Anda di halaman 1dari 23

KNOWLEDGE MANAGEMENT SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN LEARNING ORGANIZATION


DI LEMBAGA PENDIDIKAN
Adi Putra
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: adiputra352@yahoo.com

Abstract
The simple of the knowledge is the capacity take an action, so that knowledge is associate
with five categories: Data, Information, Knowledge, Understanding, and Wisdom. The
purpose of Knowledge Management there are three, namely: Business Vendor’s Perspective,
Management prespective, and Hands-on operational perspective. There are two types of knowledge
in organisation learning, first, Tacit knowledge. Second, Explicit Knowledge. And there are
also Knowledge Management process in organisation learning; socialization, externalization,
combination and internalization. There are also contributing factor in the success of Knowledge
Management learning organization in educational institutions. First human factors, second
factors of leadership, third technology, four organizations, and the fifth learning organization

Abstrak
Yang paling sederhana mengenai pengetahuan adalah kapasitas untuk melakukan
tindakan, sehingga knowledge dikaitkan dengan lima kategori yaitu: Data, Informasi,
Knowledge, Understanding, dan Wisdom. Tujuan dari manajemen pengetahuan ada tiga yaitu;
Business Persfective, Management Prespective, dan Hands-on operasional perspective. Ada dua
tipe pengetahuan dalam organisasi pembelajaran, pertama, Tacit knowledge. Kedua, Explicit
Knowledge. Dan ada juga proses manajemen pengetahuan dalam organisasis pembelajaran;
sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Ada juga faktor pendukung keberhasilan
manajemen pengetahuan dalam organisasi pembelajaran di lembaga pendidikan. Pertama
120 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

faktor manusia, kedua faktor kepemimpinan, ketiga teknologi, keempat organisasi, dan yang
ke lima organisasi pembelajaran
Kata Kunci: Knowledge Management, Learning Organization

A. Pendahuluan
Pembahasan tentang Knowledge Management (manajemenen pengetahuan)
mulai mengemuka sejak tahun 1990-an yang diprakarsai oleh para praktisi
bisnis. Kenapa Knowledge Management ini sangat penting? Salah satu alasan yang
mendorong atau memotivasi orang-orang untuk melakukan kajian tentang
Knowledge Management adalah karena disadari bahwa aspek pengetahuan
merupakan modalitas penting yang tidak bisa diabaikan dalam dunia bisnis
maupun pendidikan. Selain itu karena kedudukan pengetahuan di era
informasi ini setara dengan keberadaan energi pembangkit listrik di era
industri. Di era informasi saat ini paradigma tentang modal mulai berkembang.
Dahulu ruang lingkup modal berkisar pada modal finansial, infrastruktur,
dan pada entitas-entitas benda lainnya. Tetapi kini modal intelektual disadari
merupakan modal sangat penting yang dapat mendongkrak nilai tambah suatu
perusahaan atau lembaga pendidikan. Para akademisi dalam membangun
landasan bisnis yang mengedepankan intellectual capital (modal intelelektual).
Mereka menganggap “knowledge is power”, dan “information is power” yang sering
didengungkan para praktisi bisnis dunia. Salah satu contoh adalah Bill Gates
yang termasuk 10 orang tekaya didunia, dia mengatakan bahwa bisnis yang
bermodal intelektual adalah keniscayaan yang harus dijalani di era saat ini.
Sebab pemenang persaingan di era global ini adalah mereka yang menguasai
informasi dan pengetahuan dan mampu memberdayakannya.
Tujuan mendasar manajemen pengetahuan adalah mendorong
terciptanya pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut memberi kemampuan
kepada organisasi untuk senantiasa memiliki daya saing. Pengetahuan
yang tercipta selanjutnya dapat dibagi dan ditransfer baik antar karyawan,
kelompok, maupun seluruh organisasi. Organisasi yang menerapkan
manajemen pengetahuan akan senantiasa mendorong pembelajaran supaya
berlangsung dengan efektif, karena organisasi yang belajar akan senantiasa
memiliki kesiapan untuk menghadapi perubahan dalam dalam menghadapi
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 121

kondisi persaingan yang tidak dapat di prediksi sebelumnya. Oleh karena


itu, pembelajaran dalam konteks manajemen pengetahuan sangat strategis
kedudukannya.1
Era globalisasi menuntut lembaga pendidikan semakin berkualitas
kedepannya agar penerus-penerus bangsa yang tercipta pun adalah penerus
bangsa yang sangat berkompeten dan berkualitas. Untuk itu diperlukan
kreativitas lembaga pendidikan yang diperoleh melalui manajemen
pengetahuan. Kebutuhan akan informasi dalam era globalisasi sekarang ini
semakin tinggi, oleh karena itu diperlukan suatu terobosan baru yang dapat
memudahkan perolehan informasi. Seiring dengan hal itu, berbagai cara dan
metode dilakukan untuk mengembangkan informasi pengetahuan tersebut
bagi masyarakat. Salah satunya dengan model Knowledge Management yang
mengikut sertakan teknologi informasi di dalam pengolahan pengetahuan.
Melalui proses Knowledge Management yang baik, sumber daya manusia di
lembaga pendidikam akan mampu bersaing dengan sumber daya manusia
yang ada di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

B. Pengertian Knowledge Management


Dalam Kamus Ilmiah Populer, di sana manajemen diartikan sebagai
pengelolaan usaha; kepengurusan, dan ketatalaksanaan pengunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.2 Sebelum kita
mengkaji lebih dalam tentang manajemen pengetahuan, penulis akan mencoba
memberikan tiga konsep dasar pengetahuan antara lain adalah:

1. Data merupakan kumpulan data-data mentah, yang berupa gambar,


simbol-simbol, dan angka yang disajikan tanpa suatu konteks. Yang ia
berasal dari hasil observasi, eksperimen, atau kalkulasi
2. Informasi adalah data di dalam satu kontektual tertentu, ia merupakan
kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi dan
berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa-
peristiwa, atau proses tertentu data yang diproses agar dapat

