Anda di halaman 1dari 38

MODUL OSCIE

(Objective Structured Competent in Islamic-values Examination )


KOMPETENSI PRAKTIK KEISLAMAN

UNIVERSITAS AISYIYAH (UNISA) YOGYAKARTA

Penyusun
Iwan Setiawan M.S.I.

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)


UNISA Yogyakarta
2021

1
MODUL OSCIE
(Objective Structured Competent in Islamic-values Examination )
KOMPETENSI PRAKTIK KEISLAMAN

Penulis:
Iwan Setiawan

Editor:
Iwan Setiawan

Perancang Sampul:
Danang KC

Penata Letak:
Gunardi KC

Cet 1 Maret 2021

Penerbit:
LPPI UNISA Yogyakarta
ISBN: 978-623-95902-4-6

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa seijin tertulis dari penerbit

2
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL OSCIE

Ketua LPPI Koordinator AIK

Dr Islamiyatur Rohmah Iwan Setiawan,M.S.I.

3
KATA PENGANTAR
WAKIL REKTOR III UNISA YOGYAKARTA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT, pada


tahun ini LPPI UNISA Yogyakarta dapat menyelesaikan buku modul OSCIE sehingga dapat
digunakan mahasiswa dan mahasiswi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Buku modul ini berguna untuk memperkuat dasar Profesional Qurani. Diharapkan
mahasiswa mampu mempraktikkan dasar keislaman kita. Sehingga dapat menjadi pembekalan
dirinya dengan keilmuan untuk di kemudian hari mampu menjadi alumni yang profesional
dalam melaksanakan tugasnya. Amien.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Maret 2021

Dr. Mufdlila M.Sc

4
DAFTAR ISI

Pengesahan……………………………………………………………………….. 3
Kata Pengantar ....................................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................................ 5
Pengantar OSCIE…………………………………………………………………. 6
I. Thoharoh……………………………………................................................. 8
II. Sholat……………………………………………………………………….. 18
III. Memandikan, Mengafani dan Mensholatkan……………………………… 27
IV. Doa-Doa Harian…………………………………………………………….. 34
Lampiran…………………………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 37

5
PENGANTAR OSCIE

Pengertian
OSCIE kepanjangannya adalah Objective Structured Competent in Islamic Values
Examination (Ujian Kompetensi Pengamalan Keislaman). Tujuan dari OSCIE adalah untuk
mengevaluasi sejauh mana internalisasi nilai-nilai keislaman mahasiswa selama mengikuti
perkuliahan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. OSCIE adalah suatu metode untuk menguji
kompetensi pengamalan keislaman secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran
station dengan waktu tertentu. Objektif karena semua mahasiswa diuji dengan ujian yang sama.
Terstruktur karena yang diuji keterampilan keislaman tertentu dengan menggunakan lembar
penilaian tertentu.

Prosedur
Selama ujian peserta berkeliling melalui beberapa stasiun yang berurutan. Pada masing-‐
masing stasiun ada suatu tugas atau soal yang harus dilakukan/ demonstrasikan atau pertanyaan
yang harus dijawab. Peserta akan diuji oleh penguji. Pada beberapa stasiun peserta juga dapat
diuji mengenai ketrampilan keislaman serta menjawab pertanyaan lisan. Setiap stasiun dibuat
seperti kondisi ketrampilan keislaman yang mendekati senyata mungkin. Dalam OSCIE
penilaian berdasar pada keputusan yang sifatnya menyeluruh dari berbagai komponen
kompetensi. Setiap stasiun mempunyai materi uji yang spesifik. Semua peserta diuji terhadap
materi ketrampilana keislaman yang sama. Lamanya waktu untuk masing-‐masing stasiun
terbatas.
OSCIE diselenggarakan bagi mahasiswa tingkat akhir Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
dengan tujuan untuk :
1. Mengevaluasi praktik Ibadah Mahasiswa.
2. Mengetahui pemahaman ke’Aisyiyahan dan Kemuhammadiyahan mahasiswa

OSCIE memiliki standar dan prosedur dalam prosesnya. Pada dasarnya, tahapannya
sederhana. Yaitu pendaftaran, ujian, dan pengumuman kelulusan. Tetapi, kesulitannya jauh
lebih tinggi dari pada proses mengikutinya. Seperti yang dikatakan di awal, ujian ini bersifat
6
terstruktur dan obyektif. Dianggap terstruktur, sebab ujian ini menitikberatkan pada
kemampuan praktik peserta. Disebut obyektif karena semua peserta mendapatkan materi ujian
dan penilaian yang sama. Proses ujiannya pun menggambarkan kemampuan siswa dalam
mempraktikkan ketrampilan keislaman yang nantinya akan dihadapi oleh peserta. Setiap
mahasiswa akan melaksanakan 6 stase ujian OSCIE.

Konten

Akan disediakan 4 stase ujian, dengan uji kompetensi yang berbeda-beda. Semua peserta
harus melakukan apa yang diperintahkan di masing-masing stase. Sebelum memasuki stase,
peserta harus membaca terlebih dahulu soal ujian yang sudah dibagikan ke mahasiswa. Dalam
prosesnya, peserta akan diawasi oleh sejumlah penguji. Para penguji itu yang nantinya akan
memberi penilaian secara obyektif, tentang performa peserta dalam melakukan ujian. Ujian
OSCIE adalah hal yang harus dihadapi, bukan opsional. Setiap stase waktunya 8 menit. 6 ujian
ini sbb:
Stase 1: Thoharoh
Stase 2: Sholat
Stase 3: Memandikan, Mengkafani dan Mensolatkan
Stase 4: Doa-Doa Harian.

Prosedur OSCIE DIMASA PANDEMI Covid-19 ( via ONLINE)

1. Setiap mahasiswa akan menempuh ujian jarak jauh


2. Mahasiswa akan menempuh 4 ujian ketrampilan dengan 1 dosen penguji.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk ujian 4 ujian ketrampilan sekitar 30 menit.
4. 4 ujian ketrampilan adalah : Hafalan Juz Amma dan Doa, Thoharoh, Sholat dan
Kultum/Khotbah Jumat.
5. Setiap kelompok WAJIB membuat WAG (WA Group) dengan anggota mahasiswa
yang akan ikut ujian. Dosen penguji dimasukkan di WAG.
Contoh WAG: PERAWAT_PAK IWAN

6. Ujian dengan VIDEO CALL. Mahasiswa menelpon DOSEN.


7. Sebelum jam UJIAN, mahasiswa menghubung dosen penguji. Dengan WA ke dosen
penguji.
Contoh WA:

saya Ahmad Arsuka NIM 000000000


ujian OSCIE dari Jam 08.00 sd 08.30 WIB
ijin untuk VIDEO CAL
Setelah dosen memberi ijin baru ditelpon.

8. Saat ujian OSCIE Mahasiswa memakai pakaian yang rapi, perempuan berjilabab syar’i,
laki-laki memakai celana panjang, hem dan rapi.
9. Siapkan ruangan yang jauh dari keramaian, sajadah, Al-Quran dan penerangan yang
terang. Pastikan baterai terisi dan jaringan bagus.
10. Saat praktik Sholat, posisi menghadap kamera.
11. Saat Ujian Ketramopilan Hafalan, posisi mata tertutup/merem.

7
BAB I
THOHAROH

Keterangan:
3 Melakukan dengan sempurna
2 Melakukan kesalahan <50%
1 Melakukan kesalahan >50%
0 Tidak dilakukan

Wudhu
Perbedaan antara najis dengan hadats adalah najis lebih bersifat fisik (dhahir) dan cara
membersihkannya dengan cara sebagaimana disebutkan di atas. Sedangkan hadats lebih
bersifat kotoran batin dan cara menyucikannya harus dengan wudlu, mandi dan tayamum
(Pengganti wudlu dan mandi). Wudlu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi untuk
menghilangkan hadats besar dan tayamum untuk mengilangkan hadats kecil jika berhalangan
berwudlu serta tayamum untuk menghilangkan hadats besar jika tidak memungkinkan untuk
mandi.
Wudlu berasal dari kata wadla’a yang artinya bersih. Maka secara bahasa wudlu adalah
ista’mala al-maa’fii a’dla’in makhsushatin (menggunakan air untuk membersihkan anggota
tubuh tertentu). Sedangkan secara istilah adalah bersuci dengan menggunakan air suci untuk
empat anggota badan (muka, dua tangan, kepala dan dua kaki) berdasarkan aturan yang telah
ditentukan. Adapun membasuh dua telinga hanya bersifat anjuran (sunnah). Wudlu dikerjakan
setiap hari oleh setiap muslim karena ia menjadi syarat sahnya shalat.
Dalil tentang wajibnya wudlu terdapat dalam Q.S. Al-Ma’idah/5: 6:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kakimu sampai mata kaki”.(Q.S Al-Maidah 5:6)
Demikian pula hadist Nabi saw.:
“Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats sampai ia berwudlu.” (HR.
Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)
Tata Cara Wudhu
Yang dimaksud dengan rukun atau fardhu wudlu di sini adalah sesuatu yang wajib
dikerjakan dalam berwudlu. Rukun wudlu ini didasarkan pada nash Al-Qur’an surat Al-
Maidah/5: 6 yang menyebutkan empat anggota wudlu yang wajib dibasuh dalam berwudlu.
Oleh karena niat sebagai penentu diterima-tidaknya sebuah amalan dan sunnah Nabi saw yang
senantiasa berwudlu secara tertib, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa niat dan tertib
termasuk dalam rukun wudlu. Tetapi ulama Hanafiyah mengatakan bahwa niat dan tertib itu
termasuk sunnat, sehingga rukun wudlu tetap empat sebagaimana petunjuk dzahir Q.S. al-
Maidah: 6. Terlepas dari perbedaan tersebut, yang jelas bahwa tidak ada perselisihan para
ulama tentang empat rukun wudlu ini, yaitu:
1. Membasuh wajah dengan perintah: Untuk jumlah basuhan dalam rukun wudlu masing-
masing cukup satu kali.
2. Membasuh kedua tangan sampai siku satu kali.
3. Mengusap kepala satu kali.
4. Membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki satu kali.
Rukun wudlu ini hanya menunjukkan anggota wudlu yang minimal wajib dibasuh,
khususnya ketika sangat sulit dan terbatasnya air untuk bersuci. Namun ketika tidak ada
kendala kesulitan atau keterbatasan air untuk bersuci maka disunnahkan untuk berwudlu sesuai
dengan tata cara berwudlu Nabi Muhammad saw secara lengkap.

