Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “KADO


ISTIMEWA” KARYA JUJUR PRANANTO

DOSEN PENGAMPU

Afiya Nur Kayati, S.Pd,. M.Pd.

DISUSUN OLEH

Moh. Ali Makki (190621100054)


M. Amin Ashar (190621100055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Analisis Unsur Instrinsik Cerpen Kado
Istimewa karya jujur Prananto ” dengan baik dan lancar.
Makalah ini kami susun dengan tujuan selain memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia, juga untuk menebar manfaat bagi para pembaca.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Afiya Nur Kayati, S.Pd,. M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia.
3. Orang tua yang memberikan dukungan moral dan material.
4. Teman-teman mata kuliah Bahasa Indonesia kelas B yang memberi
semangat.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan makalah ini di masa yang
akan datang.
Sebagai harapan terakhir, semoga makalah ini menuai manfaat bagi
penyusun maupun pembaca secara umum.

Bangkalan, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2

2.1 Cerpen Kado Istimewa.............................................................................2

2.2 Tema.........................................................................................................5

2.3 Alur...........................................................................................................5

2.4 Setting (latar atau tempat kejadian)..........................................................6

2.5 Penokohan / Perwatakan..........................................................................7

2.6 Sudut Pandang..........................................................................................8

2.7 Gaya Bahasa.............................................................................................8


2.8 Amanat......................................................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................9

3.1 Simpulan................................................................................................9

3.2 Saran.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Cerpen Kado Istimewa dipilih dalam analisis ini karena menceritakan
keteguhan seorang bawahan yang sangat menghormati atasannya, ketika Bu
Kustiyah mendengar Pak Hargi akan menikahkan anaknya, Bu Kustiyah cepat-
cepat berangkat ke Jakarta. Untuk menemui anaknya dan menantunya yang
bekerja sama dengan tempat kerja Pak Hargi. Bu Kustyiah pun menyuruh

