Clinical Series
UKAI-GO Page 1
CLINICAL SERIES
UKAI-GO Page 2
FARMASI KLINIS
UKAI-GO Page 3
Psikotropika Harus dengan Resep Dokter
1.2 Farmakologi
Golongan
Mekanisme Aksi Contoh Obat
Farmakologi
Anastesi Amida Blokade reversibel pada Lidokain, bupivikain
Anastesi Ester kanal natrium pada akson Benzokain, prokain
Inhibisi hidrolisis
Piridostigmin,
Antikolinesterase asetilkolin pada enzim
neostigmin
kolinesterase
Agonis Memacu reseptor
Pilokarpin
muskarinik muskarinik
Memacu reseptor
Agonis nikotinik Nikotin
nikotinik
Menghambat reseptor
Antagonis muskarinik dan Atropin, hiosin,
muskarinik mengakibatkan efek ipatropium
excitatory
Menghambat reseptor
Alfa blocker alfa adrenergik, sehingga Prazosin
terjadi dilatasi vena.
- Beta-1 selektif :
bisoprolol (low
dose), atenolol,
Menghambat reseptor
Beta blocker metoprolol
beta adrenergik.
- Beta blocker
nonselektif :
propanolol
UKAI-GO Page 4
Meningkatkan kerja
reseptor beta adrenergik
Salbutamol,
Beta-2 agonis 2, sehinga terjadi
formoterol, salmeterol
relaksasi otot polos
bronkus.
Menghambat perubahan
Kaptopril, lisinopril,
ACE Inhibitor angiotensin I menjadi
enalapril
angiotensin II pada ginjal
Angiotensin Menghambat pada Valsartan, losartan,
Receptor Blocker reseptor angiotensin candesartan
- DHP : Amlodipin,
Menghambat masuk nifedipin
Calcium Channel
kalsium pada sel otot - NonDHP :
Blocker
jantung Diltiazem,
verapamil
Menghambat reabsorbsi
natrium di tubulus distal,
Diuretik thiazide sehingga meningkatkan Hidroklortiazid
eksresi air, natrium, dan
ion hidrogen.
Menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida di
tubulus proksimal,
tubulus distal, dan
Diuretik sulfon lengkung Henle, Furosemid
sehingga meningkatkan
eksresi air, natrium,
klorida, magnesium, dan
kalsium.
Antagonis Mengikat reseptor Spironolakton
UKAI-GO Page 5
aldosterone aldosteron di tubulus
distal, sehingga
meningkatkan sekresi
natrium dan klorida dan
menahan kalium dan ion
hidrogen.
Modulasi metabolisme
lipid, karbohidrat, dan
protein serta
mempertahankan
keseimbangan cairan.
Metilprednisolon,
Kortikosteroid Mengontrol sintesis
hidrokortison
protein, menekan migrasi
PMN dan fibroblas,
mengubah kapilaritas
membran, dan
menstabilkan lisosom.
Menurunkan produksi
glukosa hepatik,
menurunkan absorbsi
Biguanid glukosa di saluran cerna, Metformin
dan meningkatkan
sensitivitas reseptor
insulin.
Meningkatkan sekresi
insulin, Menurunkan
produksi glukosa hepatik, Glibenklamid,
Sulfonilurea
dan meningkatkan glimepirid
sensitivitas reseptor
insulin.
UKAI-GO Page 6
Menghambat enzim
HMG-CoA Simvastatin,
pengubah substrat
Reductase atorvastatin,
kolesterol (HMG-CoA
Inhibitor rosuvastatin
Reductase)
Menghambat lipolisis
perifer dan menurunkan
Asam Fibrat Gemfibrozil
pengambilan asam lemak
bebas oleh hati.
Kolestipol,
Resin Asam Mengikat asam empedu
Koleselvam,
Empedu pada saluran cerna.
Kolestiramin
Mengikat kristal
hidroksiapatit pada
tulang dan menghambat
Asam alendronat,
Bifosfonat osteoklast serta
asam risendronat
menghambat pelepasan
mineral dan kolagen dari
tulang.
Menghambat pompa
Proton Pump Omeprazol,
proton dalam sekresi ion
Inhibitor pantoprazol
hidrogen pada lambung.
Menghambat reseptor H-
2 pada sel parietal
Famotidin, ranitidin,
H-2 Antagonis lambung, sehingga
simetidin
menghambat sekresi
asam lambung.
- Generasi lama :
Menghambat reseptor H-
klorfeniramin
H-1 Antagonis 1, sehingga tidak tejadi
maleat.
aktivasi oleh histamin.
- Generasi baru :
UKAI-GO Page 7
loratadin, cetirizin,
fexofenadin.
Antibiotika
Amoksisilin, ampisilin
Penisilin
- Generasi 1 :
Cefradoksil
Menghambat sintesis
- Generasi 2 :
dinding bakteri
Antibiotika Cefuroksim
(golongan beta laktam).
Sefalosporin - Generasi 3 :
Ceftriakson,
cefotaksim,
ceftazidim
Menghambat sintesis
protein dengan mengikat
Tetrasklin,
Antibiotika subunit ribosom 30S dan
oksitetrasiklin,
Tetrasiklin 50S dan mengikat logam
doksisiklin
untuk metabolisme
bakteri.
Menghambat DNA
Antibiotika girase, sehingga merusak Ciprofloksasin,
Quinolon struktur double helix levofloksasin
DNA.
Menghambat sintesis
Azitromisin,
Antibiotika protein dengan mengikat
klaritomisin,
Makrolida subunit ribosom 30S dan
eritromisin
50S.
Menghambat sintesis
Antibiotika Kloramfenikol,
protein dengan mengikat
Fenikol tiamfenikol
subunit ribosom 50S.
UKAI-GO Page 8
1.3 Keamanan Obat dan Toksikologi
1.3.1 Keamanan Obat
1 Indeks Kehamilan
Masa kehamilan merupakan masa kritis pertumbuhan janin.
Namun, tidak jarang ditemui ibu hamil yang menderita
penyakit tertentu saat hami. Berikut adalah indeks kehamilan
dan keterangan mengenai indeks kehamilan :
Indeks Keterangan Penggunaan Klinis
Kehamilan
A Studi terkontrol pada Dapat digunakan
wanita hamil tidak secara aman bagi
memperlihatkan adanya wanita hamil.
resiko terhadap janin pda
kehamilan trimester 1
dan trimester berikutnya.
B Studi terhadap Dapat digunakan
reproduksi binatang relatif aman bagi
memperlihatkan tidak wanita hamil.
ada resiko terhadap janin,
tetap belum ada studi
terkontrol terhadap
manusia.
C Studi pada binatang Penggunaan obat
percobaan harus
memperlihatkan adanya mempertimbangkan
efek terhadap janin dan manfaat klinis dan
studi terkontrol pada resiko terhadap
wanita dan binatang tidak janin.
tersedia atau tidak dapat
dilakukan.
D Terdapat bukti adanya Penggunaan obat
UKAI-GO Page 9
resiko pada janin pada dapat digunakan
binatang percobaan atau dalam kasus life-
studi pada manusia. threatening atau
apabila ada alternatif
lebih baik harus
diutamakan.
X Studi pada manusia dan Tidak dianjurkan
binatang memperlihatkan penggunaannya
adanya abnormaltas pada selama masa
janin. kehamilan.
2 Menyusui
Kebanyakan obat yang diminum oleh perempuan menyusui
akan terdeteksi pada air susu ibu (ASI).
Panduan yang digunakan untuk meningkatkan keamanan obat
selama menyusui adalah:
1. Minum obat 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4 jam
sebelum menyusui berikutnya.
2. Obat yang harus dihindari karena efek sampingnya
pada bayi antara lain:
Antibiotik seperti Tetrasiklin (gigi berwarna),
INH (Defisiensi piridoksin) dan kloramfenikol
(supresi sumsum tulang)
Hipnotik sedatif seperti diazepam dan barbiturat
akan menyebabkan sedasi pada bayi
Iodium dan Propitiourasil (PTU) akan
menyebabkan supresi tiroid
3 Rumus yang memperkirakan dosis pada anak
Rumus Young (dibawah 8 tahun)
UKAI-GO Page 10
Rumus Dilling (dibawah 20 tahun)
UKAI-GO Page 11
Orlistat Feses berlemak
Antibiotika Kuinolon Menghambat
pertumbuhan anak
Antibiotika Tetrasiklin Kolorasi gigi menjadi
kuning
Antibiotika Nefrotoksis
Aminoglikosida
Bifosfonat Iritasi saluran cerna
Semua OAT Mual dan muntah
Codein Konstipasi
UKAI-GO Page 12
merupakan penghambat metabolisme CCB
enzim CYP3A4 Penurunan Metabolisme
(Itrakonazole=ketokona Karbamazepin,
zole > posakonazole > Siklosporin, Fenitoin
vorikonazole > Penurunan absorpsi Azol
flukonazole), oleh PPI
penghambat enzim Rifampisin: peningkatan
CYP2C9 dan metabolisme Itrakonazole
penghambat dan Ketokonazole
glikoprotein P.
Penyekat Penyekat beta terutama Peningkatan efek beta-
reseptor β Nonselektif seperti blocker: Simetidin, SSRI
propanolol mengganggu Penurunan efek beta-
respon simpatomimetik blocker: OAINS, Fenitoin,
Rifampisin
CCB Verapamil dan diltiazem Karbamazepin: penurunan
dimetabolisme oleh enzim metabolisme CCB
CYP3A4 dan dapat Rifampisin: peningkatan
menghambat kerja enzim metabolisme CCB
CYP3A4
Karbamazepin Karbamazepin Simetidin: penurunan
dimetabolisme oleh enzim metabolisme
CYP3A4 karbamazepin
Karbamazepin dapat Kortikosteroid:
menginduksi kerja enzim peningkatan metabolisme
CYP3A4 kortikosteroid
Estrogen: peningkatan
metabolisme estrogen
Rifampisin: peningkatan
metabolisme
UKAI-GO Page 13
karbamazepin
Digoksin Digoksin mudah terganggu Peningkatan efek digitalis:
dalam absorbsi Amiodaron, Diltiazem,
gastroinstestinal. Kuinidin, Verapamil, Obat
Toksisitas digoksin dapat penurun kadar kalium,
meningkat pada gangguan antifungi azol
elektrolit. Penurunan efek digitalis:
kaolin-pektin, rifampisin,
antasida
HMG Co-A Golongan Statin Peningkatan Metabolisme
reductase dimetabolisme oleh enzim Statin: Karbamazepin,
penyekat CYP3A4 Rifampisin
(Statin) Penurunan Metabolisme
Statin dapat meningkatkan Statin: Klaritomisin,
risiko miopati jika Eritromisin, Verapamil
digunakan bersama dengan
obat lain dengan efek
samping miopati
OAINS Inhibisi prostaglandin Penurunan Respon
menyebabkan penurunan Antihipertensi (ARB,
ekskresi natrium pada ACE, Furosemid)
ginjal. SSRI meningkatkan resiko
Hampir semua OAINS pendarahan.
menghambat fungsi
trombosit, meningkatkan
resiko pendarahan jika
digunakan dnegan obat lain
yang mengganggu
hemostatis.
UKAI-GO Page 14
Fenitoin Fenitoin dimetabolisme Obat yang metabolisem
oleh enzim CYP2C9 distimulasi Fenitoin:
Kortikosteroid, Eritromisin
Fenitoin dapat Obat yang menghambat
menginsuksi kerja enzim metabolisme fenitoin:
CYP3A4, CYP2C9, amiodaron, metronidazole
CYP2C19 Obat yang memperkuat
metabolisme fenitoin:
barbiturat.
Kuinolon Beberapa kuinolon Kafein: inhibisi
menghambat enzim metabolisme kafein
CYPA12 Sukralfat: penurunan
Beberapa oabt absorpsi kuinolon
menghambat absorpsi Teofilin: inhibisi
kuinolon di saluran cerna metabolisme teofilin.
Rifampisin Rifampisin dapat Kortikosteroid:
menginduksi kerja enzim peningkatan metabolisme
CYP3A4 dan CYP1A2 hepatik kortikosteroid,
menurunkan efek
kortikosteroid
Teofilin: penurunan efek
teofilin
Teofilin Teofilin dimetabolisme Penurunan metabolisme
oleh enzim CYP1A2 dan Teofilin: Diltiazem,
CYP3A4 Verapamil, Eritromisin
Meningkatkan
metabolisme teofilin:
merokok.
UKAI-GO Page 15
1.4 Cara Pemakaian Obat
Pemakaian obat yang tepat memiliki beberapa pertimbangan, salah
satunya adalah sifat fisika kimia obat, mengikuti ritme biologis tubuh
dan/atau mengikuti t1/2 obat yang digunakan. Sebagai contoh penggunaan
atorvastatin dan simvastatin memiliki perbedaan. Atorvastatin dapat
diberikan pada sore hari, sedangkan simvastatin harus diberikan malam hari.
Hal ini terjadi karena t1/2 atorvastatin adalah 14 jam, sedangkan simvastatin
2 jam, sehingga simvastatin harus segera digunakan pada waktu biologis
tubuh untuk sintesis kolesterol, yaitu pada waktu malam hari. Golongan
bifosfonat harus diberikan dengan cara pasien harus duduk dikarenakan sifat
kimia obat yang iritatif, sehingga dengan duduk diharapkan berinteraksi
singkat dengan saluran cerna atas dan segera memasuki lambung.
1.5 Farmakokinetika
1.5.1 Rumus Penting Farmakokinetika
Orde 0: t1/2 = [A]O / 2k
Orde 1: t1/2 = ln 2 / k = 0,693 / k
Orde 2: t1/2 = 1 / k.[A]O
Cl = Vd x k
Vd=
MD= Css x Cl
UKAI-GO Page 16
- Orde 1: laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya
pereaksinya. Jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali,
maka laju reaksi akan menjadi 41 atau 4 kali lebih besar.
- Orde 2: laju reaksi berubah secara kuadrat terhadap perubahan
konsentrasinya. Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali,
maka laju reaksi akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar.
R=
Dimana :
R = kecepatan infus
S = fraksi aktif
ᶵ = interval pemberian
Pasien ATS menerima infus teofilin dengan dosis 40 mg
tiap jam. Berapakah kecepatan infus yang harus diatur? Diketahui
teofilin memiliki fraksi aktif sebesar 80 %.