8
Dalam hal ini, ada sebuah hadits tentang tata cara berwudlu yang diceritakan oleh
Humran maula (mantan budak) Usman.
“Bahwasannya Usman bin ‘Affan r.a. meminta tempat air lalu berwudlu. Maka (ia
mulai) membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya
sampai siku tiga kali, kemudian membasuh yang kiri seperti itu (pula). Lalu mengusap
kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai kedua mata kaki tiga kali, kemudian
kaki kirinya seperti itu (pula). Kemudian ia (Usman) berkata: Saya melihat Rasulullah SAW
berwudlu seperti wudluku ini.” (Muttafaq ‘alayh, dari Humran)
Dengan demikian tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasul saw adalah
sebagai berikut:
1. Niat berwudlu karena Allah semata dengan mengucapkan bismillah. (HR. Nasa’I dan
Ibn Khuzaimah).
2. Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jari-jemarinya. Hal ini karena beliau
pernah bersabda:
“Sempurnakanlah dalam berwudlu, sela-selailah di antara jemari …” (HR. Tirmidzi,
Nasa’i, Abu Daud)
Beliau juga mencontohkan cara membasuh anggota wudlu yakni dengan sedikit
menggosoknya (HR. Ahmad dan Abu Daud).
3. Berkumur-kumur secara sempurna sambil memasukkan air ke hidung kemudian
menyemburkannya sebanyak tiga kali, Abdullah bin Zaid ra menceritakan bahwa
setelah Nabi saw membasuh kedua tangannya:
“Lalu berkumur-kumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah, ia lakukan
seperti itu tiga kali.” (Muttafaq ‘alayh)
Tetapi anjuran untuk berkumur-kumur sampai ke dalam-dalam sebagaimana
lanjutan riwayat di atas (no.2) tidak berlaku bagi orang yang sedang berpuasa:
“dan sampaikan (ke dalam-dalam) pada saat mengisap air kecuali kamu sedang
berpuasa.” (HR. Tirmidzi, Nasa’I, Abu Daud, Ahmad dan Ibn Majah)
Untuk menjaga kebersihan dan keharuman mulut, Rasulullah saw menekankan untuk
bersikat gigi (siwak) dalam setiap berwudlu. (HR. al-Bukhari, al-Nasa’i, dan Ahmad).
4. Membasuh wajah tiga kali secara merata sambil mengucek ujung bagian dalam kedua
mata.
5. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri dengan cara yang
sama.
6. Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup satu kali. Kepala yang dimaksud
disini adalah tempat tumbuhnya rambut di kepala, bukan rambutnya itu sendiri dan
bukan hanya sebagian kepala.
7. Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki sambil menyela-nyelai jemari sebanyak
tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama (HR. Muttafaq’alayh, dari
Humran ra.)
8. Tertib sesuai dengan keumuman.
9. Setelah wudlu menghadap qiblat dan mengucapkan:
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad
itu hamba dan utusan-Nya” (H.R. Nasa’i, Ibn Majah, dari Umar ra. Setelah lafal illa-
llah boleh disipkan.H.R. Muslim dan Nasa’i)
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk berwudlu secara sempurna. Hal
ini pernah diceritakan oleh Umar bin Khatahtab dan Anas ra.:
“Bahwasannya seseorang datang kepada Nabi SAW, ia telah berwudlu tetapi dia
meninggalkan sebagian kecil telapak kakinya selebar kuku (dalam redaksi Ibn Majah:
tidak terkena air), maka bersabda Nabi SAW: Kembalilah dan sempurnakan
wudlumu!” (HR. Abu Daud, Ibn Majah dan Ahmad)

9
Bagi yang tidak cermat dalam berwudlu diancam dengan neraka Wayl
Hal-hal yang membatalkan Wudlu
Ada lima hal yang bias membatalkan wudlu, yaitu:
1. Keluarnya sesuatu dari dua lobang bawah yakni qubul (lobang depan atau kemaluan) dam
dubur (lobang belakang atau pantat), baik karena berhadats kecil maupun berhadats besar
(junub). Yang termasuk hadats kecil yakni berak, kencing, kentut, madzi,wadi dan
istihadlhah. Istihadlhah adalah darah yang keluar dari wanita secara terus menerus di luar
waktu kelaziman darah haid dan nifas. Biasanya warnanya kekuning-kuningan, dingin, cair
(tidak kental) dan yang pasti bukan darah haid. Menurut jumhur ulama bahwa wanita yang
istihadlah—berdasarkan riwayat al-Bukhari—wajib berwudlu untuk setiap kali shalat, dan
tidak wajib mandi kecuali cukup sekali saja, yakni ketika haidnya berhenti. Tetapi sebelum
berwudlu, ia harus mencuci lebih dahulu pada daerah istihadlhah sampai bersih.
2. Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring (terlentang). Bila dalam keadaan duduk, tidak
mengapa. Hal ini pernah diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik:
ْ ‫سلَّ َم يَ ْنت َِظ ُر ْونَ ْال ِعشَا َء اْالَ ِخ َرة َ َحتَّى ت‬
‫َـخ ِف ُق‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫اب َر‬ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫َكانَ أ‬
َّ ‫صلُّونَ َوالَ َيت ََو‬
َ‫ضئ ُ ْون‬ َ ُ‫س ُه ْم ث ُ َّم ي‬
ُ ‫ُر ُءو‬
“Suatu ketika para sahabat Rasulullah SAW menunggu waktu shalat Isya yang akhir
hingga kepala mereka terkantu-kantuk kemudian mereka shalat dan tidak berwudlu.”(HR.
Abu Daud dan Ahmad dari Anas dan Tirmidzi dari Syu’bah)
3. Menyentuh kemaluan tanpa alas atau pembatas. Menurut mayoritas ulama seperti
Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah bahwa menyentuh kemaluan termasuk membatalkan
wudlu. Dasarnya adalah hadist Nabi saw:
َ ‫ص ِل َحتَّى َيت ََوضَّأ‬
َ ُ‫س ذَ َك َرهُ فَالَ ي‬
َّ ‫َم ْن َم‬
“Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya maka janganlah ia shalat sampai ia
berwudlu.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud dan Ibn Majah, Malik dan Darimi,
dari Busrah binti Shafwan).

Adapun pendapat Hanafiyah bahwa menyentuh kemaluan tidak membatakan wudlu karena
didasarkan pada jawaban Rasulullah saw atas pertanyaan pada jawaban Rasulullah saw atas
pertanyaan seorang Badui bahwa “tidak (membatalkan), karena kemaluan itu bagian dari
kamu.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, dari Talq bin Ali), ternyata tidak tepat karena
sifatnya kasusitik. Nabi saw menjawab pertanyaan orang Badui tersebut, karena Nabi saw
tidak ingin orang-orang yang baru selesai berbaiat, mempunyai kesan pertama bahwa ajaran
Islam ternyata berat dan kaku. Inilah cara dakwah Nabi saw secara bertahap (tadarujj) yang
dimulai dari yang mudah-muda. Tetapi nanti setelah mereka menerima jaran Islam secara
mantap, barulah Nabi saw mengajarkan syari’at Islam secara lengkap.
4. Hilang akal, seperti gila, pingsan atau mabuk.
5. Bersetubuh. Menurut Ibn Abbas bahwa (“saling bersentuhan”) dalam QS. Al-Maidah/5:
6, secara bahasa berarti: bersetubuh. Pendapat inilah yang dipilih oleh ahli bahasa, ulama
Hanafiyah dan Muhammadiyah. Hal ini diperkuat oleh banyak riwayat yang menyatakan
bahwa Nabi saw pernah disentuh oleh istrinya saat sujud dalam shalat (HSR. Al-Nasa’i,
Ahmad, dari ‘Aisyah ra.) dan pernah juga mencium istrinya lalu shalat tanpa berwudlu lagi
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dari ‘Aisyah ra.).

10
Nilai
No Langkah-langkah
(0/1/2/3)
A WUDHU
1 Membaca “Bismillahirrahmanirrahim”
2 Niat yang ikhlas karena Allah Swt
3 Membasuh telapak tangan tiga kali (diawali dengan bagian kanan)
4 Berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya, dilakukan
sebanyak tiga kali. Apabila dalam keadaan puasa, tidak dianjurkan berlama-lama dalam
berkumur
5 Membasuh muka tiga kali (dengan menggosok sudut mata, melebihkan dan menggosok
muka dengan tangan sampai sela-sela jenggot)
6 Membasuh kedua tangan sampai ke siku dengan digosok tiga kali mulai dari tangan kanan
7 Mengusap kepala (dan di atas surban) dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung
muka kepala sampai tengkuk, dikembalikan pada permulaan, dilanjutkan mengusap kedua
telinga sebelah luar dengan dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk
8 Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki sebanyak tiga kali dan celah-celah jari kaki
dengan melebihkan membasuh keduanya mulai dari kaki kanan
9 Mengucapkan “Asyhadu alla ilaaha illallaah wahdahuu laa syariikalahu wa asyhadu
anna Muhammadan ‘abduhu wa-Rasuuluhu”

Link Youtube
Wudhu:
https://www.youtube.com/watch?v=iIzWvQDtp_8 ( Wudhu sesuai tuntunan Majelis Tarjih
Muhammadiyah)

MANDI BESAR

1. Kewajiban Mandi
Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) terdapat beberapa hal yang menyebabkan
seseorang wajib mandi. Mandi yang dimaksud ialah mandi besar bukan mandi
sebagaimana biasa kita lakukan sehari-hari.
a. Keluar air mani. Jika seseorang mengeluarkan air mani maka diwajibkan untuk mandi.
Dasarnya “dan jika kamu junub, maka bersuci (mandi)-lah kamu.” (Q.S Al Maidah 6
b. Bersetubuh. Jika seseorang bersetubuh maka wajib baginya untuk mandi. Dasar dari
penyimpulan demikian ialah dari Abu Hurairah;
‫علَ ْي ِه ْالغُ ْس ُل‬ َ ‫ش َع ِب َها ْاْل َ ْربَ ِع ث ُ َّم َج َه َدهَا فَقَ ْد َو َج‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ِإذَا َجل‬
ُ َ‫س بَيْن‬
"Apabila seorang laki-laki duduk di antara dua paha dan dua betis istrinya kemudian
menyetubuhinya, maka wajiblah mandi". (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu
Hurairah).
c. Selesai haid. Jika wanita selesai haid maka diwajibkan kepadanya untuk mandi.
Demikian pula setelah selesai nifas atau masa tertentu setelah melahirkan. Dasarnya
ialah Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 222
Dan janganlah kamu mendekati isteri (yang sedang haid) sehingga bersuci, dan
apabila sudah bersuci (mandi)..."
Hadits dari Aisyah r.a. bahwa Fatimah binti Abi Hubaisj "berair merah" (Istilah), lalu
menanyakan kepada Nabi SAW. maka beliau SAW. bersabda: "Itulah darah penyakit,
bukan haid, kalau kau berhaid maka tinggalkanlah shalat dan kalau kau sudah selesai
maka mandilah, lalu shalatlah".(Diriwayatkan oleh Bukhari).
2. Tata Cara Mandi
a. Membasuh kedua tangan. Mandi besar dimulai dengan menyuci kedua belah tangan,
Dasarnya ialah hadits Aisyah;

