Anda di halaman 1dari 77

FISIKA ​DASAR II

MIKRAJUDDIN
ABDULLAH

PROFESO
R FISIKA

INSTITUT
TEKNOLOGI
BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR
B​uku ini berisi materi Fisika Dasar II yang diajarkan di semester
kedua tingkat pertama fakultas sains dan teknik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Materi utama mencakup kelistrikan, kemagnetat, gelombang, relativitas khsus, dan pengenalan
teori kuantum atom. Materi tentang mekanika dan termodinamika telah dibahas dalam buku
Fisika Dasar I.
Penulisan ini dimotivasi oleh ketiadaan buku kuliah fisika dasar yang ditulis oleh dosen dalam
negeri selama berpuluh-puluh tahun. Seperti buku Fisika Dasar I, bentuk awal buku ini berupa
diktat kuliah yang dilengkapi secara terus menerus hingga mencapai bentuk seperti ini.
Berbeda dengan buku sejenis, pada buku ini juga dibahas sejumlah fenomena yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang sedang dipelajari. Mudah-mudahan dengan
pendekatan seperti ini materi kuliah Fisika Dasar menjadi lebih menarik dan mahasiswa
menyadari bahwa aplikasi konsep-konsep fifika dijumpai mulai dari fenomena sederhana yang
ada di sekitar kita hingga peralatan teknologi canggih.
Dibandingkan dengan buku sejenis, dalam buku ini beberapa topik dibahas dengan tingkat
kesulitan lebih tinggi. Hal ini dilakukan mengingat materi pelajaran fisika di skeolah menengah
di Indonesia cukup tinggi. Jika materi dalam buku fisika dasar memiliki kesulitan yang serupa
dengan materi fisika di sekolah menengah maka mahasiswa akan merasa cepat bosan. Karena
di sekolah menengah para siswa telah diajarkan materi diferensial, integral,
i
dan vektor maka dalam buku ini banyak dijumpai operasi semacam ini, namun tetap dalam
bentuk yang dapat dipahami mahasiswa tingkat satu.
Pada bab akhir juga dikenalkan metode numerik untuk menyelesaikan persoalan fisika yang
tidak dapat diselesaikan atau sulit diselesaikan secara analitik. Software yang digunakan
hanyalah ​Microsoft Excel ​yang dijumpai pada semua komputer. Program ​Wolfram Alpha ​yang
tersedia secara gratis di internet juga diperkenalkan. Materi ini dikenalkan agar pada
mahasiswa sadar bahwa penyelesaian persoalan fisika tidak semata-mata dengan metode
analitikseperti yang dipelajari selama ini. Justru banyak persoalan fisika yang harus
diselesaikan secara numerik.
Banyak pihak yang telah terlibat secara langsung atau tidak langsung selama penyelesaian
buku ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang luar biasa. Terima kasih secara khusus
kepada Istri dan anak-anak yang memberikan dukungan tanpa henti.
Kampus Ganesa
Mei 2017
Penulis
ii

DAFTAR ISI
Bab 1 ELEKTROSTATIKA: HUKUM COULUMB DAN
HUKUM GAUSS 1
1.1 Gaya Coulomb Antar Muatan Titik 4
1.2.Gaya Coulomb oleh sejumlah muatan 10
1.3 Gaya Listrik oleh Benda Kontinu 14
1.4 Medan Listrik 22
1.5 Medan Listrik yang dihasilkan distribusi muatan 29
1.6 Perhitungan Medan Dengan Metode Integral 42
1.7 Garis Gaya Listrik 64
1.8 Hukum Gauss 65
1.9 Contoh Aplikasi Hukum Gauss 70
1.10 Beberapa Fenomena Khusus 86
Soal-Soal 107
iii
Bab 2 POTENSIAL LISTRIK DAN KAPASITOR 124
2.1 Definisi Energi Potensial 124
2.2 Potensial Listrik 130
2.3 Potensial listrik oleh sebuah partikel 131
2.4 Potensial listrik yang dihasilkan banyak partikel 132
2.5 Potensial momen dipol 137
2.6 Potensial listrik pelat tak berhingga 143
2.7 Potensial Listrik sekitar kawat Lurus 146
2.8 Mencari medan dari potensial 148
2.9 Bahan dielektrik 153
2.10 Teorema usaha energi 160
2.11 Satuan elektronvolt 161
2.12 Kapasitor 162
2.13 Kapasitor pelat sejajar 164
2.14 Memperbesar kapasitansi kapasitor 165
2.15 Kapasitor satu bola konduktor 168
2.16 Kapasitansi dua bola konduktor konsentris 169
2.17 Kapasitor dua silinder konsentris 170
2.18 Kapasitor variabel 171
2.19 Rangkaian kapasitor 174
2.20 Energi yang yersimpan dalam kapasitor 181
2.21 Pengosongan kapasitor 184
2.22 Pengisian kapasitor 188
2.23 Topik Khusus I: Pembangkit Marx 191
2.24 Topik Khusus II: Nanokapasitor dan blokade Coulomb 195
2.25 Topik Khusus III: Suparkapasitor 197
iv
Soal-Soal 200
Bab 3 LISTRIK ARUS SEARAH 208
3.1 Arus listrik 208
3.2. Arus pada percabangan 210
3.3 Sumber potensial listrik 212
3.4 Hambatan listrik 214
3.5 Kebergantungan hambatan pada suhu 216
3.6 Kebergantunag hambatan pada tegangan 217
3.7 Hambatan komersial 219
3.8 Potensiometer 222
3.9 Konduktivitas listrik 223
3.10 Hubungan konduktivitas dan resistivitas 226
3.11 Rangkaian hambatan listrik 227
3.12 Hambatan batang dengan penampang tidak konstan 233
3.13 Rangkaian yang mengandung hambatan dan sumber tegangan 235
3.14 Hambatan dalam sumber tegangan 238
3.15 Loop 239
3.16 Rangkaian lebih dari satu loop 242
3.17 Jembatan Wheatstone 248
3.18 Daya listrik 253
3.19 Pengukuran arus listrik 260
3.20 Hambatan listrik lapisan Bumi 266
3.21 Industri logam 271
Soal-Soal 276
Bab 4 KEMAGNETAN 282
4.1 Gaya antar kutub magnet permanen 282
v
4.2 Mengapa kutub magnet cenderung mengambil
arah utara-selatan? 285
4.3 Sudut deklinasi 287
4.4 Sudut inklinasi 293
4.5 Domain magnet 295
4.6 Garis gaya magnetik 298
4.7 Tidak ada muatan magnetik 299
4.8 Medan magnet 299
4.9 Gaya Lorentz 303
4.10 Definisi satu tesla 306
4.11 Gaya Lorentz pada muatan yang bergerak 306
4.12 Pembelokkan lintasan muatan dalam medan magnet 309
4.13 Spektrometer massa 311
4.14 Massa isotop 315
4.15 Siklotron 316
4.16 Efek Hall 318
4.17 ​Bremstrahlung 3​ 19
4.18 Aurora 321
Soal-Soal 324
Bab 5 MEDAN MAGNET INDUKSI 331
5.1 Hukum Biot Savart 331
5.2 Gaya antara dua kawat berarus listrik 370
5.3 Definisi satu ampere 373
5.4 Hukum Ampere 373
Soal-Soal 399
Bab 6 GGL INDUKSI dan INDUKTANSI 410
vi
6.1 Fluks magnetik 410
6.2 Hukum Faraday 416
6.3 Contoh aplikasi hukum Faraday 418
6.4 Hukum Lentz 422
6.5 Dinamo 428
6.6 Induktansi 432
6.7 Rangkaian induktor 442
6.8 Memperbesar induktansi 446
6.9 Energi medan magnet 448
6.10 Transformator 453
6.11 Daya trafo 459
6.12 Topik Khusus 464
Soal-Soal 470
Bab 7 ARUS BOLAK-BALIK 480
7.1 Arus bolak-balik 481
7.2. Arus bolak-balik sinusoidal 483
7.3. Tegangan rata-rata 485
7.4. Tegangan root mean square (rms) 486
7.5. Daya dan daya rata-rata 489
7.6. Tegangan bolak balik pada dua ujung hambatan 491
7.7. Tegangan antara dua ujung kapasitor 492
7.8. Tegangan antara dua ujung induktor 497
7.9. Disipasi daya pada kapasitor dan induktor 501
7.10 Diagram fasor 503
7.11 Operasi trigonometri dengan diagram fasor 506
7.12 Rangkaian arus bolak-balik 510
vii
7.13 Filter 529
7.14 Faktor daya 535
Soal-soal 538
Bab 8 BESARAN GELOMBANG 545
8.1 Definisi gelombang 545
8.2 Gelombang transversal dan longitudinal 548
8.3 Besaran-besaran gelombang 548
8.4 Persamaan gelombang 553
8.5 Hubungan antara kecepatan gelombang dan sifat medium 557
8.6 Energi yang dibawa gelombang 574
8.7 Kebergantungan intensitas pada jarak 576
8.8 Muka gelombang 579
8.9 Prinsip Huygens 580
8.10 Gelombang bunyi 581
Soal-Soal 594
Bab 9 GEJALA GELOMBANG 602
9.1 Pemantulan gelombang 602
9.2 Pembiasan 606
9.3 Superposisi 614
9.4 Difraksi 636
9.5 Polarisasi 642
9.6 Dispersi 643
9.7 Efek Doppler pada gelombang bunyi 646
9.8 Efek Doppler pada gelombang elektromagnetik 657
9.9 Pencarian Extrasolar Planet 659
9.10 Getaran kolom pipa organa 663
viii
9.11 Ultrasonik 667
9.12 9.12 Modulasi 670
Soal-Soal 674
Bab 10 SIFAT OPTIK GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 680
10.1 Laju perambatan gelombang elektromagnetik 681
10.2 Spektrum gelombang elektromagnetik 684
10.3 Pemantulan cahaya 690
10.4 Pembiasan cahaya 703
10.5 Sudut kritis untuk pembiasan 709
10.6 Fiber optik 713
10.7 Pembiasan cahaya oleh lapisan sejajar 716
10.8 Pembiasan oleh permukaan bola 719
10.9 Pebiasan oleh prisma 724
10.10 Indeks bias 730
10.11 Interferensi cahaya 737
10.12 Difraksi cahaya 763
10.13 Daya resolusi 768
10.14 Interferensi lapisan tipis 774
10.15 Lapisan anti pantul 784
10.16 Polarisasi cahaya 790
Soal-Soal 799
Bab 11 TEORI RELAVITAS KHUSUS 804
11.1 Transformasi Galileo 804
11.2 Penjumlahan kecepatan Einstein 809
11.3 Transformasi Lorentz 815
11.4 Kontraksi Lorentz 818
ix
11.5. Dilatasi waktu 823
11.6 Simultanitas 826
11.7 Relativitas massa, momentum, dan energi 831
11.8 Penurunan persamaan energi kinetik relativitas 839
Soal-Soal 841
Bab 12 PENGENALAN TEORI KUANTUM ATOM 846
12.1 Penemuan sinar katoda 846
12.2 Pengukuran e/m elektron 849
12.3 Percobaan Millikan 851
12.4 Model atom Thomson 856
12.5 Percobaan Rutherford 858
12.6 Model atom Rutherford 859
12.7 Energi atom Rutherford 860
12.8 Model atom Bohr 863
12.9 Energi spektrum atom hidrogen 867
12.10 Keadaan dasar dan eksitasi 869
12.11 Deret spektrum atom hidrogen 870
12.12 Efek Zeeman 873
12.13 Kaidah seleksi 880
12.14 Larangan Pauli 881
12.15 Kulit dan subkulit 882
12.16 Konfigurasi elektron 883
12.17 Spektrum sinar-X 883
12.18 Hukum Moseley 888
12.19 Energi vibrasi molekul 889
12.20 Energi rotasi molekul 892
x
Soal-Soal 896
INDEKS
xi
Ban 1 Elektrostatika
1

Bab 1 ELEKTROSTATIKA: HUKUM


COULUMB DAN HUKUM GAUSS
N​ewton menemukan bahwa dua buah massa saling tarik-menarik
dengan gaya yang berbanding lurus dengan perkalian dua massa dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak keduanya. Fenomena ini dikenal dengan hukum gravitasi Newton. Gaya
inilah yang mengikat benda-benda di alam semesta sehingga tetap bersatu membentuk alam
yang stabil. Jika tidak ada gaya tarik tersebut maka benda-benda di alam semesta (galaksi,
bintang, planet, satelit, dan lain-lain) akan bergerak tanpa terkontrol sehingga dapat
menyebabkan saling menjauh atau saling bertumbukan. Hukum Kepler tentang gerak planet
merupakan konsekuansi logis (implikasi) dari hukuk Gravitasi Newton. Fenomena gaya
gravitasi Newton telah kita pelajari cukup panjang di buku pertama, khususnya dalam Bab 7.
Pertanyaan yang sama dapat dikenakan pada materi. Semua materi disusun oleh molekul,
atom, atau partikel atomik. Sebagian partikel tersebut bermuatan listrik. Pertanyaan adalah
gaya apakah yang mengikat partikel-partikel tersebut sehingga menyatu dan membentuk
materi yang sangat stabil dan kuat? Apakah antar partikel bermuatan listrik bekerja semacam
gaya? Coulomb adalah orang pertama yang menjawab pertanyaan ini. Menurut Coulomb,
muatan listrik saling menghasilkan gaya yang menyerupai gaya yang dilakukan oleh massa.
Dua buah muatan listrik saling mengerjakan gaya yang besarnya berbanding lurus dengan
perkalian dua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak keduanya. Dengan
demikian, bentuk persamaan gaya untuk muatan listrik persis
m​1 m
​ ​2
​ ​ F​о ​ Fо
Fо ​ ​
12 ​ 12 ​ 12 ​Gambar 1.1 ​(atas) Dua massa hanya melakukan gaya tratik gravitasi. (bawah)
Muatan memiliki sifat gaya tarik yang berbeda. Muatan sejenis (memiliki randa muatan sama)
bersifat tolak-menolak dan muatan berbeda jenis (memiliki randa muatan berlawnan) bersifat
tarik-menarik.
Catatan​: ​Hingga saat ini masih ada ahli fisika yang penasaran mengapa gaya gravitasi hanya
ada gaya tarik? Mengapa
sama dengan persamaan gaya untuk massa.
Namun, yang berbeda adalah pada gaya gravitasi hanya ada satu jenis massa, yaitu massa
positif. Sedangkan muatan listrik terdapat dua jenis, yaitu muatanh positif dan muatan negatif.
Akibatnya, gaya gravitasi hanya memiliki satu jenis gaya, yaitu gaya tarik. Pada muatan listrik,
terdapat dua jenis gaya, yaitu gaya tarik dan gaya tolak, bergantung pada jenis muatan yang
saling melakukan gaya. Sifat ini diilustrasikan pada ​Gambar 1.1​. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa: a) dua muatan sejenis, yaitu muatan yang sama-sama positif atau
sama-sama negatif melakukan gaya tolak-menolak, dan b) dua muatan yang tidak sejenis,
yaitu positif dan negatif, saling melakukan gaya tarik-menarik.

q1​​ q1​ ​q1​


Ban 1 Elektrostatika

​ ​

12 ​ 21 ​2 ​q​2​q​2​q​2
​ ​ F​о ​ Fо
Fо ​ ​
21 ​ 21 ​ 21

Ban 1 Elektrostatika
tidak ada gaya tolak gravitasi? Kalau kita pelajari tentang kelistrikan dan kemagnetan maka kita
mememukan gaya tari dan gaya total. Dua kutub magnet sejenis tolak-menolak sedangkan
yang berbeda jenis tarik-menarik. Dua muatan listrik sejenis tolak-menolak sedangkan yang
berbeda jenis tarik-menarik. Mengapa tidak ditemui gaya tolak gravitasi?
Ada satu pelajaran berharga sari uraian di atas. Fisika berkembang karena telah ada
penemuan baru dan adanya pertanyaan pada fenomena serupa. Rumus untuk gaya antar
massa telah ditemukan oleh Newton. Ketika diamati fenomena gaya pada muatan listrik maka
timbul pertanyaan, seperti apa bentuk gaya pada muatan listrik. Coulumb akhirnya berhipotesis
bahwa bentuk persamaan gaya antar muatan listrik serupa dengan persamaan gaya gravitasi
Newton hanya dengan menukar besaran massa dengan besaran muatan listrik serta konstanta
kesebandingan seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.2​. Ini baru hipotesis dan mesti dibuktikan
dengan eksperimen untuk menerima hipotesis tersebut. Kemudian eksperimen dilakukan. Dan
ternyata hasil eksperimen mendukung hipotesis yang diusulkan. Dengan demikian hipotesis
tersebut diterima sebagai kebenaran ilmiah. Dan hipotesis tersebut berubah status menjadi

hukum. ​
​ mm
GF = ​ ​ 1​r​2
2

kF = ​ ​21​r2​ ​
​ qq Gaya gravitasi Newton Gaya listrik Coulumb

Gambar 1.2 ​Persamaan gaya listrik Coulumb diinspirasi oleh persamaan gaya gravitasi
Newton dengan mengganti massa dengan kuatan dan konstanta gravitasi dengan konstanta
yang sesuai.
Eskperimen pembuktian hukum Coulomb dilakukan oleh Coulomb
3
Gambar 1.3 ​Neraca torsi yang digunakan oleh Coulomb untuk membuktikan bahwa gaya
antara muatan listrik berbanding lurus dengan perkalian muatan dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak (en.wikipedia.org).
1.1 Gaya Coulomb Antar Muatan Titik
Mari kita mulai dengan membahas gaya Coulomb antar muatan titik. Gaya antar muatan titik
cukup mudah dihitung. Jika kita sekedar ingin mengetahui besar gaya tanpa perlu mengetahui
arahnya maka kita cukup memerlukan informasi besar muatan dan jarak antar muatan.
Besarnya gaya tarik atau gaya tolak adalah

21 12 ​ 20 ​12​
4​ F ​= 1
qq ​
πε ​ r​(1.1)
sendiri menggunakan neraca torsi. Neraca torsi adalah neraca yang dapat mengukur gaya
yang sangat kecil. Neraca ini juga dirancang oleh Coulomb sendiri tahun 1777. Percobaan
serupa dilakukan oleh Henry Cavendish tahun 1798 untuk membuktikan hukum gravitasi
Newton.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah apa pentingnya gaya antar muatan listrik dan mengapa kita
perlu memelajarinya?
Ban 1 Elektrostatika
4
q​1
r​о ​21 r​ ​о ​ r​о​ о​ о​
q​
1​ 2 ​ 2​Gambar ​ an ​q​2 ​berada pada vektor posisi ​r​
1.4 ​Muatan ​q1​ d 1​dan ​r​ 2​. Kedua
muatan melakukan gaya tarik atau gaya tolak, bergantung pada jenis muatan yang dimiliki. Jika
jenis muatan sama maka gaya yang dihasilkan bersifat tolak-menolak. Jika jenis muatan
berbeda maka gaya yang dihasilkan bersifat tarik-menarik. Arah gaya sejajar dengan arah garis
hubung dua muatan.
Jika kita ingin menetahui gaya secara lengkap, yaitu besar maupun arah maka gaya harus
dinyatakan dalam notasi vector. Untuk maksud tersebut maka kita perlu mengetahui posisi
muatan dalam notasi vector.
о​ о​
Gambar ​pada ​1.4 ​vektor posisi adalah ​r​ ilustrasi ​1​dan ​r​ 2​. posisi Vektor dua posisi muatan,
muatan muatan ​q​2 ​q1​ ​dan ​q2​ ​berada relatif terhadap ​q​1 ​adalah
​ ​
rrr о о​ о​
21 ​=​ 2​ -​ 1 ​(1.2)

Jarak antara dua muatan tersebut adalah besarnya posisi relatif dua
muatan, yaitu
dengan
q​1 ​adalah muatan partikel pertama, ​q​2 ​adalah muatan partikel kedua, ​r1​ 2 ​adalah jarak antar dua

muatan, ​ε​0 ​= 8,85 × 10​-12 ​F/m disebut permitivitas ruang hampa, 1/4π​
​ ε​0 ​= 9 × 10​9 ​N m​2​/C​2​. Gaya

bersifat tarik-menarik jika muatan memiliki tanda berlawanan dan bersifat tolak-menolak jika
dua muatan memiliki tanda muatan yang sama.
Ban 1 Elektrostatika
5
Ban 1 Elektrostatika
rr ​ о​ о​ о​ о​
21 ​=​ 21 ​= ​rr ​ 2 -​ ​ 1 Vektor
​ satuan yang searah dengan vektor ​r​ 21 adalah
​ vector yang
bersangkutan dibagi panjang verktor tersebut, yaitu
ˆ​ r​
r ​ 21 ​= ​ о
21

-​
= о ​2 1 ​6 ​о ​ r2​ 1​-​(1.3)
Besarnya gaya coulomb pada muatan ​q2​ ​oleh muatan ​q​1 ​sebelum menggunakan notasi vector
​ searah
diberikan oleh persamaan (1.1). Arah gaya ​F 21 ​ dengan vektor satuan ​ˆr​ ​21 sehingga
​ kita
​ dalam
dapat mengungkapkan ​F 21 ​ notasi vektor sebagai berikut
​ ​ =​
ˆ​rFF о =​ πε ​ (1.4)
21 ​ 2121 ​ 21 2​
4​ ​ ​21​rr rr ​о ​2 ​о ​1 ​ 1 ​qq ​ o rr
ˆ 21 ​

о​
Dengan mensubstitusi ​r​ 21 ​dari ​ ​dari persamaan (1.3) ke dalam
persamaan (1.2) dan ˆ​ ​r 21
persamaan (1.4) kita dapat juga menulis
о
=​
πε
о

- о о ​2 1 ​о ​F
21 ​ 1
4
oq ​ 1 ​rr
​ q 2
2

(
21​

о
rr rr ​
2

-​о​ )​
-​ 1 ​ = 1

πε o​

rr ​о 2​
qq

​ ​о 1​ ​3
- 21
( ​rr ​о ​2 ​- о ​1 ​) ​(1.5)
Dari persamaan (1.5) tampak jelas bahwa jika kita mengetahui vector posisi relatif dua muatan
maka gaya Coulomb antara dua titik secara lengkap sudah bisa ditentukan (besar maupun
arahnya).
Persamaan (1.5) menyatakan gaya pada muatan ​q​2 ​oleh muatan ​q​1​. Bagaimana dengan gaya
о ​
​ leh muatan ​q​2​? Gaya tersebut kita nyatakan dengan ​F​
pada muatan ​q​1 o 12​. Karena kedua
gaya tersebut merupakan pasangan
Ban 1 Elektrostatika
о​
aksi-reaksi maka gaya ​F​ 12​dapat diperoleh langsung dari persamaan (1.5)
hanya dengan menukar indeks 1 dan 2, yaitu

​ ​12 ​= 1 ​4​πε

o

rr ​о 1​ ​qq ​- 12

rr ​ о​ о​ о​ о​ о​ о​ о​ о
​ ​2 ​) ​Selanjtunya, karena ​)()( ​rr ​ 21 -​ ​ = - ​rr ​ 12 -​ ​ dan ​rrrr ​ 1 -​ ​ 2 =
о 2​ 13 ​( ​ о ​- о ​ ​ 12 -
​ ​

maka

​ ​12 ​= ​4

πε 1

o

rr ​о

12 ​qq ​- 12

rr ​
о 3​ ​{ -​ (​ ​ о ​12 ​- о
​ ​}​) = - ​4

πε 1

o

rr ​о 2​
F​о ​
qq -​ 12 ​ - о ​1 ​= - ​
​ ​о 1​ ​( ) ​7 2​ 3 ​rr о 21 ​(1.6)

Gaya Coulomb adalah gaya yang paling dominan di alam semesta yang secara langsung
menentukan bentuk dan wujud benda. Gaya antar elektron dan proton membentuk atom
merupakan gaya Coulomb. Gaya antar atom membentuk molekul adalah gaya Coulomb. Gaya
antar molekul membentuk material besar, atau gaya antar atom-atom membentuk kristal-kristal
besar juga gaya Coulomb. Bentuk tubuh kita, bentuk tumbuh-tumbuhan dan hewan seperti
yang tampak saat ini juga dipengaruhi oleh gaya Coulomb antar atom atau molekul
penyusunnya. Gaya Coulomb menyebabkan elektron-elektron mengalir dalam konduktor
sehingga muncul arus atau listrik. Kemampuan kita mengontrol arus atau tegangan listrik
memungkinkan kita menciptakan teknologi.
Seberapa banyakkah muatan satu Coulomb? ​ ​Kita tahu bahwa satuan muatan listrik adalah
coulomb. Sudah punyakah kita bayangan berapa banyakkah 1 coulomb tersebut? Muatan 1
coulomb sebenarnya muatan yang sangat besar. Sebagai ilustrasi

muatan 1 elektron hanya 1,602 × 10​-19 C. Jadi, muatan 1 coulumb
disumbang oleh 1/(1,602 × 10​ ) = 6,24 × 10​18 ​buah elektron. Massa atomik emas adalah 197.
-19​

Dengan demikian, emas 1 g mengandung 0,0051 mol atom yang setara dengan 0,0051 × ​N​A ​=
0,0061 × (6,02 × 10​23​) = 3,67 × 10​21 ​atom, dengan ​N​A ​adalah bilangan Avogadro. Satu
Ban 1 Elektrostatika
atom emas mengandung 79 elektron dan 79 proton. Jadi satu 1
gram emas mengandung 79 × (3,67 × 10​21​) × (1,602 × 10​-19​) = 4,6 ×
10​4 ​C muatan negative dan 4,6 × 10​4 ​C muatan positif. Dengan cara perhitungan yang sama
maka kita dapatkan 1 gram air mengandung
5,4 × 10​4 ​C muatan negatif dan 5,4 × 10​4 ​C muatan positif.
Petir adalah aliran muatan listrik yang sangat besar​. ​Gambar 1.5 ​adalah contoh foto saat
terjadi petir. Petir yang banyak
kita jumpai adalah petir jenis CG (​cloud to ground)​ , yaitu petir yang mengalir dari awan ke
tanah. Besar arus listrik yang dihasilkan satu kilatan petir ini berkisar antara 30.000 ampere
sampai 120.000 ampere. Namun, dalam satu kali kemunculan petir rata-rata terdapat 3 – 4
kilatan. Lama aliran arus pada tiap kilatan sekitar 200 mikrodetik. Dengan demikian, besar
muatan yang dialirkan tiap kali kemunculan berkisar antara 25 - 100 C. Bayangkan, petir yang
begitu besar dan sering menakutkan hanya memindahkan muatan kurang dari 100 C.
Gambar 1.5 ​Contoh petir CG (​cloud to ground​). Besar muatan yang dialirkan tiap kilatan antara
25 – 100 coulomb. (sumber: e.wikipedia.org)
8
r​о
21 ​

Gambar 1.6 ​Gambar untuk Contoh 1.1.


Jawab
Posisi muatan ditunjukkan pada Gambar 1.6. Berdasarkan gambar
ˆ​ ˆ​ о​
kita dapatkan vektor posisi dua muatan adalah ​jir ​ 2 ​ 5 ​1 +
​ = ​ m dan

ˆ​ ˆ​ о​
jir ​ 6 ​ 2 ​2 ​+ = ​ m. Posisi relatif muatan ​q​2 ​terhadap ​q​1 ​adalah
​ оо​
rrr о
12 21 ​ -=
ˆ​ ˆ​ ˆ​ ˆ​ ˆ​ ˆ​
ji jiji ​ 4 ​ 3)​ 2 ​ 5()​ 6 ​ 2( + - = + - + = ​m
Jarak muatan ​q2​ ​dan ​q​1 ​adalah
​ ​
= + - = ​rо
25 4)3( 2​ 2 ​21 ​ =5m
Besarnya gaya Coulumb antara dua muatan
Contoh 1.1
Muatan ​q1​ ​= 2 mC berada pada koordinat (5,2) m dan muatan ​q​2 ​= 4 mC berada pada koordinat
(2,6) m. Berapa gaya yang dilakukan muatan ​q1​ ​pada muatan ​q​2​?
r​о
2​

[m]
y​
r​о
1​

Ban 1 Elektrostatika
q​1
x [m]
9
Ban 1 Elektrostatika
F
=

1
4​πε ​
qq ​ о ​
o​ r​ 21
21
2
2

10 ​= × 9​

× -​ 3
5
3​
× -​ ​= 2880 N
Untuk menyatakan gaya tersebut dalam notasi vektor kita tentukan
ˆ​
dulu vektor ​r ​ 21​=
r​о​ ​
109 )104)(102(
​ ​satuan ​ r​ о​21 21​ yang arahnya dari muatan ​q​1 ​ke muatan ​q2​ ​, yaitu
ji ​
= -​ ​3 ​ ˆ5
+ ​4 ˆ​​ = - 3

5​ji ​ˆ + 4
​ ​5​ˆ ​m Dengan
​ demikian ungkapan gaya pada ​q2​ ​oleh ​q​1 ​dalam notasi vektor adalah
=​ 1​ о​
Fо​ 2​ 1 ​ 4​πε ​ o q
​ q ​
r​ 21 21
212

ˆ ​N
r​
=

​ ​-
××
5 ​109 9​ ​)104)(102( ​3
2

× ​- 3 ​⎛ ​│⎝- 3

4​ ˆ​
5​ji ​ˆ ​+ ​ 5​ ⎞ │​⎠​= - 1728 ​i ˆ​ ​+ 2304 ​ˆ ​j N

1.2 Gaya Coulomb oleh sejumlah muatan
Sekarang kita akan meningkatkan pembahasan untuk menentukan gaya listrik sejumlah
muatan. Gaya yang dilami sebuah muatan akibat pengaruh sejumlah muatan lain sama dengan
jumlah secara vector gaya yang dihasilkan masing-masing muatan lain tersebut. Dari sini
menjadi jelas di sini bahwa penggunaan notasi vector sangat bermanfaat dalam mencari gaya
total tersebut.
Misalkan kita memiliki muatan ​q​1,​ ​q​2​, ​q3​ ​, dan ​q4​ ​. Posisi muatan-muatan diilustrasikan pada
Gambar 1.7. Kita ingin mencari berapa
о ​о ​
gaya adalah adalah total ​r​r​ 1​3,​ , yang koordinat dan dialami muatan ​q​4​. Misalkan posisi
о​ о​
muatan ​q2​ ​adalah koordinat posisi muatan ​q4​ ​adalah ​r​ 2​koordinat , koordinat ​r​ 4​. posisi
muatan ​q​1 ​posisi muatan ​q3​ ​Kita akan mencari
gaya total yang dialami muatan ​q4​ ​. Gaya yang dilakukan muatan ​q​1​, q​ ​2​, dan ​q​3 ​pada muatan ​q​4
masing-masing adalah
Ban 1 Elektrostatika
y [m]
q​2
​ ​


2​q1

​ ​

1​x [m]



q​3 ​

r​о
3​

4​ 4
q​
Gambar 1.7 ​Posisi koordinat sejumlah muatan.

F ​о
=
41 ​

1 ​4
πε ​o
3 ​41 41

11 ​qq r​ ​о

41 ​
r ​о ​F о

=
42 ​

1 ​4
πε ​o
qq ​r о

42 42 ​3 ​
​ ​42 ​F ​о

=
43 ​

πε ​3
43 43
Dengan demikian gaya total pada muatan ​q​4 ​adalah
​ ​
FFFF о о​ о​ о​
4​=​ 41 ​ +​ 42 ​+​ 43 ​Secara umum, gaya pada muatan ​q​x ​yang dilakukan sejumlah
muatan ​q​1​, ​q2​ ​, ​q3​ ​, ..., ​qN​ ​dapat dinyataakn dalam notasi penjumlahan vektor sebagai berikut

= ​∑​= ​1 ​4 o​

qq ​r о

F​
43 ​
r ​о ​ о ​q x​ ​Nо
​ ​i

1
F​
xi

Ban 1 Elektrostatika
=
∑​ ​ ​ Ni = 1

1 ​4​πε o​ ​qq

​ xi​

ix
r​
3​ о ​xi
(1.6)
Contoh 1.2
Sebuah rantai polimer linier dapat dipandang sebagai muatan listrik
titik sejenis yang jumlahnya ​N ​(​N a
​ dalah jumlah monomer penyusun polimer) dijejer dengan
spasi yang sama (Gambar 1.8). Misalkan besar
masing-masing muatan adalah ​q ​dan jarak antar muatan adalah ​a​. Tentukan besar gaya yang
dialami muatan paling kiri.
Jawab
Karena semua gaya segaris maka kita dapat mengabaikan notasi vector dan hanya
menggunakan notasi scalar. Jelas bahwa semua gaya pada muatan paling kiri arahnya sama
dengan sumbu datar. Gaya total dapat diperoleh dengan penjumlahan scalar biasa.

1 ​a ​1 ​a ​1 ​
... N​ q q q q
Gambar 1.8 ​Ilustrasi rantai polimer yang ditanyakan dalam Contoh 1.2.
Besar gaya pada muatan 1 (paling kiri) oleh muatan-muatan lainnta adalah
FFF ​ =
1​

+ ​ + ...+ ​F ​ = 1 ​
12 ​ 13 ​ 1 ​N​ 4​πε
q
0 ​12 ​
+​
2​
a2​ ​ )2(4​πε ​1
0
2

q
2​

a​2
+ ​ + ])1[(4​ 1 ​
... ​ πε ​ 0
=​
q aN -​ ​ 0​
2​
4​2​1
πε
q​
a​⌈
+ 1 ​ + + + )1( ​
│⌊​1 ​ 4​ - ​2 ​1 ​9... ​1 ​N ⌉​ │​⌋​Bentuk penjumlahan dalam kurung siku sulit ditentukan
secara analitik
2​
​ erhingga. Namun, jika ​N ​→ ∞ hasilnya adalah π​ /6. Hasil ini dapat kita hitung dengan
jika ​N b
menggunakan perintah ​sum 1/k^2, k=1 to Infinity
Ban 1 Elektrostatika
pada Wolfram alpha. Jadi, untuk ​N ​yang sangat besar yang bisa disumsusikan tak berhingga
maka hasiknya adalah
F
=1​
1​ 4​πε ​0
q ​ × ​π ​ 2
2​
2​ a​ 6​
=

1 24​ q
ε ​0 ​13 ​
2

a​2​Contoh 1.3
Kita kembali ke soal seperti pada Contoh 1.2 tetapi tanda muatan bergantian positif dan
negative seperti pada ​Gambar 1.9​. Misalkan muatan paling kiri negative. Kita akan
menentukan besar gaya yang dialami muatan paling kiri.
Jawab
Tampak dari ​Gambar 1.9 ​bahwa muatan yang menempati posisi ganjil memiliki tanda positif
dan yang menempati posisi genap memiliki tanda negative. Muatan paling kanan bisa memiliki
tanda positif atau
​ anjil maka
negative tergantung apakan N merupakan bilangan ganjil atau genap. Jika ​N g
muatan paling kanan bertanda negative, dan sebaliknya.

1 ​a ​1 ​a ​1 ​
... N​ q -q q q
Gambar 1.9 ​Gambar untuk Contoh 1.3.
Besar gaya pada muatan 1 oleh muatan-muatan lainnya adalah
FFF ​ =
1​

+ ​ + ...+ ​F ​ = - ​ 1
12 ​ 13 ​ 1 ​N​ 4​πε ​
q
0​

+​
2​
a2​ ​ )2(4​πε ​1
0
2

q
2​

a​2
- ​ ± ])1[(4​ 1 ​
... ​ πε ​ 0
=-​
q aN -​ ​ 0​
2

4​2​1

πε
q​
a​⌈
- 1 ​ + - + )1( ​ 1
│⌊​1 ​ 4​ - ​2 ​

​ ​N ​1 ⌉ │​⌋​Bentuk penjumlahan dalam kurung siku di atas juga sulit ditentukan secara
1 9​16... 
Ban 1 Elektrostatika
analitik jika N berhingga. Namun, jika ​N ​→ ∞ hasilnya adalah π​2​/12. Hasil ini dapat kita hitung
dengan menggunakan perintah ​sum (-1)^(k+1)/k^2, k=1 to Infinity ​pada Wolfram alpha. Jadi,
untuk N yang sangat besar yang bisa disumsusikan tak berhingga maka hasiknya adalah
F
=1​
1​ 4​πε ​0
q ​ × ​π
12 ​14 2​ ​2​ a​
2

1 48​ q
ε ​0 ​
2

a​2​1.3 Gaya Listrik oleh Benda Kontinu


Apa yang telah kita bahan di atas adalah gaya listrik antar benda titik (partikel), baik yang
hanya melibatkan dua partikel atau banyak partikel. Namun, dalam realitas kita tidak selalu
menjumpai benda bermuatan listrik dalam bentuk partikel. Yang kita jumpai adalah benda yang
bermuatan listrik benrupa benda besar (benda kontinu). Gaya listrik antara benda besar
bermuatan listrik lebih sulit untuk dihitung. Misalkan ada muatan titik (partikel) di dekat benda
besar yang bermuatan listrik. Kita tidak dapat menggunakan persamaan (1.6) karena jarak
muatan titik ke bagian-bagian benda besar tersebut berbeda.
Agar dapat menyelesaikan persoalan tersebut maka kita lakukan langkah berikut ini. Kita bagi
benda besar tersebut atas elemen-elemen kecil di mana tiap elemen dapat dipandang sebagai
sebuah titik (diilustrasi pada
Gambar 1.10). Dengan demikian, benda besar yang bermuatan ​Q t​ ersebut dapat dipandang
sebagai susunan titik-titik (elemen-elemen kecil). Tiap titik
melakukan gaya dengan muatan ​q.​ Dengan demikian gaya antara benda besar dapat
dipandang sebagai gaya antara muatan titik yang sangat
banyak yang letaknya besentuhan dengan muatan titik ​q.​ Oleh karena itu, gaya total yang
​ ihitung menggunakan persamaan (1.6), yaitu
dialami muatan ​q d



q​
=
∑​ ​ ​
Ni =

1 ​4​πε ​o

​ ​r о
Qq ∆ ​
qi

(1.7)

dengan
Q​∆ ​ adalah muatan elemen ke-i ​
i​ N ​adalah jumlah elemen yang dibuat
r​
о ​3 ​i ​ qi
Ban 1 Elektrostatika
r​о ​ r​о ​ rо​
1​q​ q​
2​q​

r​о ​
3​q​ Q​ 4​q​Gambar 1.10 ​Benda besar dibagi atas elemen-elemen kecil yang bersentuhan. Tiap
elemen dapat dipandang sebagai muatan titik. Gaya pada muatan q merupakan jumlah vektor
gaya yang dihasilkan semua titik dengan muatan q.
Karena volume elemen menuju nol, maka jumlah elemen menuju tak
​ ∞. Bentuk penjumlahan dengan ​N ​→ ∞.ini merupakan definisi dari integral
berhingga, atau ​N →
seperti yang dipelajari di mata kuliah matematika dasar.
​ enjadi
Jadi, bentuk integral dari gaya yang dialami muatan ​q m

​ q ​4 ​πε ​o
​ q​ =
Fо ​

о ​dQ rr

15 ​ ( ∫​
о​
rr ​о ​qq​
о ​ (1.8)
-​- ​ 3​) ​

Persamaan (1.8) tampak sangat rumit. Namun kita akan menggunakannya untuk
menyelesaikan beberapa persoalan sederhana sebagai berikut.
Sebagai ilustrasi aplikasi persamaan (1.8) mari kita hitung gaya pada muatan titik yang
dilakukan oleh batang bermuatan. Pertama kita
akan bahas gaya pada muatan titik ​q o​ leh batang yang bermuatan ​Q ​dan memiliki panjang ​L d
​ i
mana muatan q berada di sumbu batang. Kita anggap sebaran muatan batang adalah
homogen. Kita tinjau kasus muatan ​q ​ditempatkan pada sumbu batang dan pada jarak a dari
ujung terdekat batang seperti pada ​Gambar 1.11​.
Karena muatan ​q ​berada pada sumbu batang maka pastikan arah gaya pada muatan tersebut
sejajar dengan sumbu batang. Tiap elemen pada batang melakukan gaya yang arahnya sama
pada muatan q sehingga kita
bisa membahas persoalan secara scalar. Kita ambil sumbu batang berada pada sumbu-x
seperti pada ​Gambar 1.12.
aL

q ​Q
Gambar 1.11 ​Muatan titik q ditempatkan pada jarak a dari salah satu ujung batang. Panjang
batang adalah L.
Muatan batang adalah Q dan tersebar secara merata sehingga muatan batang per satuan

panjang adalah λ = Q/L. ​q Q



Ban 1 Elektrostatika
о
​ ​= - ˆ​ ​ixr ​
ixrr​о ​q ​- о
ˆ​
= ​ a ​dx a
​ ​+​L ​Gambar 1.12 ​Elemen muatan pada batang melakukan gaya pada muatan q
dalam arah sejajar sumbu batang. Jarak elemen tersebut ke muatan q adalah x. Elemen
tersebut dipandang sebagai muatan titik.
о​ о​ ˆ
Berdasarkan ​Gambar 1.12​, posisi muatan q adalah ​r​ q​ = 0 ​dan posisi elemen adalah ​ixr ​ = ​
. Karena muatan batang tersebar homogeny maka kerapatan muatan per satuan panjang
adalah ​λ ​= ​LQ​/ ​. Perhatikan elemen
sepanjang ​dx​. Besar muatan yang dikandung elemen tersebut adalah ​dQ ​= ​λ ​dx .​ Dengan
menggunakan persamaan (1.8) maka gaya yang dialami
oleh muatan ​q ​akibat muatan pada batang adalah
о​ q​
F​ q​ = 4 ​πε ​ ao

∫​+
La ​

- ​ix ​ ˆ ​3 )​​ λ ​dx ​


( -​ x​ )(​ = - ​i ​ˆ ​4 ​πε
q ​La​+
q​
∫​ ao ​ x​x 3​ ​)( ​λ dx
​ =​ - ​i ​ˆ ​4 ​ πε​λ a​ o
dx ​
La ​∫​ +​ x​2 ​=

- ​i
ˆ​ λ
4 ​q ​πε​
o
1​
16 ​⌈​│⌊- ​ x

⌉ │​⌋​Laa​ ​+
=-​ ˆ​ λ
i ​ 4 ​q π
​ ε​
o

⌈ ​│⌊​11
Laa
-​
+ ⌉ │​⌋
Ban 1 Elektrostatika
λ
​ ​πε​
=-4

⌈ ​│⌊​)(
+ - + ​aLaq
λ
o

Laa
=-​
)( ​πε​Laa ​i ​17 ​⌉ │​⌋​i ˆ​ ​ ​ o​ ​⌈
4q
⌉ │​ =-​
│​⌊​Laa ​)( L ​ ​
​ + ⌋​i ˆ​ ​ ​
4​πε 1
o

(1.9)
​ +
qQ )( ​ ˆ​
Perhatikan bahwa batas integral yang telah digunakan adalah lokasi ujung batang karena yang
kita integralkan adalah elemen batang yang berada sepanjang batang. Pada baris terakhir
persamaan (1.9) kita telah melakukan penggantian ​Q = ​ ​λ​L.​
Menarik untuk menganalisis persamaan (1.9). Jika jarak muatan ​q ​dengan ujung batang sangat
jauh sehingga ​a >​ > ​L m
​ aka kita dapat melakukan aproksimasi ​a+L ≈
​ ​a​, dan gaya pada muatan
qd​ iaproksimasi dengan
о​ 1
F ​ q ​≈ - 4​πε ​
o
ˆ​
​ 2​ ​i ​ (1.10)
qQ a
Bentuk ini sama dengan persamaan gaya antara dua muatan titik yang
berjarak ​a.​ Dengan demikian, jika ​a >
​ > ​L m
​ aka muatan ​q m
​ elihat batang sebagai sebuah titik
(dilihat dari jauh batang tampak seperti titik).
Sebaliknya, jika jaran muatan ​q ​ke ujung batang sangat dekat sehinga ​a ​<<​L ​maka kita dapat
melakukan aproksimasi ​a​+​L ​≈ ​L d
​ an gaya pada muatan ​q d ​ apat diaproksimasi dengan
о​ ≈-​ 1​
F ​ q ​ 4​πε ​ o
ˆ​
​ ​i ​ (1.11)
qQ aL
Ini menunjukkan bahwa gaya yang diamali muatan ​q b ​ erbanding terbalik dengan jarak pangkat
satu, bukan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
Kasus menarik lainnya adalah jika muatan ​q ​ditempatkan di dalam batang. Berapa gaya yang
akan dialami muatan tersebut? Mari kita hitung.
Ban 1 Elektrostatika
L​1 ​L2​ ​= ​L ​- ​L1​

q​ •
Q
Gambar 1.13 Muatan titik q beada di dalam batang yang memiliki panjang L dan muatan Q.
Misalkan muatan ​q d ​ itempatkan pada jarak ​L1​ ​di sebelah kanan ujung kiri batang seperti pada
Gambar 1.13​. Kasus ini dapat kita selesaikan sebagai berikut. Kita memandang seolah-olah
muatan q berada di antara
dua batang masing-masing dengan panjang ​L​1 ​dan ​L​2​. Jarak muatan dari ujung terdekat kedua
batang adalah δ yang nilainya mendekati nol (yang bermakna dua ujung batang menyentuh
muatan ​q​). Asumsi ini diilustrasikan pada ​Gambar 1.14​.
L​1 ​L2​

•​
q​δ δ

Gambar 1.14​. Muatan titik ​q y​ ang berada di dalam batang dapat dipandang sebagai muatan
yang ditempatkan antara ujung-ujug dua batang berbeda. Batang pertama memiliki panjang L​1
dan batang kedua memiliki panjang L​2 ​= L – L​1​. Jarak muatan ke masing-masing ujung batang
adalah δ yang sangat kecil (mendekati nol).
Muatan ​q ​mendapat gaya ke kanan oleh batang ​L1​ ​dan gaya ke kiri oleh batang ​L2​ ​. Dengan
menggunakan persamaan (1.9) gaya total yang dialami muatan ​q a ​ dalah
о

=
q​

λ​ -​
πε​18 ​⌈ ​│⌊​δ ​ δ ​+ ​1
-​
⌉ │​⌋​ λ
-​
πε​⌈ ​│⌊​δ ​ δ +
​ ​2 ​iF
ˆ​ =
4​q o​ ​⌉ │​⌋​

⌈ ​│⌊​+ ​2
11

ˆ​ -​
L i ​ 4​q ​o ​ + ​1 ​⌉ │​⌋​11 ​L
ˆ​ πελ
i ​ 4 ​q ​
o ​1

δ​ δ​ ˆ
L ​ ⌈ ​│⌊​+ + 1 ​L =
​ ​i ​
λ
4 ​q ​πε​
o​ δ

​ ​⌉ │​⌋​(
+ ​( δ
δ
L ​1 ​() - + ​L ​2 ​) ​
L
1

δ​
)( ​ L ​2 ​)
Ban 1 Elektrostatika
= ​i ˆ​
πελ ​
​ ​
(4 q o​ ⌈

│⌊​+
δ​
│​19 ​LL 1​ ​- ​2 ​⌉ ​ L
δ​
1​
)( ​ + ​L 2​ ​) ⌋​Karena δ→0 atau muatan ​q ​bersentuhan dengan ujung dua batang maka

=
о​
⌈ ​│⌊​- ​21 ​ λ ​q ​πε​⌉ │​⌋​(1.12)
​ leh batang homogeny di mana muatan ​q
Selanjutnya kita tentukan gaya pada muatan ​q o
ditempatkan pada sumbu yang tegak lurus batang dan melewati batang tepat di tengah-tengah
seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.15​.

