Fisiologi Kerja
Fisiologi Kerja
FISIOLOGI KERJA
Disusun Oleh:
Segala puja dan puji kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya, kita masih diberikan kesehatan untuk melakukan
aktivitas pada hari ini. Tidak lupa juga kita layangkan shalawat dan salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, karena telah membawa kita dari jalan
kegelapan menuju jalan terang benderang.
Makalah adalah salah satu bagian dari tugas yang kuliah yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman kepada peserta didik dalam bidang terkait. Kami sangat
bersyukur pada hari ini kami dapat menyelesaikan salah satu makalah yang berjudul
“Fisiologi Kerja” sehingga pemahaman tentang materi ini tentu saja semakin luas.
Makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya tentu saja karena bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
Hormat Kami,
( Kelompok 1)
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Kebutuhan energi untuk setiap klasifikasi pekerjaan (Kroemer et al.
2001, p:117)
Tabel 4.5 Evaluasi beban kerja fisiologis menggunakan data denyut jantung
Gambar 4.1 Kebutuhan oksigen pada saat kerja maupun sesudah kerja (Kroemer et
al, 2001) p.113
Gambar 4.2 Peralatan yang digunakan untuk mnegukur VO2 maks seseorang
a. Dulu (Astrand, 2001); b. Sekarang (Widyasmara, 2007)
Gambar 4.3 Kapasitas aerobik maksimum sebagai fungsi dari usia dan gender
(National Institute for Occupation Safety and Health, 1981)
Gambar 4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas krja fisik (Astrand, 2003)
ABSTRASIK
Pada bagian ini hal-hal yang dibahas yaitu mekanisme tersedianya energi
untuk bekerja,fungsi-fungsi yang terkait dalam produksi energi,yaitu sistem
pernapasan,sistem kardiovaskular,dan proses metabolisme,penentuan kapasitas kerja
fisik seseorang saat bekerja dengan kapasitas aerobik maksimal,metode evaluasi
beban kerja yang meliputi pengukuran komsumsi oksigen, denyut jantung,dan
penilaian subjektif serta yang dapat dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia bekerja dan beraktivitas setiap harinya untuk memelihara dan memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun seiring kebutuhan manusia yang tak pernah ada
habisnya, terkadang memaksa manusia untuk selalu bekerja tanpa mempedulikan
kondisinya. Akan tetapi manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas
itu. Salah satu dari keterbatasan manusia adalah pasti akan mengalami kelelahan dan
kejenuhan pada saat bekerja yang kemudian dapat berakibat pada menurunnya
produktivitas dalam bekerja. Besarnya penggunaan tenaga pada saat melakukan
aktivitas juga akan berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk
melaksanakan aktivitas tersebut, pekerjaan dengan menggunakan tenaga yang lebih
besar dan lebih cepat akan menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan tenaga yang
lebih kecil, selain itu sikap pekerja dalam melakukan pekerjaannya juga merupakan
faktor yang mempengaruhi terhadap pengeluaran energi.
Fisiologi merupakan salah satu ilmu ergonomi yang dapat membantu kita dalam
memberikan gambaran mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi kelelahan kerja
pada suatu aktivitas kerja. Dengan menggunakan ilmu fisiologi, dapat diukur
konsumsi oksigen dan energi yang dihasilkan untuk setiap pekerjaan, kecepatan
denyut jantung awal sebelum beraktivitas, suhu tubuh awal sebelum beraktivitas,
kecepatan denyut jantung saat beraktivitas, kecepatan denyut jantung setelah
beraktivitas, dan suhu tubuh setelah beraktivitas. Berhubungan dengan hal tersebut,
untuk memperbaiki sistem kerja yang yang sudah berlaku, kali ini PT. RSK&E akan
melakukan penelitian mengenai pengukuran beban kerja fisik dengan metode
fisiologi. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data fisiologis responden
seperti umur, berat badan, tinggi badan, handgrip, skala borg, serta denyut nadi
sebelum dan sesudah melakukan pengangkatan beban,
Dengan melakukan penelitian tersebut nantinya data yang diperoleh akan
diolah digunakan untuk mengetahui Heart rate (%HR) dan Cardiovascular load
(%CVL) saat bekerja dan beristirahat, nilai konsumsi oksigen dan konsumsi energi
serta mengklasifikasikan beban kerja
TEORI DASAR
Dampak buruk yang dapat terjadi saat beban fisik suatu pekerja melampaui
kapasitas fisiologi yang dimiliki pekerja. Dampak buruk ini terjadi seperti bekerja
seperti terus menerus sehingga mengakibatkan terjadinya kelelahan berlebihan.Dalam
jangka panjang keadaan ini dapat memicu penyakit lain yang berakhir pada kematian,
misalnya serangan jantung, atau kegagalan fungsi-fungsi penting lain.