11
‫س َل ِم ْن ْال َجنَابَ ِة يَ ْب َدأ ُ فَيَ ْغ ِس ُل يَ َد ْي ِه‬
َ َ ‫سلَّ َم إِذَا ا ْغت‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َكانَ َر‬
‫ص َالةِ ث ُ َّم‬
َّ ‫ضو َءهُ ِلل‬ ُ ‫علَى ِش َما ِل ِه فَيَ ْغ ِس ُل فَ ْر َجهُ ث ُ َّم يَت ََوضَّأ ُ ُو‬ َ ‫غ بِيَ ِمينِ ِه‬ُ ‫ث ُ َّم يُ ْف ِر‬
َ ‫ش ْع ِر َحتَّى ِإذَا َرأَى أ َ ْن قَ ْد ا ْستَب َْرأ‬ َّ ‫صو ِل ال‬ ُ ُ ‫صا ِب َعهُ فِي أ‬ َ َ ‫يَأ ْ ُخذُ ْال َما َء فَيُ ْد ِخ ُل أ‬
‫س َل ِرجْ لَ ْي ِه‬ َ ‫س ِد ِه ث ُ َّم‬
َ ‫غ‬ َ ‫علَى‬
َ ‫سائِ ِر َج‬ َ ‫اض‬ َ َ‫ت ث ُ َّم أَف‬ ٍ ‫ث َحفَنَا‬ َ ‫علَى َرأْ ِس ِه ث َ َال‬ َ َ‫َحفَن‬
Bahwa Nabi SAW. itu kalau mandi karena junub, ia mulai membasuh kedua tangan,
kemudian menuangkan dengan kanannya pada kirinya, lalu mencuci kemaluannya, lalu
berwudlu sebagai wudlu untuk shalat, kemudian mengambil air dan memasukkan jari-
jarinya dipangkal rambutnya sehingga apabila ia merasa bahwa sudah merata, ia
siramkan air untuk kepalanya tiga tuangan lalu meratakan seluruh badannya kemudian
membasuh kedua kakinya. (H.R Bukhari dan Muslim).
b. Niat ikhlas. Bersama dengan membasuh kedua tangan berniatlah secara ikhlas karena
Allah. Dasarnya ialah hadist yang dipergunakan untuk sumber bagi dalil niat wudlu
sebagaimana telah dibahas.
‫ت‬ ِ ‫ِإنَّ َما اْْل َ ْع َما ُل ِب‬
ِ ‫النيَّا‬
“Sesungguhnya semua perkerjaan itu dengan niat”
c. Membasuh kemaluan. Setelah niat ikhlas maka tindakan berikutnya ialah membasuh
kemaluan dengan tangan kiri kemudian menggosok tangan dengan tanah atau gantinya.
Dasarnya ialah hadits Maimunah;
‫ب‬ َ ‫سلَهُ ِب ِش َما ِل ِه ث ُ َّم‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫علَى فَ ْر ِج ِه َو‬
َ ‫غ‬ َ ‫َاء ث ُ َّم أ َ ْف َر‬
َ ‫غ ِب ِه‬ ِ ْ ‫ث ُ َّم أ َ ْد َخ َل َي َدهُ ِفي‬
ِ ‫اْلن‬
َ ‫ض فَ َدلَ َك َها َد ْل ًكا‬
‫شدِيدًا‬ َ ‫بِ ِش َما ِل ِه ْاْل َ ْر‬
"Kemudian menuangkan air pada kemaluannya dan membasuhnya dengan tangan
kirinya, lalu digosokkan tangannya pada tanah". Dan dalam riwayat lain; maka ia
mengusap tangannya dengan tanah".(H.R Bukhari dan Muslim)
d. Berwudlu dan membasuh rambut. Segera setelah berwudlu ambillah air dengan tangan
dan masukkan jari-jari ke dalam rambut denan wewangian. Dasarnya ialah dua hadits
Aisyah;
"Jika Nabi SAW. mandi karena janabah, beliau minta suatu wadah (seumpamanya
ember) lalu mengambil air dengan telapak tangannya dan memulai dari sisi kepalanya
yang sebelah kanan lalu yang sebelah kiri, lalu mengambil air dengan kedua telapak
tangannya, maka ia membasuh kepalanya dengan keduanya. (H.R Bukhari dan Muslim)
"Sesungguhnya Asma menanyakan kepada Nabi SAW. tentang mandinya orang haidl,
maka bersabda SAW.: "Ambillah seorang dari kamu sekalian akan air dan daun bidara,
lalu mandilah dengan orang baik-baik, curahkan atas kepalanya dan gosok dengan
sabaik-baiknya sehingga sampai ke dasar kepalanya, lalu curahkan air lagi dari atasnya,
kemudian ambil sepotong kapas (kain yang diberi minyak kesturi), lalu usaplah dengan
kain itu..." seterusnya hadits (H.R Muslim).
Selanjutnya dalam waktu mandi itu lepaslah ikatan-ikatan rambut sebagaimana hadits
Aisyah berikut;
Karena hadits Aisyah r.a bahwa Nabi SAW. bersabda kepadanya, padahal dia sedang
haidl; "Lepaskanlah rambutmu dan mandilah". H.R Ibnu Majah).
e. Memulai dari kanan. Mulailah selalu dari sebelah kanan, sebagaimana hadits serupa
dalam wudlu yang telah dibahas.
f. Menyiramkan kepala dengan air. Tindakan mandi jinabat berikutnya ialah menuangkan
air ke atas kepala sebanyak tiga kali, dan meratakannya ke seluruh badan. Sumber
pengambilan kesimpulan ialah hagits Aisyah mengenai membasuh tangan dalam
memulai mandi di atas.

12
g. Membasuh kedua kaki. Tindakan berikutnya ialah membasuh kedua kaki dengan
mendahulukan kaki kanan atas yang kiri sebagaimana hadits serupa dalam bab wudlu.
h. Tidak berlebihan menggunakan air. Walaupun basuhan mandi diperintahkan untuk
selalu dilakukan sempurna, akan tetapi tidak diperbolehkan menggunakan air secara
berlebihan, Hal ini dinyatakan dalam hadits Anas dibawah ini.
ُ ‫يك َويَت ََوضَّأ‬
َ ‫سلَّ َم يَ ْغت َ ِس ُل ِب َخ ْم ِس َم َكا ِك‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
ٍ‫ِب َم ُّكوك‬
"Adalah Nabi SAW. mandi dengan satu sha' sampai lima mud dan wudlu dengan satu
mud (sekitar 3/4 liter). (H.R Bukhari dan Muslim).

B MANDI BESAR
1 Membasuh (mencuci) kedua tangan dengan ikhlas niat karena Allah Swt
2 Mencuci kemaluan dengan tangan kiri
3 Berwudhu seperti wudhu untuk shalat
4 Mengambil air, kemudian memasukkan jari pada pokok rambut dengan sedikit wangi-
wangian, sesudah rambut diurai, dimulai dari sisi kanan
5 Menuangkan air di atas kepala tiga kali diawali dengan sebelah kanan, lalu diratakan di
atas seluruh tubuh dengan digosok
6 Mencuci kedua kaki dengan mendahulukan kaki kanan

Mandi Besar:
https://www.youtube.com/watch?v=mWfBsJrUEV0&t=23s (Mandi Wajib sesuai tuntunan
Majelis Tarjih Muhammadiyah)

TAYAMUM

1. Penggunaan Debu dan Penyebab Tayammum


Sebab-sebab orang boleh tayammum ialah karena bepergian, kemudian tidak mendapat
air, maka tayamumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi.
Dasarnya ialah ayat dan hadits Amr yang telah dikutip dalam pendahuluan bahasan
tayammum diatas.
Jika Kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah
kamu dengan debu yang suci.
Demikianlah pula hadits Jabir berikut;
ُ‫ص َحبَه‬ ْ َ ‫سأ َ َل ا‬ َ َ‫ش َّجهُ فِى َرأْ ِس ِه ث ُ َّم احْ تَلَ َم ف‬ َ َ‫اب َر ُجالً ِمنَّا َح َج ٌر ف‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫سفَ ٍر فَا‬ َ ‫خ ََرجْ نَا فِى‬
‫علَى‬ َ ‫ت ت َ ْقد ُِر‬ َ ‫صةً َوأ َ ْن‬َ ‫َـج ُد لَ َك ُر ْخ‬ ِ ‫صةً فِى التَّيَ ُّم ِم فَقَالُ ْوا َمان‬ َ ‫َـج ُد ْونَ ِلى ُر ْخ‬ ِ ‫ه َْل ت‬
‫سلَّ َم أ ُ ْخ ِب ُر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ ‫صلَى هللا‬ َ ِ ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫علَى َر‬ َ ‫ات فَلَ َّما قَد ِْمنَا‬
َ ‫س َل فَ َم‬ َ َ ‫اء فَا ْغت‬ ِ ‫ْال َم‬
‫سؤَّا ُل اِنَّ َما‬ ُّ ‫سأَلُ ْوا اِذَا لَ ْم َي ْعلَ ُم ْوا فَ ِانَّ َما ِشفَا ُء ْال َعي ِ ال‬
َ َ‫ِبذ ِل َك فَقَا َل قَتَلُ ْوهُ قَتَلَ ُه ُم هللا ُ أ َ ال‬
‫َكانَ َي ْك ِف ْي ِه أ َ ْن َيت َ َي َّم َم‬
"Kami sedang dalam bepergian lalu seorang dari pada kami terkena batu sehingga melukai
kepalanya; kemudian ia bermimpi (mengeluarkan air mani), maka ia bertanya kepada
teman-temannya; "apakah kamu berpendapat bahwa aku mendapat kemurahan
bertayammum?" Dijawab oleh mereka: "Kami tidak berpendapat bahwa kami mendapat
kemurahan, sedang kamu kuasa memakai air". Maka mandilah lalu ia meninggal dunia.
Tatkala kami datang kepada Nabi SAW. kami khabarkan yang demikian itu, maka
bersabda Nabi SAW.: "Mereka membunuh dia. "Dikutuk Allah mereka" mengapa mereka
tidak bertanya sedang mereka tidak mengerti? Obat untuk kebodohan adalah bertanya.

13
Sesungguhnya cukup baginya bertayammum". (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Daraquthni).
2. Cara Tayammum
Adapaun cara melakukan tayammum ialah dengan jalan meletakkan kedua telapak tangan
ke tanah/debu kemudian meniupnya. Dasarnya ialah hadits Ammar berikut:
ُ‫صلَّيْتُ فَذَ َّك ْرت‬ َّ ‫ب اْل َما َءفَت َ َمعَّ ْكتُ ِفى ال‬
َ ‫ص ِع ْي ِد َو‬ ِ ‫ص‬ ِ ُ ‫اَجْ نَبْتُ فَلَ ْم ا‬: ‫ارقَا َل‬ ٍ ‫ع َّم‬
َ ‫ث‬ ِ ‫ِل َح ِد ْي‬
ُّ ‫ب النَّ ِب‬
‫ى‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ َو‬: ‫اِنَّ َما َكانَ َي ْك ِفي َْك َه َكذَا‬: ‫سلَّ َم فَقَا َل‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ذَا ِل َك ِللنَّ ِب ِى‬
َ ‫سلَّ َم بِ َكفَّ ْي ِه ْاالَ ْر‬
. ‫ض َونَفَ َخ فِ ْي ِه َماث ُ َّم َم َس َح َوجْ َههُ َو َكفَّ ْي ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ ‫صلَّى هللا‬ َ
“Aku pernah berjanabat dan tidak mendapat air, lalu berguling-gulinglah aku dalam debu
dan shalat. Maka aku sebutkan yang demikian itu kepada Nabi SAW. Maka beliau SAW.
Bersabda; Sesungguhnya mencukupi bagimu begini; lalu beliau meletakkan kedua
tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian mengusap mukanya dan telapak tangannya
dengan kedua tangannya”.(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Tata cara Tayamum secara kronologis sbb:
a. Niat Ikhlas.
‫ت‬ ِ ‫ِإنَّ َما اْْل َ ْع َما ُل ِب‬
ِ ‫النيَّا‬
“Sesungguhnya semua pekerjaan itu dengan niat”
b. Memukulkan kedua telapak tangan dengan sekali pukulan pada permukaan tempat
berdebu. Bisa diatas tanah, tembok, kasur atau yang lain (gambar 1)
c. Meniupkan kedua telapak tangan dengan sekali tiupan (gambar 2)
d. Membaca Basmallah
e. Mengusap muka menggukan kedua belah tangan dengan sekali usap (gambar 3)
f. Mengucap kedua telapak tangan dan punggung telapak tangan sampai dengan
tergelangan tangan, tidak perlu sampai siku. Dengan sekali usap.(gambar 4)

Segera ketika mendapat air atau dapat menggunakan air maka dianjurkan untuk bersuci
sebagaimana ayat yang telah dikutip diatas.

