Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Pengetahuan Sekolah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Pengetahuan

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 / KA

S1 ILMU PERPUSTAKAAN
ANGKATAN 2020

FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NAMA ANGGOTA:
1. Alza Aulya Fitriani (200214606823)
2. Annisa Nur Hasanah (200214606824)
3. Deandra Nurfias Satikyah (200214606863)
4. Desilva Rosa Amanda (200214606807)
5. Dwi Anggita Puspita Rani (200214606833)
6. Ervy Heryana Putri (200214606813)
7. Jeni Natasya (200214606808)
8. Laily Khoiri Syafiya (200214606806)
9. Miftachur Rochmah (200214606845)
10. Nur Lailatul Oktavia Indah (200214606832)
11. Salsabila Zahra Safira (200214606802)
12. Sayyida Nafisa Syakir (200214606830)
13. Venita Niken Ardiyanti (200214606810)
14. Yustriana (200214606840)
ABSTRAK
Pada dunia pendidikan perpustakaan adalah tempat sumber informasi. Dimana fungsi
dari perpustakaan sendiri yaitu perpustakaan sebagai sumber belajar bagi para pendidik serta
siswa. Maka dari itu perpustakaan sekolah harus meningkatkan kualitas. Manajemen
perpustakaan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas sebuah perpustakaan. Misalkan
saja meningkatkan minat baca. Manajemen sebuah perpustakaan sangat penting dilakukan
oleh perpustakaan, baik itu perpustakaan umum,ataupun perpustakaan sekolah. Dengan
manajemen perpustakaan ini sebuah perpustakaan dapat mengetahui hal apa saja yang harus
ditingkatkan.

Keyword: Perpustakaan sekolah, Manajemen perpustakaan, Perpustakaan.

PENDAHULUAN
Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) adalah suatu rangkaian kegiatan
yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan,
menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan Kembali, dietahui, dan
dipelajari di dalam organisasi. Adapun pengertian manajemen pengetahuan menurut para ahli.
Menurut McShane & Von Glinow (2008), manajemen pengetahuan meliputi beberapa aktivitas
tersusun yang meningkatkan kapasistas organisasi mendapatkan, membagi,dan menggunakan
pengetahuan dalam cara yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan kesuksesan.
Sedangkan menurut Townley (2001) mengartikan manajemen pengetahuan sebagai
seperangkat proses menciptakan dan berbagi pengetahuan ke seluruh organisasi untuk
mengoptimalkan misi dan tujuan organisasi.

Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System) memainkan


peranan penting dalam menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan dan menyebarkan
pengetahuan tersebut diantara selurh anggotanya. Sehingga perpustakaan tidak akan
kehilangan pengetahuan yang ada, bahkan dapat mengorganisir dan memanfaatkannya dalam
pembangunan inteligensi perusahaan. Manajemen pengetahuan juga bisa dikatakan sebuah
proses menciptakan, membagikan, menggunakan, dan mengelola suatu pengetahuan dan
informasi dari sebuah organisasi. Kehadiran KM dalam sebuah perpustakaan membawa
dampak yang signifikan untuk suksesnya sebuah perusahaan dalam menjalankan fungsinya dan
menacapai tujuannya.
Sedangkan menurut APQC, Manajemen pengetahuan adalah pendekatan sistemik
untuk membantu informasi dan pengetahuan muncul dan mengalir ke orang yang tepat pada
waktu yang tepat untuk menciptakan nilai. Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi
pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI). Perkembangan
teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam konsep manajemen
pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan
teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai manajemen pengetahuan tidak lepas
dari pengelolaan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana kami melakukan kegiatan


literasi artikel serta sumber informasi lain.Dengan demikian pendekatan kualitatif ini sangat
efisien digunakan. Selain itu penelitian ini dipaparkan dalam bentuk deskriptif yaitu gambaran
mengenai manajemen pengetahuan perpustakaan sekolah. Sedangkan metode penelitian ini
yaitu metode studi kasus. Penelitian kualitatif ini dilakukan apabila data emoiris yang
didapatkan bukan berupa angka. Peneliti juga melakukan observasi dengan tujuan mengetahui
seberapa banyak perpustakaan sekolah yang menggunakan manajemen pengetahuan.