Sangkala, Knowledge Management (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 278.
1

Windi Novia, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Wipress, 2009), hlm. 298.
2
122 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

dimanfaatkan, karena informasi menjawab tentang who, what, when, dan


where. Data yang telah tersusun dan disertai dengan referensi terhadap
suatu hubungan konteks yang mempunyai arti, untuk membantu
pengambilan keputusan
3. Knowledge adalah informasi yang telah di organisasi, disintesiskan,
diringkaskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau
pemahaman aplikasi, data dan informasi untuk menjawab pertanyaan
how yang dilengkapi dengan pemahaman pola hubungan dari informasi
disertai pengalaman, baik individu maupuk kelompok dalam organisasi.3

Akan tetapi lain halnya menurut Davidson and Voss (2002), untuk
memahami perbedaan antara data, informasi dan knowledge dengan baik, kita
harus dapat menggarisbawahi nilai hierarkinya. Informasi merupakan data yang
disaring (distilled) dan dimaknai. Demikian pula knowledge adalah informasi
yang disaring dan dimaknai. Dengan cara yang sama, data diberi makna
sehingga berubah menjadi informasi. Informasi ditambahkan tujuan untuk
diubah menjadi knowledge, yang bisa dituliskan ke dalam bentuk persamaan,
yakni; (knowledge = informasi + tujuan).4
Oleh karena itu, di dalam kontektual teknologi informasi, knowledge
sangat berbeda dengan data dan informasi. Di mana data adalah kumpulan
fakta-fakta, hasil pengukuran dan statistik sedangkan informasi adalah data
yang terorganisasi dan merupakan hasil suatu proses yang tepat waktu dan
akurat. Sedangkan knowldege adalah informasi yang kontektual, relevan dan
dapat menjadi sebuah tindakan.
Adapun sumber-sumber pengetahuan dapat dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu; aset pengetahuan (knowledge capital), aset sosial (social capital) dan aset
infrastruktur (infrastructure capital).5

3
M.R. Khairul Muluk, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah
(Malang: Bayumedia, 2008), hlm. 22-23.
4
Lim Bui Ho, dkk. “Penerapan Knowledge Management System Pada Perusahaan Bisnis
Konsultasi PT. Piramedia Sejahtera Abadi (Red Piramid” Jakarta “ Universitas Bina Nusantara, 12
Mei 2008), hlm. 18-19.
5
Ratna Indriyati, “Kajian Knowledge Management dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Karyawan” Surabaya” 28 Desember 2012, hlm. 7-8.
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 123

1. Aset pengetahuan (knowledge capital)


Aset pengetahuan boleh jadi tersimpan, atau terletak pada pekerjaan
rutin, proses dan prosedur, peran jabatan dan pertanggung-jawaban,
dan struktur organisasi. Pengetahuan yang tersimpan dalam sistem
ini digunakan secara reguler untuk melaksanakan tugas atau langkah-
langkah proses pekerjaan secara konsisten.

2. Aset Sosial (Social Capital)


Aset sosial sebagai sejumlah sumberdaya yang potensial dan aktual yang
tersimpan dalam, tersedia melalui, dan diperoleh dari jaringan antar
hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori aset
sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan
sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset
pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka. Social capital itu
bersifat multidimensional dan mencakup berbagai atribut seperti
budaya, kepercayaan, pertukaran, konteks dan jaringan informasi. Social
capital penting sebagai sumber pengetahuan untuk perusahaan, sebab
ia memberi fasilitas penciptaan dan transfer pengetahuan.

3. Aset Infrastruktur (Infrastructure Capital)


Dimaklumi secara umum, bahwa kekuatan layanan informasi tergantung
pada ketersediaan infrastruktur informasi yang dapat memenuhi
permintaan akan pertukaran dan manipulasi informasi melalui jaringan
kepada pengguna yang terpisah secara geografis. Infrastructur capital
mencakup sumber-sumber pengetahuan fisik suatu perusahaan, seperti
jaringan LAN/WAN, file server, network, Intranet, PC, dan aplikasinya.
Singkatnya, semua infrastruktur teknologi informasi dapat dikatakan
sebagai bagian dari infrastructur capital. Tetapi tidak berhenti sampai di
sini, infrastructur capital juga mencakup struktur organisasi, pembukuan
atau pemberkasan, peran pertanggung jawaban, dan lokasi kantor
secara geografis yang menyediakan sarana fisik dalam berbagai pasar.
Sumberdaya ini secara rutin ditopang oleh organisasi dengan tugas
keseharian, baik administrasi maupun operasional.
124 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

Tidak ada kesepakatan tentang apa pengetahuan itu. Oleh karena


itu, belum ada definisi standar dari Knowledge Management. Banyak ilmuan
yang menyamakan pengetahuan dengan informasi, dan ada pula yang
membedakannya Setiap pakar Knowledge Management mempunyai pendekatan
yang berbeda terhadap Knowledge Management itu sendiri. Berikut adalah
definisi Knowledge Management dari berbagai tokoh:6

1. Menurut Wenig, informasi bukanlah pengetahuan, tetapi


dikomunikasikan melalui sistem kognitif. Sistem kognitif bisa berupa
atau dimiliki oleh individu, kelompok, suatu organisasi, sistem komputer
dan kombinasi dari semua itu. Informasi dan pengetahuan saling
berhubungan tetapi tidak berarti equivalen. Kadang-kadang informasi
menyediakan bahan bagi pengetahuan, demikian juga sebaliknya.
2. Davenport dan Prusak membedakan pengertian antara data, informasi
dan pengetahuan yaitu: “knowledge is neither data nor information, though
it related to both, and the differences between these terms are often a matter
of degree”.
3. Buckland mengatakan bahwa information as knowledge, ia jelas
menyamakan informasi dengan pengetahuan atau sekurang-kurangnya
menganggap informasi sebagai pengetahuan.
4. Sedangkan Addleson melihat knowledge dari dua sudut pandang:
pertama, pengetahuan sebagai sesuatu wujud fisik dan digambarkan
sebagai suatu aset. Kedua, pengetahuan sebagai suatu proses, dan tercipta
ketika seseorang berinteraksi dan sharing pengetahuan dengan orang
atau kelompok lain.