Beban kerja yang berlebihan juga dapat buruk pada kualitas dan performasi
kerja.Yang di tunjukkan oleh Bridger et al. (2008), yang mencakup penurunan waktu
reaksi, peningkatan kesalahan dalam mengambil keputusan,penurunan kemampuan
untuk konsentrasi, serta peningkatan potensi kecelakaan kerja.Dalam konteks
ergonomi, tujuan yang ingin dicapai adalahmemastikan bahwasistem kerja dirancang
sedemikian rupasehingga diperoleh produktivitas dan kualitas kerja terbaik,yang
dapat dicapai jika beban (energy cost) berada di batas kemampuan fisik.
1.2 Mekanisme Tersedianya Energi Untuk Kerja
Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi tubuh
dan mengeluarkan karbon diaoksida,air, serta panas yang dibawa oleh darah. Secara
umum, pernapasa (respirasi) terdiri atas inspirasi (pemasukan udara) dan ekspirasi
(pengeluaran udara). Sistem ini memiliki hubungan erat dengan sistem peredaran
darah (silkulatori) yang di kontrol dengan suatu mekanisme tersendiri,misalnya CNS
(Central Nervous System) atau sistem hormonal. Sistem pernapasa dan sistem
sirkulator ini bersama sama menjamin jumlah zat gizi dan oksigen yang cukup untuk
disuplay ke otot.
Pada saat istirahat , frekuensi pernapasan berkisar antara 10-20 kali per menit.
Saat melakukan aktivita fisik ringan,jumlah udara yang digunakan akan meningkat,
terutama akibat kenaikan volume tidal. Untuk kerja yang lebih berat, jumlah udara
pernapasan akan meningkat akibat peningkatan frekuensi pernapasan, yang dapat
mencapai 45 kali/menit,di samping adanya kenaikan volume tidal pula. Jumlah total
udara yang digunakan untuk bernapas dan volume tidal saat mengeluarkan nafas.
Volume yang digunakan untuk pernapasan saat beraktifitas dapat berkisar dari 5
liter/menit sampai dengan lebih dari 100 liter/menit. Kenaikan volume pernapasan ini
sejalan dengan peningkatan kebutuhan oksigen walaupun peningkatanya tidak
berjalan secara linear.
Sistem peredaran darah memiliki fungsi utama sebagai pembawa oksigen dari
paru-paru serta berbagai zat gizi (dari makanan yang telah dicerna)untuk diedarkan ke
seluruh tubuh dimana proses metabolisme selanjutnya berlangsung. Transportasi
oksigen dimungkinkan karena adanya hemoglobin, yaitu molekul protein dan sel
darah merah. Selain mengikat oksigen hemoglobin juga dapat mengikat karbon
monoksida (CO). Namun demikian, daya tarik (afinitas) hemoglobin terhadap karbon
monoksida relatif lebih tinggi sehingga dapat berdampak pada berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah. Oleh karna itu, dapat dimengerti
kenapa co dianggap memiliki sifat beracun. Darah juga mmengedarkan
hormon,enzim,garam,serta vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Sistem peredaran
darah juga befungsi membuang sisa-sisa metabolisme, termasuk karbon
diaoksida,panas, dan air, serta berkontribusi pentinting dalam mekanisme pengaturan
temperatur tubuh.
Jantung ,sebagai pemompa darah ,terdiri atas 2 bagian yaitu kiri dan kanan.
Bagian kiri terdiri atas atrium kiri dan ventikel kiri,yang khusus berfungsi memompa
darah ke seluruh otot tubuh yang di butuhkan untuk bekerja melalui pembuluh darah
arteri. Melalui pembuluh darah vena, darah kemudian mengalir ke jantung menuju
atrium kanan, kemudian menuju ventrikel kanan yang bertugas memompah darah ke
paru-paru, tempat proses pertukaran udara terjadi. Orang dewasa memiliki 5 liter
darah,yang terdiri dari 2,75 liter plasma dan 2,25 liter berupa sel darah. Saat istirahat,
volume darah yang dipompakan adalah sekitar 5 liter/menit, namun volume ini dapat
menjadi lima kali lipat lebih besar saat melakukan aktivitas fisik yang berat (Bridger
et al.,2008). Untuk seorang atlet volume ini dapat mencaai 35 liter/menit.
Peningkatan denyut jantung terjadi tidak hanya karena adanya kenaikan beban
kerja,tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya komponen kerja statis (kontraksi
isometrik). Kerja otot yang re;atif statis (dengan komtraksi diatas 20% kontraksi
maksimal) menyebabkan tertekannya pembuluh darah kapiler, sehingga dalam
beberapa saat saja aliran darah menjadi sangat terbatas (ischemia) atau bahkan
tertutup sama sekali. Hal ini akan berdampak pada minimnya ketersediaan oksigen
serta penumpukan sisa metabolisme pada otot yang tengah bekerja. Akibatnya, rasa
sakit akan muncul dan kontraksi otot terpaksa harus berakhir. Fenomena seperti ini
dapat diamati, misalnya saat seseorang secara terus menerus memegang peralatan
kerja dengan posisi lengan di atas ketinggian dada.
