dapat dijelaskan secara lengkap oleh enam buah koordinat, yaitu tiga koordinat ruang: x,
22
y, dan z, serta tiga koordinat kecepatan: v x , v y , dan v z . Kita dapat menggabungkan
z
pz
py
px
Ruang yang direpsentasikan oleh koordinat posisi saja disebut ruang spasial.
Ruang yang diungkapkan oleh koordinat momentum saja disebut ruang momentum.
Ruang yang direpresentasikan oleh gabungan koordinat ruang dan dan momentum
disebut ruang fasa.
23
Elemen volum ruang momentum adalah: dV p = dp x dp y dp z
Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial dua dimensi dan ruang momentum dua
dimensi maka:
Elemen volum ruang spasial adalah: dS s = dxdy
Jika ruang fasa dibangun oleh ruang spasial satu dimensi dan ruang momentum satu
dimensi maka:
Elemen volum ruang spasial adalah: dX s = dx
Perhatikan bahwa yang dimaksud elemen volum pada penjelasan di atas bisa
bermakna umum. Untuk kasus tiga dimensi, yang dimaksud elemen volum adalah elemen
volum yang umumnya kita kenal. Untuk kasus dua dimensi, yang dimaksud elemen
volum adalah elemen luas, sedangkan untuk kasus satu dimensi, yang dimaksud elemen
volum adalah elemen panjang.
Antara p y sampai p y + dp y
24
Antara p z sampai p z + dp z
dΓ = dxdydzdp x dp y dp z (3.1)
Dengan demikian, energi kinetik partikel yang berada dalam elemen volum tersebut
adalah
E=
1 2 1
2
(
mv = m v x2 + v y2 + v z2 =
2
1
2m
) (
[mv x ] 2 + [mv y ] 2 + [mv z ] 2 )
=
1
2m
(
p x2 + p y2 + p z2 ) (3.2)
.
.
.
dan seterusnya.
Jika system pertama berada pada elemen volum yang dibatasi oleh kordinat-
koordinat berikut ini
Antara x1 sampai x1 + dx1
Antara y1 sampai y1 + dy1
Antara z1 sampai z1 + dz1
25
Antara p1x sampai p1x + dp1x
Dengan cara yang sama maka akan kita peroleh elemen volum ruang fasa yang ditempati
sistem kedua adalah
dΓ2 = dx 2 dy 2 dz 2 dp 2 x dp 2 y dp 2 z
dan seterusnya. Dari hasil ini maka kita dapatkan elemen total ruang fasa yang ditempati
oleh N buah sistem adalah
N
= ∏ dΓi (3.3)
i =1
E1 =
1
2m
(
p12x + p12y + p12z )
E2 =
1
2m
(
p 22x + p 22 y + p 22z )
.
.
.
26
EN =
1
2m
2
p Nx(+ p Ny
2
+ p Nz
2
)
Dengan demikian energi total N system yang menempati ruang fasa dalam persaman
(3.3) adalah
E = E1 + E 2 + ... + E N
N
= ∑ Ei
i =1
( )
N
1
=∑ pix2 + piy2 + piz2 (3.4)
i =1 2m
berikut
p x2 + p y2 + p z2 = ( 2mE )
2
(3.5)
X 2 + Y 2 + Z 2 = R2 (3.6)
Persamaan (3.5) dan (3.6) persis sama. Pada persamaan (3.5), yang berperan
sebagai jari-jari adalah 2mE . Ini berarti, dalam koordinat momentum, nilai-nilai p x ,
p y , dan p z yang memberikan E yang konstan adalah yang berada pada permukaan bola
dengan jari-jari 2mE . Satu kulit bola mewakili satu nilai energi. Makin besar jari-jari
bola maka makin besar energi yang dimiliki sistem yang berada pada kulit bola
momentum tersebut.