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,


berdasarkan panca indra, dan oleh akal budi secara spontan, dan kesesuaian
antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada
objek.7 Dengan demikian, dapat kita pahami mengapa konsepsi pengetahuan
bisa menimbulkan masalah tersendiri dalam manajemen pengetahuan. Dari

6
Ibid., hlm. 2.
7
Waryani Fajar Riyanto, Filsafat Ilmu Topik-Topik Epistimologi (Yogyakarta: Integrasi
Interkoneksi Press, 2006), hlm 552.
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 125

penjelasan di atas, semakin jelas bahwa pengetahuan adalah hal yang berbeda
dari data dan informasi, meskipun masih juga terkait antara yang satu dengan
lainnya. Pada dasarnya pengetahuan mencakup dua jenis yaitu tacit dan
explicit. Ia bersifat pribadi dan melekat dalam berbagai hal dalam organisasi.
Pengetahuan juga merupakan aset yang penting bahkan menjadi aset utama
bagi organisasi atau lembaga pendidikan
Oleh karena itu, definisi tentang Knowledge Management pun berbeda-
beda tergantung siapa yang mendefinisikan dan dalam konteks apa definisi
tersebut diterapkan:

1. Orwicth dan Armacost dalam buku Sangkala yang berjudul


Knowledge Management mengatakan manajemen pengetahuan adalah
sebagai pelaksanaan, penciptaan, penangkapan, pentransperan, dan
pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan
untuk membuat keputusan yang lebih baik dan bertindak dengan tepat,
serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi bisnis.8
2. Davidson dan Voss mendefenisikan manajemen pengetahuan sebagai
system yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan,
pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja
perusahaan. Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa manajemen
pengetahuan merupakan suatu proses yang menyediakan cara, sehingga
perusahaan dapat mengenali dimana asset intelektual kunci berada,
menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan.9
3. Batgerson sebagaimana dikutip dalam Ismail Nawawi, ia mengatakan
bahwa manajemen pengetahuan adalah suatu pendekatan yang
sistematik untuk mengelola aset intelektual dan informasi lain, sehingga
memberikan keunggulan bersaing bagi perusaan.
4. De Long dan Seemann mereka berpendapat bahwa manajemen
pengetahuan merupakan sebagai pengembangan alat, proses, sistem,
struktur, dan kultur yang secara implisit meningkatkan kreasi,
penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan yang penting bagi
pengambilan keputusan.

8
Sangkala, Knowledge Management (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 6.
9
Ibid., hlm. 7.
126 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

5. Sedangkan Tannebaun menawarkan defenisi berikut ini yang dapat


dijadikan sebagai suatu consensus sehingga kita dapat pemahaman
yang lebih komprehensif terhadap defenisi manajemen pengetahuan;10
a. Manajemen pengetahuan mencakup pengumpulan, penyusunan,
penyimpanan dan pengaksesan informasi untuk membangun
pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat dengan mengunakan
teknologi informasi yang berupa komputer atau laptop yang dapat
mendukung manajemen pengetahuan.
b. Manajemen pengetahuan mencakup berbagai pengetahuan
(sharing knowledge). Karena tanpa berbagi pengetahuan, usaha
dari manajemen pengetahuan akan menggagalkan kultur dari
perusahaan. Kultur dan aspek sosial dari manajemen pengetahuan
adalah tantangan yang signifikan.
c. Manajemen pengetahuan terkait dengan pengetahuan orang.
Karena pada suatu saat nanti organisasi atau lembaga pendidikan
akan membutuhkan orang yang kompeten dan ahli untuk
memahami dan memanfaatkan informasi dengan efektit dan
efisien.
d. Manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektifitas
organisasi. Kita berkonsentrasi dengan manajemen pengetahuan
karena kita yakin bahwa manajemen pengetahuan dapat
memberikan kontribusi kepada vitalitas dan kesuksesan suatu
perusahaan maupun suatu lembaga pendidikan.

C. Peranan, Tujuan, dan Manfaat Manajemen Pengetahuan


Peranan manajemen pengetahuan semakin dibutuhkan dari berbagai
aspek, baik dalam dunia bisnis maupun pendidikan yang dapat dilihat dari
sebagai berikut:

1. Basis untuk melahirkan inovasi


2. Meningkatkan respons aktivitas terhadap kebutuhan pelanggan
(customer) dan stakeholder.

Ibid., hlm. 8-9.


10
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 127

3. Meningkatkan produktifitas dan kompetensi yang telah diberi tugas


dan tanggung jawab
4. Menigkatkan daya saing dalam perusahaan maupun di lembaga
pendidikan

Berkaitan dengan tujuan manajemen pengetahuan, Karl Wiig melihat


Knowledge Management dari tiga persfektif dengan perbedaan dari sisi horizon
dan tujuan:11

1. Business Persfective, yaitu lebih berfokus kepada mengapa, dimana,


dan untuk apa perusahaan harus berinvestasi atau memanfaatkan
pengetahuan.
2. Management Prespective, yaitu berfokus kepada penentuan,
pengorganisasian, pengarahan, memfasilitasi, dan memonitor
pengetahuan terkait dengan praktik dan aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai strategi dan tujuan bisnis yang diinginkan.
3. Hands-on operasional perspective, yakni berfokus kepada penerapan
keahlian untuk menyalurkan explicit knowledge terkait dengan pekerjaan
dan tugas-tugas. Berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan harus juga
melakukan pemrosesan pengetahuan.