Perlu dicatat bahwa sistem saraf pusat (CNS) memiliki peran vital dalam
mengatur bagian tubuh mana yang paling penting menerima aliran darah saat otot
bekerja keras misalnya, peningkatan sisa sisa metabolisme akan memicu pembuluh
darah menjadi lebih longgar dan mengalirkan lebih banyak darah. Sistem saaf pusat
juga akan memerintahakn pengurangan aliran darah ke otot maupun organ tubuh yang
tidak terlalu memerlukan darah saat itu, misalnya pencernaan. Namun demikian,
sistem saraf akan terus mengontrol agar aliran darah ke organ-organ penting, seperti
otak dan jantung tetap terjaga. Secara bersamaan pengaturan juga akan dilakukan
sedemikian rupa sehingga darah akan dialirkan lebih banyak ke permukaan kulit
dengan tujuan untuk melepas panas. Sebaliknya,setelah makan, darah akan mengalir
lebih banyakke sistem pencernaan bila dibandingkan terhadap tubuh lainnya.
Fenomena inijuga diatur oleh sistem saraf, sebagai fungsi dari pengontrol keasaman
dan konsentrasi sisa metabolisme di dalam darah.
1.3 Prose Metabolisme
Metabolisme dapat diartikan sebagai proses kimia dalam tubuh yang bertujuan
khususnya dalam menghasilkan energi. Aktivitas kerja, baik fisik maupun non fisik,
hanya dapat dilakukan apabila energi tersedia dalam jumlah yang memadai. Energi
diperoleh dari zat-zat gizi yang masuk dalam bentuk makanan dan minuman. Hanya
sekitar 5% dari sumber energi ini yang diubah menjadi “kerja otot” sedangkan
sisanya di ubah dalam bentuk panas. Sementara seorang atlet dapat memiliki proses
konversi yang lebih efesien, walaupun energi yang diperoleh pun tidak bisa melebihi
25%. Panas yang dihasilkan dari suatu proses metabolisme terutama akibat vistositas
tubuh, friksi yang terjadi di dalam pembuluh darah, serta gerakan antara tendon dan
sendi.
Zat-zat gizi utama yang mengalami pencernaan adalah karbohidrat, lemak, dan
protein, dan hidrogen. Bentuk molekul karbohidrat yang paling sederhanaterdiri atas
satu molekul gula sederhan yang disebut monosakarida,misalnya glukos, fruktosa,
dan galaktosa. Rangkaian dua monosakarida disebut disakarida,sedangkan rantai
panjang yang tersusun dari molekul gula disebut polisakarida,misalnya glikogen,pati
pada tumbuhan, dan selulosa. Untuk setiap gram karbohidrat, dapat menghasilkan
energi sekitar 4,2 kkal (1 kalori = 4,2 joule =energi yang di butuhkan untuk menaikan
suhu sebesar 1˚C untuk 1 gram air).
Lemak sebagai gizi juga merupakan salah satu sumber energi untuk kerja,dari
setiap gram lemak dapat dihasilakan 9.5 kkal energi. Funsi lain lemak adalah sebagai
media transfortasi vitamin A, D, E dan K. Salah satu bentuk lemak yaitu
trigliserida,merupakan molekul ester yang terdiri atas satu inti gliserol dan tiga asam
lemak. Trigliserida adalah penyusun utama minyak nabati (tak jenuh,lebih cair) dan
lemak hewani( jenuh, lebih padat). Melalui pengaturan oleh hati, lemak disimpan
untuk cadangan energi. Lemak akan disimpan di bawah kulit (sebagai insulator) atau
sebagai ruang penyangga organ organ vital, seperti jantung, hati,otak, dan lain-lain.
Setiap gram potein dapat iubah menjadi energi sekitar 4.5 kkal. Manfaat utama
protein adalah untuk membangun sel-sel tubuh, serta sebagai komponen utama enzim
(sebagai katalis dalam mengontrol reaksi kimia ), hemoglobin antibodi,dan hormon.
Disamping zat-zat gizi di atas , alkohol juga dapat menyuplai energi sebesar 7 kkal.
Pada saat awal otot bekerja, energi yang digunakn berasal dari adenosin
trifosfat (ATP),yang tersimpan di mitokondria dan hanya tersedia beberapa detik saja.
Ketika energi diperlukan, ATP akan segera di pecah melalui reaksi hidrolisis
sehingga ikatan fosfat nya terlepas dan terbentuk ADP (Adnosin Difosfat). Proses ini
hanya dapat berlangsung selama 10 detik selain itu cadangan kreatin fosfat juga
relatif sangat terbatas (Bridger et al., 2008). Untuk keberlangsung kerja otot ATP
harus selalu tersedia,sehingga diperlukan sumber energi lain(glukosa, glikogen, dan
lemak) dari metabolisme, yang digunakan untuk membentuk ATP secara
berkesinambungan dengan memanfaatkan oksigen. Proses ini dinamakan
metabolisme aerobik,yang ditandai dengan adanya penggunaan oksigen.