14
TATA CARA TAYAMUM

Gambar 1

Gambar 2 dan Membaca Basmallah

15
Gambar 3

Gambar 4

16
C TAYAMMUM
1 Meletakkan kedua telapak tangan ke tanah/debu, lalu tiuplah keduanya dengan niat ikhlas
karena Allah Swt dan membaca “Bismillaahirrahmaanirrahiim”
2 Mengusap muka
3 Mengusapkan kedua tangan sampai pergelangan

Cat: Rangkaian tayammum di atas hanya dilakukan masing-masing 1 kali


Total
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
NILAI = × 100
54

Tayammum:
https://www.youtube.com/watch?v=TmDcQAWxI5E (Tayamum Wajib sesuai tuntunan Majelis
Tarjih Muhammadiyah)

17
BAB II
SHOLAT

A. Arti dan Kedudukan shalat


Menurut bahasa, shalat berarti (do’a) atau rahmat. Shalat dalam bahasa arti do’a bisa
ditemukan dalam Q.S. Al-Taubah/9: 103. Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa
ditemukan dalam Q.S. al-Ahzab/33: 43.
Adapun pengertian shalat menurut istilah adalah:
‫ـختَت َ َمةً بِالت َّ ْس ِلي ِْم‬
ْ ‫صةً ُم ْفتَت َ َحةً بِت َ ْكبِي ِْر هللا ِِ َو ُم‬
َ ‫ص‬ ْ ‫ض َّم ُن أ َ ْق َواالً َوأ َ ْفعَاالً َم‬
ُ ‫ـخ‬ َ َ ‫ِعبَا َدة ً تَت‬
“Suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbir
dan ditutup dengan salam”

Di dalam Islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa,
antara lain:
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang
perintahnya langsung diterima Rasulullah saw pada malam Isra’-Mi’raj (Q.S. Al-
Israa’/17: 1).
2. Shalat merupakan tiang agama. Nabi saw bersabda:
“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah
jihad.”(Hadis Hasan Sahih Riwayat Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, Ibn Majah, Ahmad, Al-
Bayhaqi dan Al-Tabrani, dari Mu’adz. Dalam riwayat Al-Bayhaqi dan Al-Daylami
ditakan bahwa: “shalat adalah tiang agama.” Tetapi sanad hadis ini dla’if karena
terputus).
Sebagai tiang agama, maka shalat harus selalu ditegakkan dan tidak boleh ditinggalkan
dalam keadaan bagaimanapun juga, baik itu dalam keadaan sakit, musafir, atau bahkan
saat perang. (Q.S. 2: 238-239).
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Nabi saw
bersabda:
“Yang pertama kali dihisab (amalan) seorang hamba pada hari Kiamat adalah
shalatnya …” (HHR. Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i. Ibn Majah, Ahmad dan Al-Thabrani).
Dalam riwayat al-Thabrani selanjutnya disebutkan:
‫ع َم ِل ِه‬
َ ‫سائِ ُر‬
َ ‫س َد‬ َ َ‫ع َم ِل ِه َوا ِْن ف‬
َ َ‫ست َ ْد ف‬ َ ‫صلُ َح‬
َ ‫سائِ ُر‬ ْ ‫صلُ َح‬
َ ‫ت‬ َ ‫فَا ِْن‬
“maka jika shalatnya baik maka baiklah semua amalan, namun jika shalatnya rusak
maka rusaklah semua amalannya.

Dijadikannya shalat sebagai standar awal dalam menilai keseluruhan amal


menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan shalat seseorang dapat menunjukkan kualitas
amalan orang tersebut.
Itu pulalah sebabnya sehingga Nabi Ibrahim a.s. berdo’a kepada Allah SWT:
“ Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40)
B. Hukum Meninggalkan shalat
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh dan berakal,
kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, dihukum syirik dan kufur. Nabi saw.
pernah bersabda:
َّ ‫الش ْر ِك َو ْال ُك ْف ِر ت َْركُ ال‬
ِ‫صالَة‬ ِ َ‫الر ُج ِل َو َبيْن‬
َّ َ‫َبيْن‬

18
“(Beda) antara seorang (mukmin) dan antara syirik dan kekafiran ialah meninggalkan
shalat.”(HSR. Muslim, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i dan Ahmad dari Jabir ra.).
‫صالَةِ فَ َم ْن ت ََر َك َها فَقَ ْد َكفَ َر‬
َّ ‫بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُه ْم ت َْركُ ال‬
“(Beda) antara kita dengan mereka (orang-orang kafir) itu, ialah: meninggalkan shalat.
Maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh ia telah kufur.” (HHR. Ahmad, Al-Bazzar
dari Buraydah ra.).

Hadist di atas begitu tegas menyatakan bahwa orang yang dengan sengaja meninggalkan
shalat maka ia disamakan telah melakukan tindakan kufur (kufur ‘amali), bukan kafir
haqiqi karena bukan dalam masalah aqidah. Bagi orang seperti ini harus dinasehati dengan
baik supaya mau segera bertaubat.
Shalat Pasien
Islam adalah agama kemudahan. Orang yang mengalami kesulitan menjalankan ibadah
karena kondisi tertentu, selalu diberi jalan kemudahan oleh agama. Demikian juga shalat
bagi pasien baik di rumah sakit atau di rumah sendiri. Ia bisa menjalankan shalat dengan
berdiri, duduk, terlentang dan dengan cara lain yang tidak menyulitkan baginya,
sebagaimana Allah Swt. Berfirman:
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”(Q.S. Al-
Hajj:78)

1. Shalat Berdiri
Pasien yang masih mampu berdiri dan tidak mengkhawatirkan sakitnya bertambah
parah, wajib melaksanakan shalat dengan cara berdiri. Allah SWT. Berfirman:
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.”(QS. Al-Baqarah: 238)
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa
aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-
Nisa’:103)
Menurut Imam Hanafi dan Imam Hanbali, jika pasien masih kuat berdiri dengan
bantuan tongkat atau bersandar pada tembok atau orang lain dan tidak mempengaruhi
proses kesembuhan, ia masih tetap wajib berdiri.
Adapun shalat sunnah seperti shalat sebelum dan sesudah shalat wajib (shalat
sunnah rawatib), shalat tahajud dan sebagainya boleh dikerjakan dengan duduk
sekalipun ia sehat dan kuat berdiri. Sekalipun diizinkan, namun shalat sunnah
sebaiknya dikerjakan dengan berdiri bagi orang yang masih sehat karena shalat
dengan berdiri lebih utama daripada dengan duduk. Nabi Saw. bersabda:
“Jika seseorang melakukan shalat (sunnah) sambil berdiri, maka hal itu lebih baik,
dan barang siapa shalat sambil duduk maka ia mendapat separo pahala shalat
dengan berdiri, dan barang siapa yang shalat dengan terlentang maka ia mendapat
separo pahala shalat dengan duduk.”(HR. Al-Bukhari)
2. Shalat Duduk
Dalam kondisi pasien tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri, maka ia bisa
shalat dengan duduk. Nabi Saw. bersabda:
“Shalatlah dengan berdiri, jika engkau tidak mampu (dengan berdiri), maka
shalatlah dengan duduk, jika engkau tidak mampu shalay (dengan duduk), maka
shalatlah dengan berbaring.”(H.R. Bukhari)
Shalat fardlu (wajib) boleh dikerjakan dengan duduk jika:

19
a. Pasien tidak kuat berdiri, atau kuat namun tidak diizinkan menurut petunjuk
dokter.
b. Tidak ada tempat lain selain tempat tidur pasien dan tidak memungkinkan berdiri
di atasnya karena tempat tidur memantul, rapuh dan sebagainya. Kondisi inilah
yang paling sering dialami oleh banyak pasien.
c. Pasien bertinggi badan yang tidak memungkinkan dia berdiri di tempat itu.
Adapun tata-caranya shalat duduk adalah:
a. Duduk menghadap kiblat dengan posisi iftirasy (duduk di atas mata kaki kiri,
telapak kaki kanan ditegakkan, ujung jari kaki kanan ditekuk menghadap
kiblat/timpuh). Adapun cara duduknya bisa dengan bersila, iftirasy, atau
menyelonjorkan kaki ke arah kiblat. Menurut kebanyakan ulama, duduk iftirasy
lebih baik. Imam As-Subki dan Al-Adzra’i berpendapat lain, bahwa bersila lebih
utama karena untuk membedakan antara duduk karena darurat lantaran tidak bisa
berdiri dengan duduk iftirasy, yaitu duduk dengan posisi seperti pada tasyahhud
awal atau duduk di antara dua sujud. Bagi perempuan lebih baik duduk bersila,
agar auratnya lebih tertutup.
b. Berniat shalat dan kemudian menjalankan semua rukun (aturan wajib) shalat.
c. Ketika ruku’, badan dibungkukkan sedikit dan tangan diletakkan di atas paha.
d. Untuk posisi sujud, bisa dengan sujud sempurna jika kesehatan memungkinkan
dan bisa dengan membungkukkan badan dengan posisi sedikit lebih rendah
daripada posisi ruku’.
e. Untuk duduk tasyahhud (duduk terakhir sebelum salam penutup shalat) bisa
dengan tawarruk (seperti duduk iftirasy hanya saja telapak kaki kiri dikeluarkan
ke kanan sehingga pantat duduk di atas alas shalat) atau dengan duduk iftirasy
jika fisik tidak memungkinkan.
SHALAT DUDUK

Duduk dengan iftirasy lebih utama dan berniat mengerjakan Sholat

20
Duduk seperti ini juga bisa

Ketika ruku’ badan dibungkukkan sedikit

21
Posisi Ruku’

Posisi Tahiyat

22
Posisi Tahiyat

3. Shalat Berbaring
Shalat dengan berbaring dilakukan bagi pasien yang tidak mampu shalat dengan
berdiri ataupun duduk. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut:
a. Berbaring (miring) dengan bertumpu pada lambung kanan kepala di sebelah
utara, dada dan wajah menghadap kiblat.
b. Berniat shalat dan kemudian menjalankan semua rukun (aturan wajib) shalat.
c. Ketika ruku’ sedikit menundukkan kepala ke arah dada.
d. Ketika sujud, menundukkan kepala lebih menunduk dari pada ruku’.
e. Selanjutnya meneruskan rukun shalat sampai salam dalam posisi berbaring.

4. Shalat Terlentang
Apabila pasien tidak mampu melakukan shalat dengan duduk ataupun berbaring,
maka ia bisa melakukan shalat dengan terlentang. Adapun tata caranya ialah:
a. Pasien tidur terlentang dengan kaki membujur ke arah kiblat, kepala diangkat
sedikit tinggi dengan bantal atau lainnya dan wajah menghadap kiblat. Jika
karena sesuatu hal sehingga tidak memungkinkan menghadap wajah ke arah
kiblat, misalnya karena posisi tempat tidur, atau karena kepala tidak bisa
diangkat lebih tinggi mana cukup dengan menghadap kedua telapak kaki saja ke
arah kiblat.
b. Ketika ruku’ sedikit menundukkan kepala ke arah dada.

23
c. Ketika sujud, menundukkan kepala sedikit lebih menundukkan daripada ketika
ruku’.
d. Selanjutnya meneruskan rukun sampai salam dalam keadaan terlentang.

5. Shalat Isyarat
Jika pasien tetap tidak bisa melakukan shalat dengan semua keringanan di atas, maka
cara terakhir adalah shalat dengan isyarat. Adapun tata caranya ialah:
a. Posisi badan bebas. Jika masih mungkin, tetap menghadap kiblat.
b. Semua gerakan shalat dilakukan hanya dengan isyarat anggota badan misalnya
jari telunjuk kanan, kedipan mata atau lainnya.
c. Jika isyarat dengan anggota tubuh tidak mampu, maka cukup isyarat dengan hati
demikian juga bacaan-bacaan shalat. Hanya pasien dan Allah yang dapat
mengetahui shalat dengan cara ini. Inilah ikhtiar terakhir yang dilakukan oleh
pasien dalam memenuhi kewajibannya sebagai hamba Allah.
d. Jika dengan isyarat hati tidak bisa, maka berarti pasien sudah tidak terbebani
kewajiban apapun.
e. Untuk kemudahan dan konsentrasi shalat pasien, ia boleh dipandu gerakannya
oleh orang lain, seperti perawat, anggota keluarga dan lain sebagainya.