Sedangkan keuntungan atau manfaat dari manajemen pengetahuan


di dalam organisasi maupun di lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan


2. Meningktkan kualitas penanganan pelanggan
3. Mempercepat respon terhadap isu-isu yang berkembang
4. Meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh para karyawan maupun
tenaga pendidikan di lembaga pendidikan
5. Meningkatkan produktifitas
6. Meningkatkan profit
7. Meningkatkan berbagai praktik terbaik
8. Mengurangi biaya

Ibid., hlm. 35-36.


11
128 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

9. Meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan maupun di lembaga


pendidikan
10. Cara kerja yang jauh lebih baik
11. Meningkatkan pangsa pasar
12. Menciptakan peluang baru
13. Menyempurnakan pengembangan produk baru
14. Meningkatan mutu proses, mutu produk dan layanan

Bagi perusahaan maupun lembaga pendidikan yang telah menjadikan


sumber daya pengetahuan sebagai basis daya saingnya, paling tidak ada
beberapa karakteristik yang dapat diamati. Hal ini penting karena agar lebih
muda membedakan antara pengesahaan tradisional atau konvensional dengan
perusahaan yang berbasis pengetahuan.

D. Knowledge Management Upaya Pengembangan Learning Organization di


Lembaga Pendidikan
Beberapa penulis memberikan definisi berbeda-beda tentang organisasi
pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

1. Organisasi pembelajaran terjadi melalui pembagian (shared) wawasan


dan pengetahuan, serta pengembangan pengetahuan dan pengalaman
organisasi. Organisasi sejatinya sangat mirip dengan manusia. karena
pada hakekatnya organisasi adalah sekumpulan manusia dengan tujuan,
sistem, struktur dan kultur tertentu ? Nah, agar organisasi berkembang
dan memiliki keunggulan kompetitif, organisasi mesti memiliki
otak yang encer alias memiliki IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi.
Untuk memperoleh IQ yang tinggi terdapat dua persyaratan. Pertama,
harus mempunyai tradisi sebagai organisasi pembelajaran (learning
organization), dan kedua, mempunyai kemampuan untuk mengelola
pengetahuan (knowledge management) dengan baik.12

A. B. Susanto, dalam artikelnya Kompetensi & Organisasi Pembelajar.


12
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 129

2. Organisasi pembelajaran merupakan ‘wadah’ dengan sistem


tertentu- yang memungkinkan anggota organisasi untuk terus belajar
sehingga dapat meningkatkan kemampuannya.
3. Tampubolon dalam buku Ismail Nawawi mengatakan bahwa organisasi
pembelajaran dapat didefenisikan sebagai usaha karyawan untuk
mengenali permasalahan di dalam organisasi serta menghubungkan
dengan cara pemecahan atau mengatasi masalah yang bermanfaat
bagi organisasi dan menambah pengalamannya, meningkatkan
kreativitasnya, serta meningkatkan performa.13
4. Wibowo mengatakan bahwa organisasi pembelajaran (learning
organization) adalah organisasi yang secara proaktif menciptakan,
mendapatkan, dan mentransfer pengetahuan dan yang mengubah
perilakunya atas dasar pengetahuan dan wawasan baru. Lebih lanjut
beliau mengatakan bahwa organisasi pembelajaran adalah sebuah
organisasi yang membangun kapasitas menyesuaikan dan berubah
terus-menerus. Jika suatu organisasi melakukan kesalahan, maka dapat
ditempuh dengan 2 (dua) macam cara. Pertama, di lakukan koreksi
dengan menggunakan rutinitas, seperti kebijakan yang sudah lama
dan kebijakan yang baru (sekarang). Kedua, dengan cara memodifikasi
tujuan, kebijakan, dan standar rutin suatu organisasi.14
5. Sedangkan menurut Robbins ia mengatakan bahwa organisasi
pembelajaran merupakan proses pengembangan performa karyawan
di dalam organisasi, yang secara kontinue meningkatkan kapasitasnya
untuk mengatasi setiap tantangan dan perubahan. Dalam pembelajaran
organisasi terdapat pembelajaran rangkaian tunggal (single-loop learning)
dan pembelajaran rangkaian ganda (double-loop learning) berikut:15
a. Pembelajaran rangkaian tunggal, yaitu melakukan perbaikan
terhadap kesalahan yang terjadi setelah pelaksanaan pekerjaan
selesai berdasarkan rutinitas dan kebijakan yang telah ditetapkan.

13
Ismail Nawawi, Manajemen Pengetahuan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 42.
14
Ibid., hlm. 41.
15
Ibid..
130 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

b. Pembelajaran rangkaian ganda, yaitu malakukan perbaikan


mengubah dan memodifikasi kembali sasaran, kebijakan, dan
standar rutinitas kerja organisasi.

Organisasi pembelajaran memungkinkan organisasi merubah informasi


menjadi pengetahuan yang berharga (valued knowledge) yang akan meningkatkan
kemampuan organisasi. Boleh dikatakan, organisasi pembelajaran merupakan
‘wadah’- dengan sistem tertentu - yang memungkinkan anggota organisasi
untuk terus belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Ada dua
tipe manajemen pengetahuan dalam organisasi pembelajaran:16

1. Tacit Knowledge adalah pengetahuan yang ada dalam benak manusia


dalam bentuk intuisi judgemen, skill, nilai, dan belief yang yang sangat
sulit diformulasikan dan di share dengan orang lain. Tacit Knowledge
sangat sulit untuk dipindahkan kepada orang lain, karena knowledge
tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran (otak) para individu
dalam organisasi sesuai dengan kompetensinya.
2. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang dapat atau sudah
dikodifikasikan dalam bentuk dokumen atau bentuk wujud lainnya
sehingga dengan mudah dapat ditransfer dan dapat di distribusikan
dengan menggunakan dengan berbagai media, seperti kaset, CD video,
modul, produk, dlll. Yang disampaikan kepada orang lain melalui
proses sosialisasi dalam tim kerja (teamwork) dan pelatihan penyuluhan
(coaching).

Kedua tipe pengetahuan tersebut tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan


individual dan pengetahuan organisasi. Bahkan mereka saling berinteraksi
satu sama lain. Performance suautu lembaga pendidikan maupun bisnis lebih
merupakan hasil dari perpaduan antara tacit knowledge dan explicit knowledge
seorang individu dan organisasi yang menjalankan suatu perusahaan. Knowledge
Management lebih tepat untuk mengelola kelompok dan mengelola tacit
knowledge.

http://www.google.co.id/search? Tipe+manajemen+pengetahuan, akses 19 November


16

2012 jam 13.55.


Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 131

Kedua jenis tipe management knowledge tersebut dapat dikonversikan


melalui empat jenis proses manajemen pengetahuan dalam organisasi
pembelajaran adalah sebagai berikut:17

1. Sosialisasi. proses sosialisasi antar sumber daya manusia di organisasi


salah satunya dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi,
rapat bulanan). Melalui tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman sehingga tercipta pengetahuan baru bagi
mereka. Proses sosialisasi juga dapat melalui pendidikan dan pelatihan
(training) dengan mengubah tacit knowledge para karyawan.
2. Eksternalisasi. Yaitu proses untuk mengartikulasi tacit knowledge menjadi
konsep yang jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini dapat
diberikan dengan mendokumentasikan notulen rapat (bentuk explicit
dari knowledge yang tercipta saat diadakannya pertemuan) kedalam
bentuk elektronik, untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada mereka
yang berkepentingan. Hasil dari diskusi tersebut didokumentasikan dan
disimpan suatu repository serta dapat dipublikasikan melalui sistem
informasi yang ada di organisasi.
3. Kombinasi. Adalah mengkombinasikan berbagai explicit knowledge yang
berbeda untuk disusun kedalam sistem knowledge management. Proses ini
dapat melalui intranet (forum diskusi), database organisasi dan internet
untuk memperoleh sumber eksternal.
4. Internalisasi. Semua dokumen data, informasi dan knowledge yang
sudah didokumentasikan dapat dibaca orang lain. proses ini adalah
penerapan “learning by doing”. Pendidikan dan pelatihan dapat
mengubah berbagai pelajaran tertulis (explisit knowledge) menjadi tacit
knowledge para karyawan atau siswa.

Pada tingkatan yang paling dasar, knowledge sebenarnya diciptakan oleh


individu yang ada di dalam organisasi. Organisasi pada dasarnya tidak dapat
menciptakan knowledge tanpa individu-individu yang ada di dalam organisasi.
Fungsi organisasi adalah memberi dukungan kepada kreativitas individu yang
ada di dalam organisasi atau menyediakan suatu konteks bagi individu untuk

Ismail Nawawi, Manajemen Pengetahuan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 7-8.
17
132 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

menciptakan knowledge. Penciptaan knowledge dalam organisasi harus dipahami


dalam terminologi suatu proses yang secara organisasional memperbesar
kemungkinan penciptaan knowledge individu dan mengkristalisasikan knowledge
tersebut sebagai bagian dari jaringan knowledge organisasi.
Menurut Nonaka dalam jurnal Lim Bui Ho, dkk. mengatakan berbagai
pendekatan yang memungkinkan knowledge individual dapat diperbesar atau
diperluas, dan dinilai di dalam organisasi dapat dilakukan dalam beberapa
langkah proses;18

1. Memperluas dan mengembangkan knowledge pribadi


Penggerak utama proses penciptaan knowledge di dalam organisasi adalah
individu yang berada di dalam organisasi. Individu-individu tersebut
mengakumulasi tacit knowledge melalui pengalaman yang mereka
miliki. Kualitas tacit knowledge dipengaruhi oleh dua hal penting, yaitu:
faktor keragaman pengalaman individu dan faktor kualitas knowledge
terhadap pengalaman yang merupakan penjelmaan knowledge ke dalam
komitmen pribadi yang telah lama melekat di dalam pengalaman itu
sendiri. Dengan demikian konsep high-quality experience dan knowledge of
experience dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tacit knowledge.
Selain itu untuk meningkatkan kualitas knowledge individu, dapat
dilakukan dengan cara tacit knowledge yang dimiliki individu yang
diarahkan kepada upaya untuk saling memengaruhi dengan aspek
yang relevan dengan explicit knowledge. Schon (1983) menganjurkan
pentingnya refleksi di dalam tindakan. Knowledge individu dilekatkan
melalui interaksi antara pengalaman dengan rasionalitas yang unik dari
individu. Perspektif akan menjadi sumber interpretasi yang beragam
dalam berbagi pengalaman dengan individu lain dalam meyusun
konsep-konsep baru.

18
Lim Bui Ho, dkk. “Penerapan Knowledge Management System Pada Perusahaan Bisnis
Konsultasi PT. Piramedia Sejahtera Abadi (Red Piramid” Jakarta “ Universitas Bina Nusantara, 12
Mei 2008: 27-32.
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 133

2. Berbagi tacit knowledge


Proses penciptaan knowledge organisasi berawal dari perluasan knowledge
individu, dimana interaksi antara knowledge experience dengan knowledge
rasionalitas memungkinkan individu membangun perspektifnya.
Namun demikian, perspektif ini tetap bersifat personal kecuali
diartikulasikan dan diperluas melalui interaksi sosial. Salah satunya
adalah dengan menciptakan self-organizing team, di mana anggota
organisasi berkolaborasi untuk menciptakan konsep baru. Self-organizing
team dapat memicu penciptaan knowledge organisasi melalui dua proses,
yaitu:
a. Pertama, organisasi memfasilitasi tumbuhnya saling percaya di
antara anggota organisasi dan mempercepat terciptanya perspektif
yang secara eksplisit berasal dari anggota organisasi itu sendiri yang
dikenal sebagai tacit knowledge.
b. Kedua, berbagi perspektif implicit yang di konseptualisasikan
melalui dialog yang kontinu di antara anggota organisasi. Dialog
kreatif ini akan terealisasi hanya ketika tersedia informasi yang
berlebihan di dalam tim. Kedua proses ini harus terjadi secara
simultan dalam proses yang lebih actual di dalam sebuah tim.
Berbagi pengalaman juga mampu memfasilitasi penciptaan
perspektif umum yang dapat dibagi oleh anggota tim sebagai
bagian dari tacit knowledge masing-masing. Model yang dominan
dalam pengubahan knowledge adalah sosialisasi. Berbagai bentuk
tacit knowledge yang dibawa ke dalam arena anggota organisasi
diubah melalui coexperience di antara anggota untuk membentuk
dasar pemahaman bersama.

3. Pengonseptualisasian
Setelah tercipta saling percaya di antara anggota organisasi dan telah
terbentuk secara implisit perspektif yang sama melalui berbagai pengalaman,
tim selanjutnya memerlukan pengartikulasian perspektif melalui dialog yang
kontinu. Mode yang dominan dalam pengubahan knowledge dalam tahap ini
adalah eksternalisasi.
134 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

Teori organizational learning telah banyak memberikan perhatian


terhadap proses ini. Perspektif tacit diubah ke dalam bentuk konsep eksplisit
yang dapat dibagi kepada tim. Dialog secara langsung memfasilitasi proses
ini dengan menggiatkan eksternalisasi pada level individual. Dialog dalam
bentuk tatap muka merupakan salah satu upaya membangun konsep karena
hal ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menguji asumsi maupun
hipotesisnya. Interaksi sosial ini merupakan wahana yang sangat kuat di dalam
memperbaiki ide-ide seseorang. Untuk itu, dialektika merupakan sarana
kontradiksi-kontradiksi dan paradoks-paradoks, dialektika dapat mendorong
berpikir kreatif di dalam organisasi. Agar dialog tersebut produktif, dialog
harus:

a. Dilakukan oleh berbagai macam orang dan bersifat temporer


sehingga ada ruang perbaikan dan negosiasi
b. Para peserta di dalam dialog harus dapat mengekspresikan ide-idenya
secara bebas dan jujur Upaya konseptualisasi tidak hanya diciptakan
melalui metode deduktif dan induktif, tetapi juga abduktif. Abduktif
memiliki peranan penting di dalam proses konseptualisasi. Deduksi
dan induksi secara vertical berorientasi kepada proses memberi alasan,
sementara abduksi merupakan perluasan secara lateral dari alasan
di mana berpusat kepada penggunaan metaforametafora. Biasanya
proses induktif dan deduktif digunakan jika sebuah pemikiran
direvisi atau untuk memberi makna terhadap sebuah konsep baru.

4. Pengkristalisasian
Kristalisasi dapat dipandang sebagai proses di mana berbagai macam
bagian atau departemen di dalam organisasi menguji realitas dan penerapan
konsep yang diciptakan oleh tim. Proses ini difasilitasi biasanya oleh apa yang
disebut dengan kegiatan percobaan. Kegiatan ini merupakan proses sosial
di mana terjadi pada level kolektif yang biasanya disebut dengan dinamika
hubungan kerja sama atau sinergis antara berbagai fungsi dan department
dalam organisasi. Hubungan ini cenderung dapat dilakukan dengan efektif
apabila tersedia informasi yang cukup. Jika tidak ada informasi yang cukup
tersedia, biasanya inisiatif dilakukan oleh para ahli yang dianggap memiliki
informasi dan pengetahuan yang lebih. Penciptaan knowledge berlangsung
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 135

dalam interaksi para anggota tim untuk selanjutnya dikristalisasi ke dalam


bentuk yang lebih konkrit misalnya berupa produk, konsep atau sistem.
Kristalisasi ini merupakan bentuk pengubahan pengetahuan yang
kegiatannya diistilahkan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) sebagai model
konversi internalisasi. Proses kristalisasi merupakan proses sosial yang terjadi
pada tingkatan kolektif yang terealisasi melalui apa yang di sebut Haken (1978)
sebagai “dynamic cooperative relation or synergetics” di antara berbagai fungsi
dan departemen dalam organisasi. Dinamika hubungan dan proses sinergi
seperti yang disinggung oleh Haken di atas biasanya akan mudah berlangsung
ketika informasi yang relevan dalam proses pengubahan knowledge telah
tersedia.

5. Penilaian knowledge
Penilaian merupakan tahap menyatukan dan menyaring apakah knowledge
yang diciptakan di dalam organisasi benar-benar bermanfaat bagi organisasi
dan masyarakat. Artinya, penilaian sangat menentukan kualitas knowledge yang
diciptakan dan mencakup criteria atau standar penilaian. Persoalan yang terkait
dengan standar penilaian ini antara lain terkait dengan biaya, keuntungan
minimalnya, tingkat di mana produk dapat memberikan kontribusi kepada
perkembangan perusahaan, termasuk nilai yang dijanjikan yang di luar fakta
atau pertimbangan-pertimbangan pragmatis.
Hal ini bisa berupa opini yang lebih luas dan lebih dari sekadar
penciptaan knowledge, misalnya visi organisasi dan persepsi yang terkait
dengan perjalanan, romantisme, dan estetikanya. Dorongan untuk memulai
menyatukan knowledge bisa bermacam-macam dan sangat kualitatif daripada
hanya sekadar pertimbangan sederhana dan kuantitatif seperti standar
efisiensi, biaya dan Return On Investment (ROI). Di dalam organisasi biasanya
yang paling menentukan adalah standar penilaian. Standar penilaian harus
dilakukan dalam terminologi konsistensi dengan system nilai yang paling
tinggi. Kemampuan pimpinan memelihara keberlanjutan refleksi diri dalam
perspektif yang lebih luas sangat diperlukan apabila tetap menginginkan
kualitas penciptaan knowledge terjadi.
136 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