Terdapat saat-saat ketika oksigen tidak tersedia saat energi dibutuhkan, seperti
pada awal kerja otot atau pada saat intensitas kerja fisik sudah berlebihan. Untuk
mengatasi ini,energi diperoleh dari konversi glukosa dan glikogen menjadi ATP tanpa
bantuan oksigen (anaerobik). Proses ini berlangsung relatif cepat (2.5 kali lebih cepat
dari proses aerobik),namun hanya dapat bertahan selama sekitar satu menit untuk
kerja otot maksimal (Bridge et al., 2008). Untuk intensitas tertentu, bisa jadi
penumpukan sisa metabolisme terus terjadi,bahkan setelah kerja fisik berakhir. Dalam
keadaan ini,tingkat kebutuhan oksigen di awal masa istirahat menjadi cukup
tinggi,agar proses pembuangan sisa metabolisme yang belum terbuang saat kerja
dapat diteruskan. Fenomena ini dikenal sebagai oxygen debt (lihat gambar 4.1).
tingginya kebutuhan oksigen disaat kerja berakhir juga diperlukan untuk menyiapkan
cadangan energy, karena proses ini tidak dapat dilakukan saat beristirahat.
Gambar 4.1 kebutuhan oksigen pada saat kerja maupun sesudah kerja
Selama kerja otot tidak berlebihan, kebutuhan energi umumnya akan relatif
rendah dan proses pertumbuhan ATP dapat berlangsung terus-menerus secara aerobik
(dengan bantuan oksigen). Apabila terdapat sisa metabolisme, oksigen yang tersedia
(saat beristirahat) dapat secara cepat membantu proses resintesis sisa metabolisme
tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa kerja otot hanya dapat berlangsung secara
terus-menerus bila energi cukup tersedia melalui proses metabolisme yang efisien.
Dalam hal ini, ketersediaan oksigen dalam jumlah yang memadai menjadi faktor
penting. Implikasinya pekerjaan sebaiknya bersifat dinamis, dirancang dengan
intensitas rendah dan dilakukan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
kerja berintensitas tinggi walaupun dilakukan dalam waktu yang cukup singkat.
Salah satu isi penting dalam fisiologi kerja adalah pemahaman mengenai
kapasitas fisik seseorang pada saat bekerja. Dengan pemahaman ini, para praktisi
ergonomi dapat mengevaluasi berat-ringannya beban fisik yang dialami seseorang
saat bekerja, serta menentukan langkah-langkah kerja, kapasitas kerja fisik dapat
diartikan sebagai kemampuan maksimal tubuh dalam menghasilkan energi dan
merupakan fungsi dari ketersediaan zat-zat gizi serta kemampuan tubuh dalam
memperoleh oksigen. Besarnya energi yang dibutuhkan pada saat kerja merupakan
jumlah dari energi basal (basal metabolic rate), energi yang diperlukan sekadar untuk
hidup, dan energi yang dibutuhkan ketika tengah melakukan pekerjaaan tersebut.
Peran ergonomi adalah memastikan bahwa energi (metabolic cost) yang dibutuhkan
saat seseorang bekerja dalam kapasitas fisiologi individu tersebut.
Sejumlah penelitian yang mengukur VO2 maks telah dilakukan pada berbagai
populasi. Untuk pekerja di Amerika Serikat, NIOSH pada 1981 melaporkan data
VO2 maks (untuk persentil 50) sebesar 63 kJ/menit atau sekitar 3,2 I/menit untuk
pekerja pria dan 44 kJ/menit atau sekitar 2,2 I/menit untuk pekerja wanita. Data untuk
persentil5 adalah 52,3 kJ/menit (pria) dan 33,5 kJ/menit (wanita).
Di indonesia sendiri, penelitian serupa telah dilakukan untuk populasi
mahasiswa, anggota TNI, dan pekerja industri. Pada 2007, Widyasmara dan
Rakhmaniar melaporkan data VO2 maks sebesar 2,6 I/menit untuk mahasiswa dan
1,8 I/menit untuk mahasiswi. Untuk anggota TNI, Yadi (2009) melaporkan data VO2
maks sebesar 4,5 I/menit untuk pekerja industri, Yuliani (2010) melaporkan data VO2
maks sebesar 3,4 I/menit untuk pekerja pria dan 2,3 I/menit untuk pekerja wanita.
Pada penelitiannya, Yuliani menggunakan responden pekerja pria dan wanita, dimana
para pekerja tersebut merupakan pekerja industri yang mempunyai pengalaman
bekerja minimal satu tahun pada bagian produksi (dimana pada bagian ini pekerja
banyak melakukan aktivitas fisik), memiliki riwayat kesehatan yang baik, tidak
merokok dan meminum alkohol, pada rentang usia 25 tahun sampai 45 tahun, dengan
jumlah sampel masing-masing sebanyak 30 pekerja. Prosedur penelitian yang
digunakan merupakan modifikasi prosedur yang digunakan dalam penelitian Keytel
et al. (2005) beberapa penelitian yang dilakukan diindonesia terangkum pada tabel
4.1.