Keterangan:
3 Melakukan dengan sempurna
2 Melakukan kesalahan <50%
1 Melakukan kesalahan >50%
0 Tidak dilakukan
Nilai
No Langkah-langkah
(0/1/2/3)
1 Niat ikhlas karena Allah Swt
2 Berdiri menghadap kiblat, KOMPAS
3 Mengangkat kedua tangan sejurus bahu, serta mensejajarkan ibu jari pada daun
telinga, sambil membaca “Allaahu Akbar”
4 Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di dada
5 Membaca do’a Iftitah:

َّ‫ب اَللّ ُهمَّ نَِّق ِن‬ َِّ‫ي الْ َم ْش ِر‬


َِّ ‫ق َوالْ َم ْغ ِر‬ ََّ َْ‫ت ب‬
ََّ ‫يََّّ َك َماابَ َع ْد‬
ََّ َ‫ي َخطَااي‬ َّ ِ ‫اَللّ ُهمَّ ابَ ِع ْدبَْي‬
ََّ َْ‫ن َوب‬
َّ ‫ض ِمنَالدنَ ِساَللّ ُهما ْغ ِس ْل َخطَاايَيَباِلْماَِء َوالث ْل ِج َوالَََْبَِّد‬ ُ َ‫اْلَطَاايَ َكماَيُنَ قىالث ْوابْألَبْي‬ ْ َ‫ِمن‬
Atau

Atau
َّ‫ضَّ َحنِْي ًفاَّ ُم ْسلِ ًماَّ َوَماَّ أ َََنَّ ِم َن‬ ِ ِِ
َ ‫تَّ َو ْج ِه َيَّ للذ ْيَّ فَطََرَّ الس َم َاواتَّ َوا ْأل َْر‬ ُ ‫َوج ْه‬
َّ،ُ‫كَّلَه‬ َ ْ‫َّش ِري‬
َ َ‫َّال‬،‫ي‬ ِ ِ ‫َّوَمََ ِاِت َِّلِلَِّر‬،‫َّإِنَّصالَِِتَّونُس ِكيَّوََْمياي‬،‫الْم ْش ِركِي‬
َ ْ ‫بَّالْ َعلَم‬ َّ َ َ َ َْ ُ َ َ َْ ُ
ِ ِِ ِ َ ِ‫وبِذل‬
َّ‫ت‬ َ ْ‫َّ أَن‬،‫ت‬ َ ْ‫كَّ الََّ إِلهََّ إِال َّأَن‬ َ ْ‫َّالل ُهمَّ أَن‬.‫ي‬
ُ ‫تَّالْ َمل‬ َ ْ ‫َّوأ َََنَّ أَو ُلَّالْ ُم ْسلم‬
َ‫ت‬ ُ ‫كَّ أُم ْر‬ َ
َِ ‫َّ فَا ْغ ِفر َِِّلَّ َذنِِْب‬،‫َّ ظَلَمتَّنَ ْف ِسيَّو ْاع ََتفْتَّ بِ َذنِِْب‬،‫رِِبَّوأَ ََنَّعب ُد َك‬
ََّ‫ََّجْي ًعاَّإِنهَُّ ال‬ ْ ُ َ َ ُ ْ َْ َ ّ َ
24
َّ‫َح َسنِ َهاَّ إِال‬ ِ ِ ِ ‫َّاأل‬ ِ ِ ُّ ‫يَ ْغ ِفر‬
ْ ‫َّ الََّيَ ْهديَّأل‬،‫َخالَق‬ ْ ْ ‫َح َس ِن‬ ْ ‫َّو ْاهدِِنَّأل‬. َ ‫ت‬ َ ْ‫بَّ إِالَّ أَن‬َ ‫َّالذنُ ْو‬ ُ
َّ،‫ك‬ َ ْ‫ك ََّو َس ْع َدي‬َ ‫َّلَب ْي‬.‫ت‬ َ ْ‫َّسيِّئَ َهاَّإِالَّأَن‬
َ ‫َّع ِِّن‬
َ‫ف‬ُ ‫ص ِر‬ ْ َ‫َّالََّي‬,‫َّع ِِّنَّ َسيِّ ئَ َها‬
َ‫ف‬ ْ ‫اص ِر‬
ْ ‫َّو‬.َ ‫ت‬ َ ْ‫أَن‬
ََّّ،‫ت‬
َ ‫َّوتَ َعالَْي‬
َ‫ت‬ َ ‫َّتَبَ َارْك‬،‫ك‬َ ‫َّوإِلَْي‬
َ‫ك‬ َ ِ‫َّ أ َََنَّ ب‬،‫ك‬
َ ‫سَّ إِلَْي‬
َ ‫َّوالشُّرَّ لَْي‬،
َ ‫ك‬ َ ْ‫اْلَْْيَُّ ُكلُّهُ َِِّفَّيَ َدي‬
ْ ‫َو‬
ِ ‫أ‬
َّ َّ‫ك‬ َ ‫بَّإِلَْي‬
ُ ‫َستَ ْغف ُرَك ََّوأَتُ ْو‬ْ
6 Membaca ta’awudz:

َّ‫الرِجْيم‬ َِّ َ‫للِ ِم ََّن الشْيط‬


ِّ ‫ان‬ َّ ‫أَعُ ْوذُ ِاب‬
7 Membaca Basmalah:

‫للاِ الر ْح َم َِّن الرِحْيم‬


َّ ‫بِ ْس َِّم‬
8 Membaca Surat Al-Fatihah kemudian membaca “Aamiin”
9 Membaca salah satu Surah/Ayat dari Al-Qur’an, dengan memperhatikan artinya dan
membacanya dengan perlahan
10 Takbir mengangkat kedua tangan seperti dalam takbir permulaan untuk kemudian
melakukan ruku’
11 Saat ruku’, punggung sejajar dengan leher, dan kedua tangan memegang lutut
12 Membaca do’a:

َّ‫ك اللّ ُهمَّ َربَّ َّنَا َوبَِّ َح ْم ِد ََّك اَللّ ُهمَّ ا ْغ ِف ْرِل‬
ََّ َ‫ُسْبحن‬
Atau

x 3‫ُسْب َحا ََّن َربِّ ََّى الْ َع ِظْي َِّم‬


Atau

13 Bangun dari ruku’, mengangkat kedua tangan seperti dalam Takbiratul Ihram dengan
berdo’a:
ِ َّ ‫َس ِم ََّع‬
ُ‫للاُ لَِم َّْن حَم َدَّه‬
Setelah berdiri tegak lalu membaca:

َّ َّ‫ك الْ َح ْم ُد ََحْ ًدا َكثِ ْ ًْيا طَيِّبًا ُمبَ َارًكا فِْي ِه‬
ََّ َ‫َرب نَ َاول‬
َّ Atau

َّ ‫ك الْ َح ْم َُّد‬
ََّ َ‫َرب نَ َاول‬
َّ Atau

14 Bertakbir untuk sujud dengan meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas tanah, lalu
kedua tangan, kemudian dahi dan hidung. Dengan menghadapkan ujung jari kaki ke
arah kiblat serta merenggangkan tangan dari lambung dengan mengangkat kedua siku,
lalu membaca do’a:

25
َّ‫ك اللّ ُهمَّ َربَّ َّنَا َوِِبَ ْم ِد ََّك اَللّ ُهمَّ ا ْغ ِف ْرِل‬
ََّ َ‫ُسْب َحان‬
Atau

x 3‫ُسْب َحا ََّن َربِّ ََّى ْاأل َْعلَى‬


Atau

15 Bangun dari sujud dengan bertakbir dan duduk tenang lalu berdo’a:

َّ ِ‫ن َو ْاه ِد‬


َّ ِ ْ‫ن َو ْارُزق‬
‫ن‬ َّ ِ‫اج َُْب‬ َّ ِ‫اَللّ ُهمَّ ا ْغ ِف ْر‬
َّ ِْ‫ل َو ْار ََح‬
ْ ‫ن َو‬
16 Sujud kedua kalinya sambil bertakbir lalu berdo’a sebagaimana pada sujud pertama:

َّ‫ك اللّ ُهمَّ َربَّ َّنَا َوِِبَ ْم ِد ََّك اَللّ ُهمَّ ا ْغ ِف ْرِل‬
ََّ َ‫ُسْب َحان‬
Atau

x3‫ُسْب َحا ََّن َربِّ ََّى ْاأل َْعلَى‬


Atau

17 - Duduk sejenak (Thuma’ninah), kemudian berdiri untuk raka’at yang kedua dengan
menekankan tangan pada tanah.
- Pada raka’at kedua, dikerjakan sama seperti pada raka’at pertama, hanya saja tidak
membaca do’a “Iftitah”
18 Setelah selesai dari sujud kedua kalinya pada raka’at yang kedua, kemudian duduk di
atas kaki kiri dan menegakkan (menumpukkan) kaki kanan serta meletakkan kedua
tangan di atas kedua lutut. Menjulurkan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan
menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan jari
telunjuk (saat mulai membaca do’a) dan menyentuhkan ibu jari pada jari tengah
19 Kemudian membaca do’a Tasyahud dan Shalawat:

َّ.ُ‫للاِ َوبََركاَتَُّه‬ َُّّ ِ‫ك أَيُّهاَالن‬


َّ ُ‫ِب َوَر َْحََّة‬ ََّ ‫اَلسالََُّم َعلَْي‬. ‫ت‬ َُّ َ‫ات َوالطيِّبا‬َُّ ‫لِلِ َوالصلَ َو‬ َِّّ ‫ات‬ َُّ ‫اَلت ِحي‬
َّ ‫أَ ْش َه َُّد اَ َّْن الََّ اِلَهََّ اِالَّ للاَِّ َوأَ ْش َه َُّد أ‬. ‫ي‬
‫َن‬ ََّ ْ ِِ‫للاِ الصاِل‬ َّ ‫اَلسالََُّم َعلَْينَّاَ َو َعلَى ِعباََِّد‬
َُّ‫َُمَم ًدا َعْب ُدَّهُ َوَر ُس ْولُه‬
Bacaan Shalawat

َّ‫ال إِبْ َر ِاهْي َم‬


َِّ ‫ت َعلَى إِبْ َر ِاهْي ََّم َو‬ ََّ ‫صلْي‬ َ ‫ال َُمَمدَّ َك َما‬ َِّ ‫ص َِّّل َعلَى َُمَم َّد َو َعلَى‬
َ َّ‫اَللّ ُهم‬
َّ‫َحْيد‬ َِ ‫ك‬ َّ ‫ال إِبْ َر ِاهْي ََّم‬
ََّ ‫َّإِن‬. َِّ ‫ت َعلَىَّ إِبْ َر ِاهْي ََّم َو‬ َِّ ‫َوَاب ِرَّْك َعلَى َُمَمدَّ َو‬
ََّ ‫ال َُمَمدَّ َك َما َاب َرْك‬
َّ‫ََِمْيد‬
20 Setelah membaca do’a Tasyahud dan Shalawat, lalu membaca do’a pilihan
Do’a setelah Tasyahud Awal:

َ ِ‫ادَّت‬
َّ‫ك‬ َّْ ‫ِن ََّعَّلَى َِّذ َّْكَِّرََّك ََّو َُّش َّْكَِّرََّك ََّو َُّح‬
ََّ َ‫س َِّن َِّعَّب‬ َِّّ ‫َّاَللَّ َُّهمَّ َّأَ َِّع‬
Do’a setelah Tasyahud Akhir:

26
َ‫ َّ َوِم َّْن فِْت نََِّة الْ َم ْحيَّا‬,‫اب الْ َق ََِّْب‬
َِّ ‫ َّ َوِم َّْن َع َذ‬,‫اب َج َهن ََّم‬
َِّ ‫ك ِم َّْن َع َذ‬ ََّ ِ‫ن أَعُ ْوذُب‬
َِِّّ‫اَللّ ُهمَّ إ‬
َِّ ‫ َّ َوِم َّْن َشَِّّر فِْت نََِّة الْ َم ِسْي َِّح الدج‬,‫ات‬
‫ال‬ َِّ ‫َوالْ َم َم‬
21 - Kemudian berdiri untuk raka’at yang ketiga bila sedang mengerjakan shalat tiga
atau empat raka’at, dengan bertakbir sambil mengangkat kedua tangan seperti pada
saat Takbiratul Ihram.
- Pada raka’at yang ketiga atau keempat hanya membaca al-Fatihah saja (tidak
membaca Iftitah, Surah atau ayat Al-Quran)
22 Salam
Total
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
NILAI= × 100
66

Link Youtube:

Sholat 2 Rakaat:
https://www.youtube.com/watch?v=g69T3N8WZKg ( sholat dua rakaat sesuai tuntunan Majelis
Tarjih Muhammadiyah)
Sholat 4 Rakaat:
https://www.youtube.com/watch?v=sR2kmbTqOS8&t=217s (tuntunan bacaan dan doa sholat)
Sholat dengan penjelasan:
https://www.youtube.com/watch?v=qhZyqdcbTuc&t=86s ( sholat sesuai tuntunan Majelis
Tarjih Muhammadiyah dengan penjelasan)

27
BAB III
PERAWATAN JENAZAH:MEMANDIKAN

MEMANDIKAN

Tuntunan Majelis Tarjih mengenai bagaimana memandikan jenazah menyatakan;


"Kalau kamu hendak memandikan mayat, maka mulailah dari anggota kanannya serta
anggota wudlu". Hal ini berdasarkan hadits Ummu Athiyah;
‫اض ِع‬ ِ ‫غ ْس ِل ا ْبنَ ِت ِه اِ ْب َدأْنَ ِب َم َي‬
ِ ‫ام ِن َها َو َم َو‬ َ ‫سلَّ َم ِفي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ ٰ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
)‫ي َو ُم ْس ِل ٌم‬ ِ ‫ض ْو ِء ِم ْن َها ( َر َواهُ ْالبُخ‬
ُّ ‫َار‬ ُ ‫ْال ُو‬
Bahwa Rasulullah SAW. bersabda ketika anak perempuan beliau dimandikan;
"Mulailah dengan anggota kanannya dan anggota wudlunya". (H.R Bukhari dan
Muslim).
a. Dengan bilangan gasal. Salah satu yang disunnahkan mengenai memandikan jenazah
ialah degan bilangan gasal. "Dan mandikanlah dengan bilangan gasal tiga atau lima kali
atau lebih dari itu, dengan air dan daun bidara, serta pada kali yang terakhir taruhlah
kapur barus meskipun sedikit, dan jalinlah rambut dari perempuan tiga pintal". Dari
Ummu Athiyah
‫ت اِ ْبنَتُهُ فَقَا َل اِ ْغ ِس ْلنَ َها ثَالَثًا‬
ْ ‫سلَّ َم ِحيْنَ ت ُ ُو ِف َي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ ٰ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫علَ ْينَا َر‬َ ‫َد َخ َل‬
ِ‫سا أ َ ْو أ َ ْكث َ َر ِم ْن ذٰ ِل َك ا ِْن َرأ َ ْيت ُ َّن ذٰ ِل َك بِ َماءٍ َو ِس ْد ٍر َواجْ عَ ْلنَ فِى اْالٰ ِخ َرة‬ ً ‫أ َ ْو خ َْم‬
َ ‫ش ْيئًا ِم ْن َكافُ ْو ٍر فَ ِاذَا فَ َر ْغت ُ َّن فَاٰذ ِِِنَّنِي فَلَ َّما فَ َر ْغنَا اٰذَنَّاهُ فَأ َ ْع‬
‫طانَا‬ َ ‫َكافُ ْو ًرا أ َ ْو‬
)ُ‫ارهُ ( َر َواهُ ْالـ َج َم َعة‬ َ َ‫ِح ْق َوهُ فَقَا َل أ َ ْش ِع ْر نَ َها اِيَّاهُ يَ ْعنِي اِز‬
Bahwa Rasulullah bersabda ketika kematian anaknya perempuan. "Mandikanlah ia
tiga atau lima kali atau lebih dari itu, menurut pendapatmu, dengan air dan daun
bidara, dan pada akhirnya taruhlah kapur barus atau sedikit kapur barus. Maka
bilamana sudah selesai beritahulah kepadaku". Maka setelah kami selesai kami
memberitahukannya kepada beliau. Maka beliau memberi kepada kami kainnya seraya
sabdanya: "Kenakanlah ini, yakni kainnya".(Diriwayatkan oleh Jama'ah Ahli Hadits).
Hadits riwayat Bukhari-Muslim-Abu Dawud;

"Mandikanlah dalam jumlah gasal, tiga atau lima atau tujuh kali atau lebih daripada
itu menurut pendapatmu". Lalu kami menjalin rambutnya menjadi tiga jalinan. (HR
Bukhari, Muslin dan Abu Dawud)
b. Mengeringkan. Selesai dimandikan, jenazah hendaklah segera dikeringkan dengan kain
pengering seperti dengan handuk. Diriwayatkan dari Aisyah RA:
ِ ‫ع ْنهُ ْال َح ِد ْي‬
‫ث‬ َ ‫سلَّ َم ِفي ُحلَّ ٍة َي َم ِنيَّ ٍة ث ُ َّم نُ ِز‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ت‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ٰ ‫س ْو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫أ ُ ْد ِر َج َر‬
)‫( َر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬
Bahwa Rasulullah SAW. diselubungi dengan kain Yaman untuk mengeringkan, lalu
dilepaskan... dan seterusnya. (Diriwayatkan oleh Muslim).
Hadits Ibnu Umar:

28
Bahwa Nabi SAW. diselubungi dengan kain hibarah untuk dikeringkan, kemudian
dilepaskan. (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq).
c. Pria oleh Pria. Mandikan jenazah pria dituntunkan dilakukan oleh pria, demikian pula
sebaliknya. "Hendaklah mayat pria dimandikan oleh orang pria, dan dibenarkan lagi
salah seorang dari suami-isteri, memandikan lainnya". Hal ini didasarkan pada hadits
Asma binti Amis, hadits riwayat Baihaqi, hadits Aisyah dan hadits riwayat Nasai-Ibnu
Hibban.
)‫ي‬ ْ ُ‫َّار ق‬
ُّ ِ‫طن‬ َّ ‫علَ ْي ِه ال‬
َ ‫سالَ ُم ( َر َواهُ الد‬ َ ‫ي‬ َ ‫ت أ َ ْن يَ ْغ ِسلَ َها‬
ٌ ‫ع ِل‬ َ ‫اط َمةَ رض أ َ ْو‬
ْ ‫ص‬ ِ َ‫أ َ َّن ف‬
Bahwa Fathimah berwasiyat supaya ia dimandikan oleh Ali r.a (Diriwayatkan oleh
Daraquthni).
Hadits riwayat Baihaqi;

Bahwa Abu Bakar berpesan pada isternya, Asma binti Amis, supaya memandikannya
kemudia ia (Asma) minta pertolongan kepada Abdurarahman bin Auf, karena usianya
yang tua serta tidak ada seorangpun yang menyangkal tindakannya.
Hadits Aisyah;

Bahwa ia berkata; "Seumpama aku dapat mengulangi barang yang telah lampau,
pastilah yang memandikan Rasulullah SAW. itu hanyalah istri-istrinya". (Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Dishahihkan olehnya).
Hadits riwayat Nasai dan Ibnu Hibban;

Sabda Rasulullah SAW. kepada Aisyah r.a: Apa halangannya seumpama 'kau mati
sebelumku, akulah yang memandikan 'kau, menshalatkan 'kau dan mengubur 'kau".
(Diriwayatkan oleh Nasai dan Ibnu Hibban serta menshahihannya).
d. Menutup cacat. Jika jenazah memiliki cacat tubuh dituntunkan waktu menutupi.
Mengenal hal ini Majelis Tarjih menyatakan bahwa jika pada tubuh jenazah terdapat
cela atau cacat, hendaklah ditutupi sehingga tidak terlihat. Hal ini berdasarkan hadits
riwayat Hakim berikut:
َ ‫َّللاُ لَهُ أ َ ْربَ ِعيْنَ َم َّرة ً ( َر َواهُ ْال َحا ِك ُم َوقَا َل‬
‫ص ِح ْي ٌح‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
ٰ ‫غفَ َر‬ َ ‫س َل َميِتًا فَ َكت ََم‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫غ‬
)‫علَى ش َْر ِط ُم ْس ِل ٍم‬ َ
"Barangsiapa memandikan mayat, lalu merahasiakan cacat tubuhnya, maka Allah
memberi Ampun baginya empat puluh kali". (H.R Hakim).

Keterangan:
3 Melakukan dengan sempurna
2 Melakukan kesalahan <50%
1 Melakukan kesalahan >50%
0 Tidak dilakukan

No Komponen Penilaian 0 1 2 3
Memandikan Jenazah

Menyiapkan perlengkapan, tempat untuk


1
memandikan, kain kafan, dan petugas
2 Niat
Membalut jenazah dengan kain yang tebal sebagai
3
penutup aurat
4 Melepaskan perhiasan termasuk gigi palsu

29
Membersihkan rongga mulut, kuku, kotoran dan najis
5
dengan cotton but dll
Mulai memandikan dengan membersihkan anggota
6 wudhu terlebih dahulu dan mendahulukan bagian
kanan
Menyiramkan air hingga rata 3, 5, 7, atau sesuai
7
kebutuhan
Memandikan dengan hati-hati, lembut dan sopan,
dimandikan dengan sabun dan dibilas dengan air
8
bersih. Bagian punggung digosok dengan sabun dan
dibilas.
9 Bagian akhir siraman air kapur barus.
Mengeringkan jenazah dengan handuk dan beri
10
wangi-wangian
Jenazah perempuan dengan rambut panjang dikepang
11
jika memungkinkan

Link
Memandikan Jenazah:

https://www.youtube.com/watch?v=CZ6E1prtfsA (Memandikan-RUKTI JENAZAH-sesuai


tuntunan Majelis Tarjih Muhammadiyah)

30
PERAWATAN JENAZAH:
MENGAFANI DAN MENSHOLATKAN

MENGKAFANI

1. Mengkafan Jenazah
Setelah selesai dimandikan dan melakukan tindakan yang berkaitan memandikan,
pekerjaan perwatan jenazah selanjutnya ialah mengkafan (membungkus). Hadits Qatadah;