Menurut Stake (1995) dalam creswell (2010:20) studi kasusu merupakan strategi
penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Maka dari itu penelitian ini menggunakan metode
studi kasusu agar penelitian ini dapat dilakukan secara cermat dan tepat sasaran tentang
aktivitas yang dilakukan oleh Perpustakaan sekolah tentang manajemen pengetahuan yang ada
di sekolah tersebut.Sunjbek dari penelitian ini adalah individu dan instasi yang dapat dijadikan
sebagi sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data.Harapan dengan adanya
kegiatan penelitian ini dapat menjadikan manajemen pengetahuan yang ada diperpustakaan
sekolah dapat berkembang dengan baik dan terstruktur dengan jelas. Selain itu dengan adanya
manajemen pengetahuan di perpustakaan sekolah ini para pustakawan yang berada di
perpustakaan sekolah ini dapat mengkoordinasikan suatu perpustakaan dengan baiki.
PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan ialah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh


organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam
organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk
mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan
kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi. Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi
pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) dalam tujuannya untuk
mencapai organisasi

Perkembangan teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam


konsep manajemen pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai
oleh penguasaan teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai manajemen
pengetahuan tidak lepas dari pengelolaan. Perpustakaan Sekolah sebagai lembaga informasi
yang melayani kebutuhan seluruh siswa/siswi dalam melakukan proses KM. Manajemen
Pengetahuan (manajemen pengetahuan) berkaitan dengan upaya meningkatkan kinerja dan
pembelajaran organisasi, melalui pemaksimalan penggunaan pengetahuan, memahami dan
menerapkan pembelajaran.

Ada 2 jenis pengetahuan yaitu:

1. Pengetahuan Eksplisit Jenis pengetahuan ini dapat diproses dengan sistem informasi dapat
dikodifikasikan dan dicatat, dapat diarsipkan dan dilindungi. Contoh: manual, buku, laporan,
dokumen, surat, file-file elektronik.

2. Pengetahuan Tacit Jenis pengetahuan ini ada di “kepala orang”, tidak diwujudkan atau
didokumentasikan. Contoh: gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran.

Pengetahuan eksplisit dan tacit saling bertautan dalam proses manajemen pengetahuan
sehingga yang menjadi kunci utama dalam manajemen pengetahuan adalah berbagi
pengetahuan yang ada (knowing what you know) dan pengetahuan untuk inovasi (creating and
converting).

B. Manajemen pengetahuan di Perpustakaan Sekolah


Menurut Uhar Saputra (tt), tema utama dari manajemen pengetahuan adalah
pembelajaran, pengembangan/sharing, penempatan orang di tempat yang tepat dan waktu yang
tepat, pembuatan keputusan yang efektif, kreativitas, membuat pekerjaan jadi lebih mudah,
dan mendorong tumbuhnya bisnis baru dan nilai bisnis.

Dalam kerangka ekologi sekolah, manajemen pengetahuan harus menguji sejumlah


besar data yang mereka kumpulkan, bagaimana mengubah data menjadi informasi yang
bermakna, dan bagaimana informasi menjadi pengetahuan untuk mempertahankan pemikiran
pengambilan keputusan pendidikan. Sejalan dengan pemikiran di atas, Zulkarnaen (2011)
menyatakan bahwa suatu organisasi dapat tetap eksis jika organisasi itu dapat selalu
beradaptasi terhadap tuntutan lingkungannya. Proses adaptasi itu pada hakekatnya adalah suatu
proses pembelajaran yang harus dilakukan oleh organisasi itu untuk selalu dapat menghasilkan
kinerja lebih baik dan nilai-tambah terhadap produknya (barang atau jasa). Penerapan
Manajemen pengetahuan akan memfasilitasi (mungkin dapat dikatakan memaksa ) anggota
organisasi untuk selalu melanjutkan proses pembelajaran dalam hidupnya.