menantunya untuk mencari tau tempat resepsi yang akan digelar. Cerpen Kado

Istimewa karya Jujur Prananto mengangkat tema sosial. Karena di dalamnya


menceritakan hubungan sosial antara Bu Kus dengan Pak Hargi. Ada pun tokoh
utama yang muncul dalam cerpen tersebut yaitu Bu Kus yang berperan sebagai
tokoh utama memiliki watak keras kepala, teguh pendirian, sangat menghormati
atasan, dan sederhana.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1.2.1 Apa saja unsur-unsur intrinsik dari cerpen “ Kado Istimewa” karya
Jujur Prananto ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1.3.1 Untuk menjadi refrensi bagi kita sebagai mahasiswa maupun khalayak
umum yang membacanya agar lebih mengetahui apakah pengertian
dari cerpen, dan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen
tersebut.
1
BAB II
2.1 Cerpen
Kado Istimewa
Bu Kustiyah bertekad bulat menghadiri resepsi pernikahan putra pak Hargi. Tidak
bisa tidak. Apapun hambatannya. Berapapun biayanya. Ini sudah menjadi niatnya
sejak lama. Bahwa suatu saat nanti, kalau Pak Gi mantu ataupun ngunduh mantu,
ia akan datang untuk mengucapkan selamat. Menyatakan kegembiraan.
Menunjukan bahwa ia tetap menghormati Pak Gi, biarpun zaman sudah berubah.
Bu Kus sering bercerita kepada para tetangganya bahwa pak Hargi adalah
atasannya yang sangat ia hormati. Ia juga mengatakan bahwa Pak Gi adalah
seorang pejuang sejati. Termasuk diantara yang berjuang mendirikan negeri ini.
Walaupun Bu Kus Cuma bekerja di dapur umum, tetapi ia merasa bahagia dan
berbangga bisa ikut berjuang bersama Pak Gi. Akan tetapi, begitulah menurut Bu
Kus setelah ibu kota kembali ke Jakarta, keadaan banyak berubah. Pak Hargi
ditugaskan dipusat dan Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang
beliau. Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. Kekacauan menjelang dan
sesudah Gestapu serasa makin merenggangkan jarak Kalasan-Jakarta. Lalu,
tumbangnya rezim orde lama dan bangkitnya orde baru mengukuhkan peran Pak
Gi dilingkungan pemerintahan pusat. Dan ini berarti makin tertutupnya
komunikasi langsung antara Bu Kus dengan Pak Gi. Sebab dalam istilah Bu Kus
“kesamaan cita-cita merupakan pengikat hubungan yang tak terputuskan”. “soal
cita-cita ini dulu kami sering mengobrolkannya bersama para gerilyawan lain,”
demikian kenang Bu Kus. “dan pada kesempatan seperti itu, pada saat orang-
orang lain memimpikan betapa indahnya kalau kemenangan berhasil dicapai, Pak
Gi sering menekankan bahwa yang tak kalah penting dari perjuangan menentang
kembalinya Belanda adalah berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan”. Tapi
bagaimanapun, meski Bu Kus tetap merasa dekat dengan Pak Gi, ternyata setelah
tiga puluh tahun lebih tak berjumpa, timbul jugalah kerinduan untuk bernostalgia
dan bertatap muka secara langsung dengan beliau. Itulah sebabnya, ketika ia
mendengar kabar bahwa Pak Gi akan menikahkan anaknya, Bu Kus merasa inilah
kesempatan yang sangat tepat untuk berjumpa.
2
Lewat tengah hari, selesai makan siang, Bu Kus sudah tak betah lagi tinggal
dirumah. Tas kulit yang berisi pakaian yang siap sejak kemarin diambilnya. Juga
sebuah tas pelastik besar berisi segala macam oleh-oleh untuk para cucu di
Jakarta. Setelah merasa beres dengan tetek bengek ini, Bu Kus pun menyuruh
pembantu perempuannya memanggilkan dokar untuk membawanya ke stasiun
kereta. Belum ada pukul tiga, Bu Kus sudah duduk di atas peron stasiun. Padahal
kereta ekonomi jurusan Jakarta baru berangkat pukul enam sore nanti. Ke tergesa-
gesaannya meninggalkan rumah akhirnya malah membuatnya bertambah gelisah.
Rasanya ingin secepatnya ia sampai di Jakarta dan bersalam-salaman dengan Pak
Gi. Berbincang-bincang tentang masa lalu. Tentang kenangan-kenangan manis di
dapur umum. Tentang nasi yang terpaksa dihidangkan setengah matang, tentang
kurir Natimin yang pintar menyamar, tentang Nyai Kemuning penghuni tangsi
pengisi mimpi-mimpi para bujangan. Ah, begitu banyaknya cerita-cerita lucu yang
rasanya takan terlupakan walaupun terlibas oleh berputarnya roda zaman.
Peluit kereta api mengagetkan Bu Kus. Ia langsung berdiri dan tergepoh-gepoh
naik ke atas gerbong. “nanti saja, Bu! Baru mau dilangsir!” ujar seorang petugas.
Tapi, Bu Kus sudah terlanjur berdiri di bordes. “pokoknya saya bisa sampai
Jakarta!” kata Bu Kus dengan ketus. “nomor tempat duduknya belum diatur, Bu!”
ujar petugas itu. “pokoknya saya punya karcis!” jawab Bu Kus.
Dan memang setelah melalui kegelisahan yang teramat panjang, akhirnya Bu Kus
sampai juga di Jakarta. Wawuk, anak perempuannya, kaget setengah mati melihat
pagi-pagi melihat ibunya muncul di muka rumahnya setelah turun dari taksi
sendirian. “ibu ini nekat! Kenapa tidak kasih kabar dulu? Tanya Wawuk.“di
telegram, kan, saya bilang mau datang,” jawab Bu Kus. “tapi, tanggal pastinya ibu
tidak menyebut,” Wawuk berkata dengan lembut. “yang penting saya sudah
sampai sini!,” ujar Bu Kus. “bukan begitu, Bu. Kalau kita tahu persis, kan, bisa
jemput ibu di stasiun”. “saya tidak mau merepotkan. Lagi pula saya sudah keburu
takut bakal ketinggalan resepsi mantunya Pak Gi. Salahmu juga, tanggal persisnya
tidak kamu sebut disurat.” “ya, Tuhan! Ibu mau datang ke resepsi itu??” “kamu
sendiri yang bercerita Pak Gi mau mantu.” “kenapa ibu tidak mengatakannya di
surat?” “apa-apa, kok, mesti laporan.”
3
“bukan begitu, Bu.” Wawuk sendiri ragu melanjutkan ucapannya. “ibu kan... tidak
di undang?” “lho, kalo tidak pakai undangan, apa, ya, lalu ditolak?” “ya, tidak,
tapi siapa tahu nanti ada pembagian tempat, mana yang VIP mana yang biasa.”
“ah, kayak nonton wayang orang saja, pakai VIP-VIP-an segala.” “tapi yang jelas,
saya sendiri juga tidak tahu resepsinya itu persisnya diadakan dimana, hari apa,
jam berapa. Saya tahu rencana perkawinan itu Cuma dengar omongan kiri kanan.”
“suamimu itu, kan, sekantor dengan Pak Gi. Masa tidak di undang?” “bukan satu
kantor, Bu. Satu departemen. Lagi pula, Mas Totok itu karyawan biasa, jauh
dibawah Pak Gi. Itu pun bukan bawahan langsung. Jadi, ya, enggak bakal tahu-
menahu soal beginian. Apalagi kecipratan undangan.” “kan bisa tanya?” Wawuk
menghembuskan napasnya agak keras. “ingat, Wuk.” Bu Kus bicara dengan nada
dalam. “aku jauh-jauh datang ke Jakarta ini yang penting adalah datang pada
resepsi pernikahan putra pak Hargi. Lain tidak.”
4
PEMBAHASAN