Penelitian yuliani terdiri atas 2 tahap, tahap pertama dilakukan untuk mengukur
kapasitas aerobik maksimmax al (VO2 maks) dengan menggunakan metode
maksimal test, yaitu setiap responden harus berlalri diatas treadmill dengan
mengerahkan seluruh tenaganya sampai mencapai kelelahan, dengan kecepatan awal
untuk responden pekerja pria adalah 7 km/jam dan responden wanita adalah 6
km/jam. Penelitian tahap kedua dilakukan untuk mengembangkan model persamaan
prediksi konsumsi oksigen (VO¬2) dan konsumsi oksigen relatif terhadap bobot
badan (VO¬2) bagi pekerja industri berdasarkan faktor fisiologis denyut jantung, usia
bobot badan dan tinggi badan, dengan menggunakan metode submaksimal test.
Responden berlari diatas treadmill pada kecepatan 25%, 50% dan 75% dari kecepatan
maksimal yang dicapai pada penelitian tahap pertama, masing-masing dilakukan
selama lima menit tanpa istirahat. Kecepatan ini diasumsikan merupakan
pembebanan ringan, sedang dan berat. Untuk merekan, menganalisis dan
menampilkan hasil gas (O2 dan CO2), serta mendeteksi dan menampilkan denyut
jantung selama penelitian berlangsung (secara real time) digunakan metabolianalyzer.
Bobot badan juga dapat mempengaruhi nilai VO2 maks, namun ini lebih
disebabkan oleh proporsi lemak yang berlebihan. Latihan fisik secara benar dapat
juga meningkatkan VO2 maks. Job training bukan saja bermanfaat dalam
meningkatkan kapasitas kerja, namun dapat pula meningkatkan output kerja kekuatan
otot, serta mengurangi potensi cedera. Perokok pada umumnya memiliki VO2 yang
lebih rendah daripada yang bukan perokok. Karbon dioksida yang ada pada asap
rokok mengikat hemoglobin jauh lebih lebih kuat (200 kali) dibandingkan dengan
oksigen. Dengan demikian, untuk perokok, kemampuan darah untuk mengalirkan
oksigen menjadi lebih rendah dan berdampak pada VO2 maks yang lebih kecil.
Faktor-faktor lain yang juga dapat memengaruhi kapasitas kerja antara lain:
kebisingan, iklim, kwringgian serta penggunaan pakaian pelindungan diri. Secara
lebih lengkap, Astrand et al. (2003) menuliskan faktor-faktor yang memengaruhi
kapasitas kerja fisik seseorang (Gambar 4.4).
Faktor Somatik Adaptasi Nutrisi Tembakau, Faktor Psikis
Jenis kelamin dan usia pelatihan Alkohol, Sikap
Dimensi tubuh Kafein, dll Motivasi
Kesehatan
Proses Menghasilkan
energi
Proses Menghasilkan
energi
Gambar 4.4 Faktor –faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja fisik (Astrand,
2003)
Nilai VO2 maks yang dimiliki oleh seorang pekerja juga merupakan indikator
dari tingkat kebugaran pekerja yang bersangkutan. Bagi seorang dokter, kebugaran
dapat diartikan sebagai fisik seseorang yang tidak memiliki penyakit. Dalam
konteks kerja, kebugaran merupakan kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas
fisik secar terus-menerus tanpa kelelahan yang berarti. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa berbagi upaya di perusahaan untuk meningkatkan VO2 maks
pekerja merupakan suatu kontribusi positif bagi pekerja. Senam secara teratur,
larangan merokok, serta keikutsertaan dalam aktivitas-aktivitas fisik lainnya
(olahraga, berenang, mendaki gunung, dan lain-lain), merupakan hal-hal positif yang
harus didorong oleh pimpinan perusahaan.
Untuk pekerjaan dengan aktivitas fisik yang cendrung tidak statis, evaluasi
beban kerja dapat dilakukan dengan menghitung besarnya energi yang dibutuhkan
(energy cost) saat bekerja, kemudian dievaluasi dengan mengacu pada sejumlah
panduan (tabel) yang ada. Namun pendekatan yang lebih tepat adalah dengan
membandingkan energi yang dibutuhkan, Evaluasi beban kerja dapat dilakukan
dengan pengukuran langsung dan tidak langsung, pengukuran langsung dilakukan
dengan menggunakan calorimetric chamber, sedangkan pengukuran tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengukur konsumsi oksigen per menit yang
mempersentasikan proses metabolisme, dapat pula dengan mengukur denyut jantung
yang sebenarnya berhubungan linear dengan konsumsi oksigen. Pada prinsipnya,
evaluasi ergonomi dilakukan untuk memastikan bahwa beban kerja tidak melebihi
batas kemampuan yang dimiliki oleh seorang pekerja.
Besarnya beban fisiologis seorang pekerja dapat pula dievaluasi dengan cara
mengukur konsumsi oksigen saat pekerja yang bersangkutan tengah melakukan
pekerjaannya, kemudian membandingkannya dengan VO2 maks pekerja tersebut
dengan menggunakan contoh diatas, energi yang diperlukan seorang pekerja pria saat
melakukan pekerjaan permesinan adalah sebesar 0,6 kkal/menit. Bila VO2 maks
pekerja tersebut adalah 3,0 liter/menit, maka beban untuk pekerja trsebut adalah 20%.
Jika pekerjaan tersebut dilakukan oleh wanita yang memiliki VO2 maks sebesar 2,0
liter/menit, maka bsar beban fisiologis menjadi sebesar 30%. Jelas bahwa metabolic
cost pekerja wanita ini lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja pria, walaupun
pekerjaan yang dilakukan oleh keduanya adalah pekerjaan yang persis sama.
dengan,
VO2 = konsumsi oksigen (liter/menit)
HR = Denyut jantung (denyut/menit)
A = Usia (tahun)
W = Bobot badan (kg)
Evaluasi beban fisiologis yang dialami oleh seorang pekerja dapat pula
dilakukan dengan mengukur denyut jantung. Pendekatan ini dapat dilakukan
mengingat bahwa semakin berat kerja fisik seseorang,semakin berat pula kerja
jantung,yang diindiksikan oleh kenaikan jantung.
HR maks- HR rest
dengan,
HRR = heart rate range
HRkerja = denyut jantung diukur saat bekerja
HRrest = denyut jantung diukur saat istirahat (diukur setelah istirahat pada
posisi berbaring selama 20 menit)
HRmaks = denyut jantung maksimal
Untuk pekerja yang melakukan aktivitasnya selama 8 jam berturut-turut, nilai
HRR rata-rata yang disarankan ialah tidak melebihi 33% (Chengalur et
al,2004).Idealnya.evaluasi beban kerja dengan menggunakan HRR maupun konsumsi
oksigen akan memberikan hasil yang sama.Namun,denyut jantung dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh aspek-aspek yang tidak berhubungan langsung dengan
pekerjaan,misalnya beban mental atau panas lingkungan langsung dengan pekerjaan,
misalnya beban mental atau pans lingkunagn. Perbedaan antara HRR dan %VO 2
maks dapat dimanffatkan sebagai indikator beban tambahan yang disebabkan oleh
faktor-faktor tersebut. Sebagai contoh, evaluasi terhadap pekerjaan seorang supir truk
menunujkksn nilai HRR sebesar 40% dengan konsumsi oksigen sebesar 30% VO 2
maks. Data ini menujukkan bahwa 25% peningkatan denyut jantung terkait erat
dengan stress yang diperoleh dari hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan
aktivitas fisik (misalnya konsentrasi saat mengendarai truk).
Besarnya energi yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan dapat diukur dengan
memperhitungkan denyut jantung dan faktor demografi. Kemalakannan (2007)
menyatakan model persamaan untuk menghitung beban kerja seperti berikut.
dengan:
A : umur (tahun)
G : jenis kelamin ( m = 0, f = 1)
dengan,
PERSAMAAN
Keytel (2005) EE = -20,4022 + (0,4472 HR) – (0,1263 w) + (0,074 A)
EE = pengeluaran energi
HR = denyut jantung (denyut/menit)
w = bobot badan (kg)
A = usia (tahun)
Rakhmaniar (2007) Y = 0,014 HR + 0,017 w – 1,706
Y = konsumsi oksigen (liter/menit)
HR = denyut jantung (denyut/menit)
w = bobot badan (kg)
Kamalaknnan et al. MWR = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.50 A – 7.47 RHR +
(2007) 67.8 G
MWR = metabolic work rate (W)
HR = denyut jantung bekerja (denyut/menit)
HT = tinggi badan (inci)
A = usia (tahun)
RHR = denyut jantung beristirahat (denyut/menit)\
G = 1 untuk wanita, 0 untuk pria
Saat tubuh bekerja lebih keras, sejumlah respons fisiologis akan segera
bersama-sama meningkat, termasuk denyut jantung maupun konsumsi oksigen. Hal
ini dapat dipahami mengingat bahwa kerja yang lebih keras membutuhkan lebih
banyak energi. Energi ini dapat disediakan apabila oksigen (dan nutrisi) untuk proses
metabolisme tersedia dalam jumlah yang cukup.