Pentingnya manajemen pengetahuan dapat dilihat juga dari sisi bergesernya teori
pembangunan ekonomi, yaitu dari teori konvensional yang bertumpu pada modal phisik
(pabrik dan alat produksi) ke teori komtemporer yang bertumpu modal manusia (human capital
/ intellectual capital) yang dikenal dengan knowledge based economy (Mulyono, 2010). Dari
pergeseran ini pendidikan menempati posisi terpenting dalam upaya meningkatan
produktivitas, karena pendidikan melahirkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi,
pengetahuan, dan keterampilan, serta kreativitas yang memadai. Tenaga kerja yang demikian
itulah yang dikenal juga sebagai tenaga kerja yang memiliki kapabilitas memadai. Menurut
Wibiwo (2012), tantangan dalam membangun kapabilitas antara lain: mengubah cara berpikir
dan berperilaku, merancang pengalaman yang mendukung penemuan diri, pengalaman
sebelumnya merupakan bentuk pembelajaran. Oleh karenanya untuk menciptakan pendidikan
yang mampu membangun dan menciptakan kapabilitas manusia/tenaga kerja diperlukan
manajemen pengetahuan di dunia pendidikan, termasuk sekolah.

Menurut Leung (2010), ada tiga alasan utama mengapa mengadopsi manajemen pengetahuan
dalam pendidikan (sekolah), yaitu: Pertama, dapat memakai keahlian guru berpengalaman dan
berbagi dengan yang lain, terutama guru baru. Dengan demikian praktek terbaik dapat
diperoleh dan dibagi diantara guru, Kedua, dapat meningkatkan efektivitas dalam kaitannya
dengan kinerja belajar-mengajar sekolah. Hal ini menyediakan rancangan kerja dan memberi
kecerdasan bersaing kepada guru. Untuk Pendidikan, faktor bersaing yang pentingadalah untuk
mencapai outcome dan meningkatkan hasil belajar murid, dan Ketiga, manajemen pengetahuan
mendukung pengembangan dari komunitas pengetahuan pada sekolah dan menaruh budaya
organisasi pembelajaran. Hal ini akan meningkatkan pembelajaran serta mengelola secara sah
hak milik intelektual sekolah.

Dalam upaya mengoptimalisasi penerapan manajemen pengetahuan di sekolah dapat


melibatkan proses interaksi yang terkonversi ke dalam bentuk sosialisasi, eksternalisasi,
combinasi dan internalisasi, bentuk aktivitas dan pengembangannya adalah :

a. Sosialisasi

Proses sosialisasi dapat dilakukan dengan pertemuan tatap muka atau diskusi yang dilakukan
oleh semua guru kelas, guru mapel dan tenaga kependidikan di setiap awal tahun, setiap pekan
dan forum diskusi, dalam upaya terjadinya knowledge sharing antar individu. Adanya forum
ini dapat dijadikan sebagai media bagi guru dan tenaga kependidikan dalam upaya
menyampaikan gagasan atau ide terkait perkembangan dinamika pendidikan di era sekarang.
Organisasi dapat menyerap informasi atau organisasi semakin mampu belajar serta melahirkan
ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Misalnya brain storming tentang kesulitan proses belajar
mengajar, kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran, dinamika perubahan kurikulum,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dll.

Bentuk lainnya, bisa dengan cara mengikutsertakan guru dan tenaga kependidikan dalam
kegiatan pelatihan/ diklat, kemudian guru atau tenaga kependidikan yang tersebut diwajibkan
untuk mempresentasikan hasil diklat/ seminar di forum-forum yang telah disediakan.

b. Eksternalisasi

Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge yang


membutuhkan penyajian pengetahuan tacit ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat
dipahami oleh explicit knowledge orang lain.

Dengan diadakannya seminar dapat memunculkan ide, gagasan dan informasi baru bagi setiap
individu di setiap anggota warga sekolah. Dari kegiatan tersebut guru atau tenaga kependidikan
diharapkan bisa mendokumentasikan (baik dalam bentuk notulen, laporan, atau mind maping)
agar bisa tercipta sebuah gagasan atau konsep yang jelas. Sehingga bisa dimanfaatkan bagi
organisasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai individu dan kelembagaan.
c. Kombinasi

Kombinasi merupakan konversi explicit knowledge ke dalam bentuk himpunan yang lebih
kompleks melalui sistematika dan pengaplikasian pengetahuan eksplisit dan informasi dari
kelompok ke organisasi.