2.2 Tema
. Cerpen Kado Istimewa karya Jujur Prananto mengangkat tema sosial.
Karena di dalamnya menceritakan hubungan sosial antara Bu Kus dengan Pak Gi.
Cerpen ini menceritakan kegigihan seorang ibu yang ingin bertemu dengan teman
lamanya. Ada pun tokoh yang muncul dalam cerpen tersebut yaitu Bu Kus yang
berperan sebagai tokoh utama memiliki watak keras kepala, teguh pendirian,
sangat menghormati atasan, dan sederhana. Di dalam ulasan paragraf pertama,
kedua, dan beberapa paragraf lain merujuk alasan mengenai watak Bu Kus. Pak
Hargi adalah tokoh kedua dari isi cerpen Kado Istimewa. Pak Gi adalah orang
yang selalu di bicarakan pada anak dan tetangganya tentang sosok yang heroik
dalam membebaskan bangsa dari penjajahan. Selain itu sikap bijaksana dan tidak
membedakan stratifikasi sosial kepada bawahannya digambarkan dalam
penokohan Pak Gi.

2.3 Alur Cerita


Penulis juga membuat alur cerita menjadi lebih menarik. Alur yang dibuat
oleh penulis menggunakan alur maju dimulai dari perkenalan Bu Kus yang
bertekad untuk menghadiri resepsi pernikahan putra Pak Gi, kemudian disusul
konflik ketika berdebat dengan Wawuk mengenai undangan pernikahan putra Pak
Gi, lalu klimaks ketika pertemuan yang dibumbui isak tangis bahagia dengan
keluarga Pak Gi, antiklimaks yang terkutip “Selesai menyalami semuanya Bu Kus
akhirnya meninggalkan pelaminan”. Dan yang terakhir penyelesaian yakni
terkutip pada ulasan berikut “Semua perhatian berpusat di sebuah kado
berbungkus kertas coklat. Di berbagai sudutnya Nampak basah. Kado itu pun
dibuka. Mereka tak tahu apa nama makanan dalam nampan anyaman bambu yang
ditutup kain putih berbordir itu, sebab rupanya sudah tak karuan dan berjamur di
sana sini. Ada selembar kertas bertulisan tangan yang sulit terbaca karena tintanya
sudah menyebar kena lelehan gula merah”.
5
2.4 Setting ( Latar atau tempat kejadian )
Latar yang tergambarkan dalam cerpen ini meliputi latar waktu yang
terjadi  siang hari di rumah tergambarkan jelas dalam kutipan “lewat tengah hari
selesai makan siang, Bu Kus sudah tak betah lagi tinggal di rumah”. Adapun
tengah malam yang tergambarkan dalam kutipan “tengah malam giliran Wawuk
yang tidak bisa tidur”, “Acaranya besok jam tujuh malam, di Puri Agung Hotel
Sahid Jaya”. Latar tempat dalam cerpen ini tersuratkan di rumah Wawuk, di
Kalasan, di Stasiun, di Jakarta, dan di Puri Agung Hotel Sahid Jaya“. Kalasan
adalah sebuah kecamatan di daerah Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kecamatan Kalasan terletak di sebelah timur laut dari Ibu Kota
Kabuaten Sleman. Ada relevansi antara judul cerpen yang diangkat dengan latar
tempat yang dipilih, mengenai kata Kado Istimewa yang merujuk pada Daerah
Istimewa Yogyakarta. Latar suasana terharu ketika Bu Kus dan Pak Gi
bernostalgia tentang masa lalunya dulu ketika masih dalam satu departemen.

