Ruang Fasa
Isi Bab ini. Bab ini berisi diskusi tentang ruang fasa, yaitu ruang yang mengandung
koordinat posisi dan momentum. Keadaan gerak sebuah benda sebenarnya lebih
lengkap dinyatakan dalam koordinar ruang fasa karena koordinat tersebut sekaligus
memberikan informasi tentang posisi dan momentum partikel sekaligus.
Tujuan Bab ini. Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami apa itu ruang fasa,
bagaimana mencari volume ruang fasa, dan menentukan kerapatan keadaan dalam
ruang fasa. Mahasiswa juga mahir dalam melakukan transformasi kerapatan keadaan
dari variable momentum ke variable energi.
Apa yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu. Tidak ada pengetahuan pendahuluan
yang lebih khusus untuk memahami isi bab ini.
Ruang yang direpresentasikan oleh koordinat posisi saja disebut ruang spasial.
Ruang yang diungkapkan oleh koordinat momentum saja disebut ruang momentum.
Ruang yang direpresentasikan oleh gabungan koordinat ruang dan momentum disebut
ruang fasa.
Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial dua dimensi dan ruang momentum dua
dimensi maka:
❼
Elemen volume ruang spasial adalah: dSs = dxdy
❼
Elemen volume ruang momentum adalah: dSp = dpxdpy
❼
Elemen volume ruang fasa menjadi: dΓ = dSsdSp = dxdydpxdpy
Ruang ini digunakan untuk mendeskripsikan keadaan partikel yang bergerak pada
bidang.
Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial satu dimensi dan ruang momentum satu
dimensi maka:
❼
Elemen volume ruang spasial adalah: dXs = dx
❼
Elemen volume ruang momentum adalah: dPp = dpx
❼
Elemen volume ruang fasa adalah: dΓ = dXsdPp = dxdpx
Ruang ini digunakan untuk mendeskripsikan keadaan partikel yang bergerak pada kawat
tipis atau tabung tipis.
Perhatikan bahwa yang dimaksud elemen volume pada penjelasan di atas bisa
bermakna umum. Untuk kasus tiga dimensi, yang dimaksud elemen volume adalah
elemen volume yang umumnya kita kenal. Untuk kasus dua dimensi, yang dimaksud
elemen volume adalah elemen luas, sedangkan untuk kasus satu dimensi, yang
dimaksud elemen volume adalah elemen panjang.
❼
Antara y sampai y + dy
❼
Antara z sampai z + dz
❼
Antara px sampai px + dpx
❼
Antara py sampai py + dpy
❼
Antara pz sampai pz + dpz
Volume ruang fasa elemen tersebut adalah
dΓ = dxdydzdpxdpydpz (3.1)
Di dalam elemen volume tersebut, komponen momentum partikel adalah px, py, dan pz.
Dengan demikian, energi kinetik partikel yang berada dalam elemen volume tersebut
adalah
(3.2)
❼
Koordinat sistem pertama (x1,y1,z1,p1x,p1y,p1z)
3.4 N Sistem dalam Ruang Fasa
❼
Koordinat sistem kedua (x2,y2,z2,p2x,p2y,p2z)
...
❼
dan seterusnya
Jika sistem pertama berada pada elemen volume yang dibatasi oleh koordinat-
koordinat berikut ini
❼
Antara x1 sampai x1 + dx1
❼
Antara y1 sampai y1 + dy1
❼
Antara z1 sampai z1 + dz1
❼
Antara p1x sampai p1x + dp1x
❼
Antara p1y sampai p1y + dp1y
❼
Antara p1z sampai p1z + dp1z maka volume elemen ruang fasa yang menjadi lokasi
dΓ1 = dx1dy1dz1dp1xdp1ydp1z
Dengan cara yang sama maka akan kita peroleh elemen volume ruang fasa yang
ditempati sistem kedua adalah
dΓ2 = dx2dy2dz2dp2xdp2ydp2z
dan seterusnya. Dari hasil ini maka kita dapatkan elemen total ruang fasa yang
ditempati oleh buah sistem adalah
dΓ = dx1dy1dz1dp1xdp1ydp1zdx2dy2dz2dp2xdp2ydp2z
···dxNdyNdzNdpNxdpNydpNz
N
= Ydxidyidzidpixdpiydpiz (3.3)
i=1
N
= YdΓi
i=1
Di dalam elemen ruang fase tersebut, energi masing-masing sistem adalah
Dengan demikian energi total N sistem yang menempati ruang fasa dalam persaman
(3.3) adalah
(3.4)
(3.5)
X 2 + Y 2 + Z 2 = R2 (3.6)
Persamaan (3.5) dan (3.6) persis sama. Pada persamaan (3.5), yang
berperan sebagai jari-jari adalah √2mE (Gbr. 3.2). Ini berarti, dalam koordinat
momentum, nilai-nilai px, py, dan pz yang memberikan E yang kon-
stan adalah yang berada pada permukaan bola dengan jari-jari √2mE. Satu kulit bola
mewakili satu nilai energi. Makin besar jari-jari bola maka makin besar energi yang
dimiliki sistem yang berada pada kulit bola momentum tersebut.