6. Menjejaringkan knowledge
Selama tahap penciptaan knowledge organisasi, konsep yang telah
diciptakan, dikristalisasikan, selanjutnya dinilai di dalam organisasi dan
diintegrasikan ke dalam basis knowledge organisasi untuk disebarkan ke
seluruh jaringan organisasi. Knowledge organisasi yang telah tercipta tersebut
selanjutnya dikelola kembali melalui proses interaksi antara visi organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya dengan konsep baru yang telah diciptakan.
Untuk menjembatani antara konsep besar dengan konsep yang baru tercipta
diperlukan satu konsep menengah (middle range concept). Konsep menengah ini
menghilangkan ketidakjelasan konsep besar ke tingkat konsep baru maupun
sebaliknya.
Kadang-kadang konsep besar tidak dimengerti dengan baik pada setiap
tingkatan kecuali konsep menengah memperjelas konsep yang sudah tercipta
tersebut. Upaya memperjelas tersebut dilakukan melalui penciptaan atau
penyusunan kembali konsep besar yang diberikan oleh pimpinan puncak serta
konsep menengah yang diciptakan oleh pimpinan menengah. Interaksi ini
dimediasi secara nyata dalam bentuk penyatuan informasi, yang merupakan
dinamika lain aktivitas self organizing team untuk menjejaringkan knowledge
yang terus-menerus menciptakan informasi dan makna baru.
Proses penciptaan knowledge tidak pernah berakhir, dan merupakan
proses yang berputar, baik yang terjadi di dalam organisasi maupun dengan
lingkungannya karena lingkungan merupakan sumber pemicu penciptaan
knowledge dalam organisasi. Proses penciptaan knowledge dalam organisasi
berlangsung bagaikan sebuah siklus yang dimulai dari memperbesar
pengetahuan individu, berbagi tacit knowledge dan konseptual; membangun
tim mengelola dirinya sendiri, berbagi pengalaman, menyusunnya ke dalam
bentuk konsep, mengkristalisasikan, menilai kualitasnya, menjejaringkan ke
seluruh organisasi baik internal maupun ke seluruh lingkungan organisasi.
Menurut Jan Hidajat ada 2 model pembelajaran yaitu sebagai berikut:19

Jan Hidajat, Knowledge Managemen dalam Kontek Organisasi Pembelajaran (Bandung:


19

Okinawa, 2008), hlm. 9.


Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 137

a. Model pembelajaran individual


Pembelajaran individual merupakan proses peningkatan poensi
individual karena terjadi proses transformasi modal informasi baru menjadi
kompetensi baru, akibat perluasan atau pendalaman kompetensinya.

b. Model pembelajaran organisasional


Pembelajaran organisasional merupakan organisasi yang memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kinerjanya secara berkelanjutan, karena
anggota-anggotanya memiliki komitmen dan kompetensi individual yang
mampu belajar dan berbagi pengetahuan pada tingkat superficial maupun
substansial.

Menurut Senge dalam buku Sangkala yang berjudul Knowledge


Management, beliau mengatakan diperlukan lima disiplin Knowledge
Management untuk menciptakan organisasi pembelajar, yaitu sebagai berikut:

1. Keahlian pribadi (personal mastery).


Mengembangkan keahlian pribadi yang selaras dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuan
2. Berpikir sistem (system thinking).
Kemampuan untuk memandang setiap masalah secara komprehensif.
Selain itu, juga mengerti hubungan antara satu hal dengan hal lain dan
hubungan sebab akibat dalam organisasi.
3. Membangun visi bersama (shared visioning).
Kemampuan organisasi untuk menciptakan makna yang dalam dan
penuh arti agar dicapai oleh semua orang. Orang belajar dan mengatasi
masalah bukan karena diindoktrinasi, tetapi karena mereka ingin
melakukannya.
4. Pembelajaran tim (tim learning).
Mengembangkan kemampuan tim secara bersama untuk mencapai
tujuan organisasi.
5. Model mental (mental modeling).
Mengembangkan model mental kita, tentang bagaimana gambaran kita
dalam memandang dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan.
138 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

Kita sering tidak menyadari bahwa cara bersikap dan bertindak sangat
dipengaruhi oleh bagaimana cara pandang kita terhadap sesuatu.20

Dalam suatu organisasi, baik bisnis maupun organisasi publik,


pelaksanaan manajemen pengetahuan sebagai upaya pengembangan dalam
organisasi pembelajaran didukung oleh berbagai faktor di dalam keberhasilan
suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:21

1. Faktor manusia. Kenapa faktor manusia ini sangat penting karena


pengetahuan itu berada pada pikiran manusia, hal ini sesuai dengan
ungkapan semakin cerdas dan profesionalnya manusia, semakin banyak
pula pengaruhnya terhadap suatu organisassi tertentu.
2. Faktor kepemimpinan. Peran yang sangat penting yang harus di lakukan
adalah membangun motivasi, visi dan misi yang kuat di dalam bisnis
maupun organisasi publik. Karena motivasi, visi, dan misi yang kuat
dapat menggerakan seluruh anggota dan sumber daya yang ada di dalam
organisasi tersebut.
3. Faktor teknologi. Pada abad ke 21 ini adalah dunia teknologi informasi.
Oleh karena itu, perkembangan teknologi sudah membudaya di dalam
aspek kehidupan manusia karena penggunaan teknologi informassi
menjadi salah satu enabler manajemen pengetahuan. Di samping itu,
teknologi informasi menjadi media pendistribusian pengetahuan dalam
mengeksekusi berbagai proses manajemen pengetahuan yaitu akuisisi
pengetahuan, kodifikasi pengetahuan dan validasi, serta pemeliharaan
pengetahuan.
4. Faktor organisasi. Organisassi adalah wadah yang dikaitkan dengan
pemakaian aspek operasional dari aset-aset pengetahuan, termasuk
di dalamnya fungsi proses struktur organisasi formal, informal,
maupun non formal, tolak ukur indicator pengendalian, dan proses
penyempurnaan sebagai rekayasa proses bisnis serta pelayanan publik.
5. Pembelajaran organisasi. Yang memiliki aktivitas yaitu penyelesaian
masalah secara sistematis, pengujicobaan terhadap pendekatan baru,

Sangkala, Knowledge Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 283.
20

Ismail Nawawi, Manajemen Pengetahuan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 14-15.
21
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 139

belajar dari pengalaman masa lalu, belajar dari praktik yang terbaik,
dan transfer pengetahuan secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.