R=
R=
R = 32 mg/jam
Contoh:
UKAI-GO Page 17
TPM = 500 x 15 / (2 x 60)
D=
Dimana :
D = dosis peroral
Cav = konsentrasi tunak rerata
k = konstanta eliminasi
Vd = volume distribusi
F = fraksi bioavaibilitas
S = fraksi aktif
ᶵ = interval pemberian
Pasien RA 28 tahun, 78 kg diresepkan Tetrasiklin HCl
untuk keluhan Gonorrhae. Tetrasiklin HCl memiliki bioavabilitas
oral 77 % dengan semua fraksi aktif. Volume distribusi sebesar 0,2
L/kgBB, waktu paro eliminasi adalah 10,6 jam. Kadar tunak rerata
yang digunakan dalam pengobatan RA di rumah sakit adalah 35
mg/mL. Apabila RA diizinkan pulang oleh dokter dan meneruskan
terapi tetrasiklin HCl peroral dengan interval tiap 6 jam, berapakah
dosis yang Anda sarankan?
Diketahui :
Vd = 0,2 L/kgBB x 78 kg = 15,6 L
K = 0,693/t1/2 = 0,693/10,6 = 0,065 /jam
D=
D=
D = 276,54 mg ~ 300 mg
UKAI-GO Page 18
UKAI-GO Page 19
INFEKSI
1.6.1 ANTIBIOTIK
UKAI-GO Page 20
1.6.2 ISPA
Otitis media (5-10 hari),
Ginggivitis dan abses gigi Sinusitis, Faringitis
penisilin G prokain/penisilin V 1st Line: Amox/Co-Amox,
Penisilin G/VK (faringitis),
Kandidiasis Oral Kotrimoksazol/Doksisiklin/eritr
Nistatin omisisn (Sinusitis)
Pneumonia
1. Community acquired pneumonia
(CAP) didapat di luar RS atau panti
jompo.
Jk sebelumnya sehat:
Eritromisin, Klaritromisin, Azitromisin
UKAI-GO Page 21
1.6.3 TUBERKULOSIS
KATEGORI PENGOBATAN FOLLOW UP
Kategori I 2HRZE/4H3R3 Sputum smear
Penderita baru TB BTA (+) pada bulan kedua
Penderita baru TB BTA (-), Rongten
Tahap intensif: 2 Bulan Pertama dan kelima
positif yg sakit berat
Penderita TB ekstra paru berat HRZE
Lanjutan: 4 Bulan
HR (3hari sekali)
Kategori II Sputum smear
Penderita KAMBUH: pernah 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3 pada bulan
sembuh, kemudian berobat lg karena
ketiga, kelima
BTA (+)
Penderita GAGAL: 2 Bulan Pertama (fase intensif) dan kedelapan
- Penderita BTA (+) yg masih HRZES
tetap (+)/kembali menjadi (+) di
1 Bulan Lanjutan (Fase sisipan)
akhir bulan ke-5/lebih, atau
- Penderita dg hasil BTA (-), HRZE
rongten (+) menjadi BTA (+) pd 5 Bulan Terakhir (Lanjutan)
akhir bulan ke-2 pengobatan HRE
Penderita LALAI:
H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z =
Sudah berobat ± 1 bulan dan
berhenti 2 bulan/lebih, kemudian Parazynamid; E = Etambutol;
datang lg berobat. Umumny S = Streptomisin
penderita kembali dg BTA (+)
Kategori III 2HRZ/4H3R3
Penderita baru BTA (-) & rongten Tahap intensif: 2 Bulan Pertama
(+) sakit ringan
Penderita TB ekstra paru ringan HRZ
Lanjutan: 4 Bulan
HR (3hari sekali)
Grup 1 Injeksi
Resistensi MDR-XDR Streptomisin 15-20mg/kg
Amikasin 15-20mg/kg
Capromisin 15-20mg/kg
Kanamisin 15-20mg/kg
Grup 2 (FluorQ)
Ofloxacin 750-1000mg qd
Levofloxacin 750-1000mg qd
Moxifloxacin 400 mg qd
Efek Samping
UKAI-GO Page 22
Obat Kontraindikasi Efek Samping dan
Tatalaksana
Rifampisin Sirosis, infufisiensi hati, pecandu Warna kemerahan pada
alkohol air seni
Keamanan Kehamilan: C
Isoniazid (INH) Penderita penyakit hati akut Neuritis perifer/
kesemutan, diberikan
Keamanan Kehamilan: C piridoksin atau vitamin
B6
Pirazinamid Pasien dengan kelainan fungsi Nyeri Sendi
hati Hiperurisemia
Keamanan Kehamilan: C
Etambutol Anak-anak dengan neuritis optik Menyebabkan gangguan
pengelihatan atau
Keamanan Kehamilan: C kebutaan yg reversible
Streptomisin Mengakibatkan Teratogenik Tuli
Gangguan Keseimbangan
Keamanan Kehamilan: D
*Jika pasien mengidap HIV dan TB maka terapi yang diberikan adalah Obat TB
terlebih dahulu selama 14 hari, setelah itu Obat HIV boleh diberikan.
UKAI-GO Page 23
1.6.4 INFEKSI SALURAN KEMIH
Tata laksana
UKAI-GO Page 24
1.6.5 Infeksi Kelamin
1.Uretritis
1st line: Azithromycin, Doxycycline
Alternative terapi:
Erythromycin, Levofloxacin, Ofloxacin
2. Herpes genital
- Aciclovir 3 x 400 mg (10 days) (standard
dose)
- Aciclovir 5 x 200 mg (10 days)
- Valaciclovir 2 x 500 mg (10 days)
- Famciclovir 3 x 250 mg (10 days)
3. Gonorrhea/Raja Singa
Dual therapy
- Seftriakson 250 mg i.m sigle dose+
Azitromisin 1g single dose, atau
- Azitromisin 1g single dose + sefiksim 400 mg
sigle dose
Single therapy
- Seftriaxone 250 mg IM as a single dose
- Sefixime 400 mg orally as a single dose
- Spectinomycin 2 g IM as a single dose.
4. Ulkus mole
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
- Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg (3 hari)
- Erythromycin 3 x 500 mg (7 hari)
5. Sifilis
Benzathine penicillin G, procaine penicillin G
6. chlamydial infections
1st line:
- Azithromycin 1 g oral dosis tunggal
- Doksisiklin 2 x 100 mg
Alternatif:
Tetrasiklin, Eritromisin, Ofloksasin
(WHO)
UKAI-GO Page 25
1.6.6 HIV/ AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen yang
menyerang sistem imun manusia (CD4+), sementara accquired-immunodeficiency
syndrome (AIDS) merupakan kondisi (sindrom) imunosupresif yang berkaitan
erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder serta menifestasi
neurologik tertentu akibat terinfeksi HIV.
1. Paduan ART lini pertama pada anak usia 5 tahun ke atas dan dewasa,
termasuk ibu hamil dan menyusui, ODHA koinfeksi hepatitis B, dan
ODHA dengan TB
Kombinasi 2 Nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NRTIs) + 1 non-
nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NNRTI):
UKAI-GO Page 26
ARV Lini Kedua: berupa kombinasi 2 NRTIs + 1 ritonavir-boosted
protease inhibitor (PI)
Kegagalan terapi dengan regimen TDF + 3TC (atau FTC) pada lini
pertama gunakan AZT + 3TC sebagai NRTI pada terapi Lini
Kedua atau;
Pada Kegagalan terapi dengan regimen AZT atau d4T + 3TC pada
Lini Pertama gunakan TDF + 3TC (atau FTC) sebagai NRTI
pada terapi lini kedua.
NOTE!!
ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang
amat terbatas.
NOTE!
1st line Zidovudin (AZT), jika Hb anak < 7,5 g/dl maka
dipertimbangkan pemberian Stavudin(d4T).
Pertimbangkan penggantian d4T ke AZT (bila Hb anak > 10 gr/dl)
setelah pemakaian 6 – 12 bulan. Bila terdapat efek anemia berulang
maka dapat kembali ke d4T.
Tenofovir saat ini dapat digunakan pada anak usia di atas 2 tahun.
Selain itu perlu dipertimbangkan efek samping osteoporosis pada tulang
anak yang sedang bertumbuh karena penggunaan ARV diharapkan
tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badan.
UKAI-GO Page 27
EFV dapat digunakan pada anak ≥ 3 tahun atau BB ≥ 10 kg, jangan
diberikan pada anak dengan gangguan psikiatrik berat. EFV adalah
pilihan pada anak dengan TB. Jika berat badan anak memungkinkan,
sebaiknya gunakan KDT. Menyebabkan pusing, dianjurkan untuk
diminum saat malam hari
UKAI-GO Page 28
ARV Toksisitas Subtitusi
TDF Disfungsi tubulus renalis AZT atau d4T atau ABC
Sindrom Fanconi
Menurunnya densitas mineral tulang
Asidosis laktat atau hepatomegali dengan
steatosis
Eksaserbasi hepatitis
B (hepatic flares)
AZT Anemia atau neutropenia berata, miopati, Dewasa: TDF
lipoatrofi atau lipodistrofi Anak: d4T atau ABC
Intoleransi saluran cerna berat b
Dewasa: TDF
Anak: d4T atau ABC
Asidosis laktat atau hepatomegali dengan Dewasa: TDF
steatosis Anak: ABC, atau LPV/r
jika ABC tak tersediac
d4T Neuropati perifer, lipoatrofi atau Dewasa: AZT atau TDFd
lipodistrofi Anak: AZT atau ABC,
Asidosis laktat atau gunakan ABC pada asidosis laktat
hepatomegali dengan steatosis, gunakan ABC
pankreatitis akut
EFV Toksisitas susunan saraf pusat persisten NVP Jika ODHA tidak
(seperti mimpi buruk, depresi, dapat mentoleransi
e
kebingungan, halusinasi, psikosis) NNRTI lain, gunakan
Hepatotoksisitas LPV/rc atau pada anak
Kejang dapat juga digunakan 3
Hipersensitivitas obat Ginekomastia pada NRTIf jika LPV/rc tidak
pria tersedia
Potensi teratogenik
UKAI-GO Page 29
NVP Hepatotoksisitash,i EFV Jika ODHA tidak
Hipersensitivitas obat g, i
dapat mentoleransi
NNRTI lain, gunakan
LPV/rc atau pada anak
dapat digunakan 3
NRTIf
a
Anemi berat adalah Hb < 7,5 g/dl (anak) atau < 8 g/dl (dewasa) dan
neutropenia berat jika hitung neutrofil < 500/mm3. Singkirkan
kemungkinan malaria pada daerah endemis.
b
Batasannya adalah intoleransi saluran cerna refrakter (berulang) dan berat
yang dapat menghalangi minum obat ARV (mual dan muntah persisten).
c
Penggunaan PI dalam paduan lini pertama mengakibatkan menyempitnya
pilihan obat berikutnya bila sudah terjadi kegagalan terapi.
d
AZT dan d4T mempunyai pola resistansi yang hampir serupa, berbeda
dengan TDF. Pada substitusi setelah pemakaian lama d4T ke TDF, harus
diperhatikan bagaimana supresi virus dan riwayat kepatuhan ODHA.
f
Penggunaan triple NRTI mungkin kurang poten dibanding paduan lain
g
Ruam kecil sampai sedang dan toksisitas hati dapat diatasi dengan
pemantauan, terapi simtomatik dan perawatan suportif. Ruam yang berat
didefinisikan sebagai lesi luas dengan deskuamasi, angioedema, atau
reaksi mirip serum sickness, atau lesi disertai gejala konstitusional seperti
demam, lesi oral, melepuh, edema fasial, konjungtivitis seperti Sindrom
Stevens-Johnson. Pada ruam yang berat, apalagi jika disertai peningkatan
SGOT >5 kali batas ambang normal (BAN), dapat mengancam jiwa, oleh
karena itu hentikan NVP atau EFV. Kedua obat NRTI lainnya diteruskan
hingga 1-2 minggu ketika ditetapkan paduan ARV berikutnya mengingat
waktu paruh yang lebih pendek disbanding NVP atau EFV.
h
Hepatotoksisitas yang dihubungkan dengan pemakaian NVP jarang
terjadi pada anak terinfeksi HIV yang belum mencapai usia remaja.
i
Menaikkan secara bertahap dosis NVP atau yang disebut eskalasi dosis
dapat menurunkan risiko toksisitas.
UKAI-GO Page 30
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014)
1.6.7 HEPATITIS
Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), kronik
(hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
a. Hepatitis A
Tidak ada pengobatan khusus pada pasien Hepatitis A, hanya perlu
dilakukan terapi supportive (pengobatan symptom) dan peningkatan
sistem imun.
Initial therapy : Bed rest
Symptomatic :
Analgesic : Acetaminophen (not more than 4 gr/day)
Nausea & Vomitting : Antiemetic (Metoclopramide)
Dehydration : I.V Fluids
Diet : Avoid alchohol and hepatotoxic drug
Vaccine (HAV) and Immunoglobulins IM (Gamunez, Gammaplex,
Octagam)
UKAI-GO Page 31
b. Hepatitis B
1st:
Lamivudine/adevofir/telbivudine/tenofovir/entecavir.
Untuk menurunkan resistensi direkomendasikan lebih menggunakan
tenofovir atau entecavir.
2nd:
Tenofovir jika sudah resisten terhadap lamivudine, entecavir, adefovir,
telbivudine.
Dosis
Obat Efek Samping Kontra Indikasi PR
(mg/hari)
Pankretitis, neuropati
Lamivudine 100 perifer, nyeri Hipersensitivitas C
musculoskeletal
Adevofir
Diminum bersama
dengan pegylated
B
interferon alfa-2a
Meningkatnya serum Hindari
Telbivudine 600 karena dapat
kreatinin kinase, fatigue untuk ibu
meningkatkan
menyusui
reseiko neuropati
perifer
Pusing, nyeri perut,
Tenofovir
25 meningkatkan kadar
AF
LDL.
Compensated liver
disease= 0,5
Entecavir Hipersensitivitas C
Decompensated liver
disease = 1
UKAI-GO Page 32
Refractory atau
resisten = 1
30-35 million Unit
(SC/IM) per minggu
Atau
Interferon
5 million Unit setiap
alfa-2a
hari
(Hepatitis B
Atau
Kronik)
10 million Unit
seminggu 3 kali
selama 16 minggu
c. Hepatitis C
Panduan rekomendasi pengobatan untuk Hepatitis C
Dosis
Obat Efek Samping Kontra Indikasi PR
(mg/hari)
Akut:
5 million Unit
SC/IM setiap hari
selama 4 minggu Fatigue,
dilanjutkan Neutropenia, Hipersensitif,
seminggu 3 kali Meningkatkan hepatitis autoimun,
Interferon alfa-2a
selama 20 minggu. transaminase, Decompensated C
leukopenia, liver disease
Kronik: anorexia, (Child Pugh > 6)
3 million unit myalgia
IM/SC seminggu 3
kali selama 16
minggu
Pegylated Kronik : Kelelahan, Sakit Hipersensitif, C (single);
UKAI-GO Page 33
interferon alfa-2 180 mcg S.C sekali kepala, Demam, hepatitis autoimun,
seminggu Myaglia Decompensated X
(Durasi seperti pada liver disease (kombinasi)
panduan (Jarang : <1%) (Child Pugh > 6)
Angina,
Disaritmia
Jantung,
Cerebral
Hemorrhage &
Ishcemia,
Neuropati Perifer
Genotype 1 & 4 :
400 mg P.O /hari +
ribavirin dan Hipersensitif, CrCl B;
peginterferon alfa <50 mL/min,
Fatigue,
Pancreatitis, X
Headache,
Genotype 2 : Autoimune (kombinasi
Sofosbuvir Nausea,
400 mg P.O/hari + Hepatitis, dengan
Insomnia,
ribavirin Thallasemia, Ribavirin /
Pruritus, Anemia
Sickle cell anemia, Peginterfero
Genotype 3 : Neonatus / Infant n)
400 mg P.O/hari +
ribavirin
Rash
(photosensitivity
),
Simeprevir 150 mg P.O/hari Hiperbilirubinem Hipersensitif C
ia grade 1 & 2,
Pruritus, Nausea
Jarang :
UKAI-GO Page 34
Bradikardi,
Hepatic Failure
Hipersensitif,
Fatigue, Anemia, Penginduksi
800 mg P.O/ 8 jam Nausea, CYP3A4/5, Highly
Boceprevir X
(+ makanan) Headache, Diare, dependent
Insomnia CYP3A4/5 drug
user
Genotype 1 & 4;
HIV free (<75 kg)
:
1000 mg/hari P.O
Fatigue,
tiap 12 jam
Headache,
Hemolysis,
Genotype 1 & 4;
Myaglia,
HIV free (≥75 kg)
Nausea, Fever,
:
Insomnia,
1200 mg/hari P.O
Ribavirin Hiperbilirubinem KI
tiap 12 jam
ia
Genotype 2/3;
Jarang :
HIV free :
Hemolytic
800 mg/hari P.O
anemia, Nyeri
dibagi 12 jam
dada
Coinfected HIV :
800 mg P.O tiap 12
jam
Ribavirin: digunakan ketika terjadi kegagalan terapi dengan monoterapi
interferon alfa-2a atau alfa-2b.
UKAI-GO Page 35
1.6.8 Antibiotik Kontraindikasi untuk Ibu Hamil
Sulfonamid Sulfametoksazol (kotrimoksazol), Antagonis asam folat
Sulfadiazin, Sulfasalazin, Sulfametazin
Aminoglikosida Gentamisin, Streptomisin, Amikasin, Efek toksik terhadap saraf di
Neomisin, Tobramisin, Kanamisin, otak N.VIII baik komponen
vestibular (sistem sensoris
yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala,
dan gerak bola mata) dan
akustik (berfungsi dalam
pendengaran)
Fluorokuinolon Siprofloksasin, Levofloksasin, Artropati janin hewan
Ofloksasin, dll
Kloramfenikol Sindroma Grey
Tetrasiklin (tdk Pewarnaan abnormal,
direkomendasikan dysplasia gigi
setelah 15 mnggu
kehamilan)
INGAT!!
UKAI-GO Page 36
1.6.10 Typhoid
• Penyebab: Salmonella sp.
• Gejala: demam malam hari, nyeri perut, diare, lemas, mual
UKAI-GO Page 37
Efek samping : toksisitas ginjal, anafilaksis
Hati hati pada wanita hamil dan menyusui
Berdasarkan jenis jamurnya
1. Profilaksis pasien immunocompromised
Imidazole oral atau antijamur triazol.
Flukonazol lebih mudah diabsorpsi dari pada itrakonazol dan ketokonazol
serta lebih aman dibanding ketokonazol untuk penggunaan jangka panjang
2. Aspergilosis
- Menyerang saluran nafas
- 1st line: vorikonazom. Alternatifnya itrakonazol. Jika terjadi gangguan
ginjal, yang dipilih amfoterisin.
3. Kandidiasis
- Infeksi jamur vagina dapat diobati dengan antijamur local atau dengan
flukonazol oral. Jika resisten diberi itrakonazol.
- Kalo sistemik obatnya amfoterisin
4. Infeksi kulit dan kuku
Terapi sistemik (itrakonazol/terbinafin) digunakan jika terapi topical tidak
efektif. Griseofulvin efektif namun sekarang sudah digantikan dengan anti
jamur triazol (terutama itrakonazol) atau imidazole oral dan terbinafin krn
spectrum luas dan lama terapi lebih singkat. Flukonazol oral alternative
terbinafin oral. Terbinafin, obat pilihan untuk infeksi jamur kuku dan juka
kurap.
5. Kriptokokosis
Meningitis kriptokokus: infus amfoterisin iv 2 minggu, dilanjutkan
flukonazol oral 8 minggu
6. Histoplasmosis
Infeksi indolent non-meningeal pada pasien imunokompeten termasuk
histoplasmosis paru kronis: Itrakonazol, alternatif Ketokonazol
infeksi berat atau nyata: Infus amfoterisin iv
pencegah kekambuhan: Itrakonazol
UKAI-GO Page 38
1.6.12 INFEKSI PARASIT
CACINGAN
Infeksi cacing yg banyak kasusnya di Indo: cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma
duodenale, Necator americanus), cacing kremi, cacing pita
Pengobatan:
Cacing gelang (Ascaris lumbricoides):
1st line: Albendazol (usia>2 th 400 mg p.o, 12-24 bln 200 mg) dan mebendazol
(usia >2th 400 mg)
2nd line: Pirantel pamoat (10-11 mg/KgBB p.o)
UKAI-GO Page 39
TOXOPLASMA
Dewasa: Pyrimethamine + sulfadiazine + folinic acid (leucovorin)
Pediatrik: Pyrimethamine + sulfadiazine + folinic acid (leucovorin)
Kehamilan:
< 18 minggu
Spiramisin
kehamilan
Akut infeksi
toksoplasmosis di
kehamilan Pyrimethamine +
≥ 18 minggu
sulfadiazine +
kehamilan
folinic acid
Kategori
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Kehamilan
Inisial: 1 x 50-75 mg
Gangguan renal,
selama 1-3 minggu
Pirimetamin anemia megaloblastic Anemia C
Maintain: 1 x 25-37.5
(defisiensi folat)
mg pada minggu ke 4-5
Inisial: 2-4 g
Anemia megaloblastic Anemia
Sulfadiazin Maintain: 2-4 g/hari C
(defisiensi folat) aplastik
terbagi 3-6x
(CDC, 2018)
FILARIASIS
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
→melumpuhkan otot mikrofilaria, sehingga tidak dapat bertahan di tempat
hidupnya dan mengubah komposisi dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistim pertahanan tubuh.
Albendazole
→Dapat meningkatkan efek DEC dalam mematikan cacing filarial dewasa dan
mikrofilaria tanpa menambah reaksi yang tidak dikehendaki.
UKAI-GO Page 40
Memutuskan rantai penularan Filariasis di Kabupaten/Kota Endemis Filariasis:
DEC+ Albendazol → diberikan sekali setahun selama minimal 5 tahun
berturut-turut (daerah endemis filariasis dimana onchocerciasis tidak endemis)
Invermectin + albendazole (400 mg) (daerah endemis onchocerciasis
dianjurkan pemberian)
Wanita hamil dan anak <2 tahun, tidak boleh diberikan DEC + albendazole.
Anak yang tingginya <90 cm dan ibu menyusui minggu pertama tidak boleh
diberikan invermectin + albendazole.
UKAI-GO Page 41
1.6.13 MALARIA
Penyakit yang bersifat akut atau kronik disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium, ditandai dengan Demam, menggigil, anemia dan splenomegali.
Malaria Falciparum
Lini Pertama:
Artesunat +Amodiakuin + Primakuin
Kontraindikasi terhadap Ibu Hamil dan Bayi <1 tahun
Dihidroartemisinin + Piperakuin + Primakuin (Saat ini khusu untuk daerah
papua) aman untuk ibu hamil trisemester 2 dan 3
Lini Kedua:
Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin
Lini Kedua:
Kina + Primakuin
Malaria Malariae
Cukup diberikan ACT
Kemoprofilaksis
Doksisiklin, diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di
daerah tersebut sampai 4 minggu dan setelah kembali.
Kategori
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Kehamilan
3 x 648 mg selama 7 neuritis optic,
Quinin - X (trimes 1)
hari tinitus
AV blok,
Quinidin 1 x 200 mg sehari trombositopenia, Diare C
myasthenia gravis,
UKAI-GO Page 42
menyusui
Ibu hamil, anak Gigi
Doxycycline 1 x 100 mg sehari D
berusia < 8 tahun berwarna
4 x 600 mg selama 6 Gangguan
Klindamisin - B
minggu ginjal
Inisial: 1 g (600
base) Psoriasis, gangguan
Klorokuin Retinopati -
Maintain: 3 x 500 mg penglihatan
(300 base)
4 x 2.4mg/kg IV
Artesunat - - -
sehari selama 3 hari
Pencernaan
UKAI-GO Page 43
OBAT UMUM MUAL dan MUNTAH:
1. Antasida
Digunakan untuk mual dan muntah ringan yang bekerja dengan menetralkan
asam lambung.
Dosis: 1 atau lebih 15 sampai 30 mL setiap 2-4 jam prn
2. Antagonis Reseptor H2
Digunakan dengan dosis rendah untuk memanage mual muntah yang
berhubungan dengan heartburn atau gastroesofageal reflux.
Contoh: cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine
3. Antihistamin-Antikolinergik
Digunakan untuk mual muntah yang berhubungan dengan motion sickness.
Efek Samping: drowsiness/ confusion, pandangan kabur, mulut kering, retensi
urinari, dan takikardia, terutama pada pasien geriatrik.
UKAI-GO Page 44
4. Benzodiazepins
Benzodiazepin merupakan antiemetik yang relatif lemah dan digunakan untuk
mencegah kecemasan atau antisipasi mual dan muntah.
Contoh obat: Alprozolan dan Lorazepam yang digunakan sebgai adjuctive
untuk antiemetik pada pasien yang diobati dengan regimen cisplatin.
5. Phenothiazine
Phenothiazine merupakan obat yang paling tepat untuk pasien mual muntah
yang tidak dapat diberikan obat dengan rute oral atau parenteral.
Phenothiazine diberikan dengan rute pemberian melalui rektal.
Efek samping: ektrapiramidal, hipersensitifitas dengan kemungkinan
disfungsi hati, marrow aplasia, dan sedasi berlebihan.
UKAI-GO Page 45
6. Kortikosteroid
Deksametason dapat mengelola mual muntah akibat kemoterapi dan mual
muntah pasca operasi. Deksametason bisa diberikan tunggal atau kombinasi
dengan 5-hidroksitriptamin-3 reseptor antagonis (5-HT3-RAs).
Deksametason untuk mual muntah akibat kemoterapi biasanya digunakan
untuk pencegahan emesis akut yang disebabkan cisplatin.
7. Metoklopramid
Metoklopramid digunakan sebagai antiemetik pada pasien diabetes
gastroparesis. Selain itu bila digunakan bersama dengan deksametason, dapat
mengatasi profilaksis mual dan muntah terkait pemberian kemoterapi.
8. Cannabinoid
Digunakan sebagai refrakter antiemetik lain yang biasanya digunakan untuk
mual muntah karena kemoterapi. Cannabinoid ini bukan merupakan lini
pertama.
Contoh: Nabilone PO dan Dronabinol PO
UKAI-GO Page 46
9. Substan P/Neurokinin 1 Reseptor Antagonis
Substan P merupakan neurotransmiter peptida yang menjadi mediator utama
untuk mual muntah tertunda karena kemoterapi dan salah satu dari 2 mediator
untuk mual muntah akut karena kemoterapi.
Contoh: Aprepitant (injectable form) dan fosaprepitant digunakan dalam
regimen profilaksis mual dan muntah yang berhubungan dengan dosis tinggi
cisplatin.
Interaksi obat: dengan kontrasepsi oral, warfarin, dan deksametason oral
UKAI-GO Page 47
PROFILAKSIS MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI
1. Untuk Pasien Kemoterapi dengan Resiko Mual Muntah Tinggi
Hari-H Kemoterapi:
5-HT3-RA + Deksametason + Aprepitant/ Fosaprepitant
Profilaksis Mual Muntah Tertunda:
H+1 dan H+2 diberikan deksametason + aprepitant.
H+3 diberikan deksametason ± lorazepam.
IBU HAMIL:
Ganti diet dan atau modifikasi lifestyle
Pyridoxine 10-25 mg, 1-4 kali sehari sebagai firstline dengan atau tanpa
doxylamine 12,5-20mg, 1-4 kali sehari. Kalo dehidrasi, kasih iv fluid
replacement dengan thiamine.
Metoklopramide jika kondisi mual muntah terasa hebat pada Ibu Hamil.
Ondansetron
Obat herbal: Jahe
UKAI-GO Page 48
1.6.15 Diare
Simtomatik
Antimotilitas
Agen pilihan adalah loperamid 4 mg dosis awal, lalu 2 mg tiap diare,
maksimal 16 mg/ 24 jam. Loperamid tidak boleh diberikan pada diare
berdarah.
Antisekretorik
Bismuth Subsalisilat dan agen terbaru Racecatrodil aman digunakan pada
anak-anak, namun tidak digunakan pada penderita kolera.
Antispasmodik
Hyoscien-n-butilbromid 10 mg, 2-3 x sehari. Maksimum 100 mg/ hari.
Ekstrak Belladona 5-10 mg, 3 x sehari.
Papaverin 30-60 mg, 3 x sehari.
Mebeverin 35-100 mg, 3 x sehari.
Pengeres Feses
Attapulgit 2 tablet @630 mg tiap diare, maksimal 12 tablet/hari.
Smektit 9 g/24 jam dibagi dalam 3 dosis.
Kaolin-Pektin 2,5 tablet @ 550 mg/20 mg tiap diare, maksimal 15
tablet/24 jam.
Dehidrasi
Gunakan Oralit setiap diare
UKAI-GO Page 49
Terapi Spesifik Daire Akut Berdasarkan Etiologi
Infeksi
Infeksi Bakteri
E. Coli (EPEC, ETEC, EHEC), Enterobacter, Shigella sp.
Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5 hari)
Kotrimoksazole (2x160/800 mg, 5-7 hari)
Salmonella sp.
Kloramfenikol (4x500 mg atau Tiamfenikol 50 mg/kg/hari hingga 7 hari bebas demam)
Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5 hari)
Kotrimoksazole (2x160/800 mg, 5-7 hari)
Campylobacter jejuni
Kuinolon (Siprofloksasin 2x500 mg, 5-7 hari)
Makrolida (Eritromisin 2x500 mg, 5 hari)
Vibrio cholera
Tetrasiklin (4x500 mg, 3 hari)
Doksisiklin (300 mg, dosis tunggal)
Kuinolon (Siprofloksasin 30mg/kgBB, dosis tunggal)
Azitromisin (1 g, dosis tunggal)
Clostridium difficile
Metronidazole (3x500 mg, 10 hari)
Vankomisin Oral (1x125 mg, 10 hari)
Yersinia enterocolytica
Aminoglikosida (Streptomisin IM 30 mg/kgBB/24 jam dibagi 2x dosis, 10 hari)
Kotrimoksazole (2x160/800 mg)
Kuinolon (mis. Siprofloksasin 2x500 mg)
Infeksi Virus
Tidak diberikan antivirus hanya diberikan terapi suportif dan simtomatik
Infeksi Jamur
UKAI-GO Page 50
Candida sp, Cryptococcus, Coccidiomycosis
Flukonazole 2x50 mg brp hari
Itrakonazole 2x200 mg
Amfoterisin B 1mg/kg/24 jam
Infeksi Parasit
Glardia, Entamoeba
Metronidazole (3x250 mg, 5 hari)
Cryptosporodium
Paromomisin
Azitromisin
Entamoeba Histolytica
Metronidazole (3x500-750 mg, 5-10 hari)
Tinidazole (2g, dosis tunggal)
Bila abses hepar atau kolitis tambahkan Paronomisin (3x500mg, 10 hari)
Isoospora belli
Kotrimoksazole (2x160/800 mg selama 10 hari, dilanjutkan 3x160/800 mg selama 3
minggu)
Non Infeksi
Intoleransi Laktosa
Stop Makanan yang mengandung laktosa
Beri enzim laktase buatan
Probiotik
Alergi Makanan
Stop Makanan yang menyebabkan alergi
Kortikosteroid atau antihistamin
Fase Akut Irritabel bowel syndrome
Antiansietas
Antispasmodik
Fase Akut Inflammatory Bowel Desease
Antiinflamasi (5-ASA dan Kortikosteroid)
Fase Akut Tirotoksikosis
Atasi tirotoksikosis
UKAI-GO Page 51
Simtomatik
Diare Anak
1. 3 jam pertama oralit sesuai berat badan / umur
Cara minum oralit:
satu sendok teh setiap 1 – 2 menit (< 2 tahun)
> 2 tahun: berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir
2. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah:
a. Jika anak muntahselama 10 menit beri oralit lebih lambat
(misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
b. Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan + minum air matang
atau ASI.
UKAI-GO Page 52
3. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi
yang terlihat sebelumnya
a. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah
beri cairan tambahan.
beri tablet Zinc selama 10 hari-14 hari
Untuk Anak <6 bulan (10 mg atau ½ tablet)
Untuk Anak >6 bulan (20 mg atau 1 tablet)
1.6.16 Konstipasi
Konstipasi adalah keluhan berupa defekasi yang tidak memuaskan akibat
frekuensi yang kurang dari orang normal atau kesulitan mengevakuasi feses akibat
fese yang keras.
UKAI-GO Page 53
Laksatif Stimulan:
Bisakodil 5-10 mg sekali sehari, sebelum tidur karena bisakodil
bekerja 6-12 jam setelah diminum.
Castor Oil 15-60 ml sehari
Sodium picosulphate 8-16 mg tiap sebelum tidur
Rectal
Enema/Suppositoria:
Enema fosfat 120ml/ hari
Bisakodil suppositoria 1 supp rektal/hari.
1.6.17 GERD
Gastro esophageal reflux disease terjadi ketika sejumlah asam lambung
dipompa balik ke esophagus melebihi jumlah normalnya, sehingga terjadi gejala-
gejala seperti berikut:
Heartburn
Muntah
Dysphagia
UKAI-GO Page 54
Pompa proton
H+/ K+/ATPase
UKAI-GO Page 55
PENGOBATAN FARMAKOLOGIS
PPI (Proton Pump Inhibitor)
Menghambat pompa proton H+/ K+/ATPase
Obat: Omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, …zole
Antagonis reseptor
H2
Menghambat reseptor
histamine 2 (H2)
Obat: Ranitidin,
Famotidin, Simetidin
Simetidin tidak
termasuk DOWA krn
ES perbesaran
payudara pada pria
UKAI-GO Page 56
1.6.18 Dispepsia
Dispepsia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh salah satu atau lebih
gejala utama area gastroduodenal berikut: nyeri epigastrium, rasa terbakar pada
epigastrium, rasa penuh setelah makan, atau sensasi cepat kenyang.
Regimen Durasi
Lini Pertama
PPI rabeprazole 20 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g tiap 12 jam + 7 hari
klaritromisin 500 mg tiap 12 jam
Atau
PPI lansoprazole 30 mg/ omeprazole 20 mg/ pantoprazole 40 mg/ 10 hari
esomeprazole 40 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g tiap 12 jam +
klaritomisin 500 mg tiap 12 jam
Line Kedua
PPI + Bismuth Subsalisilat 525 mg tiap 6 jam + Metronidazole 250 mg 14 hari
tiap 6 jam + Tetrasiklin 500 mg tiap 6 jam
Lini Ketiga
PPI + Levofloksasin 500 mg tiap 12 jam + Amoksisilin 1 g tiap 12 jam 10 hari
*Bila Pasien alergi Amoksisilin bisa diganti dengan Metronidazole 400 mg tiap
12 jam
UKAI-GO Page 57
1.6.19 Ulkus Peptikum dan Duodenum
Ulkus didefinisikan sebagai hilangnya lapisan epitelial mukosa hingga
submukosa dengan kedalaman >5mm.
Tatalaksana
1. Ulkus Peptikum karena Infeksi H. Pylori
Regimen sama seperti di dyspepsia dg infeksi H. Pylori
2. Ulkus peptikum akibat penggunaan OAINS
Bila pasien memiliki keadaan komorbid yang membutuhkan terapi PAINS
terus-menerus misalnya penyakit jantung koroner dan pasca pemasangan
stent koroner, maka OAINS dilanjutkan bersama penggunaan PPI.
3. Ulkus peptikum bukan karena OAINS ataupun H. Pylori
Pilihan terapi dapat berupa:
H2RA + antasida
Sukralfat (bekerja membentuk barier pelindung untuk mukosa)
PPI (hanya diberikan jika H2RA gagal)
Golongan Dosis Durasi Keterangan
PPI Omeprazole 1x20mg Ulkus duodenum 4 Paling superior untuk
Lansoprazole 1x30mg minggu mengatasi supresi
Pantoprazole 1x40mg Ulkus Gaster 8 minggu asam, mempercepat
UKAI-GO Page 58
Rabeprazole 1x20mg penyembuhan ulkus
dan memperbaiki
gejala
H2RA Simetidin 2x400mg Ulkus duodenum 4 Efektivitas sama dengan
atau 800mg sebelum minggu sukralfat
tidur Ulkus Gaster 8 minggu
Famotidin 2x20mg
atau 40mg sebelum
tidur
Ranitidin 2x150mg
atau 300mg sebelum
tidur
-
Pakai
NSAID
?
Ya Tidak PPI/H2RA/Sukralfat
UKAI-GO Page 59
Tulang dan Persendian
Kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dL pada Laki-laki dan 6,0 mg/dL pada
Perempuan.
Tata Laksana
Tahap 2: Menjaga asam urat darah agar selalu dalam batas normal.
UKAI-GO Page 60
UKAI-GO Page 61
1.6.21 ARTHRITIS RHEUMATOID
Arthritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi kronis sistemik yang ditandai
dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta destruksi membran sinovial
persendian. Arthritis Rheumatoid dapat mengakibatkan terjadinya disabilitas berat
serta mortalitas dini.
Tata Laksana
1. NSAIDs
Diberikan sejak awalnya muncul Inflamasi.
2. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs)
Mengontrol penyakit dan mengurangi kerusakan snedi
Sulfasalazin digunakan pada terapi lini pertama.
Metrotreksat (MTX) diberikan pada kasus lanjut atau berat.
Klorokuin Fosfat efek samping yang harus diwaspadai adalah
penurunan tajam penglihatan.
Leflunomid.
3. Agen Biologik, seperti etanercept (anti-TNF α), Infliximab (anti-TNF α),
tocilizumab (anti IL-6), rituximab (antibodi monoklonal anti sel-B)
UKAI-GO Page 62
1.6.22 OSTEOPOROSIS
Osteoporosis penyakit tulang istemik yang ditandai oleh penurunan densitas masa
tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah.
Pada usia dewasa pengeroposan tulang (osteoklas) 10x lbh aktif dibandingkan
proses pembentukan tulang (osteoblas), sehingga terapi farmakologi yg menjadi
pilihan utama dan pertama adl obat yg menekan proses pengeroposan tulang yaitu
gol Bifosfonat (menghambat kerja osteoklas)
Tata Laksana
UKAI-GO Page 63
3. Bifosfonat bekerja menghambat kerja osteoklas.
4. Strontium Ranelat memiliki efek ganda yaitu meningkatkan kerja
osteoblas dan menghambat kerja osteoklas. Obat diminum pada malam
hari.
5. Klasium, kalsium karbonat.
UKAI-GO Page 64
1.6.23 OSTEOARTRITIS
Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi yang
bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi.
Tata Laksana
UKAI-GO Page 65
1.6.24 Nyeri
SKALA NYERI
UKAI-GO Page 66
- Pregnancy PCT/Ibuprofen/Diklorfenak/Celecoxib sebaiknya hentikan
pada trimester 3, karena menyebabkan closure fetal ductus. Apabila tetap
ingin digunakan, maka perlu monitoring aliran ductus dan cairan amnionnya.
UKAI-GO Page 67
Mekanisme kerja obat
UKAI-GO Page 68
1.6.25 Migren
Migren merupakan kelainan kompleks yang ditandai dengan sakit kepala
berulang, unilateral, dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan adanya aura yang
timbul sebelum nyeri kepala atau setelahnya.
Tatalaksana Migren
1. Terapi Abortif :
Terapi Abortif Non Spesifik
Paracetamol, Aspirin, Ibuprofen, Sodium Naproxen, Potasium Diklofenak,
Metoklopramide, Ketolorac, Butorphanol spray, Prochlorperazine.
Terapi Abortif Spesifik
Obat Golongan agonis 5HT (Tripstans) seperti Sumatriptan, Almotriptan,
Eletriptan
Derivat Ergot seperti Ergotamin
2. Terapi Profilaksis
Sodium Valproat, Metoprolol, Propanolol, Timolol.
Ibu hamil:
First line: nonfarmakologi seperti relaksasi, manajemen stress dan
biofeedback
Acetaminophen dan ibuprofen bias digunakan (kecuali di trimester akhir).
Opioid bisa digunakan, tapi bisa membuat mual dan penggunaan jangka
panjang bisa ketagihan. Ergotamine dan dihydroergotamine KI dengan ibu
hamil. Migraine yang berhubungan dengan mual dapat menggunakan
promethazine, prochlorperazine, dan metoclopramide
Untuk migraine nonresponsive bias menggunakan sumatriptan, atau jiks
sudah tidak responsive pada pengobatan lain bisa menggunakan
propranolol dengan dosis efektif terendah untuk digunakan sebagai
tindakan pencegahan. Alternatifnya amitriptilin atau nortriptilin, 10-25
mg/hari
UKAI-GO Page 69
1.6.26 Vertigo
Vertigo merupakan sebuah perasaan berputar akibat gangguan simetri
tonik pada masukan nukleus vestibuler.
Tatalaksana:
1. Antihistmain
Beta histine
Dimenhidrinate
Diphenhidramine
2. Antagonis Kalsium
Cinnarizine
Fenotiazine
Promethazine
Chlorpromazine
3. Obat simpatomimetik
Efedrin
4. Obat penenang minor
Lorazepam
Diazepam
UKAI-GO Page 70
GANGGUAN HAID
Kondisi Terapi
Kombinasi OC: Seperti
CEE
Menoragia atau Levonorgestrel
Hipermenora Oral MPA
AINS
Asam treksenamat 4-7hari
UKAI-GO Page 71
KB
UKAI-GO Page 72
Suntikan Progestin Mengambat Penggunaan pertama pada
Depo ovulasi, hari 1-7 haid
medroksiprogester mengentalkan Suntikan DMPA diberikan
on asetat (DMPA, lendir serviks, setiap 90 hari
Depoprovera) 150 membuat Suntikan NE diberikan tiap 8
mg DMPA endometrium atrofi minggu, mulai suntikan
disuntikan IM tiap dan menggangu kelima diberikan 12 minggu.
3 bulan. pergerakan silia
Depo noretisteron tuba.
enantat (NE, Depo
Noristerat) 200 mg
NE, Disuntik IM
tiap 2 bulan.
Pil Progestin (Minipil) Mengambat Pil pertama 1-5 hari siklus
Pil progestin ovulasi, haid
tersedia dalam mengentalkan
kemasan 35 pil lendir serviks,
(@300µg membuat
levonorgestrel atau endometrium atrofi
@300µg dan menggangu
noretindron dan 28 pergerakan silia
pil (75 µg tuba.
desogestrel)
Solusi untuk Ibu
Menyusui yang
menggunakan KB
Hormonal karena
Pil Progestin tidak
mengganggu
produksi ASI
UKAI-GO Page 73
NEUROLOGI
1.6.28 EPILEPSI
Epilepsi merupakan kelainan serebral yang ditandai dengan faktor predisposisi
menetap untuk mengalami kejang selanjutnya dan terdapat konsekuensi
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial.
- Kejang Fokal
Kejang Fokal Sederhana
Kejang Fokal Kompleks
Secondary Generalized Seizure
- Kejang Umum
Kejang Absans : Ethosuximide, Lamotrigine, Valproate
Kejang Mioklonik : Lamotrigine, Topiramate, Valproate
Kejang Klonik
Kejang Tonik
Kejang Umum Tonik-Klonik : Carbamazepine, Lamotrigine,
Oxcarbazepine, Phepobarbital, Phenytoin, Vaplroate
Kejang Atonik : Lamotrigine, Valproate
UKAI-GO Page 74
TERAPI EPILEPSI PADA KEHAMILAN
1st line: Lamotrigine dan levetiracetam (Bhatia, M., Adcock, J. E., & Mackillop,
L. (2017).
Yg harus dihindari:
Asam valproate (neural tube defect+spina bifida)
UKAI-GO Page 75
Kejang yang tidak dapat diklasifikasikan
Anak Oxcarbazepin
Geriatri Gabapentin
Partial Redrakter Lamotrigin
Kondisi Terapi
Ekslampsia First Line:
Magnesium Sulfat
Second Line:
Benzodiazepin/Fenitoin
Pria Produktif Hindari Carbamazepin (Menurunkan Kualitas Sperma)
UKAI-GO Page 76
Enzim Substrat Inducers Inhibitors
CYP1A2 Carbamazepine Carbamazepine Cimetidine
Phenytoin Ciprofloxacin
Phenobarbital Erytomisin
Rifampisin Claritomisin
CYP2C9 Phenobarbital Carbamazepine Amiodarone
Phenytoin Phenytoin Cimetidine
Carbamazepine Henobarbital Flukonazole
Valproate Rifampisin Valproate
CYP2C19 Phenobarbital Felbamate
Phenytoin Ticlopidine
Valproate Topiramate
Zonisamide
CYP2D6 Zonisamide Carbamazepine
CYP3A4 Carbamazepine Carbamazepine Amiodarone
Tiagabine Phenitoin Eritomisin
Zonisamide Phenobarbital Propoxyphene
Rifampisin Ketoconazole
Uridine Lamotrigine Lamotrigine Valproate
diphospate- Carbamazepine Phenobarbital
glucuronyl- Phenytoin
transferase
Preg.
Obat Dosis Kontraindikasi ESO
Risk
Konsumsi
Drowsineess, Ataxia, SJS, D (first
Carbamazepin 1-2 x 100-200mg MAOi, NNRTI,
anemia aplastik trimes)
hepatitis
Somnolence, diplopia
Oxcarbazepine 2 x 300 mg - C
nystagmus, gait abnormal
UKAI-GO Page 77
Hepatic failure,
meningkatkan bleeding time,
As. Valproat 10 – 50 mg/kg/day <2 tahun, D
trombositopenia
migraine
Gabapentin 3 x 300 mg - Somnolence C
Tanpa VPA: 1 x 50-
100 mg selama 2
Lamotrigin minggu SJS Pandangan kabur C
Dg VPA:1 x 25 mg
selama 2 minggu
Ethosuximide 1 x 500 mg - - C
Sinus bradikardi,
3 x 100 mg selama 7- AV blok,
Fenitoin Fibrilasi ventrikel -
10 hari gangguan
hepatik
Asidosis
Topiramate 2 x 25 mg penurunan serum bikarbonat D
metabolik
Kejang: 1-3mg/kg/day
PO/IV Gangguan
Fenobarbital Depresi respiratorik D
Status epilepticus: 15- hepatic, COPD
18mg/kg IV
UKAI-GO Page 78
1.6.29 SKIZOFRENIA
Skizofrenia merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh
gangguan pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat
ditemukan uji kognitif yang buruk.
Algoritma Skizofrenia
UKAI-GO Page 79
Antipsikotik Generasi I (TIPIKAL/FGA)
UKAI-GO Page 80
hipotalamik dan
hipophyseal.
UKAI-GO Page 81
hipertrigliseridemia,
hiperkolesterolemia,
bradkardia, arthralgia,
sedasi
Risperidon antagonis kombinasi C agitasi, kecemasan,
reseptor dopamin dan pangangan kabur,
serotonin tipe 2. Tidak disfungsi ereksi,
menimbulkan efek galactorrhea,
ekstrapiramidal ginekomastia, gangguan
sebesar antipsikotik menstruasi.
lain.
UKAI-GO Page 82
1.6.30 PARKINSON
Parkinson terjadi karena ↓ kadar dopamine endogen.
Gejala: Tremor, berdiri bongkok, bradykinesia, rigiditas (kaku), instabilitas
postural (pinggul dan lutut bengkok, berjalan perlahan)
Tirosin Β-hidroksilase
Dopa dekarboksilase
Terapi Farmakologi:
A. Dopaminergic
a. Pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa, benserazide)
Levodopa: akan diubah menjadi dopamine
Carbidopa: menghambat enzim Dopa dekarboksilase
b. Agonis dopamine (bromokriptin, pramipexole, ropinirole, lisurid,
kabergolin,apomorfin)
Mekanisme kerja → Merangsang reseptor dopamin
c. Monoaminoksidase (MAO) inhibitor (Selegilin, Rasagilin)
Mekanisme kerja → menghambat MAO, sehingga menghambat
perusakan dopamine
UKAI-GO Page 83
B. Antikolinergik (Triheksipenidil, Benztropin)
Mekanisme kerja → membantu mengkoreksi ketidakseimbangan
asetilkolin dan dopamine, sehingga mengurangi tremor.
ES: mulut kering, pandangan kabur
C. Inhibitor Catechol-O-methyltransferase (COMT) (entacapone, tolkapone,
opicapone)
Meningkatkan kadar dopamine dengan menghambat metabolisme L-
DOPA, Dopamin, dan DOPAC.
D. Bekerja pada glutamaterik (Amantadin)
Meningkatkan kadar dopamine diperkirakan karena efek anti kolinergik
dan penghambatan reuptake dopamine (Antagonis reseptor NMDA).
E. Bekerja sebagai pelindung neuron
Antioksidan dan Koenzim Q10→melindungi dari ancaman degradasi
akibat nekrosis/apoptosis.
UKAI-GO Page 84
Algoritma Parkinson
Gangguan Fungsional
Ya Tidak
Ya
Antikolinergik
Pramipaxole
Usia <60tahun Usia >60tahun
Agonis Levodopa
Dopamine/pramipaxole
Agonis dopamine+levadopa
dosis rendah
Optional levodopa
UKAI-GO Page 85
1.6.31 DEPRESI
Etiologi : Defisiensi monoamine (Norepinefrin dan Serotonin)
Gejala : Perasaan sedih, tanpa harapan, dan putus asa yang hebat, tidak
mampu merasakan kesenangan saat aktivitas yang lazim, perubahan pola
tidur dan nafsu makan, kehilangan tenaga, muncul pikiran bunuh diri
Onset of Action obat antidepresan (penghambat ambilan neurotransmitter) 2-
12 minggu
Mekanisme : down regulation, reseptor inhibitorik prasinaps
Peningkatan pelepasan neurotransmitter kemudian peningkatan
neurotransmitter celah sinaps (sintesis) Respon pasca sinaps yang
kuat (respon terapeutik)
UKAI-GO Page 86
Obat Inhibisi Ambilan
Norepineprin Seretonin
SSRI (Fluoxetine) 0 ++++
SNRI (Venlafaxine) +++* ++++
SNRI (Duloxetine) ++++ ++++
Antidepresan Trisiklik ++++ +++
*inhibisi ambilan norepineprin pada dosis tinggi
Kategori bagi ibu hamil: semua obat dibawah ini kategori C kecuali lithium
karbonat dan imipramin (kategori D)
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
SSRI Fluoxetin 20 mg/hari MAO,Lithium, Gagal ginjal Penderita Epilepsi,
(C) pada pagi obat berat, gangguan ginjal dan
hari merangsang penggunan hati, Jangan
Max 80 SSP bersama MAO mengemudi
mg/hari
Sertralin 50 mg/hari MAO,alkohol, Hipersensitif Ganguan hati, hamil,
(C) max 200 Lithium,Obat sertralin menyusui, mengurangi
mg/hari seretogenik kemampuan
mengemudi
Citalopra 20 mg/hari, MAO,sumatrip Hipersensitif Kehamilan,menyusui,ke
m (C) max 60 an,simetidin citalopram cenderungan bunuh diri
mg/hari
SSRI Fluvoxami 50 mg 1 x1 Warfarin, Tidak
ne (C) saat malam fenitoin, dorekomendasikan
max 300 mg lithium, untuk anak, pasien
propananolol, epilepsi, ibu hamil dan
teofilin menyusui
SNRI Venlafaxi 75 mg/hari MAO,obat Penggunan Penyakit jantung,
ne (C) max 150-250 merangsang bersama MAO, monitor tekanan darah
UKAI-GO Page 87
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
mg/hari SSP hamil dan bila dosis
laktasi
Atipikal Mirtazapin 15-45mg/hari Memperkuat Hipersensitif Infusiensi hati, ginjal,
(Untuk menjelang efek sedatif mirtazapin jantung, tekanan darah
pasien tidur benzodiazepin, rendah, pasien
dengan MAO skizoprenia dan
gangguan gangguan psikosis lain
tidur)
Klasik/ Imipramin 25-50 mg 3x Antihipertensi, Infark miokard Kombinasi dengan
TCA sehari obat akut MAO, gangguan
Max 250-300 simpatomimeti kardiovaskular,
mg sehari k, alkohol, hipotensi, gangguan
obat penekan untuk mengemudi, ibu
SSP hamil dan menyusui
Amitriptili 25 mg Bersama Penderita Gangguan
n Max 150-300 guanetidin / koma, kardiovaskular, kanker
mg sehari reserpin diskrasia payudara, fungsi ginjal
meniadakan darah, menurun, glaukoma,
efek gangguan kecenderungan untuk
antihipertensi, depresif bunuh diri, kehamilan,
bersama sumsum mnyusui, epilepsi
depresan SSP tulang,
depresif kerusakan hati,
penggunaan
bersama MAO
Klomipra 10 mg Menurunkan Infark Terapi dengan preparat
min Max 250 mg efek miokard, tiroid, kontipasi kronik,
sehari antihipertensi pemberian kombinasi obat
UKAI-GO Page 88
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
penghambat bersama MAO, antihipertensi,
neuro gagal jantung, simpatomimetik,
adrenergik, kerusakan hati penekan SSP,
meningkatkan yang berat, antikolinergik,
efek glaukoma penghambat seretonin
kardiovaskular sudut sempit selektif, antikoagulan,
noradrenalin/ simetidin. Monitoring
adreanalin, dan darah dan fungsi hati,
obat penekan gangguan mengemudi.
SSP, alkohol
Litihium 400-1200 mg Diuretik, Kehamilan, Monitor asupan diet
karbonat pagi hari / steroid, laktasi, gagal dan cairan, penyakit
sebelum tidur psikotropik, ginjal, hati dan infeksi, demam,
malam AINS, jantung influenza, gastroentritis
diazepam,
metildopa,
tetrasiklin,
fenitoin,
karbamazepin,
indometasin
MAOI Phenelzin 15 mg Monitor tekanan darah
Max 20-30
mg (setiap 8
jam)
Diturunkan
setelah 2-6wk
→ dibawah
15 mg setiap
UKAI-GO Page 89
Gol Nama Dosis Interaksi Kontraindika Perhatian
Obat Obat Obat si
hari
Tranylcyp 15 mg setiap
romine 12 jam
Max 60
mg/hari
Selegiline 1 patch sehari
(transdermal)
→ 6 mg, 9
mg, 12 mg
Tidak
melebihi 12
mg/24 jam
UKAI-GO Page 90
Tatalaksana Depresi
UKAI-GO Page 91
Gangguan Hematologi-Onkologi
1.6.32 ANEMIA
Nilai Hb normal Pria: ≥12,5 g/dL
Anemia
Terapi:
• 1st Epo
• Transfusi darah (anemia kronis Hb 7 g/dL,
Hb 8 g/dL utk pasien operasi karviovaskular,
acute GI bleeding)
UKAI-GO Page 92
1.6.33 LEUKIMIA
Kondisi Tanda dan Gejala Obat Pilihan
Leukimia Granulositik Produksi seri Granulosit Hidroxyurea: pilihan
Kronik berlebihan terapi untuk induksi
remisi hematologi
Busulfan:
dikontraindikasikan
dengan ibu hamil
Imitinib mesylate:
untuk mencapai remisi
sitogenetik, dan remisi
biologis molekular.
Interferon alfa: untuk
mencapai remisi
sitogenetik
Cangkok sumsum
tulang
UKAI-GO Page 93
Gagal Ginjal
1.6.34 GAGAL GINJAL
Kondisi Gejala dan Tanda Obat Pilihan
Gagal Ginjal Akut Kreatinin serum naik Nutrisi: diet tinggi
(SCr) ≥0,3 mg/dL dalam kalori
48 jam atau Anemia berat: tranfusi
Kenaikan kretatinin darah
serum ≥1,5 kali nilai Koreksi gangguan
dasar dietahui selama 7 elektrolit:
hari -Hiponatremia:
Atau pembatasan cairan
turunnya produksi urin enteral (<1L/hari)
<0,5 cc/KgBB/jam hindari cairan infus
selama lebih dari 6 jam hipotonik.
-Hiperkalemia: retriksi
kalium (<40 mmol/hari,
diuretik kuat, insulin
10U + dekstrosa 50%
sebanyak 50 cc,
kalsium glukonas, atau
dialisis, inhalasi beta
antagonis.
-Hiperfosfatemia:
restriksi asupan fosfat,
agen pengikat fosfat,
dialisis
-Hipoklasemia: Ca
glukonat atau Ca
UKAI-GO Page 94
Karbonat 10% (10-20cc)
-hipermagnesemia:
hindari pemakaian
antasida yang
mengandung Mg
Koreksi Hiperurisemia:
allopurinol diberikan
apabila kadar asam urat
>15mg/dL, dialisis
Keluhan
gastrointestinal:
antagonis reseptor H2
atau penghambat pompa
proton
Penyakit Ginjal Gangguan fungsi ginjal Kontrol tekanan darah
Kronis dengan laju filtrasi <130/80 mmHg (tanpa
glomerulus (LFG) proteinuria), <125/75
<60mL/menit/1,73m2. mmHg (dengan
proteinuria).
Antihipertensi yang
digunakan ialah ACE-
Inhibitors, ARB. CCB
Dengan Anemia:
Eritropoetin (EPO)
apabila Hb ≤10 g/dL
dan Ht ≤30% (target Hb
10-12 g/dL, Ht >30%).
Dosis penggunaan EPO:
2000-4000 IU subkutan
UKAI-GO Page 95
2-3 kali/minggu.
Dengan Asidosis
Metabolik: Bikarbonat
Oral
Dengan
Hiperfosfatemia:
Kalsium Asetat atau
Kalsium Karbonat)
Dengan
Hiperhomosisteinemia;
asam folat dan vitamin
B12.
*Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga Clcr yang diperoleh pada
pria atau hasil dari pria x 0,85
UKAI-GO Page 96
Sistem Endokrin
TERAPI
Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, shg terjadi INSULIN
defisiensi insulin absolut.
Tipe 2 Resistensi insulin dan atau penurunan Anti Diabetik Oral
sekresi insulin oleh sel β-pankreas. (ADO) dan jika perlu
kombinasi dg insulin
DM Diabetes pada masa kehamilan 1st line Insulin, ADO:
gestational Metformin
Tipe lain a. defek genetik fungsi sel beta
b. defek genetik kerja insulin
c. penyakit eksokrin pankreas
d. endokrinopati
e. karena obat/zat
kimia/teratogenik
f. infeksi
g. sebab imunologi
h. sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM
(ADA, 2020)
UKAI-GO Page 97
Sasaran Glikemik untuk Penderita DM tanpa Kehamilan
UKAI-GO Page 98
UKAI-GO Page 99
UKAI-GO Page 100
INSULIN
Penanganan hipoglikemia:
Glukosa (10-15 g) p.o pada pasien sadar
Dekstrosa IV dosis besar (≥40%) untuk pasien yg kehilangan kesadaran
Glukagon 1 g i.m jika pemberian dekstrosa IV tidak berhasil
Penyimpanan Insulin:
2-8°C : sebelum digunakan
25°C : jika segel sudah dibuka (ED 28 hari setelah dibuka)
Injeksi insulin secara subkutan di bagian tubuh yang memiliki jaringan lemak
tinggi (daerah perut, bokong, bag. Depan paha atas, bag. Belakang lengan atas)
Jenis Insulin
ADO
3) Lain-lain
Golongan Obat Mekanisme Kerja Obat Waktu
Menghambat enzim α-Glukosidase
di vili-vili usus.
α-Glukosidase Fungsi enzim α-Glukosidase: Suapan
Acarbose
Inhibitor memecah disakarida→ pertama saat
Miglitol
monosakarida (glukosa, fruktosa) makan
yg dapat diabsopsi di usus.
Terapi Farmakologi
TSH↑, T4 bebas ↓
Primer
Terapi: Amiodaron,
Litium, Interferon-α,
Sunitinib
TSH normal/rendah,
T4 bebas ↓
Hipotiroid Sekunder
Terapi: Levotiroksin
TSH ↑, T4 bebas
normal
Subclinical
Terapi: Levotiroksin
Mekanisme Kerja:
Amiodarone: menghambat aktivitas enzim tipe 1 atau 2 5'-deiodinase, sehingga
menurunkan konversi T4 → triiodothyronine (T3) dan ↓ bersihan T4 dan reverse
T3 (rT3).
1.6.37 HIPERTENSI
Hipertensi:
Usia <60 tahun: TD sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg
Usia ≥60 tahun: TD ≥150/90 mmHg
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan Tahanan perifer (peripheral vascular resistance).
Jenis hipertensi:
- Essential hypertension/hipertensi primer
Penyebab hipertensi belum diketahui dgn pasti.bisa didapat dari Kelainan
genetic, Adanya faktor resiko (pola hidup), Lingkungan (pengaktifan
syaraf simpatis yg terus menerus).
- Secondary hypertension/hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi dapat diketahui. Penyebab : Gagal Ginjal Kronik,
Obat herbal (ex:gingseng), penggunaan obat-obatan
Antihipertensi Oral
1. Diuretik
Mekanisme kerja:
- >> ekskresi Na dan air di renal→<<volume darah→<<Cardiac output
- <<tahanan perifer (melalui desensitisasi otot polos dari aksi
katekolamin)
2. β-Blocker
Blok β-reseptor→<<sympathetic nerve: << frekuensi denyut jantung dan
kontraksi karena menghambat kanal kalsium melalui inaktifasi cAMP
sehingga kalsium tidak dapat masuk ke salam sel.
β-blocker
Jenis-jenis β-Blocker
β-Blocker cardioselective:
Menurunkan frekuensi denyut jantung, <<kontraksi,<<TD
Contoh:Atenolol, Bataxolol, Bisoprolol, Metoprolol, Metoprolol extended
release
Non selective:
- Efek di jantung (β1): Menurunkan frekuensi denyut jantung,
<<kontraksi,<<TD
3. α-Blocker
- Mekanisme kerja: menstimulasi relaksasi otot polos→<<tahanan
perifer→<<TD
- Pilihan untuk pasien dengan prostatism
- Contoh: Doxazocin, Prazocin
- Efek samping: hipotensi postural
α-blocker
"dipine": Amlodipine,
nifedipine, felodipine,
Dihidropiridin
nicardipine,
nimodipine
CCB
"DiVer": Diltiazem,
Non dihidropiridin Verapamil (anti
aritmia)
2) ARB
Mekanisme kerja: memblok reseptor angiotensin II→vasodilatasi dan
menghambat sekresi aldosteron→<<TD
Obat: candesartan, eprosartan, irbesartan, lorasartan, olmesartan,
telmisartan, valsartan
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat Efek Samping
ARB Valsartan, Hiperkalemia, Azotemia
Irbesartan,
Losartan
Digunakan untuk pasien yang resisten terhadap anti hipertensi yang lain
Efek samping:
Hidralazine: reflek takikardi, retensi cairan
Minoxidil: edema parah, hirsutism
(olahraga)
Gejala:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman pada dada seperti tekanan atau rasa berat
yang berlangsung <10 menit (angina stabil) atau >30 menit (angina
tidak stabil).
- Nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, rahang, bahu atau
punggung kiri, Sesak, Berkeringat
Gejala gagal jantung: sesak napas atau lelah bila beraktivitas; pada kondisi
berat dapat muncul saat istirahat
Tanda-tanda retensi cairan, seperti kongesti paru atau bengkak
pergelangan kaki
Bukti obyektif kelainan struktur atau fungsi jantung saat istirahat
Tata Laksana
Profil A Profil B
“Warm & Dry” “Warm &
Wet”
Diuretik
Vasodilator
Profil L Profil C
“Cold & Dry” “Cold & Wet”
Diuretik
Ekspansi Cairan Vasodilator
Inotropik
1.6.40 STROKE
Terapi akut
Alteplase (trombolitik) (3 & 4,5 jam
setelah onset). golden time 3 jam.
Aspirin (24 jam setelah alteplase, 48 jam
Iskemik setelah onset)
(terjadi penyumbatan di pembuluh
darah di Otak sehingga aliran nutrisi
dan O2 berkurang) Terapi pemeliharaan
Pelancar aliran darah: Aspirin
(antiplatelet)/klopidogrel(antikoagulan)
Stroke
Terapi
Hemoragik Vitamin K (koagulan)/faktor pembekuan
pembuluh darah di Otak pecah darah + Warfarin (Mencegah
cardioembolik)
NOTE!!
1.6.42 ASMA
Definisi
Adalah penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang dapat
menimbulkan sesak atau sulit bernapas.
Inflamasi kronis kontraksi otot polos di sekitar saluran napas meningkat
penyempitan saluran napas mengi.
Gejala
Episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk.
Penyebab
Allergen, polusi udara, senyawa kimia, genetika, obat β-bloker
Diagnosis
Spirometri, Tes Arus puncak Ekspirasi (ApE), pengukuran status alergi,
rontgen.
Agonis β2
- Kerja lama:
Salmoterol IDT 2 – 4 semprot 2x/hari. Anak 1 – 2 semprot/hari.
Pregnancy C
Formoterol IDT 4,5 – 9 mcg 1 – 2x/hari. Anak 2x1 semprot.
Pregnancy C
- Kerja cepat:
Salbutamol IDT, nebulizer 200 mcg 3 – 4x/hari. Anak 100 mcg 3 –
4x/hari
Salbutamol tablet, sirup 1 – 2 mg 3 – 4x/hari. Anak 0,05 mg/kgBB/kali 3-
4x/hari
Metilsantin
- Teofilin, Aminofilin tablet 3 – 5 mg/kgBB/kali 3 – 4x/hari. Anak dosis
sama seperti dewasa.
Pregnancy C
Antikolinergik
- Ipratropium bromide IDT 40 mcg 3 – 4x/hari. Anak 20 mcg 3 – 4x/d.
Pregnancy B
Selektivitas
Sistemik Selektivitas
β1 β2
Isoproterenol ++++ ++++
Metaproterenol +++ +++
Albuterol,
pirbuterol,terbutalin, + ++++
formoterol,salmeterol
Tipe PPOK
Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/Perkumpulan Dokter Paru
Indonesia) tahun 2005 maka PPOK dikelompokkan ke dalam :
a PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk. Dengan atau
tanpa produksi sputum dan dengan sesak napas derajat nol sampai satu.
Sedangkan pemeriksaan Spirometrinya menunjukkan APE≥ 80%
prediksi (normal) dan APE1/KVP < 70 %
b PPOK sedang adalah pasien dengan gejala klinis dengan atau batuk.
Dengan atau produksi sputumdan sesak napas dengan derajat dua.
Sedangkan pemeriksaan Spirometrinya me nunjukkan APE1≥ 70%
dan APE1/KVP < 80% prediksi
c PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas derajat
tiga atau empat dengan gagal napas kroniki. Eksaserbasi lebih sering
terjadi. Disertai komplikasi kor pulmonum atau gagal jantung kanan.
Adapun hasil spirometri menunjukkan APE1/KVP < 70 %, APE1<
30 % prediksi atau APE1> 30 % dengan gagal napas kronik. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah dengan
kriteria hipoksemia dengan normokapnia atau hipoksemia dengan
hiperkapnia.
Tatalaksana PPOK
a Antibiotik
Hanya diberikan bila terdapat infeksi
- Lini I : Amoksisilin atau Makrolida
- Lini II: Amoksisilin dan asam klavulanat
Penatalaksanaan Batuk
a. Antitusif
Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah
dekstrometorfan, naskapin, etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini
merupakan derivat senyawa opioid, sehingga juga memiliki efek samping
seperti senyawa opiat, meliputi konstipasi, sedatif, dll. Perlu diketahui
bahwa antitusif sebaiknya tidak digunakan pada batuk berdahak, karena
batuk yang tertahan pada cabang trakea bronkial dapat mengganggu
ventilasi dan bisa saja meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada
penyakit bronkitis kronis dan bronkiektasis. (Ikawati, 2008).
Tabel .Dosis oral beberapa antitusif
Obat Dosis dan interval
Dewasa Anak-anak
Kodein 10-20 mg setiap 4-6 jam jika pelu ( tidak 6-12 th : 5-10 mg setiap 4-6 jam
ES : konstipasi boleh lebih dari 120 mg/hari) jika perlu ( tidk boleh lebih dari
a. Ekspektoran
Ekspektoran (dari bahassa latin ex = keluar dan pectoris = dada)
ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan untuk
mengeluarkan dahak/ ekspektorasi. Obat bebas yang paling sering
digunakan adalah gilseril gualkolat atau guaifenesin. Namun dalaam
beberapa studi, efektivitas ekspektoran ini masih dipertanyakan (IONI,
2000: Schroeder dan Fehey, 2002). Bahkan sebuah studi menyarankan
menggunakaan air saja sebagai ekspektoran, karena air dapat membantu
mengencerkan dahak sehingga dahak dapat dibatukan dengan mudah.
(Ikawati, 2008).
b. Mukolitik
Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mukus/dahak,
sehingga mndapatkan ekspektorasi. Biasanya digunakan pada kondisi
diaman dahak cukup kental dan banyak, seperti pada penyakit paru
obstruksi kronik (PPOK), asma, bronsifektosis, dan sistik fibrosis.
Beberapa contoh mukolitik adalah : N-asetilsistein, karbosistein,
ambroksol, bromheksin, dan mesistein. (Ikawati, 2008).
Tabel. Dosis oral beberapa mukolitik (Ikawati, 2008).
Tabel. Terapi spesifik penyebab paling umum batuk kronis (Ikawati, 2008).
Penyebab batuk Terapi
Rhinitis alergi Penghindaran iritasi lingkungan
Sterois spray intranasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Intranasal ipratropium bromida gol. B (Atrovent),
untuk rhinitis vasomotor
Sinusitis Antibiotik
Denkongestan nasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Asma Bronkodilator
Inhalasi kortikosteroid
Terapi asma lainnya
GERD Makanan tinggi protein, rendah lemak, makan 3x
sehari, tidak makan atau minum 2-3 jam sebelum
berbaring.
Antagonis reseptor H2: simetidin, ranitidin,famotidin
PILEK
Untu
Efek Interaksi Pasien Perhatian Ibu Hamil dan
Obat k
Samping Obat Khusus Menyusui
Anak
Antihistamin Mulut Efek sedasi Glaukoma, Kehamilan:
Difenhidramin >6 kering, meningkat pembesaran Standard Reference
tahun sedasi, dengan prostat state OK, beberapa
konstipa alcohol, perusahan
si opioid, menyarankan
analgesic, hindari/kurangi
anxiolitik, Menyusui: OK
hipnotik dan karena jumlah
antidepresan tersekresi pada ASI
sedikit walau akan
memungkinkan
berefek kurangnya
produksi ASI
Simpatomimeti Pada Hindari DM dan Kehamilan:
k Sistemik dosis pemakaian hipertensi sedikit Hindari,
Fenilefrin > 12 OTC: bersamaan berefek, namun malformasi janin.
Pseudoefedrin tahun insomnia dengan pada terapi jangka Kategori C.
>6 . Dapat MAOIs dan pendek tidak Menyusui: OK
tahun terjadi moclobemide terlalu karena jumlah
takikardi karena resiko berpengaruh tersekresi pada ASI
1.6.3 RINITIS
Rinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi
dengan adanya gejala-gejala nasal seperti rinore anterior atau posterior, bersin-
bersin, hidung tersumbat, dan/atau hidung gatal. Rinitis alergi adalah wujud yang
paling sering ditemui dari rinitis non-infeksi dan berkaitan dengan respon imun
Klasifikasi :
1. Seasonal (hay fever) Terjadi sebagai respon terhadap allergen spesifik
seperti pollen, rerumputan, dan alang-alang) pada waktu yang dapat
terprediksi tiap tahunnya (musim semi dan/atau gugur) dan umumnya
memicu simptomsimptom akut lebih banyak.
2. Perrenial (intermittent or persistent) Dapat terjadi kapanpun sepanjang
tahun, sebagai respon terhadap allergen non-musiman seperti dust mites, bulu
hewan, jamur, dan biasanya menimbulkan simptom yang lebih kronis.
a. Intermittent Seseorang dapat dikatakan menderita rinitis alergi tipe ini bila
gejala rinitis yang ia alami terjadi kurang dari 4 hari tiap minggunya, atau
terjadi selama tidak lebih dari empat minggu berturut-turut.
b. Persistent Sedangkan seseorang dapat dikatakan menderita rinitis alergi
tipe ini bila gejala rinitis yang ia alami terjadi lebih dari 4 hari tiap
minggunya, dan terjadi selama lebih dari empat minggu berturutturut.
3. Occupational Rinitis alergi yang terjadi sebagai akibat dari paparan allergen
di tempat kerja, misalnya paparan terhadap agen dengan bobot molekul
tinggi, agen berbobot molekul rendah, atau zat-zat iritan, melalui mekanisme
imunologi atau patogenik non-imunologi yang tidak begitu diketahui
Gejala :
Gejala dan tanda Seseorang dapat diduga menderita rinitis alergi bila mengalami
dua atau lebih dari gejala-gejala rinore anterior dengan produksi air berlebih,
bersin-bersin, obstruksi nasal, rasa gatal atau pruritis pada hidung, atau
konjungtivitis (jarang) selama lebih dari satu hari.
1.6.4 Difteria
Infeksi Akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriare. Infeksi ini
sering mengenai saluran pernafasan atas.
1.6.5 Pertusis
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis maupun adenovirus.
Pertusis biasa disebut batuk rejan, batuk seratus hari.
Hipernatremia
Kadar Na+ plasma > 145 mmol/L. Hipernatremia merupakan kondisi
hiperosmolalitas plasma.
Jenis Cairan yang digunakan adalah salin hipotonik (NaCl 0,45% atau
dekstrosa 5%.
Hipokalemia
Kadar Kalium plasma <3,5 mEq/L.
Jenis sediaan garam untuk terapi Hipokalemia adalah
- KCI (Kalium Klorida),
- KPO4 (Kalium Fosfat),
- KHCO3 (Kalium Bikarbonat) hanya digunakan pada hipokalemia
asidosis metabolik.
Hiperkalemia
Kadar kalium plasma > 5 mEq/L.
- Hiperkalemia Berat (K+ > 7,5 mEq/L) dengan Tatalaksana sebagai
berikut:
Stabilisasi miokardium: berikan Ca Glukonas 10mL
Memindahkan K+ ekstraselular ke intraselular:
Insulin regular 10-20 U + glukosa 50 g atau dengan pasien
gagal ginjal metabolik, berikan Natrium Bikarbonat IV.
Inhalasi Agonis β (albuterol).
-
Untuk meningkatkan pembuangan K+
Asidosis Respiratorik
Gangguan paru berat, kelelaham otot pernafasan, gangguan pusat
pernafasan.
Tatalaksana: Pemberian Natrium Bikarbonat dapat dilakukan dalam
keadaan darurat (pH <7,1)
Alkalosis Metabolik
Terjadi peningkatan pH, (HCO3) dan diikuti peningkatan PaCO2 akibat
kompensasi respiratorik berupa hipoventilasi.
Tatalaksana:
- Hipovolemia: Larutan NaCl Isotonik IV. Tambahkan KCl jika
disertai dengan hipokalemia. Pada hipokloremia cukup diberikan
larutan NaCl isotonik IV.
- Hipervolemia: asetazolamid, jika tidak responsif berikan larutan
HCl dalam NaCl Isotonik.
Alkalosis Respiratorik
Disebabkan hiperventilasi sehingga menyebabkan menurunnya PaCO2
(hipokapnia) dan peningkatan HCO3
Tatalaksana: Gunakan masker rebreathing untuk meningkatkan inspirasi
CO2.
Berikan Epinefrin
Tata Laksana
1.6.13 ANTIDOTE
Obat Antidote
Asetaminofen Asetilsistein
Antikolinergik Fisostigmine
Benzodiazepan Flumazenil
CCB Kalcium Klorida
Sianida Hydroxocobalamin, Amil Nitrite, Sodium Nitrit,
Sodium Thiosulfate
Digoxin Digoxin Imun Fab, Fenitoin, Atropin, MgSO4
Insulin Glukagon
Logam Berat (Pb) EDTA
Opiod Naloxon
Warfarin Vitamin K
Logam Berat (As, Hg,Cu) Dimekarpol
Ferrum Deferoksamin
Insektisida Atropin
Heparin Protamin
Nitrit Metilen Blue
Metanol Etanol
Jengkol Natrium Bikarbonat
Botulisme Bilas Lambung, Arang Aktif
Gigitan Serangga Lokal: Kostikosteroid Krim Topikal. Jika gejala
Konjungtivitis Iritasi
Benda asing masuk ke dalam mata seperti debu ataupun pasir. Untuk sakit
mata karena iritasi cukup menggunakan tetes mata yang mengandung
Tetrahydrozoline.
1.6.15 Glaukoma
Neuropati optik yang khas disertai dengan penurunan lapang pandang akibat
kerusakan papil nervus optikum, dimana tekanan intraokular merupakan faktor
resiko penting.
Pengobatan kanker
Tata Laksana
Sistemik
BPH
No Terapi
Terapi: Terapi:
α-adrenergic blocker 5α-reductase inhibitor
(digunakan jg pada pasien dg atau kombinasi
hipertensi)
Mx kerja: Menghambat
Mx kerja: menghambat pembentukan
kontraksi otot polos prostat dihidrotestosteron (DHT)
sehingga mengurangi resistensi dari testosteron yang
tonus leher buli-buli dan uretra. dikatalisis oleh enzim 5 α
redukstase di dalam sel-
cth obat α-blocker: sel prostat
1) Non selektif
fenoksibenzamin Cth obat: Dutasterid,
2) Short acting-selektif α1 Finasterid
Prazosin, Alfuzosin
3) Long acting-selektif α1
Terazosin, Doxazosin
4) Long acting-selektif α1A
Tamsulosin, Alfuzosin-SR
BPH: Profliferasi sel stroma prostat sehingga terjadi pembesaran kelenjar prostat.
Pembesaran kelenjar prostat menyebabkan penekanan pada uretra sehingga
menghambat aliran urin dari buli-buli.
Griseofulvin
Phenytoin
Phenobarbitone
HEPATIC ENZYME INDUCERS Alcohol (chronic use)
Rifampicin
Carbamazepine
Sulphonylureas
Sodium valproate
Isoniazid
Cimetidine
Ketoconazole
Fluconazole
Alcohol (in binge drinking)
HEPATIC ENZYME INHIBITORS
Chloramphenicol
Erythromicin
Sulphonamides
Ciprofloxacin
Omeprazole
Metronidazole
Carbimazole
Fosphenytoin
Cyclophosphamide
Methyldopa
PRODRUGS
Cefuroxime axetil
Zidovudine
Enalapril
Azathioprine
Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro ( uji disolusi
terbanding)
Tabel lepas cepat Produk obat ―copy‖ dengan kekuatan berbeda, yang dibuat
oleh pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika:
A semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis
sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg persatuan
dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua kekuatan;) studi
ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan (
biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan
dipilih kekuatan yang lebih rendah);
B Kapsul berisi butir-butir lepas lambat jika kekuatannya berbeda hanya
dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif, maka perbandingan
sudah cukup.
C Tablet lepas lambat, Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama
tetapi berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif
dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten
(sampai 10 mg persatuan doses) zat inaktifnya sama banyak, dan
mempunyai mekanisme pelepasan obat yang sama, kekuatan yang
lebih rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil
disolusi yang mirip, f > 50 dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2
2
NOTE!!!
Uji disolusi terbanding (in vitro) (UDT)
- Dilakukan di pH 1.8; 4.5; 6.8
- utk produk yg hya berbeda kekuatan
- berdasarkan dari sistem BCS zat aktif (BCS kelas 1, 3)
BCS 1,3: UDT
BCS 2,4: uji BE, UDT (kelarutan rendah)
Metode Keterangan
Senyawa aktif tahan air dan panas, sifat
Granulasi Basah alir jelek, dilakukan pembuatan massa
dengan pengikat, dikeringkan lalu
diayak.
Senyawa aktif tidak tahan panas dan air,
Granulasi Kering sifat alir jelek, dilakukan kempa dengan
bahan pengisi, lalu dihancurkan dan
diayak.
Senyawa aktif tidak tahan panas dan air,
Kempa Langsung sifat alir baik.
1 Pengisi (Diluent)
Zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.
Avicel
(karboksimetil starch)
2 Pengikat (Binder)
Fungsi : untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi
bagi tablet yang dicetak langsung.
Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
Pengikat Contoh
Polimer Alam starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin)
3 Penghancur (Disentregan)
Untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran cerna. Enam klasifikasi disintegran : starches, clays, gums,
cellulose, algins, dll
Cara pakai/penambahan disintegran:
internal addition (saat granulasi) : disintegran dicampur dengan
bahan lainnya sebelum ditambah dengan larutan penggranul
external addition : disintegran ditambahkan setelah granul
terbentuk
Disintegran Konsentrasi (% w/w)
Starch 5-20
Starch 1500 5-15
Avicel PH 101, PH 102
Solka Floc 5-15
Asam alginat 5-10
Explotab 2-8
Guar gum 2-8
Polyclar AT (PVP, crosslinked 0.5-5
PVP)
Amberlite IPR 88 0.5-5
Metilselulosa, CMC-Na, HPC 5-10
6 Pelicin (Glidant)
Untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi
gesekan di antara partikel-partikel.
Jenis Kadar (%)
Talk 5
Cornstarch 5-10
Cab-O-sil 0,1-0,5
Siliod 0,1-0,5
Aerosil 1-3
7 Pembasah
Gliserin, Sorbitol
Uji Disolusi
Lazimnya menggunakan 2 tipe apparatus yaitu tipe 1 (Basket/Keranjang) Tipe 2
(Paddle/Dayung).
3. Jumlah sampel pada tahap pertama 6 unit, tahap kedua 6 unit dan tahap ketiga
12 unit
PERMASALAHAN DI TABLET
• Picking Adalah lekatan lekatan di mana sebagian kecil granul lengket pada
muka punch dan terus bertambah pada setiap revolusi pengempaan, menimbulkan
lekukan-lekukan pada permukaan tablet
Solusi: anti adheren
• Filming Adalah pembentukan lambat dari picking dan pada sebagian besar
dikarenakan kandungan lembab granul berlebihan, kelembaban dan suhu ruang
yang tinggi atau muka punch aus (hilang pelumasan).
Solusi: anti adheren
2.1.6 Semipadat
Emulsi
Emulsi:sediaan yg mengandung 2 zat yg tdk tidak tercampur, biasanya
mengandung air dan minyak. Emulsi mengandung obat cair atau larutan obat,
terdispersi dlm cairan pembawa, distabilkan dg pengemulsi yg cocok
Masalah di emulsi:
• Flokulasi: ketidakrataan distribusi obat dan tanpa pengocokan yg
sempurna berakibat pd pemberian dosis yg berbeda
• Creaming: terpisah mnjd 2 lapisan dan menyatu kembali setelah
pengocokan
• Cracking/breaking: terpisah mnjd 2 lapisan yg sifatny irreversible
• Inversi: perubahan tipe emulsi w/o ke o/w atau sblikny
Sediaan semipadat contohnya adalah salep, krim, dan gel. Pada pembuatan
sediaan semipadat, harus memperhatikan sifat hidrofilisitas dan stabilitas senyawa
aktif, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan sediaan semipadat. Apabila
dalam pencampuran krim dengan salep harus digunakan surfaktan agar tidak
terjadi pemisahan fase. Pemilihan emulgator dalam pembuatan krim sangat
diperlukan dengan menghitung nilai HLB yang diperlukan. Umumnya senyawa
yang hidrofob dibuat sediaan salep dan krim emulsi o/w serta senyawa hidrofil
dibuat sediaan gel atau krim emulsi w/o. Dalam kontrol kualitas sediaan
semipadat dapat dilakukan keseragaman bobot, keseragaman kadar, uji pelepasan
obat, uji daya lekat, dan uji penyebaran. Untuk uji stabilitas dapat dilakukan
menurut ICH.
1. Krim
Basis emulsi tipe A/M. Contoh: lanolin, cold cream
Sifat :
Emolien
Oklusif
mengandung air
beberapa mengabsorpsi air yang ditambahkan
berminyak
2. Gel
A Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi
seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik.
Contoh : bentonit magma, gelatin
B Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase
(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam
stearat dalam minyak.
C Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi
pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi
ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan
agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh
: gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa
kering dan polystyrene.
D Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel
dengan mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan
emulgel memiliki kelebihan daya hantar obat yang baik seperti gel
maupun emulsi.
2.1.7 Cair
Perbedaan Eliksir dan Sirup
Eliksir Sirup
Pelarut Etanol Aquadest
Untuk bahan tidak larut air Untuk bahan larut air
Jika bahan tidak larut air
maka digunakan campuran
air dan alkohol
Rasa Kurang manis, kurang kental karena gula Lebih kental, manis,
sedikit kandungan gula tinggi
• Kurang efektif menutupi rasa yg tidak
enak
Sifat Hidroalkoholik (lebih mudah untuk bahan-
bahan yang larut dalam air maupun dalam
alcohol)
Pembuatannya lebih sederhana
Mikroba Eliksir dengan 10-12% alcohol tidak perlu
A Suspending Agent:
Air : CMC Na. (0,05 – 0,75 %), Tylosa (0,25%), PVP (diatas 5%),
Sorbitol (10 -25%)
Minyak : Alumunium monostearat (2%), gelatin (2%), manitol (50%).
B Wetting Agent
Digunakan untuk pembasah dan mencegah pertumbuhan kristal. Bila
diperlukan dan hanya untukpelarut air.Contoh : Tween 80, Propilen glikol,
Lecithin, Polioksietilen – Polioksipropilen, Polisorbat 80, Silikonantibusa,
Silikon Trioleat.
D Surfaktan
Anionik: Asam Stearat, Natrium Lauril Sulfat, TEA, Carbomer.
Non-Ionik: Polyoxyethylene Sorbitan Ester Asam Lemak/
Polysorbate/ Tween, Sorbitan Ester Asam Lemak, Cetomacrogol
1000
E Emulgator Alam
Polisakarida (Gom): Tragakan, Akasia, Metil Selulosa, Na-CMC
2.1.8 Gas
Sediaan gas contohnya adalah aerosol dan spray. Pada pembuatan sediaan gas,
harus memperhatikan volatilitas senyawa aktif, jenis propelan, dan kompatibilitas
senyawa aktif dengan propelan, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan
sediaan gas. Sediaan gas harus disimpan jauh dari api agar tidak meledak.
SIFAT ZAT
METODA STERILISASI KETERANGAN
AKTIF
Presisi (Ketelitian)
Spesifitas/Selektifitas
Linearitas
Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan
hubungan secara langsung atau proporsional antara respons detektor dengan
perubahan konsentrasi analit.
Merupakan jumlah analit terkecil yang masih bisa dideteksi namun tidak
perlu dapat terukur.
Merupakan jumlah analit terkecil yang yang masih bisa diukur dengan
akurat (tepat) dan presisi (teliti)/reprodusible.
Klasifikasi Ruang
Non-Operasional Operasional
3
Kelas Jumlah maksimum partikel/m yang diperbolehkan Fungsi
≥ 0,5µm ≥ 5µm ≥ 0,5µm ≥ 5µm
-Pengolahan dan
pengisian
A 3.520 20 3.520 20 aseptis
- Pengisian salep mata
steril
Keterangan:
NaCl = W x E
Contoh perhitungan Tonisitas:
R/ Ampisilin Na 0,1 (E=0,16)
Isoniazid 0,05 (E=0,25)
m.f.inject.Isot. 5mL
Jawaban: NaCl 0,9% = 0,9/100
Jumlah nilai NaCl agar isotonis pada sediaan 5 mL
( x 5 mL = 0,045 gram
2. Metode Liso
Dapat digunakan untk menentukan nilai E dan ∆Tf
Keterangan:
E = Ekuivalensi NaCl
Liso = Harga tetapan (non elektrolit 1.86, elektrolit lemah 2,0,
univalen 3,4)
M = Berat molekul zat
∆Tf = Penurunan titik beku
M = Berat zat terlarut (g)
V = Volume larutan (mL)
Keterangan:
B = Jumlah zat NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis
Ptb1, Ptb2 = Penurunan titik beku zat berkhasiat seperti di dalam resep
Ptb = Penurunan titik beku zat pengisotonis (NaCl)
C1,C2 = Konsentrasi zat berkhasiat di dalam resep dengan satuan
(b/v) %, titik titik dalam rumus maksudnya apabila ada 4
zat berkhasiat.
2.2.6 Perhitungan HLB
Limbah Cair
Steam System
Tujuan : Sebagai sumber panas (heater) karena tidak diperbolehkan adanya
api terbuka yang dapat menyebabkan kontaminan produksi dan bahaya
kebakaran.
Untuk : Mengeringkan granul, Memasak air (double jacket vessel),
sterilisasi (otoklaf)
3.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah yang dikeringkan.
Simplisia terdiri dari nabati, hewan, dan mineral. Nama simplisa terdiri dari
dua kata kata pertama mengacu pada nama tanaman dalam bahasa latin dan
kata kedua mengacu pada bagian tanaman dengan nama latin.
Berikut adalah tatanama baku simplisia :
Nama Bagian Tumbuhan Nama Latin Contoh
Caesalpiniae lignum
Kayu Lignum
(Kayu secang)
Tinospora caulis
Batang Caulis
(Batang brotowali)
Piperi fructus
Buah Fructus
(Cabe Jawa/Buah cabe)
Jasminum flos
Bunga Flos
(Bunga melati)
Cinchonae cortex
Kulit Kayu Cortex
(Kulit kayu kina)
Myristae semenis
Biji Semen
(Biji pala)
Solanum tuber
Umbi Tuber
(Umbi kentang)
Rhei radix
Akar Radix
(Akar kelembak)
Curcuma xanthorrhizae
Akar tinggal Rhizome rhizome
(Temulawak)
Alii sativum Bulbus
Umbi lapis Bulbus
(Bawang putih)
Granati pericarpii
Kulit buah Pericarpium
(Kulit buah delima)
Orthosiphonis folium
Daun Folium
(Daun kumis kucing)
Centellae herba
Bagian di atas tanaman Herba
(Herba pegagan)
Oleum cocos
Minyak Oleum
(Minyak kelapa)
Golongan
Kandungan yang
Nama bahan Khasiat senyawa
berkhasiat
kandungan
Triterpenoid
Centellae herba Madekosida,
Penghilang luka
(Herba pegagan) asiatikosida
Murrayae
Penurun berat
paniculata folium Polisakarida Karbohidrat
badan
(Daun kemuning)
Andrographis herba Penurun gula
Andrografolid Triterpenoid
(Herba sambiloto) darah
UKAI-GO Page 199
Phyllanti herba
Imunomodulator Filantin Triterpenoid
(Herba meniran)
Orthosiphonis
folium
Diuretika Orthosiphonin Triterpenoid
(Daun kumis
kucing)
Sonchi folium Glikosida
Diuretika Sonchosida
(Daun tempuyung) flavonoid
Dingin Panas
• Maserasi • Sokletasi: simplisia dan pelarut
- Merendam simplisia dalam terpisah, menggunakan alat Sohklet dan
larutan penyari. terdapat siklus utk mengaliri dan
- Untuk bahan yang lunak seperti menarik seny dari simplisia
daun, bunga, rimpang, dan
beberapa buah. • Reflux: simplisia direndam dg pelarut
- Untuk senyawa aktif yang tidak kemudian dipanaskan hingga jenuh
tahan panas dan oksidasi
• Infus: Perebusan simplisia di suhu 90°
• Perkolasi selama 15mnt
- Mengaliri simplisia dg pelarut yg • Dekokta: Perebusan simplisia di suhu
sesuai dan menyari dg bantuan 90° selama 30 mnt
gaya gravitasi. • Destilasi
- Untuk bahan yang keras seperti - Pemisahan dan pemurnian dari cairan
kulit batang, akar, batang, biji, yang mudah menguap (volatile),
dan beberapa buah. dengan cara memanaskan, kemudian
kondensasi uapnya menjadi cairan
(destilat).
- Ada 3 jenis destilasi, yaitu uap, air,
dan uap-air.
- Destilasi uap dilakukan untuk
senyawa yang tahan panas dan
oksidasi.
- Destilasi air digunakan untuk
UKAI-GO Page 200
senyawa yang tidak terhidrolisis.
UKAI-GO Page 201
Konsep Kimia Dasar
mol =
X = x 10
X = 10,53 mg
Jadi, 10 mg atorvastatin setara dengan 10,53 mg atorvastatin kalsium.
3.5 Pengenceran
Praktek pengenceran sering ditemukan pada praktek sehari-hari pada
pelayanan kefarmasian, misalnya dalam pembuatan alkohol cuci atau
mengencerkan bahan obat tertentu. Prinsip pengenceran adalah kesetaraan jumlah
molekul atau jumlah bobot senyawa dalam larutan.
Jadi, ambil 1,1 liter alkohol 95 % lalu ditambahkan akuades sampai 1,5
liter.
% terionisasi =
% terionisasi =
- Rule of Thumb
Untuk senyawa asam lemah :
pH = Umumnya 50 % fraksi
pKa terionisasi
Contoh :
1. Metrotreksat merupakan obat golongan inhibitor asam folat yang memiliki
pKa 5,4 dan bersifat asam lemah. Dalam terapi, pasien harus
mempertahankan pH urin pada nilai sekitar 7 agar metrotreksat tidak
mengendap di ginjal. Berapa % fraksi terionisasi metrotreksat pada pH urin
di nilai sekitar 7?
Jawab :
Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH = 7 memiliki selisih 1 –
2 nilai dengan pKa, sehingga bisa dikatakan 90 – 99 % senyawa
metrotreksat dalam bentuk terion.
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi = 97,5 %
2. Efedrin memiliki pKa 9,4 dan bersifat basa lemah. Apabila efedrin
ditambahkan ke dalam larutan dengan pH 7,4. Berapa % efedrin yang tidak
terionisasi?
Jawab :
Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH = 7,4 memiliki selisih 2
nilai dengan pKa, sehingga bisa dikatakan 99 % efedrin dalam bentuk terion
dan 1 % dalam bentuk tidak terion.
Dengan perhitungan :
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi = 99 %
% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %
3.7 Polaritas
Dalam praktek kefarmasian, polaritas merupakan suatu acuan untuk
menentukan partisi obat berdasarkan sifat kimianya. Misalnya senyawa hormon
cenderung lebih bercampur dengan minyak dibandingkan dengan air. Semakin
P=
Papp =
Contoh :
Senyawa x merupakan basa lemah yang diberikan secara intravena.
Senyawa x memiliki pKa = 9,4 dengan P = 65. Senyawa x kemudian dianalisis
dengan cara mengambil 5 mL sampel darah dan diekstraksi dengan 10 mL
oktanol. Berapakah konsentrasi senyawa x dalam plasma. Diasumsikan pH plasma
pasien adalah 7,4 dan dari hasil analisis senyawa x memiliki konsentrasi sebesar
34 ng/mL dalam oktanol.
Jawab
Gunakan rumus :
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi =
% terionisasi = 99 %
% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %
Atau fraksi tak terion = 0,01
Papp = P x fraksi tak terion
Papp =
Papp =
NOTE!!
HPLC
prisip: pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan polaritas. Fase diam
kolom. prinsipnya bisa adsorbsi dan partisi.
Adsorpsi : kalau fase diam berupa padatan
Partisi: kalau fase diam cairan. untuk kromatografi partisi dibedakan
berdasarkan pd kepolaran relatif fase diam dan fase gerak. kolom HPLC
ada 2:
- fase normal: fase diam menggunakan air/trietilglikol yg terikat
pada silica atau alumina. (fase diam bersifat polar, fase gerak non
polar)
- fase terbalik (RP): fase diam seny non polar (hidrokarbon). gugus
R pada pelapis siloksan adl rantai C8 atau rantai C18. (fase diam
bersifat non polar, fase gerak polar)
detektor HPLC
1) UV-Vis
syarat: mempunyai gugus kromofor/ik. rangkap terkonjugasi (C-C=C-
C=C-C)
energi yg diserap: emisi
2)Fluoresen
Syarat: sama dg UV-Vis
Energi: emisi dan eksitasi
3)MS (mass spectrometry)
berdasarkan berat molekul senyawa
hasil yg muncul di kromatogram berupa peak+BM senyawa tersebut
Sehingga % kadar=
Keterangan:
a) Indikator efisiensi yaitu ketepatan perencanaan yaitu dengan melihat dari satu jenis
obat obat dalam perencanaan dengan jumlah barang dan jenis obat tersebut dalam
kenyataan pemakaian, kecukupan obat yaitu jumlah bulan yang menunjukkan
antisipasi lamanya stok obat yang tersedia, stok berlebih yaitu stok obat yang
kecukupan obatnya lebih dari 18 bulan, TOR (Turn Over Ratio) yaitu perputaran
modal yang terjadi selama 1 tahun, stok mati yaitu stok obat yang dalam waktu 3
4.4 Sampling
Pola n=1+√N : digunakan jika bahan diperkirakan HOMOGEN dan
diperoleh dr pemasok yg disetujui
pola n=0,4√N : digunakan untuk tujuan identitas (bahan HOMOGEN)
pola n=1,5√N : digunakan untuk bahan yg diperkirakan TDK HOMOGEN
dan atau berasal dari pemasok yg blm dikualifikasi.
4.5 Pricing
Penetapan harga merupakan hal yang penting di dalam praktek
keseharian farmasis. Mulai dari pembuatan obat sampai menjual obat. Berikut
adalah contoh penentuan harga pada praktek farmasis.
a. Pembuatan obat
BEP = x FC
ROI = x 100%
PBP =
acetaZOLAMIDE AcetoHEXAMIDE
chlorproMAZINE ChlorproPAMIDE
DAUNOrubicin DOXOrubicin
DOBUTamine DOPamine
busPROPIon BusPIRon
vinBLAStine VinCRIStine
Radioaktif Merah
Limbah Infeksius,
Patologi dan Anatomi, Kuning
Limbah Benda Tajam
Sitotoksik Ungu
DOWA 1
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Kontrasepsi Oral 1 Siklus
Asam Mefenamat 20 Tablet
Metampiron 20 tablet
Bisakodil Supp 3 Suppo
Metoklopramid 20 tablet
Antacid + Sedativ / Spasmodik 20 tablet
Mebendazole 6 Tablet
Antibiotik/ Antijamur Topikal 1 tube
DOWA 2
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Albendazole 6 tablet
Bacitrasin 1 tube
DOWA 3
Contoh Obat Jumlah Maksimal
Ranitidine 10 tablet
Obat TB Satu Paket
Allopurinol 10 tablet
Natrium Diklofenak 10 tablet
2. Rendah
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Laminar Air Flow Workbench (LAFW)
atau Biological Safety Cabinet (BSC) yang memenuhi persyaratan partikel dan
mikroba ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya sedikit, misalnya: rekonstitusi
sediaan injeksi antibiotik vial satu dosis.
3. Rendah dan diberikan dalam waktu 12 jam BUD Penyiapan sediaan injeksi
dilakukan di Ruang ISO Class 5, tahapan pencampurannya sedikit dan diberikan
dalam waktu 12 jam BUD.
4. Sedang
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Ruang ISO Class 5 dan tahapan
pencampurannya banyak; atau produk steril digunakan untuk lebih dari satu
pasien; atau produk steril digunakan untuk satu pasien namun beberapa kali
penggunaan.
5. Tinggi
Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan obat yang tidak steril; atau penyiapan
sediaan steril dengan bahan obat steril namun tidak dilakukan di Ruang ISO Class
5; atau waktu/saat sterilisasi sediaan injeksi dilakukan >6 jam waktu
penyiapan/pencampuran.
Singkatan
Aturan Penggunaan
Aturan Peracikan
Lokasi Penggunaan
Bentuk Sediaan
TETES MATA
Langkah 4 dan 5
SALEP MATA
Langkah 4 dan 5
TETES TELINGA
1. Hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dalam telapak tangan atau
ketiak untuk beberapa menit. Jangan menggunakan aliran air panas dari
kran, karena suhunya menjadi tidak terkontrol.
2. Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke
atas.
3. Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.
4. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan.
5. Tunggu lima menit sebelum meneteskan obat pada telinga lainnya.
TETES HIDUNG
SEMPROT HIDUNG
TRANSDERMAL PATCH
1. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan
obat atau konsultasikan dengan apoteker.
2. Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka.
3. Jangan ditempelkan dalam lipatan kulit atau di bawah pakaian ketat.
Pindahkan tempat patch setiap periode tertentu.
4. Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering.
5. Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch.
6. Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya.
7. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
8. Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk.
AEROSOL
SUPOSITORIA
1. Cuci tangan.
2. Keluarkan tablet dari pembungkus.
3. Tempatkan tablet ke bagian yang terbuka dari aplikator.
4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
5. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina
sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
6. Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas.
7. Tarik aplikator.
8. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai.
9. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan
sabun dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai.
10. Cuci tangan.
Langkah 4 dan 5