Bahwa Rasulullah SAW. bersabda; "Bilamana seorang dari kamu mengurus (jenazah)
saudaranya, maka hendaklah memperbaiki kafannya (mengkafani dengan baik-baik)".
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Hadits Jabir;
ُ‫ اِذَا َكفَّنَ أ َ َح ُد ُك ْم أَخَاهُ فَ ْليُحْ ِس ْن َكفَنَهُ ( َر َواه‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
)‫أَحْ َم ُد َو ُم ْس ِل ٌم َوأَبُو َد ُاو َد‬
Bahwa Nabi SAW bersabda; "Apabila seorang dari kamu mengkafani saudaranya. Maka
hendaklah baik-baik mengkafani". (Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).
a. Kafan berwarna putih. Sebagaimana telah biasa dilakukan, warna kafan menurut
tuntutnan Tarjih adalah warna putih. Walaupun demikian penting untuk mengetahui
sumber dalil yang dijadikan landasan. Hadits Ibnu Abbas berikut:
َ ‫س ْوا ِم ْن ثِ َيا ِب ُك ُم ْال ِبي‬
‫ْض فَ ِانَّ َها ِم ْن َخي ِْر‬ ُ ‫ ا ِْل َب‬:‫سلَّ َم َقا َل‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
)‫ي‬ ِ ُ‫ص َّحه‬
ُّ ‫الت ْر ِم ِذ‬ َ ‫ي َو‬ َ َّ‫سةُ اِالَّ الن‬
َّ ‫سا ِئ‬ َ ‫ِث َيا ِب ُك ْم َو َك ِفنُ ْوا ِف ْي َها َم ْوت َا ُك ْم ( َر َواهُ ْالخ َْم‬
Bahwa Nabi SAW bersabda: "Pakailah pakainmu yang putih, karena itulah sebagus-
bagus pakaianmu dan kafanilah mayat-mayatmu dengan kain yang putih".
(Diriwayatkan oleh Lima Ahli Hadits kecuali Nasai dan Dishahihkan oleh Tirmidzi).
b. Mengkafani seluruh tubuh dan mengukup tiga kali. Kafan atas jenazah hendaknya
menutup seluruh badan jenazah dan mengukup jenazah dengan tiga kali ukupan (lapis).
Masyarakat luas, pada umumnya telah biasa melaksanakan ajaran demikian itu akan
tetapi apa sumber dalilnya sehingga meyakini bahwa itulah yang dicontohkan
Rasulullah, maka perlu mengkaji landasan dalil yang dipakai Tarjih dalam menetapkan
kesimpulan demikian. Landasannya adalah hadits Khabbab bin Aratti dan hadits Jabir
berikut;
َّ ‫ت ِرجْ الَهُ َواِذَا غ‬
‫َط ْينَا ِرجْ لَ ْي ِه‬ ْ ‫سهُ بَ َد‬ َ ْ‫َط ْينَا ِب َها َوأ‬
َّ ‫َولَ ْم يَتْ ُر ْك اِالَّ ن َِم َرة ً فَ ُكنَّا اِذَا غ‬
‫سهُ َونَـجْ َع َل‬ َ ْ‫ي ِب َها َرأ‬
َ ‫سلَّ َم أ َ ْن نُغ َِط‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ٰ ‫س ْو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سهُ فَا َ َم َرنَا َر‬ ُ ْ‫ارأ‬َ ‫َب َد‬
)‫اال ْذ ِخ ِر ( َر َواهُ ْال َج َم َعةُ اِالَّ اب ِْن َما َج ْه‬
ِ ْ َ‫ش ْيئًا ِمن‬ َ ‫علَى ِرجْ لَ ْي ِه‬ َ
Bahwa Mash'ab bin Umar terbunuh pada hari perang Uhud, sedang ia tidak
meninggalkan sesuatu kecuali kain loreng, maka kami peruntukan menutup kepalanya,
tampaklah kedua kakinya dan kalau kami menutup kakinya tampaklah kepalanya. Lalu
Rasulullah SAW menyuruh supaya menutupkan pada kepalanya dan supaya kakinya
kami tutup daun idzkhir. (Diriwayatkan oleh Jama'ah Ahli Hadits kecuali Ibnu Majah).
c. Kafan pria dan wanita. Untuk jenazah pria dikafan dengan tiga helai kain, sementara
wanita terdiri dari kain basahan, baju kurung, dan kerudung serta kain. Tuntunan Tarjih
tersebut didasarkan pada hadits Aisyah dan Laila binti Qanif Tsaqafah. Hadits Aisyah;

31
ُ ‫س ُح ْو ِليَّ ٍة ِم ْن ُك ْر‬
ٍ‫سف‬ َ ‫ْض‬ ٍ ‫سلَّ َم فِي ثَالَث َ ِة أَثْ َوا‬
ٍ ‫ب بِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ُكفِنَ َر‬
ِ ٰ ‫س ْو ُل‬
َ ‫َّللا‬
َ ‫ْص َوالَ ِع َما َمةٌ ( ُمتَفَ ٌق‬
)‫علَ ْي ِه‬ َ ‫لَي‬
ٌ ‫ْس فِ ْي َها قَ ِمي‬
Bahwa Rasulullah dikafani dalam tiga pakaian putih bersih yang terbuat dari kapas,
tanpa baju kurung dan serban. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits Laila binti Qanfi Tsaqafah;
"Menurut hadits Lailla binti Qanif Tsaqafiyah, katanya; "Aku turut memandikan Ummu
Kultsum binti Rasulullah SAW waktu wafatnya, maka adalah mula-mula barang yang
diberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW ialah kain, lalu baju kurung, lalu kudung,
lalu selubung; kemudian sesudah itu dimasukkan dalam pakaian lain". Kata Laila
selanjutnya; Selama itu Rasulullah di tengah pintu membawa kafannya dan
menerimakannya kepada kami satu persatu". (H.R Ahmad dan Abu Dawud).
d. Mengoles jenazah dengan wewangian. Sebelum dan sesudah dikafani jenazah perlu
diolesi dengan bau-bauan yang harum, kecuali yang meninggal dalam pakaian ihram.
Dasarnya ialah hadits Ibnu Abbas, hadits Nasai dan hadits Ibnu Umar dalam nukilan
berikut ini.

Hadits Nabi ketika ada orang berihram meninggal karena terjatuh dari untanya,
bersabda; "Janganlah kamu lulur ia dengan cendana dan jangan pula kamu tudungI
kepalanya, sesungguhnya Allah memberikannya kelak di hari Kiamat dalam keadaan
bertalbiyah". (Diriwayatkan oleh Jama'ah dari Ibnu Abbas).
Hadits Nasai;
"Dan sabda beliau SAW.: "Mandikanlah orang ihram dalam keadaan pakaiannya yang
dipakai berihram, dan mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, kafanilah ia dengan
kedua pakaiannya serta jangan kamu kenakannya harum-haruman dan jangan pula
kamu tudungi kepalanya, sebab ia kelak di hari kiyamat akan dibangkitkan dalam
keadaan berihram". (Diriwayatkan oleh Nasai).
e. Dilarang berlebihan. Walaupun keluarga atau si jenazah semasa hidupnya memiliki
harta yang banyak, Islam melarang untuk mengkafani secara berlebihan. Hal ini
berdasarkan hadits dari Ali riwayat Abu Dawud berikut;
“Jangan kamu berlebih-lebihan dalam perkara kafan, karena sesungguhnya ia akan
segera rusak".(H.R Abu Dawud)

Mengafani Jenazah
Siapkan perlengkapan/kain kafan, bagi perempuan 5
lembar kain (kain basahan, baju kurung, kerudung, 2
lembar kain penutup), laki-laki 3 lembar.
12 Perlengkapan: tali 3, 5, 7, atau 9 (untuk ujung kepala,
leher, pinggang/pada lengan tangan, perut, lutut,
pergelangan kaki dan ujung kaki), kapas secukupnya,
dan kapur barus, pewangi
Letakkan kain memanjang searah tubuhnya, serta
13 melebar searah lingkaran badan dengan ditaburi
serbuk kapur barus
Letakkan jenazah diatas kain kafan dalam keadaan
14
tertutup selubung kain
Tutuplah tujuh lubang dengan kapas (mata, telinga,
15
hidung, pusar, ditaburi serbuk kapur barus)
Tutuplah lembaran kapas ditaburi serbuk kapur barus
16
pada persendian
17 Bagi jenazah pria:

32
a. Tutupkan segitiga kain putih dibagian rambut
dengan ikatan pada jidat
b. Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya
c. Katupkan lipatan tutup cawatnya
Bagi jenazah wanita:
a. Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang
kepala (bila ada)
b. Tutupkan kain mukena pada rambut kepala
18
c. Katupkan lipatan tutup cawatnya
d. Tutupkan belahan kain baju pada dada
e. Lipatkan kain basahan melingkar badan perut dan
auratnya
Katupkan kain kafan melingkari tubuhnya sampai
19
rapat, tertib, menyeluruh hingga tiga lapis

Mengkafani Jenazah:

https://www.youtube.com/watch?v=wPUeT9fqDO0 (Mengafani-RUKTI JENAZAH-


sesuai tuntunan Majelis Tarjih Muhammadiyah)

MENSHOLATKAN

Tindakan selanjutnya setelah jenazah selesai dikafani ia menyalatkannya dan kemudian


memakamkannya. Mengenai tuntunan shalat jenazah Majelis Tarjih mengemukakan
setelah sempurna dimandikan dan dikafani, maka sembahyangkanlah mayat itu dengan
syarat-syarat shalat". Hal ini didasarkan pada Hadits Jabir:
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ ٰ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫ي بِـ َخ ْيبَ َر َوأَنَّهُ ذُ ِك َر ِل َر‬َّ ‫أ َ َّن َر ُجالً ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ت ُ ُوفِـ‬
َّ ‫سةُ اِالَّ التِ ْر ِم ِذ‬
)‫ي‬ َ ‫ْث ( َر َواهُ ْالخ َْم‬ َ ‫ص ِح ِب ُك ْم ال َح ِدي‬ َ ‫علَى‬ َ ‫صلُّ ْوا‬
َ ‫فَقَا َل‬
“Bahwa ada seorang Muslim wafat di Khaibar dan dikabarkan kepada Rasulullah SAW,
maka sabda beliau; "Shalatkanlah temanmu itu..." seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh
Lima Ahli Hadits selain Tirmidzi).
Hadits Abu Hurairah;
Bahwa Rasulullah SAW. bersabda; "Barang siapa melawat jenazah sehingga dishalatkan,
maka akan mendapat pahala satu qirath: dan barang siapa melawatnya sehingga dikubur,
maka akan mendapat pahala dua qirath". Orang bertanya; "Apakah dua qirath itu?"
Sahut beliau; "Sebagai dua bukit yang besar".(H.R Bukhari dan Muslim).

Menshalatkan jenazah
20 Takbiratul Ihram dengan niat ikhlas
21 Takbir pertama membaca Surah Al-Fatihah
Takbir kedua membaca shalawat Nabi:

َّ‫ت‬َ ‫اَّصلْي‬ ِ َّ َ‫ىََّمَمدَّو َعل‬ َ ‫َّص ِّل‬


22 َ ‫ىَّآل ََُّمَمدَّ َك َم‬ َ ُ َ‫َّعل‬ َ ‫اَللّ ُهم‬
َّ‫َّوآ ِل‬ ِ ِ ِ َّ ‫علَىَّ إِب ر ِاهيم‬
ََّ ‫ىََّمَمد‬
ُ َ‫َّعل‬َ ‫َّوَاب ِرْك‬
َ ‫َّوآل َّإبْ َراهْي َم‬
َ َ ْ َْ َ

33
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّعلَىَّإِبْ َراهْي َم َََّّوآ ِلَّإِبْ َراهْي َم‪َّ.‬إِن َ‬
‫كَّ‬ ‫ت َ‬ ‫اَّاب َرْك َ‬
‫َُمَمدَّ َك َم َ‬
‫َحيد َِ‬
‫ََّمْيدَّ‬ ‫ِ‬
‫َْ‬
‫‪Takbir yang ketiga dan membaca do’a:‬‬