2.5 Penokohan / perwatakan


1. Bu Kustiyah : keras kepala, teguh pendirian, sangat menghormati atasan,
sederhana
“ Bu Kustiyah bertekad bulat menghargai resepsi pernikahan putra pak
hargi. Tidak bisa tidak. Apa pun hambatannya. Berapa pun biayanya. Ini sudah
jadi niatnya sejak lama. Bahwa suatu saat nanti, kalau Pak Gi mau ataupun
ngunduh mantu, Bu Kustiyah akan datang untuk mengucapkan selamat.
Menyatakan kegembiraan. Menunjukan bahwa Bu Kus tetap menghormati Pak
Gi, biarpun zaman sudah berubah”
“Pak Hargi adalah atasan saya yang saya hormti.” Begitu Bu Kus sering
bercerita pada para tetangganya. “beliau adalah seorang pejuang sejati.
Termasuk di antara yang berjuang mendirikan negeri ini walaupun saya cumin
bekerja di dapur umum, tetap saya merasa bahagia dan berbangga bisa ikut
berjuang bersama Pak Gi.”
2 Wawuk : Sanagat hormat kepada ibunya.
“setelah melalui kegelisahan yang teramat panjang, akhirnya Bu Kus
sampai juga di Jakarta. Wawuk, anak perempuannya, kaget setengah mati melihat
6
pagi-pagi ibunya muncul di muka rumahnya setelah turun dari taksi sendirian.
“Ibu ini nekad! Kenapa tidak kasih kabar dulu?”
“ Di telegram kan saya bilang mau dating?”
“Tapi tangga pastinya ibu tidak menybutkan.”
“Yang penting sudah sampai sisi.”
“Bukan begitu, Bu. Kalau kita tahu persis kan bisa jemput Ibu di stasiun.”
“Saya tidak mau merepotkan. Lagi pula saya sudah keburu takut bakal
ketinggalan resepsi mantunya Pak Gi. Salahmu juga, tanggal persisnya tidak
kamu sebut di surat."
3. Pak Hargi : Berwibawa
“Awet muda, Pak Gi. Benar-benar awet muda. Selamat, Pak Gi.
“Terimakasi…. Terimakasi…”
“Rupanya Bu Kus tidak bisa menahan diri, menbruk tangang Pak Gi,
mencium tangan itu dan menangis terisak-isak.”
“Kustiyah, Pak Gi. Saya kustiyah. Dapur umum.”
“Pak Gi sempat mengerutkan keningnya, tapi kemudian cepat menguasai
keadaan, mengesankan ia sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. “Ooo…
ya, ya. Terimakasi. Lho.”
4. Totok : Patuh kepada mertua
“mencari informasi tentang tempat dan waktu penyelengagaraan resepsi
tersebut ternyata sama sekali bukan perkerjaan sulit bagi suami wawuk. Pak
Hargi adalah seorang pejabat eselor satu pada pos yang sangat penting.
Sedemikian penting jabatan itu hingga ibarat kata beliau terkena gejala flu saja—
baru gejalanya saja—rasa-rasanya seluruh departemen bakal tahu. Itulah maka
dengan gampang suami wawuk bisa memperoleh keterangan lengkap, termasuk
copy undangan resepsi pernikahan tersebut.”
5. Putra Pak Hargi : Agak sombong
“Naa... dari kemarin-kemarin kek kemari. Pusing, nih, ngatur kado
sebsgini banyak. Udah, pilih sendiri-sendiri mana yang suka! Yang paling banyak
jam dinding, setrikaan ad enam belas biji, seprei dua puluh lima, lemari es lima

7
biji tapi sudah ada yang pesan semua, dua kita pakai sendiri, tea-set banyak yang
bagus tuh, lampu meja, lampu dingding, termos, handuk, kondom. Ambil! Ambil!”
“kunci mobil ada nggak?”
“Bi-em double-yu, lho!”
“Ai, gilaaa!!! Kunci rumah?”
“Ada deh..”