27
pz
2mE
py
px
Gambar 3.1 Bola pada ruang momentum. Jari-jari bola adalah 2mE
Jika kita bagi energi assembli atas kelompok-kelompok energi maka tiap
kelompok akan diwakili oleh kulit bola dengan ketebalan tertentu. Mari kita ambil
elemen volum pada kulit bola dengan jari-jari 2mE dan ketebalan d ( 2mE ) . Luas
kulit bola tersebut adalah
S p = 4π ( 2mE )
2
= 8πmE (3.7)
d ( )
2mE = 2m d ( E )= 1
2m × E −1 / 2 dE =
2
2m −1 / 2
2
E dE (3.8)
dV p = S p d ( 2mE )
28
E dE = 2π (2m ) E 1 / 2 dE
2m −1 / 2
= 8πmE
3/ 2
(3.9)
2
pz
d ( 2mE )
2mE
py
px
Gambar 3.2 Elemen volum dalam ruang momentum berupa kulit bola
Volum ruang fasa yang ditempati oleh sistem yang berada pada kulit bola
momentum serta dalam elemen volum spasial dVs = dxdydz adalah
dΓ = dxdydz 2π (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.10)
Volum ruang fasa yang ditempati oleh sistem pada semua ruang spasial, tetapi tetap
berada dalam kulit bola momentum diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (3.10)
pada elemen ruang spasial. Hasilnya adalah
∆Γ p = ∫ dxdydz 2π (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE
= 2πV (2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.11)
29
dengan V = ∫ dxdydz adalah volum total ruang spasial yang tidak lain merupakan volum
B∆Γ p = 2πVB(2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.12)
Jika kelompok-kelompok energi yang kita bangun di dalam assembli diwakili oleh kulit
bola maka kita dapat menyamakan g s dalam persamaan (2.11) dengan B∆Γ p pada
g s = 2πVB(2m )
3/ 2
E 1 / 2 dE (3.13)
3.6 Menentukan n s
Setelah mengetahui bentuk g s dalam fungsi kontinu yaitu yang tertuang dalam
persamaan (3.13), selanjutnya kita akan menentukan n s dalam bentuk kontinu juga.
n s = g s e α + βEs (2.11)
Pada persamaan di atas, n s adalah jumlah sistem di dalam assembli. Sekarang kita
mendefisikan karapat sistem, yaitu jumlah sistem per satuan energi. Untuk kerapatan
system kita gubakan symbol n( E ) . Dengan demikian, jumlah sistem dalam kulit bola
yang dibatasi oleh energi E dan E + dE adalah n( E )dE . Dengan mengganti n s dengan
n( E )dE dan g s dengan persamaan (3.13) kita dapatkan hubungan antara jumlah sistem
dan kerapatan keadaan dalam bentuk kontinu sebagai berikut
30
n( E )dE = 2πVB(2m ) E 1 / 2 dE × e α + βE
3/ 2
= 2πVB(2m ) e α + βE E 1 / 2 dE
3/ 2
(3.14)
3.7 Volum Elemen Ruang Fasa Dinyatakan Dalam Momentum dan Laju
Persamaan (3.11) menyatakan elemen volum ruang fasa dinyatakan dalam
variabel energi. Kita juga dapat menyatakan elemen volum tersebut dalam variabel
momentum atau laju. Kita mulai dari hubungan E = p 2 / 2m sehingga
1/ 2
⎛ 1 ⎞
E1/ 2 = ⎜ ⎟ p (3.15)
⎝ 2m ⎠
1
dE = pdp (3.16)
m
Substitusi persamaa (3.15) dan (3.16) ke dalam persamaan (3.11) diperoleh ungkapan
elemen ruang fasa dinyatakan dalam momentum sebagai berikut.
1/ 2
⎛ 1 ⎞
∆Γ p = 2πV (2m )
1
×⎜ ⎟ p×
3/ 2
pdp
⎝ 2m ⎠ m
= 4πVp 2 dp (3.15)
= 4πVm 3 v 2 dv (3.16)
31
Dengan menggunakan persamaan (3.16) maka kita dapatkan
g s = B∆Γ p = 4πBVm 3 v 2 dv dan kerapatan keadaan menjadi
n(v)dv = g s e α + βE
= 4πBVm 3 v 2 dv × e α + β ( mv
2
/ 2)
= (4πBVm 3 e α )v 2 e − mv
2
/ 2 kT
dv (3.17)
Hasil yang kita peroleh di atas akan sering kita jumpai pada bab-bab berikutnya,
khususnya saat melakukan transformasi dari penjumlahan diskrit ke integral kontinu.
32