Proses kombinasi dapat dilakukan melalui budaya berkarya dengan mendorong pendidik untuk
mendukung siswanya untuk mencipkatakan karya karya seperti jurnal, cerpen, puisi dll
kemudian sekolah dapat mendokumentasikan hasil-hasil tersebut menjadi senuah dokumen,
laporan atau tulisan.

d. Internalisasi

Internalisasi merupakan konversi dari pengetahuan eksplisit ke dalam pengetahuan tacit


anggota organisasi, yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri,
sehingga menjadi tacit knowledge yang baru dari organisasi ke individu.

Dalam proses internalisasi lembaga dapat mencatat dan mengumpulkan dokumen, data,
informasi dan knowledge dari setiap evaluasi laporan pendidikan serta tenaga kependidikan,
agar kemudian bisa dibaca oleh orang lain. Pada proses ini diharapkan setiap individu
mengalami peningkatan dalam knowledge sumber daya manusia.

C. Strategi Implementasi Manajemen Pengetahuan

Perpustakaan untuk mempertahankan eksistensinya melakukan berbagai inovasi atau


terobosan baru untuk menciptakan sistem yang lebik efektif dan efisien, serta memiliki daya
saing yang tinggi. Karena itulah perpustakaan harus mengetahui strategi manajemen
pengetahuan yang sesuai di implementasikan dalam perpustakaanya. Strategi yang dapat
dilakkan oleh perpustakaan adalah:

1. Macro Environment Perpustakaan dapat melihat faktor-faktor eksternal seperti


globalisasi dan teknologi.

2. Organizational Climate Lingkungan organisasi perpustakaan mampu melihat strktur


formal, tujuan yang akan dicapai serta budaya di lingkungan perpustakaan itu
sendiri.

3. Technical Climate Infrastuktur perpustakaan sangat mempengaruhi perpustakaan


untuk berubah dan melihat kebutuhan pengguna atau user.
4. Technical, Informational, Personal Memberikan motivasi kepada bawahan sangat
dibutuhkan sehingga SDM dalam menjalankan tugasnya mampu berkompetisi
dengan organisasi lain.

KESIMPULAN

Manajemen pengetahuan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang digunakan


organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam
organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk
mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan
kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.

Perpustakaan sekolah sebagai sarana pengetahuan bagi siswa harus menerapkan


manajemen pengetahuan agar dapat terus berkembang dan dapat melayani apa kebutuhan
pemustakanya. Dalam upaya mengoptimalisasi penerapan manajemen pengetahuan di sekolah
dapat melakukan transfer pengetahuan tacit dan explicit yang berupa sosialisasi, eksternalisasi,
kombinasi dan internalisasi. Serta menerapkan strategi menejemen pengetahuan untuk
mempertahankan eksistensinya melakukan berbagai inovasi atau terobosan baru untuk
menciptakan sistem yang lebik efektif dan efisien, serta memiliki daya saing yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarno. 2012. Manajemen Pengetahuan Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah. Pekbis Jurnal,
Vol.4, No.2, Juli 2012: 85-94
Hidayatullah, Lovita I. 2020. PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI
SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF (SD MUTUAL) KOTA
MAGELANG http://eprints.ums.ac.id/82984/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses pada
5 Novermber 2021
Asni, Dianita.Yusuf, Pawit.Kusnandar. 2012. Implementasi Knowledge Management pada
Penggunaan Software Alexandria Library.1 (1).1-10.
https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/1245. Diakses pada 5 November 2021.
Charolina, Yanti.2020. Implementasi Knowledge Mangement dana Analisis SWOT di Sekolah
Menengah Atas (SMA).3(1).51-58 https://journal.ubm.ac.id/index.php/jbase/article/view/2063.
Diakses pada 5 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai