βE E 1 / 2 dE
3/ 2
(3.14)

3.7 Volum Elemen Ruang Fasa Dinyatakan Dalam Momentum dan Laju
Persamaan (3.11) menyatakan elemen volum ruang fasa dinyatakan dalam
variabel energi. Kita juga dapat menyatakan elemen volum tersebut dalam variabel
momentum atau laju. Kita mulai dari hubungan E = p 2 / 2m sehingga

1/ 2
⎛ 1 ⎞
E1/ 2 = ⎜ ⎟ p (3.15)
⎝ 2m ⎠
1
dE = pdp (3.16)
m

Substitusi persamaa (3.15) dan (3.16) ke dalam persamaan (3.11) diperoleh ungkapan
elemen ruang fasa dinyatakan dalam momentum sebagai berikut.

1/ 2
⎛ 1 ⎞
∆Γ p = 2πV (2m )
1
×⎜ ⎟ p×
3/ 2
pdp
⎝ 2m ⎠ m

= 4πVp 2 dp (3.15)

Mengingat hubungan antara momentum dan laju p = mv maka dp = mdv .


Konsekuensinya, kita dapat menulis eleme ruang fasa dalam koordinat posisi sebagai
berikut,

∆Γ p = 4πV (mv ) (mdv)


2

= 4πVm 3 v 2 dv (3.16)

31
Dengan menggunakan persamaan (3.16) maka kita dapatkan
g s = B∆Γ p = 4πBVm 3 v 2 dv dan kerapatan keadaan menjadi

n(v)dv = g s e α + βE

= 4πBVm 3 v 2 dv × e α + β ( mv
2
/ 2)

= (4πBVm 3 e α )v 2 e − mv
2
/ 2 kT
dv (3.17)

Hasil yang kita peroleh di atas akan sering kita jumpai pada bab-bab berikutnya,
khususnya saat melakukan transformasi dari penjumlahan diskrit ke integral kontinu.

32

Anda mungkin juga menyukai