2.6 Sudut pandang


pengarang mengambil sudut pandang orang pertama akuan karena
pengarang menjadi tokoh utama yang  menceritakan orang lain dimasa
penjajahan, tapi cerita ini bukan cerita nyata melaikan pengalaman yang telah di
alami oleh pengarang. Selain dari itu, penulis juga memunculkan sudut pandang
sebagai orang ketiga yang serba tahu.

2.7 Gaya Bahasa


Gaya bahasa yang digunakan pengarang didalam cerpennya mudah
dipahami dan tidak boros kata serta kalimat yang membuat masyarakat pembaca
dapat menginterpretasikan ke arah positif. Banyak sekali kutipan yang bersifat
persuasif. Seoalah-olah mengajak masyarakat pembaca agar menauladani nilai
moral yang terkandung di dalam cerpen tersebut. Cerpen ini dapat dibaca oleh
kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kata-kata yang disisipkan dalam
kalimat tidak begitu banyak kata yang sulit dimengerti.

2.8 Amanat
Amanat yang hendak disampaikan penulis adalah tentang bawahan yang
sangat menghormati pada pimpinan serta menjunjung tinggi nilai, sikap, etika, dan
sopan santun. Selain itu juga mengamanatkan kepada masyarakat pembaca agar
menerapkan nilai yang terkandung di dalam cerpen tersebut, mengenai etika
bersopan santun, nuansa bertenggang rasa, dan menghargai sesama makhluk
sosial. Selain itu, agar menjadikan tauladan baik kepada generasi penerus bangsa
dan semoga masyarakat pembaca dapat menginterpretasikannya ke arah
pemikiran positif.
8

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah unsur
intrinsik dalam cerpen yang berjudul “ Kado Istimewa “ini yaitu:
1. bertemakan kehidupan sosial yang menceritakan kisah Kegigihan
seorang ibu yang ingin bertemu dengan teman lamanya
2. Cerita ini menggunakan alur maju.
3. Cerita ini berlatarkan di Yogyakarta dan di Jakarta. Mengenai kata
Kado Istimewa yang merujuk pada Daerah Istimewa Yogyakarta. Latar
suasana terharu ketika Bu Kus dan Pak Gi bernostalgia tentang masa
lalunya dulu ketika masih dalam satu departemen.
4. Tokoh-tokoh yang terdapat didalam cerpen ini terdapat dua tokoh utama
yaitu Bu Kutsiyah dan Pak Hargi.
5. Gaya bahasa yang digunakan pengarang didalam cerpennya mudah
dipahami dan tidak boros kata serta kalimat yang membuat masyarakat
pembaca dapat menginterpretasikan ke arah positif.
6. Sudut pandang yang digunakan pengarang pengarang mengambil
sudut pandang orang pertama Selain dari itu, penulis juga memunculkan
sudut pandang sebagai orang ketiga yang serba tahu
7. Amanat yang terkandung dalam cerpen ini adalah tentang bawahan yang
sangat menghormati pada pimpinan serta menjunjung tinggi nilai, sikap,
etika, dan sopan santun.
9
3.2 Saran
1. diharapkan setelah membaca makalah ini kita semakin memahami
mengenai unsur-unsur
intrinsik yang terkandung didalam sebuah cerpen
2. Pembaca diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang
terdapat dalam makalah ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3. Pembaca juga diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila
dalam makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

“Membaca Cerpen Kado Istimewa karya Jujur Prananto” (Online)


https://kupang.tribunnews.com/2018/10/08/membaca-cerpen-kado-istimewa-
karya-jujur-prananto

“Cara Menganalisis Unsur Intrinsik Sebuah Cerpen” (Online)


https://www.kompasiana.com/npsintamaharani/58b2d640597b6193069f8c8a/
menganalisis-unsur-intrinsik-sebuah-cerpen?page=all
10

Anda mungkin juga menyukai