‫َّعْنهُ‪َ َّ,‬واَ ْك ِرْمَّ‬ ‫اَللّهمَّا ْغ ِفرَّلَهَّوار ََحْه ِ ِ‬


‫ف َ‬ ‫‪َّ,‬و ْاع ُ‬‫‪َّ,‬و َعافه َ‬ ‫ُ ْ ُ َْ ُ َ‬
‫‪َّ,‬وا ْغ ِس ْلهَُّ ِابلْ َم ِاء ََّوالث ْل ِج ََّوالَََْبِد‪َّ,‬‬ ‫نُزلَه ِ‬
‫‪َّ,‬وَو ّس ْع ََّم ْد َخلَهُ َ‬
‫ُُ َ‬
‫ض َِّم َنَّ‬ ‫بَّاْالبْيَ َ‬ ‫تَّالث ْو َ‬ ‫اَّايَّ َك َماَّنَقْي َ‬
‫َّاْلَطَ َ‬ ‫َونَ ِّق ِه َِّم َن ْ‬
‫اَّمنَّدا ِرهِ‪َّ,‬واَهالًَّخْي ِ‬ ‫ِ‬ ‫س ِ‬
‫‪23‬‬ ‫اَّم ْنَّ‬ ‫اَّخ ْ ًْي ْ َ َ ْ َ ْ ً‬ ‫َّد ًار َ‬ ‫الدنَ ِ َ‬
‫‪َّ,‬واَبْدلْهُ َ‬
‫‪َّ,‬واَ ِع ْذهَُّ‬ ‫‪َّ,‬واَ ْد ِخ ْلهُ ْ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِِ‬
‫َّاْلَنةَ َ‬ ‫‪َّ,‬وَزْو ًجاَّ َخ ْ َْياَّم ْن ََّزْوجه َ‬‫اَ ْهله َ‬
‫ابَّالنا َِّر(‬ ‫ابَّالْ َق َِْب‪َّ(,‬و َع َذ ِ‬
‫َّع َذ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫م ْن َ‬
‫‪Bagi anak-anak do’anya:‬‬

‫اَّوَّأَ َّْجًَّرا‬
‫اَّوفََََّّر َّطً ََّ‬
‫اَّسَّلَ ًَّف ََّ‬
‫اج ََّعَّْل َّهََُّّلََّنَ ََّ‬
‫َّاَللَّ َُّهمََّّ َّْ‬
‫‪Takbir yang keempat dengan mengangkat tangan dan‬‬
‫‪berdo’a:‬‬

‫اه ِد ََن‪َ َّ،‬و َغائِبِنَا‪َّ،‬‬ ‫اللهمَّ ا ْغ ِفرَّ ِِليِنا‪ َّ،‬وميِتِناَّ وش ِ‬


‫ْ ََّ َ َ ّ َ َ َ‬ ‫ُ‬
‫َحيَ ْي تَهَُّ‬ ‫‪َّ،‬وذَ َك ِرََن ََّوأُنْثَ ََّ‬
‫اَن َّ‪َّ.‬الل ُهم ََّم ْنَّأ ْ‬ ‫صغِ ِْيََن ِ ِ‬
‫‪24‬‬
‫‪َّ،‬وَكبْيََن َ‬‫َ‬ ‫َو َ‬
‫المَّ‪َّ،‬ومنَّتَوف ي تَه ِ‬ ‫ِمناَّ فَأ ِ‬
‫َّمناَّفَتَ َوفهَُّ‬ ‫َّعلَىَّا ِإل ْس ِ َ َ ْ َ ْ ُ‬ ‫َحيِه َ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫َعلَىَّا ِإلميَ َِّ‬
‫َجَرهُ ََّوَالَّتُضلنَاَّبَ ْع َدهَُّ‬‫ََّت ِرْمنَاَّأ ْ‬
‫‪َّ.‬اَللَّ ُهم ََّال َْ‬
‫ان َّ‬
‫‪Salam:‬‬
‫‪25‬‬
‫للاَِّ ََّوبَََّرََّكاَّتُه‬
‫َحََّةَُّ َّ‬
‫ال َُّمَّ ََّعَّلَْيَّ َُّك َّْمَََّّوََّر َّْ‬
‫َّاَلسَّ ََّ‬
‫‪Total‬‬
‫𝑖𝑎𝑙𝑖𝑛‪𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ‬‬
‫‪A‬‬ ‫‪NILAI= 𝑁 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑠ℎ𝑎𝑙𝑎𝑡 × 100‬‬
‫𝑖𝑎𝑙𝑖𝑛‪𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ‬‬
‫‪B‬‬ ‫‪NILAI= 𝑁𝑘𝑎𝑓𝑎𝑛 𝑠ℎ𝑎𝑙𝑎𝑡 × 100‬‬

‫‪Mensholatkan:‬‬
‫‪https://www.youtube.com/watch?v=8zZ7_W7aSps (Sholat Jenazah-RUKTI‬‬
‫)‪JENAZAH-sesuai tuntunan Majelis Tarjih Muhammadiyah‬‬

‫‪34‬‬
BAB IV
HAFALAN DOA-DOA HARIAN

Keterangan:
3 Melakukan dengan sempurna
2 Melakukan kesalahan <50%
1 Melakukan kesalahan >50%
0 Tidak dilakukan

No Indikator Skor
1 Menghafalkan bunyi doa
2 Menerjemahkan arti doa
3 Pendampingan doa bagi pasien/ Komunikasi
Total
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
NILAI = × 100
9

Doa-Doa Untuk Mahasiswa Fikes


1. Menjenguk Orang Sakit
2. Sebelum dan Sesudah Operasi
3. Sebelum dan Sesudah Minum Obat
4. Sebelum dan Sesudah Melahirkan (Khusus Bidan)

Doa-Doa untuk Mahasiswa Feishum dan Sainstek


1. Menjenguk Orang Sakit
2. Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat

Doa-Doa

1. Doa Menjenguk Orang Sakit


َ ‫شا ِفي الَ ِش َفا َء اِالَّ ِشفَاؤ‬
‫ُك ِشفَا ًء‬ َ ‫ف أ َ ْن‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫اس اِ ْش‬
ِ َّ‫س َربَّ الن‬ َ ْ ‫ب ْال َبأ‬
ِ ‫اَللٰ ُه َّم ا َ ْذ ِه‬
)‫سقَ ًما ( َر َواهُ التِ ْر ِمذِي‬ َ ‫الَ يُغَاد ُِر‬
Artinya: “Ya Allah hilangkan penderitaan, Ya Tuhan Manusia, sembuhkanlah.
Engkaulah yang Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan kecuali penyembuhan
dari Engkau, penyembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit sama sekali (HR.
Tirmidzi).
2. Doa sebelum melahirkan

(‫َّالَتِم ِذي‬
ِ
ّْ ُ‫(رَواه‬
َ َّ‫علىَّللاَّتَ َوك ْلنَا‬
َِّ َُّ ِ‫َح ْسبُنَاَّللاَّ َونِ ْع ََّم الْ َوك‬
َّ‫يل‬
“Ya Allah yang Maha Mencukupi aku dan sebaik-baik yang melindungiku. Hanya kepada
Allah aku berserah diri.” (HR. Tirmidzi)

35
3. Doa sesudah melahirkan

َّ ْ ‫للاَّالتَّامَّا َّةَّ َِّم َّْن ُكَّ َِّّل ََّشَّْي َّطَانَّ ََّوََّهامَّةَّ ََّوَِّم َّْن َُّك َِّّل ََّع‬
‫ي ََّالمَّةََّّ(رواه‬ َِّ ‫َّأُ َِّعَّْي َُّذ ََّكََّّبِ ََّكَّلِ ََّم‬
َِّ َّ‫ات‬
(‫البخاري‬
"Aku memohon perlindungan untukmu (bayi) dengan kalimat Allah yang sempurna dari
godaan syetan, dari ancaman binatang yang berbisa, dan dari sorotan mata yang jahat.” (HR.
Bukhari)

4. Doa Ketika Akan Dioperasi


)‫َّللا تَ َو َّك ْلنَا ( َر َواهُ التِ ْر ِمذِي‬ َ ‫َّللاُ َونِ ْع َم ْال َو ِك ْي ُل‬
ِ ٰ ‫علَى‬ ٰ ‫َح ْسبُنَا‬
Artinya: “Ya Allah Yang Maha Mencukupi aku dan yang sebaik-baiknya melindungi
aku. Kepada Allah aku berserah diri”. (HR. Tirmidzi)
5. Doa Setelah Operasi
ِ‫ا َ ْلـ َح ْم ُد ِ ٰلِل‬
Artinya: “Segala Puji bagi Allah”.
6. Doa Sebelum Minum Obat
‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫الر ْحم ِن‬ ِ ٰ ‫بِس ِْم‬
َّ ‫َّللا‬
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
(HR. Tirmidzi)
7. Doa Sesudah Minum Obat

ِ ‫(ر َواهُ ْالبُخ‬


)‫َاري‬ َ ‫غي َْر َم ْك ِفي ٍ َوالَ َم ْكفُ ْو ٍر‬
َ ‫ِي َكـفَا نَا َوا َ ْر َوانَا‬ ِ ٰ ِ ‫اَ ْلـ َح ْم ُد‬
ْ ‫لِل الَّذ‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita kecukupan dan
kepuasan yang tidak terabaikan dan tidak tertolak” (HR. Bukhori dari Abi Ummah)
8. Doa kebaikan hidup, ampunan dan rahmat

َ ‫ط ۡأن َۚا َربَّنَا َو َال ت َۡح ِم ۡل‬


‫علَ ۡينَا ٓ ِإصۡ ٗرا َك َما َح َم ۡلتَهُۥ‬ َ ‫اخ ۡذنَا ٓ ِإن نَّ ِسينَا ٓ أ َ ۡو أ َ ۡخ‬
ِ ‫ َربَّنَا َال ت ُ َؤ‬......
‫عنَّا َوٱ ۡغ ِف ۡر لَنَا‬
َ ‫ف‬ُ ‫طاقَةَ لَنَا ِب ِهۦۖ َوٱ ۡع‬ َ ‫علَى ٱلَّذِينَ ِمن قَ ۡب ِلن َۚا َربَّنَا َو َال ت ُ َح ِم ۡلنَا َما َال‬ َ
ۡ ۡ
٢٨٦ َ‫علَى ٱلقَ ۡو ِم ٱل َك ِف ِرين‬ َ ‫ص ۡرنَا‬ ُ ‫نت َم ۡولَىنَا فَٱن‬ َ ۚ
َ ‫َوٱ ۡر َح ۡمنَا ٓ أ‬
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (Q.S Al-Baqarah
2: 286)

36
LAMPIRAN 1

Soal OSCIE

1. THOHAROH

a. Ajarkan cara tayamum,Mandi Besar dan Wudhu

2. SHOLAT FARDHU

a. peragakan sholat 2 rakaat dengan bacaan yang lengkap

3. Rukti Jenazah: Memandikan, Mengkafani dan Mensholatkan

a. Anda mengajarkan spiritual care, salah satu kasusnya adalah rukti jenazah. Jelaskan
dan Praktikkan rukti jenazah: memandikan, mensholatkan

a. Anda mengajarkan spiritual care, salah satu kasusnya adalah rukti jenazah. Jelaskan
dan Praktikkan rukti jenazah: mengkafani, mensholatkan

4. Doa-Doa Harian

Doa-Doa Untuk Mahasiswa Fikes ( 2 doa yang dihafalkan)


1. Menjenguk Orang Sakit ( wajib)
2. Sebelum dan Sesudah Operasi
3. Sebelum dan Sesudah Minum Obat
4. Sebelum dan Sesudah Melahirkan (Khusus Bidan)

Doa-Doa untuk Mahasiswa Feishum dan Sainstek ( 2 doa yang dihafalkan)


1. Menjenguk Orang Sakit
2. Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat

37
DAFTAR PUSTAKA

Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 1


(Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2015)
Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3
(Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2019)
Modul AIK 2: Ibadah, Akhlak dan Mu’amalah (Yogyakarta: UNISA,2020)
Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah (Yogyakarta: LPPI UMY, 2019)

38

Anda mungkin juga menyukai