Gambar 3.2: Bola pada ruang momentum. Jari-jari bola adalah √2mE.
Jika kita bagi energi assembli atas kelompok-kelompok energi maka tiap kelompok
akan diwakili oleh kulit bola dengan ketebalan tertentu. Mari kita
ambil elemen volume pada kulit bola dengan jari-jari √2mE dan ketebalan
(3.7)
Gambar 3.3: Elemen volume dalam ruang momentum berupa kulit bola.
(3.9)
Volume ruang fasa yang ditempati oleh sistem yang berada pada kulit bola
momentum serta dalam elemen volume spasial dVs = dxdydz adalah
dΓ = dxdydz 2π(2m)3/2E1/2dE (3.10)
Volume ruang fasa yang ditempati oleh sistem pada semua ruang spasial, tetapi tetap
berada dalam kulit bola momentum diperoleh dengan mengin-
3.6 Menentukan ns
(3.11)
= 2πV (2m)3/2E1/2dE
merupakan volume assembli itu sendiri.R dengan V = dxdydz adalah volume total ruang
spasial yang tidak lain
Kita belum mengetahui berapa kerapatan keadaan dalam ruang fasa. Untuk
sementara kita menganggap kerapatan keadaan tersebut adalah B. Jumlah keadaan
dalam elemen ruang fasa ∆Γp sama dengan volume ruang fasa dikali kerapatannya, yaitu
Persamaan (3.12) mirip dengan persamaan untuk mencari massa dengan mengalikan
rapat massa dan volume. Jika kelompok-kelompok energi yang kita bangun di dalam
assembli diwakili oleh kulit bola maka kita dapat menyamakan dalam persamaan (2.11)
dengan B∆Γp pada persamaan (3.12).
3.6 Menentukan ns
Setelah mengetahui bentuk gs dalam fungsi kontinu yaitu yang tertuang dalam
persamaan (3.13), selanjutnya kita akan menentukan ns dalam bentuk kontinu juga.
Dalam bentuk diskrit, hubungan antara ns dan gs adalah ns = gs exp[α + Es]. Pada
hubungan ini, n s menyatakan jumlah sistem. Sekarang kita mendefisikan karapat
sistem, yaitu jumlah sistem per satuan energi. Untuk kerapatan sistem kita gunakan
symbol n(E). Dengan demikian, jumlah sistem dalam kulit bola yang dibatasi oleh energi
E dan E +dE adalah n(E)dE. Dengan mengganti ns dengan n(E)dE dan gs dengan
persamaan (3.13) kita dapatkan hubungan antara jumlah sistem dan kerapatan keadaan
dalam bentuk kontinu sebagai berikut
(3.15)
(3.16)
Substitusi persamaan (3.15) dan (3.16) ke dalam persamaan (3.11) diperoleh ungkapan
elemen ruang fasa dinyatakan dalam momentum sebagai berikut.
(3.17)
n(v)dv = gseα+βE
dv
= 4πBV m3v2 × eα+2β(mv2/2) (3.19) = (4πBV m3eα)v2eβmv /
2dv
Hasil yang kita peroleh di atas akan sering kita jumpai pada bab-bab berikutnya,
khususnya saat melakukan transformasi dari penjumlahan diskrit ke integral kontinu.