Borg pada 1960 mengembangkan suatu skala yang disebut sebagai RPE
(rating of perceived exertion), yang dapat digunakan untuk menilai seberapa besar
usaha yang diusaha yang dikeluarkan oleh seseorang dalam melakukan suatu aktivitas
tertentu. Skala ini terdiri tas sejumlah angka (antara 6 - 20), yang mempresentasikan
besarnya usaha kerja. Angka-angka pada skala ini bila dikalikan dengan 10, akan
mencerminkan denyut jantung per menit. Skala ini kemudia diperbaiki dengan
rentang nilai antara 0 – 10 (atau lebih) dan diakui bersifat sebagai skala rasio (Borg,
1990). Skala ini dapat pula digunakan oleh pekerja dalam menilai tingkat
ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang muncul karena usaha fisik yang dibutuhkan
untuk melakukan suatu pekerjaan
Skala Deksripsi
6 Tidak ada usaha sama sekali
7.5 Amat sagat ringan
9 Sangat ringan
11 Ringan
13 Agak berat
15 Berat
17 Sangat berat
19 Amat sangat besar
20 Usaha maksimal
Skala Deskripsi
0 Tidak ada usaha sama sekali
0.5 Amat sangat lemah
1 Sangat lemah
3 Moderat
5 Kuat
7 Sangat kuat
10 Amat sangat kuat
Dalam praktiknya, skala Borg ini dapat digubnakan untuk menilai upaya fisik
yang bersifat keseluruhan (whole body), ataupun intensitas atau ketidaknyaman yang
bersifat local (bagian tubuh tertentu). Skala ini telah digunakan dibanyak penelitian
yang mengevaluasi beban kerja fisik. Namun, penggunaan skala ini sebagai satu-
satunya indikator beban kerja tidaklah disarankan. Disamping itu, perlu diperhatikan
bahwa penggunaan bahsa Inggris pada skala tersebut mungkin tidak sepenuhnya
dapat dipahami oleh pekerja Indinesia, sehingga tentunya dapat menghasilkan
informasi yang bersifat biasa.
2.5 Intervensi
Setelah memahami bagaimana beban kerja dapat dievaluasi dari sudut pandang
fisiologi, langkah berikutnya adalah memastikan bahwa suatu pekerjaan tidak
membutuhkan energi yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai melalui perancangan
ulang atas sistem kerja yang bersangkutan serta pengaturan pekerja yang lebih
bersifat administratif, misalnya jadwal istirahat kerja, kerja sama pegawai,
pengawasan kelelahan selama kerja, dan seleksi kerja. Sebagai contoh, pekerjaan
yang dilakukan seara berulang-ulang dalam posisi mebungku mungkin
membutuhkan energi lebih besar bila dibandingkan dengan posisi kerja berdiri. Agar
posisi kerja berdiri dapat terpenuhi, metode dan peralatan kerja perlu didesain ulang,
sehingga objek kerja berada pada ketinggian yang diinginkan.
R = w(b – s)
b – 0,3
dengan,
s = batas antara nergi yang boleh dikeluarkan (kkal/menit) untuk kerja delapan
jam berturut-turut
2.6 Studi Kasus: Evaluasi Beban Kerja Fisiologi dan Estimasi Kebutuhan
Energi Harian Pekerja Wanita
Studi kasus ini diambil dari penelitian Amalia (2011). Evaluasi beban kerja
diperluka dalam merancang atau memperbaiki sistem kerja yang telah ada. Penilaian
beban kerja dilakukan secara subjektif dan objektif, sedangkan untuk penilaian
objektif menggunakna indikator denyut nadi dan konsumsi oksigen. Penelitian ini
juga dilakukan untuk menentukan total kebutuhan energi yang diperlukan oleh oara
pekerja tersebut.
Responden dalam penelitian ini adalah pekerja wanita di industry tekstil dengan
rentang usia 20 – 40 tahun, dan terdiri dari 3 bagian berbeda, yaitu loam, pallet, dan
cucuk (masing-masing bagian tersusun dari 10 responden). Pengukuran, objektif,
pengukuran denyut nadi dilakukan pada titik waktu tertentu, yaitu beberpa menit
sebelum bekerja, 30 menit setelah mulia bekerja, 15 menit setelah selesai istirahat, 30
menit sebelum jam kerja selesai dan 30 menit setelah selesai bekerja.
Hasil yang didapatkan, rata-rata denyut nadi responden saat kerja untuk
aktivitas operator loam, pallet, dan cucuk berturut-turut adalah 97,13 ±5,62 bpm,
89,40±5,47 bpm, dan 89,93±5,67 bpm. Berdasrakan criteria berat ringannya suatu
pekerjaan, dapat dikatakan, operator loam masuk ke dalam pekerjaan sedang (medium
work), sedangkan untuk pekerjaan operator pallet dan operator cucuk termasuk
dalam kategori pekerjaan ringan (light work). Sebagian besar pekerja memiliki
%HRR<24,5%, hal ini menjukkan bahwa apabila pekerjaan tersebut dilakukan
selama delapan jamm maka tidak akan menimbulkan kelelahan perkejanya.
Hasil estimasi nilai konsumsi oksigen relatif untuk pekerjaan operator loa
adalah sekitar 17,22%, operator pallet sekitar 15,83%, opearaotr cucuk sekitar 25%.
