Anda di halaman 1dari 247

DAFTAR ISI

Clinical Series

Farmasi Klinis (3)

Pharmaceutical Science (159)

Farmasi Industri (180)

Bahan Alam Dan Kimia Farmasi (194)

Apotek, Etika Dan Praktek Kefarmasian (213)

UKAI-GO Page 1
CLINICAL SERIES

UKAI-GO Page 2
FARMASI KLINIS

1.1 Penggolangan Obat


Golongan Obat Logo Keterangan

Dapat Digunakan Untuk


Obat Bebas
Swamedikasi

Dapat Digunakan Untuk


Swamedikasi, harus diberikan
Obat Bebas Terbatas informasi lebih karena
mengandung obat keras.

Obat Keras Harus dengan Resep Dokter

Khasiat yang dicantumkan


merupakan khasiat empiris di
Jamu masyarakat, belum sepenuhnya
standar dan belum dilakukan uji
praklinik dan uji klinik
Khasiat yang dicantumkan
dengan uji praklinik. Sudah
Obat Herbal Tersandar terstandar, sudah melakukan uji
pra klinik tapi belum melakukan
uji klinik
Khasiat yang dicantumkan sudah
Fitofarmaka dibuktikan dengan uji praklinik dan
uji klinik

Harus dengan Resep Dokter,


Distribusinya dikendalikan oleh
Narkotika pemerintah

UKAI-GO Page 3
Psikotropika Harus dengan Resep Dokter

1.2 Farmakologi
Golongan
Mekanisme Aksi Contoh Obat
Farmakologi
Anastesi Amida Blokade reversibel pada Lidokain, bupivikain
Anastesi Ester kanal natrium pada akson Benzokain, prokain
Inhibisi hidrolisis
Piridostigmin,
Antikolinesterase asetilkolin pada enzim
neostigmin
kolinesterase
Agonis Memacu reseptor
Pilokarpin
muskarinik muskarinik
Memacu reseptor
Agonis nikotinik Nikotin
nikotinik
Menghambat reseptor
Antagonis muskarinik dan Atropin, hiosin,
muskarinik mengakibatkan efek ipatropium
excitatory
Menghambat reseptor
Alfa blocker alfa adrenergik, sehingga Prazosin
terjadi dilatasi vena.
- Beta-1 selektif :
bisoprolol (low
dose), atenolol,
Menghambat reseptor
Beta blocker metoprolol
beta adrenergik.
- Beta blocker
nonselektif :
propanolol

UKAI-GO Page 4
Meningkatkan kerja
reseptor beta adrenergik
Salbutamol,
Beta-2 agonis 2, sehinga terjadi
formoterol, salmeterol
relaksasi otot polos
bronkus.
Menghambat perubahan
Kaptopril, lisinopril,
ACE Inhibitor angiotensin I menjadi
enalapril
angiotensin II pada ginjal
Angiotensin Menghambat pada Valsartan, losartan,
Receptor Blocker reseptor angiotensin candesartan
- DHP : Amlodipin,
Menghambat masuk nifedipin
Calcium Channel
kalsium pada sel otot - NonDHP :
Blocker
jantung Diltiazem,
verapamil
Menghambat reabsorbsi
natrium di tubulus distal,
Diuretik thiazide sehingga meningkatkan Hidroklortiazid
eksresi air, natrium, dan
ion hidrogen.
Menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida di
tubulus proksimal,
tubulus distal, dan
Diuretik sulfon lengkung Henle, Furosemid
sehingga meningkatkan
eksresi air, natrium,
klorida, magnesium, dan
kalsium.
Antagonis Mengikat reseptor Spironolakton

UKAI-GO Page 5
aldosterone aldosteron di tubulus
distal, sehingga
meningkatkan sekresi
natrium dan klorida dan
menahan kalium dan ion
hidrogen.
Modulasi metabolisme
lipid, karbohidrat, dan
protein serta
mempertahankan
keseimbangan cairan.
Metilprednisolon,
Kortikosteroid Mengontrol sintesis
hidrokortison
protein, menekan migrasi
PMN dan fibroblas,
mengubah kapilaritas
membran, dan
menstabilkan lisosom.
Menurunkan produksi
glukosa hepatik,
menurunkan absorbsi
Biguanid glukosa di saluran cerna, Metformin
dan meningkatkan
sensitivitas reseptor
insulin.
Meningkatkan sekresi
insulin, Menurunkan
produksi glukosa hepatik, Glibenklamid,
Sulfonilurea
dan meningkatkan glimepirid
sensitivitas reseptor
insulin.

UKAI-GO Page 6
Menghambat enzim
HMG-CoA Simvastatin,
pengubah substrat
Reductase atorvastatin,
kolesterol (HMG-CoA
Inhibitor rosuvastatin
Reductase)
Menghambat lipolisis
perifer dan menurunkan
Asam Fibrat Gemfibrozil
pengambilan asam lemak
bebas oleh hati.
Kolestipol,
Resin Asam Mengikat asam empedu
Koleselvam,
Empedu pada saluran cerna.
Kolestiramin
Mengikat kristal
hidroksiapatit pada
tulang dan menghambat
Asam alendronat,
Bifosfonat osteoklast serta
asam risendronat
menghambat pelepasan
mineral dan kolagen dari
tulang.
Menghambat pompa
Proton Pump Omeprazol,
proton dalam sekresi ion
Inhibitor pantoprazol
hidrogen pada lambung.
Menghambat reseptor H-
2 pada sel parietal
Famotidin, ranitidin,
H-2 Antagonis lambung, sehingga
simetidin
menghambat sekresi
asam lambung.
- Generasi lama :
Menghambat reseptor H-
klorfeniramin
H-1 Antagonis 1, sehingga tidak tejadi
maleat.
aktivasi oleh histamin.
- Generasi baru :

UKAI-GO Page 7
loratadin, cetirizin,
fexofenadin.
Antibiotika
Amoksisilin, ampisilin
Penisilin
- Generasi 1 :
Cefradoksil
Menghambat sintesis
- Generasi 2 :
dinding bakteri
Antibiotika Cefuroksim
(golongan beta laktam).
Sefalosporin - Generasi 3 :
Ceftriakson,
cefotaksim,
ceftazidim
Menghambat sintesis
protein dengan mengikat
Tetrasklin,
Antibiotika subunit ribosom 30S dan
oksitetrasiklin,
Tetrasiklin 50S dan mengikat logam
doksisiklin
untuk metabolisme
bakteri.
Menghambat DNA
Antibiotika girase, sehingga merusak Ciprofloksasin,
Quinolon struktur double helix levofloksasin
DNA.
Menghambat sintesis
Azitromisin,
Antibiotika protein dengan mengikat
klaritomisin,
Makrolida subunit ribosom 30S dan
eritromisin
50S.
Menghambat sintesis
Antibiotika Kloramfenikol,
protein dengan mengikat
Fenikol tiamfenikol
subunit ribosom 50S.

UKAI-GO Page 8
1.3 Keamanan Obat dan Toksikologi
1.3.1 Keamanan Obat
1 Indeks Kehamilan
Masa kehamilan merupakan masa kritis pertumbuhan janin.
Namun, tidak jarang ditemui ibu hamil yang menderita
penyakit tertentu saat hami. Berikut adalah indeks kehamilan
dan keterangan mengenai indeks kehamilan :
Indeks Keterangan Penggunaan Klinis
Kehamilan
A Studi terkontrol pada Dapat digunakan
wanita hamil tidak secara aman bagi
memperlihatkan adanya wanita hamil.
resiko terhadap janin pda
kehamilan trimester 1
dan trimester berikutnya.
B Studi terhadap Dapat digunakan
reproduksi binatang relatif aman bagi
memperlihatkan tidak wanita hamil.
ada resiko terhadap janin,
tetap belum ada studi
terkontrol terhadap
manusia.
C Studi pada binatang Penggunaan obat
percobaan harus
memperlihatkan adanya mempertimbangkan
efek terhadap janin dan manfaat klinis dan
studi terkontrol pada resiko terhadap
wanita dan binatang tidak janin.
tersedia atau tidak dapat
dilakukan.
D Terdapat bukti adanya Penggunaan obat

UKAI-GO Page 9
resiko pada janin pada dapat digunakan
binatang percobaan atau dalam kasus life-
studi pada manusia. threatening atau
apabila ada alternatif
lebih baik harus
diutamakan.
X Studi pada manusia dan Tidak dianjurkan
binatang memperlihatkan penggunaannya
adanya abnormaltas pada selama masa
janin. kehamilan.

2 Menyusui
Kebanyakan obat yang diminum oleh perempuan menyusui
akan terdeteksi pada air susu ibu (ASI).
Panduan yang digunakan untuk meningkatkan keamanan obat
selama menyusui adalah:
1. Minum obat 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4 jam
sebelum menyusui berikutnya.
2. Obat yang harus dihindari karena efek sampingnya
pada bayi antara lain:
 Antibiotik seperti Tetrasiklin (gigi berwarna),
INH (Defisiensi piridoksin) dan kloramfenikol
(supresi sumsum tulang)
 Hipnotik sedatif seperti diazepam dan barbiturat
akan menyebabkan sedasi pada bayi
 Iodium dan Propitiourasil (PTU) akan
menyebabkan supresi tiroid
3 Rumus yang memperkirakan dosis pada anak
 Rumus Young (dibawah 8 tahun)

UKAI-GO Page 10
 Rumus Dilling (dibawah 20 tahun)

 Rumus Fried (untuk dibawah 2 tahun)

4 Efek Samping Beberapa Obat


Obat Efek Samping Khas
Amlodipin Edema dan edema paru
Kaptopril Batuk
Pirazinamid Nyeri tulang, hepatotoksik
INH Kesemutan, hepatotoksik
Rifampisin Mengubah warna urin
menjadi merah, induksi
sitokrom
Streptomisin Ototoksis, nefrotoksis
Asetosal Perdarahan, iritasi saluran
cerna, tinnitus
Hidroklortiazid Hipokalemia, kenaikan
asam urat
Kortikosteroid Inhalasi Candidasis
Kortikosteroid Oral Iritasi saluran cerna, moon
face karena retensi Na dan
Air, keropos tulang
Etambutol Buta warna, kebutaan
Fenitoin Gingival hyperplasia,
induser sitokrom
Karbamazepin Hepatotoksik dari
metabolitnya, induser
sitokrom

UKAI-GO Page 11
Orlistat Feses berlemak
Antibiotika Kuinolon Menghambat
pertumbuhan anak
Antibiotika Tetrasiklin Kolorasi gigi menjadi
kuning
Antibiotika Nefrotoksis
Aminoglikosida
Bifosfonat Iritasi saluran cerna
Semua OAT Mual dan muntah
Codein Konstipasi

5 Interaksi Obat yang Umum


Nama Obat Mekanisme Interaksi Obat
Antasida Antasid dapat menurunkan Menurunkan Absorpsi Obat;
absorpsi berbagai obat, Besi, Itrakonazole,
mempercepat pengosongan Ketokonazole, Fluorokuinolon,
lambung dan mengganggu Tetrasiklin.
eksresi obat yang lewat
Antikoagulan Warfarin dimetabolisme  Peningkatan Efek
Oral oleh sitokrom (CYP)2C9. antikoagulan: Amiodaron,
Metabolisme Warfarin Simetidin, Flukonazole,
mudah diinduksi atau Metronidazole, OAINS,
dihambat oleh berbagai sulfametoksazole.
obat  Penurunan Efek
Warfarin juga terikat kuat Antikoagulan: Barbiturat,
dengan protein plasma karbamazepin, rifampisin.
Antifungi  Golongan Azol  Barbiturat = peningkatan
Golongan- dimetabolisme oleh metabolisme Itrakonazole,
Azol enzim CYP3A4 Ketokozale
 Golongan Azol  CCB, penurunan

UKAI-GO Page 12
merupakan penghambat metabolisme CCB
enzim CYP3A4  Penurunan Metabolisme
(Itrakonazole=ketokona Karbamazepin,
zole > posakonazole > Siklosporin, Fenitoin
vorikonazole >  Penurunan absorpsi Azol
flukonazole), oleh PPI
penghambat enzim  Rifampisin: peningkatan
CYP2C9 dan metabolisme Itrakonazole
penghambat dan Ketokonazole
glikoprotein P.
Penyekat Penyekat beta terutama  Peningkatan efek beta-
reseptor β Nonselektif seperti blocker: Simetidin, SSRI
propanolol mengganggu  Penurunan efek beta-
respon simpatomimetik blocker: OAINS, Fenitoin,
Rifampisin
CCB Verapamil dan diltiazem  Karbamazepin: penurunan
dimetabolisme oleh enzim metabolisme CCB
CYP3A4 dan dapat  Rifampisin: peningkatan
menghambat kerja enzim metabolisme CCB
CYP3A4
Karbamazepin Karbamazepin  Simetidin: penurunan
dimetabolisme oleh enzim metabolisme
CYP3A4 karbamazepin
Karbamazepin dapat  Kortikosteroid:
menginduksi kerja enzim peningkatan metabolisme
CYP3A4 kortikosteroid
 Estrogen: peningkatan
metabolisme estrogen
 Rifampisin: peningkatan
metabolisme

UKAI-GO Page 13
karbamazepin
Digoksin Digoksin mudah terganggu  Peningkatan efek digitalis:
dalam absorbsi Amiodaron, Diltiazem,
gastroinstestinal. Kuinidin, Verapamil, Obat
Toksisitas digoksin dapat penurun kadar kalium,
meningkat pada gangguan antifungi azol
elektrolit.  Penurunan efek digitalis:
kaolin-pektin, rifampisin,
antasida
HMG Co-A Golongan Statin  Peningkatan Metabolisme
reductase dimetabolisme oleh enzim Statin: Karbamazepin,
penyekat CYP3A4 Rifampisin
(Statin)  Penurunan Metabolisme
Statin dapat meningkatkan Statin: Klaritomisin,
risiko miopati jika Eritromisin, Verapamil
digunakan bersama dengan
obat lain dengan efek
samping miopati
OAINS Inhibisi prostaglandin  Penurunan Respon
menyebabkan penurunan Antihipertensi (ARB,
ekskresi natrium pada ACE, Furosemid)
ginjal.  SSRI meningkatkan resiko
Hampir semua OAINS pendarahan.
menghambat fungsi
trombosit, meningkatkan
resiko pendarahan jika
digunakan dnegan obat lain
yang mengganggu
hemostatis.

UKAI-GO Page 14
Fenitoin Fenitoin dimetabolisme  Obat yang metabolisem
oleh enzim CYP2C9 distimulasi Fenitoin:
Kortikosteroid, Eritromisin
Fenitoin dapat  Obat yang menghambat
menginsuksi kerja enzim metabolisme fenitoin:
CYP3A4, CYP2C9, amiodaron, metronidazole
CYP2C19  Obat yang memperkuat
metabolisme fenitoin:
barbiturat.
Kuinolon Beberapa kuinolon  Kafein: inhibisi
menghambat enzim metabolisme kafein
CYPA12  Sukralfat: penurunan
Beberapa oabt absorpsi kuinolon
menghambat absorpsi  Teofilin: inhibisi
kuinolon di saluran cerna metabolisme teofilin.
Rifampisin Rifampisin dapat  Kortikosteroid:
menginduksi kerja enzim peningkatan metabolisme
CYP3A4 dan CYP1A2 hepatik kortikosteroid,
menurunkan efek
kortikosteroid
 Teofilin: penurunan efek
teofilin
Teofilin Teofilin dimetabolisme  Penurunan metabolisme
oleh enzim CYP1A2 dan Teofilin: Diltiazem,
CYP3A4 Verapamil, Eritromisin
 Meningkatkan
metabolisme teofilin:
merokok.

UKAI-GO Page 15
1.4 Cara Pemakaian Obat
Pemakaian obat yang tepat memiliki beberapa pertimbangan, salah
satunya adalah sifat fisika kimia obat, mengikuti ritme biologis tubuh
dan/atau mengikuti t1/2 obat yang digunakan. Sebagai contoh penggunaan
atorvastatin dan simvastatin memiliki perbedaan. Atorvastatin dapat
diberikan pada sore hari, sedangkan simvastatin harus diberikan malam hari.
Hal ini terjadi karena t1/2 atorvastatin adalah 14 jam, sedangkan simvastatin
2 jam, sehingga simvastatin harus segera digunakan pada waktu biologis
tubuh untuk sintesis kolesterol, yaitu pada waktu malam hari. Golongan
bifosfonat harus diberikan dengan cara pasien harus duduk dikarenakan sifat
kimia obat yang iritatif, sehingga dengan duduk diharapkan berinteraksi
singkat dengan saluran cerna atas dan segera memasuki lambung.

1.5 Farmakokinetika
1.5.1 Rumus Penting Farmakokinetika
Orde 0: t1/2 = [A]O / 2k
Orde 1: t1/2 = ln 2 / k = 0,693 / k
Orde 2: t1/2 = 1 / k.[A]O

Cl = Vd x k

Vd=

MD= Css x Cl

Keterangan: t ½: waktu paruh, Cl: Clearence, Vd: Volume distribusi (L),


MD: Maintenance Dose (laju infus mg/jam), k: konstanta eliminasi (/jam),
[A]O : konsentrasi awal. Fabsolut: bioavailabilitas absolut.

Orde reaksi dibagi menjadi 3, yaitu:


- Orde 0: Laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi
pereaksi

UKAI-GO Page 16
- Orde 1: laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya
pereaksinya. Jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali,
maka laju reaksi akan menjadi 41 atau 4 kali lebih besar.
- Orde 2: laju reaksi berubah secara kuadrat terhadap perubahan
konsentrasinya. Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali,
maka laju reaksi akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar.

1.5.2 Kecepatan Infus

R=

Dimana :
R = kecepatan infus
S = fraksi aktif
ᶵ = interval pemberian
Pasien ATS menerima infus teofilin dengan dosis 40 mg
tiap jam. Berapakah kecepatan infus yang harus diatur? Diketahui
teofilin memiliki fraksi aktif sebesar 80 %.

R=

R=

R = 32 mg/jam

1.5.3 Menghitung Tetesan Cairan Infus Per Menit (TPM)


Faktor tetes untuk orang dewasa = 20

Faktor tetes untuk anak-anak= 60

Contoh:

Pasien X bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc


dalam 2 jam. Diketahui faktor tetes infusan adalah 15 tetes/menit.
Berapa jumlah tetesan per menit (TPM)?

UKAI-GO Page 17
TPM = 500 x 15 / (2 x 60)

= 62.5 tetes = 63 tetes permenit

1.5.4 Perubahan Dosis Intravena ke Dosis Peroral


Umumnya diberikan pada keadaan tunak rerata (Cav),
dengan rumus :

D=

Dimana :
D = dosis peroral
Cav = konsentrasi tunak rerata
k = konstanta eliminasi
Vd = volume distribusi
F = fraksi bioavaibilitas
S = fraksi aktif
ᶵ = interval pemberian
Pasien RA 28 tahun, 78 kg diresepkan Tetrasiklin HCl
untuk keluhan Gonorrhae. Tetrasiklin HCl memiliki bioavabilitas
oral 77 % dengan semua fraksi aktif. Volume distribusi sebesar 0,2
L/kgBB, waktu paro eliminasi adalah 10,6 jam. Kadar tunak rerata
yang digunakan dalam pengobatan RA di rumah sakit adalah 35
mg/mL. Apabila RA diizinkan pulang oleh dokter dan meneruskan
terapi tetrasiklin HCl peroral dengan interval tiap 6 jam, berapakah
dosis yang Anda sarankan?
Diketahui :
Vd = 0,2 L/kgBB x 78 kg = 15,6 L
K = 0,693/t1/2 = 0,693/10,6 = 0,065 /jam

D=

D=

D = 276,54 mg ~ 300 mg

UKAI-GO Page 18
UKAI-GO Page 19
INFEKSI
1.6.1 ANTIBIOTIK

UKAI-GO Page 20
1.6.2 ISPA
Otitis media (5-10 hari),
Ginggivitis dan abses gigi Sinusitis, Faringitis
penisilin G prokain/penisilin V 1st Line: Amox/Co-Amox,
Penisilin G/VK (faringitis),
Kandidiasis Oral Kotrimoksazol/Doksisiklin/eritr
Nistatin omisisn (Sinusitis)

Bronkitis 2nd Line: kotrimoksazol,


Sefalosporin, Makrolida

Pneumonia
1. Community acquired pneumonia
(CAP) didapat di luar RS atau panti
jompo.

Jk sebelumnya sehat:
Eritromisin, Klaritromisin, Azitromisin

Jk mendapat antibiotik dalam 3 bln:


Azitromisin /klaritomisin + amox/co-
amox /fluoroquinolon(Levofloksasin)

Jika CAP disertai penyakit penyerta:


Sinusitis (Lama terapi 10-14 hari) Levofloksasin /moxifloksasin atau
Tanda lokal: hidung tersumbat, sekret hidung yang kental kombinasi beta laktam (amox/co-
berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula amox)+makrolida(azitromisin/klarito
disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara misin) atau dengan Cefuroksim,
Cefotaksim, Ceftriakson → paling
kedua mata dan di dahi.
aman untuk ginjal
Tanda umum: batuk, demam tinggi, sakit
kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, Jk pneumonia berat:
malaise. Gentamicin/Tobramicin/Ciprofloksasin
+
Faringitis (Lama terapi 10 hari, kecuali dg Azitromisin 5 Ceftazidime/Cefepime/Meropenem/Azt
hari) reonam
Tanda: demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri
2. Nosokomial Pneumonia didapat
telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, selama pasien di rawat di RS.
palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya
pembengkakan 3. Pneumonia aspirasi diakibatkan
aspirasi secret oropharyngeal dan
cairan lambung.
NOTE!!!

Obat MRSA: Vankomisin, Seftarolin, Daptomisin, Linezolid, Tigesidin


Obat VRSA: Linezolid, Dalfopristin/Quinupristin

Bakterisidal: β-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem), Aminoglikosida,


Fluorokuinolon, Metronidazol

Bakteriostatik: Tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida, sulfonamide.

UKAI-GO Page 21
1.6.3 TUBERKULOSIS
KATEGORI PENGOBATAN FOLLOW UP
Kategori I 2HRZE/4H3R3 Sputum smear
 Penderita baru TB BTA (+) pada bulan kedua
 Penderita baru TB BTA (-), Rongten
Tahap intensif: 2 Bulan Pertama dan kelima
positif yg sakit berat
 Penderita TB ekstra paru berat HRZE
Lanjutan: 4 Bulan
HR (3hari sekali)
Kategori II Sputum smear
 Penderita KAMBUH: pernah 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3 pada bulan
sembuh, kemudian berobat lg karena
ketiga, kelima
BTA (+)
 Penderita GAGAL: 2 Bulan Pertama (fase intensif) dan kedelapan
- Penderita BTA (+) yg masih HRZES
tetap (+)/kembali menjadi (+) di
1 Bulan Lanjutan (Fase sisipan)
akhir bulan ke-5/lebih, atau
- Penderita dg hasil BTA (-), HRZE
rongten (+) menjadi BTA (+) pd 5 Bulan Terakhir (Lanjutan)
akhir bulan ke-2 pengobatan HRE
 Penderita LALAI:
H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z =
Sudah berobat ± 1 bulan dan
berhenti 2 bulan/lebih, kemudian Parazynamid; E = Etambutol;
datang lg berobat. Umumny S = Streptomisin
penderita kembali dg BTA (+)
Kategori III 2HRZ/4H3R3
 Penderita baru BTA (-) & rongten Tahap intensif: 2 Bulan Pertama
(+) sakit ringan
 Penderita TB ekstra paru ringan HRZ
Lanjutan: 4 Bulan
HR (3hari sekali)
Grup 1 Injeksi
Resistensi MDR-XDR Streptomisin 15-20mg/kg
Amikasin 15-20mg/kg
Capromisin 15-20mg/kg
Kanamisin 15-20mg/kg
Grup 2 (FluorQ)
Ofloxacin 750-1000mg qd
Levofloxacin 750-1000mg qd
Moxifloxacin 400 mg qd

 Efek Samping

UKAI-GO Page 22
Obat Kontraindikasi Efek Samping dan
Tatalaksana
Rifampisin Sirosis, infufisiensi hati, pecandu Warna kemerahan pada
alkohol air seni

Keamanan Kehamilan: C
Isoniazid (INH) Penderita penyakit hati akut Neuritis perifer/
kesemutan, diberikan
Keamanan Kehamilan: C piridoksin atau vitamin
B6
Pirazinamid Pasien dengan kelainan fungsi Nyeri Sendi
hati Hiperurisemia

Keamanan Kehamilan: C
Etambutol Anak-anak dengan neuritis optik Menyebabkan gangguan
pengelihatan atau
Keamanan Kehamilan: C kebutaan yg reversible
Streptomisin Mengakibatkan Teratogenik Tuli
Gangguan Keseimbangan
Keamanan Kehamilan: D
*Jika pasien mengidap HIV dan TB maka terapi yang diberikan adalah Obat TB
terlebih dahulu selama 14 hari, setelah itu Obat HIV boleh diberikan.

UKAI-GO Page 23
1.6.4 INFEKSI SALURAN KEMIH
Tata laksana

Tipe ISK Obat


Sistisis akut nonkompilata Kotrimoksazol 2x960mg (3hari)
Siprofloksasin 2x250mg (3hari)
Levofloksasin 250-500 mg perhari (3 hari)
Nitrofurantoin 2x100mg (7hari)
Co-Amoxiclav 2x625mg (7 hari)
Pielonefritis akut - untuk pasien rawat: gentamisin
(aminoglikosida lainnya), kotrimoksazol,
parentral, sefalosporin generasi III,
- untuk pasien rawat jalan: kotrimoksazol
oral, fluorokuinolon, amoksisilin/asam
klavulanat.
Prostatitis akut kotrimoksazol atau fluorokuinolon atau
aminoglikosida + ampisilin parenteral.
Prostatitis Kronik kotrimoksazol atau fluorokuinolon atau
trimetoprim
Sistisis Akut Rekurens pada Nitrofurantoin 50mg/hari
perempuan Kotrimoksazole 240mg/hari atau tiga kali
dalam seminggu
ISK pada Laki-laki Kotrimoksazole atau siprofloksasin selama
7 hari
ISK pada Ibu Hamil Co-Amoxiclav, Nitrofurantoin, Sefalosforin
oral, atau fosfomisin dosis tunggal
Kontraindikasi
 Anak : Kuinolon
 Gagal ginjal : Kotrimoxazol, Florokuinolon, Nitrofurantoin

UKAI-GO Page 24
1.6.5 Infeksi Kelamin

1.Uretritis
1st line: Azithromycin, Doxycycline
Alternative terapi:
Erythromycin, Levofloxacin, Ofloxacin

2. Herpes genital
- Aciclovir 3 x 400 mg (10 days) (standard
dose)
- Aciclovir 5 x 200 mg (10 days)
- Valaciclovir 2 x 500 mg (10 days)
- Famciclovir 3 x 250 mg (10 days)

3. Gonorrhea/Raja Singa
Dual therapy
- Seftriakson 250 mg i.m sigle dose+
Azitromisin 1g single dose, atau
- Azitromisin 1g single dose + sefiksim 400 mg
sigle dose
Single therapy
- Seftriaxone 250 mg IM as a single dose
- Sefixime 400 mg orally as a single dose
- Spectinomycin 2 g IM as a single dose.

4. Ulkus mole
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
- Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg (3 hari)
- Erythromycin 3 x 500 mg (7 hari)

5. Sifilis
Benzathine penicillin G, procaine penicillin G

jika alergi penisilin: doxycycline, seftriakson,


Azitromisin.

6. chlamydial infections
1st line:
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
- Doksisiklin 2 x 100 mg
Alternatif:
Tetrasiklin, Eritromisin, Ofloksasin

(WHO)

UKAI-GO Page 25
1.6.6 HIV/ AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen yang
menyerang sistem imun manusia (CD4+), sementara accquired-immunodeficiency
syndrome (AIDS) merupakan kondisi (sindrom) imunosupresif yang berkaitan
erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder serta menifestasi
neurologik tertentu akibat terinfeksi HIV.

Definisi kegagalan terapi:


Gagal virologis: Pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dengan kepatuhan
yang baik, viral load di atas 1000 kopi/mL (jika ≤1000 kopi/mL, lanjutkan terapi)
berdasarkan 2x pemeriksaan HIV RNA dengan jarak 3-6 bulan → Switch ke
terapi lini selanjutnya.

1. Paduan ART lini pertama pada anak usia 5 tahun ke atas dan dewasa,
termasuk ibu hamil dan menyusui, ODHA koinfeksi hepatitis B, dan
ODHA dengan TB
Kombinasi 2 Nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NRTIs) + 1 non-
nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NNRTI):

UKAI-GO Page 26
ARV Lini Kedua: berupa kombinasi 2 NRTIs + 1 ritonavir-boosted
protease inhibitor (PI)
 Kegagalan terapi dengan regimen TDF + 3TC (atau FTC) pada lini
pertama gunakan AZT + 3TC sebagai NRTI pada terapi Lini
Kedua atau;
 Pada Kegagalan terapi dengan regimen AZT atau d4T + 3TC pada
Lini Pertama gunakan TDF + 3TC (atau FTC) sebagai NRTI
pada terapi lini kedua.

NOTE!!
ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang
amat terbatas.

2. Paduan ART lini pertama pada anak (< 5 tahun) menggunakan


kombinasi 2 NRTI dan 1 NNRTI

NOTE!
 1st line Zidovudin (AZT), jika Hb anak < 7,5 g/dl maka
dipertimbangkan pemberian Stavudin(d4T).
 Pertimbangkan penggantian d4T ke AZT (bila Hb anak > 10 gr/dl)
setelah pemakaian 6 – 12 bulan. Bila terdapat efek anemia berulang
maka dapat kembali ke d4T.
 Tenofovir saat ini dapat digunakan pada anak usia di atas 2 tahun.
Selain itu perlu dipertimbangkan efek samping osteoporosis pada tulang
anak yang sedang bertumbuh karena penggunaan ARV diharapkan
tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badan.

UKAI-GO Page 27
 EFV dapat digunakan pada anak ≥ 3 tahun atau BB ≥ 10 kg, jangan
diberikan pada anak dengan gangguan psikiatrik berat. EFV adalah
pilihan pada anak dengan TB. Jika berat badan anak memungkinkan,
sebaiknya gunakan KDT. Menyebabkan pusing, dianjurkan untuk
diminum saat malam hari

Antiiretoviral untuk Terapi HIV


Obat
Nucleoside atau Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
 Zidovudin (AZT)
 Didanosin (ddI)
 Zalcitabin (ddC)
 Stavudin (d4T)
 Lamivudin (3TC)
 Emtricitabin (FTC)
 Tenofovir (TDF)
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
 Nevirapin (NVP)
 Effavirenz (EFV) hindari untuk Ibu Hamil
Protease Inhibitor (PI)
 Lopinavir/ritonavir
Entry Inhibitor (EI)
 Enfuvirtid
 Maraviroc
Integrase Inhibitors
 Raltegravir
 Elvitegravir

UKAI-GO Page 28
ARV Toksisitas Subtitusi
TDF  Disfungsi tubulus renalis  AZT atau d4T atau ABC
 Sindrom Fanconi
 Menurunnya densitas mineral tulang
 Asidosis laktat atau hepatomegali dengan
steatosis
 Eksaserbasi hepatitis
 B (hepatic flares)
AZT  Anemia atau neutropenia berata, miopati,  Dewasa: TDF
lipoatrofi atau lipodistrofi Anak: d4T atau ABC
 Intoleransi saluran cerna berat b
 Dewasa: TDF
Anak: d4T atau ABC
 Asidosis laktat atau hepatomegali dengan  Dewasa: TDF
steatosis Anak: ABC, atau LPV/r
jika ABC tak tersediac
d4T  Neuropati perifer, lipoatrofi atau  Dewasa: AZT atau TDFd
lipodistrofi Anak: AZT atau ABC,
 Asidosis laktat atau gunakan ABC pada asidosis laktat
hepatomegali dengan steatosis, gunakan ABC
pankreatitis akut

EFV Toksisitas susunan saraf pusat persisten  NVP Jika ODHA tidak
(seperti mimpi buruk, depresi, dapat mentoleransi
e
kebingungan, halusinasi, psikosis) NNRTI lain, gunakan
 Hepatotoksisitas LPV/rc atau pada anak
 Kejang dapat juga digunakan 3
 Hipersensitivitas obat Ginekomastia pada NRTIf jika LPV/rc tidak
pria tersedia
 Potensi teratogenik

UKAI-GO Page 29
NVP  Hepatotoksisitash,i  EFV Jika ODHA tidak
 Hipersensitivitas obat g, i
dapat mentoleransi
NNRTI lain, gunakan
LPV/rc atau pada anak
dapat digunakan 3
NRTIf
 a
Anemi berat adalah Hb < 7,5 g/dl (anak) atau < 8 g/dl (dewasa) dan
neutropenia berat jika hitung neutrofil < 500/mm3. Singkirkan
kemungkinan malaria pada daerah endemis.
 b
Batasannya adalah intoleransi saluran cerna refrakter (berulang) dan berat
yang dapat menghalangi minum obat ARV (mual dan muntah persisten).
 c
Penggunaan PI dalam paduan lini pertama mengakibatkan menyempitnya
pilihan obat berikutnya bila sudah terjadi kegagalan terapi.
 d
AZT dan d4T mempunyai pola resistansi yang hampir serupa, berbeda
dengan TDF. Pada substitusi setelah pemakaian lama d4T ke TDF, harus
diperhatikan bagaimana supresi virus dan riwayat kepatuhan ODHA.
 f
Penggunaan triple NRTI mungkin kurang poten dibanding paduan lain
 g
Ruam kecil sampai sedang dan toksisitas hati dapat diatasi dengan
pemantauan, terapi simtomatik dan perawatan suportif. Ruam yang berat
didefinisikan sebagai lesi luas dengan deskuamasi, angioedema, atau
reaksi mirip serum sickness, atau lesi disertai gejala konstitusional seperti
demam, lesi oral, melepuh, edema fasial, konjungtivitis seperti Sindrom
Stevens-Johnson. Pada ruam yang berat, apalagi jika disertai peningkatan
SGOT >5 kali batas ambang normal (BAN), dapat mengancam jiwa, oleh
karena itu hentikan NVP atau EFV. Kedua obat NRTI lainnya diteruskan
hingga 1-2 minggu ketika ditetapkan paduan ARV berikutnya mengingat
waktu paruh yang lebih pendek disbanding NVP atau EFV.
 h
Hepatotoksisitas yang dihubungkan dengan pemakaian NVP jarang
terjadi pada anak terinfeksi HIV yang belum mencapai usia remaja.
 i
Menaikkan secara bertahap dosis NVP atau yang disebut eskalasi dosis
dapat menurunkan risiko toksisitas.

UKAI-GO Page 30
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014)

1.6.7 HEPATITIS

Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), kronik
(hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).

(Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati Direktorat Ditjen Bina Kefarmasian


Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007)

a. Hepatitis A
Tidak ada pengobatan khusus pada pasien Hepatitis A, hanya perlu
dilakukan terapi supportive (pengobatan symptom) dan peningkatan
sistem imun.
Initial therapy : Bed rest
Symptomatic :
 Analgesic : Acetaminophen (not more than 4 gr/day)
 Nausea & Vomitting : Antiemetic (Metoclopramide)
 Dehydration : I.V Fluids
 Diet : Avoid alchohol and hepatotoxic drug
 Vaccine (HAV) and Immunoglobulins IM (Gamunez, Gammaplex,
Octagam)

UKAI-GO Page 31
b. Hepatitis B
1st:
Lamivudine/adevofir/telbivudine/tenofovir/entecavir.
Untuk menurunkan resistensi direkomendasikan lebih menggunakan
tenofovir atau entecavir.
2nd:
Tenofovir jika sudah resisten terhadap lamivudine, entecavir, adefovir,
telbivudine.

Dosis
Obat Efek Samping Kontra Indikasi PR
(mg/hari)
Pankretitis, neuropati
Lamivudine 100 perifer, nyeri Hipersensitivitas C
musculoskeletal
Adevofir
Diminum bersama
dengan pegylated
B
interferon alfa-2a
Meningkatnya serum Hindari
Telbivudine 600 karena dapat
kreatinin kinase, fatigue untuk ibu
meningkatkan
menyusui
reseiko neuropati
perifer
Pusing, nyeri perut,
Tenofovir
25 meningkatkan kadar
AF
LDL.
Compensated liver
disease= 0,5
Entecavir Hipersensitivitas C
Decompensated liver
disease = 1

UKAI-GO Page 32
Refractory atau
resisten = 1
30-35 million Unit
(SC/IM) per minggu
Atau
Interferon
5 million Unit setiap
alfa-2a
hari
(Hepatitis B
Atau
Kronik)
10 million Unit
seminggu 3 kali
selama 16 minggu

c. Hepatitis C
Panduan rekomendasi pengobatan untuk Hepatitis C
Dosis
Obat Efek Samping Kontra Indikasi PR
(mg/hari)
Akut:
5 million Unit
SC/IM setiap hari
selama 4 minggu Fatigue,
dilanjutkan Neutropenia, Hipersensitif,
seminggu 3 kali Meningkatkan hepatitis autoimun,
Interferon alfa-2a
selama 20 minggu. transaminase, Decompensated C
leukopenia, liver disease
Kronik: anorexia, (Child Pugh > 6)
3 million unit myalgia
IM/SC seminggu 3
kali selama 16
minggu
Pegylated Kronik : Kelelahan, Sakit Hipersensitif, C (single);

UKAI-GO Page 33
interferon alfa-2 180 mcg S.C sekali kepala, Demam, hepatitis autoimun,
seminggu Myaglia Decompensated X
(Durasi seperti pada liver disease (kombinasi)
panduan (Jarang : <1%) (Child Pugh > 6)
Angina,
Disaritmia
Jantung,
Cerebral
Hemorrhage &
Ishcemia,
Neuropati Perifer
Genotype 1 & 4 :
400 mg P.O /hari +
ribavirin dan Hipersensitif, CrCl B;
peginterferon alfa <50 mL/min,
Fatigue,
Pancreatitis, X
Headache,
Genotype 2 : Autoimune (kombinasi
Sofosbuvir Nausea,
400 mg P.O/hari + Hepatitis, dengan
Insomnia,
ribavirin Thallasemia, Ribavirin /
Pruritus, Anemia
Sickle cell anemia, Peginterfero
Genotype 3 : Neonatus / Infant n)
400 mg P.O/hari +
ribavirin
Rash
(photosensitivity
),
Simeprevir 150 mg P.O/hari Hiperbilirubinem Hipersensitif C
ia grade 1 & 2,
Pruritus, Nausea
Jarang :

UKAI-GO Page 34
Bradikardi,
Hepatic Failure
Hipersensitif,
Fatigue, Anemia, Penginduksi
800 mg P.O/ 8 jam Nausea, CYP3A4/5, Highly
Boceprevir X
(+ makanan) Headache, Diare, dependent
Insomnia CYP3A4/5 drug
user
Genotype 1 & 4;
HIV free (<75 kg)
:
1000 mg/hari P.O
Fatigue,
tiap 12 jam
Headache,
Hemolysis,
Genotype 1 & 4;
Myaglia,
HIV free (≥75 kg)
Nausea, Fever,
:
Insomnia,
1200 mg/hari P.O
Ribavirin Hiperbilirubinem KI
tiap 12 jam
ia

Genotype 2/3;
Jarang :
HIV free :
Hemolytic
800 mg/hari P.O
anemia, Nyeri
dibagi 12 jam
dada

Coinfected HIV :
800 mg P.O tiap 12
jam
Ribavirin: digunakan ketika terjadi kegagalan terapi dengan monoterapi
interferon alfa-2a atau alfa-2b.

UKAI-GO Page 35
1.6.8 Antibiotik Kontraindikasi untuk Ibu Hamil
Sulfonamid Sulfametoksazol (kotrimoksazol), Antagonis asam folat
Sulfadiazin, Sulfasalazin, Sulfametazin
Aminoglikosida Gentamisin, Streptomisin, Amikasin, Efek toksik terhadap saraf di
Neomisin, Tobramisin, Kanamisin, otak N.VIII baik komponen
vestibular (sistem sensoris
yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala,
dan gerak bola mata) dan
akustik (berfungsi dalam
pendengaran)
Fluorokuinolon Siprofloksasin, Levofloksasin, Artropati janin hewan
Ofloksasin, dll
Kloramfenikol Sindroma Grey
Tetrasiklin (tdk Pewarnaan abnormal,
direkomendasikan dysplasia gigi
setelah 15 mnggu
kehamilan)

Griseovulfin Terjadi fenomena aneuploidi


(Anti Jamur) (segregasi abnormal
kromosom saat pembelahan
sel).

INGAT!!

SAFe Ibu hamil dari KLORAMFENIKOL, TETRASIKLIN dan


GRISEOVULFIN

1.6.9 Antibiotik Profilaksis


Jenis Prosedur Rekomendasi Alternatif pd Pasien alergi β-laktam
Jantung Cefazolin/sefalotin, Clindamycin, vancomycin
cefuroxime
Ortopedik, Cefazolin Clindamycin, vancomycin
Vascular, plastic
surgery
Torak Cefazolin, ampicillin– Clindamycin, vancomycin
sulbactam
Gastroduodenale Cefazolin Clindamycin/vancomycin +
aminoglycoside/aztreonam/fluoroquinolone
Saluran empedu Cefazolin, cefoxitin, Clindamycin/vancomycin +
cefotetan, ceftriaxone, aminoglycoside/aztreonam/fluoroquinolone.
ampicillin–sulbactam Metronidazol+aminoglycoside/fluoroquinolon
Appendectomy Cefoxitin, cefotetan, Clindamycin +
cefazolin + metronidazole aminoglycoside/aztreonam/fluoroquinolone
Colorectal Cefazolin + metronidazole, Clindamycin/vancomycin +
cefoxitin, cefotetan, aminoglycoside/aztreonam/fluoroquinolone.
ampicillin–sulbactam, Metronidazol+aminoglycoside/fluoroquinolon
ceftriaxone + metronidazole,
ertapenem
Urologic Cefazolin + metronidazole, Fluoroquinolone, aminoglycoside +
cefoxitin metronidazole or clindamycin

UKAI-GO Page 36
1.6.10 Typhoid
• Penyebab: Salmonella sp.
• Gejala: demam malam hari, nyeri perut, diare, lemas, mual

Penggunaan siprofloksasin pada anak-anak untuk demam tifoid masih boleh


diberikan jika benefit lebih besar dari risiko (WHO, 2011)

1.6.11 INFEKSI JAMUR


Jamur dibagi dua berdasarkan tempat infeksinya
1. Superficial (permukaan kulit)
- Gol Imidazol: klotrimazol, ketokonazol, ekonazol, mikonazol,
sulkonazol dan tiokonazol.
Digunakan untuk terapi lokal kandidiasis vagina dan untuk infeksi
dermatofit
- Griseofulfin  Menghambat mitosis jamur
Kontraindikasi : gangguan fungsi hati, kehamilan
- Nistatin
Efek samping : sindroma steven johnson
2. Sistemik
- Amfoterisin B

UKAI-GO Page 37
Efek samping : toksisitas ginjal, anafilaksis
Hati hati pada wanita hamil dan menyusui
Berdasarkan jenis jamurnya
1. Profilaksis pasien immunocompromised
Imidazole oral atau antijamur triazol.
Flukonazol lebih mudah diabsorpsi dari pada itrakonazol dan ketokonazol
serta lebih aman dibanding ketokonazol untuk penggunaan jangka panjang
2. Aspergilosis
- Menyerang saluran nafas
- 1st line: vorikonazom. Alternatifnya itrakonazol. Jika terjadi gangguan
ginjal, yang dipilih amfoterisin.
3. Kandidiasis
- Infeksi jamur vagina dapat diobati dengan antijamur local atau dengan
flukonazol oral. Jika resisten diberi itrakonazol.
- Kalo sistemik obatnya amfoterisin
4. Infeksi kulit dan kuku
Terapi sistemik (itrakonazol/terbinafin) digunakan jika terapi topical tidak
efektif. Griseofulvin efektif namun sekarang sudah digantikan dengan anti
jamur triazol (terutama itrakonazol) atau imidazole oral dan terbinafin krn
spectrum luas dan lama terapi lebih singkat. Flukonazol oral alternative
terbinafin oral. Terbinafin, obat pilihan untuk infeksi jamur kuku dan juka
kurap.
5. Kriptokokosis
Meningitis kriptokokus: infus amfoterisin iv 2 minggu, dilanjutkan
flukonazol oral 8 minggu
6. Histoplasmosis
Infeksi indolent non-meningeal pada pasien imunokompeten termasuk
histoplasmosis paru kronis: Itrakonazol, alternatif Ketokonazol
infeksi berat atau nyata: Infus amfoterisin iv
pencegah kekambuhan: Itrakonazol

UKAI-GO Page 38
1.6.12 INFEKSI PARASIT
CACINGAN
Infeksi cacing yg banyak kasusnya di Indo: cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma
duodenale, Necator americanus), cacing kremi, cacing pita

Pengobatan:
Cacing gelang (Ascaris lumbricoides):
1st line: Albendazol (usia>2 th 400 mg p.o, 12-24 bln 200 mg) dan mebendazol
(usia >2th 400 mg)
2nd line: Pirantel pamoat (10-11 mg/KgBB p.o)

Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)


Albendazol 400 mg selama 3 hari atau
Mebendazol 100mg 2x sehari selama 3 hari berturut-turut.

Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing


kremi (Oxyuriasis)
Albendazol dosis tunggal 400 mg oral atau mebendazol 2X100mg/hari atau
pirantel pamoat 11 mg / kgBB, maksimum 1 gram.
Mebendazol dan pirantel pamoat diberikan selama 3 hari berturut-turut.
pd kasus cacingan ini, pasien biasanya mengalami penurunan kadar hemoglobin
shg perlu asupan makan bergizi dan suplemen zat besi.

Cacing pita (Taeniasis)


1st line: Praziquantel (5-10 mg/kg, dosis tunggal) atau
niklosamid (<2 th 500 mg; 2-6 th 1g; 6 th > dosis 2 g; setelah makan), atau
Albendazol (WHO)
Mekanisme kerja obat:
albendazol/mebendazol memiliki efek membunuh cacing, sedangkan pirantel
pamoat dan praziquantel menyebabkan paralisis cacing.

UKAI-GO Page 39
TOXOPLASMA
 Dewasa: Pyrimethamine + sulfadiazine + folinic acid (leucovorin)
 Pediatrik: Pyrimethamine + sulfadiazine + folinic acid (leucovorin)
 Kehamilan:

< 18 minggu
Spiramisin
kehamilan
Akut infeksi
toksoplasmosis di
kehamilan Pyrimethamine +
≥ 18 minggu
sulfadiazine +
kehamilan
folinic acid

Kategori
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Kehamilan
Inisial: 1 x 50-75 mg
Gangguan renal,
selama 1-3 minggu
Pirimetamin anemia megaloblastic Anemia C
Maintain: 1 x 25-37.5
(defisiensi folat)
mg pada minggu ke 4-5
Inisial: 2-4 g
Anemia megaloblastic Anemia
Sulfadiazin Maintain: 2-4 g/hari C
(defisiensi folat) aplastik
terbagi 3-6x
(CDC, 2018)

FILARIASIS
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
→melumpuhkan otot mikrofilaria, sehingga tidak dapat bertahan di tempat
hidupnya dan mengubah komposisi dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistim pertahanan tubuh.
Albendazole
→Dapat meningkatkan efek DEC dalam mematikan cacing filarial dewasa dan
mikrofilaria tanpa menambah reaksi yang tidak dikehendaki.

UKAI-GO Page 40
Memutuskan rantai penularan Filariasis di Kabupaten/Kota Endemis Filariasis:
 DEC+ Albendazol → diberikan sekali setahun selama minimal 5 tahun
berturut-turut (daerah endemis filariasis dimana onchocerciasis tidak endemis)
 Invermectin + albendazole (400 mg) (daerah endemis onchocerciasis
dianjurkan pemberian)
 Wanita hamil dan anak <2 tahun, tidak boleh diberikan DEC + albendazole.
 Anak yang tingginya <90 cm dan ibu menyusui minggu pertama tidak boleh
diberikan invermectin + albendazole.

Pengobatan untuk yang baru terinfeksi:


DEC 3x1 tablet 100 mg selama 10 hari berturut-turut dan parasetamol 3x1 tablet
500 mg dalam 3 hari pertama.
Diikuti dengan setahun sekali DEC dosis rendah (25-50 mg/kg BB) selama 5
tahun berturut-turut atau konsumsi garam yang diberi DEC (02-0,4 mg/ kg BB)
selama 5 tahun.

(CDC, PMK No.94 th 2014)


Kategori
Obat Dosis Kontraindikasi
Kehamilan
3 x 6 mg/kg
Dietil carbamazin
BB/hari (pc) Ibu hamil X
(1st Line)
selama 12 hari
anak usia dibawah 2
Ivermektin 400µg/kg BB tahun, ibu hamil, C
sirosis hati
Albendazol 400 mg po sekali - -

UKAI-GO Page 41
1.6.13 MALARIA
Penyakit yang bersifat akut atau kronik disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium, ditandai dengan Demam, menggigil, anemia dan splenomegali.

Malaria Falciparum
Lini Pertama:
 Artesunat +Amodiakuin + Primakuin
Kontraindikasi terhadap Ibu Hamil dan Bayi <1 tahun
 Dihidroartemisinin + Piperakuin + Primakuin (Saat ini khusu untuk daerah
papua) aman untuk ibu hamil trisemester 2 dan 3

Lini Kedua:
 Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin

Malaria Vivax dan Ovale


 Lini Pertama:
Artesunat + Amodiakuin atau DHP

Lini Kedua:
 Kina + Primakuin

Malaria Malariae
Cukup diberikan ACT

Malaria Falciparum + Vivax


ACT + Primakuin

Kemoprofilaksis
Doksisiklin, diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di
daerah tersebut sampai 4 minggu dan setelah kembali.

Kategori
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Kehamilan
3 x 648 mg selama 7 neuritis optic,
Quinin - X (trimes 1)
hari tinitus
AV blok,
Quinidin 1 x 200 mg sehari trombositopenia, Diare C
myasthenia gravis,

UKAI-GO Page 42
menyusui
Ibu hamil, anak Gigi
Doxycycline 1 x 100 mg sehari D
berusia < 8 tahun berwarna
4 x 600 mg selama 6 Gangguan
Klindamisin - B
minggu ginjal
Inisial: 1 g (600
base) Psoriasis, gangguan
Klorokuin Retinopati -
Maintain: 3 x 500 mg penglihatan
(300 base)
4 x 2.4mg/kg IV
Artesunat - - -
sehari selama 3 hari

Pencernaan

1.6.14 MUAL DAN MUNTAH


Mual biasanya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk muntah atau
sebagai perasaan di daerah tenggorokan atau epigastrik yang memperingatkan
seseorang bahwa muntah sudah dekat. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau
pengeluaran isi lambung melalui mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang
kuat. Etiologi:

UKAI-GO Page 43
OBAT UMUM MUAL dan MUNTAH:
1. Antasida
Digunakan untuk mual dan muntah ringan yang bekerja dengan menetralkan
asam lambung.
Dosis: 1 atau lebih 15 sampai 30 mL setiap 2-4 jam prn
2. Antagonis Reseptor H2
Digunakan dengan dosis rendah untuk memanage mual muntah yang
berhubungan dengan heartburn atau gastroesofageal reflux.
Contoh: cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine
3. Antihistamin-Antikolinergik
Digunakan untuk mual muntah yang berhubungan dengan motion sickness.
Efek Samping: drowsiness/ confusion, pandangan kabur, mulut kering, retensi
urinari, dan takikardia, terutama pada pasien geriatrik.

UKAI-GO Page 44
4. Benzodiazepins
Benzodiazepin merupakan antiemetik yang relatif lemah dan digunakan untuk
mencegah kecemasan atau antisipasi mual dan muntah.
Contoh obat: Alprozolan dan Lorazepam yang digunakan sebgai adjuctive
untuk antiemetik pada pasien yang diobati dengan regimen cisplatin.

5. Phenothiazine
Phenothiazine merupakan obat yang paling tepat untuk pasien mual muntah
yang tidak dapat diberikan obat dengan rute oral atau parenteral.
Phenothiazine diberikan dengan rute pemberian melalui rektal.
Efek samping: ektrapiramidal, hipersensitifitas dengan kemungkinan
disfungsi hati, marrow aplasia, dan sedasi berlebihan.

UKAI-GO Page 45
6. Kortikosteroid
Deksametason dapat mengelola mual muntah akibat kemoterapi dan mual
muntah pasca operasi. Deksametason bisa diberikan tunggal atau kombinasi
dengan 5-hidroksitriptamin-3 reseptor antagonis (5-HT3-RAs).
Deksametason untuk mual muntah akibat kemoterapi biasanya digunakan
untuk pencegahan emesis akut yang disebabkan cisplatin.

7. Metoklopramid
Metoklopramid digunakan sebagai antiemetik pada pasien diabetes
gastroparesis. Selain itu bila digunakan bersama dengan deksametason, dapat
mengatasi profilaksis mual dan muntah terkait pemberian kemoterapi.

8. Cannabinoid
Digunakan sebagai refrakter antiemetik lain yang biasanya digunakan untuk
mual muntah karena kemoterapi. Cannabinoid ini bukan merupakan lini
pertama.
Contoh: Nabilone PO dan Dronabinol PO

UKAI-GO Page 46
9. Substan P/Neurokinin 1 Reseptor Antagonis
Substan P merupakan neurotransmiter peptida yang menjadi mediator utama
untuk mual muntah tertunda karena kemoterapi dan salah satu dari 2 mediator
untuk mual muntah akut karena kemoterapi.
Contoh: Aprepitant (injectable form) dan fosaprepitant digunakan dalam
regimen profilaksis mual dan muntah yang berhubungan dengan dosis tinggi
cisplatin.
Interaksi obat: dengan kontrasepsi oral, warfarin, dan deksametason oral

10. 5-Hidroksitripamin-3 Reseptor Antagonis


Paling sering digunakan untuk mual muntah karena kemoterapi, post operasi,
dan radiasi.
Contoh: dolasetron, granisetron, ondansetron, dan palonosetron
Efek samping: konstipasi, sakit kepala, asthenia

UKAI-GO Page 47
PROFILAKSIS MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI
1. Untuk Pasien Kemoterapi dengan Resiko Mual Muntah Tinggi
Hari-H Kemoterapi:
 5-HT3-RA + Deksametason + Aprepitant/ Fosaprepitant
Profilaksis Mual Muntah Tertunda:
 H+1 dan H+2 diberikan deksametason + aprepitant.
 H+3 diberikan deksametason ± lorazepam.

2. Untik Pasien Kemoterapi dengan Resiko Mual Muntah Sedang


Hari-H Kemoterapi:
 5-HT3-RA+ Desametason
H+1 dan H+2 Kemoterapi:
 Deksametason
Profilaksis Mual Muntah Tertunda:
 H+1 dan H+2 Kemoterapi
Berikan Aprepitant atau salah satu dari: deksametason, 5-HT3-RA,
dan / atau lorazepam dan atau penghambat histamin 2, atau inhibitor
pompa proton.

IBU HAMIL:
 Ganti diet dan atau modifikasi lifestyle
 Pyridoxine 10-25 mg, 1-4 kali sehari sebagai firstline dengan atau tanpa
doxylamine 12,5-20mg, 1-4 kali sehari. Kalo dehidrasi, kasih iv fluid
replacement dengan thiamine.
 Metoklopramide jika kondisi mual muntah terasa hebat pada Ibu Hamil.
 Ondansetron
 Obat herbal: Jahe

UKAI-GO Page 48
1.6.15 Diare
Simtomatik

 Antimotilitas
Agen pilihan adalah loperamid 4 mg dosis awal, lalu 2 mg tiap diare,
maksimal 16 mg/ 24 jam. Loperamid tidak boleh diberikan pada diare
berdarah.
 Antisekretorik
Bismuth Subsalisilat dan agen terbaru Racecatrodil aman digunakan pada
anak-anak, namun tidak digunakan pada penderita kolera.
 Antispasmodik
Hyoscien-n-butilbromid 10 mg, 2-3 x sehari. Maksimum 100 mg/ hari.
Ekstrak Belladona 5-10 mg, 3 x sehari.
Papaverin 30-60 mg, 3 x sehari.
Mebeverin 35-100 mg, 3 x sehari.
 Pengeres Feses
Attapulgit 2 tablet @630 mg tiap diare, maksimal 12 tablet/hari.
Smektit 9 g/24 jam dibagi dalam 3 dosis.
Kaolin-Pektin 2,5 tablet @ 550 mg/20 mg tiap diare, maksimal 15
tablet/24 jam.
 Dehidrasi
Gunakan Oralit setiap diare

UKAI-GO Page 49
Terapi Spesifik Daire Akut Berdasarkan Etiologi

Infeksi
Infeksi Bakteri
E. Coli (EPEC, ETEC, EHEC), Enterobacter, Shigella sp.
 Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5 hari)
 Kotrimoksazole (2x160/800 mg, 5-7 hari)

Salmonella sp.
 Kloramfenikol (4x500 mg atau Tiamfenikol 50 mg/kg/hari hingga 7 hari bebas demam)
 Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5 hari)
 Kotrimoksazole (2x160/800 mg, 5-7 hari)

Campylobacter jejuni
 Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5-7 hari)
 Makrolida (Eritromisin 2x500 mg, 5 hari)

Vibrio cholera
 Tetrasiklin (4x500 mg, 3 hari)
 Doksisiklin (300 mg, dosis tunggal)
 Kuinolon (Siprofloksasin 30mg/kgBB, dosis tunggal)
 Azitromisin (1 g, dosis tunggal)

Clostridium difficile
 Metronidazole (3x500 mg, 10 hari)
 Vankomisin Oral (1x125 mg, 10 hari)

Yersinia enterocolytica
 Aminoglikosida (Streptomisin IM 30 mg/kgBB/24 jam dibagi 2x dosis, 10 hari)
 Kotrimoksazole (2x160/800 mg)
 Kuinolon (mis. Siprofloksasin 2x500 mg)

Infeksi Virus
Tidak diberikan antivirus hanya diberikan terapi suportif dan simtomatik

Infeksi Jamur

UKAI-GO Page 50
Candida sp, Cryptococcus, Coccidiomycosis
 Flukonazole 2x50 mg brp hari
 Itrakonazole 2x200 mg
 Amfoterisin B 1mg/kg/24 jam

Infeksi Parasit
Glardia, Entamoeba
 Metronidazole (3x250 mg, 5 hari)

Cryptosporodium
 Paromomisin
 Azitromisin
Entamoeba Histolytica
 Metronidazole (3x500-750 mg, 5-10 hari)
 Tinidazole (2g, dosis tunggal)
 Bila abses hepar atau kolitis tambahkan Paronomisin (3x500mg, 10 hari)

Isoospora belli
 Kotrimoksazole (2x160/800 mg selama 10 hari, dilanjutkan 3x160/800 mg selama 3
minggu)

Non Infeksi
Intoleransi Laktosa
 Stop Makanan yang mengandung laktosa
 Beri enzim laktase buatan
 Probiotik
Alergi Makanan
 Stop Makanan yang menyebabkan alergi
 Kortikosteroid atau antihistamin
Fase Akut Irritabel bowel syndrome
 Antiansietas
 Antispasmodik
Fase Akut Inflammatory Bowel Desease
 Antiinflamasi (5-ASA dan Kortikosteroid)
Fase Akut Tirotoksikosis
 Atasi tirotoksikosis

UKAI-GO Page 51
 Simtomatik

 Diare Ibu Hamil


1) Rehidasi dg Oralit
2) Diet : hindari makanan berklemak, pedas, susu(jika intoleransi
laktosa), asam
3) Obat Anti Diare
 Attapulgit
 Loperamid (kategori B)  hati-hati trimester pertama 
risiko malformasi jantung

Tidak Boleh diberikan pada Ibu Hamil


 Difenoksilat+atropin (kategori C)
 Bismut subsalisilat (D)  penurunan berat badan lahir bayi,
perdarahan neonatus, peningkatan mortalitas prenatal
 Kolestiramin (C)  malabsorpsi vitamin larut lemak; tidak
dianjurkan

 Diare Anak
1. 3 jam pertama oralit sesuai berat badan / umur
Cara minum oralit:
 satu sendok teh setiap 1 – 2 menit (< 2 tahun)
 > 2 tahun: berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir
2. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah:
a. Jika anak muntahselama 10 menit beri oralit lebih lambat
(misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
b. Jika kelopak mata anak bengkak,  hentikan + minum air matang
atau ASI.

UKAI-GO Page 52
3. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi
yang terlihat sebelumnya
a. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah
 beri cairan tambahan.
 beri tablet Zinc selama 10 hari-14 hari
Untuk Anak <6 bulan (10 mg atau ½ tablet)
Untuk Anak >6 bulan (20 mg atau 1 tablet)

1.6.16 Konstipasi
Konstipasi adalah keluhan berupa defekasi yang tidak memuaskan akibat
frekuensi yang kurang dari orang normal atau kesulitan mengevakuasi feses akibat
fese yang keras.

Obat-Obatan untuk Terapi Konstipasi

Golongan Obat Dosis


Bulk Agent
 Psyllium 1 sendok teh dalam 240 ml cairan, 1-3x sehari, per oral
 Plantago ovata 3,25 g dalam 150 ml cairan, 1-3x sehari, per oral
 Metilselulosa 1 sendok makan dalam 240 ml air dingin, 1-3x/hari per oral
Laksatif Osmotik
Laksatif Salin:
 Magnesium Sediaan 400 mg/5ml, 30-60ml/hari, per oral
hidroksida
Disakarida yang tidak
diserap:
 Laktulosa Sediaan 10 g/15ml, dosis awal 15-45ml/hari, rumatan 10-25
ml/hari
Gula Alkohol:
 Sorbitol 2 sachet sebelum tidur dan 1 sachet sebelum sarapan

 Manitol 15-30ml/hari dalam 1-2x pemberian

 PEG 1 sendok makan (17g) dalam 240 ml cairan, sekali sehari

UKAI-GO Page 53
Laksatif Stimulan:
 Bisakodil 5-10 mg sekali sehari, sebelum tidur karena bisakodil
bekerja 6-12 jam setelah diminum.
 Castor Oil 15-60 ml sehari
 Sodium picosulphate 8-16 mg tiap sebelum tidur

Rectal
Enema/Suppositoria:
 Enema fosfat 120ml/ hari
 Bisakodil suppositoria 1 supp rektal/hari.

1.6.17 GERD
Gastro esophageal reflux disease terjadi ketika sejumlah asam lambung
dipompa balik ke esophagus melebihi jumlah normalnya, sehingga terjadi gejala-
gejala seperti berikut:
 Heartburn
 Muntah
 Dysphagia

Pompa balik yang tidak normal dapat menyebabkan gejala extraesophageal,


seperti:
 Batuk/dan mengi, Sakit tenggorokan, Otitis media, Noncardiac chest pain,
Erosi enamel/ manifestasi dental lainnya
 Mekanisme sekresi asam lambung di sel parietal:

UKAI-GO Page 54
Pompa proton
H+/ K+/ATPase

UKAI-GO Page 55
PENGOBATAN FARMAKOLOGIS
PPI (Proton Pump Inhibitor)
Menghambat pompa proton H+/ K+/ATPase
Obat: Omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, …zole

Terapi farmakologi paling kuat dalam menangani GERD,


Terapi profilaksis Stress-Related Mucosal Disease di ICU
Antasida
ES: jangka panjang: mengganggu homeostasis kalsium
Menetralkan asam lambung
Al hidroksida: ES Diare (pengeroposan tulang) dan memperburuk konduksi pada cacat
Mg hidroksida: ES konstipasi jantung.
Jangka pendek: Omeprazol:BAB putih (krn terbentuk
Utk mengatasi gejala ringan GERD kompleks)

Antagonis reseptor
H2
Menghambat reseptor
histamine 2 (H2)

Obat: Ranitidin,
Famotidin, Simetidin

 Utk mengatasi gejala


ringan-sedang GERD
 Terapi profilaksis
Stress-Related
Mucosal Disease di
ICU (1st choice)

Simetidin tidak
termasuk DOWA krn
ES perbesaran
payudara pada pria

Agen sitoprotektif Analog Prostaglandin


Membentuk polimer gel yang melapisi Meningkatkan produksi mukosa lambung
mukosa lambung, menstimulasi pelepasan Obat: Misoprostol
prostaglandin E2 ES: kontraksi uterus KI: Ibu hamil
Obat: Sukralfat

1. Prokinetik dan penghambat pompa balik


- Con: metoclopramide,
- Hanya untuk pasien dengan gejala GERD ringan
- Meningkatkan gerak peristaltic usus, meningkatkan keadaan relax
sphincter esophagus, dan merelaksasi sphincter pyloric

UKAI-GO Page 56
1.6.18 Dispepsia
Dispepsia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh salah satu atau lebih
gejala utama area gastroduodenal berikut: nyeri epigastrium, rasa terbakar pada
epigastrium, rasa penuh setelah makan, atau sensasi cepat kenyang.

Pilihan Regimen Terapi Eradikasi Infeksi H. pylori

Regimen Durasi
Lini Pertama
PPI rabeprazole 20 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g tiap 12 jam + 7 hari
klaritromisin 500 mg tiap 12 jam
Atau
PPI lansoprazole 30 mg/ omeprazole 20 mg/ pantoprazole 40 mg/ 10 hari
esomeprazole 40 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g tiap 12 jam +
klaritomisin 500 mg tiap 12 jam
Line Kedua
PPI + Bismuth Subsalisilat 525 mg tiap 6 jam + Metronidazole 250 mg 14 hari
tiap 6 jam + Tetrasiklin 500 mg tiap 6 jam
Lini Ketiga
PPI + Levofloksasin 500 mg tiap 12 jam + Amoksisilin 1 g tiap 12 jam 10 hari
*Bila Pasien alergi Amoksisilin bisa diganti dengan Metronidazole 400 mg tiap
12 jam

UKAI-GO Page 57
1.6.19 Ulkus Peptikum dan Duodenum
Ulkus didefinisikan sebagai hilangnya lapisan epitelial mukosa hingga
submukosa dengan kedalaman >5mm.

Ulkus Duodenum Ulkus Gaster


Lokasi Umumnya di proksimal Bervarasi dari kardiak hingga
duodenum (≤3 cm dari pilorus) pilorus. Umumnya yang bersifat
benigna di antrum pilorus
Risiko Rendah Tinggi
Keganasan
Sekresi Asam Meningkat, sekresi bikarbonat Normal atau rendah
menurun
Karakteristik Muncul saat lapar, membaik bila Muncul segera setelah makan
Nyeri makan atau minum antasida

Tatalaksana
1. Ulkus Peptikum karena Infeksi H. Pylori
Regimen sama seperti di dyspepsia dg infeksi H. Pylori
2. Ulkus peptikum akibat penggunaan OAINS
Bila pasien memiliki keadaan komorbid yang membutuhkan terapi PAINS
terus-menerus misalnya penyakit jantung koroner dan pasca pemasangan
stent koroner, maka OAINS dilanjutkan bersama penggunaan PPI.
3. Ulkus peptikum bukan karena OAINS ataupun H. Pylori
Pilihan terapi dapat berupa:
 H2RA + antasida
 Sukralfat (bekerja membentuk barier pelindung untuk mukosa)
 PPI (hanya diberikan jika H2RA gagal)
Golongan Dosis Durasi Keterangan
PPI Omeprazole 1x20mg Ulkus duodenum 4 Paling superior untuk
Lansoprazole 1x30mg minggu mengatasi supresi
Pantoprazole 1x40mg Ulkus Gaster 8 minggu asam, mempercepat

UKAI-GO Page 58
Rabeprazole 1x20mg penyembuhan ulkus
dan memperbaiki
gejala
H2RA Simetidin 2x400mg Ulkus duodenum 4 Efektivitas sama dengan
atau 800mg sebelum minggu sukralfat
tidur Ulkus Gaster 8 minggu
Famotidin 2x20mg
atau 40mg sebelum
tidur
Ranitidin 2x150mg
atau 300mg sebelum
tidur

Dispepsia Pakai Stop


(no alarm simtom) NSAID Ya H2RA/PP
NSAI
? I
Sindro Tidak Cek
m H.pylori

Alarm simtom Amox/Metronid + Klarito + PPI


Cek H.pylori +
(bleeding, anemia)
Metronid + Tetrasik + Bismuth + PPI

-
Pakai
NSAID
?
Ya Tidak PPI/H2RA/Sukralfat

Butuh Ganti COX2 PPI/ Sukralfat


dilanjutkan? selektif

UKAI-GO Page 59
Tulang dan Persendian

1.6.20 ARTRITIS GOUT


Gout adalah suatu kumpulan yang timbul akibat adanya deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam
cairan ekstraseluler.

Kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dL pada Laki-laki dan 6,0 mg/dL pada
Perempuan.

Tata Laksana

Tahap 1: Akut, untuk menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan.

 Kolkisin (0.5–0.6 g) setiap 2 jam sampai nyeri hilang


 OAINS yang biasa digunakan ialah indometasin
 Kosrtikosteroid

Tahap 2: Menjaga asam urat darah agar selalu dalam batas normal.

 Xantin Oksidase : Allopurinol (C)


 Urikosurik : Probenesid (B)

Ibu Hamil gunakan Probenesid (B)

UKAI-GO Page 60
UKAI-GO Page 61
1.6.21 ARTHRITIS RHEUMATOID
Arthritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi kronis sistemik yang ditandai
dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta destruksi membran sinovial
persendian. Arthritis Rheumatoid dapat mengakibatkan terjadinya disabilitas berat
serta mortalitas dini.

Tata Laksana

1. NSAIDs
Diberikan sejak awalnya muncul Inflamasi.
2. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs)
Mengontrol penyakit dan mengurangi kerusakan snedi
 Sulfasalazin digunakan pada terapi lini pertama.
 Metrotreksat (MTX) diberikan pada kasus lanjut atau berat.
 Klorokuin Fosfat efek samping yang harus diwaspadai adalah
penurunan tajam penglihatan.
 Leflunomid.
3. Agen Biologik, seperti etanercept (anti-TNF α), Infliximab (anti-TNF α),
tocilizumab (anti IL-6), rituximab (antibodi monoklonal anti sel-B)

UKAI-GO Page 62
1.6.22 OSTEOPOROSIS
Osteoporosis penyakit tulang istemik yang ditandai oleh penurunan densitas masa
tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah.

Pada usia dewasa pengeroposan tulang (osteoklas) 10x lbh aktif dibandingkan
proses pembentukan tulang (osteoblas), sehingga terapi farmakologi yg menjadi
pilihan utama dan pertama adl obat yg menekan proses pengeroposan tulang yaitu
gol Bifosfonat (menghambat kerja osteoklas)

Klasifikasi Diagnostik Osteoporosis

Nilai Bone Mineral Density (BMD)


Normal ≥ -1SD
Osteeopenia - 1 SD hingga -2 SD
Osteoporosis ≤ -2,5 SD
Osteoporosis Berat ≤ -2,5 SD dan Fraktur Fragilitas

Tata Laksana

1. Terapi Substitusi Hormonal


- Pada perempuan pascamonopause; estrogen terkonjugasi 0,3125-1,25
mg/hari per oral dikombinasikan dengan medroksiprogesteron asetat 2,5-
10 mg/hari per oral setiap hari secara kontinu.
- Pada perempuan pasca menopause; estrogen terkonjugasi 0,3125-1,25
mg/hari per oral diberikan pada hari 1-25 siklus haid, sedangkan
medroksiprogesteron asetat.
Kontraindikasi absolut: karsinoma payudara, korsinoma endometrium,
kehamilan, hipertensi, gangguan hati.
2. SERM (Selektive Estrogen Reseptor Modulators)
Bekerja meningkatkan proses pembentukan tulang adl Gol SERM yg
selektif agonis di reseptor estrogen. cth: Raloksifen (anti estrogen)

UKAI-GO Page 63
3. Bifosfonat bekerja menghambat kerja osteoklas.
4. Strontium Ranelat memiliki efek ganda yaitu meningkatkan kerja
osteoblas dan menghambat kerja osteoklas. Obat diminum pada malam
hari.
5. Klasium, kalsium karbonat.

Obat golongan Bifosfonat


Generasi I Etidronat Dosis 400 mg/hari per oral selama 2
minggu dilanjutkan suplementasi
kalsium 500 mg/hari selama 76 hari.
Pengulangan siklus selama 3 bulan.

Klodronat Dosis 400 mg/hari pe roral selama 1


bulan dilanjutkan suplementai
kalsium selama 2 bulan. Pengulangan
siklus dilakukan setiap 3 bulan.

Generasi II Alendronat Dosis 10 mg/hari atau 70 mg/minggu


secara kontinu.

Generasi III Risedronat Dosis 5 mg/hari atau 35 mg/minggu


secara kontinu.

Ibandronat Dosis oral 2,5mg/hari atau


150mg/bulan atau 3 mg bolus IV
dalam 15-30 detik setiap 3 bulan.

Zoledronat Dosis 5 mg drip intravena setahun


sekali

UKAI-GO Page 64
1.6.23 OSTEOARTRITIS
Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi yang
bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi.

Tata Laksana

1. Analgesik oral non-opiat; acetaminofen (paracetamol), NSAIDs


(Ibuprofen, Naproksen, Salisilat)
2. Analgesik Topikal; gel natrium diklofenak 1%
3. Agen kondroprotektif; Tetrasiklin, Asam Hialuronat, Kondroitin Sulfat,
Glikosaminoglikan, Vitamin C, superoxide desmutase, steroid
intraartikuler.

UKAI-GO Page 65
1.6.24 Nyeri

 Nyeri akut  disebabkan oleh kondisi akut, seperti perioperative, post


operatif, post-traumatik minor dan mayor, luka bakar, post procedural
(biopsy, endoscopy) maupun nyeri setelah persalinan
 Nyeri kronik  Disebut juga nyeri nosiseptik (stimulasi nerve ending),
dapat berupa nyeri somatk (nyeri pada kulit, sendi, otot, dan tulang),
maupun nyeri visceral (organ internal)
 Diagnosis  karena bersifat subjektif, maka penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan frekuensi, durasi, kejadian, dan etiologi nyeri
 Nyeri neuropatik biasanya ditangani dengan antidepresan trisiklik dan
antiepileptik tertentu. Nyeri neuropatik hanya dapat memberi respon
sebagian terhadap analgesik opioid. Gabapentin dan pregabalin digunakan
untuk pengobatan nyeri neuropatik. Dari golongan metadon, tramadol, dan
oksikodon mungkin paling efektif untuk nyeri neuropatik dan obat-obat ini
dapat dipertimbangkan untuk diberikan jika obat lain gagal
 Neuralgia trigeminal: karbamazepin, fenitoin
 Neuralgia postherpetik: Amitriptilin, gabapentin

 SKALA NYERI

UKAI-GO Page 66
- Pregnancy  PCT/Ibuprofen/Diklorfenak/Celecoxib  sebaiknya hentikan
pada trimester 3, karena menyebabkan closure fetal ductus. Apabila tetap
ingin digunakan, maka perlu monitoring aliran ductus dan cairan amnionnya.

UKAI-GO Page 67
Mekanisme kerja obat

UKAI-GO Page 68
1.6.25 Migren
Migren merupakan kelainan kompleks yang ditandai dengan sakit kepala
berulang, unilateral, dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan adanya aura yang
timbul sebelum nyeri kepala atau setelahnya.

Tatalaksana Migren

1. Terapi Abortif :
 Terapi Abortif Non Spesifik
Paracetamol, Aspirin, Ibuprofen, Sodium Naproxen, Potasium Diklofenak,
Metoklopramide, Ketolorac, Butorphanol spray, Prochlorperazine.
 Terapi Abortif Spesifik
Obat Golongan agonis 5HT (Tripstans) seperti Sumatriptan, Almotriptan,
Eletriptan
 Derivat Ergot seperti Ergotamin

2. Terapi Profilaksis
Sodium Valproat, Metoprolol, Propanolol, Timolol.

Ibu hamil:
 First line: nonfarmakologi seperti relaksasi, manajemen stress dan
biofeedback
 Acetaminophen dan ibuprofen bias digunakan (kecuali di trimester akhir).
Opioid bisa digunakan, tapi bisa membuat mual dan penggunaan jangka
panjang bisa ketagihan. Ergotamine dan dihydroergotamine KI dengan ibu
hamil. Migraine yang berhubungan dengan mual dapat menggunakan
promethazine, prochlorperazine, dan metoclopramide
 Untuk migraine nonresponsive bias menggunakan sumatriptan, atau jiks
sudah tidak responsive pada pengobatan lain bisa menggunakan
propranolol dengan dosis efektif terendah untuk digunakan sebagai
tindakan pencegahan. Alternatifnya amitriptilin atau nortriptilin, 10-25
mg/hari

UKAI-GO Page 69
1.6.26 Vertigo
Vertigo merupakan sebuah perasaan berputar akibat gangguan simetri
tonik pada masukan nukleus vestibuler.

Tatalaksana:

1. Antihistmain
 Beta histine
 Dimenhidrinate
 Diphenhidramine
2. Antagonis Kalsium
 Cinnarizine
 Fenotiazine
 Promethazine
 Chlorpromazine
3. Obat simpatomimetik
 Efedrin
4. Obat penenang minor
 Lorazepam
 Diazepam

1.6.27 MENSTRUASI DAN KB


Menstruasi

 Norestiteron atau Norethindone yang merupakan turunan dari bentuk


progesterone.
 Mengatur waktu menstruasi : Diminum 2-3 kali sehari 1 tablet selama
tidak lebih dari 10-14 hari. Obat diminum sekitar 3 hari sebelum siklus
menstruasi. Dengan demikian, perdarahan atau menstruasi yang diinginkan
akan terjadi sekitar 2-3 hari setelah obat dihentikan.

UKAI-GO Page 70
GANGGUAN HAID

Kondisi Terapi
 Kombinasi OC: Seperti
CEE
Menoragia atau  Levonorgestrel
Hipermenora  Oral MPA
 AINS
 Asam treksenamat  4-7hari

CEE ES: tromboemboli,


Amenorrhea mual, udem
Etinil Estradiol Seperti CEE
Kombinasi OC Seperti CEE
Amenorrhea terkait Bromocriptine ES: Hipotensi,
Hiperprolaktin Konstipasi
Cabegroline Seperti Bromocriptine
Anovulatory Bleeding Kombinasi OC Seperti CEE
Kombinasi OC Seperti CEE
Dysmenorrhea Depo MPA Seperti Oral MPA
Levonorgestrol ES: Irregular mens,
amenorrhea
Clomipramine ES: mulut kering,
vertigo, kekeringatan
Drospirenone Seperti Kombinasi OC
PMDD SSRI Fluoxetin, Sertaline,
Fluoxamine, Paroxetine
ES: Insomnia, Diare
Depo MPA Serperti Oral MPA
PCO Metformin ES: Diare
Thiazolidinedione LDL, HDL Naik

UKAI-GO Page 71
KB

Kontrasepsi Hormonal Cara Kerja Pengunaan


 Pil Kombinasi Pil kombinasi  Pil diminum setiap saat
21 tablet berisi hormon bekerja dengan selagi haid (1-7 hari)
estrogen-progeterone dan 7 menekan terjadinya sangat dianjurkan pada
pil pasebo. ovulasi, mencegah hari pertama
implantasi,
 Monofasik: 1 dosis mengentalkan  Bila lupa minum 1 pil,
yang sama dalam lendir serviks, dan maka segera minum
21 pil hormon mengganggu selagi ingat, jika lewat
 Bifasik: 2 dosis pergerakan silia sehari makan langsung 2
yang berbeda tuba. pil diminum
dalam 21 pil
hormon
 Trifasik: 3 dosis  Bila lupa minum 2 pil,
yang berbeda maka minum 2 pil sesuai
dalam 21 pil jadwal yang terlewat
hormon
 Suntikan Kombinasi Menekan terjadinya  Suntikan pertama
 Depo ovulasi, mencegah diberikan di antara hari 1-
medroksiprogester implantasi, 7 siklus haid.
on asetat 25 mg mengentalkan  Suntikan berikutnya
dan estradiol lendir serviks, dan dilakukan rutin tiap 4
sipionat 5 mg mengganggu minggu secara teratur.
 Noretindron pergerakan silia
enantat 50 mg dan tuba.
estradiol valerat 5
mg

UKAI-GO Page 72
 Suntikan Progestin Mengambat Penggunaan pertama pada
 Depo ovulasi, hari 1-7 haid
medroksiprogester mengentalkan Suntikan DMPA diberikan
on asetat (DMPA, lendir serviks, setiap 90 hari
Depoprovera) 150 membuat Suntikan NE diberikan tiap 8
mg DMPA endometrium atrofi minggu, mulai suntikan
disuntikan IM tiap dan menggangu kelima diberikan 12 minggu.
3 bulan. pergerakan silia
 Depo noretisteron tuba.
enantat (NE, Depo
Noristerat) 200 mg
NE, Disuntik IM
tiap 2 bulan.
 Pil Progestin (Minipil) Mengambat Pil pertama 1-5 hari siklus
 Pil progestin ovulasi, haid
tersedia dalam mengentalkan
kemasan 35 pil lendir serviks,
(@300µg membuat
levonorgestrel atau endometrium atrofi
@300µg dan menggangu
noretindron dan 28 pergerakan silia
pil (75 µg tuba.
desogestrel)
 Solusi untuk Ibu
Menyusui yang
menggunakan KB
Hormonal karena
Pil Progestin tidak
mengganggu
produksi ASI

UKAI-GO Page 73
NEUROLOGI

1.6.28 EPILEPSI
Epilepsi merupakan kelainan serebral yang ditandai dengan faktor predisposisi
menetap untuk mengalami kejang selanjutnya dan terdapat konsekuensi
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial.

Kalsifikasi dan Manifestasi Klinis

- Kejang Fokal
 Kejang Fokal Sederhana
 Kejang Fokal Kompleks
 Secondary Generalized Seizure

- Kejang Umum
 Kejang Absans : Ethosuximide, Lamotrigine, Valproate
 Kejang Mioklonik : Lamotrigine, Topiramate, Valproate
 Kejang Klonik
 Kejang Tonik
 Kejang Umum Tonik-Klonik : Carbamazepine, Lamotrigine,
Oxcarbazepine, Phepobarbital, Phenytoin, Vaplroate
 Kejang Atonik : Lamotrigine, Valproate

UKAI-GO Page 74
TERAPI EPILEPSI PADA KEHAMILAN
1st line: Lamotrigine dan levetiracetam (Bhatia, M., Adcock, J. E., & Mackillop,
L. (2017).
Yg harus dihindari:
Asam valproate (neural tube defect+spina bifida)

Kejang karena demam tinggi

UKAI-GO Page 75
Kejang yang tidak dapat diklasifikasikan

Jenis Epilepsi Obat


Parsial (Baru) Carbamazepin/As. Valproat

Anak Oxcarbazepin

Geriatri Gabapentin
Partial Redrakter Lamotrigin

Partial (Adjunctive Refrakter) Gabapentin/Lamotrigin

General absence (baru) Lamotrigin/As.Valproat/Ethoxusimide

General primer (tonik klonik) As.Valproat/Lamotrigin/Topiramat | anak:


Carba/Fenitoin

Status epilepticus Fenobarbital

Kondisi Terapi
Ekslampsia First Line:
Magnesium Sulfat

Second Line:
Benzodiazepin/Fenitoin
Pria Produktif Hindari Carbamazepin (Menurunkan Kualitas Sperma)

Interaksi Umum dengan Obat Anti Epilepsi

UKAI-GO Page 76
Enzim Substrat Inducers Inhibitors
CYP1A2 Carbamazepine Carbamazepine Cimetidine
Phenytoin Ciprofloxacin
Phenobarbital Erytomisin
Rifampisin Claritomisin
CYP2C9 Phenobarbital Carbamazepine Amiodarone
Phenytoin Phenytoin Cimetidine
Carbamazepine Henobarbital Flukonazole
Valproate Rifampisin Valproate
CYP2C19 Phenobarbital Felbamate
Phenytoin Ticlopidine
Valproate Topiramate
Zonisamide
CYP2D6 Zonisamide Carbamazepine
CYP3A4 Carbamazepine Carbamazepine Amiodarone
Tiagabine Phenitoin Eritomisin
Zonisamide Phenobarbital Propoxyphene
Rifampisin Ketoconazole
Uridine Lamotrigine Lamotrigine Valproate
diphospate- Carbamazepine Phenobarbital
glucuronyl- Phenytoin
transferase

Preg.
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Risk
Konsumsi
Drowsineess, Ataxia, SJS, D (first
Carbamazepin 1-2 x 100-200mg MAOi, NNRTI,
anemia aplastik trimes)
hepatitis
Somnolence, diplopia
Oxcarbazepine 2 x 300 mg - C
nystagmus, gait abnormal

UKAI-GO Page 77
Hepatic failure,
meningkatkan bleeding time,
As. Valproat 10 – 50 mg/kg/day <2 tahun, D
trombositopenia
migraine
Gabapentin 3 x 300 mg - Somnolence C
Tanpa VPA: 1 x 50-
100 mg selama 2
Lamotrigin minggu SJS Pandangan kabur C
Dg VPA:1 x 25 mg
selama 2 minggu
Ethosuximide 1 x 500 mg - - C
Sinus bradikardi,
3 x 100 mg selama 7- AV blok,
Fenitoin Fibrilasi ventrikel -
10 hari gangguan
hepatik
Asidosis
Topiramate 2 x 25 mg penurunan serum bikarbonat D
metabolik
Kejang: 1-3mg/kg/day
PO/IV Gangguan
Fenobarbital Depresi respiratorik D
Status epilepticus: 15- hepatic, COPD
18mg/kg IV

UKAI-GO Page 78
1.6.29 SKIZOFRENIA
Skizofrenia merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh
gangguan pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat
ditemukan uji kognitif yang buruk.
Algoritma Skizofrenia

Obat antipsikosis dibagi menjadi 2:


Generasi 1 (tipikal): memiliki afinitas tinggi sbg antagonis reseptor dopamin D2.
ES: berkaitan dg ekstrapiramidal dan endokrin
Cth:klorpomazin, haloperidol, flupenazin, ferpenazin

Generasi 2 (atipikal): antagonis parsial reseptor dopamin dan serotonin


ES: neurologis lbh rendah, ES lbh ke gangguan metabolik
Cth:klozapin, olanzapin, risperidon, aripripazol

UKAI-GO Page 79
Antipsikotik Generasi I (TIPIKAL/FGA)

Obat Mekanisme Pregnancy ESO


Fluphenazine Mengurangi C trimester tardive dyskinesia,
keagresifan dgn ketiga, sedasi, mental
memblok reseptor menyusui confusion,
postsinaptik hyperprolactinemia.
dopamine D1 dan D2 Agranulositosis,
di sistem mesolimbik neuroleptic malignant
dan mengurangi syndrome.
pelepasan hormon
hipotalamik dan
hipophyseal.
Haloperidol Mengurangi C Sindrom
keagresifan dgn ekstrapiramidal.
memblok reseptor Neuroleptix malignant
postsinaptik syndrome.
dopamine D1 dan D2
di sistem mesolimbik
dan mengurangi
pelepasan hormon
hipotalamik dan
hipophyseal.
Chlorphromazine Mengurangi C Sindrom
keagresifan dgn ekstrapramidal.
memblok reseptor
postsinaptik
dopamine D1 dan D2
di sistem mesolimbik
dan mengurangi
pelepasan hormon

UKAI-GO Page 80
hipotalamik dan
hipophyseal.

Pherphenazine Mengurangi C Efek ekstrapiramidal.


keagresifan dgn
memblok sistem
mesolimbik dan
mengurangi
pelepasan hormon
hipotalamik dan
hipophyseal.

Antipsikotik Generasi II (ATIPIKAL/SGA)

Obat Mekanisme Pregnancy ESO


Aripripazole Agonis parsial C Insomnia, akathisia,
reseptor D2 dan 5- tardie dyskinesia.
HT1A dan sebagai
antagonis reseptor 5-
HT2A

Clozapine antagois reseptor D2 B hipotensi orthostatic,


dan 5-HT2A hipersalivasi saat malam,
efek ekstrapiramidal,
delirium, aritmia
Olanzapine antagonis kombinasi C Hiperprolactinemia,
reseptor dopamin dan nafsu makan meningkta,
serotonin tipe 2 meningkatnya glukosa
pasma,

UKAI-GO Page 81
hipertrigliseridemia,
hiperkolesterolemia,
bradkardia, arthralgia,
sedasi
Risperidon antagonis kombinasi C agitasi, kecemasan,
reseptor dopamin dan pangangan kabur,
serotonin tipe 2. Tidak disfungsi ereksi,
menimbulkan efek galactorrhea,
ekstrapiramidal ginekomastia, gangguan
sebesar antipsikotik menstruasi.
lain.

UKAI-GO Page 82
1.6.30 PARKINSON
Parkinson terjadi karena ↓ kadar dopamine endogen.
Gejala: Tremor, berdiri bongkok, bradykinesia, rigiditas (kaku), instabilitas
postural (pinggul dan lutut bengkok, berjalan perlahan)

Proses pembentukan dopamine dan mekanisme kerja obat

Tirosin Β-hidroksilase

Dopa dekarboksilase

Note: kombinasi L-DOPA+Carbidopa meningkatkan dopamin di dalam otak

Terapi Farmakologi:
A. Dopaminergic
a. Pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa, benserazide)
Levodopa: akan diubah menjadi dopamine
Carbidopa: menghambat enzim Dopa dekarboksilase
b. Agonis dopamine (bromokriptin, pramipexole, ropinirole, lisurid,
kabergolin,apomorfin)
Mekanisme kerja → Merangsang reseptor dopamin
c. Monoaminoksidase (MAO) inhibitor (Selegilin, Rasagilin)
Mekanisme kerja → menghambat MAO, sehingga menghambat
perusakan dopamine

UKAI-GO Page 83
B. Antikolinergik (Triheksipenidil, Benztropin)
Mekanisme kerja → membantu mengkoreksi ketidakseimbangan
asetilkolin dan dopamine, sehingga mengurangi tremor.
ES: mulut kering, pandangan kabur
C. Inhibitor Catechol-O-methyltransferase (COMT) (entacapone, tolkapone,
opicapone)
Meningkatkan kadar dopamine dengan menghambat metabolisme L-
DOPA, Dopamin, dan DOPAC.
D. Bekerja pada glutamaterik (Amantadin)
Meningkatkan kadar dopamine diperkirakan karena efek anti kolinergik
dan penghambatan reuptake dopamine (Antagonis reseptor NMDA).
E. Bekerja sebagai pelindung neuron
Antioksidan dan Koenzim Q10→melindungi dari ancaman degradasi
akibat nekrosis/apoptosis.

UKAI-GO Page 84
Algoritma Parkinson

Gangguan Fungsional

Ya Tidak

Terapi Simtomatik Terapi Neuroprotektor

Tremor Dominan  AntiOksidan


 Agonis
dopamine/pramipaxole
Tidak

Ya

 Antikolinergik
 Pramipaxole
Usia <60tahun Usia >60tahun

 Agonis Levodopa
Dopamine/pramipaxole
 Agonis dopamine+levadopa
dosis rendah
 Optional levodopa

Respon Terhadap Pengobatan

Pertahankan Tingkatkan  COMT  Kurangi dosis


dosis rendah dosis atau  Agonis Levodopa
diagnosis Dopamine/  Tingkatkan dosis
lain pramipaxole + agonis dopamine
levodopa  Ganti dengan
 Antikolinergik agonis dopamine

UKAI-GO Page 85
1.6.31 DEPRESI
 Etiologi : Defisiensi monoamine (Norepinefrin dan Serotonin)
 Gejala : Perasaan sedih, tanpa harapan, dan putus asa yang hebat, tidak
mampu merasakan kesenangan saat aktivitas yang lazim, perubahan pola
tidur dan nafsu makan, kehilangan tenaga, muncul pikiran bunuh diri
 Onset of Action obat antidepresan (penghambat ambilan neurotransmitter) 2-
12 minggu
 Mekanisme : down regulation, reseptor inhibitorik prasinaps
Peningkatan pelepasan neurotransmitter kemudian peningkatan
neurotransmitter celah sinaps (sintesis) Respon pasca sinaps yang
kuat (respon terapeutik)

 Kombinasi obat generasi ke 2 bersama obat klasik, MAOI berefek samping :


sindroma seretonin (gelisah, demam, menggigil, konvulsi, kaku, tremor,
diare, gangguan koordinasi). Dilawan dengan antagonis seretonin
(metisergida, propanolol)
 Brupopion termasuk golongan atipikal memiliki efek craving (bagi perokok
yang ingin menghentikan kebiasaannya)

UKAI-GO Page 86
Obat Inhibisi Ambilan
Norepineprin Seretonin
SSRI (Fluoxetine) 0 ++++
SNRI (Venlafaxine) +++* ++++
SNRI (Duloxetine) ++++ ++++
Antidepresan Trisiklik ++++ +++
*inhibisi ambilan norepineprin pada dosis tinggi

Kategori bagi ibu hamil: semua obat dibawah ini kategori C kecuali lithium
karbonat dan imipramin (kategori D)
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
SSRI Fluoxetin 20 mg/hari MAO,Lithium, Gagal ginjal Penderita Epilepsi,
(C) pada pagi obat berat, gangguan ginjal dan
hari merangsang penggunan hati, Jangan
Max 80 SSP bersama MAO mengemudi
mg/hari
Sertralin 50 mg/hari MAO,alkohol, Hipersensitif Ganguan hati, hamil,
(C) max 200 Lithium,Obat sertralin menyusui, mengurangi
mg/hari seretogenik kemampuan
mengemudi
Citalopra 20 mg/hari, MAO,sumatrip Hipersensitif Kehamilan,menyusui,ke
m (C) max 60 an,simetidin citalopram cenderungan bunuh diri
mg/hari
SSRI Fluvoxami 50 mg 1 x1 Warfarin, Tidak
ne (C) saat malam fenitoin, dorekomendasikan
max 300 mg lithium, untuk anak, pasien
propananolol, epilepsi, ibu hamil dan
teofilin menyusui
SNRI Venlafaxi 75 mg/hari MAO,obat Penggunan Penyakit jantung,
ne (C) max 150-250 merangsang bersama MAO, monitor tekanan darah

UKAI-GO Page 87
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
mg/hari SSP hamil dan bila dosis
laktasi
Atipikal Mirtazapin 15-45mg/hari Memperkuat Hipersensitif Infusiensi hati, ginjal,
(Untuk menjelang efek sedatif mirtazapin jantung, tekanan darah
pasien tidur benzodiazepin, rendah, pasien
dengan MAO skizoprenia dan
gangguan gangguan psikosis lain
tidur)
Klasik/ Imipramin 25-50 mg 3x Antihipertensi, Infark miokard Kombinasi dengan
TCA sehari obat akut MAO, gangguan
Max 250-300 simpatomimeti kardiovaskular,
mg sehari k, alkohol, hipotensi, gangguan
obat penekan untuk mengemudi, ibu
SSP hamil dan menyusui
Amitriptili 25 mg Bersama Penderita Gangguan
n Max 150-300 guanetidin / koma, kardiovaskular, kanker
mg sehari reserpin diskrasia payudara, fungsi ginjal
meniadakan darah, menurun, glaukoma,
efek gangguan kecenderungan untuk
antihipertensi, depresif bunuh diri, kehamilan,
bersama sumsum mnyusui, epilepsi
depresan SSP tulang,
depresif kerusakan hati,
penggunaan
bersama MAO
Klomipra 10 mg Menurunkan Infark Terapi dengan preparat
min Max 250 mg efek miokard, tiroid, kontipasi kronik,
sehari antihipertensi pemberian kombinasi obat

UKAI-GO Page 88
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
penghambat bersama MAO, antihipertensi,
neuro gagal jantung, simpatomimetik,
adrenergik, kerusakan hati penekan SSP,
meningkatkan yang berat, antikolinergik,
efek glaukoma penghambat seretonin
kardiovaskular sudut sempit selektif, antikoagulan,
noradrenalin/ simetidin. Monitoring
adreanalin, dan darah dan fungsi hati,
obat penekan gangguan mengemudi.
SSP, alkohol
Litihium 400-1200 mg Diuretik, Kehamilan, Monitor asupan diet
karbonat pagi hari / steroid, laktasi, gagal dan cairan, penyakit
sebelum tidur psikotropik, ginjal, hati dan infeksi, demam,
malam AINS, jantung influenza, gastroentritis
diazepam,
metildopa,
tetrasiklin,
fenitoin,
karbamazepin,
indometasin
MAOI Phenelzin 15 mg Monitor tekanan darah
Max 20-30
mg (setiap 8
jam)
Diturunkan
setelah 2-6wk
→ dibawah
15 mg setiap

UKAI-GO Page 89
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
hari

Tranylcyp 15 mg setiap
romine 12 jam
Max 60
mg/hari
Selegiline 1 patch sehari
(transdermal)
→ 6 mg, 9
mg, 12 mg
Tidak
melebihi 12
mg/24 jam

UKAI-GO Page 90
Tatalaksana Depresi

UKAI-GO Page 91
Gangguan Hematologi-Onkologi

1.6.32 ANEMIA
Nilai Hb normal Pria: ≥12,5 g/dL

Nilai Hb normal Wanita: ≥11,5 g/dL

Anemia

MCV ↓ MCV normal MCV ↑


(mikrositik) (Normositik) (makrositik)

Penyebab: Hemolitik Non Hemolitik Megaloblastik Non Megaloblastik


 Defisiensi Fe
 Keracunan timbal Penyebab: Penyebab: Penyebab: Penyebab:
 Thalassemia  Blood loss  peny ginjal  Defisiensi  Penyakit hati
 Malnutrisi  Anemia kronis As.folat
bulan sabit (menyebabkan  Defisiensi
 Anemia produksi B12
Terapi: hemolitik Eritropoietin  Induksi Obat:
Suplemen Fe [Epo] ↓→ Metotreksat, Terapi:
produksi sel mercaptopurin Asam folat, Vit
darah merah B12
menurun→O2↓)
 anemia aplastik

Terapi:
• 1st Epo
• Transfusi darah (anemia kronis Hb 7 g/dL,
Hb 8 g/dL utk pasien operasi karviovaskular,
acute GI bleeding)

Kondisi Tanda dan Gejala Obat Pilihan

Anemia Aplastik Kelemahan, perdarahan gusi, -Agen Imunosupresan:


bengkak pada kaki, serta nilai MP, siklosporin
rendah pada retikulosit dan -Hemapoetic Growth
WBC Factor: Filgastrim
-Agen antineoplastik:
Fludarabin
-Kelator: Deferoxamin

UKAI-GO Page 92
1.6.33 LEUKIMIA
Kondisi Tanda dan Gejala Obat Pilihan
Leukimia Granulositik Produksi seri Granulosit  Hidroxyurea: pilihan
Kronik berlebihan terapi untuk induksi
remisi hematologi
 Busulfan:
dikontraindikasikan
dengan ibu hamil
 Imitinib mesylate:
untuk mencapai remisi
sitogenetik, dan remisi
biologis molekular.
 Interferon alfa: untuk
mencapai remisi
sitogenetik
 Cangkok sumsum
tulang

Leukimia Mielositik Transformasi neoplastik Kemoterapi dosis tinggi


Akut dan gangguan dengan dukungan
diferensiasi sel-sel cangkok sumsum tulang
progenitor dari sel
mieloid

UKAI-GO Page 93
Gagal Ginjal
1.6.34 GAGAL GINJAL
Kondisi Gejala dan Tanda Obat Pilihan
Gagal Ginjal Akut Kreatinin serum naik  Nutrisi: diet tinggi
(SCr) ≥0,3 mg/dL dalam kalori
48 jam atau  Anemia berat: tranfusi
Kenaikan kretatinin darah
serum ≥1,5 kali nilai  Koreksi gangguan
dasar dietahui selama 7 elektrolit:
hari -Hiponatremia:
Atau pembatasan cairan
turunnya produksi urin enteral (<1L/hari)
<0,5 cc/KgBB/jam hindari cairan infus
selama lebih dari 6 jam hipotonik.

-Hiperkalemia: retriksi
kalium (<40 mmol/hari,
diuretik kuat, insulin
10U + dekstrosa 50%
sebanyak 50 cc,
kalsium glukonas, atau
dialisis, inhalasi beta
antagonis.

-Hiperfosfatemia:
restriksi asupan fosfat,
agen pengikat fosfat,
dialisis
-Hipoklasemia: Ca
glukonat atau Ca

UKAI-GO Page 94
Karbonat 10% (10-20cc)

-hipermagnesemia:
hindari pemakaian
antasida yang
mengandung Mg
 Koreksi Hiperurisemia:
allopurinol diberikan
apabila kadar asam urat
>15mg/dL, dialisis
 Keluhan
gastrointestinal:
antagonis reseptor H2
atau penghambat pompa
proton
Penyakit Ginjal Gangguan fungsi ginjal  Kontrol tekanan darah
Kronis dengan laju filtrasi <130/80 mmHg (tanpa
glomerulus (LFG) proteinuria), <125/75
<60mL/menit/1,73m2. mmHg (dengan
proteinuria).
Antihipertensi yang
digunakan ialah ACE-
Inhibitors, ARB. CCB
 Dengan Anemia:
Eritropoetin (EPO)
apabila Hb ≤10 g/dL
dan Ht ≤30% (target Hb
10-12 g/dL, Ht >30%).
Dosis penggunaan EPO:
2000-4000 IU subkutan

UKAI-GO Page 95
2-3 kali/minggu.
 Dengan Asidosis
Metabolik: Bikarbonat
Oral
 Dengan
Hiperfosfatemia:
Kalsium Asetat atau
Kalsium Karbonat)
 Dengan
Hiperhomosisteinemia;
asam folat dan vitamin
B12.

 CockCroft Gault Formula

*Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga Clcr yang diperoleh pada
pria atau hasil dari pria x 0,85

 Traub dan Johnson (Umur 1-18 tahun)

UKAI-GO Page 96
Sistem Endokrin

1.6.35 Diabetes Melitus


Klasifikasi Diabetes Melitus

TERAPI
Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, shg terjadi INSULIN
defisiensi insulin absolut.
Tipe 2 Resistensi insulin dan atau penurunan Anti Diabetik Oral
sekresi insulin oleh sel β-pankreas. (ADO) dan jika perlu
kombinasi dg insulin
DM Diabetes pada masa kehamilan 1st line Insulin, ADO:
gestational Metformin
Tipe lain a. defek genetik fungsi sel beta
b. defek genetik kerja insulin
c. penyakit eksokrin pankreas
d. endokrinopati
e. karena obat/zat
kimia/teratogenik
f. infeksi
g. sebab imunologi
h. sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM
(ADA, 2020)

Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

1 Gejala Klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)


2 Gejala Klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L).
Puasa berarti tidak ada asupan kalori selama 8 jam
3 Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan sesuai standar WHO, dengan 75 g glukosa yang dilarutkan
dalam air.

UKAI-GO Page 97
Sasaran Glikemik untuk Penderita DM tanpa Kehamilan

UKAI-GO Page 98
UKAI-GO Page 99
UKAI-GO Page 100
INSULIN

Mekanisme : menghambat glukoneogensis dan meningkatkan proses glikogenesis


ES : Hipoglikemia

Penanganan hipoglikemia:
 Glukosa (10-15 g) p.o pada pasien sadar
 Dekstrosa IV dosis besar (≥40%) untuk pasien yg kehilangan kesadaran
 Glukagon 1 g i.m jika pemberian dekstrosa IV tidak berhasil

Penyimpanan Insulin:
 2-8°C : sebelum digunakan
 25°C : jika segel sudah dibuka (ED 28 hari setelah dibuka)

Injeksi insulin secara subkutan di bagian tubuh yang memiliki jaringan lemak
tinggi (daerah perut, bokong, bag. Depan paha atas, bag. Belakang lengan atas)

Jenis Insulin

IZS= Insulin Zinc Suspension; NPH= Neutral Protamine Hagedorn Insulin

UKAI-GO Page 101


 Tatalaksana Diabetes pada Kehamilan
Pilihan antidiabetes pada kehamilan adalah Insulin. Pada trisemester
pertama kebutuhan insulin 0,7 U/kgBB/hari. Pada tirsemester ketiga
kebutuhannya meningkat 1,0 U/kgBB/hari. Dapat digunakan jenis insulin
yang bermacam-macam (long, short, rapid).

 Perhitungan dosis Insulin

(Cheng and Zinman, 2005)

ANTI DIABETIK ORAL (ADO)

ADO

Insulin scretagogues ↑ sensitifitas


Lain-lain
(↑ sekresi insulin) reseptor insulin

 Sulfonilurea  Biguanid  α-Glukosidase


• ES: Hipoglikemia, (Metformin) Inhibitor
↑BB • ES: Asidosis laktat, • ES: Flatulen (buang
 Gol. Incretin sebah, ↓BB, angin), tinja
•Agonis GLP-1 dyspepsia, diare lembek, diare, kram
ES: Hipoglikemia  Tiazolindindion abdominal
•DPPIV Inhibitor • ES: Gagal jantung,
ES: sebah, muntah edema perifer
 Amylin • KI:pasien gagal
• ES: ganguan jantung
pencernaan, ↓BB

UKAI-GO Page 102


1) Insulin scretagogues (↑ sekresi insulin)
Golongan Obat Mekanisme Kerja Obat Waktu
SU berikatan dg reseptor SU di sel β- Glibenklamid Saat makan
pankreas→kanal K+ tertutup dan Glikazid atau segera
terjadi depolarisasi→Kanal Ca2+ Glimepiride setelah
terbuka→Ca2+ masuk sel→translokasi Klorpropamid makan
Sulfonilurea (SU)
granul insulin ke permukaan Tolbutamid
sel→sekresi insulin
Glikuidon Sebelum
makan pagi
Agonis Menempati reseptor GLP-1 shg Exenatide
GLP-1 menghasilkan efek yg sama dg
Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1)
internal
Fungsi GLP-1:
 Sel β : ↑ biosintesa & sekresi insulin,
Gol. ↑stimulasi neogenesis sel β
Incretin  Sel α : ↓ sekresi glukagon
 Otak : ↓ nafsu makan

DPPIV Menghambat kerja enzim DPPIV shg Vidagliptin Tidak


Inhibitor GLP-1 bekerja sesuai fungsinya Sitagliptin bergantung
jadwal
makan
Agonis reseptor Amylin Pramlintide Segera
 Memperlambat pengosongan setelah
Amylin lambung makan
 Menekan sekresi glucagon
 Mengatur nafsu makan

2) ↑ sensitifitas reseptor insulin


Golongan Obat Mekanisme Kerja Obat Waktu
Bersama
↑ kerja insulin di otot dan lemak
makan/sesaat
Biguanid ↓ produksi glukosa dalam hati Metformin
sesudah
makan
Agonis selektif reseptor PPAR-γ
Tidak
shg menurunkan kebutuhan insulin Pioglitazone
Tiazolindindion bergantung
↑ sensitifitas insulin Rosiglitazone
jadwal makan

3) Lain-lain
Golongan Obat Mekanisme Kerja Obat Waktu
Menghambat enzim α-Glukosidase
di vili-vili usus.
α-Glukosidase Fungsi enzim α-Glukosidase: Suapan
Acarbose
Inhibitor memecah disakarida→ pertama saat
Miglitol
monosakarida (glukosa, fruktosa) makan
yg dapat diabsopsi di usus.

UKAI-GO Page 103


1.6.36 Tiroid
1) Hipertiroid
Tanda dan Gejala:
 Kadar TSH & T4 bebas ↑↑↑
 Penurunan BB
 Takikardi
 Tremor
 Mata melotot
 Kelemahan otot

Grave disease: TSH↓, T4 bebas ↑↑↑

Terapi Farmakologi

Golongan Obat Mekanisme Kerja


ES
Obat
Menghambat konversi T4→T3 periferal
↑ Enzim Hati
PTU 1st line untuk wanita hamil, menyusui
Anti
Kolestatis,
Tiroid Menghambat konversi T4→T3 periferal
Tapazol abnormalitas
1st line untuk pasien non pregnant,
(methimazole) konginetal
Terapi anti tiroid untuk grave disease
Menghambat konversi T4→T3 dan
menghambat pelepasan hormone Jangka
Penggunaan: panjang
 Sblm pembedahan, jika pengobatan lain memiliki efek
Iodida
tidak efektif paradox (↑
 Kehamilan, jika pengobatan lain tidak pelepasan
efektif hormone)

Langsung di kelenjar tiroid dan merusak Penurunan


jaringan tiroid produksi
 1st line untuk Grave disease saliva, mata
Radioaktif Iodida
 Digunakan pd kasus kekambuhan dari kering,
pengobatan anti tiroid berkurangnya
indera perasa
Menghambat efek adrenergic (menurunkan
denyut jantung) Bradikardi,
Beta
Propanolol, dll Digunakan untuk mengontrol gejala Asma (BB
Bloker
Kontraindikasi: Asma, PPOK non selektif)

Menurunkan denyut jantung


Digunakan ketika pasien tidak dapat
CCB Diltiazem Bradikardi
menerima Beta Bloker

UKAI-GO Page 104


2) Hipotiroid
Tanda dan Gejala:
 Kadar TSH ↑↑ dan T4 bebas rendah/normal
 Wajah bengkak
 Eyelid bengkak (edema)
 Lemas
 Bicara pelan

TSH↑, T4 bebas ↓

Primer
Terapi: Amiodaron,
Litium, Interferon-α,
Sunitinib

TSH normal/rendah,
T4 bebas ↓

Hipotiroid Sekunder
Terapi: Levotiroksin

TSH ↑, T4 bebas
normal

Subclinical
Terapi: Levotiroksin

Mekanisme Kerja:
Amiodarone: menghambat aktivitas enzim tipe 1 atau 2 5'-deiodinase, sehingga
menurunkan konversi T4 → triiodothyronine (T3) dan ↓ bersihan T4 dan reverse
T3 (rT3).

Levotiroksin: T4 sintetis sehingga aman untuk ibu hamil

UKAI-GO Page 105


Sistem Kardiovaskular

1.6.37 HIPERTENSI
Hipertensi:
Usia <60 tahun: TD sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg
Usia ≥60 tahun: TD ≥150/90 mmHg

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan Tahanan perifer (peripheral vascular resistance).

Jenis hipertensi:
- Essential hypertension/hipertensi primer
Penyebab hipertensi belum diketahui dgn pasti.bisa didapat dari Kelainan
genetic, Adanya faktor resiko (pola hidup), Lingkungan (pengaktifan
syaraf simpatis yg terus menerus).
- Secondary hypertension/hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi dapat diketahui. Penyebab : Gagal Ginjal Kronik,
Obat herbal (ex:gingseng), penggunaan obat-obatan

HTN di pasien Dewasa (≥ 18 tahun)

≥ 60 tahun < 60 tahun Semua umur Semua umur


NO DM NO CKD NO DM NO CKD DM TANPA CKD CKD

Goal terapi Goal terapi < 140/90 mmHg Goal terapi


< 150/90 mmHg < 140/90 mmHg

Terapi: Diawali dengan gol ACEI/ARB


Terapi: Diawali dengan gol tunggal atau dalam kombinasi dengan obat
Tiazid/ACEI/ARB/CCB tunggal kelas lainnya
atau kombinasi
Jika terjadi edema:
+ Furosemid ± Spironolakton (untuk mengurangi
efek samping hypokalemia dari furosemide)

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 2 minggu setelah mendapat regimen obat


yang baru, jika hasilnya baik maka pemerikasaan dilakukan tiap 4 minggu.

UKAI-GO Page 106


Indikasi Treatment Pilihan
Heart Failure (Gagal ACEI/ARB + BB + Diuretik + Spironolactone
Jantung)
Post – MI (Infark ACEI/ARB + BB
Miokardial)
CAD (Penyakit Jantung ACEI, BB, Diuretik, CCB
Koroner)
Diabetes  First line
ACEI/ARB,
 Second Line
CCB,
 Third Line
Diuretic
CKD (Penyakit Ginjal ACEI/ARB
Kronik)
Stroke ACEI, Diuretik
Kehamilan Labetolol (First Line), Nifedipine, Metildopa
Normal  Tunggal
ACEI, ARB, CCB, atau Diuretik
 ACEI atau ARB + diuretik, serta ACEI
atau ARB + CCB

 Antihipertensi Oral
1. Diuretik
Mekanisme kerja:
- >> ekskresi Na dan air di renal→<<volume darah→<<Cardiac output
- <<tahanan perifer (melalui desensitisasi otot polos dari aksi
katekolamin)

Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama:


- untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
- untuk memperkecil edema (perifer dan paru-paru)

Diminum pagi hari untuk menghindari nocturnal diuresis

UKAI-GO Page 107


Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping
Duiretik Tiazid Hidroklortiazid, Hipokalemia, hiperurisemia,
Klortalidon hipoglikemia, peningkatan kolesterol
dan trigliserid.
Hipokalemia, hiperurisemia

Loop Diuretik Furosemid Hipokalemia, Ginekomastia

Diuretik Hemat Amilorid


Kalium

2. β-Blocker
Blok β-reseptor→<<sympathetic nerve: << frekuensi denyut jantung dan
kontraksi karena menghambat kanal kalsium melalui inaktifasi cAMP
sehingga kalsium tidak dapat masuk ke salam sel.

β-blocker

Jenis-jenis β-Blocker
β-Blocker cardioselective:
Menurunkan frekuensi denyut jantung, <<kontraksi,<<TD
Contoh:Atenolol, Bataxolol, Bisoprolol, Metoprolol, Metoprolol extended
release

Non selective:
- Efek di jantung (β1): Menurunkan frekuensi denyut jantung,
<<kontraksi,<<TD

UKAI-GO Page 108


- Efek di sistem pernapasan (β2): Vasokonstriksi otot polos,
bronkokonstriksi
- Efek di pembuluh darah: menurunkan kontraksi otot polos
- Contoh: Nadolol, Propanolol
- ESO: Asma

Aktivitas instrinsik simpatomimetik: acebutolol, carteolol, penbutolol,


pindolol
α- dan β-bloker→Kerjanya menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi
jantung dan menurunkan kontraksi otot polos vaskular&jantung
Contoh: Carvedilol, Labetolol

Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping


Penyekat β Propanolol, Bronkopasma,
Atenolol, bradikardia, blok jantung,
Bisoprolol rasa lelah, peningkatan
trigliserida

3. α-Blocker
- Mekanisme kerja: menstimulasi relaksasi otot polos→<<tahanan
perifer→<<TD
- Pilihan untuk pasien dengan prostatism
- Contoh: Doxazocin, Prazocin
- Efek samping: hipotensi postural

α-blocker

UKAI-GO Page 109


4. Calcium Channel Blocker (Antagonis kanal kalsium)
Bekerja di pembuluh darah dan otot jantung dengan menghambat kanal
kalsium (Ca2+).

"dipine": Amlodipine,
nifedipine, felodipine,
Dihidropiridin
nicardipine,
nimodipine
CCB
"DiVer": Diltiazem,
Non dihidropiridin Verapamil (anti
aritmia)

Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping


CCB Nondihidropiridin Verapamil Lebih nyata pada efek
Diltiazem ionotropik (–) (penurunan
kontraktilitas)
Dihidropiridin Amlodipin Edema, sakit kepala
Nifedipin berat, Konstipasi,
Bradikardia, Blok Jantung

5. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin


Reseptor Blocker (ARBs)

UKAI-GO Page 110


1) ACEI
Mekanisme kerja:
menurunkan pembentukan angiotensin II→ << vasokonstriksi dan <<
degradasi bradikinin (vasodilator)

Obat: Benzanepril, captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, meoxipril,


perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril

Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping


Penghambat Captopril, Batuk-batuk,
ACE Ramipril, hiperkalemia, azotemia,
Lisinopril angiodema

2) ARB
Mekanisme kerja: memblok reseptor angiotensin II→vasodilatasi dan
menghambat sekresi aldosteron→<<TD
Obat: candesartan, eprosartan, irbesartan, lorasartan, olmesartan,
telmisartan, valsartan
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping
ARB Valsartan, Hiperkalemia, Azotemia
Irbesartan,
Losartan

6. Central acting agent


Mekanisme aksi: menstimulasi reseptor α-adrenergik di sistem syaraf
pusat→<<vasomotor tone→Vasodilatasi→<<TD

Obat: metildopa, reserpine, klonidin

Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping


Agonis α Klonidin Mulut kering, pusing, sedasi ringan,
sentral kelelahan, depresi, edema.

Angina, bradikardia, sinkop, pusing,


Reserpin depresi, mimpi buruk, diskinesia,
tardif, letargi.

UKAI-GO Page 111


7. Vasoldilator
Ada 2 cara pemberian obat vasodilator, yaitu:
- Vasodilator oral, misalnya hidralazine dan minoxidil
- Vasodilator parenteral, misalnya nitroprusside, diazoxide.
Digunakan pada kasus emergensi di RS

Digunakan untuk pasien yang resisten terhadap anti hipertensi yang lain

Efek samping:
Hidralazine: reflek takikardi, retensi cairan
Minoxidil: edema parah, hirsutism

1.6.38 ANGINA DAN SISKEMIK


Angina adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang biasanya
disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke jantung.

 Penyebab: penyempitan, penyumbatan pembuluh darah, kaku arteri


coroner, kurangnya sel darah merah pembawa oksigen (anemia), denyut
jantung abnormal.

Jika jantung bekerja lebih


Angina stabil keras dari biasanya
Jenis Angina

(olahraga)

Dapat terjadi tanpa aktivitas


Angina tidak stabil
fisik, biasanya malam hari

Terjadi saat beristirahat,


jenis yang jarang. Karena
Angina varian kekakuan arteri
koronaria, biasanya
tengah malam dan subuh

 Gejala:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman pada dada seperti tekanan atau rasa berat
yang berlangsung <10 menit (angina stabil) atau >30 menit (angina
tidak stabil).
- Nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, rahang, bahu atau
punggung kiri, Sesak, Berkeringat

UKAI-GO Page 112


 Diagnosa: EKG, kateter jantung yang dilakukan untuk memeriksa aliran
darah jantung dengan memasukkan alat melalui arteri menuju jantung.
Pemeriksaan ini dapat menunjukan arteri yang tersumbat.
 Terapi
Langkah 1
- Penanganan kasus akut angina→MONA
o Oksigen
o Aspirin
o Nitrat : Vasodilator
 1st Line: Nitrat sublingual (ISDN) maksimal 3x, jarak
pemberian tiap 5 menit
 Nitrat iv diberikan jika nitrat sublingual tidak responsif
o Morfin, jika nitrat tidak responsif
- Terapi awal: β-bloker (gol. C): ↓ denyut jantung untuk ↓ kebutuhan
O2 sehingga terhindar dari infark miokard
- Alternatif jika intoleran terhadap β-bloker:
o Ivabradin (gol. X) 5 mg 2x1, bekerja dengan cara mengurangi
kebutuhan O2 dengan cara menurunkan detak jantung.
Kontradindikasi untuk pasien dengan gangguan fungsi hati
o Nitrat (ISDN 5-10 mg/hari) gol. C, bekerja dengan cara
merelaksasi otot olos arteri maupun vena
o Amlodipin (gol. C) 5 mg/hari
o Nicorandil 10 – 20 mg 2x1, bekerja sebagai vasodilator .
Langkah 2
- Kombinasi β-bloker + Ivabradin/Nitrat/Amlodipin/Nicorandil
Langkah 3
- Revaskularisasi (pembedahan bypass arteri coroner grafting/CABG
dan intervensi coroner perkutan/PCI
Pasien gagal jantung kontraindikasi CCB non DHP (Diltiazem dan Verapamil)
karena inotropic negatif. Reduksi kalsium banyak.

UKAI-GO Page 113


1.6.39 Gagal Jantung
Suatu sindrom klinis akibat kelainan struktur atau fungsi jantung yang ditandai
dengan:

 Gejala gagal jantung: sesak napas atau lelah bila beraktivitas; pada kondisi
berat dapat muncul saat istirahat
 Tanda-tanda retensi cairan, seperti kongesti paru atau bengkak
pergelangan kaki
 Bukti obyektif kelainan struktur atau fungsi jantung saat istirahat

Tata Laksana
Profil A Profil B
“Warm & Dry” “Warm &
Wet”

 Diuretik
 Vasodilator
Profil L Profil C
“Cold & Dry” “Cold & Wet”

 Diuretik
Ekspansi Cairan  Vasodilator
 Inotropik

 Terapi Jangka Panjang


A Semua pasien gagal jantung baik sistolik maupun diastolik
memerlukan penghambat ACE atau ARB.
B Pasien Gagal Jantung NYHA III-IV yang belum membaik dnegna
penghambat ACE/ARB dan penyekat beta dapat dipertimbangkan
penambahan dosis kecil antagonis Spironolakton
C Obat-obatan yang harus dihindari pada pasien gagal jantung
simptomatik NYHA kelas II-IV
 Golongan Tiazolidinedion (Glitazon), memperburuk gejala
gagal jantung
 Golongan CCB, kecuali amlodipin dan felodipin, karena
memiliki efek inotropik negatif

UKAI-GO Page 114


 OAINS COX-2 sebaiknya dihindari karena menyebabkan
retensi air dan natrium, serta memperburuk fungsi ginjal
dan gejala gagal jantung
 Kombinasi ARB dengan penghambat ACE dan antagonis
mineralokortikoid karena memperburuk fungsi ginjal dan
menyebabkan hiperkalemia.

1.6.40 STROKE

Terapi akut
Alteplase (trombolitik) (3 & 4,5 jam
setelah onset). golden time 3 jam.
Aspirin (24 jam setelah alteplase, 48 jam
Iskemik setelah onset)
(terjadi penyumbatan di pembuluh
darah di Otak sehingga aliran nutrisi
dan O2 berkurang) Terapi pemeliharaan
Pelancar aliran darah: Aspirin
(antiplatelet)/klopidogrel(antikoagulan)
Stroke

Antihiperlipidemia: Gol. Statin


Anti Hipertensi: ACEI/ARB+Diuretik

Terapi
Hemoragik Vitamin K (koagulan)/faktor pembekuan
pembuluh darah di Otak pecah darah + Warfarin (Mencegah
cardioembolik)

NOTE!!

Pasien non cardioembolik tidak memerlukan antagonis Vitamin K

Pasien cardioembolik perlu diberikan antagonis Vitamin K seperti warfarin untuk


mencegah terjadinya cardioembolik

UKAI-GO Page 115


1.6.41 DISLIPIDEMIA
 Klasifikasi dyslipidemia
- Dislipidemia Primer
Akibat kelainan genetik. Pasien dyslipidemia sedang disebabkan
oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dyslipidemia kombinasi
familial. Dyslipidemia berat disebabkan hiperkolesterolemia
familial, dyslipidemia remnant, dan hipertrigliserida primer.
- Dislipidemia Sekunder
Dyslipidemia yg erjadi karena penyakit lain.

 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

UKAI-GO Page 116


NOTE!!
Untuk target terapi LDL disesuaikan dengan faktor risiko pasien.

 Target terapi kolesterol LDL

 Kategori risiko kardiovaskular

UKAI-GO Page 117


 Pilihan Obat yang diberikan
Efek terhadap
Gol.Obat Mekanisme Kerja Efek Samping
lipid
Statin LDL ↓ 18-55% √ Menghambat enzim Miopati, kombinasi
Simvastatin, HDL ↑ 5-15% √ HMG-CoA dg gol.Fibrat dpt
Atorvastatin, TG ↓ 7-30% √ reductase meningkatkan
lovastatin, risiko
pravastatin, dll rabdomiolisis
Peningkatan enzim
hati
Bile acid LDL ↓ 15-30% √ Mengikat as.empedu di Gangguan
sequestrant HDL ↑ 3-5% √ intestinal→menghambat pencernaan,
(Resin) TG tdk berubah sirkulasi enterohepatik flatulen, konstipasi,
Kolestiramin, dari as.empedu dan ↑ penurunan absorbs
kolestipol, perubahan kolesterol obat lain
kolesevelam menjadi as.empedu.
Asam LDL ↓ 5-25% Diduga menghambat Flushing, gout,
Nikotinat HDL ↑ 5-35% √ enzim hormone hiperglikemia,
Niasin TG ↓ 7-30% sensitive lipase di hiperurisemia,
jaringan gang.pencernaan,
adiposa→mengurangi hepatotoksik
jumlah as.lemak bebas
Fibrat LDL ↓ 5-20% Menurunkan aliran Dispepsia, batu
Gemfibrozil, HDL ↑ 10-20% asam lemak bebas ke empedu, miopati
fenofibrat, TG ↓ 20-50% √ hati
siprofibrat,
bezafibrat
Ezetemibe LDL ↓ 10-18% √ • Menghambat Umumnya dapat
(penggunaan Apo B ↓ 11- √ transporter sterol ditoleransi oleh
dikombinasi dg 16% • Menghambat absopsi pasien
statin, ketika tdk kolesterol di intestinal
toleran dg Sehingga menurunkan
statin) suplai kolesterol di hati
Inhibitor LDL ↓ 48-71% √ Antibody monoclonal Faringitis,
PCSK9 Non HDL ↓49- yg menginaktivasi influenza, ISK,
Alirocumab, 58% Proprotein Convertase diare, bronchitis,
Evolocumab Total K↓36- Subtilsin-kexin Type 9 myalgia, gatal pada
42% (PCSK9) daerah suntikan
ApoB↓42-55% Fungsi PCSK9:
mendegradasi reseptor
LDL
Asam Lemak TG ↓ 27-45% √ Diperkirakan Peningkatan LDL,
Omega-3 Non HDL ↓8- berinteraksi dengan pemanjangan
14% PPAR dan menurunkan waktu perdarahan,
Total K↓7- sekresi ApoB. peningkatan enzim
10% hati, gang.sal cerna
ApoB↓4%

NOTE!! Kontrol profil lipid tiap 8(±4) minggu/ 2 bulan ± 4 minggu

UKAI-GO Page 118


RESPIRATORI

1.6.42 ASMA
 Definisi
Adalah penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang dapat
menimbulkan sesak atau sulit bernapas.
Inflamasi kronis  kontraksi otot polos di sekitar saluran napas meningkat
 penyempitan saluran napas  mengi.
 Gejala
Episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk.
 Penyebab
Allergen, polusi udara, senyawa kimia, genetika, obat β-bloker
 Diagnosis
Spirometri, Tes Arus puncak Ekspirasi (ApE), pengukuran status alergi,
rontgen.

Derajat Gejala Faal paru Pengobatan


I. Intermitten Bulanan APE ≥ 80% Agonis β2 (bila perlu)
- Gejala < 1x/minggu
- Serangan singkat
II. Persisten Mingguan APE > 80% Terbaik:
ringan - Gejala > 1x/minggu Inhalasi agonis β2
tapi < 1x/hari Alternatif:
Agonis β2+teofilin
III. Persisten Harian APE ≥ 60-80% Terbaik:
sedang - Gejala setiap hari Nebulisasi agonis β2 tiap 4 jam
(butuh bronkodilator Alternatif:
setiap hari) Agonis β2 subkutan
Aminofilin IV

UKAI-GO Page 119


Adrenalin 1/1000 0,3 mL SC
(+) Oksigen
Kortikosteroid oral
IV. Persisten Kontinyu APE ≤ 60% Terbaik:
berat - Gejala terus menerus Nebulisasi agonis β2 tiap 4 jam
- Sering kambuh Alternatif:
Agonis β2 SC/IV
Adrenalin 1/1000 0,3 mL SC
Aminofilin bolus dilanjutkan drip
(+) Oksigen
Kortikosteroid oral
 Macam

Agonis β2
- Kerja lama:
Salmoterol IDT 2 – 4 semprot 2x/hari. Anak 1 – 2 semprot/hari.
Pregnancy C
Formoterol IDT 4,5 – 9 mcg 1 – 2x/hari. Anak 2x1 semprot.
Pregnancy C
- Kerja cepat:
Salbutamol IDT, nebulizer 200 mcg 3 – 4x/hari. Anak 100 mcg 3 –
4x/hari
Salbutamol tablet, sirup 1 – 2 mg 3 – 4x/hari. Anak 0,05 mg/kgBB/kali 3-
4x/hari
Metilsantin
- Teofilin, Aminofilin tablet 3 – 5 mg/kgBB/kali 3 – 4x/hari. Anak dosis
sama seperti dewasa.
Pregnancy C
Antikolinergik
- Ipratropium bromide IDT 40 mcg 3 – 4x/hari. Anak 20 mcg 3 – 4x/d.
Pregnancy B

UKAI-GO Page 120


Perbandingan Kotikosteroid
Sistemik Potensi Potensi
antiinflamasi Mineralocorticoid
Hidrokortison 1 1
Prednison 4 0,8
Metilprednisolon 5 0,5
Dexametason 25 0

Selektivitas
Sistemik Selektivitas
β1 β2
Isoproterenol ++++ ++++
Metaproterenol +++ +++
Albuterol,
pirbuterol,terbutalin, + ++++
formoterol,salmeterol

UKAI-GO Page 121


1.6.1 PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
 Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal
3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya.
 Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronki
olus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.

UKAI-GO Page 122


Tanda dan Gejala PPOK
 Batuk berdahak
 Sesak napas
 Biasanya terdapat lendir

Tipe PPOK
Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/Perkumpulan Dokter Paru
Indonesia) tahun 2005 maka PPOK dikelompokkan ke dalam :

a PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk. Dengan atau
tanpa produksi sputum dan dengan sesak napas derajat nol sampai satu.
Sedangkan pemeriksaan Spirometrinya menunjukkan APE≥ 80%
prediksi (normal) dan APE1/KVP < 70 %
b PPOK sedang adalah pasien dengan gejala klinis dengan atau batuk.
Dengan atau produksi sputumdan sesak napas dengan derajat dua.
Sedangkan pemeriksaan Spirometrinya me nunjukkan APE1≥ 70%
dan APE1/KVP < 80% prediksi
c PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas derajat
tiga atau empat dengan gagal napas kroniki. Eksaserbasi lebih sering
terjadi. Disertai komplikasi kor pulmonum atau gagal jantung kanan.
Adapun hasil spirometri menunjukkan APE1/KVP < 70 %, APE1<
30 % prediksi atau APE1> 30 % dengan gagal napas kronik. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah dengan
kriteria hipoksemia dengan normokapnia atau hipoksemia dengan
hiperkapnia.
 Tatalaksana PPOK

UKAI-GO Page 123


Terapi tambahan :

a Antibiotik
Hanya diberikan bila terdapat infeksi
- Lini I : Amoksisilin atau Makrolida
- Lini II: Amoksisilin dan asam klavulanat

UKAI-GO Page 124


Sefalosporin
Kuinolon
b Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin
c Antitusif
Diberikan dengan hati-hati

1.6.2 BATUK DAN PILEK


Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk
mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat
perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.
Penyebab : Batuk dapat dipicu oleh bergbagai iritan yang memasuki cabang
trakeobronkial melalui inhlasi (asap, debu, asap rokok ) atau melalui aspirasi
(sekresi jalan nafas, benda asing, isi lambung).

UKAI-GO Page 125


Batuk digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :
Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu.
penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma,
sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rinitis alergi, atau rinitis
karena iritan. Infeksi virus saluran nafas atas merupakan penyebab utama batuk
akut.
Batuk Subakut
Batuk yang terjadi selama 3–8 minggu dikelompokkan pada batuk sub
akut. Penyebabnya yang paling umum adalah batuk pasca infeksi (postinfectious
cough), dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak bberkomplikasi dengan
pneumonia (dengan rontgen dada normal) dan umumnya dapat sembuh tanpa
pengobatan.
Batuk Kronis
Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak
penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu
atau hanya sedikit diagnosis
Berdasarkan sebabnya, batuk diklasifikasikan menjadi :
1. Batuk berdahak
Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak,
sehingga menyumbat saluran pernafasan.
2. Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal,
sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu
kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan dapat memecahkan
pembuluh darah pada mata.
3. Batuk yang khas
 Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa
menyebabkan pita suara radang dan suara parau.

UKAI-GO Page 126


 Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil,
timbul sekali-sekali, kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC
batuk bisa disertai bercak darah segar.
 Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak
dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di
paru-paru, menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah
pada paru-paru ini yang merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh.
Batuknya tidak tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk
semakin tambah.
 Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran pernafasan
berusaha mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan
batuk. (Anonim, 2009).

Penatalaksanaan Batuk
a. Antitusif
Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah
dekstrometorfan, naskapin, etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini
merupakan derivat senyawa opioid, sehingga juga memiliki efek samping
seperti senyawa opiat, meliputi konstipasi, sedatif, dll. Perlu diketahui
bahwa antitusif sebaiknya tidak digunakan pada batuk berdahak, karena
batuk yang tertahan pada cabang trakea bronkial dapat mengganggu
ventilasi dan bisa saja meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada
penyakit bronkitis kronis dan bronkiektasis. (Ikawati, 2008).
Tabel .Dosis oral beberapa antitusif
Obat Dosis dan interval
Dewasa Anak-anak
Kodein 10-20 mg setiap 4-6 jam jika pelu ( tidak 6-12 th : 5-10 mg setiap 4-6 jam
ES : konstipasi boleh lebih dari 120 mg/hari) jika perlu ( tidk boleh lebih dari

UKAI-GO Page 127


60 mg/hari)
Noskapin 25 mg atau 5 ml sirop setiap 8 jam 0-4 th : 1,25 ml
4-10 th : 2,5 ml
10-15 th : 3,75 ml
Setiap 8 jam
Dekstrometorfan 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam, 1 mg/hari dalam 3-4 dosis
(gol. C) maks 120 mg/hari terbagi
KI : Serotonin
syndrome, anak
<4 tahun

a. Ekspektoran
Ekspektoran (dari bahassa latin ex = keluar dan pectoris = dada)
ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan untuk
mengeluarkan dahak/ ekspektorasi. Obat bebas yang paling sering
digunakan adalah gilseril gualkolat atau guaifenesin. Namun dalaam
beberapa studi, efektivitas ekspektoran ini masih dipertanyakan (IONI,
2000: Schroeder dan Fehey, 2002). Bahkan sebuah studi menyarankan
menggunakaan air saja sebagai ekspektoran, karena air dapat membantu
mengencerkan dahak sehingga dahak dapat dibatukan dengan mudah.
(Ikawati, 2008).

b. Mukolitik
Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mukus/dahak,
sehingga mndapatkan ekspektorasi. Biasanya digunakan pada kondisi
diaman dahak cukup kental dan banyak, seperti pada penyakit paru
obstruksi kronik (PPOK), asma, bronsifektosis, dan sistik fibrosis.
Beberapa contoh mukolitik adalah : N-asetilsistein, karbosistein,
ambroksol, bromheksin, dan mesistein. (Ikawati, 2008).
Tabel. Dosis oral beberapa mukolitik (Ikawati, 2008).

UKAI-GO Page 128


OBAT Dosis dan Interval
Dewasa Anak-anak
Asetilsistein 200 mg, 3x sehari 100 mg, 3x sehari
(gol. B)
KI : asma akut
Karbosistein Awal : 750 mg 3x sehari, kemudian : 1,4 g 2-5 th : 65,5-125 4x sehari
sehari dosis terbagi 6-12 th: 250 mg 3x sehari
Ambroxol HCl 60 mg 2x sehari 6-12 th: 30 mg. 2-3x sehari,
2-6 th : 15 mg 3x sehari
Bromheksin 8 mg. 3-4x sehari >10 th: 8 mg 3x sehari
3-10 th : 4 mg 3x sehari

Tabel. Terapi spesifik penyebab paling umum batuk kronis (Ikawati, 2008).
Penyebab batuk Terapi
Rhinitis alergi Penghindaran iritasi lingkungan
Sterois spray intranasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Intranasal ipratropium bromida gol. B (Atrovent),
untuk rhinitis vasomotor
Sinusitis Antibiotik
Denkongestan nasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Asma Bronkodilator
Inhalasi kortikosteroid
Terapi asma lainnya
GERD Makanan tinggi protein, rendah lemak, makan 3x
sehari, tidak makan atau minum 2-3 jam sebelum
berbaring.
Antagonis reseptor H2: simetidin, ranitidin,famotidin

UKAI-GO Page 129


Inhibitar pompa proton : omeprazol, lansoprazol
Agen prokinetik : cisaprid
Bronkitis kronis Berhenti merokok, mengurangi/menghindari
iritan/polutan

PILEK

Untu
Efek Interaksi Pasien Perhatian Ibu Hamil dan
Obat k
Samping Obat Khusus Menyusui
Anak
Antihistamin Mulut Efek sedasi Glaukoma, Kehamilan:
Difenhidramin >6 kering, meningkat pembesaran Standard Reference
tahun sedasi, dengan prostat state OK, beberapa
konstipa alcohol, perusahan
si opioid, menyarankan
analgesic, hindari/kurangi
anxiolitik, Menyusui: OK
hipnotik dan karena jumlah
antidepresan tersekresi pada ASI
sedikit walau akan
memungkinkan
berefek kurangnya
produksi ASI
Simpatomimeti Pada Hindari DM dan Kehamilan:
k Sistemik dosis pemakaian hipertensi sedikit Hindari,
Fenilefrin > 12 OTC: bersamaan berefek, namun malformasi janin.
Pseudoefedrin tahun insomnia dengan pada terapi jangka Kategori C.
>6 . Dapat MAOIs dan pendek tidak Menyusui: OK
tahun terjadi moclobemide terlalu karena jumlah
takikardi karena resiko berpengaruh tersekresi pada ASI

UKAI-GO Page 130


a memperparah sedikit walau akan
hipertensi. Pseudoefddrin memungkinkan
Hindari untuk dan PPA berefek kurangnya
pasien yang (fenilpropanolami produksi ASI
mengkonsum n) tidak boleh
si beta untuk hipertensi
blocker dan
TCAs Simpatomimetik
gak boleh ama
laki: disfungsi
ereksi
Simpatomimeti Mungkin Hindari Tidak ada Kehamilan: tidak
k Topikal terjadi pemakaian ada studi, hindari.
Oxymetazoline > 12 iritasi bersamaan Menyusui: OK
Xylometazolin tahun local dengan
e >6 pada MAOIs dan
tahun ~5% moclobemide
pasien karena resiko
memperparah
hipertensi

1.6.3 RINITIS
Rinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi
dengan adanya gejala-gejala nasal seperti rinore anterior atau posterior, bersin-
bersin, hidung tersumbat, dan/atau hidung gatal. Rinitis alergi adalah wujud yang
paling sering ditemui dari rinitis non-infeksi dan berkaitan dengan respon imun

UKAI-GO Page 131


setelah paparan allergen yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Rinitis
alergi sering pula memicu simptom okular.

Klasifikasi :
1. Seasonal (hay fever) Terjadi sebagai respon terhadap allergen spesifik
seperti pollen, rerumputan, dan alang-alang) pada waktu yang dapat
terprediksi tiap tahunnya (musim semi dan/atau gugur) dan umumnya
memicu simptomsimptom akut lebih banyak.
2. Perrenial (intermittent or persistent) Dapat terjadi kapanpun sepanjang
tahun, sebagai respon terhadap allergen non-musiman seperti dust mites, bulu
hewan, jamur, dan biasanya menimbulkan simptom yang lebih kronis.
a. Intermittent Seseorang dapat dikatakan menderita rinitis alergi tipe ini bila
gejala rinitis yang ia alami terjadi kurang dari 4 hari tiap minggunya, atau
terjadi selama tidak lebih dari empat minggu berturut-turut.
b. Persistent Sedangkan seseorang dapat dikatakan menderita rinitis alergi
tipe ini bila gejala rinitis yang ia alami terjadi lebih dari 4 hari tiap
minggunya, dan terjadi selama lebih dari empat minggu berturutturut.
3. Occupational Rinitis alergi yang terjadi sebagai akibat dari paparan allergen
di tempat kerja, misalnya paparan terhadap agen dengan bobot molekul
tinggi, agen berbobot molekul rendah, atau zat-zat iritan, melalui mekanisme
imunologi atau patogenik non-imunologi yang tidak begitu diketahui
Gejala :
Gejala dan tanda Seseorang dapat diduga menderita rinitis alergi bila mengalami
dua atau lebih dari gejala-gejala rinore anterior dengan produksi air berlebih,
bersin-bersin, obstruksi nasal, rasa gatal atau pruritis pada hidung, atau
konjungtivitis (jarang) selama lebih dari satu hari.

Golongan (Obat) Mekanisme ES KI PR


Antihistamin : cetirizine 10 memblokir reseptor H1 sedatif dan hipersensitif dan laktasi B,
mg, loratadine 10 mg, antikolinergik fexo
fexofenadine 120 mg (1x1)  ngantuk C
H1 intranasal/ocular blokade reseptor H1 iritasi mukosa hipersensitifitas C
(azelastin, levocabastin, nasal, gangguan
olopatadin) indera pengecap

UKAI-GO Page 132


Glukokortikosteroid lokal: berikatan dgn reseptor supresi adrenal, pasien dengan infeksi C
1st pd gejala hidung glukokortikoid intrasel menurunkan fungi kecuali yg
tersumbat dan mengaktivasi sistem imun  mendapatkan terapi
metilprednisolon (24 mg hari faktor transkripsi shg rentan infeksi, antifungal spesifik,
pertama, hari berikutnya menginaktivasi moonface pemberian IM pada
berkurang 4 mg hingga hari deasetilasi histon  pasien idiopati
ke 6 hanya 4 mg), flutikason inaktivasi gen trompbocytopenyc
(spray: 100 mg) , mometason purpura, pemberian
(0,05% suspensi 100 mcg intratekal.
daily)
Lokal kromon: : asam mencegah degranulasi iritasi hpersensitifitas, hati2 B
kromoglikat (2-4% 2,5 – 5 sel mast dan pelepasan mukosa/mata, untuk ibu hamil dan
mg, 4x1), nedokromil (1%, 1 mediator  enstabil mengganggu menyusui
spray 4x1) cell mast indera pengecap,
iritasi
tenggorokan
Decongestant gol. Simpatomimetik nyeri angna, hipertensi parah, C
pseudoephedrine (60 mg 3-4 x yg beraksi pada rinorea, jantung phaeochromocytoma//g
1), oxymethazoline (intranasalreseptor a-adrenergik berdebar lukma, hipertiroid,
0,05% spray 1-3 x 2)  vasokonstriksi, gangguan kardio dan
menciutkan mukosa angina, anak dibawah 6
yang membengkak, tahun
memperbaiki
pernapasan
Nasal antikolinergik memblokir saraf takikardia, hipersensitifitas th B
ipratropium bromida (nasal 42 kolinergik di otot polos palpitasi, ipratropium, atropin
mcg 2-3x1) bronkial dispepsia, atau turunannya
komplikasi
ocular
Antileukotrien memblokir reseptor sindrom Churg- bukan untuk serangan C
montelukast (10 mg/hari), leukotrien Strauss, asma aku, hati2untuk
pranklukast, zafirlukast hepatocellular wanita hamil dan
injury, Stephen menyusui
Jonhson
syndrome
Imunoterapi

1.6.4 Difteria
Infeksi Akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriare. Infeksi ini
sering mengenai saluran pernafasan atas.

Tata Laksana Medikamentosa

UKAI-GO Page 133


 Antidiphtheria serum (ADS) 20.000 IU selama 2 hari.
 Antibiotik Penisilin Prokain 50.000-100.000 IU/KgBB
 Kortikosteroid: Prednisolon selama 2 minggu
 Apabila terjadi paralisis: Strychinine 0,25 mg, Vitamin B 100mg selama
10 hari

1.6.5 Pertusis
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis maupun adenovirus.
Pertusis biasa disebut batuk rejan, batuk seratus hari.

Tata Laksana Medikamentosa

 Eritromisin 40-50 mg/Kg/BB


 Alternatif Trimetoprim-Sulfametoksasol (TMP-SMZ)

Gangguan Elektrolit dan Asam Basa

1.6.6 Natrium dan Kalium


 Hiponatremia
Kadar Na+ plasma <135 mEq/L, Hiponatremia berat didefinisikan dengan
kadar Na+ plasma <120 mEq/L .
Rumus kebutuhan koreksi
Na+= 0,5 x berat badan (kg) x (target [Na+] – konsesntrasi [Na+] awal)

UKAI-GO Page 134


Jenis Cairan Kandungan Na+ (mEq/Liter)
NaCl 3% 513
NaCl 0,9% 154
Ringer Laktat 130

 Hipernatremia
Kadar Na+ plasma > 145 mmol/L. Hipernatremia merupakan kondisi
hiperosmolalitas plasma.
Jenis Cairan yang digunakan adalah salin hipotonik (NaCl 0,45% atau
dekstrosa 5%.

 Hipokalemia
Kadar Kalium plasma <3,5 mEq/L.
Jenis sediaan garam untuk terapi Hipokalemia adalah
- KCI (Kalium Klorida),
- KPO4 (Kalium Fosfat),
- KHCO3 (Kalium Bikarbonat) hanya digunakan pada hipokalemia
asidosis metabolik.

 Hiperkalemia
Kadar kalium plasma > 5 mEq/L.
- Hiperkalemia Berat (K+ > 7,5 mEq/L) dengan Tatalaksana sebagai
berikut:
 Stabilisasi miokardium: berikan Ca Glukonas 10mL

Memindahkan K+ ekstraselular ke intraselular:
Insulin regular 10-20 U + glukosa 50 g atau dengan pasien
gagal ginjal metabolik, berikan Natrium Bikarbonat IV.
Inhalasi Agonis β (albuterol).

-
Untuk meningkatkan pembuangan K+

UKAI-GO Page 135


 Diuretik (biasanya kombinasi diuretik loop dan tiazid).
Furosemid ≥40 mg.
 Na polistiren sulfonat 20-50 g dicampur 100 ml sorbitol
20% untuk mencegah konstipasi.
 Hemodialisis.

1.6.7 ASAM DAN BASA


 Asidosis Metabolik
Penurunan pH akibat adanya produksi asam endogen (laktat dan asam
keton), kehilangan bikarbonat (diare) atau akumulasi asam endogen (gagal
ginjal dan RTA tipe 1)

UKAI-GO Page 136


Tatalaksana: Kebutuhan bikarbonat dihitung sesuai dengan ruang
bikarbonat. Ruang Bikarbonat = {0,4 + (2,6 : (HCO3 mEq/L) x BB (kg)}
Pemberian bikarbonat dimaksudkan untuk meningkatkan pH diatas batas
letal (>7,1) atau mendekati batas normal.

 Asidosis Respiratorik
Gangguan paru berat, kelelaham otot pernafasan, gangguan pusat
pernafasan.
Tatalaksana: Pemberian Natrium Bikarbonat dapat dilakukan dalam
keadaan darurat (pH <7,1)

 Alkalosis Metabolik
Terjadi peningkatan pH, (HCO3) dan diikuti peningkatan PaCO2 akibat
kompensasi respiratorik berupa hipoventilasi.
Tatalaksana:
- Hipovolemia: Larutan NaCl Isotonik IV. Tambahkan KCl jika
disertai dengan hipokalemia. Pada hipokloremia cukup diberikan
larutan NaCl isotonik IV.
- Hipervolemia: asetazolamid, jika tidak responsif berikan larutan
HCl dalam NaCl Isotonik.

 Alkalosis Respiratorik
Disebabkan hiperventilasi sehingga menyebabkan menurunnya PaCO2
(hipokapnia) dan peningkatan HCO3
Tatalaksana: Gunakan masker rebreathing untuk meningkatkan inspirasi
CO2.

UKAI-GO Page 137


KEGAWATDARURATAN

1.6.8 SEPSIS DAN SYOK SEPSIS


Sepsis adalah respon inflamasi sistemik tubuh terhadap infeksi. Respons inflamasi
sistemik tersebut, atau disebut systemic inflamatory response (SIRS).

Manajemen dan Tatalaksana Sepsis berat

 Resusitasi Awal dan Kontrol Infeksi


Resustasi cairan (dalam 6 jam pertama). Berikan segera mungkin pada
kondisi hipotensi dengan menggunakan cairan fisiologis baik kristaloid
(NaCl, Ringer Laktat) mauoun Koloid.

1.6.9 SYOK ANAFILAKTIK


Sindrom klinis syok yang terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe 1 (alergi)
sistemik.

 Berikan Epinefrin

1.6.10 SYOK HIPOVOLEMIK


Sindrom Klinis akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat sehingga suplai oksigen
tidak mencukupi untuk proses metabolik normal.

 Ringer Laktat 2-4L dalam 20-30 menit

1.6.11 SYOK KARDIOGENIK


Sindrom klinis akibat penurunan curah jantung yang menyebabkan hipoksia
jaringan dengan volume intravaskular yang adekuat→Dopamin, dobutamin

 Edema Paru Kuat


- Nitrogliserin SL, Furosemid, Morfin
 Masalah Volume
- Ringer Laktat 500 mL

UKAI-GO Page 138


1.6.12 SYOK HIPOGLIKEMIA
Keadaan dimana konsentrasi glukosa darah <60 mg/dl atau <80 mg/dl disertai
gejala klinis.

Tata Laksana

Pada Pasien Tidak Sadar

 Injeksi Dektrosa 40% secara bolus intravena

1.6.13 ANTIDOTE
Obat Antidote
Asetaminofen Asetilsistein
Antikolinergik Fisostigmine
Benzodiazepan Flumazenil
CCB Kalcium Klorida
Sianida Hydroxocobalamin, Amil Nitrite, Sodium Nitrit,
Sodium Thiosulfate
Digoxin Digoxin Imun Fab, Fenitoin, Atropin, MgSO4
Insulin Glukagon
Logam Berat (Pb) EDTA
Opiod Naloxon
Warfarin Vitamin K
Logam Berat (As, Hg,Cu) Dimekarpol
Ferrum Deferoksamin
Insektisida Atropin
Heparin Protamin
Nitrit Metilen Blue
Metanol Etanol
Jengkol Natrium Bikarbonat
Botulisme Bilas Lambung, Arang Aktif
Gigitan Serangga Lokal: Kostikosteroid Krim Topikal. Jika gejala

UKAI-GO Page 139


berat lakukan pemsangan tornikuet proksimal.
Sistemik: Injeksi Antihistamin seperti
Klorferinamin atau Difenhidramin.
Gigitan Ular Berbisa SABU (Serum Antibisa Ular) (serum polivalen dari
plasma Kuda)

Mata, Hidung dan Tenggorakan


1.6.14 Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Konjungtiva berada pada permukaan bola mata
yang memudahkannya terpapar dengan dunia luar sehingga mudah terkena
infeksi.

Klasifikasi Etiologi Terapi


Konjungtivitis
Bakteri Diphtheric  Topikal: Antibiotik Spektrum
Luas
 Penisilin/Tetrasiklin
Gonococcal  Topikal: Antibiotik Spektrum
Luas (gentamisin, kloramfenikol)
 Sistemik Seftriakson
Haemophilus  Topikal: Antibiotik Spektrum
aegyptius Luas (gentamisin, kloramfenikol)
Moraxella  Topikal: Antibiotik Spektrum
Luas (gentamisin, kloramfenikol)
 Zinc Sulfate
Chlamydia Inclusion  Topikal: Eritromisin atau
Traukoma Tetrasiklin 2-3 minggu
Virus Epidermic  Tidak ada terapi spesifik
keratocojunctivitis
Herpes simplex  Topikal Asiklovir
atau Herpes

UKAI-GO Page 140


Zoster
Parasit Onchocerdiasis  Sistemik Terapi
Loa-loa  Bedah untuk menghilangkan
cacing dari konjungtiva

 Konjungtivitis Iritasi
Benda asing masuk ke dalam mata seperti debu ataupun pasir. Untuk sakit
mata karena iritasi cukup menggunakan tetes mata yang mengandung
Tetrahydrozoline.

1.6.15 Glaukoma
Neuropati optik yang khas disertai dengan penurunan lapang pandang akibat
kerusakan papil nervus optikum, dimana tekanan intraokular merupakan faktor
resiko penting.

Pilihan Obat untuk Glaukoma

Golongan Farmakodinamik Efek Samping Kontra Indikasi


Obat
Analog Meningkatkan  Cystoid macular  Macular
Prostaglandin aliran keluar edema (CME) oedema
(Latanoprost, uveosklera atau  Injeksi  Riwayat
Travoprost) trabekular konjungtiva keratitis herpes
 Peningkatan
pertumbuhan bulu
mata
Beta Blocker Menurunkan  Toksisitas Kornea  PPOK
(Timolol, produksi aqueous  Bronkospasme  ASMA
Betaxolol) humor  Bradikardia  Gagal Jantung
 Impotensi  Hipotensi
Agonis alfa Memperbaiki  Injeksi  Terapi

UKAI-GO Page 141


adernergik saluran aqueous, Konjungtiva monoamine
(Brimonidine, Menurunkan  Kelelahan oksidase
Apraclonidine) produksi aqueos,  Somnolen penyekat
menurunkan
tekanan vena
episklera atau
meningkatkan
aliran keluar
uveosklera
Agen Meningkatkan  Peningkatan  Glaukoma
parasimpato- aliran keluar miopia neovaskular,
mimetik trabekula  Katarak uveitis atau
 Dermatitis kontak keganasan
Carbonic Menurunkan  Sensasi rasa  Alergi
Anhidrate produksi aqueos metalik sulfonamid
Penyekat humor  Sindrom steven  Anemia
(Dorzolamide, johson aplastik
Brinzolamide,  Ketidak
Asetazolamid) seimbangan
elektrolit serum

Onkologi, Imunologi, Nutrisi, vaksin


1.6.16 VAKSIN
Jenis Vaksin Suhu Kegunaan Diberikan Pada
Penyimpanan °C
Polio -15°s/d -25°C Polio Diberikan 4 dosis
DPT Difteri Pertusis Diberikan sebanyak 5
Tetanus kali pada usia 2-4-6-18
bulan (4-6) tahun atau 2-

UKAI-GO Page 142


2 – 8 °C 3-4-18 bulan, SD kelas 1.
Dapat diulang 10 tahun
sekali
TT Tetanus Toxoid
BCG Tuberkulosis Bayi < 3 bulan, jika > 3
tahun, lakukan uji
tuberkulosis, jika hasil
positif, jangan diberikan.
DT Difteri Tetanus
Hepatitis-B Hepatitis B Bayi mendapat 3 dosis
vaksin.
Dosis pertama saat lahir
sebelum usia 12 jam.
Dosis kedua saat usia 1-2
bulan
Dosis ketiga saat usia 6-
12 bulan
Campak Campak (Virus Bayi usia 9 bulan dan
Morbili) diulang pada umur 2
tahun dan pada saat
masuk SD

UKAI-GO Page 143


1.6.17 Kanker dan Kemoterapi

Pengobatan kanker

1. Secara Kuratif : pengobatan spt: pembedahan, radiasi,khemoterapi.


2. Secara Suportif : dgn mengatasi berbagai gangguan organik baik yg
disebabkan sel atau jaringan kanker cth : infeksi , neutropenia, transfusi
darah, nutrisi, gangguan metabolisme, nyeri, stomatitis, nausea,vomitus ,
diare.

Cara menghitung dosis sitostatika

Luas Permukaan Tubuh (BSA): √

Dosis obat: BSA x dosis obat

UKAI-GO Page 144


Bahan-bahan Kemoterapi

Bahan Efek Penggunaan Efek Merugikan


Cisplatin (Golongan Hubungan silang = Karsinoma sel Nause; Nefrotoksik,
Logam, Alkilator) sensitivitas DNA skuamosa; sarkoma Ototoksik
Metotreksat Inhibisi kompetitif Karsinoma sel Stomatiti,
(Antimetabolit) asam folat reduktase skuamosa; sarkoma Leukopenia,
(inhibitor asam osteogenik Anemia,
folat) Trombositopenia
Bleomisin sulfat Menghambat sintesa Karsinoma sel Fibrosis paru-paru
(Antibiotik) DNA skuomosa
Fluorourasil Menghambat sintesa Karsinoma sel Stomatitis,
DNA skuomosa di leukopenia, muntah
kombinasi dengan
cisplatin
Adriamycin Menghambat sintesa Histiostima fibrosa Toksisitas bahan
(Doksorubisin asam nukleat ganas; sarkoma lain yang potensial;
hidrokllorid) mikosupresif;
kardiotoksik
 Mual dan Muntah akibat Kemoterapi
Antiemetik
Agent Route Antiemetik
Ondansetron IV 8mg / 0,15 mg/kg
Oral 16mg
Granisetron IV 1mg / 0,01mg/kg
Oral 2mg
Dolasetron Oral 100mg
Tropisetron IV 5mg
Oral 5mg
Palonosetron IV 0,25mg
Oral 0,5mg

UKAI-GO Page 145


Kortikosteroid (Dexametasone) Rekomendasi
Dexamethasone Dosis
Acute Emesis 20mg sekali
High Risk
Delayed Emesis 8mg/hari untuk 3-4 hari
Acute Emesis 8 mg sekali
Moderate Risk Delayed Emesis 8mg setiap hari untuk
2-3 hari
Low Risk Acute Emesis 4-8mg sekali

1.6.18 Obat Off Label


Obat Indikasi Awal Indikasi Off-Label
Amitripilin Antidepresi Analgesik Neuropatik
Domperidon Antimual Muntah Pelancar ASI
Ketotifen Antialergi Meniungkatkan Nafsu Makan
Levamisol Antrikonvulsam Immunodulator
Metformin Antidiabetes Memperbaiki Siklus Haid, terapi
PCOS
Misoprostol Anti Ulkus Peptikum Induksi Persalinan
Sildenafil Sitrat Disfungsi Ereksi Terapi Hipertensi Pulmonar
Tramadol Analgesik Terapi Ejakulasi Dini
N-Asetil Sistein Mukolitik Mencegah Efek Samping
radiokontras dan terapi kulit
Lamotrigin Antikonvulsan Epilepsi Nyeri Neuropati
Selekoksib Analgesika NSAID Mencegah Kanker Kolorektal,
COX 2 Kanker Payudara
Siproheptadin Antialergi Meningkatkan Nafsu Makan

UKAI-GO Page 146


KULIT
1.6.19 Akne Vulgaris
Akne Vulgaris merupakan peradangan menahun folikel pilosebasea yang sering
terjadi pada masa remaja. Penyakit ini ditandai dengan komedo, papul, pustul,
nodus, dan kista pada tempat-tempat predileksinya.

Tata Laksana

 Cuci Kulit wajah 3x/hari dengan sabun pH Balanced, kurangi makanan


pedas dan berlemak, kurangi pemakaian bedak padat & alas bedak
Mild  1st choice: topical adapalene, topical tretinoin or topical isotretinoin
Comedonal
 Alternatives: topical Benzoil Peroksida (BPO) or azelaic acid
Mild  Topikal Klindamisin-BPO
Papulopustular
 Adapalene-BPO
 Topikal antibiotic+BPO+topical retinoid/azelaic acid
 Topical retinoid+BPO
 Antibiotik topical tidak boleh diberikan sebagai monoterapi
Moderate  Klindamisin-BPO atau adapalene-BPO
Papulopustular
 Oral antibiotic (AB)+topical retinoid+BPO
 Oral antibiotic+topical adapalene-BPO
 Oral antibiotic+topical azelaic acid+BPO
 Alternatif di wanita: oral anti-androgen + topical retinoid/ azelaic
acid ± BPO
Severe  1st line:
Papulopustular
Oral AB+topical retinoid+BPO atau
Oral AB+topical adapalene-BPO
 Second Line:
Oral isotretinoin atau
Oral anti-androgen + topical retinoid/ azelaic acid ± BPO ± oral AB
Very Severe Oral isotretinoin
Nodulocystic &
Very Severe
Conglobate
Maintanance Topikal Retinoid ± BPO

(Journal Of Clinical And Aesthetic Dermatology, 2019)

UKAI-GO Page 147


1.6.20 Dermatitis
Topikal
Akut Kompres Asam Salisilat 1%
Subakut Krim Kortikosteroid potensi lemah sedang, Hidrokortison
2,5%
Kronik Salep Kortikosteroid potensi kuat, sangat kuat seperti
klobenasol propionat 0,05%, Betametason dipropionat 0,05%
Ringan pelembab/krim lanolin10%, krim urea 10%

Sistemik

UKAI-GO Page 148


 Antihistamin Generasi 1 atau 2
 Tambahkan prednison
 Tambahkan antibiotik jika terjadi infeksi, Amoksisilin, Klindamisin

1.6.21 Infeksi Parasit pada Kulit


Penyakit Penyebab Tata Laksana
Pedikulosis Infeksi pada kulit dan  Malathion 0,5% dan 1%
rambut pada manusia  Gama Benzen Heksaklorida
yang disebabkan oleh (gamekdan) 1%
Pediculus sp  Benzil Benzoat
Pedikulosis Infeksi kulit akibat  Malathion 0,5% dan 1%
Korporis Pediculus humanus  Gama Benzen Heksaklorida
varcorporis (gamekdan) 1%
 Benzil Benzoat
Pedikulosis Infeksi kulit dan  Malathion 0,5% dan 1%
Pubis rambut di sekitar  Gama Benzen Heksaklorida
pubis dan sekitarnya (gamekdan) 1%
oleh Phthrius pubis  Benzil Benzoat
Skabies Sarcoptes scabie var.  Belerang endap
hominis  Benzil-benzoat
 Gameksan
 Permetrin 5%
 Krotamiton
Creeping Peradangan berbentuk  Tiabendazol
Eruption linier, berkelok-kelok  Albendazole
yang disebabkan  Krioterapi
invasi cacing tambang

UKAI-GO Page 149


1.6.22 Psoriasis
1 Terapi Topikal
 Calcitriol or calcipotriol ointment
 Glucocorticoid ointment (e.g. betamethasone)
 Dithranol cream
 Tazarotene (a retinoid)
2 Terapi Sistemik
 PUVA radiation
 UVB phototherapy
 Retinoids (e.g. acitretin)
 Methotrexate

UKAI-GO Page 150


Sistem Renal, Saluran Kemih
1.6.23 Benign Prostate Hypertropht (BPH)

BPH

IPSS < 8 IPSS:International prostate symptom score IPSS ≥ 8

 Prostat kecil  Prostat besar Gangguan sedang


 Serum PSA ↓  Serum PSA ↑ hingga berat
PSA (antigen spesifik
prostat):
menggambarkan
ukuran prostat Terapi:
5α-reductase inhibitor  Prostat kecil  Prostat besar
 Serum PSA ↓  Serum PSA ↑>1,4 ng/mL

No Terapi
Terapi: Terapi:
α-adrenergic blocker 5α-reductase inhibitor
(digunakan jg pada pasien dg atau kombinasi
hipertensi)
Mx kerja: Menghambat
Mx kerja: menghambat pembentukan
kontraksi otot polos prostat dihidrotestosteron (DHT)
sehingga mengurangi resistensi dari testosteron yang
tonus leher buli-buli dan uretra. dikatalisis oleh enzim 5 α
redukstase di dalam sel-
cth obat α-blocker: sel prostat
1) Non selektif
fenoksibenzamin Cth obat: Dutasterid,
2) Short acting-selektif α1 Finasterid
Prazosin, Alfuzosin
3) Long acting-selektif α1
Terazosin, Doxazosin
4) Long acting-selektif α1A
Tamsulosin, Alfuzosin-SR

BPH: Profliferasi sel stroma prostat sehingga terjadi pembesaran kelenjar prostat.
Pembesaran kelenjar prostat menyebabkan penekanan pada uretra sehingga
menghambat aliran urin dari buli-buli.

UKAI-GO Page 151


Mnemonics

 Griseofulvin
 Phenytoin
 Phenobarbitone
HEPATIC ENZYME INDUCERS  Alcohol (chronic use)
 Rifampicin
 Carbamazepine
 Sulphonylureas
 Sodium valproate
 Isoniazid
 Cimetidine
 Ketoconazole
 Fluconazole
 Alcohol (in binge drinking)
HEPATIC ENZYME INHIBITORS
 Chloramphenicol
 Erythromicin
 Sulphonamides
 Ciprofloxacin
 Omeprazole
 Metronidazole
 Carbimazole
 Fosphenytoin
 Cyclophosphamide
 Methyldopa
PRODRUGS
 Cefuroxime axetil
 Zidovudine
 Enalapril
 Azathioprine

UKAI-GO Page 152


 L-dopa
 Phenytoin
 Alcohol
ZERO ORDER KINETICS  Sodium valproate
 Theophylline
 Aspirin (only in high doses)
 Sulfasalazine
 Hydralazine
DRUGS METABOLISED BY  Isoniazid
ACETYLATION  Procainamide
 Phenelzine
 Dapsone
 Salbutamol
 Opioids
 Verapamil
 Isoniazid
 Ergotamine
DRUGS THAT UNDERGO
 Tricyclic antidepressants
EXTENSIVE
 Ketoconazole
HEPATIC FIRST-PASS
 Glyceryl trinitrate
METABOLISM
 Budesonide
 L-dopa
 Antipsychotics
 Morphine
 Propranolol
 Fibrates
 Histamine 2 antagonists:
RENALLY EXCRETED DRUGS
Cimetidine
Ranitidine

UKAI-GO Page 153


 Metformin
 Beta blockers (water-soluble):
Atenolol
Nadolol
Sotalol
 Antibiotics:
Aminoglycosides
Cephalosporins
Penicillins
Tetracycline
Trimethoprim
Vancomicin
 Lithium
 Methotrexate
 Azathioprine
 Digoxin
 Sulphonamides
 Propranolol
 Diazepam
 Fibrates
DRUGS EXTENSIVELY BOUND  Sulphonylureas
TO PROTEINS  Warfarin
 Aspirin
 Montelukast
 Phenytoin
 Isoniazid
 Methyldopa
DRUGS CAUSING HEPATITIS  Sulphonylureas
 Halothane
 Amiodarone

UKAI-GO Page 154


 Rifampicin
 Phenytoin
 Sodium valproate
 Ciprofloxacin
 Antifungals (systemic)
Fluconazole
Ketoconazole
 Methotrexate
 Pyrazinamide
 Isotretinoin
 Psoralens
 Ciprofloxacin
 Sulphonylureas
 Thiazides
DRUGS CAUSING  Antipsychotics
PHOTOSENSITIVITY  Retinoids
 Tetracyclines
 Loop diuretics
 Amiodarone
 Griseofulvin
 Propylthiouracil
 Isoniazid
 Griseofulvin
DRUGS CAUSING LUPUS
 Sulphonamides
 Phenytoin
 Hydralazine
 Monoamine-oxidase inhibitors
DRUGS CAUSING WEIGHT GAIN  Sodium valproate
 Corticosteroids

UKAI-GO Page 155


 Lithium
 Oral contraceptives
 Tricyclic antidepressants
 Metoclopramide
 Amitriptyline
 Digoxin
 Methyldopa
 Alkylating agents
DRUGS CAUSING  Neuroleptics
GYNAECOMASTIA  Spironolactone
 Cimetidine
 Ketoconazole
 Cyproterone
 Oestrogens
 Gonadotrophins
 Vinca alkaloids
 Isoniazid
 Phenytoin
DRUGS CAUSING PERIPHERAL
 Sulfasalazine
NEUROPATHY
 Cisplatin
 Amiodarone
 Nitrofurantoin
 Busulfan
 Bleomycin
DRUGS CAUSING PULMONARY  Methysergide
FIBROSIS  Methotrexate
 Amiodarone
 Nitrofurantoin
DRUGS CAUSING  Furosemide

UKAI-GO Page 156


PANCREATITIS  Azathioprine
 Sodium valproate
 Tetracycline
 Corticosteroids
 Alcohol
 Thiazides
 Sulphonamides
 Quinidine
 Terfenadine
 Tricyclic antidepressants
DRUGS CAUSING PROLONGED
 Amiodarone
QT INTERVAL
 Phenothiazines
 Erythromicin (IV administration)
 Sotalol

UKAI-GO Page 157


UKAI-GO Page 158
PHARMACEUTICAL SCIENCE

UKAI-GO Page 159


UKAI-GO Page 160
2.1 SEDIAAN FARMASI
2.1.1 BIOFARMASETIKA
Kelas BCS Contoh Obat Rate Limiting Step Solusi
I (kelarutan tinggi, Metoprolol, Kecepatan Disolusi Menambahkan
permeabilitas Propanolol, bahan untuk
tinggi) Diltiazem, mempercepat
Kloroquin, disolusi
Paracetamol,
Theofilin,
Verapamil
II (kelarutan kecil, Fenitoin, Kelaruatan Menambahkan
permeabilitas kenokonazole, Senyawa bahan yang dapat
tinggi) asam mefenamat, meningkatkan
Karbamazepin, kelarutan senyawa
Danazol
Nifedine,
Troglitazone
III (Kelarutan Acyclovir, Permeabilitas Menambahkan
tinggi, Atenolol, Senyawa permeability
permeabilitas kecil) Captopril, enhancer pada
Simetidine, formulasi
Metformin,
Neomysin B,
Ranitidine.
IV (Kelarutan kecil, Coenzyme Q10 Tidak diketahui ada
Permeabilitas kecil) Cylosporin A hubungan antara In
Ellagic Acid Vivo dan In Vitro
Furosemid,
Ritonavir,
Taxol,
Saquinavir,
HCT

UKAI-GO Page 161


2.1.2 Kriteria Untuk Ekivalensi
 Bioavailabilitas
Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai /
tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/ aktif setelah pemberian
produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau
dari ekskresinya dalam urin
Bioavailabilitas relatif: bila dibandingkan dengan sediaan bukan intravena
Bioavailabilitas absolut: bila dibandingkan dengan sediaa intravena yang
bioavailabilitasnya 100%
 Ekivalensi farmaseutik Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik
jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama dan
bentuk sediaan yang sama
 Alternatif farmaseutik
Dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanya
mengandung zat aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam,
ester, dsb.) atau bentuk sediaan atau kekuatan
 Bioekivalensi
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian
dengan dosis moral yang sama akan menghasilkan biovailabilitas yang
sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan.
 Ekivalensi terapeutik Dua produk obat mempunyai ekivalensi terapetik jika
keduanya mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif
farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis moral yang sama akan
menghasilkan efikasi klinik dan keamanan yang sebanding.
 Produk obat pembanding (referensi product) produk obat inovator yang
telah diberi izin pemasaran di Indonesia berdasarkan penilaian dossier
lengkap dengan yang membuktikan efikasi, keamanan dan mutu. Hanya jika
produk obat inovator yang tidak dipasarkan di Indonesia atau tidak lagi
dikenali yang mana karena sudah terlalu lama beredar di pasar, maka dapat di
gunakan produk obat inovator dari primary market (negara dimana
produsennya menganggap bahwa efikasi, keamanan dan kualitas produknya

UKAI-GO Page 162


terdokumentasi paling baik) atau produk yang merupakan market leader yang
telah diberi izin pemasaran di Indonesia dan telah lolos penilaian efikasi,
keamanan dan mutu. Produk obat pembanding yang akan digunakan harus
disetujui oleh Badan POM.
 Produk obat “copy”
Produk obat yang mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan
alternatif farmaseutik dengan produk obat inovator /pembandingnya, dapat
dipasarkan dengan nama generik atau nama dagang.
 Uji Ekivalensi In Vivo
Uji ekivalensi in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi
farmakodinamik komparatif, atau uji klinik komparatif.
Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau
lebih kriteria berikut ini :
a. obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi yang
pasti (critical use drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral, antibakteri,
antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung, antiepilepsi, antiasma.
b. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva doses-respons yang
curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik, litium,
feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin.

 Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro ( uji disolusi
terbanding)
Tabel lepas cepat Produk obat ―copy‖ dengan kekuatan berbeda, yang dibuat
oleh pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika:
A semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg persatuan
dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua kekuatan;) studi
ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan (
biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan
dipilih kekuatan yang lebih rendah);
B Kapsul berisi butir-butir lepas lambat jika kekuatannya berbeda hanya
dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif, maka perbandingan

UKAI-GO Page 163


profil disolusi (f > 5) dengan satu kondisi uji yang direkomendasi
2

sudah cukup.
C Tablet lepas lambat, Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama
tetapi berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif
dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten
(sampai 10 mg persatuan doses) zat inaktifnya sama banyak, dan
mempunyai mekanisme pelepasan obat yang sama, kekuatan yang
lebih rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil
disolusi yang mirip, f > 50 dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2
2

dan 7.5) dengan metode uji yang direkomendasi

 Berdasarkan sistem klasifikasi biofarmaseutik ( Biopharmaceutic


Classification System= BCS) dari zat aktif
1 BCS 1: Tidak perlu uji BE, Uji Disolusi Terbanding saja
2 BCS 2: Perlu uji BE, Uji Disolusi Terbanding
3 BCS 3: Tidak perlu uji BE, Uji Disolusi Terbanding saja
4 BCS 4: Perlu uji BE, Uji Disolusi Terbanding

NOTE!!!
Uji disolusi terbanding (in vitro) (UDT)
- Dilakukan di pH 1.8; 4.5; 6.8
- utk produk yg hya berbeda kekuatan
- berdasarkan dari sistem BCS zat aktif (BCS kelas 1, 3)
BCS 1,3: UDT
BCS 2,4: uji BE, UDT (kelarutan rendah)

Profil disolusi dibandingkan dg menggunakan faktor kemiripan (f2)


Dikatakan ekuivalen jk nilai f2 50 atau lbh besar (50-100)

UKAI-GO Page 164


2.1.3 PADAT/SOLID
Sediaan padat contohnya adalah serbuk, granul, tablet, dan kapsul. Pada
sediaan padat apabila ingin dibuat tablet memperhatikan bentuk partikel, ukuran
partikel dan sifat kimia, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan tablet.

Metode Keterangan
Senyawa aktif tahan air dan panas, sifat
Granulasi Basah alir jelek, dilakukan pembuatan massa
dengan pengikat, dikeringkan lalu
diayak.
Senyawa aktif tidak tahan panas dan air,
Granulasi Kering sifat alir jelek, dilakukan kempa dengan
bahan pengisi, lalu dihancurkan dan
diayak.
Senyawa aktif tidak tahan panas dan air,
Kempa Langsung sifat alir baik.

Dalam kontrol kualitas sediaan padat dilakukan keseragaman bobot, keseragaman


kadar dan uji disolusi.

 Keragaman bobot jika tablet mengandung zat aktif > 50 mg yang


merupakan > 50 % dari bobot tablet, atau
 Keseragaman kandungan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg atau
zat aktif merupakan < 50 % bobot tablet

UKAI-GO Page 165


2.1.4 Ekspisipien Formulasi Tablet
Komponen tablet biasanya terdiri dari zat aktif dan eksipien. Eksipien tablet
antara lain:

1 Pengisi (Diluent)
Zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.

Pengisi tidak larut air Pengisi larut air


Kalsium sulfat, dihidrat Laktosa
Kalsium fosfat, dibasic Sukrosa
Kalsium fosfat tribasic Dextrosa
Kalsium karbonat Manitol
Starch yang dimodifikasi Sorbitol

Avicel
(karboksimetil starch)

2 Pengikat (Binder)
Fungsi : untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi
bagi tablet yang dicetak langsung.
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat Contoh
Polimer Alam starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin)

Pengikat yang berupa PVP, metilselulosa, etilselulosa,


polimer sintetik hidroksipropilselulosa
*Penambahan plasticizer ( propilenglikol, PEG 400, gliserin,
heksilonglikol) ke dalam larutan pengikat dapat meningkatkan kekerasan,
mengurangi efek capping dan friabilitas tablet.
Pengikat Konsentrasi
Cornstarch 5-10% musilago
Pregelatinized cornstarch 5-10%
Starch 1500 5-10% musilago
Gelatin 2-10%
Sukrosa 10-85% 5-20%

UKAI-GO Page 166


Akasia 5-20% dalam air, alkohol, atau
PVP hidroalkohol 2-10%
Metilselulosa (berbagai grade 2-10%
viskositas)
CMC-Na (low-viscosity grade) 2-15% dalam alkohol
Etilselulosa (berbagai grade 2-10% dalam air atau hidroalkohol
viskositas)
Polivinil alkohol (berbagai grade 10-30% dalam air, alkohol, atau
viskositas) PEG 6000 hidroalkohol

3 Penghancur (Disentregan)
Untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran cerna. Enam klasifikasi disintegran : starches, clays, gums,
cellulose, algins, dll
Cara pakai/penambahan disintegran:
 internal addition (saat granulasi) : disintegran dicampur dengan
bahan lainnya sebelum ditambah dengan larutan penggranul
 external addition : disintegran ditambahkan setelah granul
terbentuk
Disintegran Konsentrasi (% w/w)
Starch 5-20
Starch 1500 5-15
Avicel PH 101, PH 102
Solka Floc 5-15
Asam alginat 5-10
Explotab 2-8
Guar gum 2-8
Polyclar AT (PVP, crosslinked 0.5-5
PVP)
Amberlite IPR 88 0.5-5
Metilselulosa, CMC-Na, HPC 5-10

UKAI-GO Page 167


4 Pelincir (Lubrikan)
Untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada
saat tablet ditekan ke luar.
Water Soluble Lubricant Water Insoluble Lubricant
Jenis Kadar (%) Jenis Kadar (%)
Asam borat 1 Logam (Mg, Ca, Na) stearat ¼-2
Sodium klorida 5 Asam stearat ¼-2
DL-leusin 1-5 Sterotex ¼-2
Carbowax 4000/6000 1-5 Talk 1-5
Sodium oleat 5 Waxes 1-5
Sodium benzoate 5 Stearowet 1-5
Sodium asetat 5 Gliseril behapate (Compritol

888); dapat pula sebagai

pengikat; dikombinasi dengan


Sodium lauril sulfat 1-5
Mg-lauril sulfat 1-2 Mg-stearat untuk mengurangi
Sodium benzoat+sodium 1-5
asetat resiko sticking dan caping.

5 Anti Lengket (Antiadherent)


Untuk mengurangi melengketnya granul pada permukaan punch atau
dinding die.
Jenis Kadar (%)
Talk 1-5
Cornstarch 3-10
Cab-O-Sil 0,1-0,5
Siloid 0,1-0,5
DL-leusin 3-10
Sodium lauril sulfat <1
Metalik stearat <1

6 Pelicin (Glidant)
Untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi
gesekan di antara partikel-partikel.
Jenis Kadar (%)
Talk 5
Cornstarch 5-10
Cab-O-sil 0,1-0,5
Siliod 0,1-0,5
Aerosil 1-3

7 Pembasah
Gliserin, Sorbitol

UKAI-GO Page 168


2.1.5 Evaluasi Mutu Tablet
Evaluasi suatu tablet meliputi evaluasi bentuk dan ukuran, kekerasan
tablet, friabilitas, keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan
disolusi.

 Uji Disolusi
Lazimnya menggunakan 2 tipe apparatus yaitu tipe 1 (Basket/Keranjang) Tipe 2
(Paddle/Dayung).

Apparatusa Name Drugs Product


Apparatus 1 (Rotating Basket) Generally preferred for capsules and
for dosage forms that tend to float or
disintegrate slowly.
Apparatus 2 (Paddle) Generally preferred for tablets.
Apparatus 3 (Reciprocating cylinder) Extended-release drug products
Apparatus 4 (Flow cell) Drug products containing low-water-
soluble drugs
Apparatus 5 (Paddle over disk) Transdermal drug products
Apparatus 6 (Cylinder) Transdermal drug products
Apparatus 7 (Reciprocating) Extended-release drug products

UKAI-GO Page 169


 Kriteria Penerimaan Uji Disolusi
Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan
S1 6 Tiap unit sediaan tidak
< Q+5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit
(S1+S2) adalah ≥ Q dan
tidak satu unit sediaan
yang < Q–15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit
sediaan (S1+S2+S3)
adalah ≥ Q, tidak lebih
dari 2 unit sediaan yang
< Q-15% dan tidak satu
unitpun yang < Q-25%

kriteria penerimaan UJI DISOLUSI didasarkan pada nilai Q sebagai berikut :

1. Q adalah jumlah obat yang dinyatakan dalam monografi secara spesifik


terdisolusi dalam waktu tertentu

2. Untuk menetapkan kesimpulan, pengujian dapat dilakukan sampai 3 tahap.


Tahapan pertama (I) bila sudah memenuhi syarat dapat diambil kesimpulan, bila
belum pengujian dilanjutkan pada tahap kedua (II). Bila tahap pertama (I) dan
kedua (II) belum memenuhi syarat, maka pengujian dilanjutkan pada tahap ketiga
(III). Bila ketiga tahap tidak memenuhi syarat, maka kelompok uji dinyatakan
tidak memenuhi persyaratan uji disolusi.

3. Jumlah sampel pada tahap pertama 6 unit, tahap kedua 6 unit dan tahap ketiga
12 unit

PERMASALAHAN DI TABLET

Chipping/retak : Tablet rusak di bagian tepi


Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering dibagian atas -tengah
Capping/Laminating
• Capping : bagian atas tablet terpisah dari bagian utamanya

UKAI-GO Page 170


• Laminating : tablet memisah dan menjadi 2 bagian saat proses
pengeluaran dari die.
Solusi Chipping/Cracking/ Capping/Laminating : menambahkan pengikat
Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak
merata.
Solusi: pemberian zat warna dengan pencampuran yang merata dan
homogen

Lengket pada punch (sticking, picking & filming)


• Sticking Terjadi karena pengeringan/ lubrikan yang tidak sesuai, akibatnya
permukaan tablet melekat pada bagian muka punch sehingga permukaan tablet
nampak goresan. Solusi: penambahan lubrikan

• Picking Adalah lekatan lekatan di mana sebagian kecil granul lengket pada
muka punch dan terus bertambah pada setiap revolusi pengempaan, menimbulkan
lekukan-lekukan pada permukaan tablet
Solusi: anti adheren

• Filming Adalah pembentukan lambat dari picking dan pada sebagian besar
dikarenakan kandungan lembab granul berlebihan, kelembaban dan suhu ruang
yang tinggi atau muka punch aus (hilang pelumasan).
Solusi: anti adheren

2.1.6 Semipadat
Emulsi
Emulsi:sediaan yg mengandung 2 zat yg tdk tidak tercampur, biasanya
mengandung air dan minyak. Emulsi mengandung obat cair atau larutan obat,
terdispersi dlm cairan pembawa, distabilkan dg pengemulsi yg cocok

Masalah di emulsi:
• Flokulasi: ketidakrataan distribusi obat dan tanpa pengocokan yg
sempurna berakibat pd pemberian dosis yg berbeda
• Creaming: terpisah mnjd 2 lapisan dan menyatu kembali setelah
pengocokan
• Cracking/breaking: terpisah mnjd 2 lapisan yg sifatny irreversible
• Inversi: perubahan tipe emulsi w/o ke o/w atau sblikny

UKAI-GO Page 171


Suspensi
Suspensi:sediaan cair yg mengandung partikel padat tidak larut yg terdispersi dlm
fase cair.
Jenis suspensi:
• Flokulasi : partikel cepat mengendap tetapi karena ikatan antar partikel
lemah sehingga menjadi mudah untuk terdispersi kembali dan tidak
membentuk cake. Cth: antibiotik yg harus direkonstitusi dg air
• Deflokulasi : partikel mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya terbentuk cake yang keras
dan sukar terdispersi kembali. Cth: obat maag dan bbrp antibiotik tanpa
rekonstitusi

Sediaan semipadat contohnya adalah salep, krim, dan gel. Pada pembuatan
sediaan semipadat, harus memperhatikan sifat hidrofilisitas dan stabilitas senyawa
aktif, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan sediaan semipadat. Apabila
dalam pencampuran krim dengan salep harus digunakan surfaktan agar tidak
terjadi pemisahan fase. Pemilihan emulgator dalam pembuatan krim sangat
diperlukan dengan menghitung nilai HLB yang diperlukan. Umumnya senyawa
yang hidrofob dibuat sediaan salep dan krim emulsi o/w serta senyawa hidrofil
dibuat sediaan gel atau krim emulsi w/o. Dalam kontrol kualitas sediaan
semipadat dapat dilakukan keseragaman bobot, keseragaman kadar, uji pelepasan
obat, uji daya lekat, dan uji penyebaran. Untuk uji stabilitas dapat dilakukan
menurut ICH.

1. Krim
Basis emulsi tipe A/M. Contoh: lanolin, cold cream
Sifat :
 Emolien
 Oklusif
 mengandung air
 beberapa mengabsorpsi air yang ditambahkan
 berminyak

UKAI-GO Page 172


Basis emulsi tipe M/A. Contoh: hydrophilic ointment (c/ : Cetomacrogol
1000 + Cetostearyl alcohol)
Sifat:
 mudah dicuci dengan air
 tidak berminyak
 dapat diencerkan dengan air
 tidak oklusif

2. Gel
A Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi
seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik.
Contoh : bentonit magma, gelatin
B Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase
(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam
stearat dalam minyak.
C Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi
pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi
ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan
agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh
: gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa
kering dan polystyrene.
D Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel
dengan mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan
emulgel memiliki kelebihan daya hantar obat yang baik seperti gel
maupun emulsi.

UKAI-GO Page 173


 Gelling Agents
Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa,
dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media
air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar.
Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk
gel karena terjadinya flokulasi partikel. Catatan: Pada pemilihan gelling
agent perhatikan dengan pH stabilita dan inkompatibilitasnya Berikut
ini adalah beberapa contoh gelling agent :
A. Polimer (gel organik)
Gum alam (Natrium Alganat, Karagenan, Tragakan,
Pektin)
B. Derivat selulosa
HPMC, MC, Na CMC, HEC, HPC
C. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)

2.1.7 Cair
Perbedaan Eliksir dan Sirup
Eliksir Sirup
Pelarut Etanol Aquadest
Untuk bahan tidak larut air Untuk bahan larut air
Jika bahan tidak larut air
maka digunakan campuran
air dan alkohol
Rasa Kurang manis, kurang kental karena gula Lebih kental, manis,
sedikit kandungan gula tinggi
• Kurang efektif menutupi rasa yg tidak
enak
Sifat Hidroalkoholik (lebih mudah untuk bahan-
bahan yang larut dalam air maupun dalam
alcohol)
Pembuatannya lebih sederhana
Mikroba Eliksir dengan 10-12% alcohol tidak perlu

UKAI-GO Page 174


ditambah anti mikroba

Metode untuk Meningkatkan Kelarutan


1. Modifikasi Kimia
Kelarutan zat cair, dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah gugus polar
dari suatu molekul dapat dicapai dengan pembentukan garam.
2. Kompleksisasi
Penambahan bahan ketiga yang dapat membentuk antar molekul kompleks dengan
zat terlarut dapat meningkatkan kelarutan suatu zat terlarut. Sejumlah senyawa,
seperti nikotinamid dan B-klikodestrin, diketahui sebagai agen (perantara) yang
dapat meningkatkan kelarutan dari air yang kurang baik kelarutan obat-obat.
3. Consolvency
Kelarutan dari elektrolit lemah dan senyawa nonpolar dalam zat cair dapat
ditingkatkan dengan penambahan cosolvent seperti etanol, gliserol,
propilenglikol,atau sorbitol. Agen ini dapat bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka zat terlarut hidrofilik, dan hubungan zat cair atau dengan mengubah
konstanta dielektriknya.
4. Hidrotropisme
Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan kelarutan air
yang dicapai dengan konsentrasi tinggi (20%-50%) dan penambahan sesuatu.
Aditif (penambahan) cenderung sangat larut dalam air dan memiliki anion/kation
yang besar. Contohnya seperti sodium asetatt, natrium benzoat, natrium cosilate,
dan natrium salisilat.
5. Solubilisasi
Surfaktan digunakan sebagai bahan kelarutan dalam kebanyakan aplikasi farmasi.
Surfaktan mempengaruhi pemisahan dengan proses yang dikenal sebagai
solubilisasi misel. Misel terbentuk karena molekul surfaktan memiliki area
hidrofilik dan lipofilik yang seimbang.

UKAI-GO Page 175


Sediaan cair contohnya adalah larutan, suspensi, dan emulsi. Pada pembuatan
sediaan cair, harus memperhatikan polaritas, stabilitas, dan kelarutan senyawa
aktif, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan sediaan cair. Sediaan cair dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu steril dan nonsteril. Pada pembuatan sediaan steril,
stabilitas senyawa aktif harus diperhatikan karena akan memilih metode sterilisasi
atau pembuatan sediaan steril. Pada larutan, senyawa aktif harus melarut pada
medium dispersi. Pada suspensi, senyawa aktif harus terdispersi pada medium
dispersi. Pada sediaan emulsi, senyawa aktif harus dapat berpartisi pada medium
dispersi. Dalam pembuatan sediaan cair, metode peningkatan kelarutan senyawa
(solubilisasi) dapat dilakukan dengan pengubahan pH larutan, penambahan
surfaktan, atau menambahkan kosolven agar mudah melarut. Dalam pembuatan
suspensi, bahan tambahan dapat berupa agen flokulasi (pencegah penempelan
partikel dengan tolakan muatan listrik) dan thickening agent (menambah
kekentalan medium dispersi agar partikel tidak mudah mengendap). Dalam
pembuatan emulsi, harus diperhatikan emulgator yang digunakan serta nilai HLB
yang akan digunakan. Sediaan emulsi dan suspensi harus dikocok dahulu dalam
penggunaan agar penyebaran senyawa aktif merata. Sediaan emulsi dan suspensi
disarankan tidak disimpan dalam lemari es karena dapat mengubah penyebaran
partikel dan pemisahan fase emulsi. Dalam kontrol kualitas sediaan semipadat
dapat dilakukan keseragaman volume dan keseragaman kadar. Untuk uji stabilitas
dapat dilakukan menurut ICH.

A Suspending Agent:
 Air : CMC Na. (0,05 – 0,75 %), Tylosa (0,25%), PVP (diatas 5%),
Sorbitol (10 -25%)
 Minyak : Alumunium monostearat (2%), gelatin (2%), manitol (50%).
B Wetting Agent
Digunakan untuk pembasah dan mencegah pertumbuhan kristal. Bila
diperlukan dan hanya untukpelarut air.Contoh : Tween 80, Propilen glikol,
Lecithin, Polioksietilen – Polioksipropilen, Polisorbat 80, Silikonantibusa,
Silikon Trioleat.

UKAI-GO Page 176


C Solubilizing Agent
PEG 300, Propilenglikol

D Surfaktan
 Anionik: Asam Stearat, Natrium Lauril Sulfat, TEA, Carbomer.
 Non-Ionik: Polyoxyethylene Sorbitan Ester Asam Lemak/
Polysorbate/ Tween, Sorbitan Ester Asam Lemak, Cetomacrogol
1000
E Emulgator Alam
 Polisakarida (Gom): Tragakan, Akasia, Metil Selulosa, Na-CMC

2.1.8 Gas
Sediaan gas contohnya adalah aerosol dan spray. Pada pembuatan sediaan gas,
harus memperhatikan volatilitas senyawa aktif, jenis propelan, dan kompatibilitas
senyawa aktif dengan propelan, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan
sediaan gas. Sediaan gas harus disimpan jauh dari api agar tidak meledak.

2.1.9 Produk Biologis


Produk biologis contohnya adalah protein rekombinan, vaksin, serum, dan
toksoid. Pada pembuatan produk biologis harus diperhatikan tujuan penggunaan,
stabilitas senyawa aktif, dan metode pembuatan. Hal ini dikarenakan beberapa
produk biologis sangat sensitif, sehingga dapat rusak oleh lingkungan yang tidak
sesuai (suhu, oksigen, dan pH). Beberapa vaksin dan toksoid ditambahkan
pengawet, sehingga harus digunakan pengawet yang tidak merusak senyawa
aktifnya. Umumnya produk biologis harus disimpan disuhu 2 – 8°C agar tidak
rusak.

UKAI-GO Page 177


2.1.10 Sterilisasi
Metode Karakteristik zat aktif, eksipien, Kerugian
wadah
Sterilisasi basah Tahan panas (121ºC selama 15 Tidak depirogenasi
(autoklaf) menit) dan tahan lembab, cairan Tdk bs bhn sensitif panas atau panas lembab,
bercampur dengan air, wadah dapat keterbatasan panas lembab utk berpenetrasi
ditembus oleh air melalui wadah, perlu penghilangan udara
krn udara dpt menghalangi difusi uap air.

SIFAT ZAT
METODA STERILISASI KETERANGAN
AKTIF

Sterilisasi panas Tahan panas (170 ºC selama 1 jam) Dapat depirogenasi


kering (oven) tidak tahan lembab, cairan tidak Kerugian: waktu&suhu lbh lama&lbh tinggi
bercampur dengan air dibandingkan panas lembab, terbatas pd bhn
tahan panas.
Filtrasi Tidak tahan panas berbentuk cairan Tidak depirogenasi, kemungkinan terjadi
menggunakan Tidak dapat digunakan untuk wadah absorbsi zat pada membran dan leaching
membran membran
Irradiasi (gamma, Memiliki ikatan molekul stabil Tidak depirogenasi, mahal, dapat merusak
elektron) terhadap radiasi. Harus dipastikan ikatan molekul bbrp zat, ongkos kapital awal
tahan radiasi γ(tahan radiasi UV, tinggi & keamanannya.
blm tentu tahan radiasi γ)
Sterilisasi gas Wadah polimer harus permeabel Kemungkinan residu
terhadap udara,uap air,gas

UKAI-GO Page 178


Zat padat tahan Sterilisasi panas kering Zinc oxide, kalamin, talk, bismuth subnitrat,
panas dan tidak bismuth subkarbonat, calomel (tahan
mudah menguap pemanasan 160-180 ºC selama 1-2 jam)
Sulfanilamid, sulfadiazin, sulfathiazole,
sulfamerazin (thn pemanasan 3 jam 140-150
ºC)
Larutan tahan panas, Sterilisasi autoklaf (121 ºC
dan lembab selama 20 menit)
Zat padat sensitif Sterilisasi gas seperti
panas formaldehid, atau 10-20% etilen
dioksida dicampur dengan
karbondioksida
Cairan sensitif panas Filtrasi menggunakan membran,
secara aseptis
Cairan minyak Sterilisasi oven (120-130 ºC Minyak mineral, petrolatum cair, gliserin.
(tidak bercampur selama 1-2 jam) Gliserin tidak dapat dipanaskan melebihi
dengan air) 150ºC. Minyak&petrolatum cair tahan
pemanasan sampai 200 ºC

UKAI-GO Page 179


2.2 Farmasi Industri

2.2.1 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi adalah ―kegiatan pembuktian‖ bahwa perlengkapan, fasilitas atau
sistem yang digunakan dalam suatu proses/sistem akan selalu bekerja sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Validasi/kualifikasi mesin,
peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu :

a. Kualifikasi Rancangan (Design Qualification)


Kualifikasi rancangan adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Tujuannya adalah untuk
menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau
bangunan yang akan dipasang atau dibangun sesuai dengan ketentuan
atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku.
Kualifikasi ini dilakukan sebelum instalasi (pemasangan)
alat/mesin/prasarana produksi.
b. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang
tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan
dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Kualifikasi instalasi dilakukan pada waktu instalasi
(pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat yang
bersangkutan.
c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Kualifikasi operasional dilakukan setelah
kualifikasi instalasi (pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat
yang bersangkutan.
d. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification)

UKAI-GO Page 180


Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan
penggunaan.
Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi
yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
kegiatan yang dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan.
Jenis- jenis validasi meliputi validasi metoda analisa, validasi proses
produksi, validasi proses pengemasan, validasi pembersihan.

a. Validasi Metode Analisa


Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa semua metode
analisa (cara/prosedur pengujian) yang digunakan dalam pengujian
maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten (terus-menerus). Dalam validasi metode
analisa yang diuji atau divalidasi adalah Protap atau Prosedur Tetap
pengujian yang bersangkutan. Protap tersebut bisa dibuat oleh bagian
pengawasan mutu. Apabila protap belum tersedia maka harus dibuat
terlebih dahulu, baru divalidasi.
Cakupan (ruang lingkup):
 Validasi metode analisa dilakukan untuk semua metoda analisa
yang digunakan untuk pengawasan kegiatan produksi.
 Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji
kesesuaian sistemnya (alat atau sistem sudah dikualifikasi).
 Menggunakan bahan baku pembanding yang sudah dibakukan atau
disimpan ditempat yang sesuai.
b. Validasi Proses Produksi
Tujuannya adalah:
 Untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi rutin

UKAI-GO Page 181


(batch processing record), senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara terus-menerus.
 Mengidentifikasi dan mengurangi masalah yang terjadi selama
proses produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses
ulang.
 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.
Validasi proses:
1. Validasi prospektif, merupakan proses validasi sebelum produk
di pasarkan. Jumlah batch 3
2. Validasi konkuren, merupakan proses validasi yang dilakukan
selama proses produksi rutin. Jumlah batch 3
3. Validasi retrospektif, merupakan validasi yang dilakukan terhadap
proses yang sudah berjalan. Jumlah batch 10-30
c. Validasi Proses Pengemasan
Tujuannya adalah:
 Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
pengemasan yang berlaku dan digunakan dalam proses
pengemasan rutin (batch packaging record) sesuai dengan
persyaratan rekonsiliasi yang telah ditentukan, secara konsisten.
 Operator yang melakukan proses pengemasan kompeten serta
mengikuti prosedur pengemasan yang telah ditentukan.
 Proses pengemasan yang dilakukan, tidak terjadi peristiwa mix-up
(campur baur) antar produk maupun antar batch.
d. Validasi Pembersihan
Tujuannya adalah:
 Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
pembersihan yang berlaku dan digunakan sudah tepat dan
dapat dilakukan berulang-ulang (reliable and reproducible)
 Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang
negatif karena efek pembersihan.

UKAI-GO Page 182


 Operator yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti
prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah
ditentukan.
 Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang telah
ditetapkan, misalnya sisa residu, kadar kontaminan, dan
sebagainya.

2.2.2 Parameter Validasi

UKAI-GO Page 183


Akurasi (ketepatan)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh nilai


yang sebenarnya (ketepatan pengukuran).
 Syarat Nilai Recovery 98%-102%

Presisi (Ketelitian)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan


kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang
homogen.
 Terdapat 3 kategori pengujian presisi, yaitu :

1. Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan


minimum 9 penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis
tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi).
2. Presisi Antara, yaitu perbedaan antar operator/analis dengan
sumber reagensia dan hari yang berbeda.
3. Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa laboratorium
untuk validasi metode analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan
yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.

Spesifitas/Selektifitas

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk membedakan senyawa


yang diuji dengan derivat/metabolitnya.

UKAI-GO Page 184


 Resolusi: Perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan
(ΔtR = tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 + W2)/2 seperti
gambar berikut..
 Syarat Resolusi HPLC, Rs : 1,2 – 1,5.
 Rumus perhitungan Resolusi (Rs):

Linearitas
Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan
hubungan secara langsung atau proporsional antara respons detektor dengan
perubahan konsentrasi analit.

Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)

 Merupakan jumlah analit terkecil yang masih bisa dideteksi namun tidak
perlu dapat terukur.

Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ)

 Merupakan jumlah analit terkecil yang yang masih bisa diukur dengan
akurat (tepat) dan presisi (teliti)/reprodusible.

Klasifikasi Ruang

Non-Operasional Operasional
3
Kelas Jumlah maksimum partikel/m yang diperbolehkan Fungsi
≥ 0,5µm ≥ 5µm ≥ 0,5µm ≥ 5µm
-Pengolahan dan
pengisian
A 3.520 20 3.520 20 aseptis
- Pengisian salep mata
steril

UKAI-GO Page 185


- Pengisian bubuk
steril*
- Pengisian suspensi
steril
B 3.520 29 3.520 20 Latar belakang untuk A
-Pembuatan larutan
bila ada
risiko di luar kebiasaan
- Pengisian produk
yang akan
mengalami sterilisasi
akhir
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000 - Pembuatan larutan
yang
akan disaring
kemudian
pengisian secara
aseptis
dilakukan di kelas A
dengan
latar belakang kelas B
Penanganan
Komponen setelah
3.5200.00
D 29.000 Pencucian.
0 Strelisasi Akhir:
Preparasi larutan untuk
proses pengisian.
Ruang pengolahan dan
pengemasan primer
3.5200.00 obat nonsteril,
E 29.000
0 pembuatan salep
kecuali
salep mata

Kelas Sebutan Suhu (°C) Humiditas


A Under LAF 16-25 45-55 0,36-0,54 m/dt
B Steril 16-25 45-55 Aliran udara
turbulen dengan
pertukaran
minimal 20 kali
C Steril 16-25 45-55 20 kali
D Bersih 20-27 40-60 20 kali
E Umum 20-27 Maks 70 5-20 kali

UKAI-GO Page 186


E Khusus 20-27 Maks 40
(Higrokopis) 5-20 kali
Effervescent

2.2.3 Zona Iklim Dunia


Zona Tipe Iklim Negara
Zona 1 Temperature Climate Eropa, Canada
Zona 2 Mediterranean/subtropis Eropa, South Africa
Zona 3 Hot dry Zona Algeria, Libya,
Tunisia, Jordan, Lebanon and
Syria, Iraq
Zona 4A Hot Humis/Tropical Zona Bahrain, Bangladesh, Kuwait,
Qatar, Arab Saudi, UEA,
PNG
Zona 4B ASEAN Testing conditions hot/higher Indonesia, Brazil, India
humidity

2.2.4 Uji Stabilitas


Kondisi penyimpanan selama Uji Stabilitas

Pengujian Kondisi Penyimpanan Periode waktu minimal


pengambilan data
Jangka panjang 25°C±2°C/60% RH ± 5% RH 12 bulan
(long term) atau • Setiap 3 bulan pada tahun pertama
30°C±2°C/65% RH ± 5% RH (bulan ke-0, 3, 6, 9, 12)
• Setiap 6 bulan pada tahun kedua
(bulan ke-18 dan 24)
• 1 x setiap tahun hingga waktu
penyimpanan yg ditentukan
Intermediate 30°C±2°C/65% RH ± 5% RH 6 Bulan
Min 3 waktu pengujian, termasuk
awal dan akhir, missal bulan ke-0,
3, 6 untuk lama pengujian 6 bulan
Dipercepat 40°C±2°C/75% RH ± 5% RH 6 bulan
(accelerated) Min 3 waktu pengujian, termasuk
awal dan akhir, missal bulan ke-0,
3, 6 untuk lama pengujian 6 bulan

Keterangan:

UKAI-GO Page 187


 Suhu Chamber diatur terkontrol ±2°C, dan kelembaban relatif diatur
terkontrol ±5%

 in use stability: untuk memberikan informasi untuk pelabelan pada


penyiapan, kondisi penyimpanan dan periode penggunaan produk
multidosis setelah pembukaan, rekonstitusi atau pengenceran suatu larutan,
mis. injeksi antibiotik yang dibuat berupa serbuk untuk rekonstitusi.
 on going stability: untuk memantau produk sediaan selama umur simpan
produk (shelf life) dan untuk menentukan bahwa produk tidak berubah dan
diperkirakan tetap dalam kondisi penyimpanan yang sesuai.

2.2.5 Perhitungan Tonisitas Sediaan Injeksi


Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan
bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut. Larutan 0,9% (b/v)
dan glukosa 0,5% (b/v) adalah isotonik dengan cairan plasma, oleh sebab itu
sering digunakan sebagai infus intravena, walaupun kedua larutan tersebut bukan
plasma tapi konsentrasi kedua partikel larutan tersebut identik sama.

1. Metode Ekivalensi NaCl


Cara ini dengan mengkonversi nilai zat ke NaCl, harga ekuivalensinya
ditunjukan nilai E.
Contoh: Penisilin E = 0,18 artinya 1 gram Penisilin setara/senilai 0,18
gram NaCl. Agar Isotonis, tonisitas tubuh yaitu 0,9% (b/v). NaCl 0,9%
artinya 0,9 gram NaCl terlarut dalam volume total 100mL

NaCl = W x E
Contoh perhitungan Tonisitas:
R/ Ampisilin Na 0,1 (E=0,16)
Isoniazid 0,05 (E=0,25)
m.f.inject.Isot. 5mL
Jawaban: NaCl 0,9% = 0,9/100
Jumlah nilai NaCl agar isotonis pada sediaan 5 mL

( x 5 mL = 0,045 gram

UKAI-GO Page 188


Sedangkan jumlah nilai NaCl dalam sediaan (berdasarkan resep) yaitu
Rumus W x E
Ampisilin Na = 0,1 gr x 0,16 = 0,016
Isoniazid = 0,05 gr x 0,25 = 0,0125
Total nilai kesetaraan NaCl dalam sediaan = 0,016 + 0,0125 = 0,0285
gram. Sehingga agar Isotonis 0,045 gr – 0,0285 = 0,0165
*Jika ingin mengganti larutan dengan cairan glukosa (dektrosa) maka
perhitungannya:
1 gr dektrosa setara dengan 0,18 gr NaCl, maka 0,0165 gr NaCl
setara dengan (0,0165/0,18) x 1 = 0,1965 gram dekstrosa yang harus
ditambahkan untuk menggantikan NaCL 0,0165 gr.

2. Metode Liso
Dapat digunakan untk menentukan nilai E dan ∆Tf

E = 17 dan ∆Tf = Liso

Keterangan:
E = Ekuivalensi NaCl
Liso = Harga tetapan (non elektrolit 1.86, elektrolit lemah 2,0,
univalen 3,4)
M = Berat molekul zat
∆Tf = Penurunan titik beku
M = Berat zat terlarut (g)
V = Volume larutan (mL)

3. Metode penurunan Titik Beku


Cairan tubuh yang setara 0,9%. NaCl mengalami penurunan titik beku
sebesar 0,52 Celcius, oleh karena itu sediaan dikatakan isotonis apabila
mengalami penurunan titik beku 0,52 C.
Untuk memperoleh larutan isotonis maka NaCl yang ditambah sesuai
Rumus:

UKAI-GO Page 189


B=

Keterangan:
B = Jumlah zat NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis
Ptb1, Ptb2 = Penurunan titik beku zat berkhasiat seperti di dalam resep
Ptb = Penurunan titik beku zat pengisotonis (NaCl)
C1,C2 = Konsentrasi zat berkhasiat di dalam resep dengan satuan
(b/v) %, titik titik dalam rumus maksudnya apabila ada 4
zat berkhasiat.
2.2.6 Perhitungan HLB

UKAI-GO Page 190


2.2.7 Penanganan Limbah Industri
 Limbah Padat
Sumber Limbah Penanganan
Debu/serbuk obat dari sistem Dibakar di incinerator
pengendalian debu
Obat rusak, kadaluarsa ataupun yang Dibakar di incinerator
reject
Kertas, plastik dan lain-lain Dibuang ke TPA
Lumpur dari proses IPAL Dibakar di Incinerator

 Limbah Cair

UKAI-GO Page 191


Sumber Limbah Penanganan
Bekas cucian peralatan produksi, lab dan Dialirkan ke IPAL
penggunaan lain yang berkaitan dengan
produksi
Kamar mandi, WC Dibuang ke septic tank

 Limbah Gas dan Partikel


Sumber Limbah Penanganan
Debu selama proses produksi Diberi dust collector
Pelarut-pelarut kimia Lemari asam dilengkapi Exchaust
fan
Asap dari genset dan incinerator Dibuat cerobong asap

 Mikroorganisme yang biasa digunakan pada IPAL ialah Nitrosomonas sp.


NaOH digunakan untuk menyamakan pH limbah.

2.2.8 UTILITY SYSTEM


 Water System
Tujuannya menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air
yang diterapkan
1. Grade I: Raw Water (untuk pemadam kebakaran dan menyiram
tanaman)
2. Grade II : Pottable Water (untuk cuci pakaian, pembersihan
ruangan, cuci tangan, kamar mandi)
3. Grade III : Purified Water (cuci akhir kontainer, cuci akhir
wadah, produksi sirup/tablet, coating)
4. Grade IV : Water for injection (70°C) (cuci akhir kontainer
steril, cuci vial/ampul, produksi steril)

UKAI-GO Page 192


 HVAC
Mencegah kontaminasi silang, mengendalikan temperatur, mengendalikan
kelembaban, mengendalikan pertumbuhan mikroba sesuai persyaratan.
1. Pre-Filter (35%)
2. Medium Filter (95%)
3. HEPA Filter (99.97%)

 Steam System
Tujuan : Sebagai sumber panas (heater) karena tidak diperbolehkan adanya
api terbuka yang dapat menyebabkan kontaminan produksi dan bahaya
kebakaran.
Untuk : Mengeringkan granul, Memasak air (double jacket vessel),
sterilisasi (otoklaf)

2.2.9 Pengaturan (Cascade) Tekanan Udara


A Umum
R. Pengemasan Ruang Antara R. Pengemasan Luar
Primer Sekunder
+++ ++ + 0

B Khusus untuk Produk Betalaktam atau Hormon Kelamin


R. Pengemasan Ruang Antara R. Pengemasan Ruang Antara Luar
Primer Sekunder
0 + 0 + 0
atau

R. Pengemasan Ruang Antara R. Pengemasan Ruang Antara Luar


Primer Sekunder
+ ++ + ++ 0

UKAI-GO Page 193


BAHAN ALAM
DAN KIMIA FARMASI

UKAI-GO Page 194


Bahan Alam

3.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah yang dikeringkan.
Simplisia terdiri dari nabati, hewan, dan mineral. Nama simplisa terdiri dari
dua kata kata pertama mengacu pada nama tanaman dalam bahasa latin dan
kata kedua mengacu pada bagian tanaman dengan nama latin.
Berikut adalah tatanama baku simplisia :
Nama Bagian Tumbuhan Nama Latin Contoh
Caesalpiniae lignum
Kayu Lignum
(Kayu secang)
Tinospora caulis
Batang Caulis
(Batang brotowali)
Piperi fructus
Buah Fructus
(Cabe Jawa/Buah cabe)
Jasminum flos
Bunga Flos
(Bunga melati)
Cinchonae cortex
Kulit Kayu Cortex
(Kulit kayu kina)
Myristae semenis
Biji Semen
(Biji pala)
Solanum tuber
Umbi Tuber
(Umbi kentang)
Rhei radix
Akar Radix
(Akar kelembak)
Curcuma xanthorrhizae
Akar tinggal Rhizome rhizome
(Temulawak)
Alii sativum Bulbus
Umbi lapis Bulbus
(Bawang putih)

UKAI-GO Page 195


Golongan Senyawa Sifat Fisika-Kimia Contoh Senyawa
Polar, relatif mudah larut
dalam air (monosakarida Sorbitol, dekstrosa,
Karbohidrat dan disakarida, polisakarida laktosa, sukrosa,
relatif sukar larut), banyak amilum.
mengandung gugus

Granati pericarpii
Kulit buah Pericarpium
(Kulit buah delima)
Orthosiphonis folium
Daun Folium
(Daun kumis kucing)
Centellae herba
Bagian di atas tanaman Herba
(Herba pegagan)
Oleum cocos
Minyak Oleum
(Minyak kelapa)

3.2 Metabolit Tanaman


Pada tanaman, terkandung senyawa yang tergolong metabolit primer
dan sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Contoh metabolit
primer adalah : karbohidrat, protein, asam amino, dan asam lemak. Metabolit
sekunder adalah senyawa yang dibutuhkan tanaman sebagai perlindungan diri
atau hasil dari metabolisme utama. Contoh metabolit sekunder adalah :
fenolik, flavonoid, alkaloid, glikosida, antrakuinon, triterpenoid, iridoid,
senyawa pahit, senyawa pedas, dan senyawa sulfur.

UKAI-GO Page 196


hidroksi (-OH), umumnya
senyawa nonaromatis.
Relatif polar, mengandung
gugus amida (-COONH-),
terdenaturasi bila terkena
Protein Enzim fenol oksidase.
suhu tinggi dan pH ekstrim,
terdenaturasi dengan logam
berat lalu mengendap.
Relatif polar, mengandung
gugus karboksilat (-COOH)
Asam Amino dan amina (-NH-), Lisin, arginin, aspartat.
mengendap dengan logam
berat.
Nonpolar, mengandung
gugus karboksilat (- Asam linoleat, asam
Asam Lemak
COOH), dapat tersabunkan laurat.
dengan basa.
Relatif polar, mengandung
gugus hidroksi (-OH),
senyawa aromatis (ada Asam galat, EGCG,
Fenolik benzena dengan gugus asam sinamat, kumarin,
hidroksi), membentuk kurkuminoid.
kompleks berwarna bila
bertemu logam tertentu.
Relatif polar, mengandung
gugus hidroksi (-OH),
senyawa aromatis (ada
benzena dengan gugus
Apigenin, narigenin,
Flavonoid hidroksi), membentuk
antosianin.
kompleks berwarna bila
bertemu logam tertentu,
merupakan bagian dari
senyawa fenolik (semua

UKAI-GO Page 197


flavonoid adalah fenolik,
tetapi fenolik belum tentu
flavonoid)
Dapat polar atau nonpolar,
mengandung atom N,
Alkaloid mengendap dengan logam Kuinin, nikotin.
berat, memiliki aktivitas
farmakologi.
Polar, mengandung bagian
Glikosida gula (glikon) dan nongula Apiin, amigdalin, aloin.
(aglikon)
Relatif polar, mengandung
gugus hidroksi (-OH) dan
keton (-CO-), senyawa
aromatis (ada benzena
dengan gugus hidroksi),
membentuk kompleks
Antrakuinon Aloin, rhein, senosida
berwarna merah bila
bertemu basa, merupakan
bagian dari senyawa fenolik
(semua antrakuinon adalah
fenolik, tetapi fenolik
belum tentu antrakuinon).
Limonen, karvon, timol
(mudah menguap); asam
Nonpolar, mudah menguap
glisirizat, andrografolid
(mono, seskui, dan
(tidak mudah menguap);
diterpenoid; tri dan
beta karoten, zeaxanthin
Triterpenoid politerpenoid sulit
(politerpenoid).
menguap), politerpenoid
umumnya berwarna, tidak
bisa tersabunkan.

UKAI-GO Page 198


Nonpolar, umumnya
Senyawa pahit senyawa alkaloid dan Andrografolid, kuinin.
triterpenoid.
Nonpolar, umumnya resin
Senyawa pedas Gingerol, shogaol.
dari senyawa fenolik.
Nonpolar, merupakan
Iridoid kerangka modifikasi dari Valetriproat.
triterpenoid.

3.3 Obat Asli Indonesia

Golongan
Kandungan yang
Nama bahan Khasiat senyawa
berkhasiat
kandungan
Triterpenoid
Centellae herba Madekosida,
Penghilang luka
(Herba pegagan) asiatikosida

Rhei radix Antrakuinon


Pencahar Rhein
(Akar kelembak)
Curcuma
xanthorrhiza
Hepatoprotektor Kurkuminoid Fenolik
rhizome
(Temulawak)
Tinospora caulis Penurun gula Triterpenoid,
Tinosporin
(Batang brotowali) darah Senyawa pahit
Psidii folium
Diare nonspesifik Tanin Fenolik
(Daun jambu biji)

Murrayae
Penurun berat
paniculata folium Polisakarida Karbohidrat
badan
(Daun kemuning)
Andrographis herba Penurun gula
Andrografolid Triterpenoid
(Herba sambiloto) darah
UKAI-GO Page 199
Phyllanti herba
Imunomodulator Filantin Triterpenoid
(Herba meniran)
Orthosiphonis
folium
Diuretika Orthosiphonin Triterpenoid
(Daun kumis
kucing)
Sonchi folium Glikosida
Diuretika Sonchosida
(Daun tempuyung) flavonoid

Berikut adalah beberapa nama simplisia yang umum digunakan di


Indonesia. Kebanyakan berasal dari tanaman.

3.3 Ekstraksi Tanaman Obat


Ekstraksi

Dingin Panas
• Maserasi • Sokletasi: simplisia dan pelarut
- Merendam simplisia dalam terpisah, menggunakan alat Sohklet dan
larutan penyari. terdapat siklus utk mengaliri dan
- Untuk bahan yang lunak seperti menarik seny dari simplisia
daun, bunga, rimpang, dan
beberapa buah. • Reflux: simplisia direndam dg pelarut
- Untuk senyawa aktif yang tidak kemudian dipanaskan hingga jenuh
tahan panas dan oksidasi
• Infus: Perebusan simplisia di suhu 90°
• Perkolasi selama 15mnt
- Mengaliri simplisia dg pelarut yg • Dekokta: Perebusan simplisia di suhu
sesuai dan menyari dg bantuan 90° selama 30 mnt
gaya gravitasi. • Destilasi
- Untuk bahan yang keras seperti - Pemisahan dan pemurnian dari cairan
kulit batang, akar, batang, biji, yang mudah menguap (volatile),
dan beberapa buah. dengan cara memanaskan, kemudian
kondensasi uapnya menjadi cairan
(destilat).
- Ada 3 jenis destilasi, yaitu uap, air,
dan uap-air.
- Destilasi uap dilakukan untuk
senyawa yang tahan panas dan
oksidasi.
- Destilasi air digunakan untuk
UKAI-GO Page 200
senyawa yang tidak terhidrolisis.
UKAI-GO Page 201
Konsep Kimia Dasar

3.4 Kesetaraan mol


Kesetaraan mol sering digunakan dalam penggantian bahan baku dari
suatu bahan yang setara. Misalnya dalam membuat tablet atorvastatin, tetapi kita
mendapat bahan baku atorvastatin kalsium dari supplier. Apabila BM atorvastatin
adalah 559 dan atorvastatin kalsium adalah 599. Hitung berapa mg setara
atorvastatin kalsium terhadap 10 mg atorvastatin.
Konsep mol :

mol =

karena senyawanya mirip bisa digunakan konsep mol. Jadi :


mol atorvastatin = mol atorvastatin kalsium

X = x 10

X = 10,53 mg
Jadi, 10 mg atorvastatin setara dengan 10,53 mg atorvastatin kalsium.

3.5 Pengenceran
Praktek pengenceran sering ditemukan pada praktek sehari-hari pada
pelayanan kefarmasian, misalnya dalam pembuatan alkohol cuci atau
mengencerkan bahan obat tertentu. Prinsip pengenceran adalah kesetaraan jumlah
molekul atau jumlah bobot senyawa dalam larutan.

Bagaimana cara pembuatan alkohol 70 % dengan volume 1,5 liter dari


alkohol 95 %?
Konsep pengenceran : volume awal x konsentrasi awal = volume akhir x
konsentrasi akhir Atau,

UKAI-GO Page 202


V1 x C1 = V2 x C2
95 % x X = 70 % x 1,5 L
X = (70/95) x 1,5 L
X = 1,1 L

Jadi, ambil 1,1 liter alkohol 95 % lalu ditambahkan akuades sampai 1,5
liter.

3.6 Asam Basa


Konsep asam basa dalam farmasi penting dalam meramalkan jumlah
obat yang terion dan terserap pada bagian tubuh tertentu. Konsep asam basa juga
berguna dalam meramalkan kompatibilitas pencampuran obat suntik.
Rumus yang biasa digunakan adalah :

pH asam  pH = pKa + log

pH basa  pH = pKa + log

Dalam menentukan persentase terionisasi dapat digunakan dua cara :


- Rumus
Rumus untuk asam lemah :

% terionisasi =

Rumus untuk basa lemah :

% terionisasi =

- Rule of Thumb
Untuk senyawa asam lemah :
pH = Umumnya 50 % fraksi
pKa terionisasi

UKAI-GO Page 203


pH = Umumnya 90 % fraksi
pKa + 1 terionisasi
pH = Umumnya 99 % fraksi
pKa + 2 terionisasi
pH = Umumnya 99,9 % fraksi
pKa + 3 terionisasi
pH = Umumnya 99,99 % fraksi
pKa + 4 terionisasi

Untuk senyawa basa lemah :


pH = Umumnya 50 % fraksi
pKa terionisasi
pH = Umumnya 90 % fraksi
pKa - 1 terionisasi
pH = Umumnya 99 % fraksi
pKa - 2 terionisasi
pH = Umumnya 99,9 % fraksi
pKa - 3 terionisasi
pH = Umumnya 99,99 % fraksi
pKa - 4 terionisasi

Contoh :
1. Metrotreksat merupakan obat golongan inhibitor asam folat yang memiliki
pKa 5,4 dan bersifat asam lemah. Dalam terapi, pasien harus
mempertahankan pH urin pada nilai sekitar 7 agar metrotreksat tidak
mengendap di ginjal. Berapa % fraksi terionisasi metrotreksat pada pH urin
di nilai sekitar 7?
Jawab :
Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH = 7 memiliki selisih 1 –
2 nilai dengan pKa, sehingga bisa dikatakan 90 – 99 % senyawa
metrotreksat dalam bentuk terion.

UKAI-GO Page 204


Dengan perhitungan :

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi = 97,5 %

2. Efedrin memiliki pKa 9,4 dan bersifat basa lemah. Apabila efedrin
ditambahkan ke dalam larutan dengan pH 7,4. Berapa % efedrin yang tidak
terionisasi?
Jawab :
Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH = 7,4 memiliki selisih 2
nilai dengan pKa, sehingga bisa dikatakan 99 % efedrin dalam bentuk terion
dan 1 % dalam bentuk tidak terion.

Dengan perhitungan :

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi = 99 %
% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %

3.7 Polaritas
Dalam praktek kefarmasian, polaritas merupakan suatu acuan untuk
menentukan partisi obat berdasarkan sifat kimianya. Misalnya senyawa hormon
cenderung lebih bercampur dengan minyak dibandingkan dengan air. Semakin

UKAI-GO Page 205


banyak gugus polar (misalnya : -OH, -COOH, -NH2), senyawa tersebut memiliki
kecendrungan menetap pada fase berair dan polaritasnya akan meningkat.
Dalam menentukan polaritas, digunakan pendekatan koefisien partisi
dengan rumus sebagai berikut :

P=

Koefisien partisi yang sering digunakan dalam farmasi adalah koefisien


partisi apparent (Papp). Dengan rumus sebagai berikut :
Papp = P x fraksi tak terion
Atau

Papp =

Contoh :
Senyawa x merupakan basa lemah yang diberikan secara intravena.
Senyawa x memiliki pKa = 9,4 dengan P = 65. Senyawa x kemudian dianalisis
dengan cara mengambil 5 mL sampel darah dan diekstraksi dengan 10 mL
oktanol. Berapakah konsentrasi senyawa x dalam plasma. Diasumsikan pH plasma
pasien adalah 7,4 dan dari hasil analisis senyawa x memiliki konsentrasi sebesar
34 ng/mL dalam oktanol.
Jawab
Gunakan rumus :

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi =

% terionisasi = 99 %
% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %
Atau fraksi tak terion = 0,01
Papp = P x fraksi tak terion

UKAI-GO Page 206


Papp = 65 x 0,01 = 0,65

Papp =

Papp =

Konsentrasi dalam Plasma =

Konsentrasi dalam Plasma = 52,31 ng/mL

3.8 Kimia Analisis Konvensional


Analisis kimia konvensional menggunakan alat analisis sederhana seperti
volumetri dan gravimetri. Berikut adalah beberapa metode yang sering digunakan:
Metode Prinsip Keterangan
Gravimetri Perbedaan bobot Umumnya pada analisis
tetap saat ditimbang kadar abu dan susut
pengeringan
Titrasi Bebas Air Reaksi asam basa Analisis asam dan basa
yang dapat diganggu lemah
oleh adanya air
Nitrimetri Reaksi diazotasi Analisis nitrit dan
menimbulkan senyawa turunan
perubahan warna sulfanilamid
Kompleksometri Reaksi kompleks Analisis logam valensi
antara EDTA 2 dan 3
sehingga
menimbulkan warna
Titrasi Redoks Reaksi redoks dalam Analisis serimetri (Ce),
larutan permanganometri, iodo-
iodimetri
Titrasi Pengendapan Kelarutan senyawa Analisis argentometri
hasil reaksi yang untuk kadar NaCl

UKAI-GO Page 207


mudah mengendap
Asidi-alkalimetri Reaksi asam basa Analisis basa dan asam
yang tidak diganggu kuat
air

3.9 Kimia Analisis Instrumental


Analisis kimia instrumental menggunakan alat analisis berupa instrumen
seperti spektrofotometri, kromatografi, dan elektroforesis. Berikut adalah
beberapa metode yang sering digunakan :
Metode Prinsip Keterangan
Spektrofotometri Penyerapan Spektrofotometri UV-
spektrum gelombang Visibel,
cahaya oleh senyawa Spektrofotometri
dalam larutan Infrared
Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan Dapat digunakan fase
berdasarkan polaritas normal (fase gerak
senyawa dan ikatan nonpolar dan fase diam
pada fase gerak polar) atau fase terbalik
(fase gerak polar dan
fase diam nonpolar)
Kromatografi Gas Pemisahan Apabila senyawa yang
berdasarkan akan dianalisis susah
perbedaan titik didih menguap dilakukan
dan volatilitas derivatisasi
senyawa menggunakan senyawa
tertentu agar mudah
menguap
KCKT (HPLC) Pemisahan Dapat digunakan fase
berdasarkan polaritas normal (fase gerak
senyawa dan ikatan nonpolar dan fase diam

UKAI-GO Page 208


pada fase gerak polar) atau fase terbalik
(fase gerak polar dan
fase diam nonpolar)
Elektroforesis Pemisahan Biasanya digunakan
berdasarkan muatan pada analisis asam
listrik senyawa dan amino dan protein
ukuran molekul

NOTE!!

Parameter HPLC/KCKT —> waktu retensi (Rt)


parameter KLT —> faktor retensi (Rf)
KLT: pemisahan seny berdasarkan perbedaan polaritas. fase diam fase
absorbsi.

HPLC
prisip: pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan polaritas. Fase diam
kolom. prinsipnya bisa adsorbsi dan partisi.
Adsorpsi : kalau fase diam berupa padatan
Partisi: kalau fase diam cairan. untuk kromatografi partisi dibedakan
berdasarkan pd kepolaran relatif fase diam dan fase gerak. kolom HPLC
ada 2:
- fase normal: fase diam menggunakan air/trietilglikol yg terikat
pada silica atau alumina. (fase diam bersifat polar, fase gerak non
polar)
- fase terbalik (RP): fase diam seny non polar (hidrokarbon). gugus
R pada pelapis siloksan adl rantai C8 atau rantai C18. (fase diam
bersifat non polar, fase gerak polar)

contoh pada fase terbalik (RP)

UKAI-GO Page 209


fase diam bersifat non polar, berarti fase gerak bersifat polar sehingga
senyawa yg akan keluar terlebih dahulu adl senyawa polar dan yg terakhir
keluar adl seny non polar. "Like dissolves like"

untuk meningkatkan resolusi (Rs: jarak antar peak) dg memperlambat laju


alir. Rs yg baik 1,2-1,5

Pada HPLC saat ini umum dilakukan penambahan baku internal.


- Tujuan penambahan baku internal: untuk menghilangkan faktor
kesalahan dlm preparasi sampel.
- Preparasi dan analisis dilakukan bersamaan dg menambahkan baku
internal yg bukan baku standar
- Syarat baku internal: inert, fisikokimia seperti baku standar, tidak
boleh ada di dalam sampel.

detektor HPLC
1) UV-Vis
syarat: mempunyai gugus kromofor/ik. rangkap terkonjugasi (C-C=C-
C=C-C)
energi yg diserap: emisi
2)Fluoresen
Syarat: sama dg UV-Vis
Energi: emisi dan eksitasi
3)MS (mass spectrometry)
berdasarkan berat molekul senyawa
hasil yg muncul di kromatogram berupa peak+BM senyawa tersebut

UKAI-GO Page 210


Uji kulaitatif dg HPLC dapat dilakukan dg:
1. bisa dilihat dari waktu retensi (RT)
2. metode spiking: menambahkan baku standar di sampel, untuk melihat
apakah peak yg muncul memang peak seny yg dituju
3. dengan detektor MS

3.10 Perhitungan kadar senyawa dari nilai absorbansi


Contoh soal:
Tablet CTM 4 mg dengan bobot tablet 200 mg dilakukan penetapan kadarnya
dengan melarutkan 1 tablet dalam air 100 mL air. Larutan kemudian disaring
dan diukur absorban zat aktif yang terlarut. Absorban yang didapat 0,45.
Persamaan kurva kalibrasi (μg/mL) adalah y=0,02x+0,04. Berapa persenkah
kadar zat aktif pada tablet tsb?
Jawab:
y=0,02x+0,04
y adalah absorbansi senyawa yg ingin ditentukan kadarnya
→ 0,45=0,02x+0,04
X= = 20,5 μg/mL

Sebelumnya CTM dilarutkan dengan 100 mL air, sehingga:


20,5 μg/mL=2050 μg/100 mL=2,050 mg/100 mL

Sehingga % kadar=

UKAI-GO Page 211


3.11 Pereaksi Kimia

Jenis Pereaksi Identifikasi


Reaksi Murexide Derivat Xantin
Reaksi Fujiwara Kloroform
Reaksi Asam Chromatropat Formaldehid, Metanol, Simetidin, Metamizol
Reksi Marquis Morfin
Reaksi Van-Urk Alkaloid
Reaksi Carr-Price Vitamin A
Reaksi Schiff Aldehid
Reaksi Sakaguchi Derivat Guanidin

UKAI-GO Page 212


APOTEK, ETIKA DAN PRAKTEK
KEFARMASIAN

UKAI-GO Page 213


Praktek Apoteker
4.1 Memulai Praktek Apoteker
Setelah menyelesaikan pendidikan Apoteker, apoteker baru akan
mendapatkan STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker), bukti sumpah Apoteker,
sertifikat kompetensi Apoteker, dan ijazah Apoteker. Apabila apoteker baru akan
praktek di luar kota kelulusan maka harus mengurus surat lolos butuh. Apoteker
yang akan berpraktek dipelayanan maupun fasilitas produksi harus mengurus
SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker).

Keterangan:

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi,


Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

A. STRA dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional (KFN)


sedangakan STRTTK dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
B. Pedoman Penyelenggaraan Uji Kompetensi dikeluarkan oleh KFN
C. Sertifikat Kompetensi Apoteker dikeluarkan oleh IAI setempat
D. SIPA dan SIPTTK dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Syarat pembuatan SIPA adalah melampirkan legalisir STRA dan
rekomendasi IAI setempat. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 31 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 889 Tahun 2011 Tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

A. SIPA adalah Surat Izin Praktek Apoteker yang berlaku untuk


apoteker dipelayanan maupun fasilitas produksi.
B. SIPA bagi apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1
tempat fasilitas kefarmasian.
C. SIPA bagi apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat diberikan
untuk paling banyak 3 tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.

UKAI-GO Page 214


 Bagi Apoteker yang baru selesai pendidikan dan ingin bekerja di luar
propinsi tempat pendidikan maka harus mengurus Surat Lolos Butuh di
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) propinsi
asal (dalam hal ini propinsi tempat pendidikan) ke propinsi tempat bekerja.
4.2 Metode Pengadaan “Manajemen Logistik Dan
Farmasi”
1) Metode ABC/Pareto
Pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai
tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang
disebut kelompok A, B dan C.
- Kelompok A: mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total
nilai inventory.
- Kelompok B: mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai
inventory.
- Kelompok C: mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai
inventory. C mempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas
gudang dan keuangan
2) Metode VEN
Ppengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat terhadap
kesehatan.
- Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital)
yang jika terjadi kekosongan dapat mengancam jiwa. kelompok ini
antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk
pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi
penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk
jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung
- Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien.
Contoh: antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
- Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang
digunakan untuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting

UKAI-GO Page 215


disease), perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya,
perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai kelebihan
manfaat disbanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh: vitamin,
suplemen dan lain-lain.
3) Kombinasi ABC-VEN
A B C
V VA (9) VB (8) VC (7)
E EA (6) EB (5) EC (4)
N NA (3) NB (2) NC (1)

Jika anggaran masih belum mencukupi, maka dilakukan pengurangan obat


yang masuk di kelompok NC, diikuti NB, NA, jika anggaran masih belum
cukup.
4) Metode Konsumsi
Berdasarkan data penggunaan obat pada periode sebelumnya.
5) Metode Morbiditas/epidemiologi
Berdasarkan pola penyakit dan standar terapi

RUMUS PERHITUNGAN DALAM PENGADAAN

a) Indikator efisiensi yaitu ketepatan perencanaan yaitu dengan melihat dari satu jenis
obat obat dalam perencanaan dengan jumlah barang dan jenis obat tersebut dalam
kenyataan pemakaian, kecukupan obat yaitu jumlah bulan yang menunjukkan
antisipasi lamanya stok obat yang tersedia, stok berlebih yaitu stok obat yang
kecukupan obatnya lebih dari 18 bulan, TOR (Turn Over Ratio) yaitu perputaran
modal yang terjadi selama 1 tahun, stok mati yaitu stok obat yang dalam waktu 3

UKAI-GO Page 216


bulan atau lebih tidak dipakai, b) Indikator efektivitas adalah stok kosong yaitu
jumlah stok akhir adalah 0 (nol) atau stock out .

4.3 Metode analisis dalam perencanaan anggaran


1) COST MINIMAL ANALYSIS (CMA)
analisa mengenai obat yang outcome dan efektifitasnya dianggap
ekuivalen (Sama), yang beda mungkin cuma regiman dose, atau
administration, atau antara obat me too dengan generiknya yang dianggap
memiliki efektivitas dan outcome yang equivalent.
Jd CMA hny melihat cost yg minimal.
Cth: obat A 3x sehari tablet biasa, dan obat B 1xsehari sustain release.
Dianggap kedua obat efektifitasnya sama, dan outcomenya eqivalent.
Hanya dilihat manakah yang lebih cost minimal diantara obat tsb.

2) COST BENEFIT ANALYSIS (CBA)


menilai benefit yang kita peroleh dari suatu terapi maupun suatu program
di mana outcomenya dinilai dalam bentuk moneter (uang). Benefit yg
diperoleh dikonversikan ke moneter terlebih dahulu. digunakan untuk
menganalisa dua program yang sama sekali berbeda, karena outcome nya
kan sama-sama moneter.
Cara menghitungnya CBA→ CBA = B/C
*C= cost (dalam moneter) dan B = Benefit (dalam moneter)
Jika nilai CBA > 1 berarti programnya lebih benefit, jd program dapat
dilaksanakan
Jika nilai CBA = 1 berarti ada atau tdk ada program sama saja
Jika nilai CBA < 1 berarti program tersebut ,tidak layak dijalankan

3) COST EFFECTIVE ANALYSIS (CEA)


Analisa yang membandingkan cost-effektivitas antara 2 pengobatan yang
hasilnya atau outcome nya dinilai dari natural unit (tekanan darah, life-
saving, kadar gula darah, kolesterol, dll)

UKAI-GO Page 217


Hasil akhirnya adalah dalam bentuk rasio cost efektifitas (ACER = an
average Cost Effective Ratio).
ICER = Cost A-Cost B (dalam moneter)/Effect A- Effect B (dalam %).
Cth:
Obat-obat hipertensi akan dibandingkan antara obat A yang memiliki
mekanisme kerja X dengan obat B yang mmliki mekanisme kerja Y.
Outcome nya adalah penurunan tekanan darah.
Diketahui obat A dengan harga 25ribu dapat menurunkan tekanan darah
20 mmHg, sementara obat B harganya 35ribu dapat menurunkan tekanan
darah 15 mmHg. Jadi, obat A ternyata lebih cost effective dibandingkan
obat B.

4) COST UTILITY ANALYSIS (CUA)


analisa farmakoekonomi yang paling komprehensif. Selain menganalisa
berdasarkan Cost-Effective, CUA juga menilai QALY (Quality-Adjust Life
Years). Jadi, CUA juga menilai bagaimana kualitas hidup setelah
pengobatan pasien. Jadi, outcome nya dinilai berdasarkan QALY nya.

4.4 Sampling
 Pola n=1+√N : digunakan jika bahan diperkirakan HOMOGEN dan
diperoleh dr pemasok yg disetujui
 pola n=0,4√N : digunakan untuk tujuan identitas (bahan HOMOGEN)
 pola n=1,5√N : digunakan untuk bahan yg diperkirakan TDK HOMOGEN
dan atau berasal dari pemasok yg blm dikualifikasi.

4.5 Pricing
Penetapan harga merupakan hal yang penting di dalam praktek
keseharian farmasis. Mulai dari pembuatan obat sampai menjual obat. Berikut
adalah contoh penentuan harga pada praktek farmasis.
a. Pembuatan obat

UKAI-GO Page 218


Industri farmasi Y ingin membuat sirup parasetamol dengan dosis 250 mg/5
mL. Setiap kali produksi membutuhkan biaya total Rp 10.000.000 untuk 2000
botol. Berapakah harga satu botol sirup parasetamol dosis 250 mg/5 mL?
Pada kasus di atas, dalam menentukan harga per botol dapat ditentukan
sebagai berikut :

Harga per botol = + pajak pertambahan nilai

Harga per botol = + (10 % x )

Harga per botol = Rp 5.000 + Rp 500 = Rp 5.500

b. Penjualan obat di Apotek


Pada penjualan obat di Apotek, umumnya menggunakan HJA dengan rumus :
HJA = Harga jual + (% kenaikan x Harga jual)
Berapakah harga Allopurinol 100 mg apabila satu tablet berharga Rp 500 dan
persen kenaikan allopurinol 100 mg adalah 25 %?
HJA = Rp 500 + (0,25 x Rp 500)
HJA = Rp 500 + 125
HJA = Rp 625

c. Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)


Perhitungan nilai HPP dapat menggunakan 2 cara, yaitu:
Dengan Faktor Harga Jual

HPP = 100%  (100% x )

Dengan Nilai Stok Barang



HPP = x 100%

d. BEP (Break Event Point)


Teknik analisa yang menunjukkan suatu keadaan usaha tidak suatu
mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk mempertahankan

UKAI-GO Page 219


kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat keseimbangan antara hasil
penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh dengan biaya total.

BEP = x FC

BEP= Break Even Point


FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variable)
TR = Total Revenue (Pendapatan Total)

e. ROI (Return On Investment)


Untuk mengetahui apakah modal yang ditanam di apotek lebih
menguntungkan dari pada investasi di bank maka dapat digunakan ROI
(Return on Investment). ROI merupakan analisa hasil usaha. ROI yang baik
adalah lebih besar dari pada jasa pinjaman rata-rata.

ROI = x 100%

f. Pay back Periode


Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama
modal yang kita investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio
dari total investasi dibandingkan dengan laba bersih. Pay Back Period dapat
dihitung dengan rumus:

PBP =

4.6 Aturan Hukum Terkait Lainnya


1. PP Nomor 20 Tahun 1962 Tentang Lafal Sumpah Janji Apotker
2. Permenkes No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek

UKAI-GO Page 220


 Permohonan surat izin apotek (SIA) ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
 Terdapat 4 golongan psikotropika, dimana golongan I hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
 Perubahan golongan psikotropika
Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
 Terdapat 3 golongan, dimana golongan I dilarang digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan
 Perubahan golongan narkotika
Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
 Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan,
dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
 Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien
 Industri farmasi harus memiliki 3(tiga) orang Apoteker sebagai
penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian
mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan
farmasi
 Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki
sekurang-kurangnya 1(satu) orang Apoteker sebagai penanggung
jawab

UKAI-GO Page 221


7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
8. Keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI Tahun 2009 Tentang Kode Etik
Apoteker Indonesia
9. Permenkes RI Nomor 1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi, Diganti
dengan Permenkes RI Nomor 16 Tahun 2013
10. PP Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor
 Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika
11. Permenkes RI Nomor 1191 Tahun 2010 Tentang Penyaluran Alat
Kesehatan
 Izin Penyaluran Alat Kesehatan (PAK) diberikan oleh Dijen Binfar
 Izin cabang PAK diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
 Izin toko alat kesehatan diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
12. Permenkes RI Nomor 1175 Tahun 2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika
13. Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Industri Usaha Obat
Tradisional
14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
15. Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik
16. Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
17. Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Perubahan Permenkes Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
18. Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Perubahan Permenkes Nomor 35
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
19. Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
20. Perka BPOM Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-
Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
 OOT terdiri atas Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin, Haloperidol dan/atau Dekstrometorfan.
21. Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penggolongan Psikotropika

UKAI-GO Page 222


22. Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2018 tentang Penggolongan Narkotika

 Gol 1: Opium, Koka, Ganja, Karisoprodol.


 Gol 2: Fentanil, Metadona
 Gol 3: Kodein, Nikokodina

23. Perka BPOM No 4 Th 2018 Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,


Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian

4.7 Praktek Apoteker di Industri Farmasi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Industri Farmasi minimal harus memiliki 3 orang
apoteker yang masing-masing menempati posisi sebagai kepala bagian produksi,
manager pengawasan mutu (QC) dan manager pemastian mutu (QA). Sedangkan
berdasar pada Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Industri Usaha Obat
Tradisional, IOT (Industri Obat Tradisional) dan IEBA (Industri Ekstrak Bahan
Alam) minimal memiliki 1 orang apoteker sebagai penanggung jawab.
Keterangan:

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Industri dan


Usaha Obat Tradisional

A. Izin Industri Farmasi dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dengan


Pemenuhuan CPOB diajukan kepada Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan serta Pemenuhan Administrasi diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Industri Usaha
Obat Tradisional:

A. Izin IOT dan IEBA dikeluarkan oleh Dirjen Binfar


B. Izin UKOT dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
C. Izin UMOT dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

UKAI-GO Page 223


Untuk Registrasi Obat Tradisional harus sesuai Permenkes No 7
Tahun 2017 tentang Registrasi Obat Tradisional.

4.4.1 Registrasi Obat


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1010 Tahun 2008 Tentang Registrasi
Obat, registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk
mendapatkan izin edar. Izin edar diberikan oleh menteri yang dilimpahkan kepada
Kepala Badan POM.

A. Pengajuan registrasi obat dengan paten dapat dilakukan oleh bukan


pemegang hak paten mulai 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya
perlindungan hak paten
B. Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi ketentuan yang berlaku

UKAI-GO Page 224


Kode Registrasi Obat

UKAI-GO Page 225


4.8 Praktek Apoteker di Rumah Sakit

4.5.1 Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 4 kelas,
dimana masing-masing kelas memiliki jumlah apoteker minimal. Rumah sakit
juga diwajibakan untuk melakukan akreditasi setiap 3 tahun sekali.

A. Kelas A (>500 bed) = 15 Apoteker


B. Kelas B (200-500 bed) = 13 Apoteker
C. Kelas C (100-200 bed) = 8 Apoteker
D. Kelas D (50-100 bed) = 3 Apoteker
4.5.2 Beban Kerja Apoteker
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, rasio standar apoteker di rawat inap
adalah 1 apoteker untuk 30 pasien, sedangkan di rawat jalan adalah 1
apoteker untuk 50 pasien.

4.5.3 Perhatian dalam Sistem Penyimpanan Obat di Instalasi


Farmasi Rumah Sakit
A. Perhatian Terhadap Obat High-Alert
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, rumah sakit perlu mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat high-alert. Obat high-alert
sendiri adalah obat yang sering kali terjadi kesalahan dan dapat beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Obat high-alert seperti:

UKAI-GO Page 226


1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound
Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml
atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih
pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika.

B. Perhatian Terhadap Obat LASA


LASA atau Look Alike Sound Alike adalah kumpulan obat-obat yang
memiliki penyebutan atau penampilan (wadah sediaan) yang mirip satu sama lain.
Dalam proses penyimpanannya, obat-obat seperti ini harus ditandai secara khusus
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pengambilan, salah satunya adalah
dengan menggunakan prinsip Tall Man Letters seperti terlihat pada contoh
dibawah.

Pasangan Nama Obat LASA

acetaZOLAMIDE AcetoHEXAMIDE
chlorproMAZINE ChlorproPAMIDE
DAUNOrubicin DOXOrubicin
DOBUTamine DOPamine
busPROPIon BusPIRon
vinBLAStine VinCRIStine

4.5.4 Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, sistem distribusi di unit pelayanan dapat
dilakukan dengan cara.

A. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)


B. Sistem Resep Perorangan (individual prescription)

UKAI-GO Page 227


C. Sistem Unit Dose (unit dose dispensing)
D. Sistem Kombinasi

4.5.5 Sistem Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Kategori Warna Kantong Plastik Lambang

Radioaktif Merah

Sangat Infeksius Kuning

Limbah Infeksius,
Patologi dan Anatomi, Kuning
Limbah Benda Tajam

Sitotoksik Ungu

Limbah Kimia dan


Coklat
Farmasi

UKAI-GO Page 228


4.9 Praktek Apoteker di Puskesmas
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, puskesmas minimal memiliki 1 orang
apoteker sebagai penanggung jawab. Jumlah kebutuhan apoteker dihitung
bedasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan. Rasio
untuk menentukan jumlah apoteker adalah 1 apoteker untuk 50 pasien perhari.

4.10 Praktek Apoteker di Apotek

4.7.1 Pelayanan dan Praktek Kefarmasian


 Terkait Regulasi
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian di apotek
diselenggarakan oleh apoteker dan dibantu oleh apoteker pendamping atau tenaga
teknis kefarmasian.
 SP Narkotik terdiri atas 3 rangkap sedangkan psikotropika dan
prekursor 3 rangkap
 Resep disimpan selama 5 tahun sebelum dimusnahkan

UKAI-GO Page 229


 Pemusnahan obat mengandung narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh apoteker penanggung jawab dan disaksikan oleh
perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Apotek wajib melaporkan tiap bulan untuk penggunaan Narkotika
dan Psikotropika melalui aplikasi SIPNAP.
4.7.2 Pelayanan Obat
Apoteker di apotek dapat melakukan penyerahan obat tanpa resep dokter
meliputi obat bebas, bebas terbatas, dan DOWA (daftar obat wajib apotek).
DOWA merupakan golongan obat keras yang dimungkinkan untuk dapat
diserahkan tanpa resep dokter. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 347
Tahun 1990 Tentang DOWA Nomor 1, Kepmenkes RI Nomor 924 Tahun
1993 Tentang DOWA Nomor 2, dan Kepmenkes RI Nomor 1176 Tahun 1999
Tentang DOWA Nomor 3. Dimana dalam penyerahannya terdapat jumlah
maksimal yang dapat diberikan.

 DOWA 1
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Kontrasepsi Oral 1 Siklus
Asam Mefenamat 20 Tablet
Metampiron 20 tablet
Bisakodil Supp 3 Suppo
Metoklopramid 20 tablet
Antacid + Sedativ / Spasmodik 20 tablet
Mebendazole 6 Tablet
Antibiotik/ Antijamur Topikal 1 tube

 DOWA 2
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Albendazole 6 tablet
Bacitrasin 1 tube

UKAI-GO Page 230


Ibuprofen 10 tablet
Noretisteron 1 siklus
Omeprazole 7 tablet

 DOWA 3
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Ranitidine 10 tablet
Obat TB Satu Paket
Allopurinol 10 tablet
Natrium Diklofenak 10 tablet

4.7.3 BUD (Beyond Use Date)


Jenis Sediaan Keterangan
Formulasi tidak mengandung Tidak lebih dari 25% dari kadaluarsa masing-masing
air bahan atau sediaan 6 bulan dari peracikan
Oral mengandung air 14 hari, disimpan pada suhu dingin 2-8°C
Sirup antibiotic yang telah 7 hari
dilarutkan
Topikal/Dermal mengandung 30 hari
air, semisolid
Tetes Mata dan Telinga Tube 28 hari setelah pertama kali dibuka
Tetes Mata Minidose 3 x 24 jam setelah dibuka
Sirup Kering 7-14 hari setelah diencerkan

UKAI-GO Page 231


Injeksi Insulin 28 hari sejak pertama kali digunakan dan disimpan
pada suhu ruang dan 60 hari pada suhu 2-8°C

BUD sediaan steril

Tingkat risiko US Pharmacopoeia yaitu:

UKAI-GO Page 232


1. Segera digunakan Pemberian injeksi dilakukan dalam waktu 1 jam sesudah
penyiapan/ pencampuran sediaan injeksi.

2. Rendah
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Laminar Air Flow Workbench (LAFW)
atau Biological Safety Cabinet (BSC) yang memenuhi persyaratan partikel dan
mikroba ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya sedikit, misalnya: rekonstitusi
sediaan injeksi antibiotik vial satu dosis.

3. Rendah dan diberikan dalam waktu 12 jam BUD Penyiapan sediaan injeksi
dilakukan di Ruang ISO Class 5, tahapan pencampurannya sedikit dan diberikan
dalam waktu 12 jam BUD.

4. Sedang
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Ruang ISO Class 5 dan tahapan
pencampurannya banyak; atau produk steril digunakan untuk lebih dari satu
pasien; atau produk steril digunakan untuk satu pasien namun beberapa kali
penggunaan.

5. Tinggi
Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan obat yang tidak steril; atau penyiapan
sediaan steril dengan bahan obat steril namun tidak dilakukan di Ruang ISO Class
5; atau waktu/saat sterilisasi sediaan injeksi dilakukan >6 jam waktu
penyiapan/pencampuran.

Singkatan
Aturan Penggunaan

Singkatan Kepanjangan Arti


S Signa Tandai
a.c Durante coenam Pada waktu makan
d.c Durante coenam Pada waktu makan
a.p Ante prandium Sebelum sarapan pagi
Abs.febr Absente febre Bila tidak demam
h.v Hora vespertina Malam hari
n Nocte Malam hari
h.s Hora somni Waktu tidur
h.m Hora matutina Pagi hari

UKAI-GO Page 233


s.d.d Semel de die Sekali sehari
b.d.d Bis de die Dua kali sehari
t.d.d Ter de die Tiga kali sehari
q.d.d Quarter de dir Empat kali sehari
s.n.s Si necesse sit Bila perlu
s.o.s Si opus sit Bila perlu
u.p Usus propius Untuk dipakai sendiri
u.c Usus cognitus Cara pakai sudah
diketahui
i.m.m In manus medici Berikan pada dokter
Gtt Guttae Tetes
C atau cochl Cohlear Sendok makan (15ml)
c.p Cochlear parvum Sendok bubur (8ml)
c.th Cohlear theae Sendok teh (5ml)
c.orig Cochlear original Sendok dari pabrik
c. kecil Sendok 5 ml

Aturan Peracikan

Singkatan Kepenjangan Arti


m.f Misce fac Campu atau buatlah
a.a Ana Masing-masing
Aa p.aeq Ana partes aequales Masing-masing sama
banyak
a.d Ad Sampai
Add Adde Tambahkan
Ad.libit Ad libitum Sesukanya
q.s Quantum statis Secukupnya
d.i.d Da in dimidio Berikan setengahnya

UKAI-GO Page 234


cito Cito Segera
p.i.m Periculum in mora Berbahaya jika ditunda
div.in.part.aeq Divide in partes aequales Bagilah dalam bagian-
bagian yang sama
g Gramma Gram
gr Grain Kurang lebih 65 mg
d.c.f Da cum formula Berikan dengan resepnya

Lokasi Penggunaan

Singkatan Kepanjangan Arti


a.d Auris dextrae Telinga kanan
a.l Auris laevae Telinga kiri
i.o.d In oculo dextro Pada mata kanan
i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri
Us.ext Usus externus Untuk pemakaian luar
u.e
Ext.ut Externe untendum Pemakaian sebagai obat
luar
Us.int Usus internum Untuk pemakaian dalam
Loc.dol Locus dolens Tempat yang nyeri
i.v Intra vena Ke dalam pembuluh
darah
i.m Intra muscular Ke dalam jaringan otot
p.o Per oral Melalui mulut
s.c Sub cutan Dibawah kulit
oris Oris Mulut
fl Flesh Botol

Bentuk Sediaan

UKAI-GO Page 235


Singkatan Kepanjangan Arti
Ampl. ampula Ampul
Aurist. auristillae Obat tetes telinga
Bol. boli Pil besar
Caps. capsule Kapsul
Collut. collutio Obat cuci mulut
Garg gargarisme Obat kumur
Crem. cremor Krim
Emuls emulsum emulsi
Pulv. pulveres Serbuk terbagi
Narist. naristillae Obat tetes hidung
Oculent. oculentum Salep mata
Past.dentifr. Pasta dentrificia Pasta gigi
Pil. pilula pil
Pot. potio Obat minum
Pulv.adsp Pulvis adspersorius Serbuk tabur
Sol solutio larutan
Tinc. tinctura Tingtur

Petunjuk Praktis Penggunaan Obat

TETES MATA

1. Cuci tangan lebih dahulu.


2. Jangan menyentuh ujung penetes.
3. Mata melihat ke atas.
4. Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian ―penampungan‖.
5. Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan diteteskan
tanpa menyentuh mata.
6. Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.

UKAI-GO Page 236


7. Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
8. Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
9. Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya
diberikan.
10. Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.

Langkah 4 dan 5

PEMBERIAN TETES MATA PADA ANAK

1. Minta anak bersandar dengan kepala lurus.


2. Mata anak dalam keadaan tertutup.
3. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan ke dalam sudut dalam mata.
4. Jaga agar kepala tetap tegak.
5. Bersihkan cairan yang berlebih.

SALEP MATA

1. Cuci tangan terlebih dahulu.

UKAI-GO Page 237


2. Ujung tube salep jangan tersentuh apapun.
3. Kepala sedikit menengadah.
4. Pegang tube dengan satu tangan, dan tarik kelopak mata bagian bawah
dengan tangan lain sehingga terbentuk cekungan.
5. Oleskan sejumlah dosis yang telah ditentukan.
6. Tutup mata selama dua menit.
7. Bersihkan kelebihan salep dengan kertas tissu.
8. Bersihkan bagian tepi tube dengan kertas tissu lain.

Langkah 4 dan 5

TETES TELINGA

1. Hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dalam telapak tangan atau
ketiak untuk beberapa menit. Jangan menggunakan aliran air panas dari
kran, karena suhunya menjadi tidak terkontrol.
2. Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke
atas.
3. Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.
4. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan.
5. Tunggu lima menit sebelum meneteskan obat pada telinga lainnya.

UKAI-GO Page 238


6. HANYA jika direkomendasikan untuk menutup telinga, gunakan kapas
untuk menutup saluran lubang telinga setelah meneteskan obat.
7. Obat tetes telinga seharusnya tidak menyebabkan rasa terbakar atau
menyengat lebih dari beberapa menit.

Langkah 1 Langkah 2 dan 3

TETES HIDUNG

1. Lebarkan lubang hidung.


2. Posisi duduk dan kepala dimiringkan kebelakang atau berbaring dengan
diganjal bantal di bawah bahu; jaga agar kepala tetap tegak.
3. Masukkan ujung alat penetes sedalam satu cm ke dalam lubang hidung.
4. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan.
5. Kepala segera dicondongkan jauh ke depan sehingga posisi kepala berada
diantara lutut (lihat gambar).
6. Kembali tegak setelah beberapa detik, tetesan akan mengalir ke
kerongkongan atas.
7. Jika diperlukan, ulangi tahapan di atas untuk lubang hidung yang lain.
8. Bilas alat penetes dengan air mendidih.

UKAI-GO Page 239


Langkah 2 dan 3 Langkah 5

SEMPROT HIDUNG

1. Lebarkan lubang hidung.


2. Duduk dengan kepala sedikit menunduk.
3. Kocok obat.
4. Masukkan ujung sediaan di satu lubang hidung.
5. Tutup mulut dan lubang hidung yang lain.
6. Semprotkan obat dengan cara menekan alat/wadah, dan hisap pelahan-
lahan.
7. Cabut ujung sediaan dari hidung dan kepala dimiringkan ke depan
sehingga posisi kepala diantara lutut.
8. Kembali tegak setealh beberapa detik; obat akan mengalir ke
kerongkongan.
9. Bernafas melalui mulut.
10. Ulangi prosedur untuk lubang hidung yang lain, jika diperlukan.
11. Bilas ujung sediaan dengan air mendidih.

UKAI-GO Page 240


Langkah 4 dan 5 Langkah 7

TRANSDERMAL PATCH

1. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan
obat atau konsultasikan dengan apoteker.
2. Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka.
3. Jangan ditempelkan dalam lipatan kulit atau di bawah pakaian ketat.
Pindahkan tempat patch setiap periode tertentu.
4. Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering.
5. Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch.
6. Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya.
7. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
8. Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk.

UKAI-GO Page 241


Langkah 7 Langkah 8

AEROSOL

1. Batuk dan keluarkan dahak sebanyak mungkin.


2. Kocok aerosol sebelum digunakan.
3. Pegang aerosol sesuai petunjuk pada instruksi (biasanya dibalik).
4. Tangkupkan bibir pada mulut sediaan.
5. Condongkan kepala ke belakang sedikit.
6. Keluarkan nafas pelan-pelan, kosongkan udara sebanyak mungkin dari
paru-paru.
7. Tarik nafas dalam-dalam dan semprotkan aerosol, jaga agar lidah tetap
dibawah.
8. Tahan nafas selama sepuluh sampai lima belas detik.
9. Keluarkan nafas melalui hidung.
10. Berkumur dengan air hangat.

UKAI-GO Page 242


Langkah 4 dan 5 Langkah 8

INHALER DENGAN KAPSUL

1. Batuk dan keluarkan dahak sebanyak mungkin.


2. Tempatkan kapsul dalam inhaler sesuai petunjuk.
3. Hembuskan nafas pelan-pelan dan kosongkan paru-paru semaksimal
mungkin.
4. Tempatkan mulut sediaan diantara bibir dengan rapat.
5. Condongkan kepala kebelakang sedikit.
6. Tarik nafas dalam-dalam melalui inhaler.
7. Tahan nafas selama 10 – 15 detik.
8. Keluarkan nafas melalui hidung.
9. Berkumur dengan air hangat.

UKAI-GO Page 243


Langkah 4 Langkah 5

SUPOSITORIA

1. Cuci tangan terlebih dahulu.


2. Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak).
3. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi
masih dalam kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang
di bawah aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari
kemasannya.
4. Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan dihangatkan dalam
tangan.
5. Lembabkan supositoria dengan air dingin.
6. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan
dan angkat lutut (lihat gambar).
7. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
8. Tetap berbaring selama beberapa menit.
9. Cuci tangan.
10. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.

UKAI-GO Page 244


Langkah 6

TABLET VAGINA DENGAN APLIKATOR

1. Cuci tangan.
2. Keluarkan tablet dari pembungkus.
3. Tempatkan tablet ke bagian yang terbuka dari aplikator.
4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
5. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina
sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
6. Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas.
7. Tarik aplikator.
8. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai.
9. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan
sabun dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai.
10. Cuci tangan.

UKAI-GO Page 245


Langkah 4 dan 5 Langkah 6

TABLET VAGINA TANPA APLIKATOR

1. Cuci tangan terlebih dahulu.


2. Buka pembungkus tablet.
3. Celupkan tablet dalam air suam-suam kuku untuk sekedar melembabkan.
4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
5. Sisipkan secara pelan-pelan tablet ke bagian depan vagina sedalam
mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
6. Cuci tangan.

Langkah 4 dan 5

UKAI-GO Page 246


PENGGUNAAN KRIM, SALEP DAN GEL VAGINA
(umumnya obat-obat ini disertai aplikator)

1. Cuci tangan terlebih dahulu.


2. Buka tutup tube yang berisi obat.
3. Pasang aplikator pada tube.
4. Tekan tube sampai diperoleh sejumlah yang dibutuhkan dalam aplikator.
5. Cabut aplikator dari tube, tahan silindernya.
6. Oleskan sedikit krim pada bagian luar aplikator.
7. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
8. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator ke bagian depan vagina sedalam
mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
9. Pegang silinder dengan tangan lain.
10. Pegang silinder dan dengan tangan lain dorong aplikator untuk
memasukkan obat ke dalam vagina.
11. Keluarkan aplikator dari vagina.
12. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih
seluruhnya dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali pakai.
13. Cuci tangan.

Langkah 4 dan 5 Langkah 7 dan 8

UKAI-GO Page 247

Anda mungkin juga menyukai