E. Indikator Keberhasilan Manajemen Pengetahuan


Sebagai bidang baru tidak mengherankan apabila ada banyak pendekatan
atau instrumen yang mencoba mendefinisikan indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen pengetahuan
diantaranya framework MAKE (Most Admired Knowledge Enterprises) dan
Davenport et al. Menurut Teleos dengan MAKE-nya ada 8 dimensi yang dapat
dijadikan sebagai indikator keberhasilan manajemen pengetahuan, yaitu:

1. knowledge-driven culture
2. knowledge workers
3. knowledge-based products/services/solutions
4. Maximizing enterprise intellectual capital
5. collaborative knowledge sharing
6. learning organization
7. value based on customer knowledge
8. Transforming enterprise knowledge into organizational wealth.22

Oleh karena itu, yang harus digaris bawahi ada tiga kenyataan yang
sangat mempengaruhi berhasil tidaknya manajemen pengetahuan dalam
leraning organizations di sebuah lembaga pendidikan. Pertama, penerapannya
tidak hanya menghasilkan pengetahuan baru tetapi juga mendaur-ulang
pengetahuan yang sudah ada. Kedua, teknologi informasi belum sepenuhnya
bisa menggantikan fungsifungsi jaringan sosial antar anggota organisasi. Ketiga,
sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya mereka
ketahui, banyak pengetahuan penting yang harus ditemukan lewat upaya-upaya
khusus, padahal pengetahuan itu sudah dimiliki sebuah organisasi sejak lama.

22
Kusno Prijono dalam artikelnya yang berjudul Perancangan Knowledge Management
(KM) Readiness Tool.
140 Jurnal An Nûr, Vol. V No. 1 Juni 2013

F. Simpulan
Kenapa Knowledge Management sangat penting karena ini salah satu
alasan yang mendorong atau memotivasi orang-orang untuk melakukan kajian
tentang Knowledge Management karena disadari bahwa aspek pengetahuan
merupakan modalitas penting yang tidak bisa diabaikan dalam dunia bisnis
maupun pendidikan. Karena kedudukan pengetahuan di era informasi ini
setara dengan keberadaan energi pembangkit listrik di era industri. Kalau dulu
orang yang punya modal adlah orang yang punya banyak uang, tanah, dan
lain-lain, kemudian berkembang ke dunia industri yang menekankan pada
pabrik-pabrik, tapi sekarang di abad ke 21 bukan lagi dunia industri akan
tetapi sudah dunia pengetahuan.
Pada dasarnya manjemen pengetahuan mencakup mengumpulkan,
menyusun, menyimpan, dan pengaksesan imformasi untuk membangun
pengetahuan, terkait dengan pengetahuan indivindu dan terkait dengan
peningkatan efektfitas organisasi.
Peranan manajemen pengetahuan dapat dilihat dalam kaitan
dengan penggunaan pengetahuan sebagai basis untuk melahirkan inovasi,
meningkatkan responsivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan Stakeholders,
meningkatkan produktifitas. Kemudian tujuan manajemen pengetahuan
dapat dipahami melalui aktivitasnya yang berupaya mengembangkan dan
mempertahankan dinamika dan daya saing perusahaan yang bertumpu kepada
sumber daya. Semua itu hanya dapat di ciptakan dengan sharing informasi
antara yang satu dengan yang lain yang ada di dalam suatu organisasi.
Pada upaya sumbangsi manajemen pengetahuan terhadap organisasi
pembelajaran sebagai fasilitator seluruh komponen organisasi untuk gemar
menciptakan pengetahuan melalui proses belajar. Pengetahuan yang tercipta
melalui proses belajar selanjutnya dapat dibagi dan ditransfer ke berbagai
tingkatan yang ada dalam organisasi. Dorongan untuk senang menciptakan
pengetahuan dan berbagai pengetahuan diperoleh melalui perubahan pola
berpikir, prilaku, dan timdakan yang terungkap melalui aktivitas pembelajaran
dan sharing informasi.
Knowledge Management Sebagai Upaya Pengembangan Learning Organization... 141

Daftar Pustaka
McIherneg, Claire R. Knowledge Management Processes in Organizations, Carolina:
Cahagel Hill Universitas of North, 2011.
Hidajat, Jan. Knowledge Managemen dalam Kontek Organisasi Pembelajaran,
Bandung: Okinawa, 2008.
http://www.google.co.id/search? Tipe+manajemen+pengetahuan, akses 19
November 2012 jam 13.55.
Nawawi, Ismail. Manajemen Pengetahuan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Susanto, A.B. dalam artikelnya Kompetensi & Organisasi Pembelajar
Kusno Prijono dalam artikelnya yang berjudul Perancangan Knowledge
Management (KM) Readiness Tool.
Lim Bui Ho, dkk. “Penerapan Knowledge Management System Pada Perusahaan
Bisnis Konsultasi PT. Piramedia Sejahtera Abadi (Red Piramid” Jakarta “
Universitas Bina Nusantara, 12 Mei 2008.
M.R. Khairul Muluk, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan
Daerah, Malang: Bayumedia, 2008.
Palmer dan Cyntia Hardy, Thingking About Management, London: Panchsheel
Enclave, 2000.
Ratna Indriyati, “Kajian Knowledge Management dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Karyawan” Surabaya” 28 Desember 2012.
Sangkala, Knowledge Management, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Waryani Fajar Riyanto, Filsafat Ilmu Topik-Topik Epistimologi, Yogyakarta:
Integrasi Interkoneksi Press, 2006.
Windi Novia, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Wipress, 2009.
www.knowledgeclicks.com.

Anda mungkin juga menyukai