•​

qQ iF

ˆ​
4 ​LLq o​
LL
12​

​ ​/2 ​L​/2
aL
Gambar 1.15 ​Muatan q berada pada sumbu yang tegak lurus batang melalui tengah-tengah
batang.
Persoalan di atas sedikit lebih sulit diselesaikan. Tetapi mari kita coba selesaikan sesederhana
mungkin. Kita akan menggunakan persamaan (1.8). Kita buat elemen pada batang sepanjang
dx. Ilustrasi lengkapnya tampak pada ​Gambar 1.16​.
Untuk menentukan gaya yang dialami muatan ​q ​kita gunakan persamaan (1.8). Kita dapatkan
о
F​
q ​= 4

∫​
πε ​q ​Lo ​- ​L​ 2/

2/

(
ˆ​-​ ˆ ​ λ ​dx ​ λ
ixja ixja ​ˆ ​ -​ ˆ ))(
​ ​ 3​ = 4​πε​q ​

L​
∫​
Lo -​ ​ 2/

2/

xa
ˆ +- ​ ˆ​
( ​2 ​ixja ​ 2/32 ​
) ​ )​dx
Ban 1 Elektrostatika
=

ˆ ​j
λ
​ ​πε​
4 aq

​ ​
Lo -​ L ∫​ 2/ 2/
( ​xa
-​
2​
​ ​πε​λ
+ ​dx ​2/32 ​) ​ i ​ˆ ​4 q
Lo

∫​
- ​L​ 2/ 2/ ​
​ ​20 ​x ​) q
(+ •
​ ​

ixr о
Q​
ˆ​
= ​ xa
ixjarr​о
2 2/32 ​ dx j​ ar​о ​q ​= ˆ​ ​
о ​ ˆ​ ˆ ​
q​ - ​ = ​ - ​ dx
Gambar 1.16​. Penggambaran ulang Gambar 1.15 dengan memperlihatkan variable-variabel
yang akan digunakan dalam perhitungan.
Perhatikan integral kedua pada persamaan di atas. Fungsi
x/​ (​a2​​ +​x​2​)​3/2 ​merupakan fungsi ganjil. Integral fungsi ganjil dengan batas yang simetri terhadap
pusat koordinat, dalam kasus ini dari –​L​/2 sampai ​L/​ 2 menghasilkan nol. Kemudian perhatikan
integral di ruas pertama.
Fungsi 1/(​a2​​ +​x2​​ )​3/2 ​merupakan fungsi genap sehingga integral dengan batas simetri terhadap
pusat koordinat sama dengan dua kali integral dengan batas mulai dari nol ke salah satu batas
yang ada. Jadi yang tersisa hanya integral pertama sehingga
о​
jF ​ q ​=

2 ​4​aq ​πε​λ ​o
L

∫​ 0 2/​
​ ​ ​2/32 ​) Integral
( ​xa 2​ ​+ dx ​ ini dapat diselesaikan dengan Wolfram Alpha dan kita peroleh
о​ =​
jF ​ q​
ˆ
λ​
2 ​4​aq π
​ ε​ o

⌈ ​│⌊​xaa
2​ x L​
2/

=​
2​ + ​2 0 ​⌉ ​│⌋​ ˆ

j
2​ πελ
4​aq ​
o​ ⌈

​ /
│⌊​Laa ​2 ​L 2
2​ + ​2 ​4/

⌉ │​⌋
Ban 1 Elektrostatika
=ˆ​
j
πε​Lq ​λ
4​

o​ a​2 ​⌈ ​│⌊​│​21 ​1 4/1 + ​aL 2​ ​⌉ ​2 ​⌋​

j
πε ​
4​ qQ ​o a

2​

│⌊​1
4/1
(1.13)
+ ​aL 2​ 2 ​⌉ │​⌋​
di mana kita telah mengganti ​λ​L ​= ​Q.​ Tampak bahwa arah gaya vertikal, sesuai dengan
harapan kita. Ini disebabkan bahwa muatan berada pada sumbu simetri batang sehingga
komponen gaya arah horizontal saling meniadakan.
Mari kita analisis sifat gaya pada persamaan (1.13). Jika jarak
muatan ​q ​sangat jauh dari batang dibandingkan dengan panjang batang,
​ aka ​L​2​/4​a2​ ​<< 1. Akibtanya, kita dapat melakukan aproksimasi berikut ini
​ > ​L m
arat ​a >
о​
jF ​ q​ ≈ ˆ ​4 ​πε qQ
​ ​ ​a
o

2 ​(1.14)

Persamaan (1.14) menyatakan bahwa gaya pada muatan ​q ​seolah-olah dihasilkan oleh muatan
titik sebesar ​Q y​ ang berjarak ​a​. Dengan demikian, jika ​a > ​ > ​L m
​ aka muatan ​q m
​ emandang
muatan ​Q y​ ang letaknya sangat jauh sebagai sebuah muatan titik.
Sebaliknya, jika ​a​<<​L ​atau lokasi muatan sangat dekat ke batang
maka 4 ​ /1 + ​aL 2​ 2 ​≈ ​aL 2​ ​4/ 2​ ​= ​aL ​2/ ​. Dengan demikian kita dapatkan
aproksimasi

≈a​ ​jF
о
ˆ​
q​ 4 ​πε
qQ o​
⌈ ​│⌊​L​a ⌉​ │​⌋​2 ​aL
2

= ˆ​ ​j
4​πε ​2 ​
qQ o​ ​(1.15)
Tampak bahwa gaya yang dialami muatan ​q b ​ erbanding terbalik dengan jarak ke batang,
bukan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Hasil ini persis sama dengan kasus ketika
muatan ditempatkan pada sumbu batang seperti yang ditunjukkan pada persamaan (1.11).
Ban 1 Elektrostatika
1.4 Medan Listrik
Mengapa muatan ​q1​ ​dapat melakukan gaya pada muatan ​q​2 ​meskipun ke dua muatan tersebut
tidak bersentuhan? Mirip dengan pembahasan kita tentang gaya gravitasi yaitu karena adanya
medan gaya yang dihasilkan oleh muatan listrik. Medan gaya ini dikenal juga dengan
medan listrik. Gaya Coulomb muncul karena muatan ​q1​ ​menghasilkan medan listrik pada posisi
muatan ​q​2​. Muatan ​q​2 ​berinteraksi dengan medan yang dihasilkan muatan ​q​1​, dan interaksi
tersebut menghasilkan gaya pada muatan ​q​2 ​(​Gambar 1.17​).

q1​ q
​ ​2
22
Interaksi medan listrik muatan yang ​q​2 dihasilkan

dengan
muatan ​antara dua ​q​1 menghasilkan
​ ​muatan tersebut
gaya listrik
Gambar 1.17 ​Muatan liatrik q​1 ​menghasilkan medan listrik di sekitarnya. Muatan q​2 ​yang berada
di sekitar muatan q​1 ​berinteraksi dengan medan yang dihasilkan muatan q​1​. Efek dari interaksi
tersebut adalah muncul gaya listrik pada muatan q​2​.
о​
Jika medan listrik yang dihasilkan muatan ​q​1 ​pada posisi muatan ​q​2 ​dinyatakan sebagai ​E​ 21

maka gaya yang dilakukan oleh muatan ​q​1 ​pada


muatan ​q​2 ​memenuhi persamaan
EqF ​о ​ о​
21 ​=​ 212 ​(1.16)

Ban 1 Elektrostatika
Apakah interaksi? ​Dalam fisika, yang disebut interaksi adalah perkalian. Interaksi antara
besaran A dengan besaran B secara matematika dinyatakan sebagai perkalian besaran atau
о​ о​
BA ​ × ​B. ​ , Perkalian atau ​23
о​
​ esaran ​ atau Dengan A
​ engan ​c ​adalah konstanta. ​BAb
tersebut bisa berupa ​AB​, atau c​ AB d
о​ о​
BA ​ • ​dan ​ , definisi bentuk perkalian tersebut maka interkasi otomatis nol jika nilai salah
satu besaran nol.
Dengan membandingkan persamaan (1.16) dengan ungkapan hukum Coulumb pada
persamaan (1.1), maka kuat medan listrik yang
dihasilkan muatan ​q1​ ​pada posisi muatan ​q2​ ​memenuhi

E ​о
=​
21 ​ 1 ​4
πε ​o

​ 2​ 1​
r​о q
1

(1.17)
​ ​21 ​

Jika kita nyatakan dalam notasi scalar maka besarnya medan listrik yang
​ ari muatan tersebut adalah
dihasilkan muatan sembarang pada jarak ​r d
E
=​
1 ​4
πε ​ q ​ (1.18)
​ ​
o ​ r2

Tampak bahwa besarnya medan listrik yang dihasilkan muatan titik berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari muatan. Jika dubuatkan kurva kuat medan terhadap jarak kita dapatkan
Gambar 1.18​.
Ke manakah arah medan listrik? Arah medan listrik didefinisikan sebagai berikut:
i. Keluar dari muatan jika muatan tersebut memiliki tanda positif. ii. Mengarah ke muatan
tersebut jika muatan tersebut memiliki tanda
negatif. Arah tersebut diilustrasikan pada ​Gambar 1.19​.
q3​ =
​ 4​q​1
Gambar 1.18 ​Kuat medan listrik yang dihasilkan muatan titik sebagai fungsi jarak. Kuat medan
listrik yang dihasilkan muatan titik berbanding terbalik dengan jarak dari muatan tersebut.
-
Gambar 1.19 ​Definisi arah medan listrik: (a) keluar dari muatan positif dan (b) masuk ke
muatan negatif.
Contoh 1.4
Andaikan terdapat dua buah muatan listrik masing-masing ​q​1 ​= 2 nC dan ​q​2 ​= -5 nC. Muatan
pertama berada pada pusat koordinat dan muatan kedua berada pada koordinat (80 cm,0). (a)
berapa kuat medan litrik dan arahnya pada titik tepat di antara dua
16 12​q​= 2​q)​ ​r​ (​ 8​4​
0​ 21​ E​ q1​

0 0.5 1 ​r
1.5 2 2.5
+
Ban 1 Elektrostatika
24
Ban 1 Elektrostatika
muatan tersebut? (b) Di manakah posisi yang memiliki medan nol?
(c) Buat kurva kuat medan listrik sebagi fungsi koordinat y sepanjang garis ​x ​= 10 cm.
Jawab
Untuk menentukan kuat medan listtrik antara dua muatan, perhatikan ​Gambar 1.20​.
о
​ ​
q​1 E

​ ​

1​ ​ ​
2​q2 + ​-
x

0,4 m 0,4 m
Gambar 1.20 ​Gambar untuk Contoh 1.3 pertanyaan (a).
Jelas dari Gambar 1.20 bahwa
о
E​

1​= ​)4,0(4 ​πε 1



0

ˆ​ q​
4,0( ​ )​25 ​ 1
i​
3​
= )109( × 9​ ​)102( × ​)4,0(
-

ˆ​ ˆ​
4,0( ​i ​ 5,112)​= i​ ​ N
9 ​3​


2​ = ​)4,0(4​πε
1
0

q​
1
i ​ˆ​
3​ 4,0( - ​ )​= )109( × 9​ ​)105( × ​)4,0(
-

ˆ​ ˆ​
9 ​3​4,0( ​- i​ ​ )​= - 25,281
​ ​i ​ N
Kuat medan total antara dua muatan
EEE ​о ​ о ​ о ​
= ​ 1 ​+ ​ 2
Ban 1 Elektrostatika
ˆ​ ˆ​ ˆ​
= 5,112 ​i ​ - 25,281 ​i ​ = - 75,168 ​i ​ b) Medan listrik nol hanya akan berada pada garis
hubung dua muatan.
Misalkan lokasi tersebut brada pada koordinat (​x,​ 0) seperti pada ​Gambar 1.21​. Jarak lokasi
tersebut ke masing-masing muatan adalah
о​ о​ r​о ​ о ​ Eо​
​ ​
ixr​ P ​1 =
​ ˆ ​xr​ P 2 ​ ​i ​ˆ​ 1​PE
​ ​)8,0( -
​ = 1​

2​q​1 ​•

+
q​2 -​
x ​(​x​,0)
r​о ​
2​P​Gambar 1.21 ​Gambar untuk Contoh 1.3 pertanyaan (b).
Kuat medan total pada koordinat (​x​,0) menjadi
ˆ​
4​1 ​ˆ (​ ​ )4​E ​о
= ​q ​1

πε
0

1​
​ ​ πε 0​
ix3​​ ix +
ˆ​ =​
)8,0( ˆ​3 ​)8,0[( ​ ]​x ​i ​26 ​q 2​ ​x -​ ​i ​x -​ i​ ​ 1

4​πε

x​q ​
1
0​

+​ -​
2​
i ​ˆ ​ )8,0(4​πε ​1 ​ q 2​ ​ˆ Agar
​ medan tersebut nol maka

)8,0( 2​
0 2​ 0
q 1​ ​
x​2​+ ​q 2​ ​x -​ =
​ ​atau
2 ​xx

2​ + ​)8,0(
-​ =​
)5( -​ 2​ 0
Ban 1 Elektrostatika
Persamaan ini dapat diuraikan dengan mudah sebagai berikut

​ = ​x 2​ a​ tau
5)64,06,1(2 ​x ​2 ​- ​x +
028,12,33 ​x 2​ ​+ ​x ​- = ​Solusi untuk ​x a
​ dalah

= -​ )28,1(34)2,3(2,3 + ​
2
1​

- × × - 32

×
= 0,31 m

= -​ )28,1(34)2,3(2,3 - ​
2
2​

- × × - 32

×
= -1,38 m
Posisi ​x ​= 0,31 m berada antara dua muatan. Muatan ​q1​ ​menghasilkan medan ke kanan dan
muatan ​q​2 ​menghasilkan medan ke kanan juga. Kedua medan tidak saling mnghilangkan.
Kedua medan hanya memiliki besar yang sama. Jadi posisi ini tidak kita ambil. Yang kita ambil
hanya posisi ​x ​= -1,38 m. Muatan ​q1​ ​menghasilkan medan ke kiri dan muatan ​q2​ ​menghasilkan
medan ke kanan dan keduanya sama besar sehingga saling menghilangkan. c) Untuk
menentukan kuat medan sepanjang sumbu yang sejajar dengan sumbu y, perhatikan ​Gambar
1.22​. Jelas dari gambar tersebut bahwa
о​ о​
jyixr​ P ​1 =
​ ˆ + ˆ ​xr​ P ​2 = ​ ​jyi ˆ​ + ˆ ​27
​ ​)8,0( -

Ban 1 Elektrostatika
y
E​о ​
1​(​x,​ ​y)​

​ ​ о ​ о ​ r​о ​ E​о ​ r​о ​


EEE о
= ​ 1 ​+ ​ 2 ​ 1​P​ 2​ 2​P​+
q​1
r​о ​
2​-
x
q​2 Gambar
​ 1.22 ​Gambar untuk Contoh 1.3 pertanyaan (c).
Dengan demikian, kuat medan di sembarang koordinat (​x,​ ​y​) adalah

E ​о
=

14

πε ​0 ​r​о q
​ ​P 1​ ​
1

13 ​
​ ​P

+ 4​ 1
πε ​
0

​ ​P ​2​
​ q
2

23 ​ ​ ​P

= ​(4​πε 1

0​
) ( ˆ​ ˆ ​)​1 ​)8,0[(4​0
28 ​q 1​ ​yx
2

​ ​jyix ​+ + ​πε x​
+ 2/32
x ​ jyi ˆ​ ​ ˆ ​ 1
​ ​ 2​+ y​ 2​ /32 ​] )8,0[( ​ -​ + ​ ]​= ​
2​
-q ​

(4​πε

0​

⎨​
⎩​xq ​1 ​yx
2

​ ​) ​+ )8,0[(
+ 2/32

x
-
xq
2

)8,0(
- ​2
⎫ ⎬​ + ​
​ ​] i​ ​ ⎭​ˆ ​ (4​πε
+ ​y 2/32
1

0​

⎨​
⎩​q ​1 ​yx
2

+​
+ ​2/32 ​) ​ )8,0[( ​x ​- ​q
⎫ ⎬​
+ ​y 2/32 ​ ​ ⎭​ˆ ​=
2​
2​
​ ​] jy

)109( × 9​
⎧ ⎨​
⎩(
)102( ​yx
2

× ​+​-

9​ x 2​ /32 ​) ​+ )8,0)(105(

)8,0[( -​ ​x
- × -​ 9
⎫ ⎬​
x ​- ​2​+ ​y 2​ /32 ​] ​ ⎭​i ˆ​ + )109( × 9​
⎧ ⎨​
⎩(

yx ​)102( ​2 ​× ​+​-
9 2/32 ​ ) ​+ )8,0[(

x ​-
)105( - × ​- 9 ​2

+ ​y ​2/32 ​] ​
⎬​
⎭​jy ​ˆ
Ban 1 Elektrostatika
⎧ ⎨​
⎩18
2 2/32 ​- ​2 ​+ ​2/32 ​29 ​=
x ​( ​yx

+ )​ ​- )8,0[(

x
⎫ ⎬​ + ⎧ ⎨​ -​
⎭​ ⎩​2 ​+ ​2/32 ​ - ​2 ​+ ​2/32 ​)8,0(45
x

- ​y ]​ i​ ​ˆ 18
​ (

yx ​) ​)8,0[(
⎫​
​ ​ˆ Kuat
x ​ ⎬​⎭​45 ​y ​] jy ​ ​ 10 cm = 0,1 m adalah
medan sepanjang garis ​x =
Eо ​

=​
⎨​
⎩)1,0[(
1,018
ˆ​
2​
y -​ )8,01,0[( ​y ]​ ​i ​ × ​+​2/32 ​] ​- )8,01,0(45
​ -
⎫​ +
+ ​2/32 ​ ⎬​⎭​
2​

⎧ ⎨​
⎩)1,0(

2​
y )​ 8,01,0[(
-​
​ ˆ​ 18 + ​2/32 ​) ​ - 45
y ​] jy
⎫​ =
2 ​+ 2​ /32 ​ ⎬​⎭​
⎧ ⎨​
⎩8,1
+​ ⎫
+ ​y ​2/32 ​ + ​y 2/32
​ ​
⎬​ + ⎧
⎭​i ​
⎨​ -​
⎩+ ​y ​2/32 ​ 49,0[
⎫​
+ ​y ​2/32 ​] ​ ⎬​⎭​jy ˆ​ ​Dari bentuk ini kita mendapatkan komponen-komponen medan sebagai berikut
2/32 ​
49,0[
2/32 ​
] 5,31

ˆ 18
​ 45 01,0[
] ​49,0[
E​
] 01,0[
​ ]​ x​ =
01,0[
=⎧
8,1 ​+ y​ ​] + 5,31 ​+ y​ ​E​y ​
⎨​
⎩01,0[
-​
18 + ​y ​2/32 ​] ​ 49,0[
⎫​
45 + ​y ​2/32 ​] ​ ⎬​⎭​y ​Kita dapat menggambar besar komponen medan pada berbagai nilai y
dengan menggunakan Excel. ​Gambar 1.23 ​adalah nilai medan dari ​x ​= - 2 m sampai ​x ​= 2 m.
1.5 Medan Listrik yang dihasilkan distribusi muatan ​Di bagian terdahulu kita
sudah membahas medan listrik yang dihasilkan oleh muatan titik. Medan total merupakan
penjumlahan vector
dari medan yang dihasilkan oleh masing-masing muatan titik. Sekarang kita meningkat ke
kondisi yang sedikit lebih rumit, yaitu jika muatan yang menghasilkan medan bukan merupakan
muatan titik, melainkan muatan
Ban 1 Elektrostatika
yang terdistrubusi pada benda yang memiliki ukuran besar. Sebagai contoh adalah muatan
yang dihasilkan oleh batang, cincin, bola, dan sebagainya.
E [​ N/C]
250
150
E​x
50

E​y
3​
-3 -2 -1 -500 1 2 ​ y [​ m]
-150
Gambar 1.23 ​Besar komponen medan dalam arah sumbu x dan sumbu y.
Hukum Coulomb tetap berlaku untuk distribusi muatan apa saja. Namun untuk distribusi
muatan pada benda besar kita sering mengalami kesulitan menggunakan hokum Coulomb
secara langsung kecuali untuk beberapa bentuk. Kita akan mencari medan listrik yang
dihasilkan oleh benda yang bentuknya sederhana.
1.5.1 Medan listrik oleh muatan cincin
Misalkan kita memiliki cincin yang berjari-jari ​a.​ Cincin tersebut mengandung muatan ​q ​yang
tersebar secara merata. Artinya, jumlah muatan per satuan panjang cincin adalah konstan. Kita
akan mencari kuat
medan listrik sepanjang sumbu cincin, yaitu pada posisi yang berjarak ​h d ​ ari pusat cincin
seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.24​. Bagaimana menghitungnya?
λ ​=
​ 2π​a d
Keliling cincin adalah ​S = ​ an kerapatan muatan cincin (muatan per panjang) adalah ​
q
S​
=​
2 ​π ​q

a30

Ban 1 Elektrostatika
Untuk mencari medan yang dihasilkan muatan cincin, mari kita bagi cincin
atas bagian-bagian kecil sebanak ​N ​buah. Panjang tiap bagian adalah
S​
∆ ​S ​= ​N​ Jika ​N ​cukup besar maka ∆​S ​cukup kecil sehingga tiap bagian dapat dipandang
sebagai muatan titik. Dengan demikian, hukum Coulumb untuk muatan titik dapat digunakan
untuk menghitung medan yang dihasilkan
∆​S​.

о​E​∆ ​
E​ y​θ

E​∆

xr​
h
a
∆​s
Gambar 1.24 ​Mencari medan listrik di sumbu cincin bermuatan yang berjari-jari a. Muatan
cincin terdistribusi secara merata sepanjang keliling cincin.
Muatan yang dikandung tiap elemen adalah
​ ​λ ​∆ ​S s​ ehingga besar medan listrik pada titik pengamatan yang dihasilkan oleh elemen
∆ ​q =
muatan ini adalah

∆E

= 4​πε 1

o

q​
∆ ​ r​2 ​31
Ban 1 Elektrostatika
​ ​1
= πε
λ
∆ ​S ​4​o
r ​2 ​Dengan menggunakan dalil Phitagoras maka ​r​2 ​= ​h2​ ​+ ​a2​ ​sehingga

∆ ​E

= 1 ​4
πε
λ
o​

∆​ +​
S ah 2​ ​ 2 ​Perhatikan medan ∆​E.​ Arahnya membentuk sudut ​θ ​dengan sumbu cincin. Medan

​ ​EEy​ ​= ∆ ​cos ​θ
tersebut dapat diuraikan atas komponen vertical ∆​E​y ​dan horizontal ∆​Ex​ ​, yaitu ∆
∆ ​EEx​ ​= ∆ sin ​θ ​Komponen arah horizontal akan saling ditiadakan oleh komponen arah
horizontal elemen kawat yang berada dalam posisi diametral. Setelah dijumlahnya semua
medan yang dihasilkan semua komponen maka yang dihasilkan hanya komponen arah vertical
(sejajar sumbu). Jadi, kita tidak perlu melanjutkan perhitungan untuk komponen arah horizontal.
Dari Gambar 1.24 tampak bahwa
cos ​θ

= ​h

=​
r​ h
ah 2​ ​+ ​2 ​Substitusi ke dalam persamaan medan arah vertikal maka kita dapat menulis

∆ ​E
1​
= ​ 4​πε
y​

32 ​λ ​∆ ​S ah
2​ 2​
+​ h
ah 2​ ​+ 2​ ​= ​4
πε ​1
λ
o​ ( ​ah ​ 2​

∆​
+​Sh ​ 2 ​ )​ 2/3 ​
Dengan demikian medan total yang dihasilkan (hanya arah vertikal) adalah

Ban 1 Elektrostatika
E
∑​ ∑​
=​ ∆ ​E ​y ​= ​ 4​πε ​1
o

λ​ ∆​ =​
( ​ah ​ 2​ +​Sh ​ 2 ​)​ 2/3 ​ 4​πε
1 ​o

( ​ah ​ 2​+ ​λ

∑​∆ ​S ​
h ​2 ​ )​ 2/3 ​ Ingat Σ∆​S ​adalah jumlah panjang semua elemen cincin, yang tidak lain

merupakan keliling cincin. Dengan demikian

E
=
14
λ​ )2( ​π ​
πε ​o (
​ ​ah ​2 33
​ ​ h ​+ ​2 )
​ ​
2/3 ​ ​ etapi, ​λ ​)2( ​π ​qa ​= ​, yaitu muatan total cincin. Jadi kita
aT
peroleh medan total

pada sumbu cincin ​E


=​
1 ​4

πε ​o q
​ h ​ ah
(​
(1.19)
+ ​2 ​
2​
)​ 2/3 ​

Persamaan (1.19) dapat juga ditulis sebagai berikut


E
=​ 1
4​πε ​
q​
o​ (​
a​2 ​ )/(1 + ​ah
/ ​ah
2​ )​ 2/3 ​(1.20)

Jika kita gambar kurva ​E ​sebagai fungus ​h/a ​maka kita peroleh ​Gambar 1.25​. Tampak dari
persamaan (1.20) bahwa ada lokasi ​h/a ​yang menghasilkan kekuatan medan terbesar. Di
manakah lokasi tersebut? Untuk menentukan lokasi tersebut maka kita mencari nilai maksimum
untuk fungsi
E
=1​
4​πε
q ​ 2​ x​
o​ (​
a​ 1 + ​x​ 2 ​ )​2/3 ​
​ ​h/a​. Nilai maksimum dicari dengan diferensiasi dan
dengan ​x =
menentukan x yang memberikan nilai nol pada diferensial. Dengan demikian
dE ​ = ​ πε ​
dx​ 4​ 1
q
o​

d
a​2 ​

dx​
│​ x
│⌊​ 1 +(​ ​ ​x​
⌉ │​
2​ )​
2/3 ​ │⌋
Ban 1 Elektrostatika
πε
= 4​
q​ 1
o​ a​2 ​

( ​1 )21(
-​
+​ x
2
=0​
x​ )​2/5 2 ​ Solusi untuk ​x ​adalah ​x ​2/1= ​. Dengan demikian, jarak dari pusat lingkaran yang
menghasilkan medan paling besar adalah ​2/​ah ​= ​= 0,71​a.​
0.4
]

0.3
)​2 a ​ ε​ π4(​
​ 0
0.2
/​q​[/​ 0.1
E​

0​0 1 2 ​h​/​a 3
​ 4 5 ​Gambar 1.25 ​Kurva E dalam satuan ​q​/(4πε​0​a​ ) sebagai fungsi h/a. Medan
2​

listrik mula-mula bertambah dengan bertambahnya h/a, kemudian turun dan menjadi nol ketika
h/a makin besar. Medan listrik mencapai nilai maksimum pada ​h​/​a = ​ 0,71.
Menarik untuk mengamati sifat persamaan (1.19). Jika posisi
pengamatan sangat jauh atau ​h > ​ aka ​h​2 ​+ ​a2​ ​≈ ​h​2 ​sehingga kita dapat melakukan
​ > ​a m
aproksimasi

4​ (​)​
2​
2/3 ​
34 ​E

​ ε​
qh π = ​ q ​πε ​ (1.21)
1​ o​ h​4​2 ​ 1 ​ o ​h​

Ini adalah ungkapan kuat medan listrik yang dihasilkan muatan titik pada
jarak ​h​. Dengan demikian, pada jarak yang sangat jauh maka cincin berperilaku sebagai
sebuah titik.
Ban 1 Elektrostatika
q​3
q​1
q​4
r​о ​
1​Dari persamaan (1.20) kita dapat langsung menentukan kuat medan listrik di pusat cincin.
Pada lokasi ini ​h ​= 0 sehingga ​E =
​ 0.
1.5.2 Medan Listrik oleh Momen Dipol
r​о
Jika ​
r​о ​ r​о ​ о​
3​ 4​ 2​35 ​Dipol listrik muatan ​q1​ ​didefinisikan berada pada posisi sebagai ​r​ 1​perkalian

muatan dengan posisi. maka dipol listrik yang dihasilkan


adalah
о
rqp ​
= о ​ (1.22)
1​ 1​

Jika terdapat sejumlah muatan listrik yang berada pada berbagai posisi maka dipol total
merupakan julah secara vector dari dipol-dipol semua muatan. Sebagai ilustrasi perhatikan
Gambar 1.26​.
y ​q​2
x
Gambar 1.26 ​Sejumlah muatan titik menghasilkan dipole sebagai perkalian muatan dan vector

posisi muatan tersebut.



Dipol total susunan muatan seperti pada ​Gambar 1.26 ​adalah
​ ​
rqrqrqrqp о о​ о​ о​ о​
= ​11 ​ + ​22 ​ + ​33 ​ + ​ 44 ​Secara umum, jika terdapat ​N ​muatan maka dipol total
yang dihasilkan oleh ​N ​muatan tersebut adalah
Ban 1 Elektrostatika
p​
о=

∑​ rq
​ N ​ ​
о ii
(1.23) ​ i

=1

Nilai suatu dipol sangat bergantung pada koordinat yang dipilih. Untuk muatan yang sama atau
susunan muatan yang sama maka nilai dipol total akan berbeda jika koordinat yang dipilih
berbeda. Perbedaan koordinat menyebabkan perbedaan vector posisi masing-masing muatan
yang melahirkan perbedaan dipol.
Sekarang kita tinjau satu kasus khusus jika tedapat dua muatan yang besarnya sama tetapi
о​
arah berlawanan. Kita anggap vector yang menghubungkan adalah ​d​ . ​Gambar ​muatan ​1.27
adalah bertanda ilustrasi negatif posisi ke muatan dua muatan yang bertanda tersebut
36
positif
-q
​ ​ rrd о
rо ​ ​
1​ =
о​ ​ ​
о ​ rо
12 ​- ​ +q ​ 2​Gambar 1.27 ​Dua muatan yang sama besar dan berlawanan tanda
menghasilkan momen dipol.
Dipol total dua muatan tersebut adalah
rqrqp ​о ​ )( ​ о ​ о ​ о​ о​ о​
= ​ - ​ 1 ​+ ​ 2 ​= ​rrq ​)( ​ 12 -​ ​ = ​dq​ (1.24)
Tampak bahwa dipol total muatan yang berbeda tanda hanya bergantung pada vector posisi
relative dua muatan. Koordinat mana pun yang kita pilih maka dipol total yang dihasilkan selalu
sama. Dipol total dua muatan yang
besarnya sama dan berbeda tanda dinamakan juga momen dipol.
Muatan yang membentuk momen dipol umumnya akan Tarik menarik dengan gaya Coulumb.
Besarnya gaya tarik antara dua muatan
Ban 1 Elektrostatika
tersebut adalah
2
4​
0 ​37 ​
​F =
1​ q​
πε 2​​ d​Berapa nilai gaya tersebut? Untuk momen dipole yang dihasilkan oleh pergeseran
muatan dalam atom atau ion, nilai muatan kira-kira dalam orde muaatan electron dan jarak
antar muatan kira-kira sama dengan diameter atom, yaitu sekitar 1 angstrom. Jadi, besarnya
gaya tarik dalam orde

​ ​)109( ×
F= ​ ​9
×​
)106,1(​ -

219

)101(
×​-​210

= 2,3 × 10​-8 ​N
Dalam material, momen dipole umumnya tercipta karena pergeseran sedikit muatan positif dan
negative. Mula-mula titik pusat muatan positif dan negative berada pada lokasi yang sama
sehingga dipol total nol. Namun, jika terjadi sedikit pergeseran muatan positif terhadap muatan
negative maka titik pusat muatan menjadi tidak berimpit. Muncul vector posisi relative pusat
dua muatan tersebut sehingga muncul momen dipol. Salah satu cara untuk menghasilkan
pergeseran muatan tersebut adalah memberikan medan listrik yang cukup besar. Muatan
positif akan ditarik ke arah medan dan muatan negative akan ditarik berlawanan dengan arah
medan. Walaupun ikatan antar dua muatan sangat kuat, namun jika medan yang diterapkan
sangat besar maka pergeseran relative dua muatan dapat terjadi. Mekanisme ini diilustrasikan
pada ​Gambar 1.28​.
Jarak antar muatan pada momen dipole umumnya sangat kecil dan biasanya dalam orde
ukuran atom. Sehingga kalau diukur dari jauh maka momen dipole masih terdeteksi netral.
Namun kalau diukur dari jarak yang sanfat dekat, yaitu pada jarak sekitar orde ukuran atom
maka momen dipol terdeteksi sebagai dua muatan terpisah. Oleh karena itu satu momen dipol
mempunyai efek secara mikroskopik dan tidak menghasilkan efek makroskopik. Momen dipol
akan menghasilkan efek makroskopik jika jumlahnya sangat banyak, misalnya dalam orde
bilangan Avogandro. Efek
yang ditimbulkan momen dipol secara maksiskopik diamati sebagai sifar dielektron bahan. Sifat
dielektrik tersebut menghasilkan sifat kapasitif, pembiasan cahaya, pandu gelombang
(waveguide), dan lain-lain.
о
E​
Gambar 1.28 ​Pergeseran muatan positif dan negative akibat pemberian medan liatrik luar yang
cukop besar. Pergeseran tersebut menyebabkan munculnya momen dipol.
Selanjutnya mari kita menghitung kuat medan listrik yang dihasilkan oleh momen dipole. Untuk
mudahnya, kita hanya menghitung kuat medan sepanjang gasris yang tegak lurus sumbu
momen dipol seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.29​.
-q +q
о
d​
E2​​ E​1​
h​ E ​ rr
θ
Gambar 1.29 ​Menentukan medan listrik yang dihasilkan momen dipol.
Medan di sumbu merupakan julah medan yang dihasilkan muatan
positif dan muatan negative. Besar medan yang dihasilkan muatan negatif adalah
-q +q
о
d​
-q +q
Ban 1 Elektrostatika
38
Ban 1 Elektrostatika
E
​ ​
1=
1
4
q​ =​
πε ​o ​ r2​ ​ 1
4
πε ​o ​q dh
+​ (arah ke muatan)
2​ )2/( ​2 ​
Besar medan yang dihasilkan muatan positif adalah
E
​ ​
2=
1
4
q​ =​
πε ​o ​ r2​ ​ 1
4
πε ​o ​q dh
+​ (menjauhi muatan)
2​ )2/( ​2 ​
Medan resultan yang dihasilkan dua muatan tersebut hanya memiliki komponen arah
horizontal. Komponen arah vertikal saling meniadakan. Jadi, medan total di titik yang ditinjau
adalah
=1​
EE ​= ​1 ​sin ​θ ​+ ​E ​2 ​sin ​θ ​ 4​πε o​ 3​ 9 ​2

q ​dh
+​ (1.25)
2​
)2/(​2 ​sin ​θ ​
Dengan mengacu pada Gambar 1.29 kita dapatkan
θ
sin ​
= ​d

=​
​ /​ d
r2

2/ ​dh

2​ + ​)2/( 2​ ​Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan (1.25) maka diperoleh medan listrik
yang dihasilkan oleh momen dipol adalah

E
=​ 1
4​πε ​
2
o​

q dh
2​
+ )2/(​2 ​d
2/ ​dh
=​
2 ​+ )2/( 2​ ​ 1
4

πε ​o ​ dh
[​
2​qd

(1.26)
+ ​)2/( ​2 ​
]​ 2/3 ​

Kita telah mendefinisikan momen dipol ​qdp ​= ​sehingga persamaan


(1.26) dapat ditulis sebagai

E
=​
14
​h
πε ​o [​ d

2​ ​ ​)2/( 2​ ​
p+ ]​ 2/3 ​(1.27)

Tampak bahwa kuat medan listrik bergantung pada jarak antara dua
Ban 1 Elektrostatika
muatan maupun jari dari pusat dipol.
Apa yang akan dideteksi jika titik pengamatan sangat jauh dari
pusat dipol? Jika jarak titik pengamatan (​h)​ sangat besar dibandingkan dengan jarak antara
dua muatan, atau h​ d<​ < ​, maka kita dapat melakukan aproksimasi d​ h 2​ ​+ )2/( 2​ ​≈ ​h 2​ ​. Dengan
demikian,

E

14
πε ​
o​ [ ​h
=​
2​]​ 2/3 ​
4 ​ 40 ​p ​ 1
3​

​ ε​

h​Tampak bahwa medan listrik berbanding terbalik dengan pangkat tiga jarak dari
o​

momen dipole. Kita sudah pelajari bahwa untuk muatan titik, kuat medan listrik berbanding
terbalik dengan pangkat dua jarak. Dengan demikian medan listrik yang dihasilkan dipole
berkurang lebih cepat daripada yang dihasilkan oleh muatan titik.
Berikutnya, mari kita coba hitung gaya coulomb antar dua momen dipol. Untuk
penyederhanaan kita asumsikan bahwa dua momen dipole berada pada satu garis yang
melewati tengah-tengah momen dipol dan salah satu momen dipole dalam posisi tegak lurus
garis hubung dua momen dipol. Kita akan tinjau dua kasus, yaitu momen dipol kedua sejajar
dan tegak lurus momen dipol pertama seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.30​.
Medan listrik yang dihasilkan momen dipol bawah pada muatan-muatan di momen dipol atas
adalah

E
bawah ​ = ​4

πε 1

o

[ ​)2/()2/( dh
​ ​- p ​ ​ ] ​
​ ​ +d 2​ 2​
2/3 ​
​ ​
E ​atas = 4​πε 1

o
[ ​( dh
​ ​+ p ​ ​ ] ​
​ ​)2/()2/ ​ + d 2​ 2​ 2/3 D
​ engan demikian, gaya total yang dialami momen dipol atas

akibat pengaruh momen dipol bawah menjadi


​ ​
qEF = - ​qE ​ =1
bawah ​ atas ​

4​πε

o​ [ ​( ​dh
- ​qp
-​
)2/()2/ ​2 ​+ ​d 2​ ​ ]​ 2/3 ​
4​πε ​1
o​ [ ​( dh

+ ​qp

)2/()2/ 2​ ​+ ​d 2​ ​ ]​ 2/3

Ban 1 Elektrostatika
=​ 1
4​πε ​

o​ [ ​hdh
2​ - ​qp
-​
+ )2/(2 ​d 2​ ​ ]​ 2/3 ​
4​πε ​1
o​ [ ​hdh
2​ qp

​ 2​ ​
+ + ​)2/(2 d ]​ 2/3 ​(1.28)

-q​ о ​
E ​ d​ +q
​ q ​E
-q +
о​
d​ E
-q +q
​ q
-q +
о
d​
о
d​
Gambar 1.30 ​Menentukan gaya tarik antar dua momen dipol. (kiri) dua momen dipol dalam
posisi tegak lurus dan (kanan) dua momen dipol dalam posisi sejajar.
​ dh 2​ ​+ + )2/(2 ​d ​2 ​≈ ​hdh ​2 ​+ ​dan h
Kita asumsikan bahwa ​h ​>> ​d ​sehingga h ​ dh ​2 ​- + )2/(2 ​d 2​ ​≈
hdh ​2 ​- ​. Dengan demikian, persamaan (1.28) dapat diaprokasimasi sebagai
1
4​41 ​

[​]​ 12​
2/3 ​

4​[ ​hdh
] ​ h F​
2​
2/3 ​

≈​
qp π
​ ε
o​hdh
-​
- ​ πε ​o +
​ ​qp

= 1 ​ πε
4​
qp
o​


h​3 ​
⎨​
⎩​[ /​ 1

- ​hd 1
-​
] ​2/3 ​ [ ​/1
+ ​hd 1 ​

] ​2/3 ⎫​ ​⎬​⎭​Karena ​d <​ < ​h m


​ aka ​d/h <
​ < 1 sehingga kita dapat menggunakan pendekatan binomial
sebagai berikut ​)/)(2/3(1)/1/(1 - ​hd ​2/3 ​≈ + ​hd ​dan
Ban 1 Elektrostatika
)/)(2/3(1)/1/(1 + ​hd ​2/3 ​≈ - ​hd ​. Dengan demikian kita dapat melakukan aproksimasi lebih lanjut
qp ​ ⎧ ⎨​ d
F≈ ​ 4​42 ​ o h ​ ​ ⎩⎛ ​│⎝1 + 3 ​ ​2​
3 2​
h​⎞ ​-│⎠​⎛ ​│⎝​1 ​- ​ d h ​ ​⎞ │​⎠​1 ​πε
⎫ ⎬​ = ​ πε ​1
3​ ⎭​ 4​
3
o​

dqp ​ = 1
4​ h​
πε ​
4​ o​ 3
p 2​ ​ (1.29)
h4​ ​
di mana kita telah melakukan penggantian ​p ​= ​qd​. Jelas di sini bahwa gaya antar dua momen
dipol berbanding terbalik dengan pangkat empat jarak.
Jika momen dipol atas berada dalam posisi sejajar momen dipol bawah maka dua muatan
mendapat medan listrik yang sama besar dan arah sama. Tetapi karena dua muatan memiliki
tanda yang berlawanan maka dua muatan mendapat gaya yang sama besar tetapi berlawanan
arah. Dengan demikian gaya total pada momen dipol atas mejadi nol.
1.6 Perhitungan Medan Dengan Metode Integral
Mari kita perluas cara perhitungan kuat medan listrik dengan menggunakan metode integral.
Metode integral digunakan jika sumber muatan bukan merupakan benda titik, tetapi merupakan
benda besar. Perlu diingat bahwa integral sebenarnya adalah penjumlahan setelah mebagi
benda atas elemen-elemen kecil yang jumlahnya tak berhingga. Setelah dilakukan pembagian
tersebut maka tiap elemen dapat dipandang sebagai titik. Sebagai ilustrasi, perhatikan ​Gambar
1.31​.
Kita ingin mencari kuat medan listrik pada titik sembarang P. Kita lihat suatu elemen kecil
benda yang mengandung muatan d ​ q.​ vektor posisi elemen tersebut terhadap pusat koordinat
adalah vektor relatif titik posisi pengamatan titik pengamatan terhadap terhadap elemen pusat
о​ о​
​ ​r​ Misalkan ​P.​ ​r​ Posisi dan
​ ​P ​- о
muatan koordinat adalah adalah ​rrо

dan jarak titik


​ pengamatan ke elemen muatan adalah ​rr​о ​P ​- о
​ ​. Dengan menggunakan
persamaan (1.8) maka kita dapat menulis medan listrik di titik P yang dihasilkan oleh elemen
muatan d​ q ​adalah

Ed ​о ​P ​= ​4​πε 1

o

rr ​ о​
rr ​о ​P 3​ ​( ​ ) ​dq -​ о
​ ​ P
о​
- ​ (1.30)
y
dq
Gambar 1.31 Kuat medan listrik yang dihasilkan benda kontinu sembarang. Benda besar dibagi
atas elemen-elemen kecil. Karena kecil sekali maka elemen-elemen tersebut dapat dipandang
sebagai titik-titik.
Persamaan (1.31) merupakan bentuk umum dari persamaan untuk mencri kuat medan listrik
yang dihasilkan oleh muatan yang terdistribusi kontinu. Berdasarkan jenis distribusi muatan,
kita menemui tiga macam yaitu distribusi muatan, yaitu satu dimensi, distribusi muatan dua
dimensi, dan ditribusi muatan tiga dimensi.
​ x dq ​λ ​= ​dengan
i. Untuk distribusi muatan satu dimensi, misalnya muatan pada kawat maka d
λ adalah rapat muatan per satuan panjang
dan dx adalah elemen panjang kawat. ii. Untuk distribusi muatan dua dimensi, misalnya muatan
pada pelat maka d ​ ​= d​ engan σ adalah rapat muatan per satuan luas
​ S dq σ
permukaan dan dS adalah elemen luas permukaan. iii. Untuk distribusi muatan tiga dimensi
maka d ​ ​= ​dengan ρ
​ V dq ρ
adalah rapat muatan per satuan volum dan ​dV ​adalah elemen volum
о
Kuat medan total di titik P yang diakibatkan oleh seluruh muatan pada benda menjadi ​E ​

о​ =​ (-)1
= ​ Ed ​ P ​ 4​∫ ​- ​
P​
∫​
o
πε ​
rr ​о P​ d
​ q

rr ​
о 3​ ​ о P​
о ​(1.31)
Ban 1 Elektrostatika
P
r​о ​ rr​о ​ о​о
P​43 ​ P​ - ​ r​
x
Ban 1 Elektrostatika
benda. Untuk lebih memahami aplikasi metode integral ini mari kita tinjau beberapa contoh
berikut ini.
1.6.1 Medan listrik yang dihasilkan kawat lurus tak berhingga ​Sebagai contoh
aplikasi persamaan (1.31) mari kita mencari kuat
medan listrik pada posisi yang berjarak ​a ​dari kawat lurus tak berhingga seperti diilustrasikan
pada ​Gambar 1.31​.
Sebelum melakukan integral, kita harus menyederhanakan dulu
ruas kanan persamaan (1.**). Tinjau elemen kawat sepanjang ​dx ​yang memuat muatan
sebesar d ​ q ​= ​λ ​dx ​. Medan listrik yang dihasilkan elemen ini
di titik pengamatan adalah

Ed ​о ​P ​= ​4​πε ​1
o

λ
rr ​о ​P ​
rr ​о ​ о​
​ ​о ​3 ​( ​
- dx P​ - ​ ) ​Apabila kita hitung besarnya saja maka besar medan listrik tersebut adalah
​ = ​4​πε ​1 ​rr
dE ​P ​= ​Ed о
о
о​ о ​o ​ = ​
λ ​- dx
​ ​о ​3 rr
​ ​ 4​
4 P​ - 4 2​ ​ P​ 1
πε
о​ λ
o​
rr ​ P ​
о​
- ​dx ​ P
a
dq = λ ​ ​dx
x ​dE​Py
dEP​
r​dE​Px

θ
Gambar 1.31 ​Menentukan kuat medan listrik yang dihasilkan oleh elemen kawat lurus panjang
Berdasarkan ​Gambar 1.31 ​jarak antara titik pengamatan dan
Ban 1 Elektrostatika
о​ о​
elemen muatan adalah ​rrr​ P​ - ​ = ​. Dengan demikian
dE
=
P​

1 ​4
πε ​o
​ x​ =​
λd
r​2 ​ (4​πε
1

λ ​+ ​
o​ ​ 2​ 2 ​) ​45 ​
dx xa Medan ​dE ​P dapat
​ diuraikan atas dua komponen, yaitu yang sejajar
​ dan
dengan kawat ​dE Px ​ ​ ​. Besar
yang tegak lurus kawat ​dE Py
komponen-komponen tersebut adalah
1
​ =
dE Px ​ ​dE ​P cos
​ ​θ ​= ​
(4​
πε
o​ dx xa
λ

x​ ) ​ = ​λ ​ +​
2​
+ 2​ ​ r​ (4 πε​
​ o ​xdx ​xa ​2 ​ 2/32 ​) dan

1
dE ​Py = ​ ​sin ​θ ​= ​
​ ​dE P

(4​
πε
λ
o​

dx
a​ )​=​ λ​
xa ​2 ​+ 2​ ​ r​ (4 ​ πε​ao​ dx
​ ​xa 2​ ​+ ​2/32 )​ ​Setiap elemen ​dx ​akan memiliki elemen pasangan yang
berseberangan dari lokasi titik pengamatan yang memiliki komponen medan arah horisontal
yang sama besar tetapi berlawanan arah. Kedua komponen tersebut saling meniadakan.
Akibatnya, hanya komponen arah vertikal yang
memberi kontribusi pada medan listrik total. Dengan demikian, kuat medan listruk total di titik P
adalah integral dari komponen medan arah vertikal.
Selanjutnya kita menentukan batas-batas integral. Karena kawat
Ban 1 Elektrostatika
panjang tak berhingga, maka batas-batas integral adalah ​x ​= -∞ sampai x = +∞. Dengan
demikian, medan listrik total yang dihasilkan kawat adalah
+∞​
E

P​ = ​∫​dE ​Py ∞-

=​ λ
4​
+​
​ ∫​dx ​
πε​a​o ​∞- +∞​ ( ​xa ​2 ​ 2/32 ​
) Untuk
​ menyelesaikan integral di atas, kita gunakan Integral
Calculator pada Wolfram alpha. Hasil yang diperoleh adalah

E
=​
P​

πε​a o​
46 ​⌈ ​│⌊​xaa ​2 ​x 2​ ​+ ​2 ​⌉ │​⌋​+∞​∞-​= 4
​ ⌈ ​│⌊​a
λ​
1 ​2 ​- ⎛​​ │⎝- a
​ 1 ​ ε​o ⌉​ │​⌋​= 4 ​λ
​ ​2 ​⎞ ​│⎠​ aπ
2​
πε​ao​ ×
​ ​a ​ 2​
​ 2 ​πε ​o
=1
λ ​a (1.32)

Jadi, kuat medan listrik yang dihasilkan kawat lurus tak berhingga dan mengandung muatan
dengan kerapatan konstan berbanding terbalik dengan jarak dari kawat.
Contoh 1.5
Dua buah kawat lurus dipasang dalam posisi tegak lurus dengan jarak pisah ​a.​ Rapat muatan

per satuan panjang kawat tersebut adalah ​λ​1 dan


​ ​ ​2​. Hitung gaya coulomb antara dua kawat
λ

tersebut?
Jawab
Contoh di atas diilustrasi pada ​Gambar 1.32​. Perhatikan elemen
sepanjang ​dx ​pada kawat kedua (kawat atas). Jarak elemen tersebut dari sumbu tegak adalah
x sehingga jaraknya dari kawat pertama (kawat bawah)
Ban 1 Elektrostatika
​ 2​ ​+ 2​ ​. Dengan demikian, kuat medan pada elemen tersebut
adalah ​xar =
akibat muatan pada kawat bawah adalah

E=

2​ 1 ​ λ ​1 ​
πε ​ 0​ ​ x
rd
47
​ Fy​
dF d
θ
x
θ
y​
xλ​ ​2
r
a​
λ​1
Gambar 1.32 ​Gambar untuk Contoh 1.4.

​ dalah ​λ​2​dx s​ ehingga gaya listik yang dialami


Besar muatan pada elemen ​dx a ​ elemen dx adalah
=2
​ )( ​λ ​2​
dxEdF =
πε ​1
λλ ​
0​
xa 2​ ​+ ​2 ​dx ​Arah ​dF t​ ampak pada ​Gambar 1.32​. Namun yang memberi kontribusi total
21 ​

hanya komponen arah tegak lurus kawat, yaitu ​dFy​ ​= ​dF s ​ ​. Dari ​Gambar
​ in θ
1.32 ​juga tampak bahwa ​sin θ ​ ​= ​ra/​ =
​ ​xaa ​/ ​ + ​ . Dengan demikian
2​ 2​

2​
​ ​ πε
dFy​ =
1
0222​ a ​2 ​
λλ

21 ​
xa + ​ ​xa
​ ​dx ×

+
Ban 1 Elektrostatika
=​
a
λλ ​
2​ πε​21
0​dx xa ​2 ​+ ​2 A
​ khirnya kita dapatkan gaya total yang dialami kawat adalah

=​
F ​ ∫​∞- ​a λ ​
​ 21
+∞​

λ ​2 ​πε​0​dx xa
+​ =​
2​ 2​ ​ ​λλ
a2

=
21 ​
0​48 ​+∞​∞- ​ xa 2​ ​dx ​+ ​2 ​
πε​ ∫​
×​
​ ​∫​0
​ ​λ ​2 ​πε​0​ 2 +∞
a​λ 21

xa
2 ​dx ​+ ​2 ​Selanjutnya kita gunakan Integral Calculator pada Wolfram alpha dan diperoleh

-​
​ λ ​πε​⌉ ​│⌋​∞0
⌈ ​│⌊​ + ​F ​a λ

​ ​21​λ ​πε​0​Tampak di sini bahwa gaya antar dua muatan tidak bergantung pada jarak antar

dua kawat, tetapi hanya bergantung pada kerapatan muatan pada masing-masing kawat.
1.6.2 Medan listrik oleh kawat lurus berhingga
Sekarang kita akan membahas kasus yang sedikit rumit, yaitu menentukan medan listrik yang
dihasilkan oleh muatan listrik pada kawat lurus yang panjangnya berhingga. Misalkan kita
memiliki kawat yang
panjangnya ​L​0​. Kita akan menentukan kuat medan listrik pada titik yang berjarak ​a ​dari kawat
dan dan sejajar dengan salah satu ujung kawat. Lihat ​Gambar 1.33​.
1
21 ​

xa
22
Ban 1 Elektrostatika
49
P
Gambar 1.33 ​Menentukan medan listrik oleh muatan pada kawat lurus yang panjangnya
berhingga
a
x
a
L​0
P

r​L​0 -​ x
Gambar 1.34 ​Variabel-variabel yang digunakan dalam menghitung medan listrik yang
dihasilkan oleh kawat lurus yang panjangnya berhingga.
Untuk menentukan kuat medan listrik di titik pengamatan, kita tentukan variabel-variabel seperti
pada ​Gambar 1.34​. Serupa dengan pembahasan untuk kawat yang panjangnya tak berhingga,
besar medan
listrik yang dihasilkan elemen kawat ​dx ​adalah

4
2 ​θ ​dx

dE
=
P​

1
λ ​dx ​ =​
πε ​o ​r​ ([4​πε
1

λ
o​

dx ​xLa
+​
2​ 0

-​
]) ​2
Komponen medan dalam arah ​x ​dan ​y ​masing-masing
dE Px​ = ​
dE P​ cos
​ ​θ
Ban 1 Elektrostatika
= ​λ ​([4 ​πε​o ​50 ​dx xLa

2​
+ 0​

​ ​2
- ])

× (​
xL
0​- ) ​xLa
2

(
0

- ​) 2​

​ ​πε​λ
=4
o​ - ​2/32 0 ​(
dxxL
0 ​([

xLa
2

+​ -​
) ​ ]) ​dE ​Py =

= ​λ
dE ​P sin
​ ​θ ​
πε​o +
​ ​dx

×​
- ​ + ​0
- ​2
2/32 0

a ​([4 xLa

20

2
]) ​
= ​λ
xLa 2​ ​( ) ​
a​([4 πε​
​ o xLa
​ ​2 ​+ ​dx ​- ​]) Perlu
​ diperhatikan bahwa untuk kasus ini, komponen medan arah
horizontal tidak saling menghilangkan. Komponen horizontal dan vertical sama-sama memberi
kontribusi pada medan total. Tampak dari ​Gambar
1.34 ​bahwa batas integral asalah ​x ​= 0 sampai ​x ​= ​L0​ ​. Dengan demikian, komponen medan
​ dalah
total dalam arah ​x a

E ​Px =

πε​λ
o

∫​
L​ 0 0​​([

xLa
2

dxxL 0​ ​- ) ​+ 0​

​ ​2/32
- ])
Dengan menggunakan integral calculator pada Wolfram alpha maka kita dapatkan
= ​λ
E ​Px ​
πε​o
⌈ │​ = ⌈ │​
│⌊​xLa 2​ ​+ - ⌉ │​│⌋​0 L​ 0​ ​ │⌊​1 4

(​0

) 2​
λ​ 1
4 ​πε​o ​
-1​
a ​ La 2​ ​+ ​2​0
⌉ │​ =​ λ ​ ⌈ │​ 1 - ​
│⌋​ 4 ​πε​ o ​a​ │⌊​ a
La
2 ​+ ​2​0

⌉ │​
│⌋​(1.33)
Dengan cara yang serupa maka kita dapaykan komponen medan dalam arah y adalah
Ban 1 Elektrostatika
E ​Py =

4
λ ​πε​a ​o
L​ ∫​ 0 0​​ ​ ​0
([ ​xLa 2​ ​+ dx


- ]) 2/32
Kembali gunakan integral calculator pada Wolfram alpha sehingga diperoleh

E ​a ​L 0​ ​o ​0
51 ​Py =
​ 4


λ ​πε​
│​
│⌊- ​xLaa
2

-​
xL ​0 ​ 2​+( ​0
- ) ​2
=​ λ
⌉ │​│⌋​ 4 ​

πε​a​o ​
│​
│⌊​Laa
2

L 0​
2 ​+ ​2​0

⌉ │​ = ​λ ​ ⌈ │​ L ​
│⌋​ 4 ​πε​o ​a​ │⌊​ 0 ​La2​
+ ​2​0
⌉ │​
│⌋​(1.34)
Tampak dari persamaan (1.33) dan (1.34) bahwa kuat medan listrik bergantung pada jarak dari
kawat serta panjang kawat.
​ ​o→
Jika panjang kawat di satu sisi sangat besar, atau L ​ ∞ ​maka
LLa ​
2

+ ​ ≈ ​ dan ​ /​ 2​
2 ​o ​ 2 ​o ​
Laa ​ 2​
+​ 0

0​
≈ ​ . Dengan demikian
E

Px ​
​ ​4​πε
≈1
o

λ​ 1​
a [​ ]​01 ​- =
​ 4​πε ​ o
E​ ≈​
λ ​a ​ Py ​ 1 ​4​πε ​o
λ​ 1​
a L o​ ​L2​ ​o​= 4​πε ​ o

λ ​a S
​ elanjutnya kita bahas kasus yang lebih umum lagi di mana titik pengamatan berada di
antara dua ujung kawat. Misalkan titik tersebut
Ban 1 Elektrostatika
berjarak ​a ​dari kawat dan berjarak ​b d​ ari salah satu ujung kawat. Kasus ini sebenarnya tidak
terlalu sulit. Kita dapat memandang bahwa medan tersebut dihasilkan oleh dua potong kawat
yang panjangnya b dan
panjangnya ​L​0 ​– ​b d
​ i mana titik pengamatan berada di ujung masing-masing potongan kawat
tersebut seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.35​. Kuat medan arah tegak lurus yang dihasilkan
dua kawat saling mnguatkan sedangkan kuat medan arah horizontal saling melemahkan.
b
P
L​0​-​b a ​
L​0
Gambar 1.35 ​Kuat medan listrik pada posisi sembarang di sekitar kawat lurus berhingga.
Komponen-komponen medan yang dihasilkan kawat sepanjang ​b a ​ dalah
1​ =​
4
1-​ E
⌈ ​│⌊​ 2​ + ​2 ​52 ​
Px ​ 1
λ​
πε
o

a ⌉​ │​⌋​a
ba
E

1
Py ​
1​
= 4​πε ​
o

λ​
a ba ​2 ​+ 2​ ​Komponen-komponen medan yang dihasilkan kawat sepanjang ​L-b ​adalah
=​ E
2​
4​b ​

Px ​

│​ 1-​ 1
│⌊​ 2​ + ( - ) ​2 ​
λ​
πε
o

⌉ │​ E
a ​ │⌋​a bLa o​ ​
2​
Py ​
=4

πε ​1
o

λ ​a bL
o​ - ​bLa

2​
+
( ​o -​ )​ ​2 ​Komponen medan vertical total menjadi (saling menguatkan)
Ban 1 Elektrostatika
EEE ​ = ​ +​
Py ​ Py ​1 ​ Py ​2 ​= 4 ​πε λ

ba
2​
+ 2​ ​+ 4

πε ​1
λ​
2​
( ) 2​ ​53 ​ a bL
(1.35)
-​
Komponen medan horisontal total menjadi (saling melemahkan)
EEE ​ = ​ -​ = ⌈ │​ -​
Px ​ Px ​1 ​ Px ​2 ​ │⌊​ 2​+ - ​2 ​1 ​b
oo​ a o​ b
​ La

+
⌉ │​ -​
o​ -​ │⌋​ 4
1-​
⌈ ​│⌊​ 2​+ ​2 ​λ ​4
πε
=​
λ πε ​⌉ │​⌋​ 4
1
o

1​
a​ a
⌈ │​ -​
bLa ​( ​o )​ ​ │⌊​2 ​+ ​2 ​ 2​+ ​( -​ ​) 2​ ​1
a ​o a
​ ba
1
λ
a ​πε
o

a ba
a bLa
⌉ │​ = ​λ ​ πε​ ⌈
o​ │⌋​ 4 ​ o​
│​
│⌊1
-​ ⌉
ba 2​ ​+ ​2 ​ 1 ​bLa 2​ ​+ ​(​o ​- ​) 2​ ​
│​
│⌋​(1.36)
​ ​L0​ ​/2 sehingga
Kasus khusus untuk lokasi di tengah-tengah kawat di mana ​b =
E

1
Py ​ = 4​πε ​
λ
L
0

2/ - ​o
a La ​2

+ )2/(
​ ​0
1
0​
​ πε ​
+ 4​
λ

LL
o
0

2/
2
20
2

o​ a LLa
2

+
(
1
​ =​
- )2/
o​

4​πε
λ
o​

L
E​ =​
0​a La 2​ ​+ )2/(
​ ​ Px ​ 4 ​πε​λ o​
⌈ │​ 1
│⌊​
La ​2 ​+ )2/(​0
-​
+ - ​0 2
2​ 1

LLa 2​ ​(
⌉ │​
o​
)2/ ​ │⌋​= 0
Selanjutnya kita mencari kuat medan listrik pada titik yang berada
Ban 1 Elektrostatika
di luar areal kawat, misalnya pada jarak ​b ​di sebelah kiri kawat seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.36​. Bagaimana memecahkan masalah ini? Kita pakai trik sederhana. Masalah ini
dapat dipandang sebagai dua potong kawat berimpit. Satu potong kawat panjangnya ​bL​o ​+ ​dan
memiliki rapat muatan λ ​ ​dan potong kawat lain panjangnya b ​ an memiliki rapat muatan
​ d
-λ. Ujung kiri dua potongan kawat diimpitkan.
b
aP​

L​
0 ​λ

b
P​
a ​ L0​ -​ ​λ λ​Gambar 1.36 Menentukan kuat medan listrik pada posisi sembarang di luar kawat
lurus berhingga. Gambar atas adalah kondidi riil. Kita dapat memandang system terdiri dari dua
kawat dengan panjang L​0​+b yang memiliki kerapatan muatan λ dan kawat sepanjang b dengan
kerapatan muatan -λ yang diimpitkan di sisi kirinya seperti diilustrasikan pada gambar bawah.
Kuat medan listrik yang dihasilkan potongan kawat panjang adalah
1​ =​
4
⌈ │​ 1-​ E
│⌊​ 2​ + ( + ) ​2 ​54 ​
Px ​ 1
λ​
πε
o

⌉ │​ E
a​ │⌋​a bLa o​ ​
1
​ πε ​
1​
Py ​
= 4​
o

λ ​a bL
o​ + ​bLa

2​
+
( ​o +
​ ) ​2 ​Kuat medan listrik yang dihasilkan potongan kawat pendek adalah

Ban 1 Elektrostatika
=​ 1-​ E
2​
4⌈ │​⌊​ 2​+ ​2 ​
1
Px ​

λ​
πε
o

aa
⌉ │​ E ​
ba ​ ⌋​ Py 2​ ​= 4
πε ​1
o

λ​
a ​2 2 ​55 ​b ba +
​ Medan
​ listrik arah vertical maupun horizontal total merupakan selisih
komponen medan listrik yang dihasilkan masing-masing kawat karena tanda muatan
berlawanan. Jadi komponen medan arah horizontal adalah
EEE ​ = ​ -​ =⌈
Px ​ ​ ​
Px 1 ​ ​
Px 2

│​ -​ ⌉
│⌊​ 2​ + + ​2 ​
│​ -​
│⌋​ 4 ​λ ​4
πε
1-​ =​
⌈ ​│⌊​ 2​ + ​2 ​λ πε ​⌉ │​⌋​ 4
1
o

1​
a​ a
bLa
( ​o ​) 1
a o​ ​a ba
1 ​πε
o


λ ​a ​
│​
│⌊​a
ba
-​
2​ + ​2 ​ 2​+ ​( +
​ ​) 2​ ​a
bLa
⌉ │​ = ​λ ​ πε​ ⌈
o​ │⌋​ 4 ​ o​
│​
│⌊1
-​ ⌉
ba ​2 ​+ ​2 ​ 1 ​bLa ​2 ​+ ​(​o ​+ ​) 2​ ​
│​
│⌋​(1.37)
Komponen medan arah vertikal adalah
EEE ​ = ​ -​
Py ​ ​ ​
Py 1 Py ​2 ​
=1

4

πε
o ​λ

bL ​+ ​a 2​ ​o

λ ​2 ​4
⎛ │​
πε ​o ​2 2 ​ │⎝​o
-​
1 ​bLa
-​
+(+)​ +
⎞ │​
++​ │⎠​b a ba ​+ ​= 1

4
πε ​o
​ bL
λa
o​ + ​bLa
2​ ( o​

) ​2 b

ba
(1.38)
22​

​ → ​maka
Untuk kasus ketika ​a 0
E

=​
Px ​ 4 ​πε​λ
o

⌈ │​
│⌊0
2​ 1
-​
+ ​b 2​ ​ 1

(0
⌉ │​
2​ + ​bL ​o ​+ ​) 2​ ​ │⌋
Ban 1 Elektrostatika
= ​λ

4​πε​o
-​
​ 1 ​ ⌉ ​o +
│​56 ​⌈ ​│⌊​bLb 1 ​ ​⌋​dan

E
Py ​ πε ​
λ
= 4​
⎛ │​
│⎝+
- ​ ⎞ │​
+ ​ + ​ │⎠​= 4​1
⎛ │​
o​ a ​1 ​ │⎝​bL

+ ​+​- ​b

b​bL o​
+ ​b
(0 2​ bL

o

​ ​2 λ
) ​2 ​0 ​2 b ​

bL
o ​πε
o

a ​o​⎞ │​│⎠= 0
​ ​1.6.3 Medan Listik oleh Cincin
Cincin adalah bentuk geometri lain yang memungkinkan kita menentukan medan listrik dengan
cukup mudah menggunakan hukum Coulomb. Lebih khusus lagi jika kita ingin menghitung kuat
medan listrik sepanjang sumbu cincin seperti diilustrasikan pada ​Gambar 1.37​.
о​dE ​ dE ​
Ed​ y​ xα​

r ​b
a
dq
Gambar 1.37 ​Medan listrik di sumbu cincin yang dihasilkan oleh elemen pada cincin
Misalkan sebuah cincin dengan jari-jari ​a m​ engandung muatan ​Q.​ Kita ingin menentukan kuat
medan listrik sepanjang sumbu cincin pada
​ ari pusat cincin. Berdasarkan ​Gambar 1.37 ​besarnya medan listrik di titik P yang
jarak ​b d
dihasilkan oleh elemen cincing sepanjang ​dL a ​ dalah
Ban 1 Elektrostatika
dE ​=
dq ​
​ ​
4​πε 1 r2​ ​Tampak juga dari ​Gambar 1.37​, ​dE d
​ apat diuraikan atas dua komponen yang
saling tegak lurus, yaitu komponen tegak lurus (arah
sumbu ​x)​ dan sejajar sumbu (arah sumbu ​y​). Besarnya nilai komponen-komponen tersebut
adalah
dEx​ ​= ​dE s​ in ​α ​(1.38)
dEy​ ​= ​dE ​cos ​α ​(1.39)
Tiap elemen kawat memiliki pasangan di seberangnya (lokasi diametrik) di mana komponen
tegak lurus sumbu memiliki besar sama tetapi arah tepat berlawanan. Dengan demikian ke dua
komponen tersebut saling meniadakan. Oleh karena itu, untuk menentukan kuat medan total
kita cukup melakukan integral pada komponen yang sejajar sumbu saja. Besar medan total
menjadi
dEE ​= ​
∫ ​ =​ ​∫ ​4 ​πε ​1
y

cos ​α ​
dq ​r​2​ (1.40)
Semua parameter dalam integral (1.56) konstan kecuali ​dq.​ Dengan demikian kita peroleh
E

=​ 1
4​πε ​
1 ​ cos ​α ​ dq =

o​ r​ 2​ ∫​
1 ​4 ​πε o​ 5​ 7
=​
Q r​ 2​​ cos ​α ​ (4​πε 1
​ ​o ​Q

ba
+​ (1.41)
2​ 2​
) cos
​ ​α ​
Untuk kasus khusus ​di titik pusat lingkaran​, kita dapatkan α = 90​o
Ban 1 Elektrostatika
sehingga ​E ​= 0. Kasus khusus lainnya adalah jika jarak titik pengukuran medan sangat jauh
dibandingkan dengan lingkaran. Pada jarak tersebut
kita akan dapatkan dua aproksimasi. Aproksimasi pertama adalah ​a ​<< ​b
sehingga ​a2​​ +​b2​ ​≈ ​b2​​ . Aproksimasi kedua adalah α ≈ 0​o ​sehingga cos α ≈ 1 dan kuat medan listrik
menjadi
E