Nilai rata-rata konsumsi oksigen relatif pada seiap pekerjaan masih berada dalam
batas yang direkomendasikan, yaitu tidak melebihi angka 25%. Sehingga aktivitas
kerja tersebut dapat dilakukan selama delapan jam kerja tanoa menimbulkan klelahan
fisiologis secara subjektif maupun objektif.
STUDI KASUS
Hand Grip
No Nama
Sebelum Sesudah
1 Gina A. 18 17,3
2 Puput P. 13,8 11,9
3 Rizki A. R. 33,3 31
4 Alfian K. 36,6 34,6
Dari data yang telah diperoleh, berikut ini adalah pengolahan data yang dikalakukan
dalam perhitungan fisiologi untuk indentifikasi tipe kelelahan operator.
Rata-rata Rata-rata
no Nama Rata-rata Umur
Berat Badan Tinggi Bada
1 Gina A. 66,95 162,625 18,5
2 Puput P. 66,95 162,625 18,5
3 Rizki A. R. 66,95 162,625 18,5
4 Alfian K. 66,95 162,625 18,5
Contoh perhitungan :
56,8+91,7+68,5+50,8
=
4
= 66,95
Cara perhitungan:
Sebelum+ Sesudah
Rata-rata Gina A. =
2
94+ 88
= = 91
2
rata=rata Gina+ Rata−rata Puput
Rata-rata Wanita =
2
91+81
= = 87
2
3. Denyut nadi bekerja
a. Pembebanan pertama (2,5 kg wanita dan 5 kg pria)
Tabel 3.8 Data Denyut Nadi Pertama
1 Gina A. 72 74 73
66
2 Puput P. 60 57 58,5
3 Rizki A. R. 70 78 74
73
4 Alfian K. 78 65 71,5
Contoh perhitungan :
menit ke−3+ menit ke−6
Ratarata Alfia K. =
2
78+65
= = 73
2
rata−rata Rizki+ rata−rata Alfian
Rata-rata Pria =
2
81+81
= = 87
2
1 Gina A. 82 79 80,5
71
2 Puput P. 62 61 61,5
3 Rizki A. R. 8 87 85,5
81
4 Alfian K. 79 80 79,5
Contoh Perhitungan:
menit ke−9+menit ke−12
Rata-rata Puput P. =
2
62+ 61
= = 61,5
2
Rata−rata Gina+rata−rata Puput
Rata-rata Wanita =
2
80,5+61,5
= = 71
2
c. Rata-rata denyut nadi bekerja
Tabel 3.10 Data Denyu Nadi Bekerja
Contoh Perhitungan :
pembeban ke−1+ pembebanke−2
Rata-rata Rizki A. R. =
2
74+85,5
= = 79,75
2
rata−rata Rizki+ rat a−rata Alfian
Rata-rata Pria =
2
79,75+ 75,5
= = 78
2
Contoh Perhitungan:
a. Operator Pria
denyut sebelum kegiatan+denyut sesudah kegiatan
HRistirahat =
2
84+112
= = 98 denyut/menit
2
VO2 istirahat = 0,019HR – 0,024h + 0,016w + 0,045α +1,15
= 0,019 (98) – 0,024 (157) + 0,016 (68,5) + 0,045 (18) +1,15
= 1,15 liter/menit
Ei = 1,15 x 5 kkalmenit = 5,75 kkal/menit
denyur menit ke−3+ ke−6+ ke−9+ke−12
HRaktivitas =
4
70+78+84+ 87
= = 79,5 denyut/menit
4
Et = 0,083 x 5 kkal/menit = -1,734 kkal/menit
KE = Et – Eu
= 4,016 – 5,75 = -1,734 kkal/menit
= 0,693 liter/menit
Et = 0,693 x 5 kkal/menit = 3,4645 kkal/menit
KE = Et –Ei
Contoh Perhitungan :
a. Pria
VO2istirahat = 0,019HR – 0,024h + 0,016w +0,045α + 1,15
= 0,019(83) – 0,024(162) + 0,016(59,65) + 0,045(18,5) + 1,15
= 0,63 liter/menit
b. Wanita
VO2istirahat = 0,014HR + 0,017w – 1,706
= 0,014(87) + 0,017(73,24) – 1,706
= 0,77 liter/menit
VO2 VO2
No Operator KE Rata-rata
Istirahat Aktivitas
Contoh Perhitungan:
KE pria+ KE wanita
Ei = 0,63 x 5 = 3,13 Rata-rata =
2
−0,95+−1,47
Et = 0,44 x 5 = 2,18 =
2
KE = Et – Ei = -0,95 kkal/menit = -1,21 kkal/menit
2 Wanita 87 66 -22,222
Contoh Perhitungan :
%CVL = 100 x ¿ ¿
100 x (73−83)
= = -8439
201,5−83
−8,439+−22,222
=
2
= -15,3
3.2.3 Grafik Skala
3.2
Gambar 3.4 Grafik Tekanan Darah Sistolik