πε ​ Q​
4​ 1 ​o ​ b​2 ​Bentuk ini sama dengan medan listrik yang dihasilkan muatan titik ypada lokasi
yang berjaran b dari muatan tersebut. Dengan demikian, pada jarak yang sangat jauh maka
cincin berperilaku sebagai sebuah muatan titik. Jelas, kalau kita mengamati benda yang tidak
terlampau besar dari jarak yang sangat jauh maka benda tersebut tampak berukuran seperti
titik.
Contoh 1.6
Kita memiliki dua cincin konsentris dengan jari-jari ​a1​ ​dan ​a2​ ​. Masing-masing cincin memiliki
muatan ​Q​1 ​dan ​Q2​ ​. Berapa kuat medan listrik pada lokasi:
a) berjarak ​b ​dari pusat cincin sepanjang sumbu cincin b) pada pusat cincin
Jawab
Persoalan tersebut diilustrasikan pada ​Gambar 1.38​. a) Pertama kita menghitung kuat medan
listrik sepanjang sumbu cincing
pada jarak ​b d​ ari pusat kedua cincin. Kuat medan listrik yang dihasilkan cincin bermuatan ​Q​1
adalah

E
=
1​
1​
(4​πε ​ ​ ​1
o2

+ ​ cos ​
2 1 ​58 ​Q ​1 ​ba ​ ) ​ α ​Kuat medan magnet yang dihasilkan oleh cincin bermuatan ​Q​2

E
=
2​

1​
(4​πε o​ ​2​2
+ ​ cos ​
Q ​2 ​ba ​ 2 ​) ​ α ​2 ​Dengan demikian kuat medan magnet total
Ban 1 Elektrostatika
EEE ​= ​ + ​ = ​
1​ 2​ 1 ​(4​πε o​ Q

1​ba
+​
1 ​2​ ​ ​ 1 ​Q
+ ​2 ​) cos α

πε o​ ​ba
+​
2 2​
​ 2​
α 2​ ​Di pusat cincin terpenuhi ​α​1 ​= ​α​2 ​= 90​o ​sehingga ​E =
​ 0.
α​2
α​1 r​ b
a​1​a​2

59 ​1 ​(4

) cos •​
2​

Q1​
Q2​
Gambar 1.38 ​Dua buah cincin konsentris yang bermuatan pada Contoh 1.5
1.6.4 Kuat medan listrik di sumbu cincin tidak penuh
Sekarang kita anggap cincin bukan lingkaran penuh, tetapi hanya berupa busur dengan sudut
​ ​. Kita ingin mencari berapa kuat medan di sepanjang sumbu cincin yang berjarak ​b
keliling θ
dari pusat cincin. Pada kasus ini pun kita memiliki dua komponen medan, yaitu yang searah
sumbu dan yang tegak lurus sumbu. Medan dalam arah tegak lurus sumbu tidak lagi saling
meniadakan karena ada bagian cincin yang hilang. Dua komponen medan semuanya ada.
Medan tersebut diperoleh dengan mengintegralkan komponen medan yang diberikan oleh
persamaan (1.38) dan (1.39). Kuat medan total searah sumbu adalah
θ​ E​y
=

∫ ​dE c​ os ​α ​ 0

Ban 1 Elektrostatika
=

πε 1

o

θ​ ∫​0

dq ​ cos ​ =
60 ​ r​2 ​ α​
4
πε ​1 ​o
cos

α ​r 2​ ​θ ​∫ ​dq 0​
Integral di ruas kanan persamaan di atas adalah muatan total pada busur cincin. Misalkan
muatan per satuan panjang adalah ​λ​. Panjang busur yang membentuk sudut ​θ ​adalah ​a​θ ​di
mana satuan sudut adalah radian.

θ ​Dengan ​ ​λθ
demikian kita dapatkan ​ adq =
∫​
0
dan komponen medan arah
sejajar sumbu menjadi

E
=
y​

1​
4​πε ​o
λθ ​ cos ​ = ​ 1​
a​ r2​​ α ​ (4​πε ​ o a

λθ ​ +​ cos ​ (1.42)
ba​2 ​ 2​)​ α​
Untuk menentukan kuat medan yang tegak lurus sumbu, ada dua kasus yang harus
diperhatikan. Kasus pertama adalah jika panjang busur kurang dari setengah lingkaran. Dalam
kasus ini, tiap elemen busur tidak memiliki pasangan diameteris yang menghasilkan komponen
medan horisontal yang saling meniadakan. Semua elemen menguatkan medan total. Kuat
medan total menjadi
E​x
θ​

∫ ​dE s​ in ​α ​ 0

1
4​πε ​

θ​∫​ ​
o0

dq ​ sin ​ =
r2​ ​ α​
1​
4​πε ​ o

sin

​ q 0​
α ​r 2​ ​θ ​∫ d
Ban 1 Elektrostatika
=

1
πε ​
sin)(

a
λθ α ​4​o
=​ 1​
r ​2​ (4​πε ​ o a

λθ ​ +​ sin ​ (1.43)
ba​2 ​ 2​)​ α​
Jika panjang busur lebih dari setengah lingkaran, maka mulai ada pasangan diametris yang
menghasilkan medan arah horisontal yang saling meniadakan. Lihat ​Gambar 1.39​. Panjang
busur membentuk sudut ​θ​. Tampak dari ​Gambar 1.39​, dari busur yang ada, sebagian elemen
mempunyai pasangan diametris yang menghasilkan komponen medan arah horisontal yang
sama besar tetapi berlawanan arah. Hanya bagian busur lingkaran sepanjang 2π - ​θ ​yang tidak
memiliki pasangan diametri sehingga memberi kontribusi pada medan magnet total arah
horisontal. Dengan demikian, medan magnetik total arah horisontal adalah
dE​ = ​ dE s​ in ​α ​
x​ ∫​ =
1​
4​πε
o
2
π

-​
∫​
θ​ 0

dq ​ sin ​
α ​61 ​ r​2 ​ =
1​
4​πε ​ o

sin

α ​r 2​ 2
π​ θ​
-​
∫​dq ​ 0

=​ 1
4​πε ​
o
sin

α ​× ​ ​ π ​- ​θ ​
aλ 1
r ​2 ​ 2([ ​ )] ​= ​
4​πε ​o ​a
λ

π​ θ​ +
)2( ​ - ​ ( ​ba ​2 ​
sin ​
2​ )​ α ​(1.44)
Tampak dari persamaan (1.44), jika terbentuk lingkaran penuh maka ​θ ​= 2π dan medan total
arah horisontal nol.
Ban 1 Elektrostatika
θ
2​π ​- ​θ
2​π -​ ​θ
62 ​E​x
Gambar 1.39 ​Kuat medan listrik oleh busur cincin yang melebihi setengah lingkaran. Sebagian
elemen mempunyai pasangan diameteris sehingga medan arah horizontal saling menidakan.
Pertanyaan selanjutnya adalah ke manakah arah medan yang dihasilkan? Jelas komponen
sejajar sumbu meenjauhi cincin jika muatan cincin positif dan mengarah ke cincin jika muatan
cincin negatif. Komponen yang tegak lurus sumbu mengambil arah berdasarkan ukuran cincin.
Dengan mengacu pada Gambar 1.39 dan mempertimbangkan sifat simetri cincin maka arah
komponen medan horisontal dari tengah-tengah busur cincin mengarah ke pusat cincin. Jadi,
bagaimana menulis arah komponen medan horisontal sangat tergantung pada orientasi cincin.
Contoh 1.7
Dua buah setengah lingkaran diletakkan berdekatan dengan orientasi seperti pada ​Gambar

1.40​. Rapat muatan masing-masing setengah lingkaran tersebut adalah ​λ​1 ​dan ​λ​2 ​dan jari-jari ​a1​

dan ​a​2​. Kita ingin menentukan


​ ​ ari pusat lingkaran.
kuat medan pada jarak ​b d
Jawab
Pertama mari kita hitung kuat medan listrik arah ​y​. Pada kedua kasus tersebut kita dapatkan ​θ
=π.
E
1 ​y ​ =
1​
(4​πε ​ o

a​
2​1 ​ 11

πλ ​ cos ​
​ 2​ ​) ​
ba+ α ​1 J​ ika kita mengacu ke ​Gambar 1.40 ​maka jelas
Ban 1 Elektrostatika
cos ​
α
1​ = ​bba

1 ​2​+ 2​ ​sehingga kuat medan arah y yang dihasilkan busur pertama adalah

E
1​
1 ​y ​ = ​ 4​πε
o

2​1 2/32
​ ​63 ​8
a 1​ 1
πλ ​
(

​ ) Dengan
ba + ​ cara serupa maka kita dapatkan kuat medan arah y yang dihasilkan busur
kedua adalah
y​ = ​πε
λπ​
2 ​2​ ​ ​λ​1 ​λ2​
+ 2/32
a​1
a​2

E1x

E
a o​
1
8 4​

22 2 ​
(
ba )​ b


E2x
E​1y
E​2y
Gambar 1.40 ​Gambar untuk Contoh 1.7.
​ ​= π maka kita bebas menggunakan persamaan (1.43) atau (1.44) untuk menentukan
Karena θ
komponen ​x d​ ari medan. Besar komponen gaya arah tegak lurus sumbu yang dihasilkan
masing-masing kawat adalah
E
1 ​x ​ =
1​
(4​πε ​o
a​
11

πλ ​
ba1​
sin ​
2​
+ 2​ ​) ​ α ​1
Ban 1 Elektrostatika
Jika kita mengacu ke Gambar 1.40 maka jelas
sin ​
α
= ​a​1
1​

ba

1 2​
​ + 2​ ​Sehingga kuat medan arah x yang dihasilkan busur pertama adalah
x​ = ​πε ​E
πλ
1 2​

1 2​
​ ​ ​Dengan cara serupa maka kita dapatkan kuat medan arah x yang dihasilkan busur
+ 2/32
kedua adalah
22/32 ​2

64 ​1
a 1​

1​
(4​o
λπ​
ba )​ x​ ​= ​πε ​+ ​ Dengan memperhatikan ​Gambar 1.40 ​maka dua komponen tersebut saling
tegak lurus sehingga komponen total arah tegak lurus sumbu menjadi

2​2 2​
E

1
2​

a 2​

2​
(4​o
=​ 1
ba )​ EEE
​ ​x ​= ​2​1 ​x +
​ ​x ​ (4​

ε
o​ ba​1
a​ λ​ + ​a ​ λ ​ +​
2​ 1​+ ​2​ 1 232
​ ​() ​ 2 2​
​ 2​2 ​ba​2 2​​ 32 ​) ​Medan total sejajar sumbu adalah
EEE ​ = ​ + ​ = ​
y​ 1 ​y ​ 2 ​y ​ ε
2
o

⌈ ​│⌊​(
ba
​ + ​a
1 2​

11 ​ λ
+​
2/32 ​ () ​ a
22 ​ λ ​ba

2 ​2​+ ​2/32 ​) ⌉ │​⌋​1.7 Garis Gaya Listrik


Untuk menvisualisasikan medan listrik sehingga kita memiliki gambaran tentang besar maupun
arahnya, maka didefinisikan garis gaya
Ban 1 Elektrostatika
listrik. Garis gaya listrik adalah garis khayal yang keluar dari muatan positif dan masuk ke
muatan negatif. Setelah menggambarkan garis gaya listrik maka kita dapat mendefinisikan
medan listrik sebagai berikut
i. Besarnya medan listrik sebanding dengan kerapatan garis gaya per
satuan luas permukaan yang ditembus garis gaya ii. Arah medan listrik di suatu titik sama
sejajar dengan garis singgung
garis gaya pada titik tersebut.
C
A
EA​
65
EC​
B
Muatan
EB​
positif
Gambar 1.41 ​Ilustrasi garis gaya listrik.
Berdasarkan ​Gambar 1.41 ​maka kuat medan listrik di titik A lebih besar daripada kuat medan
listrik di titik B dan kuat medan listrik di titik B lebih besar daripada kuat medan listrik di titik C.
Jika kita memiliki luas permukaan tertentu dan ditembus oleh garis gaya dan karena kuat
medan listrik sebanding dengan kerapatan garis gaya maka dapat pula kita katakan bahwa
kuat medan listrik berbanding lurus dengan jumlah garis gaya yang menembus permukaan
tersebut. Dan karena kuat medan listrik juga berbanding lurus dengan besar muatan. Jadi kita
dapat simpulkan bahwa
Jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan berbanding lurus dengan muatan.
1.8 Hukum Gauss
Di samping menerapkan langsung hokum Coulumb, terdapat cara lain untuk menghitung
medan listrik. Salah satunya adalah hokum Gauss. Hukum Gauss merupakan metode yang
sangat efektif untuk mencari kuat medan listrik di sekitar muatan kontinu pada benda yang
memiliki simetri.
Namun, perlu diingat bahwa hukum Gauss berlaku untuk semua jenis permukaan, baik simetri
maupun tidak simetri. Namun, khusus untuk permukaan simetri maka penerapan hukum Gauss
menghasilkan
Ban 1 Elektrostatika
persamaan medan listrik dalam bentuk yang mudah. Kita akan menerapkan hukum Gauss
pada beberapa kasus. Namun, sebelum menerapkan hokum gauss mari kita pelajari dulu
beberapa definisi yang akan kita gunakan.
1.8.1 Fluks Listrik
Fluks listrik didefinisikan sebagai perkalian skalar (perkalian titik) antara vector kuat medan
listrik dengan vector luar permukaan yang ditembus oleh medan tersebut. ​Gambar 1.42
memperlihatkan medan yang menembus suatu permukaan.
о
E​
о​
A​ θ
Gambar 1.42 ​Definisi fluks listrik
о​ о
vector luas Pada permukaan ​Gambar 1.42 ​A​ . Perlu medan diingat listrik bahwa ​E​
menembus permukaan dengan arah vector luas permukaan tegak lurus dengan permukaan
tersebut. Fluks listrik yang melewati permukaan memenuhi
о​ о​
=Φ ​EAAE ​ • ​ = cos ​θ ​(1.45)
dengan
A ​adalah luas permukaan ​θ ​sudut yang dibentuk oleh medan listrik dan vector luas permukaan.
Jika permukaan yang ditembus medan terdiri dari sejumlah segmen,
maka fluks total sama dengan jumlah fluks pada masing-masing segmen. Contohnya, untuk
Gambar 1.43​, fluks total dapat ditulis sebegai
66
Ban 1 Elektrostatika

​ ​ E​о ​ Aо
​ ​ Eо
Eо ​ ​ θ ​ A​о​ A​о ​ θ
2​ 4​ 1​ 3​ 1​67 ​ 2​ 2​ 3​

θ
3​

A​о ​ θ ​
4​ 4​ 1​Gambar 1.43 ​Medan listrik menembus sejumlah segmen permukaan
Φ = Φ ​ Φ+ ​ Φ+ ​ Φ+ ​ ​ ​
AEAEAEAE о о​ о​ о​ о​ о​ о​ о ​ = ​AE ​ cos ​θ ​ +
1​ 2​ 3​ 4​ =​ 1​•​ 1​ +​ 2​ •​ 2​+​ 3​ •​ 3​ +​ 4​•​ 4​ 11 ​ 1​

AE ​ cos ​θ ​ + ​AE ​ cos ​θ ​ + ​AE ​ cos ​θ ​


22 ​ 2​ 33 ​ 3​ 44 ​ 4 ​di mana ​Ei​ ​adalah medan yang memebus
permukan ​A​i​. Jika jumlah segmen permukaan ada ​N b
​ uah, maka fluks total yang melewati
seluruh permukaan dapat ditulis sebagai
Φ
= ​∑​о

​ ​∑​= N
• о ​= = ​ i​

AE ​
i i ​1

N​i

AE ​ cos​θ ​(1.46)
iii ​1 ​

Dalam kasus umum di mana permukaan yang dikenai medan listrik adalah permukaan
sembarang dan kuat serta arah medan listrik juga sembarang maka fluks yang melewati
permukaan ditentukan dengan integral sebagai berikut
Φ = ​ E c​ os ​θ ​dA ​(1.47)
∫​
1.8.2 Fluks Pada Permukaan Tertutup
Fluks ada karena adanya garis gaya. Garis gaya keluar dari muatan
Ban 1 Elektrostatika
positif. Lokasi ujung dari garis gaya ada dua kemungkinan, yaitu pada jarak tak berhingga dari
muatan positif atau pada muatan negative. ​Gambar 1.44 ​adalah ilustrasi sifat garis gaya
tersebut. Ketika bertemu muatan negatif, maka garis yang dihasilkan muatan positif berakhir di
muatan negatif.
Gambar 1.44 ​(i) muatan positif berada di luar permukaan tertutup, (ii) muatan negatif berada di
luar permukaan tertutup, (iii) muatan positif di luar permukaan tertutup dan muatan negatif di
dalam permukaan tertutup, (iv) muatan negatif di luar permukaan tertutup dan muatan positif di
dalam permukaan tertutup.
Sekarang kita analisis sejumlah sifat fluks listrik yang melewati permukaan tertutup.
i. Misalkan di sekitar sebuah muatan positif terdapat permukaan tertutup. Muatan tersebut
berada di luar permukaan tertutup. Garis gaya yang dihasilkan oleh muatan tersebut yang
masuk pada sisi depan permukaan
68

Anda mungkin juga menyukai